HUBUNGAN TINGKAT STRES KELUARGA DENGAN KUALITAS PERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN TINGKAT STRES KELUARGA DENGAN KUALITAS PERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN TINGKAT STRES KELUARGA DENGAN KUALITAS PERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : ANDHI PRIHARMANTO PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017 i

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Tingkat Stres Keluarga dengan Kualitas Perawatan Lansia dengan Gangguan Kognitif di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan mengucapkan terimakasih dengan setulus-tulusnya kepada : 1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku Ketua Stikes A.Yani Yogyakarta. 2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Sp.Kep.,MB selaku Ketua Prodi Ilmu Keperawatan Stikes A.Yani Yogykarta. 3. Fajriyati Nur Azizah, M.Kep.,Sp.,Kep.J selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi. 4. Anastasia Suci Sukmawati, S.Kep.,Ns.,MNg selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar membimbing dan memotivasi dalam penyusunan skripsi. 5. Kepala Desa Triharjo yang telah memberikan izin untuk studi penelitian. 6. Kepala Dusun Ngabean yang telah memberikan izin untuk studi penelitian. 7. Kedua orang tua, kakak, dan saudara tercinta yang senantiasa memberikan do a, dukungan, kasih sayang, dan tiada henti memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Semua sahabat dan teman-teman mahasiswa keperawatan angkatan 2013 yang telah memberikan masukan, dukungan dan bantuan kepada penulis. 9. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan dan dukungannya. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semaunya, atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhir besar harapan penulis semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari usulan penelitian ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan masukan yang bisa menjadi koreksi dan perbaikan sangat penulis harapkan. Yogyakarta, Agustus 2017 Penulis Andhi Priharmanto iv

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix INTISARI... x ABSTRACT... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia B. Gangguan Kognitif C. Perawatan Keluarga pada lansia dengan gangguan kognitif D. Keluarga E. Stres Keluarga E. Kerangka Teori F. Kerangka Konsep G. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu C. Populasi dan Sampel D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat dan Metode Pengumpulan Data G. Validitas dan Reliabilitas H. Metode Pengolahan dan Analisis Data I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian v

6 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisa Hasil Penelitian...52 a. Analisa Univariat ) Karakteristik Keluarga ) Karakteristik Lansia ) Tingkat Stres Keluarga ) Gambaran Tingkat Stres Keluarga ) Kualitas Perawatan Laansia ) Gambaran Kualitas Perawatan Lansia b. Analisa Bivariat ) Uji Tabulasi B. Pembahasan ) Karakteristik Responden ) Tingkat Stres Keluarga ) Gambaran Tingkat Stres Keluarga ) Kualitas Perawatan Laansia ) Gambaran Kualitas Perawatan Lansia ) Hubungan Tingkat Stres Keluarga dengan Kualiatas Perawatan Lansia dengan Gangguan Kognitif C. Keterbatasan Penelitian...71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambar 2.2 Kerangka Konsep vii

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Stres Keluarga Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Kualitas Perawatan Lansia Tabel 3.4 Koefisiensi Korelasi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakeristik Keluarga Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakeristik Lansia Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Keluarga Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Stress Keluarga Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Perawatan Lansia Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Kualitas Perawatan Lansia Tabel 4.7 Uji Tabulasi Tingkat Stress Keluarga dengan Kualitas Perawatan Lansia dengan Gangguan Kognitif viii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 4 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 7 Lembar Hasil Olah Data Lampiran 8 Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 9 Surat Izin Uji Validitas Lampiran 10 Lembar Bimbingan Penyusunan Skripsi Lampiran 11 Izin Studi Pendahuluan Bupati Bantul Lampiran 12 Izin Studi Pendahuluan Kantor Kesatuan Bangsa Lampiran 13 Surat Izin Penelitian Lampiran 14 Surat Persetujuan Etik Penelitian ix

10 HUBUNGAN TINGKAT STRES KELUARGA DENGAN KUALITAS PERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF DI DUSUN NGABEAN, TRIHARJO, PANDAK, BANTUL, YOGYAKARTA Andhi Priharmanto 1, Anastasia Suci Sukmawati 2 INTISARI Latar Belakang: Anggota keluarga memiliki peran penting dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif. Merawat lansia dengan gangguan kognitif bisa menyebabkan pengawasan keluarga sebagai pengasuh. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk melakukan penelitian mengenai peristiwa tersebut. Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan tingkat stres keluarga dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Dusun Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif non experimental dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel berjumlah 77 responden. Instrumen penelitian adalah kuesioner dengan alat ukur tingkat stress keluarga Kingston Caregiver Stress Scale (KCSS) dan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif. Hasil penelitian dianalisis dengan uji Kendal tau. Hasil Penelitian: Tingkat stress keluarga di Dusun Ngabean Pandak Bantul yang memiliki kategori ringan sebanyak 12 orang (15,6%), sedang seabanyak 43 orang (55,8%) dan berat sebesar 22 orang (28,6%). Kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif kurang sebanyak 7 orang (9,1%), cukup sebanyak 41 orang (53,2%), baik sebanyak 29 orang (37,7%). Hasil uji Kendal tau diperoleh nilai p=0,000 (p<0,1) dan nilai koefisen kontingensi sebesar 0,573. Kesimpulan: Ada hubungan tingkat stress keluarga dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul Yogyakarta dengan tingkat keeratan hubungan yaitu sedang. Kata Kunci : Tingkat Stres Keluarga, Kualitas Perawatan Lansia, Gangguan Kognitif. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta x

