PENGARUH TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR TERHADAP PERUBAHAN CADANGAN AIR TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Oleh AWALUDDIN A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR TERHADAP PERUBAHAN CADANGAN AIR TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. Oleh AWALUDDIN A"

Transkripsi

1 PENGARUH TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR TERHADAP PERUBAHAN CADANGAN AIR TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Oleh AWALUDDIN A PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN AWALUDDIN. Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air Terhadap Perubahan Cadangan Air Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit. (dibawah bimbingan KUKUH MURTILAKSONO dan LATIEF M. RACHMAN) Pengusahaan kelapa sawit memerlukan jangka waktu yang panjang sebelum mencapai produksi maksimum pada umur tahun. Kelapa sawit tumbuh baik pada kawasan dengan curah hujan tahunan mm tanpa adanya bulan kering yang jelas. Bulan kering yang panjang pada perkebunan kelapa sawit di Lampung mengakibatkan defisit air dan mengganggu produktivitas kelapa sawit. Untuk itu perlu diperlukan tindakan konservasi tanah dan air yang mampu memanen curah hujan pada musim hujan sehingga bisa dimanfaatkan pada musim kemarau. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan teknik konservasi tanah dan air yang mampu meresapkan air ke dalam tanah sehingga dapat digunakan sebagai cadangan air tanah pada musim kemarau. Penelitian dilakukan pada 3 (tiga) microcatchment di Afdeling 3 Unit Usaha Rejosari PTPN VII Propinsi Lampung dari bulan Februari bulan Juni Teknik konservasi tanah dan air yang dilakukan pada dua microcatchment adalah perlakuan teras gulud pada Blok 375 (Blok 1) dan perlakuan rorak pada Blok 414 (Blok 3), sedangkan microcatchment ketiga sebagai kontrol (tanpa perlakuan) terletak pada Blok 415 (Blok 2). Perlakuan guludan dan rorak dilengkapi dengan lubang peresapan dan mulsa vertikal. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan teknik konservasi tanah dan air di Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud) menyebabkan perubahan cadangan air dalam tanah (storage) menjadi lebih baik masing-masing

3 sebesar mm dan mm dibandingkan Blok 2 (tanpa perlakuan) yang memiliki perubahan storage sebesar mm. Dengan memperhitungkan curah hujan tanggal 10 Januari - 17 Februari 2006, pada Blok 1 ( mm), Blok 2 ( mm) dan Blok 3 ( mm), maka perubahan storage pada semua blok bernilai positif dimana nilai terbesar terdapat di Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud) masing-masing sebesar mm dan mm serta terkecil Blok 2 (tanpa perlakuan) yang hanya mm. Dengan nilai evapotranspirasi selama bulan Juli - Oktober 2006 masing-masing sebesar mm, mm, mm dan mm, maka perlakuan rorak mampu menunda kekeringan hingga 2.33 bulan (± 70 hari) berikutnya, perlakuan teras gulud 1.66 bulan (± 50 hari) berikutnya dan tanpa perlakuan yang hanya kurang dari 0.5 bulan (± 15 hari) berikutnya. Perlakuan rorak dan guludan sama efektifnya dalam menunda kekeringan, tetapi karena perbedaan karakteristik iklim (curah hujan) dan DAS yang berbeda seperti tanah (kedalaman solum dan lapisan kedap), topografi (kemiringan lereng), bentuk DAS dan vegetasi menyebabkan perlakuan rorak mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan guludan.

4 SUMMARY AWALUDDIN. Effect of Soil and Water Conservation Techniques on Change of Soil Water Storage in Oil Palm Plantation. (Under Academic Supervision of KUKUH MURTILAKSONO and LATIEF M, RACHMAN). Cultivation of oil palm plantation requires long period of time to reach maximum production at the age of years. Oil palm grows well in areas with annual rainfall of mm, without long consecutive dry months. Long dry months in oil palm plantation in Lampung has produced water deficit and influenced the oil palm productivity. Therefore, there is a need for soil and water conservation measures which are able to harvest rainfall in the rainy season, so that the water could be utilized during the season. The objective of this research was to obtain soil and water conservation technique that is able to infiltrate water into the soil, and it could be allocated as soil water storage in dry season. The research was conducted in 3 (three) microcatchment areas in Afdeling 3, Unit Usaha Rejosari PT Perkebunan Nusantara VII, Lampung, from February to June Soil and water conservation techniques that were implemented in two microcacthments, i.e bund terraces in Block 375 ( Block 1) and silt pits in Block 414 (Block 3). On the other hand, the third microcacthment was threated as control (without treatment), and located in Block 415 (Block 2). The treatment were completed with overlandflow stored holes and vertical mulch. The research indicated that soil and water conservation techniques in Block 3 (silt pits treatment), and Block 1 (bund terraces treatment) gave better soil water storage change, namely mm and mm respectively, as

5 compared to that of Block 2 (without treatment; mm). By considering the amount of rainfall on 10 January 17 February 2006 in Block 1 ( mm), Block 2 ( mm) and Block 3 ( mm) soil water change in all blocks had positive values, whereas the highest values occurred in Block 3 (silt pits treatment) and Block 1 (bund terraces) with values of mm and mm respectively, and the lower value was in Block 2 (without treatment) that was only mm. Calculating the evapotranspiration values during July October 2006 that were mm, mm, mm, and mm, respectively, the silt pits treatment could supply water up to following 2.33 months (± 70 days), whereas that for bund terraces treatment was 1.66 months (± 50 days), and that for no treatment was only less than 0.5 months (± 15 days). Treatment of silt pits and bund terraces had equal effectiveness in delaying water deficit. However, due to differences in terms of climate (rainfall) and cacthment characteristics (such as soil properties, solum depth, impervious layer depth, topography, slope, shape of watershed and vegetation) it appeared that silt pit treatment could higher increase soil water storage, as compared to that of bund terraces treatment.

6 PENGARUH TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR TERHADAP PERUBAHAN CADANGAN AIR TANAH PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Oleh AWALUDDIN A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

7 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Perubahan Cadangan Air Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit : Awaluddin : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, MS NIP Dr. Ir. Latief M. Rachman NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sungailiat Propinsi Bangka-Belitung tanggal 8 Januari 1982, sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Syamsul Bahri Nasution dan Ibu Nurhasanah Daulay. Pada tahun 1994 penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Tunggilis I di Bogor, tahun 1997 lulus Madrasah Tsanawiyah Ar-Rohmah di Bogor dan pada tahun 2000 lulus Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Cibinong di Kabupaten Bogor. Tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Tanah melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis aktif sebagai anggota Staf Biro Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (BEM TPB) periode , sebagai Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) , sebagai Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan Organisasi Badan Eksekutif Wilayah II (BEW II) Forum Komunikasi Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) periode , Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode

9 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, hanya dengan rahmat dan berkah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis melakukan penelitian di Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara ( PTPN ) VII Unit Usaha Rejosari Propinsi Lampung berjudul Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air Terhadap Perubahan Cadangan Air Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada: 1. Direksi dan staf PPKS Medan yang telah mendanai penelitian ini. 2. Manager dan staf Unit Usaha Rejosari PTPN VII Lampung beserta sinder dan staf afdeling III. 3. Bapak Kukuh Murtilaksono dan Bapak Latief M. Rachman, pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasehat serta dukungan moril dan materil dalam penulisan karya ilmiah ini. 4. Bapak Sudarmo, Bapak Yayat Hidayat, Bapak D.P.T Baskoro, Bapak Ibnu Umar dan Bapak Wahyu Purwakusuma yang juga telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. 5. Ibunda dan ayahanda serta saudaraku yang selalu membantu, mendoakan, memberikan semangat dan sebagai motivator sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya di IPB. 6. Mas Pedro, Pak Hasan, Mas Ratno dan Pak Lan, yang telah membantu penulis selama ini di lapang baik secara moril maupun fisiknya.

10 7. Weni, Indri, Ida, Mala, Elin, Ika serta Hendra dan Frans sahabat seperjuangan yang telah sangat membantu penulis di lapang maupun di kampus. 8. Sahabat sejati di kapayun (hendi, aris, vicky dan firman), rumah kuning (dhany, atur, dimas), holywood (dodo) alma (oka dan yusril) tepi barat (dadan, ardi dan alvane) thanks for all fren. 9. Teman - teman di jurusan tanah angkatan 39 (ANTILANTANIDA), 37, 38, 40 dan 41 yang telah memberikan semangatnya kepada penulis selama penelitian ini. 10. Teman-teman seperjuangan di HMIT yang telah memberikan begitu banyak pelajaran bagi penulis selama menempuh pendidikan di IPB. 11. Seluruh dosen baik dari departemen tanah maupun dari luar departemen yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis selama ini, semoga ilmu yang telah diajarkan menjadi amal ibadah dan ladang kebaikan. 12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam kelancaran penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna sehingga masukan sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Mei 2007 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Hipotesis... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 Siklus Hidrologi... 5 Presipitasi... 6 Intersepsi... 7 Evapotranspirasi... 8 Aliran Permukaan... 8 Neraca Air... 9 Konservasi Tanah dan Air Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Faktor Cuaca dan Iklim Suhu Udara Curah Hujan Kelembaban Udara... 14

12 Radiasi Surya Faktor Tanah III. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metodologi Penelitian Perlakuan Konservasi Tanah dan Air Instalasi dan Tata Letak Peralatan Teknik Pengamatan dan Pengukuran di Lapang Curah Hujan Intersepsi Evapotranspirasi Aliran Permukaan Neraca Air Analisa Data IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Topografi Keadaan Tanah Keadaan Geologi dan Geomorfologi Keadaan Iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN Curah Hujan

13 5.2. Intersepsi Evapotranspirasi Aliran Permukaan Neraca Air Kemampuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Menunda Kekeringan Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah Hubungan Kadar Air Tanah dengan Cadangan Air dalam Tanah Hubungan Total Runoff terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah Hubungan Karakteristik DAS terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 64

14 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1 Persyaratan iklim untuk perkebunan kelapa sawit Jumlah curah hujan bulanan periode 18 Februari 30 Juni 2006 (mm) Jumlah curah hujan mingguan periode 18 Februari 30 Juni 2006 (mm) Persentase intersepsi hujan mingguan setiap blok Jumlah evaporasi dan evapotranspirasi mingguan di areal penelitian (mm) Komponen hidrograf di setiap blok (mm) Persentase curah hujan terhadap komponen hidrograf Perubahan cadangan air dalam tanah mingguan (mm) Cadangan air dalam tanah (> 30 Juni 2006) Lampiran 1 Sifat fisik tanah di lokasi penelitian Data iklim BMG Raden Inten II Lampung Curah hujan harian 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm) Intersepsi harian 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm) Evapotranspirasi potensial harian 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm)... 74

15 6 Aliran permukaan harian 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm) Neraca air harian Blok 1 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm) Neraca air harian Blok 2 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm) Neraca air harian Blok 3 18 Februari - 30 Juni 2006 (mm)... 90

16 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1 Guludan bersaluran (a) dan rorak (b) dilengkapi dengan lubang peresapan dan mulsa vertikal Alat penakar hujan otomatis (a) dan Panci Kelas A (b) Alat ukur lolosan tajuk bak besi (a), talang (b), botol dengan corong (c) dan alat ukur aliran batang (d) Automatic Water Level Recorder (AWLR) (a) dan Weir (b) 21 5 Topografi (DEM) ketiga microcatchment Blok 1 (a), Blok 2 (b) dan Blok 3 (c) Distribusi curah hujan mingguan selama penelitian Grafik curah hujan dan intersepsi Blok Grafik curah hujan dan intersepsi Blok Grafik curah hujan dan intersepsi Blok Evapotranspirasi potensial mingguan Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overlandflow di Blok Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overlandflow di Blok Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overlandflow di Blok Proporsi curah hujan terhadap aliran permukaan pada areal penelitian..

17 15 Perubahan cadangan air dalam tanah mingguan Hubungan aliran permukaan terhadap perubahan cadangan air dalam tanah Lampiran 1 Peta Afdeling III Unit Usaha Rejosari PTPN VII Tata Letak Stasiun Pengamatan... 96

18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi sub sektor pertanian yang berharga dan digali oleh pemerintah untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pada saat ini sektor perkebunan dapat menjadi lokomotif pembangunan nasional karena dengan dukungan sumber daya yang besar, berorientasi pada ekspor dan komponen impor yang kecil akan dapat mengembangkan devisa non migas dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia adalah kelapa sawit. Selama tiga dasawarsa terakhir, kelapa sawit menjadi komoditi unggulan dan semakin penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Pengembangan kelapa sawit akan memberikan tambahan sumber devisa. Total devisa ekspor produk berbasis minyak sawit mencapai 4,8 miliar dollar AS atau 8 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia tahun Proyek ini pun memberikan tambahan lapangan kerja di perkebunan inti dan enam juta orang untuk keluarga petani plasma dan industri penunjang dengan penghasilan rata-rata Rp 2 juta per bulan (Chandra, 2005). Melihat luas dan potensi wilayah Indonesia sebenarnya kelapa sawit memiliki peluang cukup besar untuk menguasai pasar kelapa sawit dunia dan untuk itu hingga saat ini Indonesia terus berusaha mengembangkan perkebunan

19 baru. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus meningkat dalam beberapa terakhir ini dengan laju pertumbuhan rata-rata sekitar 10.9 % per tahun (CIC, 2001). Terbukti dalam 20 tahun terakhir ( ), pertambahan kebun kelapa sawit meningkat 837 % atau dengan luas lahan ± ha (Ditjenbun, 2006). Lubis (1992) menyatakan bahwa lahan yang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit telah berkurang sehingga pengembangan perkebunan kelapa sawit diarahkan pada lahan-lahan marjinal yang kurang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit, seperti di Sumatera bagian selatan (Lampung, Jambi dan Palembang), Sumatera bagian timur (Riau), Kalimantan (Kalimantan Timur) dan Jawa Barat (Banten). Lahan tersebut dikategorikan sebagai lahan marjinal dikarenakan sering mengalami bulan kering yang panjang dan curah hujan yang rendah. Pengusahaan kelapa sawit memerlukan jangka waktu yang panjang sebelum mencapai produksi maksimum pada umur tahun dan produksinya peka terhadap perubahan-perubahan faktor lingkungan yang salah satunya adalah lama bulan kering. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Darmosarkoro, Harahap dan Syamsudin (2001) menyatakan bahwa kekeringan berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman, pertumbuhan vegetatif, produksi, populasi hama dan penyakit serta gulma pada lahan kelapa sawit. Menurut Siregar (1998) yang menggunakan simulasi terhadap produksi kelapa sawit di Lampung dengan menggunakan karakteristik kekeringan menunjukkan bahwa akibat kekeringan yang terjadi Lampung produksi minyak menurun 8-10 % setiap penurunan curah hujan sebesar 100 mm/tahun,

20 Darmosarkoro et al. (2001) menguatkan bahwa dengan defisit air mm/tahun di perkebunan kelapa sawit di Lampung menurunkan produktivitas kelapa sawit % tergantung terhadap umur tanaman. Siregar (2003) menyatakan bahwa kesesuaian iklim untuk perkebunan kelapa sawit berdasarkan parameter curah hujan, bulan kering, lama penyinaran matahari dan suhu udara di wilayah Rejosari (Lampung) tidak sesuai untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit pada daerah bertipe iklim A B menurut Schmidt dan Ferguson atau Afa menurut Koppen (seperti di Sumatera Utara, ton CPO ha/tahun) umumnya lebih tinggi dibandingkan daerah bertipe iklim B C atau Ama (seperti di Lampung, ton CPO ha/tahun) (Siregar, 2003). Berdasarkan karakteristik kekeringan yang menyebabkan penurunan produktivitas pada perkebunan kelapa sawit di Lampung, maka diperlukan tindakan konservasi tanah dan air dalam bentuk teras gulud dan rorak yang dilengkapi lubang resapan serta mulsa vertikal agar air yang jatuh pada musim hujan dapat diresapkan secara maksimal ke dalam tanah melalui infiltrasi sehingga tersimpan menjadi cadangan air dalam tanah. Diharapkan dengan tindakan konservasi tanah dan air akan tersedia air yang cukup di bulan kemarau sehingga tidak mengganggu produktivitas kelapa sawit Tujuan a. Meneliti perubahan neraca air akibat teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan di perkebunan kelapa sawit. b. Mendapatkan teknik konservasi tanah dan air yang mampu meningkatkan cadangan air tanah dan menunda kekeringan di perkebunan kelapa sawit.

21 1.3. Hipotesis Perlakuan teknik konservasi tanah dan air mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah (storage) sehingga mampu menunda kekeringan yang terjadi pada areal perkebunan kelapa sawit.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Pengertian dan pengukuran tentang rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air saat jatuh di permukaan bumi hingga menguap ke udara dan kemudian jatuh kembali ke bumi sangat penting dalam hidrologi (Haridjaja et al., 1990). Menurut Seyhan (1990) daur hidrologi diberi batasan sebagai tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer; evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi didalam tanah maupun ditubuh air. Arsyad (2000) menjelaskan secara terinci tentang siklus air, bahwa sebagian air yang jatuh (hujan) menguap sebelum tiba di permukaan bumi, yakni ketika sedang jatuh atau ditahan dan melekat pada tumbuh-tumbuhan. Bagian air hujan yang ditahan dan melekat di permukaan daun dan cabang disebut air intersepsi dan peristiwa penahanan air tersebut disebut peristiwa intersepsi. Air hujan yang sampai di permukaan tanah adalah air yang jatuh langsung, air hujan yang setelah tertahan oleh daun atau cabang pohon kemudian jatuh ke permukaan tanah disebut lolosan tajuk, dan air hujan jatuh di permukaan daun, cabang, batang kemudian mengalir melalui batang ke bawah disebut aliran batang. Bagian dari air tersebut yang sampai ke permukaan tanah disebut persediaan air permukaan akan mengalir di permukaan atau masuk kedalam tanah. Air yang mengalir di permukaan tanah disebut aliran permukaan. Peristiwa masuknya air

23 kedalam tanah disebut infiltrasi. Aliran permukaan akan terkumpul didalam danau reservoir atau sungai dan kemudian mengalir ke laut. Dalam perjalanan air menuju laut sebagian ada yang diuapkan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah akan segera keluar kembali ke sungai-sungai sebagai aliran intra (interflow), sedangkan sebagian besar lainnya akan tersimpan sebagai air tanah yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah sebagai limpasan air tanah (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) Presipitasi Presipitasi adalah proses jatuhnya air dari udara kedalam bentuk padat atau cair seperti hujan, salju, es, kabut atau embun ke permukaan bumi (Haridjaja et al., 1990). Menurut Viesmann et al. (1977) bentuk dan jumlah presipitasi dipengaruhi oleh faktor iklim antara lain seperti angin, suhu dan tekanan atmosfer. Di daerah tropis, presipitasi ditemui dalam bentuk hujan, maka presipitasi dalam konteks daerah tropis sama dengan hujan. Sedangkan curah hujan menurut WMO (1971 dalam Japar, 2000) adalah air hujan yang jatuh pada permukaan tanah selama jangka waktu tertentu, diukur dalam satuan tinggi kolom di atas permukaan horisontal, apabila tidak terjadi penghilangan-penghilangan oleh proses penguapan, pengaliran dan peresapan ke dalam tanah. Satu hari hujan adalah periode 24 jam dimana terkumpul curah hujan setinggi 0,5 mm atau lebih dan curah hujan kurang dari ketentuan tersebut, hari hujannya dianggap nol. Menurut para ahli hanya ± 25 % dari seluruh presipitasi yang jatuh di daratan mengalir ke laut melalui permukaan dan aliran bawah tanah, sedangkan

