BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Bambu Umum Dampak pemanasan global yang kita rasakan akir akir ini serta berkurangnya sumber daya dan masalah ramah lingkungan, penggunaan dari material alami telah menjadi pembicaraan ramai di industri konstruksi (Vetal, 2014).[ ] Bambu sebagai bahan penguat beton merupakan inovasi terbaru dalam rekayasa struktur, meskipun bangunan dengan bambu kembali ke waktu lampau dan tradisi di daerah di mana bambu tumbuh berlimpah, seperti di Amerika Selatan, Afrika, dan khususnya di Asia Tenggara. Bambu mencapai kekuatan terbesar setelah tiga tahun, ketika berwarna kecoklatan. Kekuatan lentur bambu tergantung pada lokasi noda, dengan batang kaku pada interval yang cukup untuk mencegah tekuk atau runtuh. Yu et al. (2008) melaporkan bahwa nilai kekuatan tarik bambu bervariasi dari antara 115 dan 309 N/mm 2. ( Agarwal, et all, 2011) [ ] mengamati kekuatan tarik 370 N/mm 2 dalam penyelidikan mereka sendiri. Dengan demikian jelas bahwa kekuatan tarik bambu berada di kisaran baja ringan dengan kekuatan tarik lebih dari 250N/mm 2. Hal ini menunjukkan bahwa bambu dapat digunakan untuk menggantikan baja ringan untuk konstruksi struktur biaya rendah (Ikponmwosa, et all, 2014).[ ] Dengan memperhatikan kekuatan bambu yang tinggi, serta bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur hanya 3 5 tahun, bambu mudah ditanam, tidak perlu pemeliharaan secara khusus, mempunyai ketahanan sangat tinggi terhadap gangguan, rumpun yang sudah dibakarpun masih dapat tumbuh lagi, maka bambu mempunyai peluang yang besar untuk menggantikan kayu yang baru siap tebang setelah berumur sekitar 50 tahun (Morisco, 2000).[ ] Penelitian telah dilakukan terhadap berbagai macam model tulangan bambu antara lain dengan bentuk bilah, pilinan dari bagian lapisan kulit, pemberian paku, 4

2 5 takikan melingkar, atau laminasi bambu. Perlakuan untuk mengatasi permasalahan penyusutan dilakukan dengan memberi lapisan anti air (water proofing) menggunakan bahan vernis, cat, injeksi bahan minyak resin maupun memakai bahan koloid seperti getah, perekat cair, lem dan sebagainya (Janssen, 1995).[ ] Janssen, JAA, (1988) [ ] dalam Morisco, (1999)[ ] memberikan rekomendasi tentang keunggulan bambu sebagai berikut: 1. Bambu dapat tumbuh sangat cepat dan dapat dibudidayakan secara cepat serta modal dapat diputar berkesinambungan. 2. Bambu mempunyai sifat-sifat mekanika yang baik. 3. Pengerjaan bambu hanya membutuhkan peralatan yang sederhana. 4. Kulit luar bambu mengandung banyak silika yang membuat bambu terlindungi. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 m 3 per unit stres diproyeksikan dalam praktek untuk bahan yang biasa digunakan dalam konstruksi sipil, seperti baja atau beton, telah dibandingkan dengan bambu. Ditemukan bahwa untuk baja perlu menghabiskan energi 50 kali lebih banyak dari bambu. Kekuatan tarik bambu sangat tinggi dan bisa mencapai 54 ksi (370 N/mm 2 ). Hal ini membuat bambu menjadi alternatif pengganti baja dalam aplikasi kuat tarik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa rasio kekuatan tarik berat jenis bambu adalah enam kali lebih besar dari baja (Amanda et al. 1997).[ ] Menurut adewuyi, et all,2015).[ ].Bamboo and rattan can only be used for lineweigt RC structures.the flexural stiffness of bamboo and rattan RC was about 32% and 13,5% respectively of the convensional steel bars RC beams.the first cracking loads of bamboo and rattan RC beams were 55% and 30% respectively of the convensional steel RC beams. The experiantal ultimate failure loads of bamboo and rattan RC beams were 51% and 21% respectely of the convensional steel RC beams.bamboo and steel RC had 40% residual capacity after the first crack,while rattan RC beams had exhausted 75% of its load-carrying capacity after the first crack. The mode of failure for bamboo and steel RC beams was shear,indicated by diagonal cracks because of the short-span specimen adopted

