K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl."

Transkripsi

1 K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. Pemuda No. 40 Cirebon

2 K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. Pemuda No. 40 Cirebon

3 KATA PENGANTAR

4 KATA PENGANTAR Sebagai realisasi dari kontrak kerja dengan Nomor : KU.08.08/BBWS A2-1/02/05 tertanggal 31 Mei 2010 untuk pekerjaan Survey Investigasi Desain (SID) Jaringan Air Baku Di Kabupaten Garut antara Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk- Cisanggarung dengan PT. SATYAKARSA MUDATAMA, Konsultan yang bertindak sebagai penyedia jasa pelaksanaan pekerjaan, berikut kami sampaikan salah satu hasil pekerjaan berupa : LAPORAN AKHIR Materi yang disajikan dalam Laporan Akhir ini adalah gambaran tentang potensi sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Garut dan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ada di wilayah Kabupaten Garut. Hasil survey topografi, geologi dan mekanika tanah. Analisa Hidrolika serta desain pada lokasi terpilih. Demikian Laporan Akhir ini kami susun. Atas perhatian dan bantuan dari segala pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian Laporan Akhir ini kami ucapkan banyak terima kasih. Cirebon, 20 Oktober 2010 PT. SATYAKARSA MUDATAMA Ir. Setyadi, Dipl.HE Team Leader i

5 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Bab I BAB II Bab III Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Pekerjaan Lokasi Pekerjaan Sasaran Pekerjaan Nama dan Organisasi Pengguna Jasa Jangka Waktu Pelaksanaan Sumber Dana Lingkup Pekerjaan Sistematika Laporan Pendahuluan... 3 Deskripsi Daerah Studi 2.1 Kabupaten Garut Geografi Iklim dan Cuaca Geomorfologi Topografi Geologi Penggunaan Lahan Penduduk Hidrologi Kondisi Tanah Air Minum Potensi Sumber Air Dan Sistem Penyediaan Air Minum Di Wilayah Kabupaten Garut 3.1 Kondisi Hidrogeologi Potensi Sumber Air Baku Sumber Air yang Potensial Untuk Dimanfaatkan Gambaran Umum Sistem SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) di Wilayah Kabupaten Garut Penetapan Rangking Prioritas BAB IV Hasil Survey Topografi 4.1 Umum Lingkup Pekerjaan Pemetaan... 1 ii

6 4.3 Perlengkapan dan Peralatan Pelaksanaan Pengukuran... 3 Bab V Bab VI Hasil Survey Geologi Dan Mekanika Tanah 5.1 Umum Maksud dan Tujuan Lingkup Pekerjaan Peralatan Yang Digunakan Metode Penyelidikan Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Tinjauan Pondasi dan Bahan Timbunan Kesimpulan Survey Geologi Dan Mekanika Tanah Analisa Hidrometri 6.1 Pengukuran Debit Air Pengukuran Kualitas Air... 4 Bab VII Kebutuhan Air Bersih 7.1 Kebutuhan Air Baku... 1 Bab VIII Perencanaan Sistem Jaringan Air Baku Dan Bangunan 8.1 Perencanaan Sistem Jaringan Air Baku Hasil Analisa Hidrolika Perencanaan Pipa Jaringan Perencanaan Pompa Perencanaan Pondasi Sumuran Perencanaan Penulangan Plat Pondasi Bab IX Bab X Bab XI Volume Pekerjaan Dan Rencana Anggaran Biaya 9.1 Komponen Biaya Harga Dasar Upah Dan Bahan Rencana Anggaran Biaya... 4 Metode Pelaksanaan 10.1 Umum Kondisi Dasar Volume Pekerjaan Pekerjaan Persiapan Dan Fasilitas Pelaksanaan Metode Pelaksanaan... 9 Penutup 11.1 Kesimpulan Saran... 5 iii

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut... II 6 Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Garut (Per Periode Sensus Penduduk)... II 8 Tabel 2.3 Kapasitas Pelayanan Air Minum Banyak Pemakai Air Menurut Kecamatan di Kabupaten Garut... II 10 Tabel 2.4 Jumlah Pelanggan Air Menurut Klasifikasi Konsumen di Kabupaten Garut... II 11 Tabel 3.1 Potensi Mata Air di Kabupaten Garut... III 3 Tabel 3.2 Potensi Sungai di Kabupaten Garut... III 4 Tabel 3.3 Daftar Inventarisasi Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Pembangunan Sumur-sumur Air Tanah... III 7 Tabel 3.4 Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku... III 13 Tabel 3.5 Jumlah Sambungan Pelanggan... III 16 Tabel 3.6 Sumber Air yang Telah Dimanfaatkan PDAM Kabupaten Garut... III 17 Tabel 3.7 Kriteria Penetapan Prioritas... III 18 Table 3.8 Parameter Penilaian Skala Prioritas Pengembangan Sumber Mata Air... III 19 Table 3.9 Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut... III 20 Table 3.10 Perhitungan Detail Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut III 21 Tabel 4.1 Perencanaan BM dan CP... IV 4 Tabel 5.1 Daftar Kegiatan Pemboran Tangan Pada Lokasi Cira ab... V 7 Tabel 5.2 Lokasi Kegiatan Sondir... V 9 Tabel 5.3 Daftar Kegiatan Bor Tangan Pada Lokasi Desa Simpang... V 9 Tabel 5.4 Lokasi Kegiatan Sondir... V 10 Table 5.5 Daya Dukung Pondasi Tiang (Driven) Lokasi Cira ab... V 13 Table 5.6 Daya Dukung Pondasi Tiang (Driven) Lokasi Desa Simpang... V 13 Tabel 5.7 Daya Dukung Pondasi Dangkal... V 14 Tabel 5.8 Ringkasan Hasil Pengujian Sampel Bor Tangan Lokasi Cira ab... V 15 Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Pengujian Sampel Bor Tangan Lokasi Desa Simpang... V 15 Table 6.1 Hasil pengukuran debit/kapasitas pada mata air Cira ab... VI 4 Table 6.2 Perhitungan Debit Mata Air Leuwidaun Di Desa Simpang Kecamatan Cikajang... VI 4 Tabel 6.3 Kriteria air minum dilihat dari segi kimia... VI 4 Tabel 6.4 Hasil uji laboratorium sampel air mata air Cira ab... VI 5 Tabel 6.5 Hasil uji laboratorium sampel air mata air Leuwidaun... VI 6 Tabel 7.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Untuk Kec. Cilawu... VII 1 Tabel 7.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Untuk Desa Simpang Kec. Cikajang... VII 2 Tabel 7.3 Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih (untuk Kecamatan Cilawu)... VII 3 Tabel 7.4 Kriteria Perencanaan Sektor Air Bersih (untuk Desa Simpang Kecamatan Cikajang)... VII 4 Tabel 7.5 Usulan Kriteria Perencanaan untuk Kecamatan Cilawu... VII 6 Tabel 7.6 Usulan Kriteria Perencanaan untuk Desa Simpang Kecamatan Cikajang... VII 6 iv

8 Tabel 7.7 Kebutuhan Air Baku untuk Kecamatan Cilawu... VII 7 Tabel 7.8 Kebutuhan Air Baku untuk Dsa Simpang Kecamatan Cikajang... VII 8 Tabel 9.1 Harga Dasar Upah Kerja Kabupaten Garut... IX 2 Tabel 9.2 Harga Dasar Bahan/Material Kabupaten Garut... IX 3 Tabel 9.3 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya... IX 5 v

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan Kabupaten Garut... I 2 Gambar 2.1 Peta Batas Administratif di Kabupaten Garut... II 2 Gambar 2.2 Peta Daerah Bahaya Gunung Api di Kabupaten Garut... II 4 Gambar 2.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut... II 7 Gambar 3.1 Koordinat Lokasi Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku... III 14 Gambar 3.2 Besar Debit Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku... III 15 Gambar 4.1 Bentuk dan Ukuran BM, CP, dan Patok... IV 4 Gambar 4.2 Peta Situasi Mata Air Cira ab Kecamatan Cilawu... IV 10 Gambar 4.3 Peta Situasi Mata Air Desa Simpang Kecamatan Cikajang... IV 11 Gambar 6.1 Titik-titik pengukuran kecepatan... VI 2 Gambar 6.2 Sketsa penempatan current meter pada pengukuran kecepatan... VI 3 Gambar 6.3 Lokasi ambang ukur pada mata air Cira ab... VI 3 Gambar 8.1 Skema Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perkotaan Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut... VIII 2 Gambar 8.2 Skema Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Perdesaan Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut... VIII 6 vi

10 BAB I PENDAHULUAN

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan pengembangan wilayah, salah satunya adalah dengan program penyediaan air baku untuk keperluan pertanian maupun untuk keperluan domestik. Hal ini seiring dengan program Millenium Development Goals (MDGs) yang memiliki target pencapapain penyediaan air baku masyarakat pedesaan pada tahun 2015 adalah sebesar 54% untuk perpipaan dan non perpipaan terlindungi 26%. Sejalan dengan hal tersebut menjadi salah satu prioritas kegiatan pada Balai Besar Wilayah (BBWS) Sungai Cimanuk- Cisanggarung dengan berupaya memanfaatkan potensi air baku dari mata air maupun dari situ-situ yang tersebar di Kabupaten Garut guna meningkatkan pasokan kebutuhan air baku domestik yang belum tercukupi di daerah tersebut dan sisanya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi. Kabupaten Garut dengan jumlah penduduk yang cukup besar dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 2,411 juta jiwa (Sumber Data : BPS, berdasarkan hasil sensus tahun 2000) masih belum dapat mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat terutama pedesaan yang tersebar lokasinya. Berbagai usulan masyarakat terkait hal tersebut menjadi pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut untuk meminta bantuan BBWS Cimanuk-Cisanggarung dalam mengembangkan jaringan air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat terutama untuk keperluan domestik di Kabupaten Garut dengan mempertimbangkan potensi air baku yang cukup besar diantaranya berupa mata air yang sementara dapat diidentifikasi sebanyak 49 lokasi. Pada tahun anggaran 2010 ini, BBWS Cimanuk-Cisanggarung akan melaksanakan studi pengembangan jaringan air baku di Kabupaten Garut dengan berbagai potensi air baku tersebar seperti mata air dan situ dan lain sebagainya. Pelaksanaan perencanaan desain jaringan air baku ditujukan pada alternatif pengembangan jaringan air baku terpilih. 1.2 Maksud dan Tujuan Pekerjaan Maksud dari pekerjaan ini adalah merencanakan suatu sistem penyediaan air baku secara komprehensif dengan mempertimbangkan potensi sumber air dan potensi pemanfaatan yang tersebar di Kabupaten Garut. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan desain pengembangan jaringan air baku terpilih dari berbagai alternatif pengembangan dapat berupa desain awal, rehabilitasi maupun peningkatan dari sumber air berupa situ/mata air, saluran pembawa, dan bangunan/bak penampungan, atau bangunan tampungan lainnya yang memadai untuk acuan pelaksanaan pembangunan jaringan air baku di Kabupaten Garut untuk pemenuhan kebutuhan air baku masyarakat di Kabupaten Garut. Bab I - 1

12 1.3 Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan berada tersebar di beberapa Desa, Kabupaten Garut. Lokasi Pekerjaan Gambar 1.1 Peta Lokasi Pekerjaan Kabupaten Garut 1.4 Sasaran Pekerjaan Sasaran pekerjaan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Garut dengan program penyediaan air baku melalui pengembangan jaringan air baku secara komprehensif terkait dengan pontensi yang ada dengan mendapatkan suatu desain jaringan air baku yang dapat dijadikan untuk acuan pelaksanaan pembangunan jaringan air baku di Kabupaten Garut. 1.5 Nama dan Organisasi Pengguna Jasa Nama dan organisasi pengguna jasa adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)-02 Perencanaan dan Program, Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk- Cisanggarung. 1.6 Jangka Waktu Pelaksanaan Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini selama 150 (seratus lima puluh) hari kalender atau 5 (lima) bulan sejak ditandatangani Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). 1.7 Sumber Dana Pembiayaan pekerjaan ini bersumber dari DIPA Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung Tahun Anggaran Lingkup Pekerjaan Ruang lingkup pekerjaan SID Jaringan Air Baku Di Kabupaten Garut adalah sebagai berikut : A. Inventarisasi dan pengumpulan data-data yang akan digunakan untuk perencanaan pada lokasi pekerjaan. Data dimaksud antara lain berupa : a. Peta Topografi b. Peta Geologi c. Peta Hidrologi Bab I - 2

13 d. Data lain seperti data tata ruang kabupaten yang menjadi sasaran, data kebutuhan air dan lain-lain. B. Melakukan survey/identifikasi lokasi potensi sumber air yang mungkin dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku. C. Analisis hidrologi untuk mengetahui potensi air permukaan pada lokasi sumber air meliputi : a. Besarnya debit maksimum dan minimum. b. Besarnya debit andalan / Ketersediaan air. c. Potensi air tahunan d. Kebutuhan air baku/irigasi dan kebutuhan lainnya. D. Melakukan analisis perencanaan beberapa alternatif pengembangan jaringan air baku dan kebutuhan infrastruktur pendukungnya. E. Analisis ekonomi, menentukan IRR dan BCR dan indikator lainnya beberapa alternatif pengembangan. F. Melakukan perencanaan detail dari lokasi terpilih meliputi antara lain : a. Perencanaan detail sarana/prasarana jaringan air baku seperti bangunan penampung, saluran pembawa dan bangunan pelengkap lainnya. b. Menyusun desain kriteria dan memperkirakan jenis bangunan yang diperlukan. c. Menentukan dimensi bangunan dan elevasinya berdasarkan kebutuhan air yang harus ditampung maupun lingkungan d. Perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air. G. Analisis Hidrolika termasuk studi letak, jenis bangunan dan bangunan pelengkap berdasarkan data hidrologi. H. Melakukan pengukuran dan pemetaan topografi pada lokasi rencana terpilih. I. Melakukan penyelidikan, geologi/mekanika tanah pada lokasi rencana bangunan utama dan bangunan pelengkap. J. Pekerjaan mekanika tanah ini terdiri dari : a. Analisis data peta geologi pada lokasi rencana b. Sondir c. Test pit d. Analisis laboratorium K. Membuat analisis prakiraan biaya proyek dan dokumen tender termasuk spesifikasi teknik. L. Penggambaran desain M. Penyusunan laporan N. Diskusi Bab I - 3

14 BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

15 BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI 2.1 Kabupaten Garut Kabupaten Garut adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Garut. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat. Kabupaten Garut terdiri atas 42 kecamatan, yang dibagi lagi atas 420 desa dan 19 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Garut. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara gunung-gunung di Garut adalah : Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung Cikuray (2.821 m) di selatan kota Garut Geografi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada koordinat 6º56'49-7º45'00 Lintang Selatan dan 107º25'8-108º7'30 Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut : Utara : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Timur : Kabupaten Tasikmalaya Selatan : Samudera Indonesia Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, merupakan daerah penyangga dan hinterland bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan Kabupaten Bandung, sekaligus berperan di dalam pengendalian keseimbangan lingkungan. Bab II - 1

16 Gambar 2.1 Peta Batas Administratif di Kabupaten Garut Bab II - 2

17 2.1.2 Iklim dan Cuaca Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 C - 27 C. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara Geomorfologi Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen bentang alam, yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km. Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu : 1. Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktivitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya. 2. Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktivitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intraarctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung. Bab II - 3

18 Gambar 2.2 Peta Daerah Bahaya Gunung Api di Kabupaten Garut Bab II - 4

19 2.1.4 Topografi Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung Papandayan (2.622 m), dan Gunung Guntur (2.249 m). Karakteristik topografi Kabupaten Garut : sebelah Utara terdiri dari dataran tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan sebagian besar permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian m dpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian m dpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng-Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu. Wilayah yang terletak pada ketinggian m dpl terdapat di kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut Utara umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30% di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai Ha atau 9,47%; wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas Ha atau 25,84%; luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai Ha atau 20,55% wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal Ha atau sekitar 2.46%. Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk Geologi Berdasarkan peta geologi skala 1: lembar Arjawinangun, Bandung dan Garut yang dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala 1: , tataan dan urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara didominasi oleh material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) Bab II - 5