24 sisanya ± 75 % kembali ke udara melalui proses evaporasi dari permukaan air, tanah, batu, dan benda-benda lain di permukaan bumi, serta melalui proses transpirasi. Namun demikian uap air hasil evapotranspirasi bukanlah sumber utama presipitasi di daratan yang bersangkutan, karena seringkali terserap oleh massa udara kering dan hanya sebagian kecil yang terpresipitasikan kembali pada tempat yang sama. Sumber presipitasi di daratan adalah uap air hasil evaporasi di permukaan laut yang terbawa ke daratan bersama massa udara yang bergerak sebagai angin laut (Haridjaja et al., 1990) Intersepsi Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi, di atas permukaan tanah, tertahan beberapa saat untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Air hujan jatuh pada permukaan tajuk vegetasi akan mencapai permukaan lantai hutan melalui dua proses mekanis, yaitu lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Air lolos jatuh langsung ke permukaan tanah melalui ruangan antar tajuk/daun atau menetes melalui daun, batang dan cabang, sedangkan aliran batang adalah air hujan yang dalam perjalanan mencapai permukaan tanah mengalir melalui batang vegetasi. Dengan demikian, intersepsi hujan adalah beda antara curah hujan total dan hasil pertambahan antara lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow) (Asdak, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi intersepsi curah hujan pada suatu areal bervegetasi dipengaruhi oleh konposisi spesies, umur tanaman, kerapatan tegakan, musim dalam setahun dengan keragaman dalam intensitas presipitasi (Seyhan, 1990). Peranan intersepsi hujan oleh vegetasi hujan dalam neraca air

25 dari suatu daerah aliran sungai (DAS) adalah sangat besar, hal ini berkaitan dengan mekanisme berlangsungnya proses-proses evaporasi dan transpirasi yang terjadi dalam masyarakat vegetasi (Asdak, 2004) Evapotranspirasi Evaporasi adalah peristiwa perubahan air menjadi uap air dan bergerak dari permukaan tanah dan air ke udara/atmosfer, sedangkan transpirasi ialah peristiwa penguapan air dari tanaman. Kedua proses tersebut terjadi secara bersamaan disebut evapotranspirasi (Haridjaja et al., 1990). Viessman et al. (1977) menyatakan bahwa evapotranspirasi dipengaruhi oleh faktor meteorologis dan geografis. Faktor meteorologis adalah radiasi, suhu, kelembaban dan angin. Faktor geografis meliputi kandungan lengas tanah, karakteristik kapilaritas tanah, kadar air tanah jenuh dan vegetasi. Menurut Seyhan (1990) untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap evapotranspirasi, maka evapotranspirasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evapotranspirasi potensial yang lebih berpengaruh terhadap iklim dan evapotranspirasi aktual yang lebih dipengaruhi oleh fisiologi tanaman dan unsur tanah. Metode pengukuran maupun pendugaan evapotranspirasi secara umum tidak dapat digunakan pada semua kondisi sehingga harus dipilih pengukuran maupun pendugaan sesuai dengan kondisi setempat. Pendugaan evapotranspirasi didasarkan pada pengukuran dengan lisimeter, panci evaporasi dan estimasi dengan menggunakan rumus Penman, Thornwaite atau Blaney Criddle Aliran Permukaan (Runoff)

26 Aliran permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai, danau dan lautan (Asdak, 2004). Arsyad (2000) menjelaskan aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan tanah dan terjadi apabila intensitas hujan lebih besar dari laju infiltrasi. Aliran permukaan merupakan penyebab terjadinya erosi, karena berfungsi sebagai pengangkut bahan- bahan tanah. Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993) faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor meteorologi yang diwakili oleh curah hujan dan faktor DAS berupa sifat-sifat fisik. Haridjaja et al. (1990) lebih dalam menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi aliran permukaan pada dasarnya dibagi menjadi dua hal yaitu pertama iklim yang meliputi tipe, intensitas, lama dan distribusi hujan, temperatur, angin dan kelembaban. Kedua kondisi dan sifat DAS yang meliputi kadar air tanah awal, ukuran bentuk, elevasi dan topografi DAS, vegetasi yang tumbuh di atas permukaan tanah serta geologi dan jenis tanah. Volume limpasan dari suatu DAS dapat dianalisis melalui pemisahan hidrograf (hidrograf separation). Menurut Viessman et al. (1977) hidrograf dari suatu debit sungai terdiri dari curah hujan yang jatuh dari permukaan sungai, aliran bawah permukaan dan aliran bawah tanah. Ada dua teknik pemisahan hidrograf yaitu metode sederhana dan metode empirik. Metode sederhana memisahkan debit menjadi aliran dasar (baseflow) dan aliran permukaan. Metode empirik memisahkan komponen aliran sungai menjadi tiga bagian yaitu aliran permukaan (overlandflow), aliran bawah permukaan (interflow) dan aliran air bawah tanah (baseflow).

27 2.6. Neraca Air Penafsiran kuantitatif daur hidrologi dapat dicapai dengan suatu persamaan umum yang disebut neraca air. Persamaan neraca air menggambarkan prinsip bahwa selang waktu tertentu, masukan air total pada selang tertentu sama dengan keluaran total ditambah perubahan bersih dalam cadangan (Seyhan, 1990) Secara umum persamaan neraca air menurut Seyhan (1990), dirumuskan sebagai berikut : P ( Q + I + T + E + Q s ) =?S dimana : P : presipitasi (mm) Q : aliran sungai (mm) I : intersepsi (mm) T : transpirasi (mm) E : evaporasi (mm) Q s : infiltrasi/perembesan yang dalam (mm)?s : perubahan penyimpanan kelengasan tanah (mm) Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1993), persamaan neraca air adalah sebagai berikut : P = Q + E + G + M dimana : P : curah hujan (mm) Q : debit (mm) E : evapotranspirasi (mm) G : penambahan (supply) air tanah (mm) M : penambahan kadar kelembaban tanah (mm) 2.7. Konservasi Tanah dan Air

28 Konservasi tanah dapat diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah dengan penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah, sedangkan konservasi air pada prinsipnya penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk pertanian seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2000). Metoda konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu metoda vegetatif, metoda mekanik dan metoda kimia. Pada penelitian ini digunakan metoda mekanik dan metoda vegetatif, yaitu dengan membuat guludan bersaluran dan rorak yang dilengkapi lubang resapan dengan diberi serasah (mulsa vertikal). Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotang arah lereng. Serupa halnya dengan guludan, rorak merupakan sejenis embung yang dibuat searah kontur. Didasar rorak dan guludan dibuat lubang resapan yang selanjutnya diisi dengan mulsa vertikal yang berfungsi mengefektifkan peresapan air ke dalam tanah. Jarak antar guludan dan antar rorak tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah dan erosivitas hujan. Mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah, mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan serta mengurangi daya gerus aliran permukaan (Arsyad, 2000) Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang baik terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang

29 diberikan. Seperti tanaman budiddaya lainnya, maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain (Lubis, 1992) Faktor Cuaca dan Iklim Persyaratan iklim untuk tanaman perkebunan kelapa sawit yang dirangkum dari berbagai pustaka dari hasil penelitian dan observasi bertahuntahun pada berbagai lokasi (Siregar, 2003) ditunjukkan pada Tabel 1. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada iklim zone khatulistiwa dengan kelas iklim Af dan Am menurut klasifikasi Koppen. Tanaman ini dibudidayakan secara komersial pada kawasan-kawasan yang memiliki curah hujan yang lebih besar dibandingkan evapotranspirasi sekurang-kurangnya 9 bulan dalam setahun (Fewerda, 1977 dalam Siregar, 2003). Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit terletak antara 15 0 Lintang Utara sampai 15 0 Lintang Selatan. Unsurunsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit antara lain : suhu udara, curah hujan, kelembaban udara dan radiasi surya Suhu Udara Tanaman kelapa sawit tumbuh dan berkembang baik pada kawasan yang mempunyai suhu udara rata-rata C (Fewerda, 1977 dalam Siregar, 2003). Untuk produksi yang tinggi dibutuhkan suhu maksimum rata - rata pada kisaran C dan suhu minimum rata-rata pada kisaran C (Hartley, 1977). Fewerda (1977 dalam Siregar, 2003) menyatakan bahwa suhu udara dibawah 22 0 C dapat menghambat pertumbuhan dan mengurangi hasil produksi. Penurunan hasil tersebut disebabkan meningkatnya keguguran bunga sebelum antesis pada

30 suhu yang relatif rendah. Hartley (1977) mengungkapkan bahwa pertumbuhan tanaman kelapa sawit terhenti pada suhu15 0 C dan pertumbuhan maksimum pada suhu udara 28 0 C. Tabel 1. Persyaratan iklim untuk perkebunan kelapa sawit Peneliti Tahun Lokasi observasi Unsur iklim Batas bawah Optimum Batas atas Hartley 1988 Afrika Curah Hujan (mm/tahun) ± 2000 Malaysia Bulan kering (<60mm) < 3 Indonesia Penyinaran Matahari (jam /hari) ± 5 7 Suhu udara rata-rata tahunan ( o C) Suhu udara rata-rata maksimum( o C) Suhu udara rata-rata minimum( o C) Kelembaban udara (%) Kecepatan angin (km/jam) Ferwerda 1977 Zaire-Afrika Curah Hujan (mm/tahun) Bulan kering (<60mm) Penyinaran Matahari (jam /hari) Suhu udara rata-rata tahunan ( o C) Suhu udara rata-rata maksimum( o C) Suhu udara rata-rata minimum( o C) Kelembaban udara (%) =75 Kecepatan angin (km/jam) Abraham 1991 India Curah Hujan (mm/tahun) Bulan kering (<60mm) Penyinaran Matahari (jam /hari) ±5 Suhu udara rata-rata tahunan ( o C) Suhu udara rata-rata maksimum( o C) Suhu udara rata-rata minimum( o C) Kelembaban udara (%) Kecepatan angin (km/jam) <10 Siregar et al., 1997 Indonesia Curah Hujan (mm/tahun) >3000 Adiwiganda 1999 Indonesia Bulan kering (<60mm) Penyinaran Matahari (jam /hari) 4 >5 Suhu udara rata-rata tahunan ( o C) Suhu udara rata-rata maksimum( o C) Suhu udara rata-rata minimum( o C) Kelembaban udara (%) Kecepatan angin (km/jam) Sumber : Siregar (2003)

31 Curah Hujan Tanaman kelapa sawit tumbuh dengan baik pada kawasan dengan curah hujan tahunan mm dan menyebar merata sepanjang tahun (Hartley, 1977). Penyebaran yang merata maksudnya adalah sebaran hujan yang tidak terdapat perbedaan mencolok dari satu bulan ke bulan berikutnya dan sebaiknya tidak terdapat curah hujan di bawah 60 mm Kelembaban Udara Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada kawasan tropis dengan kelembaban udara berkisar % (Ferwerda,1977 dalam Siregar, 2003). Keadaan pembukaan stomata mempengaruhi pertukaran gas antara jaringan daun dan atmosfer pada lingkungan tanaman. Pertukaran gas tersebut terutama CO 2 yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis merupakan sumber pembentukan biomassa dan energi untuk pertumbuhan tanaman. Udara yang kering pada kelembaban rendah menyebabkan kondukstan stomata menurun sehingga mengakibatkan pertukaran gas antara jaringan tanaman dan atmosfer terganggu Radiasi Surya Penyinaran radiasi surya yang cukup adalah lebih dari 1600 jam/tahun dengan rata-rata 5-7 jam/hari (Ferwerda, 1977 dalam Siregar, 2003). Pengaruh penyinaran radiasi surya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini telah diketahui dari berbagai pengamatan, tetapi kebutuhan intensitas maupun lama penyinaran optimum belum diketahui dengan pasti Faktor Tanah

32 Menurut Lubis (1992) tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (Podsolik, Latosol, Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol, Organosol, atau Alluvial). Sifat fisik yang baik untuk kelapa sawit adalah : - Solum tebal 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. - Tekstur ringan, memiliki pasir %, debu %, liat %. - Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. - PH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat dapat tumbuh pada ph , namun yang terbaik Tanah yang mempunyai ph rendah dapat dapat dinaikkan dengan pengapuran namun membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Tanah ph rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut - Kandungan unsur hara tinggi : - C/N mendekati 10 dimana C 1 % dan N 0.1 %. - Daya tukar Mg = me/100 gr. - Daya tukar K = /100 gr - Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal.

33 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Peneliian Kegiatan penelitian dilakukan pada 3 (tiga) daerah tangkapan mikro (microcatchment) yang terletak dalam satu wilayah blok pengelolaan kebun kelapa sawit Afdeling III Blok 375, 414 dan 415 Unit Usaha Rejosari PTPN VII Kabupaten Lampung Selatan Propinsi Lampung. Luas microcatchment pada Blok 375, 414 dan 415 masing-masing adalah 11.8, 6.25 dan 14.2 ha. Waktu penelitian berlangsung dari Februari sampai dengan Juni Bahan dan Alat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang telah berumur 10 tahun. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Penakar hujan tipe observatorium untuk pengukuran curah hujan. b. Evaporimeter (Panci kelas A) untuk pengukuran evaporasi. c. Alat ukur untuk lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow). d. Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk pengamatan aliran permukaan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

34 a. Data curah hujan harian bulan Februari Juli 2006 dari ombrometer di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. b. Data evaporasi harian Bulan Februari Juli 2006 dari Panci Kelas A di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. c. Data tinggi muka air harian Bulan Februari Juli 2006 dari bangunan AWLR (Automatic Water Level Recorder) di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. d. Data Intersepsi Bulan Februari Juli 2006 dari data curah hujan, lolosan tajuk dan aliran batang di wilayah Afdeling III Unit Usaha Rejosari. 3.3 Metodologi Penelitian Metode pelaksanaan penelitian meliputi : persiapan (survey penetapan lokasi penelitian dan pemetaan topografi), pengambilan contoh tanah dan analisis tanah di laboratorium, perlakuan yang diuji, instalasi peralatan dan pengamatan serta analisa data. Untuk persiapan, pengambilan contoh tanah, analisis tanah dan instalasi peralatan telah dilakukan pada bulan Juni - Desember oleh tim Faperta IPB dan PPKS Medan (2006) Perlakuan Konservasi Tanah dan Air Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan, yaitu: Blok 1 (Blok 375) : Microcatchment yang diberi teknik peresapan air berupa teras gulud bersaluran yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal.

35 Blok 2 (Blok 414) : Tanpa perlakuan, yaitu microcatchment yang tidak diberi perlakuan teknik peresapan air, yakni dibiarkan alami sebagaimana adanya. Blok 3 (Blok 415) : Microcatchment yang diberi teknik peresapan air berupa rorak yang dilengkapi dengan lubang resapan dan mulsa vertikal. Guludan dibangun sejajar kontur diantara tanaman pada setiap beda tinggi (vertikal interval) 80 cm. Guludan yang dibuat mempunyai ukuran tinggi, lebar dan dalam saluran masing-masing kurang lebih 30 cm. Lubang resapan dibuat di bagian tengah saluran dengan jarak antar lubang 2 m, diameter lubang 10 cm dan sedalam 50 cm. Sisa tanaman berupa pelepah sawit, dan daun semak belukar diberikan dengan cara memasukkan ke dalam lubang resapan dan saluran yang dibuat (Gambar 1a). Rorak (panjang 300 cm, lebar 50 cm, dan dalam 50 cm) dibangun di antara tanaman kelapa sawit sejajar kontur dengan pola zig-zag antar garis kontur. Jarak antar rorak dalam satu garis kontur sejauh 2 meter. Pada setiap rorak dibuat 2 (dua) lubang resapan berjarak 2 m antara lubang yang satu dengan yang lain, dan dengan diameter serta kedalaman sama seperti yang dibuat pada saluran guludan. Ke dalam rorak dan lubang resapan juga ditambahkan sisa-sisa tanaman dan semak belukar sebagai mulsa vertikal (Gambar 1b).

36 (a) (b) Gambar 1. Guludan bersaluran (a) dan rorak (b) dilengkapi dengan lubang peresapan dan mulsa vertikal Instalasi dan Tata Letak Peralatan Stasiun pengamatan yang dibangun ditujukan untuk mengamati dinamika air pada ketiga microcatchment. Untuk mengamati curah hujan dan dinamika air hujan, dipasang alat penakar hujan otomatis. Penakar hujan otomatis ini dibangun pada tempat terbuka dekat Blok 375 yang berada di halaman Kantor Afdeling III. Di samping alat penakar hujan otomatis yang berada di dekat Blok 375, pada Blok 414, dan Blok 415 dipasang pula alat penakar hujan tipe observatorium. Pemasangan tiga alat penakar hujan pada masing-masing blok ini ditujukan untuk mengamati curah hujan secara teliti dan sekaligus untuk mengantisipasi adanya kemungkinan variasi hujan pada ketiga blok tersebut. Untuk mengamati besarnya evaporasi potensial dipasang evaporimeter (Panci Kelas A) yang diletakkan berdekatan dengan alat penakar hujan otomatis. Penakar hujan otomatis dan Paci Kelas A yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 2.

37 ( a ) ( b) Gambar 2. Alat penakar hujan otomatis (a) dan Panci Kelas A (b). Untuk mengamati dinamika komponen siklus hidrologi atau siklus air maka pada setiap microcatchment dibangun 9 (tiga) stasiun pengamat untuk lolosan tajuk (throughfall) dalam bentuk bak besi (3a), talang (3b) dan kombinasi botol dengan corong (3c), sedangkan untuk aliran batang (stemflow) (3d) dibangun 3 (tiga) stasiun pengamat pada setiap microcatchment. Dengan demikian terdapat 36 (tiga puluh enam) set stasiun pengamat diseluruh lokasi penelitian. Ke - 36 stasiun pengamat pada setiap microcatchment masing-masing mewakili lereng bagian atas, tengah dan bawah. Alat ukur lolosan tajuk dan aliran batang yang digunakan pada setiap stasiun pengamat dapat dilihat pada Gambar 3. (a) (b)

38 (c) Gambar 3. Alat ukur lolosan tajuk; bak besi (a), talang (b), botol dengan corong (c) dan alat ukur aliran batang (d). Pengamatan aliran permukaan dilakukan dengan pembangunan weir yang dilengkapi dengan Automatic Water Level Recorder (AWLR). Karena panjang saluran pengaliran air pada Blok 375 dan Blok 415 cukup panjang hingga bagian hulu saluran pengaliran tersebut berada diluar blok, maka pada kedua blok tersebut masing-masing dibangun dua weir, bagian inlet dan outlet. Weir pada Blok 414 cukup satu buah, sehingga secara keseluruhan jumlah weir yang dibangun sebanyak 5 buah. Weir berikut AWLR yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. (d) ( a ) ( b ) Gambar 4. Automatic Water Level Recorder (AWLR) (a) dan Weir (b) Teknik Pengamatan dan Pengukuran di Lapang Curah Hujan

39 Pengukuran curah hujan dilakukan dengan sebuah penakar curah hujan tipe observatorium yang di letakkan pada tempat terbuka yaitu Blok 375. Untuk keperluan kalibrasi, air hujan yang tertampung dalam penakar hujan juga diukur secara manual setiap hari dengan mengukur air yang tertampung pada penakar hujan dengan menggunakan gelas ukur (dalam satuan milimeter). Hasil yang didapat merupakan curah hujan yang turun pada pertanaman kelapa sawit. Dua buah penakar hujan manual tipe observatorium dipasang pada blok lainnya lainnya yaitu pada Blok 414 dan Blok 415 untuk mengakomodasikan variabilitas hujan yang jatuh pada wilayah penelitian. Untuk analisis dibahas dalam periode mingguan agar keragaman curah hujan yang terjadi bisa interpretasi dengan lebih baik Intersepsi Intersepsi di lapang tidak bisa diukur secara langsung. Pendugaan besarnya intersepsi dihitung berdasarkan selisih antara curah hujan yang sampai di puncak tajuk dengan curah hujan yang sampai ke permukaan tanah baik yang melalui tajuk (throughfall) maupun yang melalui aliran batang (stemflow), atau dengan persamaan sebagai berikut: I = P ( TF + Sf ) dimana : I P TF SF : intersepsi hujan (mm/hari) : curah hujan (mm/hari) : lolosan tajuk (mm/hari) : aliran batang (mm/hari)

40 Stemflow diukur dengan menampung air hujan yang mengalir pada batang pohon kelapa sawit yang dialirkan dengan selang kemudian ditampung ke dalam drum. Pengukuran jumlah stemflow secara manual, dimana volume air (liter) yang tertampung dalam drum dikalikan dengan jumlah pohon dalam suatu blok, lalu diubah satuannya dalam ml, kemudian hasil tersebut dikalikan dengan luas lahan dalam blok sehingga didapat nilai stemflow dalam mm. Throughfall dari kelapa sawit diukur dengan memasang bak penampung dengan luas tangkapan 1 m 2 yang diletakkan pada beberapa tempat refresentatif. Pengukuran jumlah throughfall secara manual, dimana volume air (liter) yang tertampung dalam bak penampung dibagi dengan luas penampang sehingga didapat nilai throughfall dalam mm. Dengan demikian setelah data curah hujan, aliran batang dan curahan tajuk diperoleh, maka besarnya nilai intersepsi hujan dapat dihitung. Hubungan antara intersepsi dengan curah hujan didekati dengan persamaan regresi linier 2 yaitu sebagai berikut : Blok 1 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 27 mm Blok 2 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 29 mm Blok 3 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 27 mm Pada curah hujan yang tinggi, intersepsi ditentukan nilai maksimumnya, sedangkan curah hujan yang lebih kecil atau sama dengan 3.0 mm seluruhnya diintersepsi oleh tajuk tanaman kelapa sawit Evapotranspirasi 2 Purba, F. P Intersepsi Hujan pada Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus di UU Rejosari PTPN VII Lampung. Draft Skripsi. Fakultas Pertanian. Insttut Pertanian Bogor.