3 6 and the relatively higher tensile strength than rattan RC beams which failed by flexure (vertical cracks).] Bambu merupakan bahan konstruksi alami, Bambu ori mempunyai bentuk penampang yang tidak prismatis dengan bagian melintang mengecil pada bagian atas, dan mempunyai jarak buku/nodia yang tidak sama sepanjang batangnya, sehingga hal inilah yang membuatnya menjadi unik dan artistik, namun bentuk demikian membuat aplikasi bambu sebagai struktur sulit dalam perangkaiannya. Secara umum batang bambu terbagi atas dua bagian yaitu: 1. Nodia (ruas/buku bambu) Nodia adalah bagian terlemah terhadap gaya tarik sejajar sumbu batang dari bambu, karena pada nodia sebagian serat bambu berbelok, pada nodia arah gaya tidak lagi sejajar semua serat (Morisco,1999). Secara umum nodia mempunyai kapasitas memikul beban yang tidak efektif baik dari segi kekuatan maupun deformasi. Meskipun demikian, adanya nodia pada batang bambu mencegah adanya tekuk lokal yang sangat penting pada perancangan bambu sebagai elemen tekan (kolom). 2. Internodia (antar ruas) Internodia adalah daerah antar nodia, semua sel yang terdapat pada internodia mengarah pada sumbu aksial, sedang pada nodia mengarah pada sumbu transversal. Bagian internodia adalah bagian terkuat dari bambu, sehingga mempunyai kapasitas memikul beban yang efektif. Tiap-tiap jenis bambu memiliki panjang internodia yang berbeda-beda. Berikut ini adalah potongan melintang bambu dengan bagian-bagaiannya: 1. Kulit luar Kulit luar adalah bagian yang paling luar atau paling atas, biasanya berwarna hijau atau hitam. Tebal kulit bambu relatif seragam pada sepanjang batang yaitu kurang lebih 1 mm, sifatnya keras dan kaku. Bambu yang tipis akan mempunyai porsi kulit besar, sehingga kekuatan reratanya tinggi, sedangkan pada bambu tebal berlaku sebaliknya (Morisco, 1999).[ ]

4 7 2. Bambu bagian luar Bagian ini terletak dibawah kulit atau diantara kulit luar dan bagian tengah. Tebal bagian ini kurang lebih 1 mm, sifatnya keras dan kaku. 3. Bagian tengah Bagian tengah terletak dibawah luar atau antara bagian luar dan bagian dalam, disebut juga daging bambu. Tebalnya kurang lebih 2/3 dari tebal bambu, seratnya padat dan elastis. Untuk bagian tengah yang paling bawah sifat seratnya agak kasar 4. Bagian dalam Bagian dalam adalah bagian yang paling bawah dari tebal bambu, sering disebut pula hati bambu. Sifat seratnya kaku dan mudah patah. Gambar 2.1. Pohon Bambu ori Sifat-Sifat Bambu Pemanfaatan bambu sebagai alternatif tulangan beton untuk struktur bangunan sederhana, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai sifat mekanik dan sifat fisika dari bahan tersebut agar memenuhi persyaratan ekonomis, keamanan, dan kenyamanan bagi penggunanya melalui uji laboratoriun.

5 8 1. Sifat Mekanik Bambu a. Kuat tekan (ISO ) Menurut penelitian Morisco (1999) kekuatan tekan bambu juga dipengaruhi oleh posisinya yaitu di bagian pangkal, tengah, dan ujung. Hasil pengujian kekuatan tekan beberapa jenis bambu ditampilkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kuat Tekan Rata - Rata Bambu Kering Oven Jenis bambu Bagian Pangkal Petung Tengah Ujung Pangkal Tutul Tengah Ujung Pangkal Galah Tengah Ujung Pangkal Tali Tengah Ujung Pangkal Dendeng Tengah Ujung (Sumber: Morisco, 1999) Kuat tekan (kg/cm 2 ) 2,769 4,089 5,479 5,319 5,428 4,639 3,266 3,992 4,048 2,152 2,880 3,354 4,641 3,609 3,238 b. Kuat Tarik (ISO ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Morisco pada tahun 1999, yang memperlihatkan perbandingan kuat tarik bambu ori dan wulung dengan baja struktur bertegangan leleh 2400 kg/cm 2 dilaporkan bambu ori kuat tarik rataratanya juga lebih tinggi dari tegangan leleh baja, hanya satu spesimen saja yang kuat tariknya dibawah tegangan leleh baja.

6 9 Kulit Bambu Ori Bambu Petung Baja Gambar 2.2. Diagram Tegangan - Regangan Bambu dan Baja (Sumber: Morisco, 1999)... Untuk melengkapi penelitiannya, Morisco (1999) juga melakukan pengujian spesimen pada beberapa macam bambu untuk mengetahui perbedaan kekuatan bambu bagian luar dengan bagian dalam. Bambu dibelah tangensial sehingga tebalnya sekitar setengah tebal bambu utuh (Gambar 2.2) hasil pengujian disajikan dalam Tabel 2.2. Bagian Luar Bagian Dalam Gambar 2.3. Pengambilan Spesimen Bambu (Sumber: Morisco, 1999)

