KONTRIBUSI MUHAMMADIYAH DALAM PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA
|
|
- Ari Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONTRIBUSI MUHAMMADIYAH DALAM PENGKAJIAN HADIS DI INDONESIA Zainal Abidin, M.TH Penulis adalah Dosen Hadis dan Ilmu Hadis Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh, Lhokseumawe Abstrak Pengkajian Hadis di Indonesia tidak terlepas dari peran aktif ulama dan intelektual Hadis yang menghasilkan berbagai kajian dan studi dalam bentuk artikel, buku dan penelitian. Selain itu pengkajian Hadis di Indonesia juga dipengaruhi oleh kontribusi berbagai ormas yang ada di Indonesia, salah satu diantaranya adalah ormas Muhammadiyah. Kontribusi Muhammadiyah dalam pengkajian Hadis di Indonesia bisa dilihat dari dari salah satu lembaganya yang menangani produk hukum atau fatwa di kalangan Muhammadiyah. Lembaga yang mengurusi dan menetapkan hukum/fatwa dalam ormas ini adalah Majlis Tarjih dan Tajdid. Lembaga ini mengkaji dasar-dasar pengamalan suatu ibadah bagi seluruh warga Muhammadiyah dan kajian ini dibukukan dalam Himpunan Putusan Tarjih. Buku ini berisikan dalil-dalil dari Alquran dan Hadis Rasulullah Saw. yang maqbulah. Kemudian kontribusi Muhammadiyah dalam pengkajian Hadis di Indonesia juga terlihat dari upaya menetapkan pelajaran Alquran, Hadis dan tafsir sebagai pelajaran pokok dalam kurikulum Ibtidaiyah, perguruan-perguruan dan pengajian Muhammadiyah. Kata Kunci: Kontribusi, Muhammadiyah, Pengkajian Hadis di Indonesia PENDAHULUAN Pengkajian Hadis di Indonesia tidaklah seperti giatnya dinamika perkembangan kajian fikih, tasawuf, tafsir dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Hal ini menjadi sebuah permasalahan penting yang harus dicarikan solusinya saat ini. 1
2 Hal ini mengingat perhatian ummat Islam terhadap Hadis akan semakin tergerus oleh kemajuan teknologi. Dinamika perkembangan kajian Hadis di Indonesia pada awalnya dimotori oleh para ulama pembawa agama Islam ke Indonesia, meskipun masih diperdebatkan apakah pengajaran agama Islam para ulama ini lebih didominasi kajian fikih, tasawuf atau hadis. Kemudian dinamika perkembangan kajian Hadis di Indonesia juga tidak bisa dipisahkan dari peran sejumlah ormas Islam yang ada di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), Al-Washliyah, Al-Irsyad dan sebagainya. Salah satu ormas Islam yang banyak memberikan perhatian kepada Hadis adalah Muhammadiyah. Ormas yang baru saja merayakan miladnya yang keseratus tujuh ini memiliki peran yang tidak kecil dalam dinamika kajian hadis di Indonesia, hal ini terlihat dari hasil putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang memiliki paradigma berdasarkan Alquran dan Hadis sahih. Sekarang paradigma itu berubah menjadi Alqur an dan sunnah maqbulah. Sunnah maqbulah berarti Hadis sahih dan hasan. Hasil putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah ini dibukukan dan dibagikan kepada warga Muhammadiyah kemudian dijadikan sebagai pegangan bagi warganya dalam menjalankan ajaran agamanya. Dalam tulisan ini akan dikaji tentang kontribusi Muhammadiyah dalam pengkajian Hadis di Indonesia, dimulai dengan bagian pertama yang merupakan pengenalan secara umum. Bagian kedua pembahasan dan bagian ketiga penutup. PEMBAHASAN A.Sejarah dan Profil Muhammadiyah Bulan November tepatnya 18 November 1912 yang lalu atau bertepatan dengan bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) adalah momentum penting lahirnya Muhammadiyah, sebuah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia. Muhammadiyah adalah ormas pelopor yang menyerukan dan melakukan purifikasi sekaligus pembaruan Islam di negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Sebuah gerakan yang didirikan oleh seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta. 2
3 Kyai Haji Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman, Yogyakarta, tahun Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah putra dari K.H. Abu Bakar bin Kyai Sulaiman, seorang khatib tetap di Masjid Agung Yogyakarta. Ketika lahir, Abu Bakar memberi nama anaknya dengan nama Muhammad Darwis (Mohammad dkk, 2006:7). Pendidikan agama diperoleh pertama kalinya dari orang tuanya sendiri pada usia balita, lalu para kyai di sekitar Yogyakarta mempelajari ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Kemudian pada tahun 1888, Darwis berangkat ke Makkah menunaikan ibadah haji dan bermukim untuk menuntut ilmu selama 4 tahun. Pada tahun 1902, Muhammad Darwis setelah mempelajari dan memperdalam ilmu-ilmu keislaman pulang ke kampung halamannya dan tampil dengan nama baru, Ahmad Dahlan. Kepulangannya ke Tanah Air hanya setahun, karena pada tahun 1903 Ahmad Dahlan kembali ke Makkah untuk memperdalam lagi ilmu-ilmu agama yang diperolehnya sebelumnya (Mohammad dkk, 2006:8). Kata Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Mohammad dkk (2006:7) menjelaskan dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam 3