41 Evaporasi aktual diukur dengan evaporimeter Panci Kelas A yang diletakkan pada lokasi representatif yaitu Blok 375. Penguapan air dari panci diukur setiap hari sekitar pukul Evaporasi potensial dihitung dari data evaporasi Panci Kelas A yaitu : EPt = kp.ep dimana : EPt : evaporasi potensial (mm) Kp : koefisien panci (0.8) Ep : evaporasi panci kelas A (mm) Pendekatan nilai evapotranspirasi belum mempertimbangkan nilai perkolasi. Hal ini disebabkan karena lokasi instalasi alat lisimeter yang belum tepat sehingga belum ada keteraturan nilai perkolasi. Oleh sebab itu evapotranspirasi potensial didapat dengan mengalikan evaporasi potensial dengan koefisien tanaman. Dalam hal ini koefisien tanaman kelapa sawit memiliki nilai faktor tanaman (Kc) sebesar 1.2. Sehingga rumus untuk pendugaan evapotranspirasi potensial adalah : ETp = kc.ep dimana : ETP : evapotranspirasi potensial (mm) Kc : nilai faktor tanaman (1.2) Ep : epavotranspirasi panci kelas A (mm)

42 Aliran Permukaan. Weir dan AWLR (automatic water level recorder) untuk mengukur tinggi muka air secara otomatis ditempatkan pada titik pembuangan microcatchment. Weir dibuat agar aliran air yang keluar dari microcatchment melalui penampang yang beraturan dan mempunyai kecepatan yang relatif homogen sehingga penampang basah dapat ditetapkan dan kecepatan alirannya dapat diukur dengan menggunakan current meter. Dimensi weir yang dibangun disesuaikan dengan jumlah air yang keluar dari microcatchment. Kecepatan aliran air diukur pada berbagai tinggi muka air sehingga debit aliran air yang keluar dari microcatchment pada berbagai ketinggian dapat diketahui. Berdasarkan korelasi tinggi muka air dan debit aliran yang terukur pada titik outlet dibuat kurva lengkung debit aliran (discharge rating curve). Rating curve tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung debit aliran yang dihasilkan dari berbagai kejadian hujan yang jatuh pada areal microcatchment. Pengamatan terhadap aliran permukaan dilakukan dengan menganalisis hasil pencatatan AWLR. Untuk mendapatkan volume aliran permukaan pada setiap AWLR terlebih dahulu harus dilakukan pengukuran debit pada berbagai ketinggian air. Berdasarkan hasil pengukuran debit tersebut selanjutnya dibuat kurva lengkung (rating curve) debit aliran saluran yang bersangkutan. Kurva lengkung dan ketinggian air hasil pencatatan AWLR tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar penetapan volume aliran Neraca Air Secara empiris persamaan neraca air di sekitar perakaran kelapa sawit dapat dirumuskan sebagai berikut (Tim Faperta IPB PPKS Medan, 2006) :

43 S = P - INTP - ETP - RO dimana : S : cadangan air tanah (mm) P : curah hujan (mm) INTP : intersepsi (mm) ETP : evapotranspirasi potensial (mm) RO : aliran permukaan (mm) Nilai debit atau total runoff merupakan gabungan dari aliran permukaan (overlandflow), dan aliran bawah permukaan (interflow) + aliran air bawah tanah (baseflow). Nilai aliran bawah permukaan (interflow) + aliran air bawah tanah (baseflow) digabung menjadi satu karena pada daerah penelitian memiliki solum yang dangkal, dimana terdapat lapisan padas sehingga nilai aliran bawah permukaan (interflow) yang terukur merupakan gabungan dengan nilai aliran air bawah tanah (baseflow). Kehilangan air melalui perkolasi belum dimasukkan ke dalam perhitungan karena belum ada keteraturan pola dari data perkolasi, sehingga cadangan air tanah yang terukur merupakan kadar air yang berada di zona jenuh (hasil perkolasi) maupun zona tidak jenuh Analisa Data Untuk mengetahui pengaruh teknik peresapan air terhadap cadangan air dalam tanah akan dilakukan analisis dengan menggunakan perbandingan kuantitatif logis. Data yang diperoleh juga akan dikorelasikan satu dengan yang lain dalam bentuk grafik sehingga mudah dipahami. Teknik peresapan air yang mampu menekan aliran permukaan, meningkatkan cadangan air dalam tanah (storage) dan menunda kekeringan adalah teknik peresapan air yang terbaik.

44 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Topografi Secara administratif, lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Lokasi penelitian terletak pada 105º º BT dan 5 º º LS. Jarak Unit Usaha Rejosari dari Ibukota Propinsi 12 km, dari Kabupaten Lampung Selatan 70 km, dari Pelabuhan Panjang 12 km, dan dari kantor direksi PTPN VII 12 km. Kondisi daerah penelitian ini terdiri dari dataran hingga perbukitan dengan ketinggian antara 75 sampai 200 m di atas pemukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar antara 3 hingga 8 % (Moedjimoeljanto, 1997) Keadaan Tanah Macam tanah di lokasi penelitian menurut klasifikasi Dudal- Soepraptohardjo (dalam Hardjowigeno, 2003) adalah Podsolik Merah Kuning, sedangkan menurut klasifikasi USDA merupakan jenis Typic Kanhapludult untuk lereng atas dan tengah serta Fluventic Dystopept untuk lereng bawah. Berdasarkan hasil analisis laboratorium (Tim Faperta IPB-PPKS Medan, 2006), daerah

45 penelitian memiliki rataan kadar air kapasitas lapang antara % dengan rataan kadar air titik layu permanen antara %, dan didominasi oleh pori drainase sangat cepat (Tabel Lampiran 1). Ciri-ciri tanah tersebut memiliki sistem drainase yang jelek dengan kedalaman solum yang dangkal, struktur tanah yang kurang baik (masif) karena terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat, sehingga sering terjadi penggenangan (terutama di daerah lembah) (Hardjowigeno, 2003). Selain ditemukan endapan liat, pada kondisi tanah di Rejosari juga ditemukan lapisan kedap berupa batu pasir. Batuan induk dari tanah ini adalah batuan endapan bersilika, napal, batu pasir, batu liat, batuan volkanik masam (komplek gunung api Rajabasa) dan berasal dari formasi Pulau Sebesi (Qvh) yang menghasilkan besi bertitan (Fe 2 O 3,TiO 2 ) (Moedjimoeljanto, 1997). Topografi pada setiap blok dapat dilihat pada Gambar 5 (Tim Faperta IPB PPKS Medan, 2006). (a)

46 (b) (c) Gambar 5. Topografi (DEM) ketiga microcatchment Blok 1 (a), Blok 2 (b) dan Blok 3 (c). Pada umumnya keadaan topografi di lapang beragam, yakni dari datar sampai bergelombang. Kemiringan lereng pada daerah penelitian berkisar 0-8 %, sedangkan kedalaman solum bervariasi antara 1 hingga 3 meter. Daerah pelembahan pada Blok 2 lebih luas (3.8 hektar) dibandingkan Blok 1 (1.4 hektar). Sedangkan Blok 3 memiliki daerah pelembahan yang paling kecil Keadaan Geologi dan Geomorfologi Satuan geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi satuan geomorfologi dataran kompleks (peneplain) dan satuan geomorfologi perbukitan sisa (monadnock). Tahapan erosi sudah mencapai dewasa-tua (berumur tersier quarter). Secara stratigrafi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tujuh satuan, yang urutannya dari tua ke muda, yaitu satuan amfibolit, metakuarsit, marmer berumur kapur awal, diorit kuarsa kapur awal, granit kapur tengah, riodasit miosen tengah, dan tufa Pleitosen. Struktur geologi daerah penelitian dipengaruhi oleh Formasi Pulau Sebesi (Qvh) dan Formasi Gading (Tomg), Formasi Sekincau Volkanik (Qhvs), Formasi Lampung (QTI), Formasi Granodiorit Sulan (Kgdsn), dan Formasi Basal Sukadana (Qbs). Formasi-formasi tersebut membawa logam-logam seperti besi, emas, mangan, pasir besi, dan titan. Mineral-mineral non logam yang ditemukan

47 pada formasi-formasi tersebut antara lain andesit, feldspar, batu gamping, marmer, zeolit, dan sebagainya (DJGSM, 2002) Keadaan Iklim Curah hujan tahunan di daerah penelitian berkisar mm/tahun. Jumlah hari hujan yang terjadi di daerah penelitian adalah hari/tahun dengan jumlah bulan kering 3 4 bulan/tahun. Water deficit yang terjadi mencapai mm/tahun (PTPN-VII, 2005). Tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson termasuk Tipe C, menurut Oldeman Tipe D3 dan menurut Koppen Tipe Ama (Siregar, 2003). Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung (2006), rata-rata suhu udara maksimum bulanan di daerah penelitian berkisar antara ºC, sedangkan rata-rata suhu udara minimum bulanan berkisar antara ºC, kelembaban udara rata-rata berkisar antara % (Tabel Lampiran 2).

48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Curah Hujan Hasil pengamatan di lapang dari tanggal 18 Februari - 30 Juni 2006 pada setiap blok tercatat 60 kejadian hujan. Curah hujan bervariasi antara mm/hari dengan curah hujan total pada masing masing blok berkisar antara mm dengan total lama hujan 286 jam. Data pengukuran curah hujan bulanan di setiap blok yaitu Blok 1 (perlakuan teras gulud), Blok 2 (tanpa perlakuan), dan Blok 3 (perlakuan rorak) disajikan pada Tabel 2, sedangkan hasil pengukuran curah hujan harian dengan Penakar Tipe Observatorium secara lengkap termuat pada Tabel Lampiran 3. Berdasarkan kriteria Schmidt and Ferguson (1975, dalam Handoko, 1993) bulan basah ditandai dengan rata-rata curah hujan > 100 mm, sedangkan bulan kering rata-rata curah hujannya < 60 mm. Berarti pada saat penelitian terdapat satu bulan kering yaitu pada bulan Juni 2006, sedangkan bulan basah antara bulan Februari Mei 2006 dengan puncaknya pada bulan April Tabel 2. Jumlah curah hujan periode 18 Februari 30 Juni 2006 (mm) Bulan Blok 1 Blok 2 Blok 3 Februari

49 Maret April Mei Juni Jumlah Curah hujan bulanan yang turun pada areal penelitian menunjukkan adanya keragaman pada masing-masing blok, total curah hujan total terbesar yang terukur selama periode pengamatan terdapat pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) yaitu sebesar mm, kemudian pada Blok 3 (perlakuan rorak) sebesar mm dan curah hujan yang turun pada Blok 2 (tanpa perlakuan) lebih kecil dibandingkan blok lainnya yaitu hanya sebesar mm. Curah hujan bulanan terbesar yang turun pada masing-masing blok terjadi pada bulan April, sedangkan curah hujan bulanan terkecil terjadi pada bulan Juni. Pola curah hujan terbesar dan terkecil bulanan yang turun pada masing-masing blok sama seperti pola curah hujan total. Curah hujan bulanan terbesar terjadi pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) sebesar mm, Blok 3 (perlakuan rorak) sebesar mm dan Blok 2 (tanpa perlakuan) sebesar mm yang semuanya terjadi pada bulan April. Sedangkan curah hujan bulanan terkecil terjadi pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) sebesar mm, Blok 3 (perlakuan rorak) sebesar mm dan Blok 2 (tanpa perlakuan) sebesar mm yang semuanya terjadi pada bulan Juni. Jumlah curah hujan mingguan pada setiap blok dapat dilihat pada Tabel 3. Curah hujan mingguan maksimum terjadi pada minggu ke-2 pada Blok 1 (perlakuan teras gulud), Blok 2 (tanpa perlakuan) dan Blok 3 (perlakuan rorak) masing-masing sebesar mm, mm dan mm. Sementara itu curah hujan mingguan minimum pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) terjadi pada

50 minggu ke-13 yaitu sebesar 2.77 mm, Blok 2 (tanpa perlakuan) pada minggu ke-12 sebesar 2.52 mm dan Blok 3 (perlakuan rorak) pada minggu ke-13 sebesar 3.06 mm. Pada minggu ke-19 tidak terjadi hujan. Dengan membandingkan curah hujan mingguan dan bulanan di setiap blok terlihat bahwa curah hujan pada Blok 2 dan Blok 3 relatif homogen dibandingkan curah hujan pada Blok 1. Keragaman distribusi curah hujan disebabkan perbedaan iklim mikro pada masing-masing blok. Perbedaan suhu, kelembaban atmosfer, angin dan kadar air tanah akan mempengaruhi iklim mikro setempat dan menyebabkan keragaman distribusi hujan. Tabel 3. Jumlah hujan mingguan periode 18 Februari 30 Juni 2006 (mm) Bulan Minggu Blok 1 Blok 2 Blok 3 Februari Maret April Mei Juni Jumlah

51 Karakteristik dan distribusi curah hujan pada areal penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Secara umum terdapat pola bahwa peluang terjadinya hujan lebih tinggi pada bulan Februari dan mendekati bulan Juli peluang kejadian hujan lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pengaruh Zona Tekanan Rendah Intertropis ( ITCZ = Inter Tropical Convergence Zone ) yang tepat berada di atas Pulau Jawa dan Sumatera pada bulan Desember dan Januari (Handoko, 1993). Cuaca pada bulan tersebut selalu berawan (BMG, 2006) dan hujan yang terjadi biasanya terjadi dalam waktu yang singkat. Kejadian hujan selama penelitian menunjukkan bahwa frekuensi hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret sebanyak 20 kali kejadian hujan, bulan April 14 kali, bulan Mei 12 kali sedangkan frekuensi hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juni sebanyak 6 kali. Dengan memperhatikan distribusi hujan menurut waktu dan deret ukur hari kering akan nyata terjadi mulai bulan Juli dan berdasarkan data tahun-tahun sebelumnya bulan kering akan berlangsung hingga bulan Oktober bahkan sampai bulan November. mm FEB MARET APRIL MEI JUNI Blok 1 Blok 2 Blok 3 Minggu Gambar 6. Distribusi curah hujan mingguan selama penelitian.

52 5.2. Intersepsi Hasil pengukuran intersepsi mingguan dari masing - masing blok ditampilkan pada Tabel 4, sedangkan nilai intersepsi harian disajikan pada Tabel Lampiran 4. Berdasarkan hasil pengukuran, curah hujan yang = 3 mm tidak terjadi aliran batang dan lolosan tajuk, berarti seluruh curah hujan terintersepsi di tajuk tanaman tanpa ada yang jatuh ke permukaan tanah, sedangkan pada curah hujan yang tinggi ditentukan intersepsi maksimumnya. Selain itu dari data pengukuran pada masing masing blok dibuat suatu persamaan hubungan regresi linear sederhana antara curah hujan dengan intersepsi 3 sebagai berikut : Blok 1 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 27 mm Blok 2 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 29 mm Blok 3 : INTCP = * CH , dengan INCTP maks pada CH = 27 mm Tabel 4. Persentase intersepsi hujan mingguan setiap blok Bulan Februari Maret April Mei Blok 1 Blok 2 Blok 3 Minggu CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm Mm % mm mm % mm mm % Purba, F. P Intersepsi Hujan pada Tanaman Kelapa Sawit (Studi Kasus di UU Rejosari PTPN VII Lampung. Draft Skripsi. Fakultas Pertanian. Insttut Pertanian Bogor.

53 Juni Jumlah Keterangan : CH = Curah hujan Nilai intersepsi kumulatif antar blok sangat bervariasi yaitu antara %. Pada Blok 1 intersepsi antara %, Blok 2 antara % dan pada Blok 3 antara %. Nilai intersepsi rataan tertinggi pada Blok 3 (22 %) diikuti oleh Blok 2 (20 %) dan yang terkecil Blok 1 (19 %). Hasil pengukuran yang bervariasi tersebut menggambarkan bahwa besarnya intersepsi dipengaruhi oleh jumlah dan intensitas hujan, disamping juga dipengaruhi oleh keadaan tajuk tanaman. Secara visual keadaan tajuk tanaman yang lebih rapat dan tebal pada Blok 3 menyebabkan kemampuan jumlah curah hujan yang diintersepsi lebih besar dibandingkan Blok 1 dan Blok 2, berarti curah hujan bersih yang sampai ke dalam tanah pada Blok 3 akan lebih sedikit jika dibandingkan Blok 1 dan Blok 2. Sedangkan nilai intersepsi yang kecil menunjukkan bahwa jumlah hujan yang jatuh langsung ke permukaan tanah lebih banyak, jika laju infiltrasi lebih kecil dari intensitas hujan maka aliran permukaan akan terjadi. Dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air diharapkan sebagian air yang jatuh ke permukaan tanah akan diserap ke dalam tanah sebagai air bawah permukaan tanah dan air perkolasi, sehingga dapat mengurangi aliran permukaan serta mengisi cadangan air dalam tanah sebagai persediaan air dimusim kemarau.