7 10 Tabel 2.2. Kuat Tarik Bambu Tanpa Buku / Nodia Kering Oven Jenis bambu Ori Tegangan tarik (MPa) Bagian dalam Bagian Luar Petung Wulung (Sumber: Morisco, 1999) Pada Tabel 2.3 dibawah menunjukan perbedaan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu tanpa buku dengan kekuatan tarik sejajar sumbu batang pada bambu yang memiliki buku. Tabel 2.3. Kuat Tarik Rata - Rata Bambu Kering Oven Jenis bambu Tanpa Nodia Tegangan tarik (MPa) Dengan Nodia Ori Petung Wulung (Sumber: Morisco, 1999) c. Kuat geser (ISO ) d. Kekuatan geser adalah ukuran kekuatan bambu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian bambu bergeser dari bagian lain didekatnya. e. Kuat lentur (ISO dan ISO ) Kuat lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur (beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah - tengah bahan yang ditumpu pada kedua ujungnya tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. 2. Sifat Fisika Bambu a. Kadar air dan Berat jenis (ISO ) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Triwiyono dan Morisco (2000) dalam Morisco (2004) diketahui kadar air serta berat jenis bambu khususnya bambu petung. Pengukuran kadar air dan berat jenis masing-masing dilakukan

8 11 dua kali yaitu pada saat bambu basah yang dilakukan sehari setelah penebangan dan pada saat bambu kering udara setelah diinapkan selama 45 hari. Hasil pengukuran disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Kadar Air dan Berat Jenis Bambu Ori Posisi Nomor 1 Pangkal Tengah Ujung 2 3 Bambu Basah Bambu Kering Udara Kadar air (%) Berat Jenis Kadar air (%) Berat Jenis 28,610 0,634 5,381 0,646 34,256 0,680 4,390 0,663 35,361 0,603 5,909 0,682 rata-rata 36,076 0,639 5,227 0, ,129 0,695 6,250 0, ,402 0,701 6,926 0, ,965 0,712 6,859 0,769 rata-rata 37,832 0,703 6,678 0, ,699 0,754 6,034 0, ,078 0,712 8,756 0, ,517 0,686 6,818 0,820 rata-rata 36,765 0,717 7,203 0,760 (Sumber : Triwiyono dan Morisco, 2000 dalam Morisco, 2004) b. Kembang susut (ISO ) Pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinkage) diartikan sebagai perubahan dimensi bahan yang disebabkan adanya perubahan kadar air pada bahan. 3. Tegangan Ijin Bambu Untuk Perancangan Dalam laporannya Tular dan Sutidjan (1961) dalam Morisco (1999) nilai modulus elastisitas E bambu berkisar kg/cm2, tetapi untuk perancangan dipakai E sebesar kg/cm 2. Adapun hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

9 12 Tabel 2.5. Kuat Batas dan Tegangan Ijin Bambu Macam tegangan Kuat batas Tegangan ijin (kg/cm2) (kg/cm 2 ) Tarik Lentur Tekan E. Tarik ,2 98,07 78, (Sumber: Tular dan Sutidjan, 1961 dalam Morisco, 1999) Selanjutnya pada tahun 1987, penelitian lanjutan terhadap 3 spesies bambu di Indonesia antara lain Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus asper Backer. Tabel 2.6 menunjukan hasil pengujian berdasarkan laporan Siopongco dan Munandar (1987) dalam Morisco (1999). Tabel 2.6. Hasil Pengujian 3 Spesies Bambu, Gigantochloa Apus Kurz, Gigantochloa Verticillata Munro, dan Dendrocalamus Asper Backer... Sifat Kisaran Jumlah Spesimen Kuat tarik kg/cm Kuat lentur kg/cm Kuat tekan kg/cm E tarik kg/cm 2 54 E tekan kg/cm Batas regangan tarik 0,0037-0, Berat jenis 0,67-0, Kadar lengas 10,04-10,81% 117 (Sumber: Siopongco dan Munandar, 1987 dalam Morisco, 1999) Tegangan ijin yang direkomendasikan di atas dapat dipakai pada berbagai macam bambu Beton Beton adalah campuran agregat kasar dan agregat halus sebagai bahan pengisi, ditambah semen dan air yang digunakan sebagai bahan pengikat dan atau menggunakan bahan tambahan.

10 Rencana Campuran Beton (Mix Design) Rencana campuran beton bertujuan untuk menentukan proporsi campuran material pembentuk beton agar memenuhi persyaratan umum maupun teknis, sehingga menghasilkan mutu beton sesuai dengan yang direncanakan. Perancangan proporsi campuran beton ini menggunakan metode SNI (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal), adapun langkahnya sebagai berikut: 1. Menetapkan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc ) pada umur tertentu dan nilai standar deviasi (Sr) berdasarkan hasil pengalaman praktek pelaksana. 2. Menghitung nilai tambah (margin) (M) dengan rumus berikut: M = 1,64 x Sr Dengan : M = nilai tambah, MPa 1,64 = tetapan statistik tergantung % kegagalan maksimal 5% Sr = deviasi standar rencana 3. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f cr) dengan rumus: f cr = f c + M dengan : f cr = kuat tekan rata-rata, MPa f c M = kuat tekan yang disyaratkan, MPa = nilai tambah, MPa 4. Menetapkan jenis semen PPC kegunaan tipe Menentukan jenis agregat, berupa agregat alami atau batu pecah berdasarkan Tabel 2.7. Tabel 2.7. Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan Faktor Air-Semen, dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai di Indonesia Kekuatan tekan (MPa) Jenis semen Jenis agregat kasar Pada umur (hari) Bentuk benda uji Semen Portland Batu tak dipecahkan Tipe I Atau Batu pecah Silinder Semen tahan sulfat Batu tak dipecahkan Tipe II, V Batu pecah Kubus Semen Portland Batu tak dipecahkan Tipe III Batu pecah Silinder Batu tak dipecahkan Batu pecah Kubus (Sumber: SNI )