4 diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif. Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan di Kweekschol Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat istikharah. Artinya, pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau dunia pesantren (Shihab, 1998). Selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, didirikannya Muhammadiyah, menurut Adaby Darban juga secara praktisorganisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari sekolah yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama MUHAMMADIYAH. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus
5 Dalam Statuten Muhammadiyah yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November Namanya Muhammadiyah dan tempatnya di Yogyakarta. Sedangkan maksudnya (Artikel 2), ialah: a. menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b. memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya (Shihab, 1998). Kelahiran Muhammadiyah sangat melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Alquran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid akidah, ibadah, mu amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Alquran dan Sunnah Nabi yang sahih, dengan membuka pintu ijtihad. Adapun langkah pembaruan yang bersifat reformasi ialah dalam merintis pendidikan modern yang memadukan pelajaran agama dan umum. Gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek iman dan kemajuan, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan Islam modern bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam modern itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum. Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda. 5
6 Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari Kyai Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat al-ma un. Gagasan dan pelajaran tentang Surat al-maun, merupakan contoh lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan teologi transformatif, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan hablu min Allah (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah teologi amal yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini. Shihab (1998) menambahkan Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Alquran sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwa diskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid. Wahid (2010:50) Muhammadiyah pada mulanya melakukan kegiatankegiatan yang bertujuan untuk 1. Membersihkan umat Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari non-islam, 2. Mengadakan reformasi doktrin-doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern, 3. Mengadakan reformasi ajaran-ajaran dan pendidikan Islam, dan 4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan-serangan dari luar. Kegiatan Muhammadiyah ini terus berlangsung dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dari masa ke masa. Begitu juga organisai Muhammadiyah semakin berkembang di seluruh pelosok Tanah Air dan ke penjuru dunia sehingga menjadi salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia selain Nahdlatul Ulama. 6
7 B.Kontribusi dalam Pengkajian Hadis Kontribusi Muhammadiyah dalam Pengkajian Hadis di Indonesia terlihat dari salah satu lembaganya yang menangani produk hukum atau fatwa di kalangan Muhammadiyah. Lembaga yang mengurusi dan menetapkan hukum/fatwa dalam ormas ini adalah Majlis Tarjih. Majlis Tarjih ini lahir pada kongres Muhammadiyah ke 16 di Pekalongan tahun 1927 atas usul KH. Mas Mansur peserta Mu tamar dari Surabaya yang mengusulkan pendirian 1. Majlis Tasyri, 2. Majlis Tanfidz dan 3. Majlis Taftisy. Usul KH. Mas Mansur ini diterima dengan suara bulat. Namun nama Tasyri yang diartikan dengan mengeluarkan syariah atau peraturan diganti dengan nama Tarjih yang berarti mempertimbangkan, memilih yang kuat untuk dikerjakan. Sejak itulah Majlis Tarjih terbentuk didalam ormas Muhammadiyah. Setahun kemudian, pada Muktamar muhammadiyah ke 17 di Yogyakarta tahun 1928 terbentuklah pengurus Majlis Tarjih pertama yang diketuai KH. Mas Mansur, KHR. Hadjid sebagai wakil ketua, HM. Aslam Zainuddin dan H. Jazari Hisyam sebagai seketaris dan wakil sekretaris (Bakry, 1985:22) Pada Muktamar Muhammadiyah ke 18 di Solo pada tahun 1929, Majlis tarjih untuk pertama kalinya melakukan sidang tarjih yang mengahasilkan putusan Kitab Iman dan Kitab salat. Selanjutnya pada tiap-tiap Muktamar Muhammadiyah, Majlis Tarjih juga ikut bermuktamar. Jamil (1995:6) menjelaskan syarat dan kualifikasi menjadi anggota Majlis Tarjih adalah ulama (laki-laki/perempuan) anggota persyarikatan yang mempunyai kemampuan bertarjih. Seorang anggota Majlis Tarjih harus mampu membaca kitab kuning, paling tidak dapat membaca kitab Subulu As-Salam. Adapun fungsi Majlis Tarjih adalah sebagai badan permusyawaratn untuk mengambil keputusan mengenai hukum Islam. Sumber hukum Majlis Tarjih Muhammadiyah adalah Alquran dan hadis sahih. Muhammadiyah menyatakan diri tidak mengikuti mazhab fikih tertentu, tetapi mengikut Alqur an dan Hadis. Perincian tentang macam-macam Hadis dijelaskan didalam buku Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah sebagai berikut : 1) Hadis mauquf belaka tidak dapat dijadikan hujah. Hadis mauquf adalah hadis yang diriwayatkan dari para sahabat, berupa perkataan, perbuatan atau taqrirnya. Hadis mauquf ada yang 7
8 menamainya dengan asar (Ranuwijaya 1998:179). Hadis mauquf yang termasuk hukum marfu dapat dijadikan hujah. 2) Hadis mauquf masuk hukum marfu jika terdapat qarinah (indikasi) yang bisa dipahami ke- marfu an-nya kepada Rasul saw 3) Hadis mauquf dapat dijadikan hujah apabila Hadis tersebut besertaan dengan qarinah yang menunjukkan kebersambungannya. 4) Mursal tabi i melulu tidak dapat dijadikan hujah 5) Mursal tabi i dapat dijadikan hujah apabila Hadis tersebut besertaan dengan qarinah yang menunjukkan kebersambungannya. Mursal tabi i adalah hadis yang perawinya adalah sahabat yang digugurkan (tidak disebut namanya), seperti perkataan Nafi, Rasulullah saw. bersabda demikian. Dari keterangan ini,hadis mursal adalah hadis yang marfu tabi i, besar atau kecil dan disandarkan langsung kepada Nabi saw. tanpa menyebutkan sahabat (Wahid dan Matondang, 2011:157). 6) Mursal sahabi dapat dijadikan hujah apabila padanya terdapat qarinah yang menunjukkan kebersambungannya, 7) Hadis-hadis daif yang menguatkan satu sama lainnya tidak dapat dijadikan hujah kecuali apabila banyak jalur periwayatannya dan terdapat padanya qarinah yang menunjukkan ketetapan asalnya dan tidak bertentangan dengan Alquran dan hadis yang sahih. Namun metode ini dimodifikasi Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Munasnya awal bulan juli 2000 di Jakarta. Manhaj (metode)nya tentang Hadis diubah dari hadis sahih menjadi Sunnah Maqbulah. Sunnah Maqbulah mencakup hadis sahih dan hadis hasan. (Wahid, 2010: 51) Perubahan manhaj ini menunjukkan bahwa sebelumnya Muhammadiyah hanya menerima hadis sahih sebagai sumber hukum selain Alquran, namun sekarang bukan saja menerima hadis sahih tetapi juga menerima Hadis hasan yang peringkatnya berada dibawah peringkat sahih dan diatas daif untuk dijadikan hujah dalam penetapan hukumnya. Nama lembaganya juga berubah dari Majlis Tarjih menjadi Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam kemudian menjadi Majlis Tarjih dan Tajdid yang sekarang dipimpin Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA. 8
9 Muhammadiyah sangat menekankan pelajaran Hadis dalam kurikulum sekolah-sekolahnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan pola pikir yang mendasarkan hukum kepada Alquran dan Hadis. Menurut Chalijah Hasanuddin, Muhammadiyah menetapkan pelajaran Alquran, Hadis dan tafsir sebagai pelajaran pokok dalam kurikulum Ibtidaiyah, perguruan-perguruan dan pengajian Muhammadiyah. Hal ini menjadi bagian dari upaya sosialisasi bagi pola pikir kembali kepada Alquran dan Sunnah. Pola pikir ini juga diterapkan Majlis Tarjihnya dalam menetapkan hukum-hukum. (Hasanuddin, 1985:23) Peran serta Muhammadiyah dalam Pengkajian Hadis di Indonesia juga Nampak dari usaha penyebaran informasi-informasi keislaman baik Alquran, Hadis, Hukum Islam dalam berbagai bentuk publikasi seperti majalah Suara Muhammadiyah yang rutin membahas satu rubrik khusus tentang hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. C. Tinjauan Analitis Muhammadiyah tidak terikat kepada mazhab manapun. Muhammadiyah hanya terikat kepada petunjuk Alquran dan Hadis. Dan Muhammadiyah sangat bersemangat dalam ber-ijtihad serta berupaya maksimal untuk mengembalikan pengamalan umat kepada tuntutan Alquran dan Sunnah. Pemahamannya berkisar dalam Sunnah. Oleh karena itu, hukum-hukum dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah disertai dalil Alquran dan Hadis. Hal ini membuat pembacanya yakin atas kandungannya. Sikap ini telah tertanam demikian kukuh di kalangan warga Muhammadiyah sehingga menilai setiap amal yang berbeda dari apa yang tertulis dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah sebagai amal yang salah dan keliru. (Wahid, 2010: 52) Akan tetapi sebagi hasil pemikiran manusia, buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (HPT) juga tidak lepas dari berbagai kesalahan. Meskipun para anggota Majlis Tarjih memiliki berbagai keahlian dalam berijtihad dan bertarjih juga dalam memilih dan memilah hadis yang sahih, namun tidak ada jaminan atas kesempurnaannya. Hal ini terlihat dari sebuah penelitian yang 9
10 menunjukkan dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah juga terdapat hadis-hadis yang tidak sahih. Chudhori pada tahun 1988 telah melakukan penelitian kualiatas hadishadis yang ada dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Penelitannya berbentuk tesis yang diajukannya pada Program Pascasarjana IAIN Yogyakarta dengan judul Hadis-hadis Nabi Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah(Sebuah Upaya Purifikasi Muhammadiyah). Dalam tesisnya, Chudori membuat hadis-hadis HPT sebagai objek penelitiannya. Dari 172 hadis yang termuat dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, 50 hadis, yaitu 29 persen dari jumlah tersebut dijadikan sampel penelitiannya. Dari hasil penelitian Chudori ini menunjukkan 15 hadis sanadnya sahih, 19 sanadnya hasan dan 16 sanadnya daif. Lebih dari itu 29 dari 50 hadis yang dijadikan objek penelitiannya, redaksinya berbeda dari redaksi yang termuat dalam sumber aslinya. (Wahid, 2010: 53) Bahkan menurut Fathurrahman Djamil dalam disertasinya yang berjudul Ijtihad Muhammadiyah dalam Masalah-Masalah Fiqih Kontemporer: Studi tentang Penerapan Teori Maqashid as-syari at, menuliskan bahwa Muhammadiyah lebih menekankan pada kritik sanad Hadis dan kurang atau tidak memperhatikan kritik matan. Hal ini terlihat dari manhaj Majlis Tarjih yang mengatur bagaimana hukum menggunakan hadis Mauquf, Mursal Sahabi, Mursal Tabi i, serta bagaimana cara menilai seorang rawi. Semuanya kembali pada kritik sanad. Bahkan dalam menerima hadis daif sebagai hujahpun, tolok ukur yang dikemukakannya adalah bahwa Hadis itu diriwayatkan dengan sanad yang banyak. Jadi dalam manhaj itu tidak disebutkan secara eksplisit upaya kritik matan Hadis. Padahal sebagaimana kita ketahui bersama disamping kritik sanad, kritik matan juga diperlukan dalam penilaian dan pengamalan Hadis. (Jamil, 1995:72) PENUTUP Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang purifikatif telah memberi kontribusi yang signifikan dalam pengkajian Hadis di Indonesia. Muhammadiyah adalah ormas yang selalu mendengungkan 10
11 seruan kepada Alquran dan Hadis. Dan membuka kembali pintu ijtihad bagi warga Muhammadiyah khususnya dan umat Islam umumnya. Kontribusi Muhammadiyah dalam pengembangan kajian Hadis di Indonesia terlihat dari peran Majlis Tarjihnya dalam penetapan hukum yang akan diamalkan warganya. Dan sebagai hasil dari pengembangan pemikiran manusia Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah tidak terlepas dari berbagai kesalahan.sehingga sangat wajar untuk meneliti kembali kesahihan sanad dan matan hadis-hadis yang dalam buku Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Namun semangat Muhammadiyah dalam melakukan ijtihad, tajdid dan penetapan hukum yang murni dari Alquran dan Hadis nampaknya masih membutuhkan kader-kader yang benar-benar menguasai ilmu Hadis. Agar pemilihan hadis-hadis yang dijadikan dasar tarjih dapat berlangsung secara selektif. DAFTAR PUSTAKA Bakry, M. Natsir, Peranan Lajnah Tarjih Muhammadiyah Dalam Pembinaan Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta: Karya Indah, Jamil, Fathurrahman, Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos, Mohammad, Hery Dkk, Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema Insani Press, Ranuwijaya, Utang, Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama: 1998 Shihab, Alwi, Membendung Arus: Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen Di Indonesia. Bandung: Mizan, Wahid, Ramli Abdul & Husnel Anwar Matondang, M.Ag, Kamus Lengkap Ilmu Hadis. Medan: Perdana Publishing, Wahid, Ramli Abdul. Sejarah Pengkajian Hadis Di Indonesia. Medan: IAIN Press,
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Ushuluddin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH. Pada Mulanya... Munawwar Khalil. BA Pimpinan AUM Se-Kudus
MUHAMMADIYAH Pada Mulanya... Munawwar Khalil BA Pimpinan AUM Se-Kudus S MUNAWWAR KHALIL Sekretaris MPK PP Muhammadiyah Dosen Fak. Tarbiyah & Keguruan UIN Suka Yogyakarta Sengkang, 6 Juni 1979 S1 Sastra
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Metode pehamanan hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis ada beberapa sisi persamaan dan perbedaan. Secara garis besar antara Muhammadiyah dan NU menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, dan juga merupakan pahlawan perjuangan sebelum kemerdekaan. Beliau adalah seorang revolusioner
Lebih terperinciMuhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid Latar Belakang Muhammadiyah didirikan Kondisi pengamalan ajaran Islam masyarakat Indonesia yang mengalami pencampuran dengan ajaran yang bertentangan dengan Islam (adanya
Lebih terperinciFATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH
FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH Pertanyaan Dari: H. Mufti Muhammadi, muftimuhammadi@yahoo.co.id, SMA Muhammadiyah 11 Rawamangun (Disidangkan pada hari
Lebih terperinciKMPLHK RANITA
ج ب. أ.1.2.. .1.2 .3.4.5.6.7 KMPLHK RANITA http://ar.wikipedia.org/wiki .1 .2.3.1.2.3 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 .1 1 Fatwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN M.Nidhamul Maulana 1 (2014100703111119), Mumtaza Ulin Naila 2 (201410070311120), Zubaidi Bachtiar 3 (201410070311121), Maliatul Khairiyah 4 (201410070311122), Devi
Lebih terperinciPENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT
PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak Paham Asy ariyah sangat kental sekali dalam tubuh umat Islam dan akidah tersebut terus menyebar di tengah kaum muslimin.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18
Lebih terperinciSumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan
c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab
BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman Rasulullah SAW, hadis belumlah dibukukan, beliau tidak sempat membimbing para sahabat dalam membukukan hadis. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu kegiatan atau usaha yang di lakukan kaum muslimin untuk meyampaikan, menyeru serta mengajak umat manusia kepada jalan kebenaran dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Analisis Hedging Terhadap Dampak Kenaikan Harga BBM Ditinjau Dari Hukum Islam. Sebagaimana dijelaskan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH
ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah
Lebih terperinciPERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN
PERAN PIMPINAN DAERAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ISLAM DI KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2005-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat dan Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciAHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN
1 AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN Sebagai Paham Keagamaan, Ahmadiyah adalah paham yang memandang Mirza Ghulam Ahmad, yang lahir di Kota Qodian, India, 1835 M, adalah imam mahdi, almasih al-mau
Lebih terperinciULUMUL HADIS ULUMUL HADIS
ULUMUL HADIS Dr. Khadijah, M.Ag. Kelompok Penerbit Perdana Mulya Sarana KATA PENGANTAR Penulis: Dr. Khadijah, M.Ag. Copyright 2011, pada penulis Hak cipta dilindungi undang-undang All rigths reserved Penata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Ramli Abdul Wahid seorang pakar hadis, yang saat ini menjabat Direktur Pascasarjana Universitas Islam Sumatera Utara Medan. Ia berkomentar terhadap pemikiran T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy,
Lebih terperinciREVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH
Pengantar Diskusi REVITALISASI IDEOLOGI MUHAMMADIYAH Oleh: Muhammad Purwana PENGERTIAN 1) kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi Islam di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dipelajari, mengingat bahwa organisasi Islam merupakan representasi dari umat Islam
Lebih terperinciMUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM
BAHAN DISKUSI KELAS MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM Oleh Kelompok 1 Muhammad Arifin (201410070311086); Arista Mutiara Risa (201410070311087) M. Prayogi Anggoro (201410070311089); Paksindra Agustina
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-
Lebih terperinciAL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV MUHAMMADIYAH DAN SPIRITUALITAS ISLAM Disusun Oleh : Prasetyo Endaryanto (09560214) Nandito Monliev Passa (09560222) Deanita Mandasari (09560231) Tri Haidar Muhammad (09560246)
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi
Lebih terperinciKata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.
MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam, baik yang dilakukan oleh perorangan, maupun oleh kelompok atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bercorak modern di Indonesia, tidak terlepas dari upaya yang dilakukan para ulama atau tokoh-tokoh Islam, baik
Lebih terperinciPendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M
M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank umum menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional ataupun berdasarkan prinsip syariah yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya
Lebih terperinciBAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
BAB I A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī munkar berasas Islam bersumber Al-Qur an dan As-Sunnah, yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diberikan terhadap seorang anak. Pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu pendidikan formal seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak maupun memanggil umat manusia untuk beriman serta taat kepada Allah Swt, serta sejalan
Lebih terperinciAl-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.
Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Pengertian Hadits Sunnah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir (peretujuan),
Lebih terperincial-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sarana yang telah disediakan agama Islam untuk ummatnya agar bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbagai amalan telah diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam
BAB V KESIMPULAN Secara kuantitas dapat diakui apa yang dilakukan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan sangatlah luar biasa dengan jumlah lembaga pendidikannya yang mencapai angka ribuan di seluruh indonesia.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui pembahasan dan analisis dari bab I sampai bab IV, maka ada beberapa hal yang sekiranya perlu penulis tekankan untuk menjadi kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan diharapkan dapat mengahasilkan manusia berkualitas, bertanggung jawab, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah makin banyak bermunculan, Bank Syariah yang pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya Bank Syariah pada tahun 1992 membuat lembaga keuangan syariah makin banyak bermunculan, Bank Syariah yang pertama kali ada di Indonesia adalah Bank
Lebih terperinci02/07/2014. Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta
PENDIDIKAN DAN STRATEGI KEBUDAYAAN MENUJU INDONESIA BERKEMAJUAN Oleh Prof. Dr. H. Suyatno, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta INDONESIA BERKEMAJUAN SEBUAH KONSEP DARI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dari keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan studi analisis pemikiran Imam Syafi i tentang kehujjahan hadis dalam kitab Ar-Risālah dapat ditarik kesimpulan menjadi beberapa point. Pertama, Hadis wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses
Lebih terperinciPENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H
WALIKOTA BLITAR SAMBUTAN WALIKOTA BLITAR PADA ACARA PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MEMPERINGATI ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI MASJID AGUNG KOTA BLITAR TAHUN 2012 / 1433 H SENIN, 11 JUNI 2012 Assalamu
Lebih terperinciANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH
KEPUTUSAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-45 TENTANG ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH MUQADDIMAH Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji bagi Allah yang mengasuh
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Darwis, kemudian dikenal dengan KH A Dahlan.
62 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Berawal dari berdirinya Muhammadiyah kemudian terbentuklah kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciDaftar Isi PENDIRIAN MUSEUM MUHAMMADIYAH PROPOSAL 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN 1 LATAR BELAKANG SEJARAH PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH
PIMPINAN PUSAT PROPOSAL PENDIRIAN MUSEUM Daftar Isi 1 LATAR BELAKANG SEJARAH 5 ASAS-ASAS 13 RENCANA 24 TAHAPAN PENDIRIAN MUSEUM LATAR BELAKANG SEJARAH 2 Latar Belakang Kolonialisme Belanda yang berlangsung
Lebih terperinciArticle Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :
Article Review Judul Artikel : Perubahan Sosial dan Kaitannya Dengan Pembagian Harta Warisan Dalam Perspektif Hukum Islam Penulis Artikel : Zulham Wahyudani Reviewer : Anna Rizki Penerbit : Jurnal Ilmiah
Lebih terperinciAnggaran Dasar Muhammadiyah
Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah
Lebih terperinciAnggaran Dasar Muhammadiyah
Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB I NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah. Pasal 2 Pendiri Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat terbelenggu oleh kolonialisasi Belanda. Semua aktifitas pendidikan Islam dibatasi dan diawasi. Kondisi ini
Lebih terperinciDINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU
DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU i Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. ii iii Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. DINAMIKA PENDIDIKAN ISLAM PASCA ORDE BARU Dr. H. Moch. Tolchah, M. Ag. Dr. H. Moch. Tolchah,
Lebih terperinciMAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM
MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM Mata Kuliah : Pendidikan Agama 1 Dosen Pembimbing : Siti Istianah, S.Sos.i Disusun Oleh : Kelompok 6 : 1 Achmad Nikko Vanessa NPM : 2014 4350 1985 2 Ecky Kharisma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami
Lebih terperinciKata Tajdi berasal dari bahasa Arab jaddadayujaddidu-tajdiidan
Kata Tajdi berasal dari bahasa Arab jaddadayujaddidu-tajdiidan yang artinya memperbaharui. Dalam bahasa indonesia diartikan dengan pembaharuan atau modernisasi. Dalam ensiklopedi Islam Indonesia kata tajdid
Lebih terperinciBAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK
BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat
Lebih terperinciBAB II. Profil MUHAMMADIYAH
BAB II Profil MUHAMMADIYAH Bab ini memaparkan profil persyarikatan Muhammadiyah yang akan mengulas sejarah berdirinya, pemikiran atau ideologi Muhammadiyah, masa depan dan struktur kepengurusan Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah berasal dari bahasa Arab yaitu Madrasah yang artinya tempat untuk belajar atau sistem pendidikan klasikal yang didalamnya berlangsung proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat
Lebih terperinciSOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY 2016 (Waktu 45 Menit)
SOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY 2016 (Waktu 45 Menit) PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Sumber pokok aajaran Islam adalah... a. al-qur an, Hadits, Ijma dan Qiyas b. al-qur
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan laporan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB IV terlebih di
BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Data Berdasarkan laporan hasil penelitian yang diuraikan pada BAB IV terlebih di atas dapat diketahui dengan jelas gambaran tentang program dan peran MUI Kabupaten HSS dalam
Lebih terperinciISLAM DI INDONESIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER
ISLAM DI INDONESIA Modul ke: Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Umat Islam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMembahas Kitab Tafsir
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas
Lebih terperinciTradisi Haul: Menelusuri Jejak Ilmu dan Amalan Spiritual
Tradisi Haul: Menelusuri Jejak Ilmu dan Amalan Spiritual 17 Februari 2015 Makalah Islam Tradisi Haul: Menelusuri Jejak Ilmu dan Amalan Spiritual Dr. KH. Asmawi Mahfudz, M. Ag. (Pengasuh PP al-kamal Blitar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)
12 A. Terminologi Pemimpin BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN Pemimpin dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti: 1) Orang yang memimpin. 2) Petunjuk, buku petunjuk (pedoman), sedangkan Memimpin artinya:
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya
BAB VI PENUTUP A. Simpulan Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya cabang-cabang Hidayatullah, baik di tingkat provinsi, kota/kabupaten maupun di setiap kecamatan dan kelurahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan
Lebih terperinciA. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:
A. Pengertian Fiqih A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah : Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
Lebih terperinciJurnal TARJIH. Ketua Penyunting Syamsul Anwar. Penyunting Pelaksana Moh. Soehadha, Saptoni
ISSN: 1410-332X Vol. 13 (2), 1437 H/2016 M merupakan jurnal akademik yang terbit setiap semester, menghadirkan beragam tulisan tentang berbagai kajian Islam yang ditinjau dari berbagai perspektif. Redaksi
Lebih terperinciKEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH Oleh Suparno Abusina Email : suparnoabusina @gmail.com Disampaikan pada Baytul Arqam Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Semarang, Ahad, 14 Agustus 2016 Pengertian Kepribadian Muhammadiyah
Lebih terperinci2. Perawi harus adil. Artinya, perawi tersebut tidak menjalankan kefasikan, dosa-dosa, perbuatan dan perkataan yang hina.
Istilah-istilah dalam hadits Sanad: Jalan menuju lafadh hadits. Misalnya, A meriwayatkan hadits dari B, ia meriwayatkan hadits dari C, ia meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Jalan
Lebih terperinciPEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :
PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah : MENIMBANG : 1. Kemajuan dalam bidang iptek dan keberhasilan pembangunan akhir-akhir
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)
KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT DESKRIPSI MASALAH Terjadinya perubahan
Lebih terperinciSOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY APRIL 2016 ( Waktu 45 Menit )
SOAL TES Al-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) CALON TENAGA TEMPORER UMY APRIL 2016 ( Waktu 45 Menit ) PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Sumber pokok ajaran Islam adalah... a. al-qur an, Hadits, Ijma dan Qiyas
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan semua manusia, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Di negara kita sendiri yakni Indonesia pendidikan
Lebih terperinciPERAN CABANG MUHAMMADIYAH TULUNG KLATEN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TULUNG TAHUN
PERAN CABANG MUHAMMADIYAH TULUNG KLATEN DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TULUNG TAHUN 2010-2015 NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Lebih terperinciRajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai
Lebih terperinciTafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah
BAITUL ARQAM KHUSUS AUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH, 12-13 AGUSTUS 2011 Tafsir Muqaddimah Anggaran Dasar & Kepribadian Muhammadiyah M. Wiharto S.Sy.,S.Pd.I.,M.A Majelis Pendidikan Kader PP.Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI BERBASIS MULTIMEDIA TENTANG TATA CARA IBADAH SHOLAT MENURUT SUNNAH NABI MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH
SISTEM INFORMASI BERBASIS MULTIMEDIA TENTANG TATA CARA IBADAH SHOLAT MENURUT SUNNAH NABI MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an
BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan
Lebih terperinci`BAB I A. LATAR BELAKANG
`BAB I A. LATAR BELAKANG Sebelum munculnya aliran teologi asy ariyyah, aliran muktazilah menjadi pusat pemikiran kalam pada waktu itu yang memperkenalkan pemikiran yang bersifat rasional. Akan tetapi,
Lebih terperinciOleh: Hafidz Abdurrahman
Oleh: Hafidz Abdurrahman Dasar yang menjadi pondasi kurikulum pendidikan di dalam negara khilafah adalah akidah Islam. Karena itu, seluruh kurikulum, materi pendidikan, metode dan seluruh proses belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam kehidupan manusia, mempunyai peranan yang sangat penting. Ia dapat membentuk kepribadian seseorang. Ia diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan
Lebih terperinciBUTIR-BUTIR CERAMAH UMUM MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
BUTIR-BUTIR CERAMAH UMUM MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA DALAM PELANTIKAN PIMPINAN WILAYAH PEMUDA MUHAMMADIYAH PROPINSI BANTEN SERANG, 20 Januari 2012 1
Lebih terperinciDitulis oleh Wiwi Siti Syajaroh Kamis, 25 Juni :37 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 18 Agustus :56
Jika umat Islam menginginkan kembali kejayaan mereka di masa lalu, maka wajib bagi mereka berusaha untuk membangun, menyadarkan, dan mendidik kaum perempuannya ke puncak peradaban yang telah dicapai pada
Lebih terperinciISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid Mereka yang tidak menerima ajaran Nabi Muhammad saw, barangkali memandang ajaran Islam itu, sebagian atau seluruhnya, tidak lebih daripada
Lebih terperinci