20 gunungapi, diantaranya erupsi G. Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun) lalu, sehingga menghasilkan material volkanis berupa breksi, lava, lahar dan tufa yang mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada dataran antar gunung di Garut. Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah breksi volkanik bersifat basaltic yang kompak, menunjukan kemas terbuka dengan komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran antar gunung Garut didominasi oleh material volkaniklasik berupa alluvium berupa pasir, kerakal, kerikil, dan Lumpur. Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur Penggunaan Lahan Bedasarkan jenis tanah dan medan topografi di Kabupaten Garut, penggunaan lahan secara umum di Garut Utara digunakan untuk persawahan dan Garut Selatan didominasi oleh perkebunan dan hutan. Tabel 2.1 Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut No Uraian Luas (Ha) Proporsi (%) 1. Sawah ,13 2. Darat 2.1. Hutan , Kebun Dan Kebun Campuran , Tanah Kering Semusim/Tegalan , Perkebunan , Pemukiman/ Perkampungan , Padang Semak , Pertambangan 200 0, Industri 41 0,01 3. Perairan Darat 3.1. Kolam , Situ/Danau 157 0, Lainnya 55 0,02 4. Penggunaan Tanah Lainnya ,95 Jumlah ,00 Sumber: BPN Kabupaten Garut, Keadaan Tahun 2007 Sumber : Bab II - 6

21 Gambar 2.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Garut Bab II - 7

22 2.1.7 Penduduk Faktor mutasi kependudukan berupa kelahiran, kematian, dan migrasi menjadi penentu laju pertumbuhan penduduk. Di antara semua faktor tersebut, upaya pengendalian kelahiran tentunya merupakan penyebab yang signifikan dari tren menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Garut. Jumlah penduduk Kabupaten Garut pada tahun 2004 tercatat sebanyak jiwa dengan LPP mencapai 1,41% dan pada tahun 2005 jumlah penduduk sebesar jiwa dengan LPP-nya sebesar 1,58%, atau naik sebesar 0,17% dari LPP tahun Pada tahun 2006 penduduk Kabupaten Garut bertambah menjadi sebanyak jiwa dengan LPP 1,60% atau naik sebesar 0,02% dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah penduduk Kabupaten Garut masing-masing sebesar jiwa dan jiwa dengan LPP masing-masing sebesar 1,53%. Tahun 2010 LPP diestimasi sebesar 1,53% (SCBD) yang merupakan proyeksi hasil ekstrapolasi atas LPP yang tercatat BPS dalam 5 kali Sensus Penduduk terakhir , sebagai berikut : Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Garut (Per Periode Sensus Penduduk) Tahun LPP , , , , , ,53* *) Estimasi Sumber : Hidrologi Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan panjang seluruhnya 1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukkan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa Sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk. Bab II - 8

23 2.1.9 Kondisi Tanah Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur. Dilihat dari jenis tanahnya secara garis besar, jenis tanah di wilayah Kabupaten Garut meliputi jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi podsolik, dan asosiasi regosol. Dimana jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu. Berikut adalah sifat-sifat tanah berdasarkan jenis tanahnya di wilayah Kabupaten Garut : Tanah Aluvial, jenis tanah ini secara umum tergolong ke dalam sub group entisols terbentuk pada daerah dengan bentuk fisiografi dataran banjir. Bahanbahan endapan yang dibawa oleh sungai kemudian diendapkan dan terakumulasi pada daerah ini. Sifat-sifat tanahnya kemudian banyak dipengaruhi oleh jenis bahan endapan tersebut. Proses pengendapan yang berlangsung berulang-ulang menyebabkan tanah yang terbentuk berlapis-lapis. Khususnya pada daerah yang relatif dekat dengan sungai, lapisan-lapisan tersebut tidak mencirikan suatu horison tertentu. Lapisan-lapisan tanah tersebut umumnya bervariasi baik warna maupun distribusi besar butir bahan penyusunnya. Endapan yang pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas laut memiliki karakteristik yang lebih spesifik dari pada bahan yang terbentuk semata-mata hanya oleh endapan sungai. Tanah Andosol, jenis tanah ini umumnya berwarna hitam, memiliki penampang yang berkembang, dengan horizon-a yang tebal, gembur dan kaya bahan organik. Sifat fisiknya baik, dengan kelulusan sedang. Sifat kimia sedang, peka terhadap erosi. Batuan asal adalah andesit, tufa andesit dan dasit. Di wilayah Indonesia pada umumnya, jenis tanah ini banyak terpakai untuk tanaman perdagangan karena kaya akan bahan organik, N dan K, tetapi miskin akan fosfor. Tanah Litosol, jenis tanah ini biasa disebut laterit. Penampang umumnya tbal, tanah atasnya mengandung beberapa persen bahan organik. Berwarna coklat, kuning, hingga kemerahan. Bersifat berbutir, teguh, mantap, mengandung kaolinit, bersifat tidak plastis, dan dapat diolah pertanian sepanjang tahun. Secara kimia tanah, jenis tanah ini miskin hara, ph rendah (4,5 5,0), unsur N miskin sehingga perlu pemupukan sempurna untuk pertanian. Jenis tanah ini bersifat meniris, tahan terhadap erosi. Tanah Podsolik, jenis tanah ini bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang. Cenderung tidak seberapa mantap dan teguh, peka terhadap pengikisan. Dari segi kimia, jenis tanah ini asam dan miskin, lebih asam dan lebih miskin dari tanah latosol. Untuk keperluan pertanian, jenis tanah ini perlu pemupukan lengkap dan tindak pengawetan. Untuk jenis tanah podsolik coklat biasanya dipakai untuk hutan lindung. Tanah Regosol, jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung. Tanah Regosol belum jelas menempatkan perbedaan horizon-horizon. Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada struktur tanah, konsistensi lepas sampai gembur dan keasaman tanah dengan ph sekitar 6-7. Bab II - 9

24 Tanah Mediteran, jenis tanah ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya agak bervariasi lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsisntensinya adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya rendah sampai sangat rendah. Reaksi tanah (ph) sekitar 6,0 7,5. Kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi banyak tergantung kepada bahan induknya. Daya menahan air sederhana, begitu pula permeabilitasnya adalah sedang. Air pada tanah ini kadang kadang merupkan faktor pembatas. Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah ini mempunyai sifat-sifat fisik yang sedang sampai baik, sedang sifat kimianya umumnya adalah baik, sehingga nilai produktivitas tanah adalah sedang sampai tinggi Air Minum Tidak seluruh kecamatan di Kabupaten Garut menjadi pelanggan air minum dari PDAM, hanya sebagian kecil diantaranya adalah Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Cisurupan, Kecamatan Samarang, Kecamatan Tarogong Kidul, Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Karangpawitan, Kecamatan Wanaraja, Kecamatan Banyuresmi, Kecamatan Leuwigoong, dan Kecamatan Cibatu. Berikut tabel jumlah pemakaian pada masing-masing kecamatan tersebut : Tabel 2.3 Kapasitas Pelayanan Air Minum Banyak Pemakai Air Menurut Kecamatan di Kabupaten Garut Kecamatan Jumlah Pelanggan Jumlah Pemakaian (M 3 ) Pameungpeuk 1,002 13,477 Cisurupan 1,456 25,419 Samarang ,288 Tarogong Kidul 559 7,779 Tarogong Kaler 1,118 19,137 Garut Kota 13, ,122 Karangpawitan 3,261 19,783 Wanaraja ,345 Banyuresmi 744 6,259 Leuwigoong Cibatu ,558 Jumlah 24, ,167 Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : PDAM Kabupaten Garut dan BPS Sumber : Bab II - 10

25 Tabel 2.4 Jumlah Pelanggan Air Menurut Klasifikasi Konsumen di Kabupaten Garut Klasifikasi Konsumen Jumlah Pelanggan Jumlah Pemakaian Nilai Terjual (M 3 ) (000 RP) Non Niaga Niaga II A Niaga II B Industri Sosial Kran Umum Jumlah Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : PDAM Kabupaten Garut Sumber : Bab II - 11

26 BAB III POTENSI SUMBER AIR & SPAM DI WILAYAH KAB.GARUT

27 BAB III POTENSI SUMBER AIR DAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI WILAYAH KABUPATEN GARUT 3.1 Kondisi Hidrogeologi A. Cekungan Air Tanah di Wilayah Kabupaten Garut Yang dimaksud dengan Cekungan Air Tanah (atau biasa disingkat dengan CAT) menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. Ketersediaan air tanah pada tiap CAT dapat diperkirakan berdasarkan pada pengisian kembali air tanah yang terjadi dari jumlah imbuhan yang berasal dari curah hujan dan masuk ke cekungan tersebut. Menurut Peta Cekungan Air Tanah yang disusun oleh Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Djaendi, 2005), maka di wilayah Kabupaten Garut terdapat 2 (dua) Cekungan Air Tanah (CAT) yaitu CAT Malangbong dan CAT Garut. Disamping itu, sebagian wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung termasuk dalam CAT Banjarsari, sedangkan sebagian wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya berada di perbatasan CAT Tasikmalaya. Sebagian wilayah lainnya yang berada di daerah Pegunungan Selatan tidak termasuk dalam kategori Cekungan Air Tanah. Perkiraan ketersediaan air tanah pada masing-masing cekungan menurut Peta Cekungan Air Tanah adalah sebagai berikut : 1. CAT Malangbong : - air tanah bebas : 415 juta m 3 /th (atau sekitar lt/dt) - air tanah tertekan : 30 juta m 3 /th (atau sekitar 951 lt/dt) 2. CAT Garut : - air tanah bebas : 691 juta m3/th (atau sekitar lt/dt) - air tanah tertekan : 87 juta m3/th (atau sekitar lt/dt) B. Pemunculan Mata Air di Wilayah Kabupaten Garut Mata air adalah pelepasan air tanah secara alami ke permukaan tanah akibat aliran air tanah yang terpotong oleh topografi atau struktur geologi. Pemunculan air tanah berupa mata air terutama keluar melalui rekahan atau saluran batuan gunung berapi berupa batuan lava breksi dan tufa. Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut, maka di wilayah Kabupaten Garut terdapat banyak mata air yang berada pada 29 wilayah kecamatan dan tersebar pada 618 lokasi mata air dengan debit yang bervariasi. Bab III - 1

28 3.2 Potensi Sumber Air Baku Beberapa jenis sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistem penyediaan air minum, meliputi : mata air, air permukaan (sungai, irigasi, danau, waduk, dll), sumber air tanah (bebas dan tertekan), serta sumber air hujan. Aspek/karakteristik sumber air yang harus diperhatikan dalam pemilihan sumber air yang akan digunakan sebagai sumber air baku antara lain : a. Kuantitas atau debit air yang tersedia Ketersediaan air/debit air baku dari sumber air yang akan dipilih harus dapat memenuhi kebutuhan air baku di unit pengolahan yang direncanakan sampai dengan periode tertentu sesuai periode proyeksi yang ditentukan. b. Kualitas memenuhi standar kualitas air baku Kualitas air baku dari suatu sumber air sangat penting untuk diperhatikan karena akan menentukan jenis dan tingkat pengolahan yang harus dilakukan. Parameterparameter yang harus diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam pemilihan sumber air baku antara lain terdiri dari parameter fisik, kimia, dan biologis. c. Kontinuitas Sumber air yang akan digunakan, selain harus memiliki debit yang mencukupi juga harus tersedia setiap saat sepanjang tahun dan berkesinambungan. Kuantitas dan kontinuitas suatu sumber air dapat diketahui dari hasil penelitian terhadap kondisi hidrologi dan hidrogeologi yang meliputi aspek hidrologi, klimatologi, morfologi, geologi, dan hidrogeologi dari daerah dimana sumber air tersebut berada. Sedangkan kualitas air dari masing-masing sumber air dapat diketahui dari hasil penelitian kualitas air yaitu melalui pemeriksaan fisik, kandungan kimia dan biologi yang dilakukan terhadap contoh air yang berasal dari masingmasing sumber air. Potensi sumber air yang bisa dimanfaatkan sebagai air baku pada sistem penyediaan air minum perpipaan diantaranya adalah : mata air, air permukaan (sungai, danau, situ, dll) dan air tanah. Secara keseluruhan di wilayah Kabupaten Garut terdapat ketiga jenis sumber air tersebut dengan penyebaran yang ditentukan oleh potensi tiap jenis sumber. A. Sumber Mata Air Kuantitas air tanah yang keluar atau debit aliran air tanah yang keluar di lokasi mata air sangat dipengaruhi oleh perubahan kedudukan bidang muka air tanah di wilayah sekitarnya. Dengan adanya fuktuasi dari kedudukan muka air tanah sebagai akibat dari pengaruh musim hujan dan musim kemarau, akan menyebabkan terjadinya perubahan atau fluktuasi pada debit mata air sehingga sebagian dari mata air bahkan mengering atau mengalami kekeringan pada musim kemarau. Pemanfaatan mata air sebagai sumber air baku pada sistem pelayanan air bersih perlu ditentukan kapasitas pengambilan sumber yang sesuai dengan kemampuan debit mata air sehingga tidak terpengaruh oleh fluktuasi debit mata air. Berikut daftar potensi mata air yang ada di Kabupaten Garut berdasarkan hasil inventarisasi Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut : Bab III - 2

29 Tabel 3.1 Potensi Mata Air di Kabupaten Garut No. Kecamatan Jumlah Mata Air Kapasitas (lt/dt) 1 Cisewu Talegong Bungbulang Pakenjeng Cikelet Pameungpeuk Cibalong Cisompet Singajaya Cikajang Banjarwangi Cihurip Cilawu Bayongbong Cisurupan Samarang Tarogong Garut Kota Karangpawitan Wanaraja Sukaweuning Banyuresmi Leles Leuwigoong Kadungora Cibatu Malangbong BI. Limbangan Selaawi Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008 B. Sumber Air Permukaan Air permukaan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. Dengan demikian yang termasuk dalam air permukaan adalah air yang berasal dari sumber-sumber : sungai, danau, waduk, situ, rawa, dll. Air permukaan sering digunakan sebagai sumber air baku untuk keperluan penyediaan air bersih/air minum, pengairan dan industri. Air permukaan ini pada umumnya diambil dari sungai dan waduk atau situ. Alasan teknis dari pengambilan tersebut adalah karena kedua sumber ini mudah ditemukan dan hampir ada dimana-mana dengan debit air yang biasanya cukup besar dan kualitas air yang relatif baik sehingga dapat memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan. Wilayah Kabupaten Garut dilewati oleh garis pemisah air Pulau Jawa sehingga sebagian sungai-sungai yang ada di wilayah ini mengalir ke utara dan bermuara di Laut Jawa, sedangkan sebagian lainnya mengalir ke selatan dan bermuara di Samudera Hindia. Sungai-sungai yang mengalir ke utara dan tengah dengan sungai induknya Cimanuk, sedangkan sungai-sungai yang mengalir ke selatan tersebar di bagian tengah dan selatan dengan beberapa sungai induknya yaitu sungai Cikaengan, Cisanggiri, Cipaleubuh, Cikandang, Cirompang, Cilayu, dan Cilaki. Bab III - 3

30 Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/A/PRT/M/2006 Tanggal 26 Juni 2006, maka sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut yang bermuara di pantai utara yaitu di Laut Jawa termasuk dalam Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung, sedangkan sungai-sungai yang bermuara di pantai selatan yaitu di Samudera Hindia termasuk dalam Wilayah Sungai Ciwulan-Cilaki. Sesuai data hasil inventarisasi sungai yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kabupaten Garut, maka hampir seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Garut dilalui oleh sungai atau anak sungainya dengan panjang aliran sungai yang berbeda-beda pada tiap kecamatan. Berikut potensi sungai yang ada di wilayah Kabupaten Garut : Tabel 3.2 Potensi Sungai di Kabupaten Garut Debit Air No Kecamatan Nama Sungai Kemarau Rendeng m 3 /dt m 3 /dt 1 Garut Kota Cipejeuh 0,740 1,090 Cimaragas 0,092 1,769 2 Karangpawitan Cimaragas 3 Wanaraja Cisangka 0,105 1,852 4 Tarogong Kidul Cikamiri 0,219 6,583 Ciroyom 0,153 1,170 5 Tarogong Kaler Ciojar hulu 0,106 0,580 Cibeureum 0,151 0,356 6 Banyuresmi Ciojar 0,106 0,580 Cibuyutan 0,442 0,622 7 Pasirwangi Cikamiri 0,740 3,937 8 Samarang Cikamiri Ciroyom 0,153 1,730 9 Leles Cibuyutan 0,265 0,562 Cipancar 0,204 0, Kadungora Cipancar 0,293 1, Leuwigoong Citikey 0,105 0, Cibatu Cipancing 0,058 1,400 Cikarees 0,012 0,265 Citameng IV 0,179 10, Kersamanah Cioray 0,025 0,224 Cianjur 0,075 0, Karang Tengah Citameng I 0,164 1,476 Cihaja 0,052 0, Sukawening Citameng I 0,164 1,476 Citameng II 0,146 7,048 Citameng III 0,102 2,371 Citameng IV 0,179 10, Malangbong Cipedes 0,105 7,850 Cikurutug 0,085 6, Bayongbong Cimanuk 1,416 31,523 Rerata m 3 /dt 0,915 0,931 0,979 3,401 0,942 0,343 0,254 0,343 0,532 2,339 0,942 0,414 0,228 0,746 0,408 0,729 0,139 5,340 0,125 0,264 0,820 0,153 0,820 3,597 1,237 5,340 3,978 3,469 16,470 Bab III - 4

31 No Kecamatan Nama Sungai Cigedug Cilawu Cisurupan Sukaresmi Bl. Limbangan Selaawi Cibiuk Cikajang Banjarwangi Singajaya Cihurip Peundeuy Pameungpeuk Cisompet Cikelet Cibalong Bungbulang Mekar Bakti Pamulihan Pakenjeng Cisewu Caringin Talegong Cimanuk Cipeujeuh Cikuray Cimanuk Cibeureum Gede Cikokok Cipandan Cianten Cibedug Cianten Cilancang Citikey Cibarentok Cibuluh Cikaengan Cikaengan Ciudian Cisanggiri Cihurip Cikaengan Ciujung Cipalebuh Cisanggiri Citamiang Cipasarangan Cimangke Cibabalukan Cikaengan Cirompang Cirompang Cibatarua Cikandang Cipanengan Cilaki Cibodas Cipancong Cilayu Cilaki Cikabuyutan Cikawung Debit Air Kemarau Rendeng m 3 /dt m 3 /dt 0,801 12,904 0,583 3,048 0,105 2,542 0,801 12,904 0,152 12,525 0,124 0,625 0,152 0,752 0,138 1,415 0,200 14,775 0,138 1,415 0,045 1,540 0,105 0,587 0,067 1,634 0,115 1,725 0,258 23,360 0,283 35,052 0,126 4,528 0,242 7,542 0,075 3,426 0,409 39,580 0,095 1,562 0,060 39,857 0,352 9,524 0,108 1,564 0,065 6,542 0,052 4,723 0,206 7,684 0,458 18,585 0,437 17,299 0,578 21,426 0,540 6,400 0,820 24,526 0,126 5,640 0,582 6,585 0,110 3,423 0,190 5,218 0,752 12,584 0,463 4,276 0,172 2,567 0,216 4,521 Rerata m 3 /dt 6,853 1,816 1,324 6,853 6,339 0,375 0,452 0,777 7,488 0,777 0,793 0,346 0,851 0,920 11,809 17,668 2,327 3,892 1,751 19,995 0,829 19,959 4,938 0,836 3,304 2,388 3,945 9,522 39,584 37,069 11,852 29,910 44,762 11,314 31,118 27,463 16,734 9,235 14,924 20,931 Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008 C. Sumber Air Tanah Berdasarkan kondisi geologi dan hidrogeologi yang berkembang di wilayah Kabupaten Garut, maka air tanah yang terdapat di wilayah ini dapat dibedakan atas : - Air tanah yang berasal dari lapisan penutup (top soil) berupa lapisan jenuh air yang terdapat pada kedalaman yang mencapai beberapa meter di bawah Bab III - 5

32 permukaan tanah dan tersebar hampir di seluruh wilayah kabupaten yang dapat dimanfaatkan melalui pembuatan sumur gali. - Air tanah yang berasal dari lapisan akuifer berupa lapisan akuifer/bantuan dengan porositas dan permeabilitas baik (mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah) yang terdapat pada kedalaman beberapa meter sampai lebih dari 100 meter di bawah permukaan tanah dan tersebar dalam suatu cekungan airtanah dalam wilayah terbatas yang dapat dimanfaatkan melalui sumur bor. Secara umum, airtanah dari lapisan jenuh air pada top soil dengan penyebarannya yang sangat luas tidak dapat direncanakan pemanfaatannya karena cadangan yang relatif kecil dan sangat tergantung pada curah hujan sehingga sumber air ini sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Sedangkan airtanah yang berasal dari lapisan akuifer dalam suatu cekungan airtanah biasanya mempunyai cadangan yang cukup besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan musim hujan atau kemarau sehingga pemanfaatannya dapat direncanakan. Menurut Peta Cekungan Air Tanah (Djaendi, 2006), lapisan akuifer yang terdapat pada cekungan airtanah di wilayah Kabupaten Garut (yaitu CAT Malangbong dan CAT Garut), dapat dibedakan menjadi airtanah bebas dan airtanah tertekan, yaitu sebagai berikut : - Airtanah bebas Airtanah bebas ini terdapat pada lapisan akuifer yang terdiri dari endapan aluvium dan endapan produk gunung api kuarter yang terdapat mulai dari permukaan tanah sampai pada kedalaman yang mencapai 35 meter dan mempunyai nilai kelulusan tinggi hingga sedang sehingga mampu bertindak sebagai akuifer penting yang cukup produktif. - Airtanah tertekan Airtanah tertekan terdapat pada lapisan akuifer yang terdiri dari endapan produk gunung api kuarter berupa rempah gunung api dan leleran lava dengan kelulusan sangat beragam dan pada umumnya tinggi pada material lepas dan leleran lava vesikuler yang merupakan akuifer penting dan produktif. Kedalaman lapisan akuifer berkisar antara 35 meter sampai lebih dari 85 meter. Pemilihan sumber air tanah untuk dijadikan sebagai sumber air baku perlu didukung dengan data yang lebih akurat untuk mengetahui ketersediaan air tanah di lokasi perencanaan. Secara umum, pemilihan air tanah sebagai sumber air baku hanya memungkinkan pada wilayah yang termasuk dalam daerah Cekungan Air Tanah (CAT), yaitu di wilayah yang termasuk dalam CAT Malangbong dan CAT Garut. Berdasarkan pada pengalaman pengoperasian sistem pelayanan air bersih yang menggunakan sumber air tanah pada beberapa PDAM yang telah menggunakannya, maka beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan : - Penggunaan air tanah sebagai sumber air baku untuk sistem pelayanan air bersih yang baru, kemungkinan akan dapat mencapai standar kelayakan secara finansial bila kapasitas sumur adalah 10 lt/dt atau lebih. - Penggunaan air tanah sebagai sumber air baku tambahan pada sistem pelayanan air bersih yang sudah ada (tapi kekurangan air baku), kemungkinan akan dapat mencapai standar kelayakan bila kapasitas sumur mencapai 5 lt/dt atau lebih. Berikut daftar inventarisasi sumur tanah di wilayah Kabupaten Garut : Bab III - 6

33 Tabel 3.3 Daftar Inventarisasi Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku Pembangunan Sumur-sumur Air Tanah No. Lokasi Kedalaman Muka Air Debit Jenis Pipa Jumlah Jumlah Tahun Desa Kecamatan Sumur (m) SWL (m) (lt/dt) Pompa Distribusi (m) Bak (bh) KK Pengeboran 1 Babakan Loa Wanaraja Jet Pump Talagasari Kadungora 100 Flowing Margawati Garut Kota ,5 Submersible Limbangan Tengah Limbangan Jet Pump Limbangan Timur Limbangan Submersible Pamekarsari Banyuresmi Submersible Kantor Camat Cilawu Jet Pump Sukanagara Cisompet Jet Pump Suci Kaler Karangpawitan 80 Flowing Langen Sari Tarogong 80 Flowing Sukarasa Wanaraja 80 Flowing Rancabango Tarogong 40 Flowing Reservoar Sukagalih Tarogong 80 Flowing Sukamentri Garut Kota 80 Flowing Sukahati Cilawu Jet Pump Sukanegla Garut Kota Submersible Leuwigoong Leuwigoong Submersible Surabaya Limbangan Submersible Cijambe Limbangan Jet Pump 50 Tum Limbangan Timur Kp. Banen Limbangan Jet Pump Sukamanah Kersamanah Jet Pump Mester Bayongbong 80 Flowing 10 Jet Pump Bab III - 7

34 No. Lokasi Kedalaman Muka Air Debit Jenis Pipa Jumlah Jumlah Tahun Desa Kecamatan Sumur (m) SWL (m) (lt/dt) Pompa Distribusi (m) Bak (bh) KK Pengeboran 23 Cimuncang RW. 16 Garut Kota Jet Pump Tanjung Sari Karangpawitan Submersible Cinta Asih Samarang Jet Pump Cibunar Cibatu Submersible Cimuncang RW. 10 Garut Kota Jet Pump Cimanganten Tarogong Kidul Submersible Sukawayana Malangbong Submersible Sukalilah Cibatu Submersible Putra Jawa Selaawi Jet Pump Cihuni Wanaraja 80 Flowing 7 Jet Pump Cimaragas Pangatikan 80 Flowing 2 Jet Pump Karyamukti Cibatu Jet Pump 50 Tum Ponpes Al-Halim Jati Tarogong Kaler 96 Flowing 2 Jet Pump Ponpes Persis Rancabango Tarogong Kaler 80 Flowing 3 Jet Pump Ponpes Persis Bentar Garut Kota 120 Flowing 7 Jet Pump Babakan Gedong Jangkurang Leles 80 Flowing 2 Submersible Desa Sagara Cibalong Jet Pump Mesjid Jihadul Hidayah Desa Cikajang Cikajang Submersible Desa Mekarsari Cibalong Jet Pump Kp. Nangklong Desa Maripari Sukawening Jet Pump Kp. Serut Desa Pamekarsari Banyuresmi Jet Pump Desa Suci Kidul Karangpawitan Jet Pump Bab III - 8

35 No. Lokasi Kedalaman Muka Air Debit Jenis Pipa Jumlah Jumlah Tahun Desa Kecamatan Sumur (m) SWL (m) (lt/dt) Pompa Distribusi (m) Bak (bh) KK Pengeboran 45 Pontren Sukarame Caringin Submersible 100 Tum Kp. Kondang Desa Kertajaya Cibatu Jet Pump Pasantren Asyafiah Desa Girimukti Cibatu Jet Pump 100 Tum Babakan Gedong Desa Jangkurang Leles Jet Pump Pasantren Persis Desa Sadang Sucinaraja Submersible Desa Jatisari Karangpawitan Jet Pump Desa Balewangi Cisurupan Jet Pump Pasantren An-Nur Desa Cilawu Cilawu Jet Pump Pontren Al-Padilah Limbangan Timur Limbangan Submersible Kp. Pasirlingga Desa Jati Tarogong Kaler Submersible Kp. Wanasari Galumpit Kel. Kota Kulon Garut Kota Jet Pump Kp. Mekarsari Desa Sukamukti Cisompet Jet Pump Kp. Hampor Desa Rancabango Tarogong Kaler Jet Pump Desa Balewangi Cibatu Jet Pump Kp. Warung Desa Sukaluyu Sukawening Jet Pump Kp. Pasir Jonge Desa Sukawangi Singajaya Jet Pump Komp. Sukasenang Desa Sukasenang Banyuresmi Jet Pump Kp. Kubang Desa Pasawahan Tarogong Kaler Jet Pump Desa Cigagade Limbangan Jet Pump Kp. Mariuk Desa Maripari Sukawening Jet Pump Kp. Citameng Rahayu Desa Sukamulya Pangatikan Submersible 100 Tum Kp. Citeras Desa Citeras Malangbong Jet Pump Bab III - 9

36 No. Lokasi Kedalaman Muka Air Debit Jenis Pipa Jumlah Jumlah Tahun Desa Kecamatan Sumur (m) SWL (m) (lt/dt) Pompa Distribusi (m) Bak (bh) KK Pengeboran 67 Desa Sukalilah Cibatu Jet Pump Desa Karang Sari Pakenjeng Jet Pump Kp. Munjul Desa Sukawening Sukawening Jet Pump Ponpes Darul Mukarom Ds Sukabakti Tarogong Kidul Jet Pump Kp. Samoja Desa Maripari Sukawening Jet Pump Ponpes Al-Zawiyah Desa Samarang Samarang Jet Pump Ponpes Al-Furqon Desa Cibiuk Cibiuk Jet Pump Ponpes Kp. Haurseah Desa Cipicung Banyuresmi Jet Pump Desa Cintanagara Cigedug Jet Pump Ponpes Al-Ikhsan Desa Cissaat Kadungora Jet Pump Kp. Cibadak Desa Pasirwaru Limbangan Jet Pump Desa Cigintung Singajaya Jet Pump Kp. Loji Desa Limbangan Limbangan Jet Pump Kp. Patrol Desa Karangpawitan Karangpawitan Jet Pump Desa Limbangan Tengah Limbangan Jet Pump Mesjid Agung Desa Karyamukti Kec. Cibalong Jet Pump Kp. Kondang Desa Sukalilah Cibatu Jet Pump 100 Tum Kp. Cibangban Desa Karangmulya Karangpawitan Jet Pump Kp. Parakan Telu Desa Cibunar Cibatu Jet Pump 100 Tum Kp. Arinem Desa Jatiwangi Pakenjeng Jet Pump Kp. Babakan Pajagalan Kel Sukamentri Garut Kota Jet Pump Kp. Bojonglarang Kel Sukamentri Garut Kota Jet Pump Bab III - 10