11 14 6. Menetapkan faktor air-semen berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata. 7. Menetapkan faktor air-semen maksimum berdasarkan Tabel.2.8. Tabel 2.8. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus Lokasi Beton di dalam ruang bangunan: a. keadaan keliling non-korosif b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif Beton di luar ruangan bangunan : a. tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. terlindung dari hujan dan terik matahari langsung Beton masuk ke dalam tanah : a. mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Beton yang kontinyu berhubungan : a. air tawar b. air laut (Sumber: SNI ) 8. Menentukan nilai slump. 9. Menetapkan besar butir agregat maksimum. Jumlah Semen minimum per m 3 beton (kg) Nilai faktor Air-Semen maksimum 0,60 0,52 0,60 0,60 0,55 Tabel Tabel 10. Menetapkan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat, dan nilai slump yang diinginkan berdasarkan Tabel 2.9.

12 15 Tabel 2.9. Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m 3 ) Yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat Kemudahan Pekerjaan Adukan Beton Besar Ukuran Jenis Slump (mm) Maks. Kerikil (mm) Batuan Alami Batu pecah Alami Batu pecah Alami Batu pecah (Sumber: SNI ) 11. Menghitung Berat semen yang diperlukan dan kebutuhan semen minimum berdasarkan Tabel Menentukan daerah gradasi agregat halus berdasarkan Tabel 2.10 berikut: Tabel Daerah Gradasi Agregat Halus Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan Ayakan (mm) , , , , , , Menetapkan nilai perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar. 14. Menghitung nilai berat jenis agregat campuran dengan rumus: Bj. Camp = Dengan : Bj. Camp P K bj. ag. halus bj. ag. kasar = berat jenis agregat campuran bj. ag. halus = berat jenis agregat halus bj. ag. Kasar = berat jenis agregat kasar P K = persentase agregat halus terhadap agregat campuran = persentase agregat kasar terhadap agregat campuran 15. Menghitung kebutuhan agregat campuran dengan rumus: Wpasir + kerikil = Wbeton - kebutuhan air kebutuhan semen 16. Menghitung berat agregat halus yang diperlukan dengan rumus: Wpasir = (Persentase agregat halus) x Wpasir+ kerikil

13 Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan dengan rumus: Wkerikil = Wpasir + kerikil - Wpasir 2.2. Landasan Teori Sifat Fisika dan Mekanika Bambu Pengujian sifat fisika dan mekanika bambu dilakukan mengikuti standar pengujian ISO dan Bamboo Current Research Kadar Air, Berat Jenis, dan Kerapatan (ISO ) Pengujian kadar air bambu dilakukan dengan mengeringkan sampel benda uji dalam oven dengan suhu sekitar (103±2ºC) sampai berat sampel menjadi konstan. Wb Wa Ka 100%...(2.1) W a Keterangan: Ka = Kadar air bambu (%) Wb = Berat benda uji sebelum di oven (gram) Wa = Berat benda uji kering oven (gram) Perhitungan besarnya berat jenis kering tanur bambu dipergunakan Persamaan 2.2 dengan benda uji sama seperti benda uji kadar air. W a BJ...(2.2) G b Keterangan: BJ = Berat jenis bambu Wa = Berat benda uji kering oven (gram) Gb = Berat air yang volumenya sama dengan volume benda uji kering oven (gram) Sedangkan pengujian kerapatan bambudihitung menggunakan Persamaan 2.3. m w w...(2.3) Vw

14 17 Keterangan: w = Kerapatan bambu pada kadar air w (gram/cm 3 ) mw = Massa bambu pada kadar air w (gram) Vw = Volume bambu pada kadar air w (cm 3 ) Kuat Tarik (ISO ), Kuat Tekan (ISO ), Kuat Geser (ISO ), dan Kuat Lentur (ISO dan ISO ) Pengujian sifat mekanika bambu dilakukan dengan mesin Universal Testing Machine (UTM). Untuk pengujian kuat tarik sejajar serat dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.4. P maks tr //...(2.4) A Keterangan: tr // = Kuat tarik sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya tarik maksimal bambu (N) A = tebal x lebar = luas bidang yang tertarik (mm 2 ) Pengujian kuat tekan sejajar serat bambu dihitung menggunakan Persamaan 2.5. P maks tk //...(2.5) A Keterangan: tk // = Kuat tekan sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya tekan maksimal bambu (N) A = tebal x lebar = luas bidang yang tertekan (mm 2 ) Pengujian kuat geser sejajar serat bambu dihitung menggunakan Persamaan 2.6. P maks //...(2.6) A Keterangan: // = Kuat geser sejajar serat (MPa) Pmaks = Gaya geser maksimal bambu (N) A = tebal x panjang = luas bidang yang tergeser(mm 2 ) Selanjutnya untuk menghitung kuat lentur (MOR) dan modulus elastisitas (MOE) bambu dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.7 dan 2.8.