54 Penelitian Nuriman (1999) menunjukkan bahwa pada tanaman kelapa sawit umur 21 tahun kisaran persentase intersepsi hujan antara % % dengan rata-rata sebesar 74.4 %, umur 6 tahun antara % % dengan rata-rata % serta umur 4 tahun antara 8.55 % % dengan rata-rata %. Semakin tua umur tanaman kelapa sawit, nilai intersepsinya semakin besar. Hal ini disebabkan perkembangan dari luas penutupan tajuk yang lebih luas dan rapat pada tanaman yang lebih tua sehingga semakin banyak hujan yang dapat ditahan sementara di tajuk tanaman untuk kemudian diuapkan kembali. Perbedaaan kisaran persentase nilai intersepsi yang lebih besar pada percobaan disebabkan karena nilai curah hujan yang turun lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan pada penelitian Nuriman. Intersepsi meningkat dengan meningkatnya curah hujan yang turun, akan tetapi peningkatan intersepsi hujan akan menjadi konstan ketika kapasitas daya tampung tajuk dan batang sudah jenuh, pada curah hujan tertentu nilai intersepsi akan mencapai maksimum. Sehingga dengan kapasitas daya tampung yang telah lewat jenuh (konstan) seiring meningkatnya curah hujan akan mengakibatkan persentase curah hujan yang terintersepsi akan semakin kecil. Menurut Seyhan (1990) perbedaan intersepsi beragam dengan komposisi spesies, umur tanaman, kerapatan tegakan, musim dalam setahun dengan keragaman dalam intensitas presipitasi. Pola intersepsi rata-rata mingguan pada Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa fluktuasi intersepsi sangat kecil jika dibandingkan dengan curah hujan. mm 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 Curah Hujan Intersepsi

55 Gambar 7. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok 1. mm 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Februari Maret April Mei Juni Curah Hujan Intersepsi Gambar 8. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok ,00 mm 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0, Februari Maret April Mei Juni Curah Hujan Intersepsi

56 Gambar 9. Grafik curah hujan dan intersepsi Blok 3. Curah hujan yang relatif tinggi telah menyebabkan kapasitas tampung tajuk sudah lewat jenuh sehingga curah hujan yang jatuh tidak tertampung lagi oleh tajuk, namun langsung menjadi lolosan tajuk (throughfall) dan aliran batang (stemflow) dan akhirnya akan langsung dialirkan ke permukaan tanah Evapotranspirasi Nilai pengukuran evaporasi mingguan dengan Panci Kelas A menunjukkan nilai yang selalu kurang dari 20 mm dan relatif tidak berbeda nyata antar bulan (Tabel 5), nilai akhir evaporasi pada Tabel 5 tersebut adalah nilai evaporasi hasil pengukuran dikalikan faktor koreksi yaitu sebesar Sedangkan data evapotranspirasi potensial harian yang mewakili seluruh blok areal penelitian disajikan pada Tabel Lampiran 5. Tabel 5. Jumlah evaporasi dan evapotranspirasi mingguan di areal penelitian (mm) Bulan Minggu Evaporasi Evapotranspirasi Februari Maret April Mei

57 Juni Jumlah Dengan mempertimbangkan nilai faktor tanaman (nilai k c ) sebesar 1.2, maka evapotranspirasi mingguan kelapa sawit menjadi sekitar 19 mm/minggu. Nilai tersebut relatif lebih rendah dari pustaka. Pusat Penelitian kelapa Sawit menggunakan nilai evapotranspirasi sebesar mm/bulan atau sekitar mm/minggu untuk menghitung kebutuhan air (consumptive use) dalam menyusun neraca air (Tim Faperta IPB PPKS Medan, 2006). Perbedaan ini bisa disebabkan karena faktor iklim, jenis alat dan umur tanaman yang berbeda. Hal ini sebabkan perbedaan lokasi akan membutuhkan metode pengukuran maupun pendugaan evapotranspirasi sesuai dengan kondisi setempat. Fluktuasi evapotranspirasi potensial (ETP) mingguan di lapang dapat dilihat pada Gambar 10. Dari grafik tersebut terlihat bahwa tidak terjadi perbedaan ETP mingguan secara nyata baik pada musim hujan maupun pada awal musim kemarau, dimana rata-rata evapotranspirasi berkisar antara mm. ETP maksimum terjadi pada minggu ke-11 sebesar 24 mm dan ETP minimum terjadi pada minggu ke-2 sebesar 16 mm.

58 25,00 20,00 mm 15,00 10,00 Evapotranspirasi 5,00 0, Februari Maret April Mei Juni Gambar 10. Evapotranspirasi potensial mingguan. Nilai rataan ETP bulan Februari April 2006 relatif lebih tinggi dibandingkan bulan Mei Juni 2006, hal ini disebabkan radiasi matahari yang tinggi pada bulan tersebut. Selain radiasi matahari ETP juga dipengaruhi oleh suhu, kecepatan angin dan kelembaban udara. Laju ETP akan meningkat seiring meningkatnya radiasi matahari, suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin (Asdak, 2004) Aliran Permukaan Nilai debit atau total runoff, aliran permukaan (overlandflow), dan aliran bawah permukaan (interflow) ditambah aliran air bawah tanah (baseflow) harian secara lengkap ditampilkan pada Tabel Lampiran 6. Nilai aliran bawah permukaan (interflow) ditambah aliran air bawah tanah (baseflow) digabung menjadi satu karena pada daerah penelitian memiliki solum yang dangkal dengan lapisan padas pada kedalaman meter. Komponen hidrograf mingguan pada setiap microcatchment di setiap blok dapat dilihat pada Tabel 6.

59 Keragaman distribusi aliran permukaan baik yang berasal dari overlandflow, interflow dan baseflow terjadi pada masing-masing blok. Aliran permukaan yang lebih dulu terhenti baik yang berasal dari baseflow ditambah interflow adalah Blok 2 (tanpa perlakuan), aliran telah terhenti sekitar minggu ke-13, Blok 1 (perlakuan teras gulud) yaitu sekitar minggu ke-19, sedangkan pada Blok 3 (perlakuan rorak) sampai akhir Juni atau minggu ke-19, aliran melalui baseflow masih tetap terjadi.

60 Fluktuasi aliran permukaan mingguan terhadap curah hujan dapat dilihat pada Gambar 11, 12 dan 13. Ketiga gambar menunjukkan bahwa pada Blok 3 (perlakuan rorak) menunjukkan fluktuasi aliran permukaan yang relatif stabil terhadap hujan jika dibandingkan dengan Blok 1 (perlakuan teras gulud) atau Blok 2 (tanpa perlakuan). Dari masing-masing grafik terlihat bahwa pada musim hujan yang besar (Februari - April) pada Blok 3 (perlakuan rorak) memiliki nilai total runoff yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Sedangkan pada awal musim kemarau (Mei - Juni) Blok 3 (perlakuan rorak) memiliki total runoff yang lebih besar dibandingkan Blok 2 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Hal ini dikarenakan total runoff pada akhir musim kemarau hanya berasal dari baseflow saja sehingga total runoff pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar

61 dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Fenomena ini menunjukkan bahwa cadangan air dalam tanah pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). 180,00 160,00 140,00 mm 120,00 100,00 80,00 60,00 Curah Hujan Total Run Off Base Flow + Inter FLow Overland Flow 40,00 20,00 0, Februari Maret April Mei Juni Gambar 11. Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overland flow di Blok ,00 160,00 140,00 mm 120,00 100,00 80,00 60,00 Curah Hujan Total Run Off Base Flow + Inter Flow Overland Flow 40,00 20,00 0, Februari Maret April Mei Juni

62 Gambar 12. Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overland flow di Blok ,00 140,00 120,00 mm 100,00 80,00 60,00 Curah Hujan Total Run Off Base Flow + Inter Flow Overland FLow 40,00 20,00 0, Februari Maret April Mei Juni Gambar 13. Grafik curah hujan, total runoff, baseflow + interflow dan overland flow di Blok 3. Total runoff periode 18 Februari 30 Juni 2006 pada masing-masing blok disajikan pada Tabel 7. Total runoff pada Blok 2 (tanpa perlakuan) selalu lebih besar dibandingkan pada Blok 1 (perlakuan guludan) dan Blok 3 (perlakuan rorak). Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan konservasi tanah dan air yaitu rorak dan teras gulud dapat meningkatkan simpanan permukaan (depression storage) sehingga air hujan mempunyai kesempatan lebih lama terinfiltrasi ke dalam tanah dan menekan aliran permukaan yang terjadi dibandingkan tanpa perlakuan. Proporsi hujan yang menjadi total runoff, overlandflow, dan baseflow ditambah interflow terbesar terdapat pada Blok 2 (tanpa perlakuan). Hal ini disebabkan air hujan yang jatuh tidak mempunyai kesempatan lebih lama untuk terinfiltrasi sehingga ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi, maka air

63 yang telah mengisi cekungan cekungan pada permukaan tanah kemudian mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas, sedangkan pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) mampu menekan overlandflow hingga 8.7 % dari total curah hujan dan pada Blok 3 (perlakuan rorak) mampu menekan overlandflow hingga 0.4 % dari total curah hujan yang berarti aliran permukaan yang keluar dari sistem sangat kecil. Tabel 7. Persentase curah hujan terhadap komponen hidrograf. Abstraksi hidrologi Blok 1 Blok 2 Blok 3 Curah Hujan (mm) 841,49 719,03 751,67 Total Run Off (mm) 493,77 540,32 188,95 Base Flow + Inter Flow (mm) 420,63 431,72 186,16 Overland Flow (mm) 73,08 109,13 2,70 proporsi total ro dengan hujan (%) 58,7 75,1 25,1 proporsi OLF dengan hujan (%) 8,7 15,2 0,4 proporsi BF dan IF dengan hujan (%) 50,0 60,0 24,8 Penurunan aliran permukaan yang terjadi dengan adanya perlakuan guludan dan rorak dipengaruhi oleh simpanan depresi yang memiliki bidang resapan lebih luas, dalam hal ini dimensi gulud dan rorak mampu menghambat dan menampung aliran permukaan lebih banyak yang kemudian meresapkannya kedalam tanah melalui dinding-dinding saluran simpanan depresi seperti yang dilaporkan oleh Lestari (2005). Penambahan mulsa vertikal dan lubang resapan lebih mempercepat masuknya air ke dalam tanah karena bertambahnya bidang resapan yang terlindung dari penyumbatan pori, porositas tanah yang lebih baik dan kemungkinan terciptanya biopore oleh aktivitas binatang tanah. (Subekhi, 2006 ; Ayudyaningrum, 2006).

64 mm 900,00 800,00 700,00 600,00 500,00 400,00 300,00 200,00 100,00 Curah Hujan Total Run Off Base Flow + Inter Flow Over Land Flow 0,00 Blok 1 Blok 2 Blok 3 Gambar 14. Proporsi curah hujan terhadap aliran permukaan pada areal penelitian Proporsi curah hujan yang menjadi total runoff, overlandflow, dan baseflow ditambah interflow ditunjukkan pada Gambar 14. Tindakan konservasi tanah dan air menunjukkan bahwa Blok 3 (perlakuan rorak) memiliki kemampuan menekan aliran permukaan yang lebih baik dibandingkan Blok 1 (perlakuan guludan). Hasil penelitian Noeralam, Arsyad, Iswandi (2003) menunjukkan bahwa teknik rorak + gulud + mulsa vertikal mampu menekan aliran permukaan hingga % bila dibandingkan dengan aliran permukaan pada lahan terbuka. Sebenarnya perlakuan rorak dan guludan sama efektifnya dalam menekan aliran permukaan, tetapi karena perbedaan karakteristik iklim dan DAS setempat menyebabkan kemampuan Blok 3 (perlakuan rorak) menjadi lebih baik dibandingkan dengan Blok 1 (perlakuan guludan) Neraca Air Perubahan cadangan air dalam tanah (storage) mingguan pada masingmasing blok disajikan pada Tabel 8. Sedangkan perubahan cadangan air dalam

65 tanah (storage) harian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7. Perubahan cadangan air dalam tanah dipengaruhi oleh jumlah curah hujan, intersepsi, evapotranspirasi dan total runoff. Jika input yang masuk ke sistem lebih besar dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penambahan cadangan air dalam tanah, sedangkan jika input yang masuk ke sistem lebih kecil dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penurunan cadangan air dalam tanah. Jika terjadi penambahan cadangan air dalam tanah maka perubahan cadangan air di dalam tanah dinotasikan dengan tanda positif (+), sedangkan jika terjadi penurunan cadangan air di dalam tanah dinotasikan dengan tanda negatif (-). Perubahan yang terjadi baik penambahan maupun penurunan cadangan air di dalam tanah merupakan perubahan cadangan air di dalam tanah baik pada zona jenuh (hasil perkolasi) maupun zona tidak jenuh. Hasil pengukuran selama periode pengamatan 18 Februari 30 Juni 2006 menunjukkan bahwa perlakuan teknik konservasi tanah dan air menyebabkan perubahan cadangan air dalam tanah menjadi lebih baik dibandingkan dengan tanpa adanya perlakuan. Blok 3 (perlakuan rorak) memiliki perubahan (penurunan) cadangan air dalam tanah lebih baik dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras) dan Blok 2 (tanpa perlakuan) masing-masing mm, mm dan mm. Perubahan cadangan air dalam tanah mingguan pada masingmasing blok sangat bervariasi antara - 65 mm sampai mm. Perubahan (penambahan) cadangan air dalam tanah mingguan tertinggi terdapat pada Blok 3 (perlakuan rorak) pada minggu ke-2 sebesar mm yang disebabkan terjadinya hujan besar pada minggu tersebut, sedangkan perubahan (pengurangan) cadangan air dalam tanah dalam tanah tertinggi terdapat

66 pada Blok 2 (tanpa perlakuan) pada minggu ke-3 sebesar 65 mm. Walaupun curah hujan yang turun tidak terlalu besar tetapi aliran permukaan yang keluar dari sistem pada minggu tersebut cukup besar. Hal ini terjadi karena pasokan air tanah dari hujan yang turun pada minggu sebelumnya cukup besar. Perubahan cadangan air dalam tanah pada Blok 3 (perlakuan rorak) > Blok 2 (tanpa perlakuan) > Blok 1 (perlakuan teras gulud) yaitu masing-masing sebesar sampai mm, 65 sampai mm, dan mm sampai mm. Sementara itu penambahan cadangan air dalam tanah Blok 3 (perlakuan rorak) > Blok 1 (perlakuan teras gulud) > Blok 2 (tanpa perlakuan) yaitu masing-masing sebesar mm, mm dan mm. Sebaliknya penurunan cadangan air dalam tanah pada Blok 2 (tanpa perlakuan) > Blok 1 (perlakuan teras gulud) > Blok 3 (perlakuan rorak) masing-masing mm, mm dan mm Kemampuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dalam Menunda Kekeringan Untuk menghitung seberapa besar pengaruh tindakan konservasi tanah dan air terhadap perubahan storage maka diperlukan data perubahan cadangan air dalam tanah pada tahun sebelumnya, karena belum adanya data cadangan air dalam tanah pada tahun sebelumnya maka dengan cara memperhitungkan curah hujan yang turun saat mulai musim hujan yaitu tanggal 10 Januari 17 Februari 2006 maka akan diduga seberapa besar pengaruh teknik konservasi tanah dan air dalam meningkatkan cadangan air dalam tanah dan menunda kekeringan. Sisa cadangan air dalam tanah (storage) sampai akhir Juni 2006 dapat dilihat pada Tabel 9.

67 Tabel 9. Cadangan air dalam tanah (> 30 Juni 2006) Data Blok 1 Blok 2 Blok 3? S (18 Februari 30 Juni 2006) -169,56-308,31-79,91 Curah hujan 10 Januari - 17 Februari ,00 356,00 347,00 Sisa storage sampai akhir 30 Juni ,44 47,69 267,09 Pada musim kemarau kehilangan air dari sistem terjadi akibat proses evapotranspirasi. Nilai evapotranspirasi selama Bulan Juli - Oktober 2006 masingmasing sebesar mm, mm, mm, dan mm. Dengan cadangan air dalam tanah pada akhir pengamatan di Blok 3 (perlakuan rorak) mm, Blok 1 (perlakuan guludan) mm dan Blok 2 (tanpa perlakuan) mm, maka untuk menduga seberapa lama cadangan air dapat bertahan akibat evapotranspirasi yaitu ketika mulai terhentinya aliran baseflow pada masing-masing blok. Pada Blok 2 (perlakuan teras gulud) aliran baseflow terhenti pada minggu ke-13 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah yang ada pada Blok 2 (tanpa perlakuan) yaitu sebesar mm akan habis terevapotranspirasi pada pertengahan bulan Juli. Pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) aliran baseflow terhenti pada minggu ke-19 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah yang ada pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) yaitu sebesar mm akan habis terevapotranspirasi pada pertengahan bulan Agustus. Sedangkan pada Blok 3 (perlakuan rorak) aliran baseflow terhenti setelah minggu ke-19 bulan Mei, sehingga dengan cadangan air dalam tanah pada Blok 3 (perlakuan teras gulud) yaitu sebesar mm akan habis terevapotranspirasi pada awal bulan September. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air akan meningkatkan cadangan air dalam tanah dibandingkan tanpa

68 adanya perlakuan. Pada perlakuan rorak mampu menunda kekeringan hingga 2.33 bulan (± 70 hari) berikutnya, perlakuan teras gulud 1.66 bulan (± 50 hari) berikutnya dan tanpa perlakuan yang hanya kurang dari 0.5 bulan (± 15 hari) berikutnya. Curah hujan yang turun akan tertampung di dalam perlakuan rorak dan teras gulud kemudian akan terjadi aliran lateral (seepage) dan infiltrasi yang tertunda sehingga ketersediaan air di dalam tanah akan bertahan lebih lama (Noeralam et al., 2003) Pengaruh Teknik Konservasi Tanah dan Air terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah Perlakuan teknik konservasi tanah dan air menyebabkan perubahan (penambahan) storage di Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud) lebih besar masing-masing 460 % dan 320 % dibandingkan dengan Blok 2 (tanpa perlakuan), sedangkan perbedaan hasil perubahan (penambahan) storage antar teknik konservasi tanah dan air yang dilakukan di Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar 32 % dibandingkan dengan Blok 1 (perlakuan teras gulud). Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perlakuan teknik konservasi tanah dan air (rorak dan guludan) yang diteliti di perkebunan kelapa sawit lebih tinggi dalam meningkatkan cadangan air dalam tanah dibandingkan dari hasil penelitian Irianto (2003) yang menggunakan dam parit bertingkat pada perkebunan gula di Lampung yang hanya mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah sebesar 3-13 %. Hasil penelitian di Rejosari tersebut juga masih lebih tinggi dibandingkan Sawiyo (2005) yang menggunakan dam parit pada DAS Cibogo Ciliwung Bogor yang mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah hingga 94 %.

69 Perlakuan teknik konservasi tanah dan air menyebabkan kemampuan menghambat aliran permukaan serta menampung volume air hujan yang jatuh lebih besar karena bidang resapan lebih luas yang terlindung dari penyumbatan pori menyebabkan air meresap lebih banyak, lebih cepat dan lebih dalam sehingga meningkatkan cadangan air dalam tanah dibandingkan tanpa adanya perlakuan seperti yang dilaporkan Lestari (2005). Selain itu penambahan lubang resapan dan mulsa vertikal akan mempengaruhi proses infiltrasi, dimana kapasitas infiltrasi pada perlakuan rorak dan guludan menjadi meningkat karena memberikan kesempatan pada air lebih lama untuk terinfiltrasi. Penambahan bahan organik merangsang terbentuknya agregat yang stabil serta mengurangi energi percikan hujan yang dapat menghancurkan agregat. Bahan organik juga merupakan sumber energi bagi berbagai makro organisme (cacing, rayap, semut dan sebagainya) yang membuat lubang (pori makro) yang sinambung didalam tanah (Subekhi, 2006 ; Ayudyaningrum, 2006) Hubungan Kadar Air Tanah dengan Cadangan Air dalam Tanah Siklus hidrologi dengan tanah sebagai sistemnya merupakan proses keseimbangan antara input yang masuk ke sistem dan output yang keluar yang dari sistem. Jika input yang masuk ke sistem sama dengan output yang keluar dari sistem maka jumlah air yang terlibat akan selalu tetap. Jika input yang masuk ke sistem lebih besar dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penambahan kandungan air dalam tanah, sebaliknya jika input yang masuk ke sistem lebih kecil dibandingkan dengan output yang keluar dari sistem maka akan terjadi penurunan kandungan air dalam tanah. Pola perubahan cadangan air dalam tanah mingguan selama periode pengamatan ditampilkan pada Gambar 15.