11 THE CORRELATION OF FAMILY STRESS AND QUALITY CARE OF ELDERLY WITH COGNITIVE DISORDERS IN DUSUN NGABEAN, TRIHARJO, PANDAK, BANTUL, YOGYAKARTA Andhi Priharmanto 1, Anastasia Suci Sukmawati 2 ABSTRACT Background: Family member have an important role on caring older people with cognitive disorder. Caring older people with cognitive impairment can cause barden to family caregiver. There fore, there is a need to do research regarding the current issues. Objective: To know the corelation of family stress level and quality of care of elderly with cognitive disorder in Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul. Research Method: The type of research is non experimental quantitative research with cross sectional approach. The sampling technique using purposive sampling with the sample were 77 respondents. The research instrument is a questionnaire with Kingston Caregiver Stress Scale (KCSS) stress level and quality of elderly care with cognitive impairment. The results were analyzed by Kendal tau test. Result: The stress level of family in Dusun Ngabean Triaharjo Pandak Bantul with some stress as many as 12 people (15,6%), moderate 43 people (55,8%) and extreme stress 22 people (28,6%). The quality of care of older people low quality as many at 7 people (9,1%), moderate 41 people (53,2%), high quality many as people 29 people (37,7%). Kendal tau test results obtained p value = (p <0.1) and the value of contingency coefficient of Conclusion: There is corelation of family stres and quality of care of old with cognitive disturbance in Dusun Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta with the level of closeness of relationship that is being. Keywords: Family Stress Level, Quality of Elderly Care, Cognitive Disorder. 1 Students of Nursing Study Program in School of Health Science Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 Lecture of Nursing Study Program in School of Health Science Jenderal Achmad Yani Yogyakarta xi

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang No. 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depkes, 2016). World Health Organization (WHO dalam Nugroho, 2008) mengklasifikasikan lanjut usia menjadi beberapa tahap, yaitu lansia muda (Middle age) berusia tahun, lanjut usia (elderly) berusia tahun, lanjut usia tua (old) berusia tahun dan usia sangat tua (very old) berusia di atas 90 tahun. Tahun 2012, Indonesia termasuk Negara Asia ketiga dengan jumlah populasi di atas 60 tahun terbesar setelah China, dan India (Azizah, 2011). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 21,15 juta orang, atau 8,5% dari keseluruhan penduduk dengan jumlah penduduk lansia perempuan (12,78 juta orang) dan jumlah penduduk laki-laki (8,37 juta orang). Lansia akan mengalami proses menua, selama proses menua lansia akan banyak mengalami beberapa perubahan seperti perubahan fungsi fisiologis, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual. Perubahan fungsi fisiologis yang berdampak pada kondisi fisik psikologis mengakibatkan stres pada lansia disamping pertambahan usia memicu munculnya masalah psikologis. Perubahan mental seperti gangguan fungsi kognitif merupakan penyakit yang sering dialami lansia (Saddock, 2009). Gangguan kognitif pada lansia seringkali mengakibatkan lansia mengalami kesulitan sehari-hari, mengabaikan kebersihan, sering lupa akan kejadian yang dialami, nama orang atau keluarga yang dilupakan, tidak mengenal ruang, waktu maupun tempat. Gangguan kognitif pada lansia membutuhkan penanganan yang menyeluruh dan melibatkan lingkungan seperti orang terdekatnya yaitu keluarga (Nugroho, 2012). Pada lansia akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh oleh karena itu lansia harus menjaga kesehatannya dengan mengonsumsi makan-makanan yang 1

13 2 bergizi seimbang kebutuhan gizi bagi para lanjut usia (lansia) terpenuhi secara adekuat, minum air putih sebanyak 1,5-2 liter sehari karena air sangat besar artinya bagi tubuh untuk menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain, olah raga teratur dan sesuai dengan latihan otot manusia lanjut usia (lansia) dapat menghambat laju perubahan degeneratif, istirahat yang cukup, menjaga kebersihan, minum suplem gizi yang di perlukan, memeriksakan kesehatan secara teratur, mental dan batin tenang dan seimbang, rekreasi, hubungan antara sesama yang sehat (Sulistyorini, 2010). Keluarga berperan dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan seperti mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga juga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. Tugas kesehatan keluarga tersebut meliputi tugas mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat, tugas memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, tugas mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan, tugas mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga kesehatan (Setyowati dan Muwarni, 2008). Proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahan interaksi dan hubungan diantara keluarga dari waktu ke waktu. Dalam perkembangannya terbagi beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui. Peran keluarga sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatife homogen dibatasi normatife dan diharapkan dari posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu atau kelompok di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri. Keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat serta generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis (Soetjiningsih, 2005 dalam Wahyuningtiyas, 2013).

14 3 Keluarga dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat menyebabkan stres. Apabila stres terjadi, interaksi dengan adanya anggota keluarga dapat memodifikasi dan mengubah persepsi lansia untuk mengurangi potensi stres. Dukungan keluarga dapat mengubah respon lansia terhadap kejadian stres dan mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres. Keluarga memainkan peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan konsep diri anggotanya. Salah satu reaksi responden dan keluarga terhadap perubahan konsep diri bergantung pada dukungan yang tersedia. Seseorang yang memiliki sistem pendukung yang baik cenderung lebih nyaman dan tenang menjalani kehidupan (Azizah, 2011). Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam merawat lansia gangguan kognitif di rumah. Seseorang yang paling dekat dengan lansia di masyarakat adalah keluarga yang akan berperan sebagai primary caregiver. Primary caregiver memberikan perawatan utama apabila terdapat masalah kesehatan (WHO, 2012). Keluarga memerlukan dua hal penting dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif, yaitu persiapan secara mental dan persiapan secara lingkungan (Touthy,2005 dalam Rosyidu ibad, 2015). Merawat anggota keluarga dengan gangguan kognitif membutuhkan perawatan serta pengawasan yang intensif, selain itu menjadi primary caregiver memiliki banyak konsekwensi yang nantinya akan dihadapi. Keluarga merasa frustasi dan terbebani saat merawat lansia dengan gangguan kognitif, namun mereka tetap melakukannya dengan alasan adanya rasa belas kasihan dan balas budi terhadap orang tua mereka. Terdapat pilihan bagi keluarga untuk merawat lansia gangguan kognitif di rumah sakit, supaya mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan yang baik sehingga dapat membantu proses penyembuhan. Namun harapan tersebut tidak mudah dicapai apabila hanya mengandalkan rumah sakit saja tanpa dukungan dan keterlibatan keluarga secara langsung (Rosyidu ibad, 2015). Keluarga yang memiliki lansia dengan gangguan kognitif di rumah melakukan tindakan keperawatan sebagai respon terhadap adanya suatu yang tidak terpenuhi kebutuhan lansia yaitu memberi rasa nyaman dan aman, pemenuhan