15 18 3Pmaks L MOR...(2.7) 2 2bt 3 Pmaks L MOE...(2.8) 3 4bt Keterangan: MOR = Modulus lentur bambu (MPa) MOE = Modulus elastisitas bambu (MPa) Pmaks = Beban maksimum (N) L = Panjang (mm) b = Lebar bambu (mm) t = Tebal bambu (mm) = Lendutan proporsional dari benda uji (mm) Material penyusun beton Pemilihan bahan-bahan pembentuk beton yang mempunyai kualitas baik, perhitungan proporsi campuran yang tepat, cara pengerjaan dan perawatan yang baik dan penambahan bahan tambah yang tepat dengan kadar yang optimum yang diperlukan akan menentukan kualitas beton yang dihasilkan. Bahan pembentuk beton diantaranya adalah semen, agregat, air, dan bahan tambahan Semen Portland Pozolan Suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau mencampur secara merata bubuk portland dengan bubuk pozolan, atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 % sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan. Pozolan adalah bahan yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen Berdasarkan tujuan penggunaannya, semen portland pozolan di Indonesia dibagi menjadi lima jenis semen seperti tertera pada Tabel 2.1.

16 19 Tabel Jenis dan Penggunaan Semen Portland Pozolan Jenis Semen Penggunaan Portland Pozolan Semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk IP-U semua tujuan pembuatan adukan beton. Semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk IP-K semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi sedang. Semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk P-U pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi. Semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal P-K yang tinggi, serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah. (Sumber: SNI ) Agregat Material berbutir, misalnya pasir, kerikil, batupecah, dan kerak tungku pijar, yang dipakai bersama-samadengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik (SNI ). Persyaratan gradasi agregat halus dapat dilihat dalam Tabel 2.12 berikut ini: Tabel Persyaratan Gradasi Agregat Halus Ukuran Saringan PersentaseLolos Saringan(%) 9,50 mm (3/8 in) 100 4,75 mm (No.4) ,36 mm (No.8) ,18 mm (No.16) mm (No.30) mm (No.50) mm (No.100) 0-10 (Sumber: ASTM C33-03) Persyaratan gradasi untuk agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 2.13 berikut ini:

17 20 Tabel Persyaratan Gradasi Untuk Agregat Kasar Ukuran Saringan Persentase Lolos Saringan(%) 2 in (50 mm) 100 1,5 in (38 mm) /4 in (19mm) /8 in (9,5mm) No.4 (4,75 mm) 0-5 (Sumber: ASTM C33-03) Air Dapat dilakukan uji Laboratorium sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter. 2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter. 3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter. 4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter Balok Kuat Lentur Balok Kuat lentur beton adalah kemampuan balok beton yang diletakan pada dua perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang diberikan padanya, sampai benda uji patah dan dinyatakan dalam Mega Pascal (MPa) gaya tiap satuan luas (SNI ). Bagian Dalam 1/2 P Bagian Dalam P Bagian Dalam 1/2 P Tampak Samping Bagian Dalam 1/3 Bagian Dalam 1/3 Bagian Dalam 1/3 Bagian Dalam b Bagian Dalam h Bagian Dalam L Gambar 2.4. Perletakan dan Pembebanan Balok Uji (Sumber: SNI )

18 21 Ket : L = Jarak (Bentang) Antara Dua Garis Perletakan b = Lebar Tampak Samping Arah Horizontal h = Tinggi Tampak Samping Arah Horizontal P = Beban Tertinggi Yang Ditunjukkan Oleh Mesin Uji Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian kuat lentur beton dengan 2 titik pembebanan adalah sebagai berikut: 1. Untuk pengujian dimana patahnya benda uji ada di daerah pusat pada 1/3 jarak titik perletakan pada bagian tarik dari beton seperti Gambar 2.4 (a), maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan: P. L 2...(2.9) b. h 2. Untuk Pengujian dimana patahnya benda uji ada di luar pusat (diluar daerah 1/3 jarak titik perletakan) di bagian tarik beton, dan jarak antara titik pusat dan titik patah kurang dari 5% dari panjang titik perletakan seperti Gambar 2.4 (b), maka kuat lentur beton dihitung menurut persamaan: 3. P. a 2...(2.10) b. h Dengan: = Kuat lentur benda uji (MPa) P = Beban tertinggi yang dilanjutkan oleh mesin uji ( pembacaan dalam ton sampai 3 angka dibelakang koma) L = Jarak (bentang) antara dua garis perletakan (mm) b = Lebar tampang lintang patah arah horizontal (mm) h = Lebar tampang lintang patah arah vertikal (mm) a = Jarak rat-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi titik dari bentang (m). 3. Untuk benda uji yang patahnya di luar 1/3 lebar pusat pada bagian tarik beton dan jarak antara titik pembebanan dan titik patah lebih dari 5% bentang, hasil pengujian tidak dipergunakan.