37 3.3 Sumber Air yang Potensial Untuk Dimanfaatkan Pengembangan produksi suatu sistem penyediaan air minum sangat tergantung dari kebutuhan air dan juga ketersediaan sumber air baku tersebut. Berikut sumber air di wilayah Kabupaten Garut yang berpotensi untuk digunakan sebagai sumber air baku : Tabel 3.4 Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku No Kecamatan Nama Sumber Air Lokasi Sumber Air Kapasitas Sumber (lt/dt) Cisewu Caringin Talegong Bungbulang Mekarmukti Pamulihan Pakenjeng Cikelet Pameungpeuk Cibalong Cisompet Peundeuy Singajaya Cihurip Cikajang Banjarwangi Leles Kadungora Wanaraja Sucinaraja Cigedug Cisurupan (6) Sukaresmi Samarang Pasirwangi (5) Cilawu Bayongbong (4) Tarogong kidul Tarogong kaler Garut kota (3) Karangpawitan Pangatikan (2) Sukawening Karangtengah Banyuresmi (1) Leuwigoong Cibatu Kersamanah Cibiuk Bl. Limbangan Selaawi Malangbong S. Cilaki S. Cilayu S. Cilaki ma. Hanjuang ma. Hanjuang S. Cikandang ma. Ds. Pakenjeng ma. Ds. Pamalayan S. Cipalebuh ma. Ds. Mekarsari S. Sisanggiri S. Cikaengan S. Cikaengan S. Cisanggiri DW Girijaya S. Cikaengan ma. Ds. Leles ma. Ds. Mandalasari ma. Cibolerang ma. Cibolerang S. Cimanuk ma. Cibolang ma. Cimanganten ma. Cimanganten ma. Cimanganten ma. Cira ab ma. Jamban Kulon ma. Cipulus ma. Cirantun ma. Cirantun Sumur dalam Sumur dalam ma. Ds. Sukaluyu Sumur dalam ma. Cibolerang ma. Cibolerang ma. Cibolerang ma. Cibolerang ma. Cibolerang ma. Cibolerang S. Cianten S. Cipedes Kec. Cisewu Kec. Caringin Kec. Talegong Kec. Bungbulang Kec. Bungbulang Kec. Pamulihan Kec. Pakenjeng Kec. Cikelet Kec. Pemeungpeuk Kec. Cibalong Kec. Cisompet Kec. Peundeuy Kec. Singajaya Kec. Cihurip Kec. Cikajang Kec. Banjarwangi Kec. Leles Kec. Kadungora Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Cigedug Kec. Cisurupan Kec. Pasirwangi Kec. Pasirwangi Kec. Pasirwangi Kec. Cilawu Kec. Bayongbong Kec. Cilawu Kec. Samarang Kec. Samarang Kec. Karangpawitan Kec. Pangatikan Kec. Sukawening Kec. Karangtengah Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Wanaraja Kec. Selaawi Kec. Malangbong Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008 Bab III - 11

38 Gambar 3.1 Koordinat Lokasi Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku Bab III - 12

39 Gambar 3.2 Besar Debit Sumber Air yang Potensial Untuk Air Baku Bab III - 13

40 3.4 Gambaran Umum Sistem SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) di Wilayah Kabupaten Garut Di Kabupaten Garut terdapat 2 (dua) sistem penyediaan air minum perpipaan, yaitu sistem penyediaan air minum perpipaan perdesaan (rural water supply) dan sistem penyediaan air minum perkotaan (urban water supply). Sistem penyediaan air minum perpipaan perdesaan dikelola oleh masyarakat perdesaan dan sistem perpipaan perkotaan dikelola oleh suatu Badan Usaha. Di Kabupaten Garut, Badan Usaha yang mengelola adalah milik pemerintah kabupaten, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Garut, lengkapnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma. Pelayanan PDAM Kabupaten Garut saat ini mencakup 1 (satu) cabang dan 11 (sebelas) unit pelayanan. Satu cabang utama, yaitu Cabang Garut Kota. Sedangkan kesebelas unit pelayanan adalah : - Unit Tarogong - Unit Karangpawitan - Unit Wanaraja - Unit Cibatu - Unit Leuwigoong - Unit Banyuresmi - Unit Samarang - Unit Cisurupan - Unit Pameungpeuk - Unit Cibunar - Unit Campaka No Cabang / Unit Tabel 3.5 Jumlah Sambungan Pelanggan Jumlah Sambungan Langganan SR HU S.Sos S.Ins S.Kom Ind Total Samb. Eksisting Cakupan Pelayanan (%) 1 Pameungpeuk Cisurupan Samarang (IKK Samarang) Pasirwangi (IKK Pasirwangi) 5 Tarogong Kidul (Cibunar) Tarogong Kaler Garut Kota Karangpawitan (IKK Karangpawitan) & IKK Campaka Wanaraja Banyuresmi Leuwigoong Cibatu JUMLAH ,33 Rerata Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008 Keterangan : SR : Sambungan Rumah HU : Hidran Umum (Kran Umum) S.Sos : Sambungan Sosial Bab III - 14

41 S.Ins S.Kom Ind : Sambungan Instansi Pemerintahan : Sambungan Komersial : Industri Secara teknis Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di PDAM Kabupaten Garut dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) tipe berdasarkan sumber air baku, yaitu : 1. SPAM dengan Sumber Mata Air 2. SPAM dengan Sumber Air Tanah Dalam 3. SPAM dengan Sumber Air Permukaan Unit SPAM Kabupaten Garut memiliki 9 (sembilan) buah sumber air yang berasal dari mata air gravitasi, 2 (dua) dari mata air pompa, 1 (satu) dari sungai, dan 10 (sepuluh) dari sumur bor. Dari 22 (dua puluh dua) sumber tersebut, masih terdapat beberapa sumber air yang masih belum dimaksimalkan. Tabel 3.6 Sumber Air yang Telah Dimanfaatkan PDAM Kabupaten Garut Kapasitas Kapasitas Kualitas Jenis No. Cabang/Unit Lokasi Sumber Sumber dimanfaatkan Sumber Sumber (lt/dt) (lt/dt) Jamban Wetan Baik Jamban Kulon Baik 1 Garut Kota Cirantun Baik Mata air gravitasi Cibuntu Baik Mentras 3 0 Baik Sumur bor 2 Samarang Cisitu Baik Mata air gravitasi 3 Tarogong Cibolerang 10 8 Baik Mata air gravitasi 4 Cibatu Pasir Jengkol 7 7 Baik Mata air gravitasi 5 Cibunar Cibuntu 10 9 Baik Mata air gravitasi 6 Wanaraja Cikara Baik Mata air pompa 7 Pameungpeuk Cipaleubuh Baik Sungai 8 Cisurupan 9 Banyuresmi / Leuwigoong Pamoyanan 8 8 Sumur bor Palalangon 5 3 Baik Ciharemas Mata air pompa Baik Cipicung Sumur bor Wates Karangpawitan Asem 10 3 Baik Sumur bor Parabon 10 5 Cempaka I Cempaka Cempaka II 7 3 Baik Sumur bor Cibulakan Mata air gravitasi 12 Garut Kota Mentras 3 0 Baik Sumur bor JUMLAH Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008 Pada pelaksanaan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Garut mengalami beberapa permasalahan, antara lain : - Tingkat kehilangan air/kebocoran yang masih di atas 20% - Jaringan pipa transmisi dan distribusi yang telah berumur memerlukan biaya perbaikan dan pemeliharaan yang cukup tinggi - Kuantitas dan kualitas air baku yang memiliki ketergantungan yang tinggi pada musim yang ada Bab III - 15

42 Sedangkan pertimbangan untuk perlu dilakukan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Garut adalah : - Masih adanya sisa kapasitas yang belum dimanfaatkan dapat menjadi input dasar dalam penyusunan program sambungan langganan untuk menjadi pengembangan perusahaan - Masih adanya beberapa sumber air yang berpotensi untuk dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Kabupaten Garut - Wilayah pelayanan PDAM Tirta Dharma Kabpaten Garut belum mencakup seluruh wiayah yang ada di Kabupaten Garut, yaitu jumlah penduduk yang terlayani sebanyak jiwa, atau baru 31,99% dari penduduk di wilayah pelayanan ( jiwa), atau baru 11,52% dari seluruh penduduk ( jiwa) (Sumber : Laporan Penyusunan Rencana Induk Air Minum PDAM Tirta Dharma Kabupaten Garut Tahun 2008) 3.5 Penetapan Rangking Prioritas Dalam penyusunan SID Jaringan Air Baku Di Kabupaten Garut, mencakup beberapa potensi sumber air yang ada. Untuk itu diperlukan suatu penetapan prioritas agar dari beberapa potensi dan usulan yang ada bisa dipilih potensi yang benar-benar tepat untuk dikembangkan. Berikut tata cara kriteria penetapan prioritas : Tabel 3.7 Kriteria Penetapan Prioritas No Parameter Penilaian Bobot (%) Kriteria Skor a. Besar 3 1 Debit air 20 b. Sedang 2 c. Kecil 1 a. Perenial spring 3 2 Kontinuitas debit 15 b. Intermitten spring 2 c. Periodic spring 1 a. Gravitasi 3 3 Sistem pemanfaatan 10 b. Semi gravitasi 2 c. Pompa 1 a. Tanpa pengolahan 3 4 Kualitas air 10 b. Pengolahan sederhana 2 c. Pengolahan khusus 1 a. Kecil 3 5 Konflik kepentingan 20 b. Sedang 2 c. Besar 1 a. Alamiah 3 6 Lingkungan sumber 10 b. Terancam 2 c. Rusak 1 a. Dekat (< 0,5 km) 3 7 Jarak layanan 10 b. Menengah (0,5-1 km) 2 c. Jauh (> 1 km) 1 a. < 20% 3 8 Pemanfaatan untuk air bersih saat ini 5 b. 20% - 80% 2 c. > 80% 1 Bab III - 16

43 Tabel 3.8 Parameter Penilaian Skala Prioritas Pengembangan Sumber Mata Air No Parameter Keterangan 1 Debit Potensi sumber yang dapat dikembangkan (Q besar 20 lt/dt, Q sedang 6-20 lt/dt, Q kecil 5 lt/dt) 2 Kontinuitas debit Perenial : mata air yang mengalir terus-menerus sepanjang tahun dan tidak atau sedikit dipengaruhi (musim) curah hujan Intermitten : mata air yang mengalir beberapa bulan saja sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh curah hujan Periodic : mata air yang sama dengan mata air intermitten tetapi perubahan debitnya tidak langsung dipengaruhi oleh curah hujan 3 Sistem pengambilan distribusi Gravitasi : pengambilan dan distribusi dilakukan dengan memanfaatkan beda tinggi (head) antara titik pengambilan dengan rencana daerah layanan, air mengalir tanpa bantuan tenaga pendorong dari luar Semi gravitasi : pengambilan dan distribusi dilakukan dengan memanfaatkan beda tinggi (head) antara titik pengambilan dengan rencana daerah layanan, ditambah dengan tenaga pendorong pompa untuk daerah layanan yang lebih tinggi dari titik pengambilan Pompa : pengambilan dan distribusi dilakukan dengan tambahan tenaga pendorong (pompa) dimana ketinggian titik pengambilan lebih rendah dari ketinggian rencana daerah layanan 4 Kualitas air Tanpa pengolahan : kualitas air sudah memenuhi syarat standar baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes_907_2002 Pengolahan sederhana : usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk merubah sifat-sifat air. Dilakukan beberapa unit pengolahan, seperti proses pengolahan kimia dan/atau pengolahan bakteriologis karena dengan adanya proses pengolahan ini, maka akan diperoleh mutu air minum yang memenuhi standar yang telah ditentukan Pengolahan khusus : kualitas air baku (air tanah ataupun mata air) kerap kali masih mengandung parameter kimia yang berlebih dari yang ditetapkan sesuai standar kualitas untuk air bersih 5 Konflik kepentingan Kecil : pemanfaatan mata air untuk kebutuhan air bersih dapat berjalan seimbang dengan pemenuhan kebutuhan irigasi dengan mengutamakan kebutuhan air minum Sedang : pemanfaatan mata air untuk kebutuhan air bersih berjalan kurang seimbang dengan pemenuhan kebutuhan irigasi dengan mengutamakan kebutuhan air minum Besar : pemanfaatan mata air untuk kebutuhan air bersih berjalan tidak seimbang dengan pemenuhan kebutuhan irigasi, dimana pemanfaatan sumber air secara komersial lebih besar Bab III - 17

44 6 Lingkungan di sekitar mata air Alamiah : kondisi tataguna lahan masih sesuai, kepadatan tanaman sedang-padat, bila mata air di sekitar lembah kondisi kelerengan stabil atau tidak mudah longsor, dalam radius 200 m tidak dijumpai pabrik dan tempat pembuangan sampah Terancam : kondisi tataguna lahan berubah fungsi menjadi lahan pertanian terbuka, kepadatan tanaman jarang-sedang, bila mata air di sekitar lembah kondisi kelerengan tidak stabil atau mudah longsor, dalam radius 200 m dijumpai pabrik dan tempat pembuangan sampah Rusak : kondisi tataguna lahan berubah fungsi menjadi lahan pertanian terbuka, kepadatan tanaman gundul-jarang, bila mata air di sekitar lembah kondisi kelerengan tidak stabil atau mudah longsor, dalam radius 200 m dijumpai pabrik dan tempat pembuangan sampah 7 Jarak layanan Jarak antara titik pengambilan air dengan rencana daerah layanan : Dekat < 0,5 km Menengah 0,5 1 km 8 Layanan air bersih saat ini Jauh > 1 km Pemenuhan kebutuhan air bersih oleh pihak penyedia jasa seperti PDAM atau HIPAM : Kecil < 20% Sedang 20 80% Besar > 80% Dari hasil usulan yang ada, maka dapat dibuat suatu analisa rangking prioritas dimana kategori penetapan penilaian seperti disajikan pada tabel 3.7. Berikut hasil dari analisa penetapan rangking prioritas berdasarkan pada usulan yang ada : Tabel 3.9 Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut Untuk Wilayah Perkotaan No Nama Sumber Lokasi Sumber Debit TOTAL NILAI RANGKING Kecamatan (lt/dt) 1 Cira'ab Cilawu Karangpawitan Karangpawitan Pangatikan Pangatikan Cibolerang Wanaraja Sumber : Hasil Analisa Bab III - 18

45 Tabel 3.10 Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut Untuk Wilayah Perdesaan No Nama Sumber Lokasi Sumber Debit TOTAL NILAI RANGKING Kecamatan (lt/dt) 1 Sumur bor Ds. Padasuka Cibatu 5 20,5 3 2 Sumur bor Ds. Tanjungsari Karangpawitan 5 20,5 3 3 Sumur bor Ds. Padamukti Sukaresmi 10 22,5 2 4 Mata air Leuwidaun Cikajang 15 24,5 1 Sumber : Hasil Analisa Untuk perhitungan lebih lengkap mengenai analisa rangking prioritas sumber mata air Kab. Garut dapat dilihat pada tabel 3.11 dan tabel Tabel 3.11 Perhitungan Detail Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut Untuk Wilayah Perkotaan Parameter Penilaian Debit Air (lt/dt) Kontinuitas Debit Bobot 20% Bobot 15% Lokasi Sumber Debit No Nama Sumber Nilai Nilai Besar Sedang Kecil (Bobot x Nilai) x 10 Parenial Intermitten Periodic (Bobot x Nilai) x Spring Spring Spring Kecamatan (lt/dt) Cira'ab Cilawu ,5 2 Karangpawitan Karangpawitan ,5 3 Pangatikan Pangatikan ,5 4 Cibolerang Wanaraja ,5 Parameter Penilaian Sistem Pemanfaatan Kualitas Air Bobot 10% Bobot 10% Lokasi Sumber Debit No Nama Sumber Nilai Nilai Gravitasi Semi (Bobot x Nilai) x 10 Tanpa Pengolahan Pengolahan (Bobot x Nilai) x 10 Pompa Gravitasi Pengolahan Sederhana Khusus Kecamatan (lt/dt) Cira'ab Cilawu Karangpawitan Karangpawitan Pangatikan Pangatikan Cibolerang Wanaraja No Nama Sumber Lokasi Sumber Debit Parameter Penilaian Konflik Kepentingan Lingkungan Sumber Bobot 20% Bobot 10% Nilai Nilai Kecil Sedang Besar (Bobot x Nilai) x 10 Alamiah Terancam Rusak (Bobot x Nilai) x 10 Kecamatan (lt/dt) Cira'ab Cilawu Karangpawitan Karangpawitan Pangatikan Pangatikan Cibolerang Wanaraja Parameter Penilaian Jarak Layanan Terdekat Layanan Air Bersih Saat Ini Bobot 10% Bobot 5% Lokasi Sumber Debit No Nama Sumber Nilai Nilai TOTAL RANGKING Dekat Menengah Jauh (Bobot x Nilai) x 10 Kecil Sedang Besar (Bobot x Nilai) x 10 NILAI < 0,5 km 0,5-1 km > 1 km < 20% 20-80% > 80% Kecamatan (lt/dt) Cira'ab Cilawu ,5 1 2 Karangpawitan Karangpawitan ,5 3 3 Pangatikan Pangatikan ,5 2 4 Cibolerang Wanaraja ,5 3 Bab III - 19

46 Tabel 3.12 Perhitungan Detail Rangking Prioritas Sumber Mata Air Kab. Garut Untuk Wilayah Perdesaan Parameter Penilaian Debit Air (lt/dt) Kontinuitas Debit Bobot 20% Bobot 15% Lokasi Sumber Debit No Nama Sumber Nilai Nilai Besar Sedang Kecil (Bobot x Nilai) x 10 Parenial Intermitten Periodic (Bobot x Nilai) x Spring Spring Spring Kecamatan (lt/dt) Sumur bor Ds. Padasuka Cibatu ,5 2 Sumur bor Ds. Tanjungsari Karangpawitan ,5 3 Sumur bor Ds. Padamukti Sukaresmi ,5 4 Mata air Leuwidaun Cikajang ,5 Parameter Penilaian Sistem Pemanfaatan Kualitas Air Bobot 10% Bobot 10% Lokasi Sumber Debit No Nama Sumber Nilai Nilai Gravitasi Semi (Bobot x Nilai) x 10 Tanpa Pengolahan Pengolahan (Bobot x Nilai) x 10 Pompa Gravitasi Pengolahan Sederhana Khusus Kecamatan (lt/dt) Sumur bor Ds. Padasuka Cibatu Sumur bor Ds. Tanjungsari Karangpawitan Sumur bor Ds. Padamukti Sukaresmi Mata air Leuwidaun Cikajang No Nama Sumber Lokasi Sumber Debit Parameter Penilaian Konflik Kepentingan Lingkungan Sumber Bobot 20% Bobot 10% Nilai Nilai Kecil Sedang Besar (Bobot x Nilai) x 10 Alamiah Terancam Rusak (Bobot x Nilai) x 10 Kecamatan (lt/dt) Sumur bor Ds. Padasuka Cibatu Sumur bor Ds. Tanjungsari Karangpawitan Sumur bor Ds. Padamukti Sukaresmi Mata air Leuwidaun Cikajang Parameter Penilaian Jarak Layanan Terdekat Layanan Air Bersih Saat Ini Lokasi Sumber Debit Bobot 10% Bobot 5% Nilai NilaiNo Nama Sumber TOTAL RANGKING Dekat Menengah Jauh (Bobot x Nilai) x 10 Kecil Sedang Besar (Bobot x Nilai) x 10 NILAI < 0,5 km 0,5-1 km > 1 km < 20% 20-80% > 80% Kecamatan (lt/dt) Sumur bor Ds. Padasuka Cibatu ,5 3 2 Sumur bor Ds. Tanjungsari Karangpawitan ,5 3 3 Sumur bor Ds. Padamukti Sukaresmi ,5 2 4 Mata air Leuwidaun Cikajang ,5 1 Bab III - 20

47 BAB IV HASIL SURVEY TOPOGRAFI

48 BAB IV HASIL SURVEY TOPOGRAFI 4.1 Umum Pekerjaan survey topografi untuk mendapatkan data topografi dan situasi yang sebenarnya di lokasi studi meliputi pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang saluran yang ada. Survey pengukuran bertujuan untuk mendapatkan peta detail dengan skala 1: Pelaksanaannya menggunakan metode terestris, dalam hal ini data planimetris atau koordinat (detail) dan beda tinggi (elevasi) diambil dari pengukuran langsung di lokasi studi. 4.2 Lingkup Pekerjaan Pemetaan Investigasi lapangan dilakukan guna memperoleh data primer dan data sekunder yang akan digunakan untuk analisa perhitungan desain selanjutnya. Macam pekerjaan pemetaan dapat diperinci sebagai berikut : a. Pemasangan patok dan pengukuran jarak, serta pemasangan pilar beton atau Bench Mark (BM) b. Pengukuran kerangka horizontal (Poligon) c. Pengukuran kerangka vertikal (Sipat Datar) d. Pengukuran situasi detail dan penampang melintang e. Pengamatan astronomis (pengukuran azimut matahari) f. Perhitungan dan Penggambaran. A. Pemasangan Patok, BM, Dan CP Penentuan patok Bench Mark (BM) diperlukan sebagai referensi pengukuran awal, pengikatan koordinat awal ini dilakukan sebagai dasar pelaksanaan pengukuran perencanaan. Pemasangan Bench Mark (BM) di daerah rencana pembangunan struktur sebagai hasil dari kajian terhadap lokasi studi. Penempatan BM diletakkan pada tempat yang aman, keadaan tanahnya stabil dan lokasinya mudah dicari kembali. Pemasangan patok dilaksanakan pada daerah rintisan yang telah selesai dibuka, yang dimaksudkan sebagai titik pengukuran, terutama untuk jalur poligon. Tata cara pelaksanaan pemasangan patok akan mengacu pada hal-hal sebagai berikut : a. Arah pemasangan patok (sesuai dengan rencana trase) ditentukan dengan bantuan alat ukur optis (T-0 atau T-2) dengan cara sebagai berikut : Alat ukur diarahkan sesuai dengan sudut yang dikehendaki, dengan menggunakan jalon atau baak ukur, dapat ditentukan titik pada suatu tempat dengan arah yang pasti dari trase yang direncanakan. Guna memudahkan pemasangan patok pada trase yang telah ditentukan, ditarik tali atau meet band untuk menghubungkan antara titik awal pengukuran dengan titik yang telah ditentukan pada saat penentuan arah trase sebagaimana disebutkan di atas. Bab IV - 1

49 b. Patok dipasang dengan jarak satu dengan yang lain, sesuai dengan yang disyaratkan. Guna memudahkan dalam pelaksanaan pemasangan patok, maka titik/lokasi yang diutamakan adalah titik-titik penting seperti Intersection Point, dan lain-lain. Bench Mark yang sudah dipasang akan dibuat deskripisinya dengan menggunakan sistem koordinat (x,y) dn elevasi (z). B. Pengukuran Kerangka Horisontal Pengukuran titik-titik kerangka horisontal dilakukan dengan cara pembentukan poligon. Pengukuran sudut dilakukan satu seri ganda (pembacaan biasa dan luar biasa) untuk arah muka dan belakang dengan menggunakan alat ukur sudut yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut vertikal dan horisontal 20. Pengukuran jarak poligon dilakukan 4 seri dengan alat ukur jarak. Jarak diukur dengan pita ukur. Pengukuran kerangka horisontal dilakukan untuk mendapatkan koordinat planimetris (absis/x ; ordinat/y) dengan menggunakan metode poligon tertutup, dalam hal ini untuk orientasi dan kontrol asimut dilakukan pengamatan asimut matahari dengan penutupan sudut maksimal 10 n (n = banyaknya titik sudut poligon) dan ketelitian linier poligon 1 : C. Pengukuran Kerangka Vertikal Pengukuran titik kontrol vertikal dilakukan beriringan dengan pengukuran kontrol horisontal. Pengukuran dilakukan dengan cara sipat datar dan dilakukan pembacaan secara lengkap dengan double stand. Ketinggian/elevasi setiap titik-titik polygon dan BM ditentukan dengan pengukuran waterpass. Seperti halnya pada pengukuran kontrol horisontal, pengukuran kontrol vertikal juga diikatkan pada titik kontrol yang telah ada. Pengukuran kerangka vertikal dilakukan untuk mendapatkan nilai beda tinggi antara dua titik (poligon) yang selanjutnya dapat diketahui tinggi titik tersebut dari titik referensi, dengan toleransi kesalahan 10 D (D = panjang jarak dalam km). D. Pengukuran Situasi Detail dan Penampang Melintang Pengukuran potongan melintang dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut : Alat ukur (T-0) dipasang pada patok poligon Arah bidikan diambil tegak lurus arah pengukuran poligon, dengan jarak pengukuran sesuai dengan yang telah disyaratkan. Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pada bidang datar dari sebagian atau seluruh permukaan bumi serta objek (benda) yang ada dilapangan, baik buatan manusia atau alamiah serta relief (tinggi rendah) daerah yang dipetakan. Pengambilan detailnya dilakukan dengan metode raai (garis-garis survei) dilengkapi dengan cara menyebar (radial) agar variasi dalam relief dapat digambarkan dengan tepat saat dilakukan penggambaran atau penarikan garis kontur. E. Perhitungan dan Penggambaran Pengolahan data awal (sementara) dilakukan di lokasi studi dan perhitungan definitif dikerjakan di kantor untuk memetakan (ploting) data lapangan yang akan digambar. Bab IV - 2

50 Pengolahan data untuk gambar situasi 1 : dengan menggunakan komputer dan kalkulator, termasuk memasukkan data ke dalam CAD system. Kontur permukaan tanah dibuat dengan interval 1.0 m, 0.5 m dan 0.25 m berdasarkan ketinggian dari permukaan rata-rata air laut. Semua informasi sesuai data lapangan digambarkan dalam peta. Pelaksanaan perhitungan dan penggambaran erat hubungannya dengan hasil kegiatan sebelumnya baik hasil pengukuran/pemetaan daerah studi maupun inventarisasi, serta perencanaan teknis pola jaringan/sistem yang telah dibuat sebelumnya. Perhitungan dan penggambaran meliputi antara lain : Perhitungan harga koordinat menggunakan rumus-rumus metoda peraturan apabila data di lokasi studi yang dimasukkan dalam perhitungan telah benar dan memenuhi toleransi yang telah ditetapkan. Penggambaran manuskrip dilakukan pada kertas milimeter dimana pengeplotan titik - titik didasarkan pada hal perhitungan koordinat. 4.3 Perlengkapan Dan Peralatan a. Perlengkapan data pendukung untuk pekerjaan pemetaan/pengukuran topografi situasi detail : Peta Dasar skala kecil 1 : Kerangka Acuan Kerja atau TOR Kalender Matahari Formulir Ukur b. Peralatan survey yang digunakan : Total Station / Theodolith : 1 buah Waterpass : 1 buah Hand GPS : 1 buah 4.4 Pelaksanaan Pengukuran A. Pekerjaan Persiapan Yang dimaksud dengan pekerjaan persiapan disini meliputi pekerjaan persiapan administrasi maupun teknis. Persiapan Administrasi terdiri dari : Pengurusan ijin untuk pekerjaan lapangan atau biasa disebut Surat Tugas Pelaporan dengan pejabat setempat Persiapan administrasi lainnya Persiapan Teknis terdiri dari : Pengadaan peta dasar skala kecil Mobilisasi umum dan penyediaan base camp Peralatan dan perlengkapan personil, serta bahan dan material kerja Orientasi lapangan untuk mengetahui kondisi dan fasilitas kerja diantaranya menginventarisir Bench Mark (BM) yang ada Sebelum dimulainya pekerjaan pengukuran diadakan orientasi lapangan, batas areal pekerjaan dan jalur pengukuran serta penentuan titik referensi (titik ikat yang ada) untuk pengukuran dan perhitungan. B. Pemasangan Bench Mark (BM) Berdasarkan hasil orientasi lapangan, titik referensi yang dipakai untuk perhitungan koordinat (x,y) dan ketinggian (z atau h) adalah sebagai berikut : Bab IV - 3

51 Tabel 4.1 Perencanaan BM Deskripsi BM : Kecamatan Cilawu No. BM Koordinat x y Elevasi , ,00 960, , ,05 954, , ,87 997, , ,03 920, , ,23 884, , ,68 749, , ,70 750, , ,24 855,17 Deskripsi BM : Kecamatan Cikajang No. BM Koordinat x y Elevasi , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,89 Pembuatan Bench Mark (BM) mengacu pada koordinat global dan dimensi serta lokasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Adapun Deskripsi BM dan CP adalah sebagai berikut : Bab IV - 4

52 Gambar 4.1 Bentuk dan Ukuran BM, CP, dan Patok C. Pengukuran Poligon Pengukuran poligon dilakukan untuk mendapatkan besaran sudut dan jarak. Pengukuran sudut dilakukan dengan alat ukur Theodolith, sedangkan jarak menggunakan alat EDM. D. Pengukuran Sipat Datar Pengukuran waterpass merupakan pengukuran elevasi pada jalur poligon yang dibagi dalam beberapa loop/kring sesuai dengan kebutuhan dan diikatkan pada titik referensi (BM) terdekat dengan persetujuan Direksi. Sistem pengukuran waterpass yang digunakan adalah dengan cara pembacaan pulang pergi. Setiap seksi harus diukur pergi dan pulang yang diselesaikan dalam satu hari. Dalam setiap slag, diusahakan jarak muka = jarak belakang. Jumlah slag dalam setiap seksi harus genap. Tinggi bacaan pada rambu paling rendah 0,50 m (untuk benang bawah) dan paling atas 2,75 m (untuk benang atas). Dalam setiap slag semua benang dibaca langsung dikontrol 2 bt = ba + bb dan diikatkan pada Bench Mark (BM) yang telah diketahui ketinggiannya. Waterpass cabang harus terikat kedua ujungnya pada titik waterpass utama. Pengukuran sipat datar untuk mendapatkan besaran beda tinggi dengan menggunakan alat Waterpass. Jalur pengukuran yang dilakukan mengikuti atau sesuai jalur poligon yang dibagi menjadi beberapa seksi. E. Pengukuran Situasi Detail Dan Melintang Pengukuran situasi detail dengan metode Tachimetri untuk menentukan beda tinggi dan jarak datar dengan sistem optis, dengan pengukuran awal dan akhir dari jalur pengukuran diikatkan pada titik kontrol (patok BM) dari kerangka utama pengukuran dan alat yang digunakan adalah Theodolith. Bab IV - 5

53 F. Perhitungan Dan Penggambaran Seluruh perhitungan data pengukuran poligon, sipat datar dan situasi detail secara kasar dikerjakan di lokasi studi dengan menggunakan alat hitung elektronik (kalkulator). G. Hitungan Koordinat Poligon Perhitungan kerangka dasar horizontal/posisi horizontal (X,Y) dilakukan dengan menggunakan Metoda Poligon. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan di bawah ini. Perhitungan Koordinat Titik Poligon Perhitungan koordinat poligon diuraikan di bawah ini : Hitungan koordinat X P = X A + d AP Sin AP Y P = Y A + d AP Cos AP dengan : X A, Y A = koordinat titik yang akan ditentukan d AP Sin AP = selisih absis (X AP ) definitif (telah diberi koreksi) d AP Cos AP = selisih ordinat (Y AP ) definitif (telah diberi koreksi) dengan : d AP = jarak datar AP definitif AP = azimuth AP definitif Perhitungan azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan persamaanpersamaan di bawah ini : 12 = 1A + 1 = AP + A + 1 1(180 0 ) 23 = = = AP + A (180 0 ) 34 = = = AP + A (180 0 ) 4B = + 4 = = 43 + A (180 0 ) Syarat Geometri Poligon Bentuk geometri poligon dibagi menjadi poligon tertutup (loop) dan poligon terbuka. Apabila dalam hitungan syarat geometri tidak terpenuhi maka akan timbul kesalahan penutup sudut yang harus dikoreksikan ke masing-masing sudut sebagaimana diuraikan berikut ini. Hitungan Koordinat Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumusrumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut : Syarat Geometrik Sudut Akhir - Awal n.180 = f dengan : = sudut jurusan = sudut ukuran n = bilangan kelipatan Bab IV - 6

54 f = salah penutup sudut Syarat Geometrik Absis (K X) (X Akhir X Awal ) - m i 1 Di mana : d i = jarak vektor antara dua titik yang berurutan di = jumlah jarak X = absis X = elemen vektor pada sumbu absis m = banyak titik ukur Koreksi Ordinat K Y d i f Y di dengan : d i = jarak vektor antara dua titik yang berurutan di = jumlah jarak Y = ordinat X i =0 Y = elemen vektor pada sumbu ordinat m = banyak titik ukur Guna mengetahui ketelitian jarak linier (SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak (KL) SL f X 2 f Y f X f Y KL 1: D Setelah melalui tahapan hitungan tersebut di atas, maka koordinat titik poligon dapat ditentukan. Pengamatan Azimuth Astronomis Pengamatan matahari bertujuan untuk mengetahui arah/azimuth awal dan hal-hal sebagai berikut ini : Koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudutsudut terukur dalam jaringan poligon. Menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal. Azimuth target ( ) adalah: atau dengan : = Azimuth ke target = Azimuth pusat matahari ( ) = Bacaan jurusan mendatar ke target ( ) = Bacaan jurusan mendatar ke matahari = Sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target Bab IV - 7

55 Azimuth Matahari (AM) Menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut : Sinδ Sin. Sin m Casα M Cos. Cos m dengan : M = azimuth matahari = deklinasi matahari dari almanak matahari m = sudut miring ke matahari = lintang miring ke matahari Pada perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut : d Z u Z r d p i atau 1 2 d m m u r 1 2 d p i dengan : Z d = sudut zenit definitif m d = sudut miring definitif Z u = sudut zenit hasil ukuran m u = sudut miring hasil ukuran r = koreksi refraksi ½d = koreksi semi diameter p = koreksi paralax I = salah indeks alat ukur Kerangka Dasar Vertikal/Waterpass Penentuan nilai vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi. Beberapa ketentuan disajikan di bawah ini. Syarat geometris H akhir - H awal = H FH T 8 D mm Hitungan beda tinggi 1-2 = Btb - Btm Hitungan tinggi titik H 2 = H KH dengan : H = tinggi titik = beda tinggi Btb = benang tengah belakang Btm = benang tengah muka FH = salah penutup beda tinggi KH = Koreksi beda tinggi = d FH d T = toleransi kesalahan penutup sudut T = 8 D mm D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer. Bab IV - 8

56 Hitungan Situasi Rinci Pemetaan situasi dilakukan untuk mengambil data rinci di lokasi studi, baik obyek alam maupun bangunan, jembatan, jalan dan sebagainya. Obyek-obyek yang diukur kemudian dihitung harga koordinat dan elevasinya (x,y,z) untuk selanjutnya dibuat garis kontur untuk masing-masing. Pengukuran situasi rinci dilakukan menggunakan motoda Tachymetri dengan cara mengukur besar sudut dari poligon (titik pengamatan situasi) kearah titik rinci yang diperlukan terhadap arah titik poligon terdekat lainnya, dan juga mengukur jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda Tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara ini diperoleh data-data sebagai berikut : Azimuth magnetis Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah) Sudut zenith atau sudut miring Tinggi alat ukur Spesifikasi pengukuran situasi adalah : Metoda yang digunakan adalah metoda Tachymetri dengan membuat jalur ray, yaitu setiap ray terikat pada titik-titik poligon sehingga membentuk jalur poligon dan waterpass terikat sempurna. Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta yang akan dibuat. Bangunan-bangunan penting yang berkaitan dengan pekerjaan desain akan diambil posisinya. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan, diperoleh jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X,Y,Z). Penentuan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X,Y,Z), digunakan rumus sebagai berikut : TB = TA + H untuk menghitung jarak datar (Dd) 1 ΔH 100 Ba Bb Sin 2m T A B t 2 D d = D O Cos 2 m D d = 100 (Ba Bb) Cos 2 m dengan : TA = titik tinggi A yang telah diketahui TB = titik tinggi B yang akan ditentukan H = beda tinggi antara titik A dan titik B Ba = bacaan benang diafragma atas Bb = bacaan benang diafragma bawah Bt = bacaan benang diafragma tengah TA = tinggi alat D O = jarak optis M = sudut miring Mengingat akan banyak titik-titik rinci yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak terukur dengan alat tersebut, maka diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekwensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah : Bab IV - 9

57 C = g - m dengan : g = azimuth geografis m = azimuth magnetis Pada pelaksanaan survei kerapatan titik detail akan sangat bergantung pada skala peta yang akan dibuat, selain itu keadaan tanah yang mempunyai perbedaan tinggi ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Setelah melalui proses hitungan semua data hasil pengukuran di lokasi studi, maka semua data koordinat dan ketinggian serta titik-titik detail lainnya digambar (draft gambar) diatas kertas milimeter blok. Bab IV - 10

58 Gambar 4.2 Peta Situasi Mata Air Cira ab Kecamatan Cilawu Bab IV - 11

59 Gambar 4.3 Peta Situasi Mata Air Desa Simpang Kecamatan Cikajang Bab IV - 12

60 BAB V HASIL SURVEY GEOLOGI & MEKANIKA TANAH

61 BAB V HASIL SURVEY GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH 5.1 Umum Untuk mengetahui situasi dan kondisi lapisan tanah tanah pada Proyek SID Jaringan Air Baku di Kabupaten Garut maka telah dilakukan penyelidikan geologi teknik di sekitar rencana sumber air dan reservoar. Penyelidikan Geologi Teknik yang dimaksud tersebut antara lain yaitu : pengamatan secara visual mengenai keadaan geologi dan situasi daerah penyelidikan, pengujian tanah, dan sekaligus pengambilan sampel pada kedalaman-kedalaman dan tempattempat tertentu. Selanjutnya sampel-sampel yang diperoleh dari lapangan tersebut akan dibawa ke laboratorium Mekanika Tanah untuk diuji guna menentukan sifat mekanik lapisan tanahnya. Data-data ini digunakan sebagai kegiatan dalam rangka penunjang perencanaan yang efektif dan effesien. 5.2 Maksud Dan Tujuan Maksud dari penyelidikan tanah ini yaitu untuk mengetahui kondisi dan karakteristik lapisan bawah permukaan (sub soil condition) di sekitar daerah penyelidikan, yang meliputi : jenis, tebal, sebaran secara lateral maupun vertikal, karakteristik keteknikannya yang berhubungan dengan kestabilan dan daya dukung tanah. Sedangkan tujuan utama dari penyelidikan tanah ini, antara lain : Identifikasi kondisi, besarnya daya dukung tanah serta jenis pondasi yang mungkin dapat diterapkan, serta mengetahui sumber bahan timbunan. 5.3 Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan penyelidikan tanah yang telah diselesaikan untuk mencapai maksud dan tujuan di atas, secara umum terdiri dari : Kegiatan Penyelidikan dilapangan, dan Laboratorium. Total Pekerjaan yang telah dilaksanakan didasarkan atas TOR, dan juga disesuaikan pula dengan keadaan lapangan, yaitu sebagai berikut : 1. Penyelidikan Lapangan, terdiri dari : - Pemboran Tangan = 7 titik - Test Pit = 1 titik - Pengambilan Sampel = 8 buah - Sondir = 8 titik 2. Pengujian Laboratorium, yaitu terdiri dari : - Pengujian Indek Properties = 8 test - Pengujian Engineering Properties : a. Unconfined Compression Test = 8 test b. Triaxial Test (UU) dan Direch Shear = 8 test c. Pengujian Consolidasi = 8 test d. Pengujian Compaction dan CBR = 1 test 5.4 Peralatan Yang Digunakan Bab V - 1

62 Peralatan lapangan yang digunakan dalam penyelidikan tanah ini, antara lain yaitu : 1 (satu) unit Alat Bor Tangan 1 (satu) unit Alat Test Pit 1 (satu) unit Sondir Kapasitas 2,50 ton 1 (satu) buah Kamera. 5.5 Metode Penyelidikan A. Kegiatan Lapangan 1. Kegiatan Pemboran Tangan Pemboran dilaksanakan dengan bor Hand Auger Boring, dimana dalam pelaksanaan pekerjaannya mengacu kepada ASTM D Untuk setiap titik bor dilakukan pengambilan sample tanah terganggu dan tak terganggu. Pengambilan sampel tanah terganggu, untuk mengetahui susunan tanah serta pemerian dari setiap lapisan tanah yang dijumpai. Sedangkan tanah tak terganggu diambil pada kedalaman lapisan yang representatif untuk dibawa kelaboratorium Mekanika Tanah. 2. Pendeskripsian Pendeskripsian sampel hasil pemboran tersebut, selain dilakukan oleh Teknisi sendiri, juga di cek dan di logging kembali oleh seorang geologist. Pendeskripsian tersebut untuk menentukan jenis (macam) lapisan tanah/ batuan, konsistensi, sifat, dan warna. Sedangkan klasifikasinya berdasarkan Standard UCS (Unified Classification System). 3. Kegiatan Test Pit Lubang Test Pit dibuat dengan ukuran ± 70 x 70 cm dengan kedalaman ± 150 cm, karena lapisan tanahnya sudah keras sehingga sulit untuk dilanjutkan. Pelaksanaannya dilakukan dengan cara menggali, dan manusia sebagai penggeraknya. Setelah penggalian selesai, maka selanjutnya dilakukan pendesktripsian dan pengambilan sampel untuk teknisi dan di cek oleh geologist. 4. Pengambilan Sampel Contoh tanah untuk pengujian di laboratorium di dapat dari hasil pemboran dan Test Pit, dengan total pengambilan rata-rata 1 (satu) sample, dengan sistem pengambilan Undisturbed Sampel (UDS), dan Disturbed Sample (DS) sesuai dengan maksud dan tujuan penyelidikan, dan karakteristik lapisan tanah. 5. Kegiatan Sondir Pengujian Penetrasi Konus (Cone Penetrations Test) dilakukan dengan menggunakan alat Dutch Cone Penetration Test atau disebut Sondir yang mempunyai kapasitas 2,5 ton. Alat yang digunakan 1 (satu) unit sondir kapasitas 2.50 ton lengkap dengan perlengkapannya. Bekonus yang dipakai jenis Begemen, dimana nilai yang dibaca meliputi bacaan perlawanan konus dan jumlah perlawanan geseran. Konus ditekan kedalam tanah dengan perantaan batang-batang sondir. Pembacaan manometer untuk nilai tekanan konus dan friction dilakukan setiap interval 20 cm penetrasi dengan kecepatan 1 2 cm/det. Pelaksanaan sondir pada proyek ini dihentikan apabila nilai tekanan konus (qc) mencapai nilai lebih besar dari 150 kg/cm2, dimana hasil pelaksanaan sondir ini dinyatakan Bab V - 2

63 dalam diagram sondir yang memperlihatkan hubungan sondir dengan besarnya tekanan konus, jumlah hambatan lekat dan nilai perlawanan geser lokal. Sedangkan prosedur yang digunakan dalam penyelidikan dengan sondir ini adalah : Standard Prosedure of Sounding Test PB , atau ASTM D T. B. Kegiatan Laboratorium Pengujian contoh dilaksanakan di laboratorium Mekanika Tanah, yang sudah dilaksanakan, terdiri dari : pengujian sifat indek dan engineering properties dengan metoda pengujian didasarkan atas Standard American Society of Testing and Materials (ASTM) atau American Association of Sate Highway and Transportation Officials (AASHTO). Indek Properties, meliputi : Ukuran Butir (Particle Size Analysis, Batas-batas Aterberg (Atterberg Limits Test), Berat isi (Unit Weight), Kadar Air (Natural Water Content), Berat Jenis (Spesific Gravity), dan Kadar Pori (e) serta Derajat kejenuhan (S r ), Engineering Properties, meliputi : Tekanan Bebas (Unconfined Compression Test), Triaxial Test UU (Triaxial Compression Test), dan pengujian Consolidasi (Consolidation Test), Compaction dan CBR. 1. Pengujian Indek Properties - Analisa Ukuran Butir-butir (ASTM D-422) Pembagian ukuran butir-butir dapat dilaksanakan dengan analisa tapis, analisa hidrometer, atau keduanya. Presentasi dari berbagai ukuran butir-butir yang melebihi 74 mikron ditentukan berdasarkan penapisan satu set tapis standard yang digerakkan secara horizontal maupun vertikal dalam alat penggoyang tapis. Tapis yang digunakan sesuai dengan US No. 4, 10, 20, 40, 80, 100 dan 200. Apabila ada butir-butir yang lebih kecil dari 74 mikron dalam jumlah yang cukup banyak, percobaan tapis ini dilengkapi dengan analisa hidrometer dimana contoh tanah dicampur dengan air dan diaduk selama ± 15 menit. Untuk mencegah penggumpalan butir-butir diberikan additive, kekentalan bubur tanah dan air diukur pada waktu-waktu tertentu, sehingga pembagian ukuran dari butir-butir yang mengendap dapat ditentukan. - Batas-batas Atterberg Percobaan penentuan batas-batas Atterberg dapat dilakukan pada contoh tanah yang kohesif setelah dikeringkan dan dipisah-pisahkan dari ukuranukuran tertentu dan ditapis melalui saringan 425 m, contoh tanah dicampur dengan air dalam kuantitas yang berbeda-beda. Batas cair (wl) dan batas plastis (wp) tanah tersebut ditentukan sesuai dengan ASTMD 423 dan D 424 berturut-turut. - Berat Isi Tanah (Unit Weight) Berat volume dihitung dari berat basah dan kering untuk volume 33,3 cc, berat kering dimaksud diperoleh dengan mengeringkan selama 24 jam pada suhu 105 C bagi contoh tanah basahnya. - Kadar Air (Wn) Bab V - 3

64 Penentuan kadar air tanah dilakukan dengan mengeringkan contoh tanah basah selama 24 jam pada suhu 105 C. Kehilangan berat tanah sehubungan dengan pengeringan merupakan berat air yang terkandung dalam tanah tersebut, kadar air dinyatakan sebagai perbandingan berat air terhadap kering tanahnya. Percobaan ini dilakukan sesuai dengan ASTM D Berat Jenis Butir (Gs) Penentuan berat jenis butir tanah dilakukan dengan menggunakan botol khusus bervolume 50 cc, pertama-tama perlu diketahui berat botol yang diisi dengan air suling sehingga berat volume air dapat ditentukan. Kemudian botol yang sebagian diisi dengan air suling dicampur dengan 10 gr contoh tanah kering dengan menghampakan udara dalam botol dan mengisi penuh seluruh botol dengan air suling dan ditimbang, berat volume dan berat butirbutir tanah tersebut dapat dihitung dengan basis suhu 20 C. Percobaan ini dilakukan sesuai dengan ASTM D Kadar Pori (e) dan Derajat Kejenuhan (Sr) Dengan menggunakan hubungan berat dan volume tanah pada keadaan kering dan basah, e dan Sr dapat dihitung. Kadar pori ialah perbandingan antara volume air terhadap volume pori yang dinyatakan dalam persen. 2. Pengujian Engineering Properties - Pengujian Kuat Tekan Bebas Pengujian kuat tekan bebas dilakukan pada contoh tanah dengan 1½, walaupun kadang-kadang juga dilakukan pada contoh 4 yang dikeluarkan dari tabung contoh tanahnya. Percobaan ini tidak dapat dilakukan pada tanah berbutir kasar/non kohesif atau pada tanah lempung dan lanau yang terlalu lembek untuk berdiri di dalam mesin karena sudah longsor sebelum beban diberikan. Adapun percobaan ini dilakukan baik pada contoh tanah asli maupun terganggu dengan peralatan yang dapat mengontrol perubahan bentuk (strain-rate 1%/menit) untuk dapat dihitung tegangan pada saat longsornya. Nilai kepekaan tanah (St) ialah perbandingan tegangan kekuatan geser (tekanan longsor tanah) pada keadaan asli dan keadaan terganggu. - Percobaan Triaxial Dimaksud untuk mendapatkan parameter geser kohesi ( c ) dan sudut geser ( ). Percobaan triaxial disyaratkan dengan motode Back Presure, hal ini adalah untuk menjamin bahwa contoh tanah tersebut pada kondisi saturated 100%. Metode Back Presure adalah metode cepat agar contoh tanah tersebut nilai saturasinya 100%, yaitu dengan cara mengalirkan/memasukkan air ke dalam pori-pori butiran tanah. Pengaliran air ini pada umumnya melalui bagian top cap dari contoh tanah dengan alat Constant Presure System. Secara singkat metode Back Presure diuraikan sebagai berikut : Bab V - 4

65 Setelah contoh tanah dipasang pada Cell, pada bagian top cap dihubungkan ke Back Presure (BP) System dan bagian bawah dihubungkan ke Pore Water Presure (PWP) System. Kenaikan Cell Presure menjadi 1 kg/cm², biarkan 5 10 menit baca volume change dari cell (catat pada kolom before) kemudian buka katup Cell : o Baca PWP o Baca volume change cell (catat pada kolom after) o Tunggu 5 10 menit o Hitung B = U/T3 = selisih PWP / 1 o Naikkan Back Presure menjadi 0,90 kg/cm² (katup BP masih ditutup), tunggu sampai volume change BP konstan (catat pada kolom Before), kemudian buka katup BP o Amati PWP, tunggu sampai PWP = BP o Baca volume change BP (catat pada kolom after) o Sampai di sini selesai satu tahapan. Dimana diperoleh data : T3 = 1 kg/cm² Bp = PWP = 0,90 kg/cm² Perbedaan volume change BP (Before After) = volume air yang masuk sample ( - ) Perbedaan volume change BWP (Before After) = volume air yang masuk cell ( + ). Ulangi prosedure di atas dengan menaikkan cell presure dan Back Presure sehingga diperoleh nilai B = 1, yang berarti perubahan tekanan pori sudah sebanding dengan perubahan tekanan cell, ini menunjukkan bahwa sample tersebut sudah saturated. Pencatatan perubahan volume change digunakan untuk mengkoreksi volume dari contoh tanah. Setelah contoh tanah tersebut saturated, hal ini terlihat dari hasil hitungan B = 1, dan terbaca nilai. Nilai manometer sebagai berikut : Manometer BP = manometer BPW Manometer Cell > 0,50 kg/cm² di atas manometer BP Untuk pengujian triaxial UU, setelah proses saturasi ini tercapai, maka pengujian geser ( axial stress) dapat dimulai. Tetapi untuk pengujian Triaxial CU, masih perlu dilakukan lagi proses Konsolidasi dengan memakai beban tekanan Cell ( misal : BP = 2 kg/cm² Cp = 3,5 kg/cm² artinya tekanan cell T3 = 15 cm²). Dengan diberikan tekanan cell (CP) maka PWP akan naik (menjadi lebih besar dari BP), proses konsolidasi sekarang dimulai. Selama proses konsolidasi ini, maka akan terjadi pengeluaran air pori dari dalam sample, masuk ke dalam volume change system BP. Selama proses konsolidasi ini perlu dicatat volume air yang masuk dalam volume change dan waktunya. Kemudian dibuat antara grafik hubungan antara volume air (cm³) vs/t (menit). Dari grafik ini akan diperoleh nilai/t 100 dimana proses konsolidasi selesai jika manometer BP = manometer PWP. Bab V - 5

66 Dari nilai t. 100, kemudian dihitung nilai tf = time failure sebagai berikut : tf = 0,53 x t. 100 (untuk sample no side drain ) tf = 1,80 x t. 100 (untuk sample with side drain ) Untuk menentukan strain rate pada pengujian triaxial CU, maka diasumsikan : - Untuk undisturbed sample H/H = 5% - Untuk recompacted sample H/H = 10% Sehingga diperoleh nilai strain rate = ( H/H ) x H/tf. Strain rate ini dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kecepatan geser pada waktu pengujian CU. Triaxial UU dimaksudkan unconsolidated undrained, yaitu contoh tanah tidak dikonsolidasikan (pada tekanan cell) terlebih dahulu, tetapi langsung diberikan tekanan axial, air pori tidak diijinkan keluar. Parameter geser yang diperoleh adalah undrain. Triaxial CU dimaksudkan consolidated undrain, yaitu contoh tanah sebelum diberikan tekanan axial maka contoh tersebut dikonsolidasikan terlebih dahulu pada tekanan cell (sehingga kondisi sample tersebut menyerupai kondisi aslinya di bawah muka tanah). Setelah proses konsolidasi selesai, kemudian diberikan tekanan axial dengan kecepatan relatif lambat sesuai dengan perhitungan strain rate pada proses konsolidasinya. Selama proses axial stress tersebut, air pori tidak diperkenankan keluar (undrain). Parameter geser yang diperoleh dari triaxial CU adalah parameter undrain (total stress) dan parameter efektif stress dikurangi pore water presure. Parameter geser kohesi c dan sudut geser diperlukan analisa perhitungan kestabilan lereng dan perhitungan daya dukung tanah. - Pengujian Konsolidasi Sifat-sifat konsolidasi dan pemampatan tanah dapat ditentukan dengan melakukan percobaan Oedometer yang sering disebut sebagai percobaan pemampatan satu dimensi atau percobaan konsolidasi. Percobaan ini dilakukan terutama dalam rangka memperoleh grafik hubungan antara beban dan penurunannya sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh T.W. Lambe dalam Buku Soil Testing for Engineers (John Willey and Sons, New York cetakan ke VI, 1960). Index-index pemampatan C C dan C S dapat diperoleh dari grafik-grafik ini untuk setiap peningkatan beban, koefisien konsolidasi C V dapat ditentukan dari grafik hubungan waktu dengan penurunannya. Nilai C V ditentukan sesuai dengan metoda Square Root of Time Fitting dari D.W. Taylor. Grafik beban penurunan dinyatakan dalam bentuk kadar pori dengan tekanannya yang digambarkan semi logaritmis. Adapun alat laboratorium yang dipakai umumnya produk Soil Test, U.S.A., Tanifuji dan Maruto, Jepang. Bab V - 6

67 - Compaction dan CBR Pengujian Disturbed dari sampel Test Pit yaitu analisa saringan, Hydrometer Atterberg, Limit, Berat Jenis, dan Kadar Organik. Sedangkan untuk tambahan pengujian dari contoh sampel Test Pit yaitu CBR pengujian pemadatan dilakukan menurut (AASHTO T-180 Modified Proctor). Untuk mengetahui pengaruh energi g dry max dan OMC (max dry density dan Optimum Moisture Content) sebagai pengujian tambahan menurut AASHTO T-99 (standard proctor) yang telah dilakukan terhadap beberapa contoh tanah. Pengujian CBR dilakukan menurut metoda 3 titik AASHTO (T-190) dan pemadatan berdasarkan AASHTO (T-180) contoh tanah diuji setelah di rendam 4 hari, Swelling / penurunan diukur pada masa perendaman. 5.6 Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Dalam pembangunan atau perencanaan baik permanen maupun semi permanen, maka dihadapkan pada masalah-masalah kestabilan tanah dalam penentuan peletakan rencana pondasi sesuai dengan sistem dan kondisi bangunan yang akan digunakan untuk itu telah dilakukan penyelidikan lapangan dan laboratorium, dengan rincian sebagai berikut : A. Hasil Penyelidikan Lapangan a. Lokasi Cira ab Kecamatan Cilawu - Hasil Pekerjaan Pemboran Tangan Pada lokasi Cira ab, kegiatan penyelidikan lapangan yang sudah diselesaikan yaitu : pemboran tangan 5 (lima) titik, seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Daftar Kegiatan Pemboran Tangan Pada Lokasi Cira ab No. Kegiatan Lapangan No. Test Kedalaman Pengujian (m) Pengambilan Sampel 1. Bor Tangan HB Buah 2. HB Buah 3. HB Buah 4. HB Buah 5. HB Buah 1. Hasil Pemboran HB 1 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,30 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah penutup (lanau lempungan), berwarna coklat, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,30 m sampai kedalaman -1,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung pasiran, berwarna coklat, bersifat lunak-sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -1,00 m sampai kedalaman -2,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung tufa pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang - kaku, plastisitas sedang. Bab V - 7

68 2. Hasil Pemboran HB 2 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,20 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah penutup (lanau lempungan), berwarna coklat kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,20 m sampai kedalaman -1,50 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -1,50 m sampai kedalaman -2,50 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanau pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas sedang. - Dari kedalaman antara -2,50 m sampai kedalaman -3,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tufa pasir lempungan, berwarna coklat kekuningan, bersifat kaku, plastisitas sedang. 3. Hasil Pemboran HB 3 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,30 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah penutup (lanau lempungan), berwarna coklat kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,30 m sampai kedalaman -1,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas sedang. - Dari kedalaman antara -1,00 m sampai kedalaman -2,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanau pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -2,00 m sampai kedalaman -2,50 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tufa pasir lempungan, berwarna coklat kekuningan, bersifat kaku, plastisitas tinggi. 4. Hasil Pemboran HB 4 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,20 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah penutup (lanau lempungan), berwarna coklat kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,20 m sampai kedalaman -1,40 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -1,40 m sampai kedalaman -2,50 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanau pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas sedang. - Dari kedalaman antara -2,50 m sampai kedalaman -3,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tufa pasir lempungan, berwarna coklat kekuningan, bersifat kaku, plastisitas tinggi. Bab V - 8

69 5. Hasil Pemboran HB 5 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,230 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah penutup (lanau lempungan), berwarna coklat kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,20 m sampai kedalaman -1,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas sedang. - Dari kedalaman antara -1,00 m sampai kedalaman -2,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanau pasiran, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -2,00 m sampai kedalaman -2,60 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tufa pasir lempungan, berwarna coklat kekuningan, bersifat kaku, plastisitas tinggi. - Hasil Pekerjaan Sondir Data sondir yang berada di sepanjang rencana proyek yaitu sebanyak 6 (enam) titik yang tersebar di sepanjang proyek, berikut hasilnya : Tabel 5.2 Lokasi Kegiatan Sondir No. Kegiatan Lapangan No. Test Kedalaman Pengujian (m) Total Hambatan Lekat 1. Sondir S S S S S S b. Lokasi Desa Simpang Kecamatan Cikajang - Hasil Pekerjaan Pemboran Tangan Pada lokasi Desa Simpang, kegiatan pemboran tangan, sebanyak 2 (dua), berikut hasilnya : Tabel 5.3 Daftar Kegiatan Bor Tangan Pada Lokasi Desa Simpang No. Kegiatan Lapangan No. Test Kedalaman Pengujian (m) Pengambilan Sampel 1. Bor Tangan HB 1 1,00 1 Buah 2. HB Buah Bab V - 9

70 1. Hasil Pemboran HB 1 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,20 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah lanau lempungan, berwarna coklat kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,20 m sampai kedalaman -1,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempung, berwarna coklat tua, bersifat sedang, plastisitas tinggi. 2. Hasil Pemboran HB 2 - Mulai dari permukaan sampai kedalaman -0,25 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan tanah lanau lempungan, berwarna abu-abu kehitaman, bersifat lunak, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -0,25 m sampai kedalaman -3,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lanau lempungan, berwarna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -3,00 m sampai kedalaman -5,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanauan, berwarna coklat, bersifat kaku, plastisitas tinggi. - Dari kedalaman antara -5,00 m sampai kedalaman -6,00 m dari Muka Tanah Setempat (MTS), merupakan lapisan lempung lanau tufaan, berwarna coklat, bersifat kaku, plastisitas tinggi. - Hasil Pekerjaan Sondir Data sondir yang berada di sepanjang rencana proyek yaitu sebanyak 2 (dua) titik yang tersebar di sepanjang proyek, berikut hasilnya : Tabel 5.4 Lokasi Kegiatan Sondir No. Kegiatan Lapangan No. Test Kedalaman Pengujian (m) Total Hambatan Lekat 1. Sondir S S Hasil Pekerjaan Tets Pit Pekerjaan test pit (TP-1), dilakukan pada lokasi bahan timbunan, yang berada di Desa Simpang Kecamatan Cikajang-Garut. Adapun susunan dan karakteristik lapisan tanahnya dari Test Pit TP-1, yaitu sebagai berikut : o Mulai dari permukaan tanah 0,00 m sampai kedalaman -0,20 m dari MTS (Muka Tanah setempat), merupakan lapisan lanau lempungan, warna abu-abu kehitamant, bersifat lunak, plastisitas tinggi. o Kedalaman antara -0,20 sampai -1,00 m dari MTS (Muka Tanah Setempat) merupakan lapisan lanau lempungan, warna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. o Kedalaman antara -1,00 sampai -2,00 m dari MTS (Muka Tanah Setempat) merupakan lapisan lempung lanauan, warna coklat, bersifat sedang, plastisitas tinggi. Bab V - 10

71 B. Hasil Penyelidikan Laboratorium 1. Sampel Pemboran Tangan Hasil pengujian laboratorium mekanika tanah ini, terdiri dari : Pengujian index dan engineering properties dengan total 8 sampel, dari hasil pemboran. Dari hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa secara umum tanah yang ada, menurut klasifikasi Unified Standard Classification System (USCS), adalah CH, SM dan MH. - CH adalah lempung organik dengan plastisitas tinggi (LL > 50), ekpansif. - MH adalah Lanau organik dan tanah pasiran halus atau tanah kelanauan, dengan elastis tinggi. Sedangkan menurut klassification AASHTO, lapisan tanah secara umum termasuk pada klassifikasi A-7-5 dan A Sampel Test Pit Hasil pengujian laboratorium mekanika tanah ini, terdiri dari : Pengujian index dan engineering properties dengan total 3 sampel, dari hasil Test Pit. Dari hasil pengujian tersebut, terlihat bahwa secara umum tanah yang ada, menurut klasifikasi Unified Standard Classification System (USCS), adalah, CH. CH adalah lempung an organik dengan plastisitas tinggi (LL > 50), ekpansif. Sedangkan menurut klassification AASHTO, lapisan tanah secara umum termasuk pada klassifikasi A Tinjauan Pondasi Dan Bahan Timbunan A. Tinjauan Pondasi Dalam tinjauan pondasi, yaitu menyangkut antara lain : jenis pondasi, teori, dan besarnya daya dukung tanah, yang dikhususkan pada lokasi-lokasi tertentu yang dianggap atau direncanakan akan ada struktur bangunannya, yaitu sebagai berikut: 1. Dasar Teori Dalam perencanaan pondasi untuk bangunan, ada dua tipe pondasi yang umum digunakan, yaitu : pondasi dangkal dan pondasi tiang. Dasar pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan tersebut yaitu didasarkan atas : Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut Besar beban dan beratnya bangunan atas Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas Cara perhitungannya dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu : empiris (dengan data sondir) dan data laboratorium, seperti yang akan diuraikan dibawah ini : a. Perhitungan Dengan Cara Empiris o Pondasi Dangkal Pada tanah tidak kohesif, nilai Qa (daya dukung yang diijinkan) telah dikemukakan oleh Meyerhof (1974) dengan membatasi adanya penurunan tanah sebesar 25 mm (1 inch). Biasanya dalam pendekatan ini, Meyerhof mempergunakan data S.P.T yang dikorelasikan dengan data Sondir, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : Bab V - 11

72 Qa = Qc/ 30 untuk B < 1,20 m Qa = Qc (1 + 1/B) ² 1/50 untuk B > 1,20 m Dimana : Qa = daya dukung yang diijinkan dalam kg/cm² Qc = tekanan konus dalam kg/cm² B = lebar pondasi dalam meter D = dalam pondasi dalam meter o Pondasi Tiang Perhitungan daya dukung tiang secara empiris dengan menggunakan data Sondir, dengan menggunakan rumus Sardjono (1984), yaitu sebagai berikut : Perhitungan daya dukung batas satu tiang pancang Qult, secara umum merupakan gabungan antara daya dukung batas (and-bearing) dengan daya dukung geser (friction pile). Secara empiris perhitungan daya dukung tiang yang diijinkan dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : Qall = ( (qc. Ab)/ Fb ) + ( ( As. F ) / Fs) Dimana : Qall = daya dukung ijin tiang per pile, ton Qc = rata-rata tekanan konus dari 4 B ke atas dan 4 B ke bawah dari ujung tiang, ton/m2 F = rata-rata jumlah hambatan lekat, t/m Ab = luas tiang, m2 As = keliling tiang, m Fb, Fs = faktor keamanan, diambil 3 dan 6 b. Perhitungan Dengan Data Laboratorium Rumus yang digunakan antara lain menurut Terghazi yaitu sebagai berikut : - Untuk pondasi menerus / jalur : q ult = C Nc +.d.nq + ½.B.N - Untuk pondasi berbentuk persegi : q ult = 1.3 C. Nc +.d.nq B.N Dimana : Nc. Nq, N C B D = Koeffisien daya dukung tanah, tanpa satuan = Kohesi = Density tanah = Lebar pondasi = Kedalaman pondasi 2. Jenis Pondasi a. Lokasi Cira ab Kecamatan Cilawu Berdasarkan hasil penyelidikan geologi teknik yang telah diselesaikan, maka jenis pondasi yang mungkin dapat diterapkan pada daerah penyelidikan sesuai dengan karakteristik tanahnya, yaitu : pondasi Bab V - 12

73 dangkal dan tiang, karena lapisan tanah kerasnya relative dangkal sampai cukup dalam. b. Lokasi Desa Simpang Kecamatan Cikajang Berdasarkan hasil penyelidikan geologi teknik yang telah diselesaikan, maka jenis pondasi yang mungkin dapat diterapkan pada daerah penyelidikan sesuai dengan karakteristik tanahnya, yaitu : pondasi dangkal dan tiang, karena lapisan tanah kerasnya relative dangkal sampai cukup dalam. 3. Besarnya Daya Dukung Tanah a. Pondasi Tiang Mengingat jenis struktur bangunan pada rencana jaringan air baku tersebut belum jelas, maka besarnya daya dukung tanah pada proyek ini untuk tiap-tiap jenis dan data yang digunakan hanya didasarkan pada keadaan lapisan tanahnya yang dapat digunakan sebagai tumpuan pondasi bangunan seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 5.5 Daya Dukung Pondasi Tiang (Driven) Lokasi Cira ab No No Test Kedalaman*) Nilai Qc (kg/cm 2 ) 1. S S S Keterangan : *). Di ukur dari Muka Tanah Setempat (MTS) Tabel 5.6 Daya Dukung Pondasi Tiang (Driven) Lokasi Desa Simpang No No Test Kedalaman*) Nilai Qc (kg/cm 2 ) 1. S Keterangan : *). Di ukur dari Muka Tanah Setempat (MTS) b. Pondasi Dangkal Pondasi dangkal hanya diperuntukan pada lokasi dengan kedalaman pondasi yang berada pada kedalaman < 4,00 m dari MTS (Muka Tanah Setempat). Daya dukung tanah dapat dilihat pada tabel berikut : Bab V - 13

74 Tabel 5.7 Daya Dukung Pondasi Dangkal No No Test Kedalaman*) Nilai Qc (kg/cm 2 ) I. Lokasi Ciraab Kecamatan Cilawu: 1. S S S II. Lokasi Desa Simpang Kecamatan Cikajang : 1. S Keterangan : *). Di ukur dari Muka Tanah Setempat (MTS) B. Bahan Timbunan Dari hasil pengujian sampel bahan timbunan dari 1(satu) lokasi, yaitu : 1). Di daerah Desa Simpang Kecamatan Cikajang, maka sifat mekanik lapisan tanahnya yaitu sebagai berikut : Sifat-sifat tanah ini berdasarkan klasifikasi Standard USCS adalah : CH adalah Lempung organik dengan plastisitas tinggi, lempung dengan ekspansive. Jenis tanah CH, ini dapat digunakan sebagai bahan timbunan untuk inti (core) yang kedap air dan lapisan kedap air (blanket), hanya untuk memperoleh hasil kualitas bahan timbunan yang baik perlu adanya selektif material terhadap lapisan yang mengandung organik. Dalam keadaan asli kadar air tanah rata-rata ialah %, sedangkan optimum moisture content (OMC) sama dengan %. Ini berarti bahwa kadar air asli rata-ratanya berada % di atas OMC, dan nilai CBRnya berkisar antara %, yang diklasifikasikan bersifat cukup baik sebagai bahan timbunan. Jenis tanah semacam ini, bila ingin dipadatkan secara baik perlu diturunkan kadar airnya, sehingga berkisar antara OMC %. 5.8 Kesimpulan Survey Geologi Dan Mekanika Tanah Dari hasil evaluasi penyelidikan geologi teknik yang sudah diselesaikan, maka dapat diambil kesimpulkan dan saran sebagai berikut : 1. Lokasi Cira ab Kecamatan Cilawu Susunan lapisan tanah di daerah rencana pondasi yaitu terdiri dari : tanah penutup, lempung lanauan dan lanau lempungan serta tufa pasiran, bersifat lunak sampai sedang dan dibeberapa tempat dijumpai bersifat kaku. Sifat mekanik lapisannya untuk lapisan tanah sedang, seperti terlihat dibawah ini : Bab V - 14

75 Tabel 5.8 Ringkasan Hasil Pengujian Sampel Bor Tangan Lokasi Cira ab No. Uraian Satuan Kisaran Rata-rata 1. Saringan 200 (# 200) (%) Spesifik gravity (GS) Liquid Limit (LL) (%) Plastik Indek (PI) (%) Water Content (Wn) (%) Wet Density ( t) (gr/cm 3 ) Unconfined (qu) (kg/cm 2 ) Triaxial (UU) : Sudut Geser ( ) (derajat) Kohesi (c) (kg/cm 2 ) Consolidation : MV (cm 2 /sec) Cc K (cm/sec) 5.53E E E-07 Kedalaman lapisan tanah kerasnya berkisar antara -1,60 sampai -5,60 m dari MTS, yang diklasifikasikan bersifat sangat dangkal sampai cukup dalam Berdasarkan karakteristik lapisan tanahnya, maka jenis pondasi yang dapat digunakan pada lokasi ini yaitu pondasi dangkal dan pondasi tiang. 2. Lokasi Desa Simpang Kecamatan Cikajang Susunan lapisan tanah di daerah rencana pondasi yaitu terdiri dari : tanah penutup, lanau lempungan dan lempung lanauan, bersifat lunak sampai cukup keras. Sifat mekanik lapisannya untuk lapisan tanah sedang, seperti terlihat dibawah ini : Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Pengujian Sampel Bor Tangan Lokasi Desa Simpang No. Uraian Satuan Kisaran Rata-rata 1. Saringan 200 (# 200) (%) Spesifik gravity (GS) Liquid Limit (LL) (%) Plastik Indek (PI) (%) Water Content (Wn) (%) Wet Density ( t) (gr/cm 3 ) Unconfined (qu) (kg/cm 2 ) Triaxial (UU) : Sudut Geser ( ) (derajat) Kohesi (c) (kg/cm 2 ) Consolidation : MV (cm 2 /sec) Cc K (cm/sec) 5.68E E E-07 Kedalaman lapisan tanah kerasnya berkisar antara -1,60 sampai -9,60 m dari MTS, yang diklasifikasikan bersifat sangat dangkal sampai cukup dalam Berdasarkan karakteristik lapisan tanahnya, maka jenis pondasi yang dapat digunakan pada lokasi ini yaitu pondasi dangkal dan pondasi tiang. Bab V - 15

76 Gambar 5.1 Skema Lokasi Penyelidikan Tanah Bab V - 16

77 BAB VI ANALISA HIDROMETRI

78 BAB VI ANALISA HIDROMETRI 6.1 Pengukuran Debit Air Survey hidrometri yang dilakukan di lapangan terdiri dari pengukuran debit air dan pengambilan sampel air Sumber Air Cira ab di Kecamatan Cilawu dan Sumber Air Leuwidaun di Kecamatan Cikajang. Untuk mengetahui debit aliran pada suatu tampang saluran/sungai dapat digunakan persamaan : Q = v x A Dimana : Q = debit aliran (m 3 /dt) v = kecepatan aliran (m/dt) A = luas penampang (m 2 ) Apabila aliran yang diukur merupakan luapan atau pancuran yang relative kecil, maka untuk memperoleh debit air dapat dilakukan dengan menampung limpahan air tersebut dalam interval waktu tertentu (t) kemudian mengukur volume air (V) dengan menggunakan gelas ukur, sehingga debit aliran dirumuskan sebagai berikut : Q = V : t Dimana : Q = debit aliran (m 3 /dt) V = volume air (m 3 ) t = waktu (dt) Adapun peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pengukuran debit adalah : - Current meter dan assesorisnya - Stopwatch - Penggaris besi - Roll meter Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu harus ditentukan lokasi yang tepat untuk pengukuran kecepatan. Syarat yang harus dipenuhi adalah : 1. Aliran air relatif konstan, tidak ada turbulensi/olakan 2. Situasi saluran relatif lurus 3. Penampang aliran diusahakan segi empat atau trapezium 4. Semua debit air dapat mengumpul tanpa ada yang masuk ke tempat lain Tahapan pengukuran : a. Tentukan lokasi pengukuran kecepatan b. Gambar sketsa tampang aliran c. Tentukan titik-titik pengukuran, jika kedalaman aliran memungkinkan diambil 6 titik pengukuran, yaitu : - Titik 1 : Kiri atas Bab VI - 1

79 - Titik 2 : Kiri bawah - Titik 3 : As atas - Titik 4 : As bawah - Titik 5 : Kanan atas - Titik 6 : Kanan bawah Kiri As Kanan 1 2 Atas 3 Atas 5 Atas Bawah 4 Bawah 6 Bawah b Gambar 6.1 Titik-titik pengukuran kecepatan d. Siapkan current meter dan assesorisnya e. Masukkan current meter dalam air secara perlahan sampai semua baling-baling tenggelam f. Lakukan pengukuran setelah putaran baling-baling konstan g. Box counter akan mencatat jumah putaran h. Hidupkan stopwatch saat box counter mulai dinyalakan i. Matikan stopwatch saat box counter dimatikan j. Jumlah putaran per detik (n) diperoleh dengan membagi angka pembacaan di box counter dengan waktu pencatatan k. Lakukan langkah e sampai j untuk titik yang lain l. Ukur lebar saluran dengan roll meter m. Ukur kedalaman aliran pada beberapa titik (minimal 3 titik : kiri, as, kanan) n. Semua hasil pengukuran dicatat atau ditabelkan o. Untuk propeller no. 50/250, kecepatan aliran diperoleh dari : n 1,74 ; v = 1, ,73.n n 1,74 ; v = 0, ,68.n p. Hitung luas tampang aliran (A) q. Debit aliran dapat dihitung, Q = v x A Bab VI - 2

80 Current Meter Box Counter Atas Arah Aliran Propeler Bawah Gambar 6.2 Sketsa penempatan current meter pada pengukuran kecepatan Sedangkan bila debit air yang diukur merupakan limpahan atau pancuran maka pengukuran debit dilakukan dengan mengukur volume air yang melimpah selama interval waktu tertentu. Pengukuran debit mata air Leuwidaun di Desa Simpang Kecamatan Cikajang dilakukan dengan mengukur kecepatan arus air kemudian dikalikan dengan luas penampang basah sungai/air. Sedangkan pengukuran debit pada mata air Cira;ab di Desa Sukatani Kecamatan Cilawu dilakukan dengan menggunakan ambang ukur pada beberapa titik keluaran, seperti yang ditampilkan pada Gambar 6.3. Gambar 6.3 Lokasi ambang ukur pada mata air Cira ab Bab VI - 3

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl.

K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. K E M E N T R I A N P E K E R J A A N U M U M DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR SATUAN KERJA BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI CIMANUK - CISANGGARUNG Jl. Pemuda No. 40 Cirebon - 45132 K E M E N T R I A N P

Lebih terperinci

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 0920/Pdt.G/2014/PA.Grt TENTANG TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN. 1. Putusan No. 0920/Pdt.G/2014/PA.

BAB III. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 0920/Pdt.G/2014/PA.Grt TENTANG TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN. 1. Putusan No. 0920/Pdt.G/2014/PA. BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA NOMOR 0920/Pdt.G/2014/PA.Grt TENTANG TINJAUAN YURIDIS PEMBATALAN PERKAWINAN A. Para Pihak 1. Putusan No. 0920/Pdt.G/2014/PA.Grt a. Penggugat Umur 54 tahun, agama Islam,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI A. Sejarah

KEADAAN UMUM LOKASI A. Sejarah KEADAAN UMUM LOKASI A. Sejarah Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN BAB II TINJAUAN WILAYAH PERENCANAAN II. Gambaran Umum Wilayah Studi Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, seiring dengan bertambahnya waktu, berbagai dinamika terus berlangsung, baik yang diharapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013

JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 JADWAL PELATIHAN KURIKULUM DAN LOKASI PELATIHAN 2013 TPK KEC TANGGAL SDN LEUWIGOONG I LEUWIGOONG SDN BANYURESMI II BANYURESMI SDN KERESEK I CIBATU 1 SDN LIMBANGAN TIMUR II LIMBANGAN 2 s.d 6 SDN SELAAWI

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Air diperlukan untuk menunjang berbagai kegiatan manusia sehari-hari mulai dari minum, memasak,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemetaan Titik-Titik Longsor di Kabupaten Garut Pemetaan titik-titk longsor di daerah penelitian dilakukan melalui observasi langsung di lapangan. Titik-titik longsor yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam menyediakan berbagai potensi sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia dengan alam berada dalam konteks keruangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumberdaya yang sangat vital untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia menggunakan air untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 39 BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI 4.1 KARAKTERISTIK UMUM KABUPATEN SUBANG 4.1.1 Batas Administratif Kabupaten Subang Kabupaten Subang berada dalam wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah

Lebih terperinci

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009

SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 SITUASI PENDERITA DBD DI KABUPATEN GARUT 1 JANUARI S.D.17 MARET 2009 I. Jumlah kasus seluruhnya SUSPEK DBD - Laki - laki - Perempuan DBD - Laki laki - Perempuan 488 orang 132 orang 147 orang 103 orang

Lebih terperinci

PENGERTIAN HIDROLOGI

PENGERTIAN HIDROLOGI PENGERTIAN HIDROLOGI Handout Hidrologi - Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T., 2009 1 Pengertian Hidrologi (Wikipedia Indonesia) Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: Yδρoλoγια, Yδωρ+Λoγos, Hydrologia, "ilmu air")

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Garut

V. GAMBARAN UMUM. dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Garut V. GAMBARAN UMUM 5.1. Karakteristik Wilayah 5.1.1. Letak Geografis Luas Kabupaten Garut meliputi areal 306.519 Ha atau sekitar 6,94 persen dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TINGKAT KABUPATEN/KOTA Lampiran 2 MODEL DB1 - PWP REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA PROVINSI : GARUT : JAWA BARAT A. SUARA SAH Garut Kota Karang pawitan Wanaraja PEROLEHAN

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN KONDISI GEOGRAFI KOTA TASIKMALAYA A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Tasikmalaya termasuk kedalam Wilayah Pengembangan (WP) Priangan Timur dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Cianjur mempunyai luas wilayah daratan 3.646,72 km2, secara geografis terletak di antara garis 6.036 8-7.030 18 LS serta di antara 106.046

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor pertanian secara tradisional dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber utama pangan dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan Lahan Aktual Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7+ tahun 2009, di Kabupaten Garut terdapat sembilan jenis pemanfaatan lahan aktual. Pemanfaatan lahan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT Model DB.1 - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN BUPATI GARUT PUTARAN KEDUA DI TINGKAT KABUPATEN GARUT. Garut Kota Karang pawitan Wanaraja Sucinaraja Pangatikan

Lebih terperinci