15 4 kebutuhan fisik, menjaga perasan, memenuhi kebutuhan spiritual ibadah. Dampak positif mendapatkan hikmah dari kehadiran lansia dengan gangguan kognitif, hikmahnya merupakan manfaat positif yang didapatkan melalui pemikiran mendalam. Semakin bertambah sayang, mendekatkan diri dengan tuhan dan sebagai sarana intropeksi diri. Apabila primary caregiver tidak mampu dikendalikan akan berdampak negatif dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif, serta adanya berbagai masalah-masalah lain yang akan muncul dalam keluarga. Maka fungsi perawatan yang dimiliki keluarga akan menurun, dan pada kondisi seperti ini rawan muncul kejenuhan, frustasi, beban, dan stress yang dialami oleh primary caregiver (Rosyidu ibad, 2015). Masalah psikososial pada lanjut usia menimbulkan masalah yang sangat membebani keluarga, yang dapat menyebabkan gangguan fisik, mental, psikososial. Dalam studi yang dilaksanakan Gallaghar (1989) menunjukan bahwa sebanyak 40% pengasuh mengalami kesulitan mengontrol respon amarah mereka seperti berkata kasar, berteriak, hilang kesabaran yang dapat memunculkan kekerasan terhadap lansia dengan gangguan kognitif. Rasa marah dapat memicu ketidakmampuan pengasuh untuk beradaptasi terhadap peran dalam merawat lansia dengan dimensia. Perubahan perilaku yang terjadi pada lansia akibat dimensia, karena merasa tidak memperoleh dukungan yang cukup dari semua orang yang berada disekelilingnya. Selain itu juga keluarga merasa terbebani dengan situasi merawat lansia dengan demensia (Widiastuti, 2011 dalam Yuliawati 2013). Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang mempunyai presentase jumlah lansia tertinggi yaitu 13,4% dengan jumlah lansia sebanyak jiwa (Depkes,2016). Bantul merupakan kabupaten yang berada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki jumlah lansia sebanyak jiwa. Kecamatan Pandak merupakan salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, yang memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa. Desa Triharjo merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Pandak dengan jumlah penduduk dengan jumlah lansia sebanyak jiwa (profil Puskesmas Pandak II, 2016).

16 5 Dari studi pendahuluan pada 15 Febuari 2017, jumlah lansia di Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul pada tahun 2016 sebanyak 233, lanjut usia tahun lakilaki sebanyak 60 orang dan perempuan sebanyak 61 orang, untuk usia 70 ke laki-laki sebanyak 41 orang dan perempuan sebanyak 71 orang. Survey awal yang dilakukan peneliti di Posyandu Ngabean terdapat 52 orang lansia aktif mengikuti posyandu lansia di Ngabean. Dari hasil studi pendahuluan didapatkan hasil 6 orang dari 10 orang lansia yang ditemui mengalami gangguan kognitif dengan menggunakan skrining SPMSQ. Hasil wawancara saat studi pendahuluan dengan lima keluarga yang merawat lansia dengan gangguan kognitif mengatakan tidak memiliki konflik dengan keluarga karena bisa saling menggantikan peran asuhan dengan saudara, dan mengalami kekhawatiran merawat lansia dengan gangguan kognitif. Selain itu juga terjadi permasalahan ekonomi kerap muncul dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti melakukan penelitian lansia di Komunitas karena ingin mengetahui stress yang dialami oleh keluarga dalam merawat lansia serta jumlah lansia di Komunitas juga lebih banyak dibandingkan di BPSTW. Adanya permasalahan keluarga yang ditimbulkan akibat merawat lansia dengan gangguan kognitif, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Komunitas. Alasan lain peneliti tidak mengambil lansia di BPSTW karena lansia di BPSTW dalam kebutuhan lansia sudah terpenuhi,kegiatan lansia sudah terjadwal serta dalam perawatan lansia dilakukan oleh petugas dari BPSTW bukan salah satu anggota keluarga. Semakin meningkatnya jumlah lansia dimasa depan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan tingkat stres keluarga dan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Desa Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul, Yogyakarta.

17 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara hubungan tingkat stres keluarga dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di dusun Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan tingkat stres keluarga dan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Dusun Ngabean, Triharjo, Pandak, Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui tingkat stres keluarga dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif. b. Diketahui kualitas perawatan pada lansia dengan gangguan kognitif. c. Diketahui keeratan hubungan tingkat stres dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan jiwa dan gerontik, mengenai hubungan antara tingkat stres dan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi keluarga dalam memberikan informasi apabila lansia/keluarga memiliki masalah kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif yang berhubungan dengan stres.

18 7 b. Bagi Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif yang dipengaruhi oleh stres. c. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peneliti selanjutnya di area keperawatan dasar, khususnya penelitian yang berhubungan dengan kualitas perawatan lansia. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar bagi peneliti selanjutnya di area keperawatan jiwa dan keperawatan gerontik, khususnya penelitian tentang stres. E. Keaslian Penelitian 1. Khairunisya (2014) dengan penelitian berjudul Hubungan Tingkat Stres dan Peningkatan Tekanan Darah terhadap Kualitas Tidur pada Penderita Hipertensi Lansia di Desa Wonorejo Kecamatan Polokatoro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dan peningkatan tekanan darah terhadap kualitas tidur pada lansia penderita hipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskreptif korelatif dengan menggunakan jenis penelitian cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami hipertensi di desa Wonorejo Kecamatan Polokantoro. Alat analisa yang digunakan dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara tingkat stres dengan kualitas tidur pada lansia di desa Wonorejo Kecamatan Polokantoro (p=0,018) dan ada hubungan yang signifikan antara peningkatan tekanan darah dengan kualitas tidur pada lansia di desa Wonorejo Kecamatan Polokantoro (p=0,038). Persamaan dengan penelitian ini pada variabel tingkat stres dan sampel yang digunakan yaitu lansia. Perbedaan dari penelitian ini adalah pada variabel bebas yang ke dua digunakan pada penelitian ini yaitu peningkatan

19 8 tekanan darah dan tingkat stres, analisa data yang digunakan uji chi-squere, dan tempat penelitian di Desa Wonorejo Kecamatan Polokantoro. 2. Widiastuti (2015) Dengan penelitian Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Lansia dengan Dimensia. Penelitian ini menggunakan fenomologi deskriptif dengan wawancara mendalam dalam pengumpulan data, partisipan adalah caregiver utama dimensia yang didapatkan dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menghasilkan pengalaman keluarga merawat lansia dengan dimensia sangat beragam dan mengakibatkan respon yang berbeda, sehingga perlu dicermati oleh pemberi asuhan lansia. Selain itu pemahaman yang baik bahwa caregiver lansia dimensia merupakan kelompok resiko yang penting untuk diintervertensi dalam peningkatan keluarga dan masyarakat. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel yang digunakan yaitu pengalaman keluarga dalam merawat lansia. Perbedaan dalam penelitan ini terlatak pada metode yang digunakan fenomologi deskriptif, sedangkan penelitian ini menggunakan desain cross sectional, instrumen peneliti menggunakan kuesioner, peneliti sebelumnya menggunakan satu variabel sedangkan penelitian ini menggunakan dua variabel serta lokasi tempat yang berbeda dengan peneliti sebelumnya. Variabel terikat pengalaman keluarga merawat lansia sedangkan dalam penelitian ini variabel terikatnya kualitas perawatan lansia. 3. Yuliawati (2013) Dengan penelitian Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Tingkat Kekerasan Pada Caregiver Lansia dengan Dimensia. Penelitian ini mengkaitkan tindak kekerasan lansia dengan tingkat stres yang dimiliki caregiver. Metode penelitian ini kuantitatif dengan skrining menggunakan MMSE pada lansia. Hasil penelitian ini mempunyai hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan tindakan kekerasan pada caregiver pada lansia dengan dimensia. Persamaan penelitian ini adalah pada variabel bebas yaitu mengetahui tingkat stres pada keluarga, menggunkan metode cross sectional. Perbedaan dalam penelitian ini adalah kuesioner tingkat stres Kingston Caregiver Stres

20 9 Scale (KCSS) dan skrining menggunkan Mini-Cog, selain itu tempat lokasi penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya. Variabel bebas tingkat stres sedangkan peneliti ini tingkat stres keluarga, variabel terikatnya kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif. 4. Rosyidul ibad (2015), dalam penelitiannya yang berjudul Studi Fenomenologi Pengelaman Keluarga Sebagai Primary Caregiver Dalam Merawat Lansia Dengan Demensia Di Kabupaten Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan keluarga yang ditimbulkan dalam merawat lansia dengan Demensia. Metode penelitian merupakan penelitian Kualitatif dengan pendekatan phenomenology interpretative dengan melakukan wawancara mendalam dengan wawancara semi terstruktur. Wawancara di rekam menggunakan Digital Voice Recorder. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pada lansia demensia terdapat perilaku agresif secara verbal kemudian kerap keluar dari rumah tanpa tujuan yang tidak jelas. Kondisi ini menunjukkan bahwa lansia demensia kerap bertindak semaunya sendiri tanpa berfikir panjang. Persamaan penelitian adalah pada variabel bebas yaitu keluarga yang merawat lansia dengan gangguan kognitif. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada metode penelitian kuantitatif kemudian menggunakan alat ukur kuesioner SPMSQ untuk mengetahui tingkatan gangguan kognitif lansia dan KCSS untuk mengetahui stres keluarga serta variabel terikat kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif.

21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1) Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun Ngabean merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Triharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dusun Ngabean terdiri dari 6 Rukun Tetangga dan 438 Kepala Keluarga, jumlah penduduk yang tinggal di Dusun Ngebean mencapai 1432 jiwa dengan jumlah lansia 233 orang. Perbatasan wilayah Dusun Ngabean meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Dusun Yuwono, sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Gunturan, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Jigudan dan sebelah barat berbatasan dengan sungai Progo. Fasilitas pendukung kesehatan di Dusun Ngabean yaitu telah terbentuk Posyandu kesehatan yang diadakan setiap tanggal 15 disetiap bulannya. Pelayanan yang diberikan di Posyandu meliputi pemeriksaan kesehatan, tekanan darah, penyuluhan kesehatan. Dalam pelaksanaan posyandu lansia, dimulai dari pukul WIB sampai pukul WIB yang dibantu oleh beberapa kader posyandu. Jumlah lansia yang hadir mengikuti Posyandu Lansia sebanyak 70 orang. Selain itu juga diadakan senam lansia setiap Hari Rabu pagi pukul WIB dan dusun ini dekat dengan Puskesmas Pandak II. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu perkumpukan warga, pengajian, arisan serta gotong royong. 2) Analisa Hasil Penelitian Subyek penelitian adalah keluarga yang mempunyai lansia dengan gangguan kognitif dan lansia yang mengalami gangguan kognitif. Lansia yang mempunyai umur mulai dari 65 tahun ke atas dengan jumlah subjek penelitian 77 subjek. Dalam penelitian ini keluarga akan diukur tingkat stress keluarga dan lansia akan diukur kualiatas perawatan lansia yang akan dicari keeretan hubungan antar variable tersebut. Hubungan tentang tingkat stress 52

22 53 keluarga dan kualitas perawatan lansia akan dijelaskan dalam bentuk distribusi frekuensi berdasarkan variable penelitian. a. Analisa Univariat 1) Karakteristik Keluarga Hasil analisa univariat bertujuan untuk mediskripsikan karakteristik dari subjek penelitian sehingga terkumpul data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh karakteristik keluarga berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan lansia sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakeristik Keluarga di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul (n=77) Karakteristik keluarga Frekuensi (n) Presentase(%) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia Dewasa Muda (20-39) Dewasa Tua (40-60) Pendidikan SD SMP SMA D3 S1 Pekerjaan Petani Buruh Pedagang PNS Tidak Bekerja Hubungan Dengan Lnsia Anak Cucu Menantu Saudara Sumber : (Data Pimer 2017) ,9 57,1 64,9 35,1 13,0 19,5 55,8 7,8 3,9 23,4 28,6 20,8 15,6 11,7 62,3 22,1 11,7 3,9 Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik keluarga menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 44 subjek (57,1 %). Usia yang paling banyak adalah usia dewasa muda tahun yaitu 50 subjek (64,9 %). Untuk pendidikan keluarga terbanyak adalah lulusan SMA yaitu

23 54 43 subjek (55,8 %). Dalam pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai buruh sebanyak 22 subjek (28,6 %) dan untuk hubungan keluarga dengan lansia yang paling banyak adalah anak sebesar 48 subjek (62,3 %). 2) Karakteristik Lansia Hasil analisa univariat bertujuan untuk mediskripsikan karakteristik dari subjek penelitian sehingga terkumpul data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh karakteristik lansia berdasarkan jenis kelamin, usia sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakeristik Lansia di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul (n=77) Karakteristik Lansia Frekuensi (n) Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Usia Lansia (65-74) Lansia Tua (75-90) Lansia Sangat Tua (<90) SPMSQ Gangguan Kognitif Ringan Gangguan Kognitif Sedang Gangguan Kognitif Berat Sumber : (Data Primer 2017) ,4 50,6 81,8 16,9 1,3 15,6 55,8 28,6 Berdasarkan table 4.2 dapat dilihat bahwa karakteristik lansia menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan sebanyak 39 subjek (50,6 %). Usia yang paling banyak adalah usia lansia tahun yaitu 63 subjek (81,8 %). Sedangkan hasil dari SPSMQ yang paling banyak yaitu sedang dengan 43 subjek (55,8 %). 3) Tingkat Stress Keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi tingkat stress keluarga di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul adalah sebagai berikut :

24 55 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Keluarga di Dusun NgabeanTriharjo Pandak Bantul (n=77) Tingkat Stres Keluarga Frekuensi (n) Presentase (%) Ringan Sedang Berat ,6 55,8 28,6 Total Sumber : (Data Primer 2017) Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa tingkat stress keluarga dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif yaitu stress ringan sebanyak 12 subjek (15,6%), stress sedang sebanyak 43 subjek (55,8%) dan untuk keluarga yang mengalami stress berat sebanyak 22 subjek (28,6%). 4) Gambaran Tingkat Stres Keluarga Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi gambaran tingkat stress keluarga di Dusun ngabean triharjo pandak bantul adalah sebagai berikut berdasarkan sub bab : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Kuesioner Tingkat Stress Keluarga di Dusun NgabeanTriharjo Pandak Bantul (n=77) Tingkat Stres Keluarga Frekuensi (n) Presentase (%) Masalah Keperawatan Ringan Sedang Berat Masalah Keluarga Ringan Sedang Berat Masalah Ekonomi Ringan Sedang Berat ,8 45,5 7,8 46,8 49,4 3,9 57,1 35,1 7,8 Total Sumber : (Data Primer 2017) Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa gambaran tingkat stress keluarga dalam merawat lansia dengan gangguan kognitif dalam masalah keperawatan ringan sebanyak 36 subjek (46,8%). Untuk tingkat stress dalam masalah keluarga yang terbanyak adalah sedang 38 subjek (49,4%) dan tingkat

25 56 stress dalam masalah ekonomi ringan yang paling banyak sebesar 44 subjek (57,1%). 5) Kualitas Perawatan Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi kualitas perawatan lansia di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kualitas Perawatan Lansia di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul (n=77) Kualitas Perawatan Lansia Frekuensi (n) Presentase (%) Kurang Cukup Baik ,1 53,2 37,7 Total Sumber : (Data Primer 2017) Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa kualitas perawatan lansia cukup sebanyak 41 subjek (53,2%), melakukan kualitas perawatan baik sebanyak 29 subjek (37,7%) dan kurang sebanyak 7 subjek (9,1%). 6) Gambaran Kualitas Perawatan Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui frekuensi gambaran kualitas perawatan lansia di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul sebagai berikut berdasarkan sub bab : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Kuesioner Kualitas Perawatan Lansiadi Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul (n=77) Kualitas Perawatan Lansia Frekuensi (n) Presentase (%) Perawatan Fisik Kurang Cukup Baik Perawatan Spiritual Kurang Cukup Baik Perawatan Psikologis Kurang Cukup Baik Perawatan Sosial Kurang Cukup Baik ,8 80,5 11,7 9,1 39,0 51,9 5,2 53,2 41, ,7 49,4 39,0 Total

26 57 Sumber : (Data Primer 2017) Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif menurut perawatan fisik yang paling banyak adalah cukup 62 subjek (80,5%). Dalam perawatan spiritual yang terbesar adalah Baik 40 subjek (51,9%), untuk perawatan psikologis yang paling dominan adalah cukup sebanyak 41 subjek (53,2%), dan untuk perawatan sosial yang paling banyak cukup sebesar 38 subjek (49,4%). b. Analisa Bivariat Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat stress keluarga dan variabel terikat kualitas perawatan lansia. Untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut menggunakan uji statistik Kendall s Tau-b dan keeratan hubungan menggunakan koefisien korelasi. Hasil tabulasi hubungan tingkat stress keluarga dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul Yogyakarta disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.7 Hubungan Antara Uji Tabulasi Tingkat Stress Keluarga dengan Kualitas Perawatan Lansia dengan Gangguan Kognitif Di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul Tingkat Stres Keluarga Kualitas Perawatan Lansia p-value r hitung Kurang Cukup Baik Total n % N % n % N % Ringan 5 6,4 6 7,7 1 1, ,5 Sedang 0 0, , , ,8 0,000 0,573 Berat 1 1,2 3 3, , ,7 Total 6 7, , , Sumber : (Data Primer 2017) Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji statistik menggunakan kendall s tau-b, diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak sehingga Ha diterima ada hubungan yang signifikan antara tingkat stress keluarga dengan kualitas perawatan lansia dengan gangguan kognitif di Dusun Ngabean Triharo Pandak Bantul Yogyakarta. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini untuk mengetahui keeratan hubungan menggunakan koefisien korelasi adalah 0,573 dengan tingkat keeratan hubungan sedang.

27 58 B. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Responden keluarga yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang (57,1%) lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (42,9%). Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Rosyidu isbad (2015) bahwa perempuan memiliki umur lebih panjang karena perempuan lebih siap dalam menghadapi masalah daripada laki-laki yang cenderung emosional. Tingkat pendidikan sangat bervariasi dari mulai SD sampai S1. Sebagian besar keluarga berpendidikan SMA sebesar 55,8%. Usia responden yang terbanyak antara tahun sebanyak 50 responden (64,9 %). Keluarga memberikan waktunya untuk merawat lansia, memiliki atau tidak memiliki dasar ilmu keperawatan dan tidak dibayar untuk merawat lansia dengan gangguan kognitif (Yuliawati, 2013). Pekerjaan yang dilakukan keluarga paing banyak sebagai buruh sebanyak 22 responden (28,6 %). Dalam merawat lansia yang paling banyak dilakukan oleh anaknya sebesar 48 responden (62,3%) yang tinggal serumah dengan lansia dengan gangguan kognitif dan memiliki hubungan keluarga dengan lansia tersebut. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa lansia berjenis kelamin lakilaki dan perempuan cukup berimbang. Laki-laki sebanyak 38 responden (49,4%) dan perempuan sebanyak 39 responden (50,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliawati (2013) bahwa lansia yang berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 78,9 %. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rosyidu isbad (2015) bahwa perempuan memiliki umur lebih panjang karena perempuan lebih siap dalam menghadapi masalah daripada laki-laki yang cenderung emosional. Penelitian ini menunjukkan mayoritas usia responden yang mengalami perubahan status kognitif paling banyak berumur tahun sebanyak 63 responden (81,8%). Semakin bertambah umur maka semakin besar gangguan kognitif yang dialami oleh lansia Rosyidu isbad (2015). Umur yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan anatomi, psikososial, spiritual dan mental.

28 59 Sehingga dengan sendirinya bisa menyebabkan terjadinya penurunan status kognitif pada seseorang (Nugroho,2012). Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu bahwa jumlah lansia yang mengalami penurunan status kognitif lebih besar pada umur tahun yaitu 38 responden (63,5%) (Ramadian,2012). 2. Tingkat Stress Keluarga Dalam Merawat Lansia Dengan Gangguan Kognitif Stres merupakan keadaan ketegangan yang disebabkan dalam seseorang atau sistem sosial dan dalam situasi yang menimbulkan tekanan (Friedman & Marilyn, 2010). Berdasarkan hasil penelitian analisa univariat tingkat stress keluarga di Dusun Ngabean stress sedang sebanyak 43 subjek (55,8%). Stres ringan merupakan stres yang dihadapi secara individu, misalnya lupa, banyak tidur, kemacetan, dan kritikan. Suazanne & Brenada (2008) mengatakan pada fase ini seseorang mengalami peningktan kesadaran dan lapang persepsinya. Stres sedang merupakan stres yang terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai hari ini. Ditandai dengan keawaspadaan, indra penglihatan dan pendengaran menjadi lebih tajam, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dn mampu mengatasi situasi yang dapat dipengaruhi dirinya. Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai tahun. Semakin sering dan lama situasi stres, semakin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Wiliams 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Hal tersebut terjadi karena koping individu pada tahap ini tidak adaptif, tidak mampu melakukan control aktifitas fisik dalam jangka waktu yang lama, dan sulit focus pada suatu hal terutama dalam memecahkan masalah. Keluarga mengalami stres cenderung bertindak kearah yang mengurangi stres, keluarga disfungsional cenderung menggunakan strategi defensif habitural dan cenderung tidak menghapuskan atau menghilangkan dan melemahkan stresor (Ebstein et.al., 1993; Whait, 1974 dalam Friedman, 2010). KCSS merupakan skala yang mengutamakan sebuah keluarga pengasuh untuk memungkinkan mengekspresikan tingkat stress yang dirasakan. KCSS merupakan skala yang dirancang untuk masyarakat yang

29 60 tinggal bersama sebagai pengasuh awam atau keluarga, bukan staf perawatan yang terlatih. Pengasuh atau caregiver adalah individu yang menyediakan perawatan sehari-hari di rumah, biasanya pasangan atau kerabat lainya. (Hopkins. R. W & Klilik L.A. 2015). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Psikali A., Galanakis M., Varvogili L., Darviri C, dengan judul Kingston Caregiver Stres Scale Greek Validation Caregiver sample, pada Juli Fungsi keluarga sebagai keperawatan kesehatan kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu : Keluarga mengenal masalah kesehatan, Keluarga mampu mengambil keput usan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat, Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat 3. Gambaran Tingkat Stres Keluarga Per Sub Bab Kuesioner di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul a) Masalah Keperawatan Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari tugas kesehatan keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan, mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, menciptakan lingkungan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat dan mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat (Friedman, 2010). Keluarga merupakan individu yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan psikologis, kebutuhan kasih sayang, serta yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian individu yang satu dengan yang lain yang saling berkaitan karena suatu ikatan, oleh karena itu peran dan fungsi keluarga sangat penting dalam perkembangan keluarga.

30 61 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat stress dalam masalah keperawatan yang dialami keluarga yang paling dominan adalah Sedang 35 reponden (45,5%). Dalam hal ini lansia membutuhkan penanganan yang menyeluruh dan melibatkan lingkungan seperti orang terdekatnya yaitu keluarga (Nugroho, 2012). Keluarga bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari yang tidak dapat dijalankan oleh lansia dengan gangguan kognitif. Sebagian besar pekerjaan sebagai buruh sehingga tidak cukup waktu untuk merawat satu lansia yang mengalami gangguan kognitif. Sehingga suatu keluarga bisa membagi peran untuk merawat lansia secara adil, agar tidak menimbulkan suatu kecemburuan satu anggota keluarga dengan anggota lainnya dalam merawat lansia (Andhi,2017). b) Masalah Keluarga Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal, Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (Friedman, 2010). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat stress dalam masalah keluarga yang dialami sebesar sedang 38 responden (49,4%). Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi, dalam menangani masalah kesehatan dasar dalam keluarga. Keluarga juga berperan dalam pengambilan keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggota keluarga. keluarga harus memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit untuk meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya. Keluarga juga harus menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus menerus. Membina sikap dan tingkah laku saling menyayangi antar anggota keluarga. Dan juga membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih

31 62 sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera (Bailon & Maglaya, 1978). Masalah yang sering muncul dalam hal ini kecemburuan antar anggota keluarga dalam merawat lansia. Biasanya anggota keluarga sering merasa tidak adil dalam merawat lansia yang dapat menimbulkan suatu konflik dalam keluarga tersebut sehingga dapat menimbulkan suatu perdebatan dalam keluarga tersebut. c) Masalah Ekonomi Dalam melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga. Keluarga berperan mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga. Selain itu keluarga juga mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang. Keluarga juga berperan dalam membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Depkes, 2016). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat stress dalam masalah ekonomi sebesar ringan 44 responden (57,1%), Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian tiap anggota keluarga yang mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, kadang menimbulkan gesekan. Konflik interpersonal dapat timbul sebagai akibat dari masalah keuangan (Nasir & Muhit, 2011). Dalam hal ini orang yang sibuk bekerja akan cenderung lebih memintingkan pekerjaannya dari pada merawat lansia, sehingga mereka lebih cenderung membayar orang lain untuk merawat lansia tersebut. 4. Kualitas Perawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Kognitif Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Kualitas merupakan baik atau buruk perawatan yang telah diberikan keluarga dalam merawat lansia dalam

32 63 kehidupan sehari-hari. Keluarga memiliki peran dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan memfasilitasi spiritual bagi lansia (Sofia,2015). Lansia yang mengalami penurunan daya ingat/kehilangan memori akan memperlihatkan tingkah laku yang sulit untuk dimengerti. Untuk menjamin keamanan dan mempertahankan harga diri klien maka perlu dilakukan perawatan dengan pendekatan fisik untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur, makan makanan yang bergizi,cara memakan obat (Nugroho,2012). Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan lansia dengantuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan ibadahnya atu secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya. Berilah ketentraman hati dan pujian yang dapt meningkatkan harga diri dan memperkuat perilaku positifnya. Usahakan agar lingkungan tetap aman dan tenteram serta ciptakan lingkungan yang sederhana, tenang, dan damai(nugroho,2012). Hal ini sesuai dengan pernyataan Leuckenotte (1996) dalam Widiastuti (2015) menyebutkan bahwa respon yang ditunjukan oleh keluarga dalam merawat lansia dipengaruhi oleh cara merawat keluarga dalam memberikan kualitas perawatan kepada lansia. Keluarga memandang memberikan perawatan kepada lansia merupakan suatu kewajiban, kebangaan dan meningkatkan kepuasan lansia. Selain pemenuhan kenbutuhan primer, lansia juga memerlukan kebutuhan sekunder. Untuk itu keluarga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan

33 64 kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang di deritanya. Hal ini perlu dilakukan karenaperubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia(nugroho,2012). Pasien gangguan kognitif mudah menjadi bingung karena suara, bunyi/warna yang berlainan, berada dalam lingkungan yang menakutkan, dan perasaan yang berlebihan. Semua ini dapat membuat marah dan cemas. Mengadakan diskusi, tukar fikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi. Hasil penelitian di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul kualitas perawatan lansia cukup sebanyak 41 subjek (53,2%). Gangguan kognitif lansia di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul Yogyakarta terbanyak adalah kategori penurunan status kognitif sedang sebanyak 43 responden (55,8%). Pada penelitian ini, terdapat beberapa aspek yang terdapat dalam kuesioner SPMSQ. Selain itu lansia mengalami kesulitan dalam mengingat hari, umur, dan kemampuan menghitung. Mereka mengatakan jarang untuk menstimulus kemampuan kognitif mereka, karena mereka menganggap jika mengalami lupa atau kepikunan disebabkan umur yang sudah tua. Menjadi tua merupakan proses dari tumbuh kembang yang dialami seluruh manusia secara alami. Pada lansia akan mengalami proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan. Sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Salah satu gangguan pada mental lansia adalah masalah pada status kognitif lansia. Status kognitif adalah kemampuan mental seseorang yang meliputi orientasi, riwayat pribadi, memori jangka panjang dan kemampuan matematis (Artinawati, 2014).

34 65 Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2016 menyatakan bahwa setiap warga Negara Indonesia usia 60 tahun mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal satu kali dalam kurun waktu satu tahun. Salah satu lingkup skrining merupakan deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan atau gangguan kognitif (Depkes, 2013). 5. Gambaran Kualitas Perawatan Lansia Per Sub Bab Kuesioner di Dusun Ngabean Triharjo Pandak Bantul a) Perawatan Fisik Lansia yang mengalami penurunan daya ingat/kehilangan memori akan memperlihatkan tingkah laku yang sulit untuk dimengerti. Untuk menjamin keamanan dan mempertahankan harga diri klien maka perlu dilakukan perawatan dengan pendekatan fisik untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur, makan makanan yang bergizi, cara meminum obat (Nugroho,2012). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kualitas perawatan fisik pada lansia sebesar cukup 62 responden (80,5%).Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih mampu melakukan sendiri. Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. perawat harus mengetahui dasar perawatan pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN Abdul Rokhman*, Edi Tulus Tiono** Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI DUSUN NGABEAN TRIHARJO PANDAK BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, dan penyesuaian diri dengan peran peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia (Departemen Kesehatan [Depkes], 2008). Jumlah lansia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan angka harapan hidup terjadi sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu negara. Meningkatnya angka harapan hidup tersebut menimbulkan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak di dunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa (9,6%

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO HUBUNGAN JENIS KELAMIN, TINGKAT PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, SIKAP LANSIA, JARAK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI DESA LEDUG KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: EVIE PURWATI 1211020140

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE DI WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT RAJAWALI CITRA BANGUNTAPAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : AYU PUTRI UTAMI NIM

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

: BAYU SETIAWAN J

: BAYU SETIAWAN J HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG OPERASI KATARAK DAN TINGKAT EKONOMI PENDERITA KATARAK DENGAN SIKAP TENTANG OPERASI KATARAK PADA PENDERITA KATARAK LANJUT USIA DI WILAYAH KER JA PUSKESMAS SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini 1. Kerangka Penelitian BAB III KERANGKA PENELITIAN Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan dengan beban keluarga dalam mengikuti regimen terapeutik pada anggota

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG Ridlawati Romadlani*, Tri Nurhidayati**,Agustin Syamsianah** Prodi

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Hariadi Widodo 1, Nurhamidi 2, Maulida Agustina * 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 Politeknik

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh : ANGGIT YATAMA EMBUN PRIBADI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PASIEN DENGAN KEPATUHAN PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2 BANJARNEGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial

Lebih terperinci

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo

PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN. Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo PENELITIAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT YANG MENGALAMI PROSES PENUAAN Di Dusun Besar Desa Prayungan Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo Oleh: NURUL KALIFAH 11611992 PROGRAM STUDI D IIII KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki siklus hidup yang terus berjalan dari waktu ke waktu dan usia lanjut merupakan tahap akhir dari siklus tersebut yang merupakan kenyataan nyata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH MOTIVASI LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM. Di Dusun Karangan Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH MOTIVASI LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM. Di Dusun Karangan Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH MOTIVASI LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM Di Dusun Karangan Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo Oleh RESTU AYUNINGTYAS NIM : 13612478 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan sebuah proses yang terjadi secara alami dan tidak dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari tantangan kehidupan

Lebih terperinci

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK PERBEDAAN TINGKAT STRES PADA LANSIA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI DESA TEBON KECAMATAN BARAT KABUPATEN MAGETAN DAN DI UPT PSLU (PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) KECAMATAN SELOSARI KABUPATEN MAGETAN Priyoto

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Terletak di Sebelah Utara jalan, dengan alamat Jalan Wates Km.5.5. Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping berada di Jl Wates

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN Efitri Novalina Siboro*, Iwan Rusdi ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson ` BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronis adalah penyebab dari kesakitan dan kematian yang membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh total, serta berkoordinasi

Lebih terperinci

D I A N A FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

D I A N A FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGANYA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RSJD PROPINSI SUMUT MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh : D I A N A 101101001 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun oleh:

Lebih terperinci

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa Artikel Pengabdian Masyarakat Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa Desa Karya Mukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo Ns. Rhein R. Djunaid, M.Kes* dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes** dr. Vivien N.A Kasim, M.Kes***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU TENTANG KADARZI (KELUARGA SADAR GIZI) DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA KARANGSARI, KECAMATAN KEBUMEN SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik yang selanjutnya disebut CKD (chronic kidney disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi penderita akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : HELGA DWI ARDIANTO 201110201021 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP

HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011 EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NILA TITIS PAWESTRI NIM : 201010104147

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah lanjut usia dihadapi oleh negara- negara di dunia, termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa beberapa wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

ABSTRACT. I Komang Yulitridana 2, Andri Purwandari 3, Haerul Anwar 1

ABSTRACT. I Komang Yulitridana 2, Andri Purwandari 3, Haerul Anwar 1 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DENGAN MINAT MASYARAKAT DALAM MENGIKUTI SENAM KESEHATAN JASMANI DI DUSUN SENDEN 2 SELOMARTANI KALASAN YOGYAKARTA I Komang Yulitridana 2, Andri Purwandari 3, Haerul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia ( BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan sosial dan derajat kesehatan masyarakat, yang dampak positifnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat,

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI

GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI GAMBARAN STATUS KOGNITIF LANJUT USIA MENURUT JENIS PEKERJAAN DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN II SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun oleh : FRAMESTI NURJANAH

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA Rina Budi Kristiani 1, Alfia Nafisak Dini 2 Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa usia lanjut merupakan periode terakhir dalam perkembangan kehidupan manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Worls Health Organization (WHO), orang lanjut usia menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-74 tahun), usia lanjut tua

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan-perubahan pada kondisi fisik maupun psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000, 7,5% atau 15 juta

Lebih terperinci

LUTFI NANDA PURNAMASARI

LUTFI NANDA PURNAMASARI PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN KADER POSYANDU DAN IBU BALITA DALAM DETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITA DI DESA GONDOWANGI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWANGAN II MAGELANG Karya Tulis Ilmiah Disusun Guna Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Fatimah,2010). Penuaan adalah suatu proses

Lebih terperinci

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan

Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan Hubungan Pemberian Informasi dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi di RSUD dr. Pirngadi Medan SKRIPSI Oleh Ainun Sari 121101024 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016 i ii iii Title

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dijalankan pemerintah saat ini mempengaruhi kualitas kesehatan dan sosial ekonomi. Hal ini berdampak pada meningkatnya angka harapan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI AKBID SEHAT MEDAN TAHUN 2014 SUCI ANJELITA 135102145 KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BATURRADEN KECAMATAN BATURRADEN

HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BATURRADEN KECAMATAN BATURRADEN HUBUNGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI TERHADAP STATUS TEKANAN DARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I BATURRADEN KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN Sri Ratna Ningsih & Hikmah Sobri STIKES Aisyiyah Yogyakarta E-mail: myratna_cute@yahoo.co.id Abstract: The

Lebih terperinci