19 22 Patah Pada Pusat 1/3 Bentang (L) Rumus (1) Patah Diluar 1/3 Bentang (L) Dan Garis Patak < 5% Dari bentang Rumus (2) Gambar 2.5. Daerah Patah Pada Balok Uji (Sumber: SNI ) Pada penelitian yang dilakukan Pathurahman (2003), menunjukkan bahwa keruntuhan yang terjadi pada benda uji balok beton ukuran 150x200x2000 mm diawali dengan retaknya beton. Retak yang selalu terjadi pada awal proses keruntuhan adalah retak lentur ditandai dengan pola retak yang tegak lurus. Secara umum retak tersebut terjadi pada saat beban mencapai di atas 90% dari beban teoritis atau sekitar 78% dari beban runtuh. Retak awal biasanya terjadi pada daerah pembebanan di sekitar tumpuan rol, kemudian retak terjadi di daerah tengah bentang selanjutnya di daerah sekitar sendi, atau sebaliknya. Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian kuat lentur beton berdasarkan ASTM C78/C78M-10e1adalah sebagai berikut: 1. Jika dalam pembebanan terjadi retak di dalam sepertiga tengah bentang, perhitungan modulus pecah sebagai berikut R =...(2.11)

20 23 keterangan : R = modulus pecah (psi, MPa) P = beban maksimum (lbf, N) L = panjang bentang (in, mm) b = lebar rerata benda uji (in, mm) d = tinggi rerata benda uji (in, mm) 2. Jika dalam pembebanan terjadi retak di luar sepertiga tengah dari panjang bentang dengan tidak lebih dari 5% panjang bentang, perhitungan modulus pecah sebagai berikut R =...(2.12) keterangan a = jarak rerata antara garis pecah dan tumpuan terdekat berdasarkan beban dalam balok catatan : berat balok tidak termasuk dalam perhitungan 3. Jika retak terjadi pada sepertiga tengah dari panjang bentang lebih dari 5% dari panjang bentang maka pengujian gagal

21 Analisis Balok P/2 P/2 q A B C D 1/3 L 1/3 L 1/3 L 0 ( + ) ( - ) 0 ( + ) Mmax Gambar 2.6. SFD dan BMD Reaksi Tumpuan: MB = 0 = (RAvxL) ( 1 2 Px 2 3 L) (1 2 Px 1 3 L) (qxlx 1 2 L) RAv = = RAvxL 2 6 PL 1 6 PL 1 2 ql2 3 6 PL ql2 L RAv = 1 2 P ql RAv = RBv

22 25 Momen: Mmax = (RAvx 1 2 L) (1 2 Px 5 30 L) (qx 1 2 Lx 1 4 L) =[( 1 2 P ql) 1 2 L] ( 5 60 PL) (1 8 ql2 ) = 1 4 PL ql PL 1 8 ql2 = 1 6 PL ql2 Gambar 2.7. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton Kondisi regangan seimbang (balance) terjadi jika: εc = dan εs = εy = fy Es Pada kondisi balans didapat: cb = ab cc T 0,003 0,003 + fy Es = β * Cb*d = 0.85 fc * b * ab = Asb * fy Karena H = 0, maka T = Cc Asb * fy = 0.85 * fc * b * ab

23 26 Asb = Mn Mu 0,85 fc b ab fy = T (d - a/2) = 0.80 *Mn Dari hasil analisa balok dapat diketahui besarnya beban P yang dapat bekerja pada balok, dari hasil percobaan juga akan diperoleh nilai P yang berguna untuk menghitung besarnya momen ultimit yang dapat dilayani, kedua nilai momen hasil dari analisis dan hasil pengujian akan dibandingkan Uji Anova Anova merupakan singkatan dari Analysis of Varian yaitu salah satu uji komparatif yang digunakan untuk menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok. Ada dua jenis Anova, yaitu analisis varian satu faktor (one wayanova) dan analisis varian dua faktor (two ways anova). Menurut Trihendradi, C. (2005)[14], Analisis varian satu variable digunakan untuk menentukan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata. Analisis ini memiliki asumsi bahwa kelompok varians memiliki asumsi yang sama. Pada penelitian ini digunakan analisis varian satu faktor. Prinsip uji Anova adalah melakukan analisis variabilitas data menjadi dua sumber variasi yaitu variasi di dalam kelompok (within) dan variasi antar kelompok (between). Bila variasi within dan between sama (nilai perbandingan kedua varian mendekati angka satu), maka berarti tidak ada perbedaan efek dari intervensi yang dilakukan, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan tidak ada perbedaan. Sebaliknya bila variasi antar kelompok lebih besar dari variasi didalam kelompok, artinya intervensi tersebut memberikan efek yang berbeda, dengan kata lain nilai mean yang dibandingkan menunjukkan adanya perbedaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Beton merupakan bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan agregat halus (pasir) yang dicampur semen sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1.Umum Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas dibatangnya. Bambu tumbuh dengan subur di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1. Umum Bambu merupakan bahan konstruksi yang banyak dimanfaatkan sebagai komponen bangunan. Bambu dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauaan Pustaka Beton mempunyai kata yang sama dengan bahasa Belanda. Dalam bahasa inggris dikenal dengan sebutan Conrete. Dan dalam bahas Jepang dikenal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bambu 2.1.1.1. Umum Bambu merupakan rumput raksasa dari keluarga Bambusoideae. Diperkirakan ada 60-90 generasi dari bambu, mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus atau pasir yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian

Lebih terperinci

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN Devi Nuralinah Dosen / Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Bambu dapat tumbuh dengan cepat dan mempunyai sifat mekanik yang baik dan dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II TINJAUAN

Lebih terperinci

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL Suci Indah Suryani 1), Agus Setiya Budi 2), Sunarmasto 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret 2) 3) Pengajar Program Studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha 82 LAMPIRAN 83 Tabel 1 Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm) Beton Dengan Faktor Air Semen.5 Dan Jenis Semen Dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia Jenis Semen Semen portland tipe 1 atau semen tahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu pengujian mekanik beton, pengujian benda uji balok beton bertulang, analisis hasil pengujian, perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM Bagus Zaki Baridwan 1), Agus Setiya Budi 2), Sugiyarto 3) 1) Mahasiswa Program S1 Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah bahan homogen yang didapatkan dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus, semen dan air. Campuran ini akan mengeras akibat reaksi kimia dari air dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR. PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I ( Kajian Eksperimental) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan

3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI Pendahuluan 3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAMBU TALI 3.1. Pendahuluan Analisa teoritis dan hasil eksperimen mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mekanika bahan (Gere dan Timoshenko, 1997). Teori digunakan untuk

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Lampiran I Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir Berat Berat Berat Berat Lolos Ukuran Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif (gram) (%) Komulatif (%) (%) No.4 (4,8 mm) 0 0 0 100 No.8 (2,4 mm) 0 0 0

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Irmawati Indahriani Manangin Marthin D. J. Sumajouw, Mielke Mondoringin Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air dan semen atau dengan bahan tambahan atau zat aditif. Bahan bahan air dan semen bereaksi secara kimiawi

Lebih terperinci

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana

Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 3, No. 1, November 2011 21 Analisis Bambu Walesan, Bambu Ampel dan Ranting Bambu Ampel sebagai Tulangan Lentur Balok Beton Rumah Sederhana Hery Suroso & Aris widodo Jurusan

Lebih terperinci

Viscocrete Kadar 0 %

Viscocrete Kadar 0 % 68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.

Lebih terperinci

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban yang mampu diterima serta pola kegagalan pengangkuran pada balok dengan beton menggunakan dan tanpa menggunakan bahan perekat Sikadur -31 CF Normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR Regina Deisi Grasye Porajow M. D. J. Sumajouw, R. Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Lebih terperinci

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR OLEH : Gusti Ayu Ardita Fibrianti 1004105096 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 ABSTRAK.Baja merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT LEKAT DAN KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU ORI PADA BETON NORMAL SKRIPSI

KAJIAN KUAT LEKAT DAN KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU ORI PADA BETON NORMAL SKRIPSI KAJIAN KUAT LEKAT DAN KUAT LENTUR BALOK BERTULANGAN BAMBU ORI PADA BETON NORMAL Study of Bond Strength and Flexural Strength of Ori Bamboo Reinforcement Beams in Normal Concrete SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK

Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton ABSTRAK Pilinan Bambu sebagai Alternatif Pengganti Tulangan Tarik pada Balok Beton Endang Kasiati, Boedi Wibowo Staft Pengajar Program Studi DiplomaTeknik Sipil FTSP ITS Email: en_kas@ce.its.ac.id, boewi_boy@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

Jln. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126; Telp

Jln. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126; Telp KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BAMBU ORI TAKIKAN TIPE U DENGAN JARAK TAKIKAN 10 CM Nur Rohmad 1), Agus Setiya Budi 2), Endang Rismunarsi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM

MATERI/MODUL MATA PRAKTIKUM PENGUJIAN BETON 4.1. Umum Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebahan, yaitu kuat tariknya rendah hanya 9 15% dari kuat desaknya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK

PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN VARIASI RATIO TULANGAN TARIK Stevie Andrean M. D. J. Sumajouw, Reky S. Windah Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:stevee.pai@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR Million Tandiono H. Manalip, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email : tan.million8@gmail.com

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, dapat disimpulkan kolom dengan variasi 40% sebelumnya menerima beban sebesar 56,4953 kn, setelah diperbaiki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN JUDUL ENGLISH... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR ISTILAH... xi DAFTAR NOTASI...