70 Umumnya pada musim hujan (Februari-April) perubahan (penambahan) cadangan air dalam tanah pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Hal ini disebabkan dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air curah hujan yang jatuh pada Blok 3 (perlakuan rorak) dapat diresapkan secara maksimal kedalam tanah yang akhirnya menjadi cadangan air dalam tanah. Pada minggu ke-3 dan ke-6 perubahan yang terjadi adalah penurunan cadangan air dalam tanah hal ini disebabkan karena hujan yang turun tidak terlalu besar sedangkan total total runoff yang terjadi cukup besar karena adanya pasokan dari hujan yang turun cukup besar pada minggu sebelumnya. 100,00 80,00 60,00 40,00 mm 20,00 0,00-20,00-40,00-60,00-80, Februari Maret April Mei Juni Blok 1 Blok 2 Blok 3 Gambar 15. Perubahan cadangan air dalam tanah mingguan Pada musim kemarau (Mei-Juni) perubahan (penurunan) cadangan air dalam tanah pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Hal ini disebabkan oleh perlakuan teknik konservasi tanah dan air di Blok 3 (perlakuan rorak) yang

71 mengakibatkan cadangan air dalam tanah menjadi lebih besar sehingga kehilangan air dalam tanah melalui baseflow lebih banyak dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Penelitian Atmaja 4 (2007) mendukung fenomena tersebut dimana kadar air tanah rata-rata mingguan mulai berada di bawah kadar air kapasitas lapang memasuki minggu ke-14 di Blok 2 (tanpa perlakuan), dan minggu ke-15 untuk Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud). Perlakuan guludan bersaluran dan rorak yang dilengkapi lubang resapan dan mulsa vertikal efektif meningkatkan kadar air tanah. Kadar air tanah rata-rata bulanan dan mingguan pada perlakuan rorak paling tinggi diikuti perlakuan guludan bersaluran dan tanpa perlakuan, yaitu sebesar % dan %, % dan %, serta % dan % Hubungan Total Runoff terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah Jika intensitas curah hujan lebih besar daripada kecepatan infiltrasi maka setelah berbagai proses dipermukaan tanah akan terjadi overlandflow, sebaliknya jika intensitas curah hujan lebih kecil daripada kecepatan infiltrasi maka air akan mempunyai waktu lebih lama untuk meresap kedalam tanah yang akhirnya akan mengisi cadangan air dalam tanah. Hubungan total runoff terhadap perubahan cadangan air dalam tanah dapat dilihat pada Gambar 16. Pada musim hujan (Februari-April) perubahan total runoff berbanding terbalik terhadap perubahan cadangan air dalam tanah. Peningkatan total runoff menyebabkan penurunan cadangan air di dalam tanah, sebaliknya penurunan total runoff menyebabkan peningkatan cadangan air di dalam tanah. Setiap total runoff 4 Atmaja, H Kadar Air pada Teknik Konservasi Guludan Bersaluran dan Rorak di Perkebunan Kelapa Sawit PTPN VII Rejosari. Draft Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

72 yang menyebabkan peningkatan aliran cadangan air dalam tanah tertinggi terdapat pada Blok 3 (perlakuan rorak) dibandingkan dengan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan), sebaliknya setiap peningkatan total runoff yang menyebabkan penurunan aliran cadangan air dalam tanah tertinggi terdapat pada Blok 2 (tanpa perlakuan) diikuti Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 3 (perlakuan rorak). Runoff Perubahn cadangan air dalam tanah Runoff Blok 1 Runoff Blok 2 Runoff Blok 3?S Blok 1?S Blok 2?S Blok Februari Maret April Mei Juni Gambar 16. Hubungan total runoff terhadap perubahan cadangan air dalam tanah. Pada musim kemarau (Mei-Juni) peningkatan total runoff tertinggi yang menyebabkan penurunan perubahan cadangan terjadi pada Blok 3 (perlakuan rorak) dibandingkan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dan Blok 2 (tanpa perlakuan). Kejadian ini disebabkan pada Blok 2 (tanpa perlakuan) kemampuan untuk meresapkan air di musim hujan sangat rendah sehingga cadangan air di dalam tanah sangat sedikit, akibatnya kehilangan melalui baseflow lebih dulu terhenti dibandingkan Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (tanpa perlakuan). Sedangkan pada Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud) kemampuan

73 meresapkan air ke dalam tanah lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan sehingga cadangan air di dalam tanah lebih banyak yang akhirnya dapat digunakan pada musim kemarau. Fenomena ini ditunjukkan dengan aliran baseflow yang lebih lama terhenti pada Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan teras gulud) dibandingkan Blok 2 (tanpa perlakuan). Hal ini menunjukkan terdapat korelasi antara total runoff dengan perubahan cadangan air dalam tanah. Semakin rendah total runoff maka cadangan air dalam tanah akan meningkat, sebaliknya semakin tinggi aliran permukaan maka cadangan air dalam tanah akan menurun. Dengan adanya perlakuan teknik konservasi tanah dan air, maka jumlah total runoff dapat ditekan pada musim hujan. Akibatnya jumlah air yang masuk ke dalam tanah menjadi lebih banyak dan pada akhirnya menjadi cadangan air di dalam tanah yang dapat digunakan di musim kemarau Hubungan Karakteristik DAS terhadap Perubahan Cadangan Air dalam Tanah Perbedaan karakteristik DAS yang berbeda seperti tanah (kedalaman solum dan lapisan kedap), topografi (kemiringan lereng), bentuk DAS dan vegetasi menyebabkan perlakuan rorak mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan guludan. Pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) memiliki solum yang lebih dangkal dibandingkan dengan pada Blok 3 (perlakuan rorak). Solum pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) dibagian lembah (1.4 ha) lebih dangkal dengan kedalaman cm serta terdapat lapisan kedap di bawahnya, tekstur pada lereng ini berpasir dibandingkan pada bagian lereng tengah dan atas yang memiliki tekstur liat. Pada Blok 3 (perlakuan rorak) memiliki solum yang lebih dalam dengan rata-rata kedalaman

74 > 2 meter tanpa ada lapisan kedap, tekstur pada blok ini pada umumnya liat (Tabel Lampiran 1). Hal ini menyebabkan kemampuan tanah untuk mengikat air pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih besar dibandingkan pada Blok 1 (perlakuan teras gulud), sehingga daya tampung air pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih banyak dibandingkan pada Blok 1 (perlakuan teras gulud). Topografi pada pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) lebih berombak dengan kemiringan berkisar 3-8 % dibandingkan dengan topografi pada Blok 3 (perlakuan rorak) yang lebih landai dengan kemiringan 0-3 % (Gambar 5). Akibatnya kemampuan air untuk meresap pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih tinggi dibandingkan pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) sehingga air yang masuk kedalam tanah pada Blok 3 (perlakuan rorak) lebih banyak dibandingkan pada Blok 1 (perlakuan teras gulud). Bentuk DAS pada Blok 1 (perlakuan teras gulud) memiliki saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet) yang membelah antara microcacthment, sedangkan pada Blok 3 (perlakuan rorak) hanya memiliki satu saluran air keluar (outlet) (Gambar Lampiran 11). Akibatnya pergerakan air yang hilang pada Blok 2 (tanpa perlakuan) untuk menuju saluran air lebih cepat (baik dari overlandflow ataupun baseflow ditambah interflow) dibandingkan pergerakan air pada Blok 3 (perlakuan rorak), sehingga cadangan air yang tersimpan di dalam tanah semakin lama. Hal ini menunjukkan terdapatnya perbedaan antara tanah, solum, topografi serta karakteristik dan bentuk DAS menyebabkan kemampuan tanah untuk menampung dan menyimpan air berbeda.

75 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Perlakuan teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan menyebabkan terjadinya perubahan cadangan air dalam tanah (storage) pada perkebunan kelapa sawit bila dibandingkan tanpa adanya perlakuan. Perlakuan teknik konservasi tanah dan air menyebabkan perubahan cadangan air dalam tanah (storage) di Blok 3 (perlakuan rorak) dan Blok 1 (perlakuan guludan) menjadi lebih baik masingmasing sebesar mm dan mm dibandingkan Blok 2 (tanpa perlakuan) yang memiliki perubahan storage sebesar mm. Dengan memperhitungkan curah hujan tanggal 10 Januari - 17 Februari 2006, pada Blok 1 (372 mm), Blok 2 (356 mm) dan Blok 3 (347 mm), maka perubahan storage pada semua blok bernilai positif dimana nilai terbesar terdapat di Blok 3 (perlakuan rorak) Blok 1 (perlakuan guludan) masing-masing sebesar 270 mm dan mm dan yang terkecil Blok 2 (tanpa perlakuan) yang hanya mm. Dengan nilai evapotranspirasi selama bulan Juli - Oktober 2006 masing-masing sebesar mm, mm, mm,dan mm maka perlakuan rorak mampu menunda kekeringan hingga 2.33 bulan (± 70 hari) berikutnya, perlakuan guludan 1.66 bulan (± 50 hari) berikutnya dan tanpa perlakuan yang hanya kurang dari 0.5 bulan (± 15 hari) berikutnya. Teknik konservasi tanah dan air yakni rorak dan guludan mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah dan menunda kekeringan pada perkebunan kelapa sawit. Perlakuan rorak dan guludan sama efektifnya dalam menunda kekeringan, tetapi karena perbedaan karakteristik iklim (curah hujan) dan DAS yang berbeda seperti tanah (kedalaman solum dan lapisan kedap),

76 topografi (kemiringan lereng), bentuk DAS dan vegetasi menyebabkan perlakuan rorak mampu meningkatkan cadangan air dalam tanah lebih baik dibandingkan dengan perlakuan guludan Saran Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk melihat pengaruh cadangan air dalam tanah terhadap produksi kelapa sawit. Selain itu faktor perkolasi perlu diperhitungkan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit.

77 DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak, C Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ayudyaningrum, P Pengaruh Jarak Simpanan Depresi terhadap Aliran Permukaan dan Erosi pada Tanah Latosol Darmaga. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB. [BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika Raden Inten II Data Iklim Lampung. Chandra, A Revitalisasi Industri Kelapa Sawit Nasional. Jakarta (24/05/2006). [CIC] Capricon Indonesia Consultant Studi Pemasaran Crude Palm Oil (CPO) dan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. PT. Capricon Indonesia Consultant Inc. Jakarta. Darmosarkoro, W. I.Y. Harahap, dan E. Syamsudin Pengaruh Kekeringan pada Tanaman Kelapa Sawit dan Upaya Penanggulangannya.Warta Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 9(3) [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia , Kelapa Sawit (Palm Oil). Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. [DJGSM] Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Metadata Geologi Lembar 1110 Tanjung Karang. (02/10/2006) Metadata Geologi Lembar 1110 Kota Agung. (02/10/2006) Handoko Klimatologi Dasar. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA IPB. Bogor. Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Haridjaja, O. K. Murtilaksono. Sudarmo dan L.M Rachman Hidrologi Pertanian. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Hartley, C.W.S The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Longman. London

78 Irianto, G Aplikasi Dam Parit Bertingkat. Balitklimat. Bogor. k=view&id=18&itemid=102 (05/05/2007) Japar, Y.S Intersepsi Hujan pada Kelapa Dalam, Hibrida dan Genjah. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lestari Pengaruh Modifikasi Sistim Microcatchment terhadap Kehilangan Unsur Hara serta Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Pertanian Lahan Kering. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB. Lubis, A.U Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Sumatera Utara. Moedjimoeljanto, C Geologi dan Petrografi Batuan Kristalin Daerah Beranti dan Sekitarnya, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Propinsi Lampung. (02/10/2006) Noeralam, A., S. Arsyad, I. Anas Teknik Pengendalian Aliran Permukaan yang Efektif pada Usahatani Lahan Kering Berlereng. Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol. 5. No 1. April : Nuriman, I Hubungan Tingkat Intersepsi Hujan dengan Indeks Luas Daun pada Tanaman Kelapa Sawit. Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB. [PTPN-VII] Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara Profil Unit Usaha Rejosari.PTPN-VII (Persero) UU Rejosari. Lampung. Sawiyo Manfaat Pengembangan Dam Parit untuk Pengendalian Banjir dan Kekeringan. Balitklimat. Bogor. n=com_content&tas k=view&id=130&itemid=92 (05/05/2007) Seyhan, E Dasar-Dasar Hidrologi. Penerjemah: Subagyo. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Siregar, H. H Model Simulasi Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Karakteristik Kekeringan Kasus Kebun Kelapa Sawit di Lampung. Tesis. Institut Pertanian Bogor Rancang Bangun Model Penilaian Kesesuaian dan Dinamika Iklim Untuk Perkebunan Kelapa Sawit. Tesis. Institut Pertanian Bogor

79 Sosrodarsono, S. dan K. Takeda Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta. Subekhi, M Pengendalian Aliran Permukaan dengan Modifikasi Sistem Microcacthment pada Pertanian Lahan Kering. Skripsi. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Faperta IPB. Tim Faperta IPB PPKS Medan Teknik Peresapan Air Bebas Aliran Permukaan dalam Upaya Peningkatan Produksi Kelapa Sawit. Laporan Penelitian Tahap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Viessman.W.J.W. Knapp. G.I.Lewis dan E. Harbough Introduction to Hidrology. Ed. Ke-2. McGraw-Hill Book Company. London Yunus, R Analisis Curah Hujan Wilayah Menggunakan Metode Cokriging. Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB.

80 LAMPIRAN

81 No Tabel Lampiran 1. Sifat fisik tanah pada lokasi penelitian Lokasi Kedalaman (cm) Bulk Density (g/cm3) Porositas (%) Kadar Air (% volume) pf 1 pf 2 pf 2.54 pf 4.2 Pori Drainase (%volume) Sangat Cepat Lambat Cepat Air Tersedia (% Volume) Permeabilitas (cm/jam) 1 F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B F1B

82 Tabel Lampiran 2. Data iklim BMG Raden Inten II Lampung 2.1. Data suhu udara rata-rata maksimum bulanan daerah Branti Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des JUMLAH MEAN Data suhu udara rata-rata minimum bulanan daerah Branti Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des JUMLAH MEAN Data suhu udara rata-rata minimum bulanan daerah Branti Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des

83 2.3. Data suhu udara lanjutan Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des JUMLAH MEAN Data rata-rata penyinaran matahari bulanan daerah Branti Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des JUMLAH MEAN Data kelembaban rata-rata bulanan daerah Branti Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nop Des JUMLAH MEAN

84 Tabel Lampiran 3. Curah hujan harian 18 Februari- 30 Juni 2006 FEBRUARI APRIL TANGGAL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 TANGGAL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 18/02/2006 3,25 1,99 1,18 01/04/2006 0,00 0,00 0,00 19/02/2006 2,47 0,00 0,00 02/04/2006 0,00 0,00 0,00 20/02/2006 4,35 3,39 3,10 03/04/2006 0,00 0,00 0,00 21/02/ ,90 23,42 24,01 04/04/ ,79 25,46 31,76 22/02/ ,35 8,67 13,76 05/04/ ,89 17,36 27,64 23/ 02/2006 1,23 1,30 1,39 06/04/2006 0,55 0,70 0,72 24/02/ ,68 9,02 6,39 07/04/2006 1,42 1,69 2,18 25/02/ ,90 93,59 88,60 08/04/2006 9,81 3,78 3,79 26/02/2006 0,00 0,00 0,00 09/04/ ,00 14,15 12,43 27/02/ ,88 18,79 20,12 10/04/ ,26 19,74 20,29 28/02/2006 0,00 0,00 0,00 11/04/ ,83 29,09 26,21 Jumlah 179,99 160,17 158,56 12/04/2006 4,06 9,07 4,06 MARET 13/04/2006 0,00 0,00 0,00 TANGGAL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 14/04/2006 0,00 0,00 0,00 03/01/ ,61 42,46 35,24 15/04/2006 0,00 0,00 0,00 03/02/2006 0,00 0,00 0,00 16/04/2006 0,32 0,00 0,00 03/03/2006 7,36 7,82 7,68 17/04/2006 0,00 0,00 0,00 04/03/ ,74 9,72 9,87 18/04/2006 0,00 0,00 0,00 05/03/2006 1,10 0,40 1,10 19/04/ ,60 8,22 5,75 06/ 03/2006 0,00 0,00 0,00 20/04/ ,42 23,42 15,69 07/03/2006 0,00 0,00 0,00 21/04/2006 0,00 0,00 0,00 08/03/ ,38 23,74 15,08 22/04/ ,52 61,80 69,54 09/03/2006 0,00 0,00 0,00 23/04/2006 0,00 0,00 0,00 10/03/2006 0,00 0,00 0,00 24/04/2006 0,00 0,00 0,00 11/03/ ,09 13,06 7,49 25/04/2006 0,00 0,00 0,00 12/03/2006 0,00 0,00 0,00 26/04/2006 0,00 0,00 0,00 13/03/2006 0,00 0,00 0,00 27/04/2006 0,00 0,00 0,00 14/03/2006 0,71 2,94 2,16 28/04/2006 0,00 0,00 0,00 15/03/ ,49 31,90 26,34 29/04/ ,23 11,46 12,95 16/03/ ,39 11,76 11,60 30/04/2006 0,00 0,00 0,00 17/03/2006 7,89 5,48 11,33 JUMLAH 271,69 225,96 233,01 18/03/2006 0,00 0,00 0,00 19/03/2006 0,00 0,00 0,00 20/03/2006 4,97 2,94 4,17 21/03/ ,25 13,81 19,49 22/03/ ,81 13,32 18,66 23/03/2006 0,00 0,00 0,00 24/03/ ,03 9,21 13,12 25/03/2006 4,12 3,62 6,71 26/03/2006 0,58 0,69 1,22 27/03/2006 8,29 6,22 13,40 28/03/ ,36 13,07 19,49 29/03/2006 0,84 0,39 0,83 30/03/2006 0,00 0,00 0,00 31/03/2006 4,44 1,81 3,42 Jumlah 246,46 214,36 228,42 Tabel Lampiran 3. Lanjutan

85 MEI JUNI TANGGAL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 TANGGAL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 01/05/2006 0,00 0,00 0,00 01/06/2006 0,00 0,00 0,00 02/05/2006 0,00 0,00 0,00 02/06/2006 0,00 0,00 0,00 03/05/2006 3,12 4,68 4,18 03/06/2006 0,00 0,00 0,00 04/05/2006 8,64 6,90 6,86 04/06/2006 0,00 0,00 0,00 05/05/2006 0,65 0,40 0,54 05/06/2006 4,68 3,09 3,14 06/05/2006 0,00 0,00 0,00 06/06/ ,75 22,92 22,49 07/05/2006 0,00 0,00 0,00 07/06/2006 0,00 0,00 0,00 08/05/2006 0,84 1,45 1,72 08/06/2006 1,81 1,69 1,83 09/05/2006 1,93 1,08 1,33 09/06/2006 0,00 0,00 0,00 10/05/2006 0,00 0,00 0,00 10/06/2006 0,00 0,00 0,00 11/05/2006 0,00 0,00 0,00 11/06/2006 0,00 0,00 0,00 12/05/2006 0,00 0,00 0,00 12/06/2006 0,00 0,00 0,00 13/05/2006 0,00 0,00 0,00 13/06/2006 0,00 0,00 0,00 14/05/2006 0,00 0,00 0,00 14/06/ ,52 15,65 16,67 15/05/2006 0,00 0,00 0,00 15/06/2006 0,00 0,00 0,00 16/05/2006 0,00 0,00 0,00 16/06/ ,32 7,36 7,44 17/05/2006 0,00 0,00 0,00 17/06/2006 0,00 0,00 0,00 18/05/2006 0,00 0,00 0,00 18/06/2006 0,00 0,00 0,00 19/05/2006 2,62 2,89 2,74 19/06/2006 0,00 0,00 0,00 20/05/2006 0,00 0,00 0,00 20/06/2006 0,00 0,00 0,00 21/05/2006 0,00 0,50 3,34 21/06/2006 0,00 0,00 0,00 22/05/2006 0,52 0,50 0,50 22/06/2006 0,00 0,00 0,00 23/05/2006 0,00 0,00 0,00 23/06/2006 3,64 3,34 3,38 24/05/2006 2,10 1,89 1,26 24/06/2006 0,00 0,00 0,00 25/05/2006 1,88 1,34 1,31 25/06/2006 0,00 0,00 0,00 26/05/ ,92 24,52 26,42 26/06/2006 0,00 0,00 0,00 27/05/2006 0,00 0,00 0,00 27/06/2006 0,00 0,00 0,00 28/05/ ,42 30,10 26,04 28/06/2006 0,00 0,00 0,00 29/05/2006 0,97 0,40 0,48 29/06/2006 0,00 0,00 0,00 30/05/2006 0,00 0,00 0,00 30/06/2006 0,00 0,00 0,00 31/05/2006 0,00 0,00 0,00 Jumlah 57,71 54,05 54,95 Jumlah 85,60 76,64 76,73

86 Tabel Lampiran 4. Intersepsi harian 18 Februari-30 Juni 2006 (mm) FEBRUARI BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 18/02/2006 3,25 1,22 37,56 1,99 1,99 100,00 1,18 1,18 100,00 19/02/2006 2,47 2,47 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20/02/2006 4,35 1,57 36,02 3,39 0,69 20,41 3,10 1,02 33,01 21/02/ ,90 4,22 22,36 23,42 4,95 21,13 24,01 5,34 22,23 22/02/ ,35 4,82 33,60 8,67 1,81 20,89 13,76 3,39 24,66 23/02/2006 1,23 1,23 100,00 1,30 1,30 100,00 1,39 1,39 100,00 24/02/ ,68 3,89 26,51 9,02 0,99 10,99 6,39 1,70 26,64 25/02/ ,90 5,85 5,92 93,59 6,12 6,54 88,60 5,95 6,72 26/02/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27/02/ ,88 3,31 15,14 18,79 3,96 21,06 20,12 4,54 22,54 28/02/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 179,99 28,59 15,88 160,17 21,81 13,62 158,56 24,52 15,46 MARET BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 03/01/ ,61 5,85 14,78 42,46 6,12 14,42 35,24 5,95 16,90 03/02/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 03/03/2006 7,36 1,91 25,90 7,82 1,63 20,86 7,68 1,97 25,64 04/03/ ,74 4,39 22,26 9,72 2,03 20,92 9,87 2,42 24,52 05/03/2006 1,10 1,10 100,00 0,40 0,40 100,00 1,10 1,10 100,00 06/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 07/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 08/03/ ,38 5,13 21,92 23,74 5,01 21,09 15,08 3,50 23,18 09/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11/03/ ,09 3,04 18,89 13,06 2,74 20,99 7,49 1,93 25,76 12/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14/03/2006 0,71 0,71 100,00 2,94 2,94 100,00 2,16 2,16 100,00 15/03/ ,49 5,85 16,04 31,90 6,12 19,19 26,34 5,82 22,09 16/03/ ,39 1,83 17,63 11,76 2,47 20,97 11,60 3,56 30,73 17/03/2006 7,89 2,42 30,68 5,48 1,14 20,71 11,33 2,93 25,90 18/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20/03/2006 4,97 1,59 31,99 2,94 2,94 100,00 4,17 1,17 27,98 21/03/ ,25 4,09 22,44 13,81 2,90 21,01 19,49 4,08 20,94 22/03/ ,81 1,62 10,96 13,32 2,80 21,00 18,66 3,86 20,68 23/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24/03/ ,03 2,64 23,97 9,21 1,92 20,91 13,12 3,82 29,12 25/03/2006 4,12 0,96 23,26 3,62 0,74 20,46 6,71 1,76 26,25

87 Tabel Lampiran 4. Lanjutan BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 26/03/2006 0,58 0,58 100,00 0,69 0,69 100,00 1,22 1,22 100,00 27/03/2006 8,29 1,88 22,67 6,22 1,14 18,28 13,40 3,98 29,71 28/03/ ,36 3,13 19,10 13,07 2,10 16,03 19,49 4,34 22,26 29/03/2006 0,84 0,72 84,83 0,39 0,39 100,00 0,83 0,83 100,00 30/03/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31/03/2006 4,44 1,32 29,70 1,81 1,81 100,00 3,42 0,74 21,62 Jumlah 246,46 50,78 20,60 214,36 48,02 22,40 228,42 57,15 25,02 APRIL BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 01/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 02/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 03/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 04/04/ ,79 5,85 17,85 25,46 5,43 21,32 31,76 5,95 18,75 05/04/ ,89 3,22 23,17 17,36 4,98 28,66 27,64 5,95 21,54 06/04/2006 0,55 0,55 100,00 0,70 0,70 100,00 0,72 0,72 100,00 07/04/2006 1,42 1,42 100,00 1,69 1,69 100,00 2,18 2,18 100,00 08/04/2006 9,81 3,64 37,08 3,78 0,11 2,82 3,79 1,17 30,78 09/04/ ,00 2,47 16,45 14,15 1,03 7,30 12,43 2,95 23,72 10/04/ ,26 5,85 14,54 19,74 3,42 17,33 20,29 4,57 22,52 11/04/ ,83 4,21 22,33 29,09 6,12 21,04 26,21 5,79 22,10 12/04/2006 4,06 1,49 36,69 9,07 2,58 28,43 4,06 1,22 30,10 13/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16/04/2006 0,32 0,32 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19/04/ ,60 4,16 22,39 8,22 0,40 4,90 5,75 1,57 27,32 20/04/ ,42 3,44 17,72 23,42 4,94 21,09 15,69 1,87 11,95 21/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22/04/ ,52 5,85 7,27 61,80 6,12 9,91 69,54 5,95 8,56 23/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29/04/ ,23 4,06 25,03 11,46 0,94 8,16 12,95 3,06 23,60 30/04/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 271,69 46,54 17,13 225,96 38,46 17,02 233,01 42,97 18,44

88 Tabel Lampiran 4. Lanjutan MEI BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 01/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 02/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 03/05/2006 3,12 0,21 6,69 4,68 1,57 33,50 4,18 1,59 38,13 04/05/2006 8,64 2,56 29,67 6,90 0,83 12,04 6,86 1,60 23,24 05/05/2006 0,65 0,65 100,00 0,40 0,40 100,00 0,54 0,54 100,00 06/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 07/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 08/05/2006 0,84 0,84 100,00 1,45 1,45 100,00 1,72 1,72 100,00 09/05/2006 1,93 1,93 100,00 1,08 1,08 100,00 1,33 1,33 100,00 10/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 15/ 05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 17/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19/05/2006 2,62 2,62 100,00 2,89 2,89 100,00 2,74 2,74 100,00 20/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,50 0,50 100,00 3,34 1,28 38,44 22/05/2006 0,52 0,52 100,00 0,50 0,50 100,00 0,50 0,50 100,00 23/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 24/05/2006 2,10 1,01 47,78 1,89 1,89 100,00 1,26 1,26 100,00 25/05/2006 1,88 1,88 100,00 1,34 1,34 100,00 1,31 1,31 100,00 26/05/ ,92 5,85 20,96 24,52 5,17 21,09 26,42 5,76 21,81 27/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28/05/ ,42 5,85 17,01 30,10 6,12 20,34 26,04 5,52 21,20 29/05/2006 0,97 0,97 100,00 0,40 0,40 100,00 0,48 0,48 100,00 30/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 31/05/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 85,60 24,89 29,07 76,64 24,13 31,48 76,73 25,64 33,42 JUNI BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 01/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 02/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 03/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 04/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 05/06/2006 4,68 1,37 29,22 3,09 0,63 20,33 3,14 1,03 32,85

89 Tabel Lampiran 4. Lanjutan BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 Tanggal CH Intersepsi CH Intersepsi CH Intersepsi mm mm % mm mm % mm mm % 06/06/ ,75 4,41 16,47 22,92 5,75 25,06 22,49 6,95 30,91 07/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 08/06/2006 1,81 1,81 100,00 1,69 1,69 100,00 1,83 1,83 100,00 09/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 10/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 11/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 14/06/ ,52 2,54 24,15 15,65 3,20 20,47 16,67 1,11 6,64 15/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 16/06/ ,32 2,50 24,23 7,36 0,45 6,11 7,44 2,33 31,27 17/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 18/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 20/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 21/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23/06/2006 3,64 0,28 7,58 3,34 0,35 10,39 3,38 0,56 16,45 24/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 26/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 28/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 29/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 30/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 57,71 12,90 22,34 54,05 12,07 22,33 54,95 13,80 25,11

90 Tabel Lampiran 5. Evapotranspirasi potensial harian 18 Februari-30 Juni 2006 (mm) Februari Tanggal Evapotranspirasi 18/02/2006 2,20 19/02/2006 3,60 20/02/2006 2,84 21/02/2006 2,40 22/02/2006 3,24 23/02/2006 1,87 24/02/2006 3,50 25/02/2006 1,60 26/02/2006 2,56 27/02/2006 2,40 28/02/2006 2,40 Jumlah 28,61 Maret Tanggal Evapotranspirasi 03/01/2006 2,40 03/02/2006 2,00 03/03/2006 2,40 04/03/2006 2,40 05/03/2006 2,88 06/03/2006 4,24 07/03/2006 2,56 08/03/2006 2,40 09/03/2006 3,28 10/03/2006 1,12 11/03/2006 2,40 12/03/2006 4,00 13/03/2006 4,64 14/03/2006 3,21 15/03/2006 2,40 16/03/2006 2,40 17/03/2006 2,40 18/03/2006 3,04 19/03/2006 2,56 20/03/2006 2,40 21/03/2006 2,40 22/03/2006 2,40 23/03/2006 3,84 24/03/2006 2,40 25/03/2006 2,34 26/03/2006 2,31 27/03/2006 3,51 28/03/2006 2,40 Tanggal Evapotranspirasi 29/03/2006 2,04 30/03/2006 3,52 31/03/2006 4,11 Jumlah 86,40 April Tanggal Evapotranspirasi 01/04/2006 2,08 02/04/2006 3,92 03/04/2006 4,72 04/04/2006 2,40 05/04/2006 2,40 06/04/2006 3,16 07/04/2006 2,96 08/04/2006 2,40 09/04/2006 2,40 10/04/2006 2,40 11/04/2006 2,40 12/04/2006 3,97 13/04/2006 4,08 14/04/2006 1,28 15/04/2006 3,04 16/04/2006 2,16 17/04/2006 3,28 18/04/2006 2,96 19/04/2006 3,20 20/04/2006 2,40 21/04/2006 3,52 22/04/2006 2,40 23/04/2006 2,48 24/04/2006 1,44 25/04/2006 2,16 26/04/2006 1,76 27/04/2006 4,56 28/04/2006 3,04 29/04/2006 4,18 30/04/2006 1,60 Jumlah 84,75 Mei Tanggal Evapotranspirasi 01/05/2006 3,44 02/05/2006 3,92 03/05/2006 3,29 04/05/2006 4,35 05/05/2006 2,92

91 Tabel Lampiran 5. Lanjutan Tanggal Evapotranspirasi 06/05/2006 2,24 07/05/2006 2,72 08/05/2006 2,11 09/05/2006 1,95 10/05/2006 1,28 11/05/2006 3,44 12/05/2006 3,52 13/05/2006 3,28 14/05/2006 3,60 15/05/2006 3,44 16/05/2006 3,92 17/05/2006 1,04 18/05/2006 3,04 19/05/2006 1,52 20/05/2006 2,34 21/05/2006 1,44 22/05/2006 1,92 23/05/2006 2,08 24/05/2006 2,24 25/05/2006 3,42 26/05/2006 3,60 27/05/2006 3,12 28/05/2006 2,72 29/05/2006 2,46 30/05/2006 1,68 31/05/2006 2,24 Jumlah 84,29 Juni Tanggal Evapotranspirasi 01/06/2006 2,48 02/06/2006 3,12 03/06/2006 3,52 04/06/2006 1,60 05/06/2006 1,82 06/06/2006 3,00 07/06/2006 4,00 08/06/2006 1,68 09/06/2006 4,72 10/06/2006 4,00 11/06/2006 4,00 12/06/2006 3,04 13/06/2006 2,40 Tanggal Evapotranspirasi 14/06/2006 2,50 15/06/2006 1,20 16/06/2006 3,46 17/06/2006 2,48 18/06/2006 3,04 19/06/2006 3,20 20/06/2006 2,40 21/06/2006 1,60 22/06/2006 2,16 23/06/2006 2,19 24/06/2006 2,88 25/06/2006 2,72 26/06/2006 3,12 27/06/2006 2,72 28/06/2006 4,40 29/06/2006 2,64 30/06/2006 1,28 Jumlah 83,37

92 Tabel Lampiran 6. Aliran permukaan harian 18 Februari-30 Juni 2006 (mm) FEBRUARI Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 18/02/2006 3,25 1,42 1,42 0,00 1,99 0,18 0,18 0,00 1,18 0,35 0,35 0,00 19/02/2006 2,47 1,18 1,18 0,00 0,00 0,20 0,20 0,00 0,00 0,26 0,26 0,00 20/02/2006 4,35 1,11 1,11 0,00 3,39 0,19 0,19 0,00 3,10 0,21 0,21 0,00 21/02/ ,90 1,41 1,36 0,05 23,42 0,92 0,74 0,18 24,01 0,24 0,22 0,03 22/02/ ,35 1,91 1,91 0,00 8,67 1,58 1,58 0,00 13,76 0,33 0,33 0,00 23/02/2006 1,23 2,11 2,11 0,00 1,30 0,66 0,66 0,00 1,39 0,30 0,30 0,00 24/02/ ,68 1,56 1,47 0,08 9,02 0,33 0,33 0,00 6,39 0,45 0,45 0,00 25/02/ ,90 36,92 4,69 32,23 93,59 60,77 2,96 57,82 88,60 3,24 2,18 1,06 26/02/2006 0,00 11,42 11,42 0,00 0,00 13,70 13,70 0,00 0,00 4,78 4,78 0,00 27/02/ ,88 13,43 13,34 0,09 18,79 12,80 12,12 0,68 20,12 4,79 4,53 0,26 28/02/2006 0,00 12,65 12,65 0,00 0,00 13,58 13,58 0,00 0,00 4,31 4,31 0,00 Jumlah 179,99 85,11 52,66 32,45 160,17 104,92 46,24 58,68 158,55 19,24 17,90 1,34 MARET Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 01/03/ ,61 15,10 12,36 2,75 42,46 18,76 12,60 6,16 35,24 6,14 5,18 0,96 02/03/2006 0,00 13,65 13,65 0,00 0,00 20,03 20,03 0,00 0,00 5,82 5,82 0,00 03/03/2006 7,36 12,81 12,81 0,00 7,82 14,45 14,45 0,00 7,68 5,30 5,30 0,00 04/03/ ,74 11,61 11,32 0,29 9,72 12,99 12,99 0,00 9,87 5,35 5,35 0,00 05/03/2006 1,10 10,45 10,45 0,00 0,40 11,02 11,02 0,00 1,10 4,16 4,16 0,00 06/03/2006 0,00 9,43 9,43 0,00 0,00 10,79 10,79 0,00 0,00 3,99 3,99 0,00 07/03/2006 0,00 8,08 8,08 0,00 0,00 8,88 8,88 0,00 0,00 3,68 3,68 0,00 08/03/ ,38 7,06 6,41 0,64 23,74 9,41 8,90 0,51 15,08 3,71 3,71 0,00 09/03/2006 0,00 6,66 6,66 0,00 0,00 10,12 10,12 0,00 0,00 3,33 3,33 0,00 10/03/2006 0,00 8,58 8,58 0,00 0,00 9,18 9,18 0,00 0,00 3,44 3,44 0,00 11/03/ ,09 4,34 4,30 0,04 13,06 7,40 7,09 0,30 7,49 3,44 3,44 0,00

93 Tabel Lampiran 6. Lanjutan Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 12/03/2006 0,00 5,02 5,02 0,00 0,00 6,22 6,22 0,00 0,00 3,58 3,58 0,00 13/03/2006 0,00 3,27 3,27 0,00 0,00 5,40 5,40 0,00 0,00 3,44 3,44 0,00 14/03/2006 0,71 2,80 2,80 0,00 2,94 4,52 4,52 0,00 2,16 3,45 3,45 0,00 15/03/ ,49 7,06 5,82 1,24 31,90 7,39 5,90 1,49 26,34 3,38 3,21 0,17 16/03/ ,39 6,32 6,32 0,00 11,76 6,16 6,01 0,15 11,60 2,55 2,55 0,00 17/03/2006 7,89 5,69 5,69 0,00 5,48 5,80 5,80 0,00 11,33 2,55 2,55 0,00 18/ 03/2006 0,00 5,59 5,59 0,00 0,00 5,53 5,53 0,00 0,00 2,55 2,55 0,00 19/03/2006 0,00 4,13 4,13 0,00 0,00 4,40 4,40 0,00 0,00 2,55 2,55 0,00 20/03/2006 4,97 3,25 3,25 0,00 2,94 4,28 4,28 0,00 4,17 2,65 2,65 0,00 21/03/ ,25 4,66 4,60 0,06 13,81 4,40 4,29 0,11 19,49 2,70 2,61 0,10 22/03/ ,81 6,40 6,38 0,02 13,32 5,51 5,34 0,17 18,66 2,95 2,84 0,11 23/03/2006 0,00 5,91 5,91 0,00 0,00 5,40 5,40 0,00 0,00 2,65 2,65 0,00 24/03/ ,03 3,02 3,02 0,00 9,21 3,10 3,10 0,00 13,12 2,65 2,65 0,00 25/ 03/2006 4,12 2,74 2,74 0,00 3,62 3,70 3,70 0,00 6,71 3,21 3,21 0,00 26/03/2006 0,58 3,60 3,60 0,00 0,69 3,30 3,30 0,00 1,22 3,21 3,21 0,00 27/03/2006 8,29 2,54 2,54 0,00 6,22 3,41 3,41 0,00 13,40 3,09 3,09 0,00 28/03/ ,36 3,96 3,96 0,00 13,07 3,78 3,67 0,11 19,49 2,75 2,65 0,10 29/03/2006 0,84 4,93 4,93 0,00 0,39 4,28 4,28 0,00 0,83 2,87 2,87 0,00 30/03/2006 0,00 2,60 2,60 0,00 0,00 3,10 3,10 0,00 0,00 2,55 2,55 0,00 31/03/2006 4,44 2,31 2,31 0,00 1,81 2,36 2,36 0,00 3,42 2,55 2,55 0,00 Jumlah 246,45 193,59 188,55 5,04 214,36 225,06 216,06 9,00 228,40 106,27 104,83 1,44 APRIL Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 01/04/2006 0,00 1,84 1,84 0,00 0,00 2,10 2,10 0,00 0,00 2,45 2,45 0,00 02/04/2006 0,00 1,68 1,68 0,00 0,00 1,56 1,56 0,00 0,00 2,45 2,45 0,00

94 Tabel Lampiran 6. Lanjutan Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 03/04/2006 0,00 1,19 1,19 0,00 0,00 1,41 1,41 0,00 0,00 2,35 2,35 0,00 04/04/ ,79 5,49 3,22 2,27 25,46 2,08 1,42 0,66 31,76 2,32 2,09 0,23 05/04/ ,89 3,21 3,15 0,05 17,36 1,87 1,73 0,14 27,64 2,46 2,27 0,19 06/04/2006 0,55 3,59 3,59 0,00 0,70 1,86 1,86 0,00 0,72 2,35 2,35 0,00 07/04/2006 1,42 3,52 3,52 0,00 1,69 1,86 1,86 0,00 2,18 2,35 2,35 0,00 08/04/2006 9,81 3,14 3,14 0,00 3,78 1,48 1,48 0,00 3,79 2,08 2,08 0,00 09/04/ ,00 4,62 4,55 0,08 14,15 2,01 1,87 0,13 12,43 2,17 2,17 0,00 10/04/ ,26 8,94 6,67 2,27 19,74 3,65 3,47 0,18 20,29 3,09 2,97 0,12 11/04/ ,83 8,92 8,91 0,01 29,09 7,02 6,03 0,98 26,21 4,30 4,07 0,23 12/04/2006 4,06 9,56 9,56 0,00 9,07 7,25 7,25 0,00 4,06 4,70 4,70 0,00 13/04/2006 0,00 7,76 7,76 0,00 0,00 6,95 6,95 0,00 0,00 4,70 4,70 0,00 14/04/2006 0,00 7,30 7,30 0,00 0,00 5,66 5,66 0,00 0,00 4,40 4,40 0,00 15/04/2006 0,00 6,77 6,77 0,00 0,00 5,66 5,66 0,00 0,00 3,84 3,84 0,00 16/04/2006 0,32 6,34 6,34 0,00 0,00 6,22 6,22 0,00 0,00 3,58 3,58 0,00 17/04/2006 0,00 5,34 5,34 0,00 0,00 5,66 5,66 0,00 0,00 3,45 3,45 0,00 18/04/2006 0,00 3,85 3,85 0,00 0,00 7,96 7,96 0,00 0,00 3,45 3,45 0,00 19/04/ ,60 3,12 2,82 0,30 8,22 6,42 6,42 0,00 5,75 3,21 3,21 0,00 20/04/ ,42 3,37 3,13 0,23 23,42 6,89 6,55 0,33 15,69 3,21 3,09 0,12 21/04/2006 0,00 3,84 3,84 0,00 0,00 7,54 7,54 0,00 0,00 2,98 2,98 0,00 22/04/ ,52 24,48 8,35 16,14 61,80 32,22 7,05 25,17 69,54 6,66 6,47 0,19 23/04/2006 0,00 8,26 8,26 0,00 0,00 11,69 11,69 0,00 0,00 8,32 8,32 0,00 24/04/2006 0,00 8,25 8,25 0,00 0,00 8,31 8,31 0,00 0,00 7,02 7,02 0,00 25/04/2006 0,00 7,59 7,59 0,00 0,00 9,50 9,50 0,00 0,00 4,86 4,86 0,00 26/04/2006 0,00 5,61 5,61 0,00 0,00 8,94 8,94 0,00 0,00 5,18 5,18 0,00 27/04/2006 0,00 5,28 5,28 0,00 0,00 8,51 8,51 0,00 0,00 5,02 5,02 0,00 28/04/2006 0,00 4,55 4,55 0,00 0,00 6,01 6,01 0,00 0,00 4,70 4,70 0,00

95 Tabel Lampiran 6. Lanjutan Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 29/04/ ,23 4,89 4,73 0,16 11,46 3,55 3,44 0,11 12,95 4,55 4,55 0,00 30/04/2006 0,00 4,05 4,05 0,00 0,00 2,91 2,91 0,00 0,00 3,84 3,84 0,00 Jumlah 271,70 176,34 154,83 21,50 225,94 184,75 157,04 27,71 233,01 116,09 115,01 1,08 MEI Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 01/05/2006 0,00 3,22 3,22 0,00 0,00 2,88 2,88 0,00 0,00 3,58 3,58 0,00 02/05/2006 0,00 2,01 2,01 0,00 0,00 2,20 2,20 0,00 0,00 3,45 3,45 0,00 03/05/2006 3,12 1,77 1,77 0,00 4,68 1,78 1,78 0,00 4,18 4,11 4,11 0,00 04/05/2006 8,64 1,52 1,52 0,00 6,90 2,19 2,19 0,00 6,86 4,40 4,40 0,00 05/05/2006 0,65 1,73 1,73 0,00 0,40 1,72 1,72 0,00 0,54 2,98 2,98 0,00 06/05/2006 0,00 1,23 1,23 0,00 0,00 1,11 1,11 0,00 0,00 2,87 2,87 0,00 07/05/2006 0,00 1,06 1,06 0,00 0,00 0,82 0,82 0,00 0,00 2,45 2,45 0,00 08/05/2006 0,84 0,17 0,17 0,00 1,45 0,60 0,60 0,00 1,72 2,45 2,45 0,00 09/05/2006 1,93 0,66 0,66 0,00 1,08 0,00 0,00 0,00 1,33 1,37 1,37 0,00 10/05/2006 0,00 0,51 0,51 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,37 1,37 0,00 11/05/2006 0,00 0,55 0,55 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,31 1,31 0,00 12/05/2006 0,00 0,42 0,42 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,18 1,18 0,00 13/05/2006 0,00 0,38 0,38 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,17 1,17 0,00 14/05/2006 0,00 0,37 0,37 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,23 1,23 0,00 15/05/2006 0,00 0,27 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,11 1,11 0,00 16/05/2006 0,00 0,21 0,21 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,07 1,07 0,00 17/05/2006 0,00 0,27 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,94 0,94 0,00 18/05/2006 0,00 0,27 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,90 0,90 0,00 19/05/2006 2,62 0,26 0,26 0,00 2,89 0,00 0,00 0,00 2,74 0,83 0,83 0,00 20/05/2006 0,00 0,28 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,73 0,73 0,00

96 Tabel Lampiran 6. Lanjutan Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 21/05/2006 0,00 0,19 0,19 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 3,34 1,17 1,17 0,00 22/05/2006 0,52 0,16 0,16 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,50 0,74 0,74 0,00 23/05/2006 0,00 0,17 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,67 0,67 0,00 24/05/2006 2,10 0,19 0,19 0,00 1,89 0,00 0,00 0,00 1,26 0,75 0,75 0,00 25/05/2006 1,88 0,13 0,13 0,00 1,34 0,00 0,00 0,00 1,31 0,62 0,62 0,00 26/05/ ,92 0,06 0,06 0,00 24,52 0,00 0,00 0,00 26,42 0,64 0,55 0,10 27/05/2006 0,00 1,22 1,17 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,63 0,63 0,00 28/05/ ,42 2,11 1,93 0,18 30,10 0,25 0,03 0,22 26,04 0,72 0,62 0,10 29/05/2006 0,97 0,54 0,54 0,00 0,40 0,00 0,00 0,00 0,48 0,68 0,68 0,00 30/05/2006 0,00 0,18 0,18 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,47 0,47 0,00 31/05/2006 0,00 0,51 0,51 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,71 0,71 0,00 Jumlah 85,61 22,61 22,37 0,23 76,65 13,55 13,33 0,22 76,72 47,32 47,12 0,20 Juni Tanggal BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 01/06/2006 0,00 0,14 0,14 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,41 0,41 0,00 02/06/2006 0,00 0,06 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,43 0,43 0,00 03/06/2006 0,00 0,10 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,48 0,48 0,00 04/06/2006 0,00 0,05 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,03 1,03 0,00 05/06/2006 4,68 0,06 0,06 0,00 3,09 0,00 0,00 0,00 3,14 0,33 0,33 0,00 06/06/ ,75 1,09 1,01 0,08 22,92 0,04 0,00 0,03 22,49 0,74 0,71 0,03 07/06/2006 0,00 0,31 0,31 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,32 0,32 0,00 08/06/2006 1,81 0,08 0,08 0,00 1,69 0,00 0,00 0,00 1,83 0,25 0,25 0,00 09/06/2006 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,26 0,26 0,00 10/06/2006 0,00 0,03 0,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,24 0,24 0,00 11/06/2006 0,00 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,38 0,38 0,00

97 Tabel Lampiran 6. Lanjutan Tangga.l BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3 CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF CH RO BSF + IF OLF 12/06/2006 0,00 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,40 0,40 0,00 13/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,18 0,18 0,00 14/06/ ,52 0,03 0,03 0,00 15,65 0,00 0,00 0,00 16,67 0,29 0,26 0,03 15/06/2006 0,00 0,10 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,28 0,28 0,00 16/06/ ,32 0,04 0,04 0,00 7,36 0,00 0,00 0,00 7,44 0,19 0,19 0,00 17/06/2006 0,00 0,07 0,07 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,19 0,19 0,00 18/06/2006 0,00 0,05 0,05 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,19 0,19 0,00 19/06/2006 0,00 0,04 0,04 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,00 20/06/2006 0,00 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,13 0,13 0,00 21/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,17 0,17 0,00 22/06/2006 0,00 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,18 0,18 0,00 23/06/2006 3,64 0,00 0,00 0,00 3,34 0,00 0,00 0,00 3,38 0,15 0,15 0,00 24/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,11 0,00 25/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,09 0,00 26/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,13 0,13 0,00 27/06/2006 0,00 0,00 0,0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,09 0,00 28/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 0,00 29/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,08 0,08 0,00 30/06/2006 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,09 0,00 Jumlah 57,72 2,30 2,22 0,08 54,05 0,04 0,00 0,03 54,95 8,05 7,99 0,06

98 Tabel Lampiran 7. Neraca Air Harian Blok 1 18 Februari-30 Juni 2006 (mm) Februari Tanggal CH INCTP ETP RO? S 18/02/2006 3,25 1,22 2,20 1,42-1,59 19/02/2006 2,47 2,47 3,60 1,18-4,78 20/02/2006 4,35 1,57 2,84 1,11-1,16 21/02/ ,90 4,22 2,40 1,41 10,86 22/02/ ,35 4,82 3,24 1,91 4,38 23/02/2006 1,23 1,23 1,87 2,11-3,97 24/02/ ,68 3,89 3,50 1,56 5,73 25/02/ ,90 5,85 1,60 36,92 54,52 26/02/2006 0,00 0,00 2,56 11,42-13,98 27/02/ ,88 3,31 2,40 13,43 2,74 28/02/2006 0,00 0,00 2,40 12,65-15,05 Jumlah 179,99 28,59 28,61 85,11 37,69 Maret Tanggal CH INCTP ETP RO? S 03/01/ ,61 5,85 2,40 15,10 16,26 03/02/2006 0,00 0,00 2,00 13,65-15,65 03/03/2006 7,36 1,91 2,40 12,81-9,75 04/03/ ,74 4,39 2,40 11,61 1,34 05/03/2006 1,10 1,10 2,88 10,45-13,33 06/03/2006 0,00 0,00 4,24 9,43-13,67 07/03/2006 0,00 0,00 2,56 8,08-10,64 08/03/ ,38 5,13 2,40 7,06 8,79 09/03/2006 0,00 0,00 3,28 6,66-9,94 10/03/2006 0,00 0,00 1,12 8,58-9,70 11/03/ ,09 3,04 2,40 4,34 6,31 12/03/2006 0,00 0,00 4,00 5,02-9,02 13/03/2006 0,00 0,00 4,64 3,27-7,91 14/ 03/2006 0,71 0,71 3,21 2,80-6,01 15/03/ ,49 5,85 2,40 7,06 21,18 16/03/ ,39 1,83 2,40 6,32-0,17 17/03/2006 7,89 2,42 2,40 5,69-2,62 18/03/2006 0,00 0,00 3,04 5,59-8,63 19/03/2006 0,00 0,00 2,56 4,13-6,69 20/03/2006 4,97 1,59 2,40 3,25-2,27 21/03/ ,25 4,09 2,40 4,66 7,09 22/03/ ,81 1,62 2,40 6,40 4,39 23/03/2006 0,00 0,00 3,84 5,91-9,75 24/03/ ,03 2,64 2,40 3,02 2,96 25/03/2006 4,12 0,96 2,34 2,74-1,91 26/03/2006 0,58 0,58 2,31 3,60-5,91 27/03/2006 8,29 1,88 3,51 2,54 0,36 28/03/ ,36 3,13 2,40 3,96 6,87 29/03/2006 0,84 0,72 2,04 4,93-6,84 30/03/2006 0,00 0,00 3,52 2,60-6,12 31/03/2006 4,44 1,32 4,11 2,31-3,30 Jumlah 246,46 50,78 86,40 193,59-84,30 Tabel Lampiran 7. Lanjutan

99 April Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/04/2006 0,00 0,00 2,08 1,84-3,92 02/04/2006 0,00 0,00 3,92 1,68-5,60 03/04/2006 0,00 0,00 4,72 1,19-5,91 04/04/ ,79 5,85 2,40 5,49 19,05 05/04/ ,89 3,22 2,40 3,21 5,07 06/04/2006 0,55 0,55 3,16 3,59-6,75 07/04/ ,42 1,42 2,96 3,52-6,48 08/04/2006 9,81 3,64 2,40 3,14 0,63 09/04/ ,00 2,47 2,40 4,62 5,51 10/04/ ,26 5,85 2,40 8,94 23,06 11/04/ ,83 4,21 2,40 8,92 3,31 12/04/2006 4,06 1,49 3,97 9,56-10,96 13/04/2006 0,00 0,00 4,08 7,76-11,84 14/04/2006 0,00 0,00 1,28 7,30-8,58 15/04/2006 0,00 0,00 3,04 6,77-9,81 16/04/2006 0,32 0,32 2,16 6,34-8,51 17/04/2006 0,00 0,00 3,28 5,34-8,62 18/04/2006 0,00 0,00 2,96 3,85-6,81 19/04/ ,60 4,16 3,20 3,12 8,12 20/04/ ,42 3,44 2,40 3,37 10,21 21/04/2006 0,00 0,00 3,52 3,84-7,36 22/04/ ,52 5,85 2,40 24,48 47,78 23/04/2006 0,00 0,00 2,48 8,26-10,74 24/04/2006 0,00 0,00 1,44 8,25-9,69 25/04/2006 0,00 0,00 2,16 7,59-9,75 26/04/2006 0,00 0,00 1,76 5,61-7,37 27/04/2006 0,00 0,00 4,56 5,28-9,84 28/04/2006 0,00 0,00 3,04 4,55-7,59 29/04/ ,23 4,06 4,18 4,89 3,10 30/04/2006 0,00 0,00 1,60 4,05-5,65 Jumlah 271,69 46,54 84,75 176,34-35,93 Mei Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/05/2006 0,00 0,00 3,44 3,22-6,66 02/05/2006 0,00 0,00 3,92 2,01-5,93 03/05/2006 3,12 0,21 3,29 1,77-2,16 04/05/2006 8,64 2,56 4,35 1,52 0,20 05/05/2006 0,65 0,65 2,92 1,73-4,65 06/05/2006 0,00 0,00 2,24 1,23-3,47 07/05/2006 0,00 0,00 2,72 1,06-3,78 08/05/2006 0,84 0,84 2,11 0,17-2,28 09/05/2006 1,93 1,93 1,95 0,66-2,61 10/05/2006 0,00 0,00 1,28 0,51-1,79 Tabel Lampiran 7. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S

100 11/05/2006 0,00 0,00 3,44 0,55-3,99 12/05/2006 0,00 0,00 3,52 0,42-3,94 13/05/2006 0,00 0,00 3,28 0,38-3,66 14/05/2006 0,00 0,00 3,60 0,37-3,97 15/05/2006 0,00 0,00 3,44 0,27-3,71 16/05/2006 0,00 0,00 3,92 0,21-4,13 17/05/2006 0,00 0,00 1,04 0,27-1,31 18/05/2006 0,00 0,00 3,04 0,27-3,31 19/05/2006 2,62 2,62 1,52 0,26-1,78 20/05/2006 0,00 0,00 2,34 0,28-2,62 21/05/2006 0,00 0,00 1,44 0,19-1,63 22/05/2006 0,52 0,52 1,92 0,16-2,08 23/05/2006 0,00 0,00 2,08 0,17-2,24 24/05/2006 2,10 1,01 2,24 0,19-1,33 25/05/2006 1,88 1,88 3,42 0,13-3,56 26/05/ ,92 5,85 3,60 0,06 18,41 27/05/2006 0,00 0,00 3,12 1,22-4,34 28/05/ ,42 5,85 2,72 2,11 23,73 29/05/2006 0,97 0,97 2,46 0,54-3,00 30/05/2006 0,00 0,00 1,68 0,18-1,86 31/05/2006 0,00 0,00 2,24 0,51-2,75 Jumlah 85,60 24,89 84,29 22,61-46,18 Juni Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,14-2,62 02/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,06-3,18 03/06/2006 0,00 0,00 3,52 0,10-3,62 04/06/2006 0,00 0,00 1,60 0,05-1,65 05/06/2006 4,68 1,37 1,82 0,06 1,43 06/06/ ,75 4,41 3,00 1,09 18,26 07/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,31-4,31 08/06/2006 1,81 1,81 1,68 0,08-1,76 09/06/2006 0,00 0,00 4,72 0,01-4,73 10/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,03-4,03 11/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,02-4,02 12/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,02-3,06 13/06/2006 0,00 0,00 2,40 0,00-2,40 14/06/ ,52 2,54 2,50 0,03 5,46 15/06/2006 0,00 0,00 1,20 0,10-1,30 16/06/ ,32 2,50 3,46 0,04 4,32 17/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,07-2,55 18/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,05-3,09 19/06/2006 0,00 0,00 3,20 0,04-3,24 Tabel Lampiran 7. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S 20/06/2006 0,00 0,00 2,40 0,01-2,41

101 21/06/2006 0,00 0,00 1,60 0,00-1,60 22/06/2006 0,00 0,00 2,16 0,02-2,18 23/06/2006 3,64 0,28 2,19 0,00 1,17 24/06/2006 0,00 0,00 2,88 0,00-2,88 25/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,00-2,72 26/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,00-3,12 27/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,00-2,72 28/06/2006 0,00 0,00 4,40 0,00-4,40 29/06/2006 0,00 0,00 2,64 0,00-2,64 30/06/2006 0,00 0,00 1,28 0,00-1,28 Jumlah 57,71 12,90 83,37 2,30-40,85

102 Tabel Lampiran 8. Neraca air harian Blok 2 18 Februari-30 Juni 2006 (mm) Februari Tanggal CH INCTP ETP RO? S 18/02/2006 1,99 1,99 2,20 0,18-2,38 19/02/2006 0,00 0,00 3,60 0,20-3,80 20/02/2006 3,39 0,69 2,84 0,19-0,33 21/02/ ,42 4,95 2,40 0,92 15,15 22/02/2006 8,67 1,81 3,24 1,58 2,04 23/02/2006 1,30 1,30 1,87 0,66-2,53 24/02/2006 9,02 0,99 3,50 0,33 4,20 25/02/ ,59 6,12 1,60 60,77 25,10 26/02/2006 0,00 0,00 2,56 13,70-16,26 27/02/ ,79 3,96 2,40 12,80-0,36 28/02/2006 0,00 0,00 2,40 13,58-15,98 Jumlah 160,17 21,81 28,61 104,92 4,84 Maret Tanggal CH INCTP ETP RO? S 03/01/ ,46 6,12 2,40 18,76 15,18 03/02/2006 0,00 0,00 2,00 20,03-22,03 03/03/2006 7,82 1,63 2,40 14,45-10,66 04/03/2006 9,72 2,03 2,40 12,99-7,71 05/03/2006 0,40 0,40 2,88 11,02-13,91 06/03/2006 0,00 0,00 4,24 10,79-15,03 07/03/2006 0,00 0,00 2,56 8,88-11,44 08/03/ ,74 5,01 2,40 9,41 6,92 09/03/2006 0,00 0,00 3,28 10,12-13,40 10/03/2006 0,00 0,00 1,12 9,18-10,30 11/03/ ,06 2,74 2,40 7,40 0,52 12/03/2006 0,00 0,00 4,00 6,22-10,22 13/03/2006 0,00 0,00 4,64 5,40-10,04 14/03/2006 2,94 2,94 3,21 4,52-7,73 15/03/ ,90 6,12 2,40 7,39 15,99 16/03/ ,76 2,47 2,40 6,16 0,74 17/03/2006 5,48 1,14 2,40 5,80-3,85 18/03/2006 0,00 0,00 3,04 5,53-8,57 19/03/2006 0,00 0,00 2,56 4,40-6,96 20/03/2006 2,94 2,94 2,40 4,28-6,68 21/03/ ,81 2,90 2,40 4,40 4,11 22/03/ ,32 2,80 2,40 5,51 2,62 23/03/2006 0,00 0,00 3,84 5,40-9,24 24/03/2006 9,21 1,92 2,40 3,10 1,78 25/03/2006 3,62 0,74 2,34 3,70-3,15 26/03/2006 0,69 0,69 2,31 3,30-5,61 27/03/2006 6,22 1,14 3,51 3,41-1,83 28/03/ ,07 2,10 2,40 3,78 4,80 Tabel Lampiran 8. Lanjutan

103 Tanggal CH INCTP ETP RO? S 30/03/2006 0,00 0,00 3,52 3,10-6,62 31/03/2006 1,81 1,81 4,11 2,36-6,47 Jumlah 214,36 48,02 86,40 225,06-145,12 April Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/04/2006 0,00 0,00 2,08 2,10-4,18 02/04/2006 0,00 0,00 3,92 1,56-5,48 03/04/2006 0,00 0,00 4,72 1,41-6,13 04/04/ ,46 5,43 2,40 2,08 15,55 05/04/ ,36 4,98 2,40 1,87 8,12 06/04/2006 0,70 0,70 3,16 1,86-5,02 07/04/2006 1,69 1,69 2,96 1,86-4,82 08/04/2006 3,78 0,11 2,40 1,48-0,21 09/04/ ,15 1,03 2,40 2,01 8,71 10/04/ ,74 3,42 2,40 3,65 10,26 11/04/ ,09 6,12 2,40 7,02 13,56 12/04/2006 9,07 2,58 3,97 7,25-4,73 13/04/2006 0,00 0,00 4,08 6,95-11,03 14/04/2006 0,00 0,00 1,28 5,66-6,94 15/04/2006 0,00 0,00 3,04 5,66-8,70 16/04/2006 0,00 0,00 2,16 6,22-8,38 17/04/2006 0,00 0,00 3,28 5,66-8,94 18/04/2006 0,00 0,00 2,96 7,96-10,92 19/04/2006 8,22 0,40 3,20 6,42-1,79 20/04/ ,42 4,94 2,40 6,89 9,20 21/04/2006 0,00 0,00 3,52 7,54-11,06 22/04/ ,80 6,12 2,40 32,22 21,06 23/04/2006 0,00 0,00 2,48 11,69-14,17 24/04/2006 0,00 0,00 1,44 8,31-9,75 25/04/2006 0,00 0,00 2,16 9,50-11,66 26/04/2006 0,00 0,00 1,76 8,94-10,70 27/04/2006 0,00 0,00 4,56 8,51-13,07 28/04/2006 0,00 0,00 3,04 6,01-9,05 29/04/ ,46 0,94 4,18 3,55 2,80 30/04/2006 0,00 0,00 1,60 2,91-4,51 Jumlah 225,96 38,46 84,75 184,75-82,00 Mei Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/05/2006 0,00 0,00 3,44 2,88-6,32 02/05/2006 0,00 0,00 3,92 2,20-6,12 03/05/2006 4,68 1,57 3,29 1,78-1,96 04/05/2006 6,90 0,83 4,35 2,19-0,47 05/05/2006 0,40 0,40 2,92 1,72-4,64 Tabel Lampiran 8. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S

104 06/05/2006 0,00 0,00 2,24 1,11-3,35 07/05/2006 0,00 0,00 2,72 0,82-3,54 08/05/2006 1,45 1,45 2,11 0,60-2,71 09/05/2006 1,08 1,08 1,95 0,00-1,95 10/05/2006 0,00 0,00 1,28 0,00-1,28 11/05/2006 0,00 0,00 3,44 0,00-3,44 12/05/2006 0,00 0,00 3,52 0,00-3,52 13/05/2006 0,00 0,00 3,28 0,00-3,28 14/05/2006 0,00 0,00 3,60 0,00-3,60 15/05/2006 0,00 0,00 3,44 0,00-3,44 16/05/2006 0,00 0,00 3,92 0,00-3,92 17/05/2006 0,00 0,00 1,04 0,00-1,04 18/05/2006 0,00 0,00 3,04 0,00-3,04 19/05/2006 2,89 2,89 1,52 0,00-1,52 20/05/2006 0,00 0,00 2,34 0,00-2,34 21/05/2006 0,50 0,50 1,44 0,00-1,44 22/05/2006 0,50 0,50 1,92 0,00-1,92 23/05/2006 0,00 0,00 2,08 0,00-2,08 24/05/2006 1,89 1,89 2,24 0,00-2,24 25/05/2006 1,34 1,34 3,42 0,00-3,42 26/05/ ,52 5,17 3,60 0,00 15,75 27/05/2006 0,00 0,00 3,12 0,00-3,12 28/05/ ,10 6,12 2,72 0,25 21,01 29/05/2006 0,40 0,40 2,46 0,00-2,46 30/05/2006 0,00 0,00 1,68 0,00-1,68 31/05/2006 0,00 0,00 2,24 0,00-2,24 Jumlah 76,64 24,13 84,29 13,55-45,33 Juni Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,00-2,48 02/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,00-3,12 03/06/2006 0,00 0,00 3,52 0,00-3,52 04/06/2006 0,00 0,00 1,60 0,00-1,60 05/06/2006 3,09 0,63 1,82 0,00 0,64 06/06/ ,92 5,75 3,00 0,04 14,14 07/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,00-4,00 08/06/2006 1,69 1,69 1,68 0,00-1,68 09/06/2006 0,00 0,00 4,72 0,00-4,72 10/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,00-4,00 11/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,00-4,00 12/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,00-3,04 13/ 06/2006 0,00 0,00 2,40 0,00-2,40 14/06/ ,65 3,20 2,50 0,00 9,95 Tabel Lampiran 8. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S 15/06/2006 0,00 0,00 1,20 0,00-1,20

105 16/06/2006 7,36 0,45 3,46 0,00 3,45 17/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,00-2,48 18/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,00-3,04 19/06/2006 0,00 0,00 3,20 0,00-3,20 20/06/2006 0,00 0,00 2,40 0,00-2,40 21/06/2006 0,00 0,00 1,60 0,00-1,60 22/06/2006 0,00 0,00 2,16 0,00-2,16 23/06/2006 3,34 0,35 2,19 0,00 0,80 24/06/2006 0,00 0,00 2,88 0,00-2,88 25/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,00-2,72 26/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,00-3,12 27/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,00-2,72 28/06/2006 0,00 0,00 4,40 0,00-4,40 29/06/2006 0,00 0,00 2,64 0,00-2,64 30/06/2006 0,00 0,00 1,28 0,00-1,28 Jumlah 54,05 12,07 83,37 0,04-41,42

106 Tabel Lampiran 9. Neraca air harian Blok 3 18 Februari-30 Juni 2006 Februari Tanggal CH INCTP ETP RO? S 18/02/2006 1,18 1,18 2,20 0,35-2,55 19/02/2006 0,00 0,00 3,60 0,26-3,86 20/02/2006 3,10 1,02 2,84 0,21-0,97 21/02/ ,01 5,34 2,40 0,24 16,03 22/02/ ,76 3,39 3,24 0,33 6,80 23/02/2006 1,39 1,39 1,87 0,30-2,16 24/02/2006 6,39 1,70 3,50 0,45 0,74 25/02/ ,60 5,95 1,60 3,24 77,81 26/02/2006 0,00 0,00 2,56 4,78-7,34 27/02/ ,12 4,54 2,40 4,79 8,40 28/02/2006 0,00 0,00 2,40 4,31-6,71 Jumlah 158,56 24,52 28,61 19,24 86,19 Maret Tanggal CH INCTP ETP RO? S 03/01/ ,24 5,95 2,40 6,14 20,74 03/02/2006 0,00 0,00 2,00 5,82-7,82 03/03/2006 7,68 1,97 2,40 5,30-1,99 04/03/2006 9,87 2,42 2,40 5,35-0,30 05/03/2006 1,10 1,10 2,88 4,16-7,05 06/03/2006 0,00 0,00 4,24 3,99-8,23 07/03/2006 0,00 0,00 2,56 3,68-6,24 08/03/ ,08 3,50 2,40 3,71 5,48 09/03/2006 0,00 0,00 3,28 3,33-6,61 10/03/2006 0,00 0,00 1,12 3,44-4,56 11/03/2006 7,49 1,93 2,40 3,44-0,28 12/03/2006 0,00 0,00 4,00 3,58-7,58 13/03/2006 0,00 0,00 4,64 3,44-8,08 14/03/2006 2,16 2,16 3,21 3,45-6,66 15/03/ ,34 5,82 2,40 3,38 14,74 16/03/ ,60 3,56 2,40 2,55 3,08 17/03/ ,33 2,93 2,40 2,55 3,45 18/03/2006 0,00 0,00 3,04 2,55-5,59 19/03/2006 0,00 0,00 2,56 2,55-5,11 20/03/2006 4,17 1,17 2,40 2,65-2,05 21/03/ ,49 4,08 2,40 2,70 10,31 22/03/ ,66 3,86 2,40 2,95 9,45 23/03/2006 0,00 0,00 3,84 2,65-6,49 24/03/ ,12 3,82 2,40 2,65 4,25 25/03/2006 6,71 1,76 2,34 3,21-0,60 26/03/2006 1,22 1,22 2,31 3,21-5,52 27/03/ ,40 3,98 3,51 3,09 2,82 28/03/ ,49 4,34 2,40 2,75 10,00 Tabel Lampiran 9. Lanjutan

107 Tanggal CH INCTP ETP RO? S 29/03/2006 0,83 0,83 2,04 2,87-4,90 30/03/2006 0,00 0,00 3,52 2,55-6,07 31/03/2006 3,42 0,74 4,11 2,55-3,99 Jumlah 228,42 57,15 86,40 106,27-21, 40 April Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/04/2006 0,00 0,00 2,08 2,45-4,53 02/04/2006 0,00 0,00 3,92 2,45-6,37 03/04/2006 0,00 0,00 4,72 2,35-7,07 04/04/ ,76 5,95 2,40 2,32 21,08 05/04/ ,64 5,95 2,40 2,46 16,83 06/04/2006 0,72 0,72 3,16 2,35-5,52 07/04/2006 2,18 2,18 2,96 2,35-5,31 08/04/2006 3,79 1,17 2,40 2,08-1,86 09/04/ ,43 2,95 2,40 2,17 4,91 10/04/ ,29 4,57 2,40 3,09 10,23 11/04/ ,21 5,79 2,40 4,30 13,72 12/04/2006 4,06 1,22 3,97 4,70-5,83 13/ 04/2006 0,00 0,00 4,08 4,70-8,78 14/04/2006 0,00 0,00 1,28 4,40-5,68 15/04/2006 0,00 0,00 3,04 3,84-6,88 16/04/2006 0,00 0,00 2,16 3,58-5,74 17/04/2006 0,00 0,00 3,28 3,45-6,73 18/04/2006 0,00 0,00 2,96 3,45-6,41 19/04/2006 5,75 1,57 3,20 3,21-2,23 20/04/ ,69 1,87 2,40 3,21 8,20 21/04/2006 0,00 0,00 3,52 2,98-6,50 22/04/ ,54 5,95 2,40 6,66 54,53 23/04/2006 0,00 0,00 2,48 8,32-10,80 24/04/2006 0,00 0,00 1,44 7,02-8,46 25/04/2006 0,00 0,00 2,16 4,86-7,02 26/04/2006 0,00 0,00 1,76 5,18-6,94 27/04/2006 0,00 0,00 4,56 5,02-9,58 28/04/2006 0,00 0,00 3,04 4,70-7,74 29/04/ ,95 3,06 4,18 4,55 1,16 30/04/2006 0,00 0,00 1,60 3,84-5,44 Jumlah 233,01 42,97 84,75 116,09-10,80 Mei Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/05/2006 0,00 0,00 3,44 3,58-7,02 02/05/2006 0,00 0,00 3,92 3,45-7,37 03/05/2006 4,18 1,59 3,29 4,11-4,82 04/05/2006 6,86 1,60 4,35 4,40-3,48 Tabel Lampiran 9. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S

108 05/05/2006 0,54 0,54 2,92 2,98-5,90 06/05/2006 0,00 0,00 2,24 2,87-5,11 07/05/2006 0,00 0,00 2,72 2,45-5,17 08/05/2006 1,72 1,72 2,11 2,45-4,56 09/05/2006 1,33 1,33 1,95 1,37-3,32 10/05/2006 0,00 0,00 1,28 1,37-2,65 11/05/2006 0,00 0,00 3,44 1,31-4,75 12/05/2006 0,00 0,00 3,52 1,18-4,70 13/05/2006 0,00 0,00 3,28 1,17-4,45 14/05/2006 0,00 0,00 3,60 1,23-4,83 15/05/2006 0,00 0,00 3,44 1,11-4,55 16/05/2006 0,00 0,00 3,92 1,07-4,99 17/05/2006 0,00 0,00 1,04 0,94-1,98 18/05/2006 0,00 0,00 3,04 0,90-3,94 19/05/2006 2,74 2,74 1,52 0,83-2,35 20/05/2006 0,00 0,00 2,34 0,73-3,07 21/05/2006 3,34 1,28 1,44 1,17-0,56 22/05/2006 0,50 0,50 1,92 0,74-2,66 23/05/2006 0,00 0,00 2,08 0,67-2,75 24/05/2006 1,26 1,26 2,24 0,75-2,99 25/05/2006 1,31 1,31 3,42 0,62-4,04 26/05/ ,42 5,76 3,60 0,64 16,42 27/05/2006 0,00 0,00 3,12 0,63-3,75 28/05/ ,04 5,52 2,72 0,72 17,08 29/05/2006 0,48 0,48 2,46 0,68-3,14 30/05/2006 0,00 0,00 1,68 0,47-2,15 31/05/2006 0,00 0,00 2,24 0,71-2,95 Jumlah 76,73 25,64 84,29 47,32-80,51 Juni Tanggal CH INCTP ETP RO? S 01/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,41-2,89 02/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,43-3,55 03/06/2006 0,00 0,00 3,52 0,48-4,00 04/06/2006 0,00 0,00 1,60 1,03-2,63 05/06/2006 3,14 1,03 1,82 0,33-0,04 06/06/ ,49 6,95 3,00 0,74 11,79 07/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,32-4,32 08/06/2006 1,83 1,83 1,68 0,25-1,94 09/06/2006 0,00 0,00 4,72 0,26-4,98 10/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,24-4,24 11/06/2006 0,00 0,00 4,00 0,38-4,38 12/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,40-3,44 13/06/2006 0,00 0,00 2,40 0,18-2,58 Tabel Lampiran 9. Lanjutan Tanggal CH INCTP ETP RO? S 14/06/ ,67 1,11 2,50 0,29 12,78

109 15/06/2006 0,00 0,00 1,20 0,28-1,48 16/06/2006 7,44 2,33 3,46 0,19 1,46 17/06/2006 0,00 0,00 2,48 0,19-2,67 18/06/2006 0,00 0,00 3,04 0,19-3,23 19/06/2006 0,00 0,00 3,20 0,17-3,37 20/06/2006 0,00 0,00 2,40 0,13-2,53 21/06/2006 0,00 0,00 1,60 0,17-1,77 22/06/2006 0,00 0,00 2,16 0,18-2,34 23/06/2006 3,38 0,56 2,19 0,15 0,49 24/06/2006 0,00 0,00 2,88 0,11-2,99 25/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,09-2,81 26/06/2006 0,00 0,00 3,12 0,13-3,25 27/06/2006 0,00 0,00 2,72 0,09-2,81 28/06/2006 0,00 0,00 4,40 0,07-4,47 29/06/2006 0,00 0,00 2,64 0,08-2,72 30/06/2006 0,00 0,00 1,28 0,09-1,37 Jumlah 54,95 13,80 83,37 8,05-50,26

110 Lampiran Gambar 1. Peta Afdeling III Unit Usaha Rejosari PTPN VII

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT. Oleh MARNI A PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI KELAPA SAWIT Oleh MARNI A24104059 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MARNI. Penerapan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT

KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT KARAKTERISTIK ALIRAN PERMUKAAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TERAS GULUD DAN RORAK DI UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh : SRI MALAHAYATI YUSUF A24102002 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh : ASEP SAEPUL MUSLIM A24103013

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990).

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan. menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan Aliran permukaan adalah bagian dari hujan atau presipitasi yang alirannya menuju ke saluran-saluran (sungai, danau, atau laut) (Haridjaja dkk, 1990). Selama aliran permukaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG

KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG KARAKTERISTIK HANTARAN HIDROLIK JENUH TANAH PADA BERBAGAI JENIS LOKASI LAHAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG Oleh PUNGKAS SYAHADAT A24103054 PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 ) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG) Oleh Bogie Miftahur Ridwan A24104083 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG

KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG KARAKTERISTIK KADAR AIR TANAH DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT UNIT USAHA REJOSARI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh: RUDI SITANGGANG A24103001 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT ABSTRAK PROSIDING HITI IX YOGYAKARTA PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT K. Murtilaksono, E. S. Sutarta, N. H. Darlan, Sudarmo ABSTRAK Jumlah curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi dan Neraca air Menurut Mori (2006) siklus air tidak merata dan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi (suhu, tekanan atmosfir, angin, dan lain-lain) dan kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Rainfall Analysis in Kebun Rambutan oil palm plantation PT Perkebunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Hidrologi adalah ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan gerakan air di alam, yang meliputi bentuk berbagai bentuk air, yang menyangkut perubahan-perubahannya antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air Kondisi Saat ini Perhitungan neraca kebutuhan dan ketersediaan air di DAS Waeruhu dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Konservasi Tanah dan Air

II. TINJAUAN PUSTAKA Teknik Konservasi Tanah dan Air II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teknik Konservasi Tanah dan Air Masalah konservasi tanah adalah masalah menjaga agar struktur tanah tidak terdispersi dan mengatur kekuatan gerak dan jumlah aliran permukaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi

TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Siklus hidrologi merupakan perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang terjadi secara terus menerus, air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENERAPAN MODEL GASH UNTUK PENDUGAAN INTERSEPSI HUJAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (STUDI KASUS di Unit Usaha REJOSARI PTPN VII LAMPUNG) Oleh Bogie Miftahur Ridwan A24104083 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan PENDAHULUAN Latar Belakang Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN

PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN PENGARUH GULUDAN DAN RORAK TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI PTPN VII LAMPUNG SELATAN Oleh: Intan Pratiwi A24103005 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di perkebunan rakyat Desa Huta II Tumorang, kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan bumi, tentang sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan bejana berjungkit sebagai alat pengukuran memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan pengggunaan alat pengkuran konvensional. Kelebihan alat ini memberikan kemudahan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian 8 3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada lahan kebun pala milik pengurus Forum Pala Aceh di Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh, Indonesia.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di II. TINJAUAN PUSTAKA A. Embung Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) yang berada di bagian hulu. Konstruksi embung pada umumnya merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daur Hidrologi

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daur Hidrologi I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta adalah sebuah provinsi sekaligus ibukota Indonesia. Kedudukannya yang khas baik sebagai ibukota negara maupun sebagai ibukota daerah swantantra, menjadikan Jakarta

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Pengertian dan pengetahuan tentang rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air mulai dari air jatuh ke permukaan bumi hingga menguap ke udara dan kemudian jatuh

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI

ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI OLEH : CANDRA KIRANA 090308063 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR

ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR ANALISIS HUJAN PADA HUTAN PINUS DI TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN TONGKOH KABUPATEN KARO BERDASARKAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (Analysis of Rainfall in Pine Forest in Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi (hydrological cycle) merupakan rangkaian proses perubahan fase dan pergerakan air dalam suatu sistem hidrologi (Hendrayanto 2009). Menurut

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT

EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT EFEKTIVITAS TERAS GULUD DAN RORAK DALAM MENGENDALIKAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI UNIT USAHA REJOSARI, PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, LAMPUNG Oleh : ASEP SAEPUL MUSLIM A24103013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian sejenis mengenai Kajian Kebutuhan Air Irigasi Pada Jaringan Irigasi sebelumnya pernah ditulis oleh (Oktawirawan, 2015) dengan judul Kajian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Deli Serdang memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Serdang Bedagai. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada II. DAUR HIDROLOGI A. Siklus Air di Bumi Air merupakan sumberdaya alam yang sangat melimpah yang tersebar di berbagai belahan bumi. Di bumi terdapat kurang lebih 1,3-1,4 milyard km 3 air yang terdistribusi

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Morfometri Sungai Berdasarkan hasil pengukuran morfometri DAS menggunakan software Arc-GIS 9.3 diperoleh panjang total sungai di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Sekayu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Evapotranspirasi 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

NERACA AIR. Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi

NERACA AIR. Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi NERACA AIR Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi 1. Neraca Air Umum Tanpa memperhatikan pengaruh faktor tanah serta perilaku air di dalam dan di atas

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS TAMPUNGAN EMBUNG MELALUI PERBAIKAN BENTUK DAN DIMENSI

PENINGKATAN EFEKTIVITAS TAMPUNGAN EMBUNG MELALUI PERBAIKAN BENTUK DAN DIMENSI PENINGKATAN EFEKTIVITAS TAMPUNGAN EMBUNG MELALUI PERBAIKAN BENTUK DAN DIMENSI Hermantoro Tenaga Pengajar Program Studi Teknik Pertanian, FATETA- INSTIPER Yogyakarta Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu (Triadmodjo, 2008). Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki

Lebih terperinci