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI . Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI 0-8-000 Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas) Perhitungan perencanaan campuran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM

KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM KAJIAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU WULUNG TAKIKAN TIPE V DENGAN JARAK TAKIKAN 4 CM DAN 5 CM Muhammad Irsyad Aji Sutrasno 1), Agus Setiya Budi 2), Wibowo 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Beton merupakan bahan yang tersusun dari semen (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air,dan bahan tambah (admixture atau additive). Pada umumnya, beton mengandung

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi

KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA. Naskah Publikasi KAJIAN KUAT LENTUR PELAT BERTULANG BIASA DAN PELAT BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA TUMPUAN SEDERHANA Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Baja Baja adalah salah satu dari bahan konstruksi yang paling penting. Sifatsifatnya yang terutama penting dalam penggunaan konstruksi adalah kekuatannya yang tinggi, dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian terhadap kolom langsing yang diperbaiki dengan menggunakan fiber glass diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kolom yang mengalami kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Di Indonesia hampir seluruh

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN Laris Parningotan Situmorang, H. Manalip, Banu Dwi Handono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Balok Balok merupakan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN Suhu Awal : 25 C Semen : 64 gram Piknometer I A. Berat semen : 64 gram B. Volume I zat cair : 1 ml C. Volume II zat cair : 18,5 ml D. Berat isi air : 1 gr/cm 3 A Berat jenis

Lebih terperinci

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum 8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI 8.1. Pembahasan Umum Penggunaan bambu sebagai bahan bangunan bukan merupakan hal yang baru, tetapi pemanfaatannya pada umumnya hanya dilakukan berdasarkan pengalaman

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Batako 3.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik ( portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON Oleh : Soeparno dan Didiek Purwadi *) Abstrak : Dalam pembangunan fisik infrastruktur

Lebih terperinci

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error!

3.4.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus Error! Bookmark not defined Kadar Lumpur dalam Agregat... Error! DAFTAR ISI JUDUL... i PERSETUJUAN... ii LEMBAR PLAGIASI...iii ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR NOTASI...xvi BAB I PENDAHULUAN... Error!

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL 1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi persyaratan umum dan persyaratan teknis perencanaan proporsi campuran beton untuk digunakan sebagai salah satu acuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN IV.1 ANALISIS PEMBUATAN SAMPEL Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian material untuk mengecek kualitas dan perhitungan rancang campuran. Material yang diuji

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan. pertama dan penurunan defleksi. 74 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian perkuatan balok dengan Sika Carbodur S512 diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah: BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA

INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA INFRASTRUKTUR KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR TEMPURUNG KELAPA Flexural Capacity of Reinforced Concrete Beam Using Coarse Aggregate from Coconut Shell I Wayan Suarnita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan kebutuhan akan tempat tinggal juga akan meningkat. Akibat zaman yang

Lebih terperinci

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Lampiran A Berat Jenis Pasir Berat Piknometer = A = 186 gram Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Berat piknometer + Air = D = 665 gram Berat contoh kering

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D TINJAUAN KUAT GESER BALOK BETON SEDERHANA DENGAN SENGKANG KOMBINASI ANTARA SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG MODEL U ATAU n YANG DIPASANGAN SECARA MIRING SUDUT TIGA PULUH DERAJAT Naskah Publikasi untuk

Lebih terperinci

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE

KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU BENDING CAPACITY OF BAMBOO REINFORCED CONCRETE PLATE KAPASITAS LENTUR PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU Dharma Putra 1, I Wayan Sedana 1, dan Kadek Budi Santika 2 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kapasitas lentur plat beton bertulangan

Lebih terperinci

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM

KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM KUAT LENTUR BALOK BETON TULANGAN BAMBU PETUNG VERTIKAL TAKIKAN TIPE U LEBAR 3 CM TIAP JARAK 10 CM Ayu Noviana Isman 1), Agus Setiya Budi 2), Bambang Santosa 3) 1) Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI

METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI METODE PENGUJIAN KUAT LENTUR NORMAL DENGAN DUA TITIK PEMBEBANAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua titik Pembebanan dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty Abstrak Beton mempunyai kekurangan yang cukup signifikan, yaitu mempunyai kuat tarik yang rendah. Penambahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI-03-2847- 2002). Penggunaan beton

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Agregat kasar ringan dari limbah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS IV-1 BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS Data hasil eksperimen yang di dapat akan dilakukan analisis terutama kemampuan daktilitas beton yang menggunakan 2 (dua) macam serat yaitu serat baja dan serat

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR

TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR TINJAUAN KUAT GESER DAN KUAT LENTUR BALOK BETON ABU KETEL MUTU TINGGI DENGAN TAMBAHAN ACCELERATOR Laksmi Irianti 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran kuat geser dan kuat lentur balok

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pelat Pelat beton (concrete slabs) merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah balok dengan ukuran panjang 300 cm, tinggi 27 cm dan lebar 15 cm. Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah beton

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i ii iii v x xii xiii xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

Lebih terperinci

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM

KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR 1 DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 15 CM KUAT LENTUR BALOK TULANGAN BAMBU PETUNG TAKIKAN TIDAK SEJAJAR TIPE U LEBAR DAN 2 CM PADA TIAP JARAK 5 CM Alsenda Kemal Pasa ), Agus Setiya Budi 2), Edy Purwanto 3) ) Mahasiswa Program S Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci