BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi, saluran distribusi dan beban yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu sistem. Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu: 1. Bagian Pembangkitan, meliputi : Generator Gardu Induk Pembangkitan 2. Bagian Penyaluran / Transmisi Daya, meliputi : Saluran Transmisi Gardu Induk Saluran Sub-transmisi 3. Bagian Distribusi dan Beban, meliputi : Gardu Induk Distribusi Saluran Distribusi Primer Gardu Distribusi Saluran Distribusi Sekunder Beban Listrik / Konsumen Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit sampai ke konsumen dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini mencakup ketiga unsur dari tiga komponen utama sistem tenaga listrik. 6

2 7 Unit Pembangkitan Unit Transmisi Gardu Induk distribusi Unit Distribusi Generator G Trf PMT Transformator Pemutus Tenaga Konsumen Besar PMT Konsumen Umum Distribusi Primer Distribusi sekunder Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistem Tenaga istrik Sumber : Modul ajar Instalasi Tegangan Menengah Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transfomer) menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kv, 12 kv dan 6 kv. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah 20 kv. Apabila saluran transmisi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi ke pusat-pusat beban dalam jumlah besar, maka saluran distribusi berfungsi membagikan tenaga listrik tersebut kepada pihak pemakai melalui saluran tegangan rendah. Pada Gardu Induk (GI), tenaga listrik yang diterima kemudian dilepaskan menuju trafo distribusi (TD) dalam bentuk tegangan menengah 20 kv. Melalui trafo distribusi yang terbesar di berbagai pusat beban, tegangan distribusi primer ini diturunkan menjadi tegangan rendah 220/380 Volt yang akhirnya diterima pihak pemakai. 2.2 Sistem Jaringan Distribusi Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berperan sebagai distributor energi ke konsumen yang membutuhkan energi listrik. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:

3 8 1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan). 2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi. Secara umum, saluran tenaga listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Menurut nilai tegangannya : a. Saluran Distribusi Primer, terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder trafo substation (GI) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20 kv. b. Saluran Distribusi Sekunder, terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban, sluran itni merupakan suatu jaringan tegangan rendah 380/220 Volt. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan Tegangan distribusi yang digunakan di indonesia : 20 KV : Tegangan antar fasa pada JTM 380 V : Tegangan antar fasa JTR 220 V : Tegangan antar fasa ke nol pada JTR 2. Menurut bentuk tegangannya : a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah. b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistem tegangan bolak-balik. 3. Menurut jenis/tipe konduktornya : a. Saluran Udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).

4 9 c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable). Gambar 2.2 Tiga Komponen Utama Penyaluran Tenaga Listrik Sumber : Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Univ.Sumut Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa tenaga listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi (step down transformer) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar 380/220 Volt atau 220/127 Volt dimana standar tegangan 220/127 Volt pada saat ini tidak diberlakukan lagi dilingkungan PLN. Tenaga listrik yang menggunakan standar tegangan rendah ini kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut Jaringan Tegangan Rendah yang sering disingkat JTR. Merupakan sistem tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah pada GI (GI Sekunder) sampai dengan tiang akhir jaringan distribusi tegangan rendah yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik pada pemanfaat tenaga listrik. Jaringan tegangan menengah atau jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI, menurut letaknya dibedakan baik berupa saluran udara atau saluran bawah tanah yang menggunakan standar tegangan menengah dikatakan sebagai Jaringan Tegangan Menengah yang sering disebut dengan singkatan JTM.

5 10 Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat mengguna kan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer. Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (V L-L ). Saluran distribusi primer menurut jenisnya terdiri dari sistem radial, sistem loop, sistem spindle, dan lain-lain. Pemilihan tergantung pada tingkat kepentingan beban yang dilayani. 2.3 Konfigurasi jaringan Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan untuk itu diantisipasi dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan. Tidak semua pelanggan harus dilayani dengan sistem yang mahal, tetapi pelanggan penting (industri usaha, rumah sakit dan lainlain) harus mendapat tingkat keandalan yang tinggi. Jaringan pada sistem distribusi tegangan menengah (primer 20 kv) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu : 1. Jaringan Pola Radial 2. Jaringan Pola Lingkar (loop) 3. Jaringan Spindel 4. Jaringan Hantaran Penghubung (tie lines) 5. Sistem Gugus dan Kluster

6 11 Di Indonesia ada 2 konfigurasi jaringan tegangan menengah, yaitu : 1. Sistem radial (di-supply hanya 1 sumber tegangan. secara ekonomis murah tetapi kurang handal, karena hanya 1 sumber tegangan, apabila terjadi gangguan maka akan padam). 2. Sistem loop/spindel (di-supply 2 sumber tegangan. secara ekonimis mahal tetapi handal, karena bisa dimanuver ke sumber tegangan yang lain apabila sumber tegangan awalnya terjadi gangguan) Dibawah ini terdapat penjelasan lebih tentang beberapa jenis konfigurasi jaringan yang umum diterapkan, sebagai berikut : Jaringan Radial Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling sederhana, paling murah pembangunannya juga banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik beban yang dilayani. Suplai daya biasanya berasal dari satu sumber tenaga listrik, sehingga arus yang mengalir pada saluran tidak merata sepanjang saluran sehingga luas penampang konduktor pada jaringan radaial ini ukurannya tidak sama. Pada jaringan radial cabang dari feeder lateral disebut feeder sublateral. Untuk daerah yang jauh ditarikkan saluran cabang yang disebut saluran lateral. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan adalah yang paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin berkurang dengan semakin jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk memperkecil luas penampang dari penghantar.

7 12 Gambar 2.3 Konfigurasi Jaringan Radial Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 kv Saluran primer utama bercabang-cabang menjadi saluran lateral, yang kemudian terbagi lagi menjadi sub-lateral untuk melayani trafo-trafo distribusi. Namun, keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kelemahan dalam hal kualitas dan kontinyuitas penyaluran daya, dimana rugi-rugi saluran cukup tinggi. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan jatuhnya sebagian besar bahkan keseluruhan sistem. Hal tersebut disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran. Untuk melokalisir gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau di belakang titik ganggguan selama gangguan belum teratasi.

8 13 Gambar 2.4 Radial type Primary Feeder Sumber : Electric Power Distribution System engineering Pada perkembangannya muncul modifikasi jaringan distribusi primer radial. Antara lain radial dengan tie dan switch pemisah untuk memulihkan dengan cepat penyaluran ke konsumen dari bagian switch yang tidak terganggu. Gangguan dapat terisolasi dengan membuka perangkat disconnecting yang terkait di setiap sisi bagian gangguan. Untuk mengamankannya digunakan fuse, recloser, pemutus beban atau switch pemisah pada saluran Jaringan Pola Lingkar (loop) Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (loop) dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

9 14 Gambar 2.5 Konfigurasi Jaringan Loop Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 Kv Jaringan Spindle Spindle adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan adanya sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung yang disebut Out Going Cable menuju ke arah suatu titik temu yang disebut Gardu refleksi. Gambar 2.6 Konfigurasi Jaringan Spindle Sumber : Tipe-Tipe Jaringan Distribusi Tegangan Menengah 20 Kv

10 15 Satu spindle terdiri dari maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini tersambung dengan Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (express feeder) sama sekali tidak tersambung dengan Gardu Distribusi. 2.4 Sistem Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Konstruksi jaringan tegangan menengah ada 2, yaitu : SUTM (udara) dan SKTM (tanah). Saluran sering disebut SUTM untuk jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SKTM untuk jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel tanah. Penggunaan jaringan listrik dengan sarana kabel tanah akan mempunyai nilai estetika yang lebih baik dari pada menggunakan saluran udara kawat terbuka sehingga pemilihan sarana dengan saluran kabel tanah cocok untuk dipergunakan di daerah-daerah perkotaan yang padat dengan bangunan. Dengan berkurangnya jaminan keselamatan umum dan lingkungan disekitar saluran udara dan berkurangnya nilai estetika yang diharapkan pihak pemerintah dan masyarakat. penggunaan saluran-saluran udara tidak mungkin lagi diterapkan atau di kembangkan di kota-kota besar

11 16 Gambar 2.7 Diagram Satu Garis Sistem Jaringan Distribusi Sumber : Electric Power Distribution System Engineering Biaya investasi yang lebih tinggi untuk penggunaan saluran dengan sarana kabel tanah dibandingkan dengan menggunakan saluran udara kawat terbuka dan beberapa kendala yang menyurutkan perusahaan dari pemilihan saluran kabel. Saluran kabel tidak terpengaruh dengan kondisi-kondisi diluar saluran sehingga tingkat keandalan sistem akan menjadi lebih tinggi, hanya kabel yang tercangkul, terseret tanah longsor sambungan atau terminasi yang gagal yang sering tercatat sebagai gangguan pada saluran kabel selain itu hampir tidak ada catatan gangguan pada sarana dengan saluran kabel. Namun demikian, sampai saat ini khususnya untuk jaringan tegangan menengah (JTM) pemilihan sarana dengan saluran udara kawat terbuka masih merupakan pilihan yang banyak dipergunakan PT PLN terutama untuk mensuplai tenaga listrik ke luar kota (pedesaan). Dimana hal ini dengan mudah dapat dilihat secara nyata. Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable) biasanya dijumpai pada bangunan-bangunan yang lokasinya ramai dan membahayakan

12 17 apabila mempergunakan hantaran udara (overhead lines), tapi gardu distribusi yang terbuat dari beton dan metal clad, kabel tanah dipakai untuk saluran dari rak pembagi tegangan rendah ke tiang pertama. Penggunaan hantaran udara (overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang, karena pemasangan gardu tiang tidak memerlukan tempat yang luas. Salah satu penyaluran daya saluran distribusi adalah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kv. Penyaluran daya listrik Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) yang melalui daerah dengan potensi sambaran petir cukup tinggi dapat terkena sambaran petir. Pada Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) gangguan petir akibat sambaran tidak langsung atau sambaran induksi yang terjadi dapat diabaikan. Gangguan petir akibat sambaran induksi ini lebih banyak terjadi dibandingkan dengan gangguan kilat akibat sambaran langsung Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara (Overhead Lines), saluran yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara menara atau tiang. SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240 mm 2, 150 mm 2, 70 mm 2 dan 35 mm Peralatan Konstruksi SUTM Peralatan Konstruksi untuk SUTM diantaranya : 1. Tiang Listrik Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Tiang besi berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.

13 18 2. Lengan Tiang (Cross Arm) Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pada Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubanglubang baut. 3. Isolator Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu, biasanya dipasang pada tiang penyangga Keuntungan dan Kerugian Hantaran Udara Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara : Keuntungan : 1. Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah. 2. Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah. 3. Mudah dalam perbaikan. 4. Biaya pemasangan jauh lebih murah. 5. Mudah dalam mengetahui letak gangguan atau lokasi gangguan langsung dapat dideteksi. 6. Mudah untuk perluasan jaringan. Kerugian : 1. Mudah mendapat gangguan. karena berada diruang terbuka, maka cuaca sangat berpengaruh terhadap kehandalannya, seperti gangguan hubungan singkat, gangguan tegangan bila tersambar petir, dan gangguan lainnya.

14 19 2. Dari segi estetika/keindahan kurang, sehingga saluran ini bukan pilihan yang ideal untuk di dalam kota. 3. Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak memiliki keuntungan diantaranya tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang, tidak merusak estetika (keindahan) kota, dan pemeliharaannya hampir tidak ada Peralatan Konstruksi SKTM Peralatan konstruksi untuk SKTM diantaranya : 1. Kabel Jenis kabel tegangan menengah adalah : a. Poly Vinil Chlorida (PVC) Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV. b. Poly Ethylene (PE) Digunakan untuk tegangan diatas 10 kv. Contoh : CPT dan VIC c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE) Contoh : CVC5ZV 2. Jointing 3. Termination 4. Sepatu kabel (Schoen cable) 5. Instalasi Pembumian

15 Keuntungan dan Kerugian SKTM Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi, serta sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikannya. Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah: Keuntungan : 1. Tidak mudah mengalami gangguan. 2. Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu. 3. Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya petir dan sebagainya. 4. Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin. Kerugian : 1. Biaya pembuatan mahal. 2. Gangguan biasanya bersifat permanent. 3. Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem hantaran udara. 2.5 Parameter SUTM dan SKTM Suatu jaringan mempunyai empat parameter yang mempengaruhi untuk memenuhi fungsinya sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu : resistansi, induktansi, kapasitansi, dan konduktansi. Parameter ke empat yaitu konduktansi terjadi antar konduktor atau antara konduktor dengan tanah (ground). Konduktansi menghitung arus bocor pada isolasi saluran udara dan melalui insulasi kabel. Sejak kebocoran di insulator pada saluran udara dapat diabaikan, konduktansi antar konduktor pada saluran udara pun biasanya diabaikan.

16 Resistansi (R) Resistansi penghantar saluran distribusi merupakan penyebab rugi daya terpenting dalam suatu saluran distribusi. 1. Resistansi DC Resistansi dari suatu penghantar akan menentukan nilai efisiensi dalam menyalurkan energi listrik. Nilai resistansi dari suatu penghantar dipengaruhi oleh frekuensi, pilinan, dan tempertur. Resistansi efektif sama dengan resistansi arus searah pada penghantar hanya jika sebaran arus diseluruh penghantar seragam. Tahanan arus searah dari sebuah konduktor adalah: R DC = Ω (2.1) Dimana : ρ = resistivitas penghantar l = panjang A = luas penampang R DC = tahanan arus searah Nilai resistansi DC tergantung pada suhu, apabila persamaan diatas dilakukan pada suhu 20 C maka untuk menghitung pada suhu lebih dari 20 C dapat menggunakan rumus : 20 C R DC = R DC (1+ α t) (Ω/Km)...(2.2) Dimana : R 20 C DC = Resistansi DC pada suhu 20 C (Ω/Km) α = Koefisien penghantar t = Kenaikan suhu 2. Resistansi AC Pada sistem AC arus yang mengalir tidak merata, arus kecenderungan mengalir pada bagian terluar penampangsehingga timbul efek kulit (skin effect). Hal ini menyebabkan resistansi AC akan lebih besar dari resistansi DC. Dengan

17 22 mengetahui resistansi DC, maka resistansi AC dapat dihitung dengan rumus dibawah ini. R AC = K. R DC...(2.3) Dimana : R AC = Resistansi AC (Ω/km) R DC K = Resistansi DC (Ω/km) = Konstanta Untuk nilai K dapat diperoleh dari data tabel berikut ini. Tabel 2.1 Skin effect X K X K X K X K 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1, , , , , , , , , , ,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 1, , , , , , , , , ,06440 Sumber : Transmission & Distribution Referrence 2,0 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 2,8 2,9 1, , , , , , , , , ,28644 Keterangan tabel : Nilai X dapat diperoleh dari persamaan berikut. 3,0 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 1, , , , , , , , , ,64051 X = 0, (2.4) Dimana : µ : Permeability = 1 untuk material non magnetic f : Frekuensi (Hz) Induktansi (L) Induktansi pada suatu penghantar dapat berasal dari penghantar tersebut maupun dari penghantar lain yang berdekatan. Induktansi pada saluran dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:...(2.5)

18 23...(2.6) Dimana : = Induktansi (H/km) X L = Reaktansi Induktif (Ω/km) = geometric mean radius dari penghantar (mm) = geometric mean distance (mm) = untuk saluran 3 fasa...(2.7) f = Frekuensi (Hz) Kapasitansi (C) Berbeda dengan SUTM, pada sistem SKTM selain menghitung nilai R dan L juga menggunakan kapasitor untuk menghitung nilai C nya (kapasitansi). Kabel-kabel bawah tanah dengan tiga konduktor yang dibungkus dengan lapisan timah atau alumunium. Pada kabel 3 inti, pembungkusnya berada pada potensial dari bumi dan ketiga konduktornya berada pada potensial dari sumber. Ada 6 kapasitansi yang terjadi diantara sistem ini yaitu : 3 kapasitansi terjadi di antara lapisan pembungkus konduktor dan 3 kapasitansi diantara konduktor-konduktor. Rumus : C x = 3 C 1 C y = C C 2 C 0 = C C 2 = 1,5C y (1/6)C x C 0 = [µf / Km] (2.8) C= µf/fasa/km.... (2.9) Dimana : d = diameter konduktor T = ketebalan konduktor t = ketebalan kulit pelindung

19 24 d in dc ε = garis tengah isolasi diatas (overhead) = garis tengah penghantar = koefisien bahan dielektris (rata-rata 3,6 untuk isolasi kertas diredam minyak) Kapasitansi yang terdapat pada kabel tiga inti tanpa pelindung dapat dilihat di gambar dibawah ini. Dimana : C 1 Gambar 2.8 Kapasitansi dari kabel tiga inti Sumber : Perencanaan SKUTM Univ.Petra C2 = kapasitansi pembungkus ke konduktor = kapasitansi konduktor ke konduktor Pada dasarnya parameter-parameter kabel seperti R, L dan C dapat dihitung dengan perhitungan di atas, namun kita bisa langsung melihat pada data kabel karena sudah banyak produsen kabel yang menyertakan spesifikasi kabel. Lebih disarankan menggunakan data yang terdapat pada spesifikasi kabel pabrik untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan menggunakan rumus Impedansi (Z) Saluran distribusi dalam mengirimkan energi listrik akan memiliki impedansi yang akan mempengaruhi aliran arus listrik. Impedansi saluran merupakan besaran yang penting dalam perhitungan hubung singkat drop tegangan dan aliran daya pada sebuah saluran tenaga listrik. Impedansi merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus.

20 25...(2.10) Dimana : Z = Impedansi (Ω/km) V = Tegangan (volt) I = Arus (Ampere) Impedansi Suatu saluran dapat dituliskan, Z = R + j X Dimana : Z = Impedansi R = Reaktansi X = Raktansi 2.6 Penghantar Jaringan Tegangan Menengah Konduktor berfungsi memindahkan energi listrik dari suatu tempat ke tempat yang lain. Bahan-bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : - Konduktifitasnya cukup baik. - Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi. - Koefisien muai panjangnya kecil. - Modulus kenyalnya (modulus elastisitet) cukup besar. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai konduktor, antara lain : - Logam biasa seperti tembaga, aluminium, besi, dan sebagainya - Logam campuran (alloy) adalah tembaga atau aluminium yang diberi campuran dalam jumlah tertentu dari logam jenis lain yang gunanya untuk menaikkan kekuatan mekanisnya. - Logam paduan (composite) yaitu dua jenis logam atau lebih yang dipadukan dengan cara kompresi, peleburan (smelting) atau pengelasan (welding).

21 Spesifikasi Penghantar Udara Menurut SPLN 56-2_1994, jenis penghantar Saluran Listrik Tegangan Menengah (SLTM) untuk penghantar udara terdiri dari : a. Penghantar udara AAAC, sesuai SPLN b. Penghantar udara berselubung AAAC-S, sesuai AAAC ( All Allumunium Alloy Conductor ) Merupakan penghantar aluminium campuran. Kabel tambaga jenis ini mempunyai ukuran antara mm 2, dengan bentuk fisiknya berurat banyak. Gambar 2.9 Konstruksi Alumunium Campuran (AAAC) Sumber : SPLN 41-8_1981 Spesifikasi ini meliputi hantaran aluminiun campuran (MAC), untuk saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan pada isolator-isolator diantara tiang-tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat-kawat alumuniun campuran yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti. Ukuran diameter kawat : 1,50 sampai dengan 4,50 mm. Kode pengenal Contoh : AAAC 50 7/3

22 27 Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, tidak berisolasi dan tidak berinti baja, berluas penampang nominal 50 mm 2 yang terdiri dari pilinan 7 helai kawat alumunium yang masing-masing berdiameter nominal 3 mm AAC ( All Allumunium Conductor ) Gambar 2.11 Hantaran Alumunium (AAC) Sumber : SPLN 41-6_1981 Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium campuran (AAC), untuk saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan isolator isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat-kawat alumunium keras yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti baja Kode pengenal Contoh : AAC 50 7/3 Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, tidak berisolasidan tidak berinti baja, berluas penampang nominal 50 mm 2 yang terdiri dari pilinan 7 helai kawat alumunium yang masing-masing berdiameter nominal 3 mm.

23 ACSR ( Allumunium Cable Steel Reinforced ) Gambar 2.11 Hantaran Alumunium Berpenguat Baja (ACSR) Sumber : SPLN 41-7_198 Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium berpenguat baja (ACSR), untuk saluran udara tegangan rendah, menengah, maupun tegangan tinggi diregangkan pada isolator isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat kawat alumunium keras yang dipilin berpenguat inti baja, tidak berisolasi. Spesifikasi ini meliputi hantaran alumunium campuran (AAC), untuk saluran udara tegangan rendah maupun tegangan menengah, diregangkan isolator isolator diantara tiang tiang yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat-kawat alumunium kera yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti baja. Kode pengenal Contoh : ACSR 95/15 26/2, 15-7/1, 67 Menyatakan suatu hantaran alumunium keras yang dipilin bulat, berluas penampang minimal 95 mm 2 yang terdiri dari pilinan 26 helai kawat alumunium yang masing-masing berdiameter nominal 2,15 mm, berpenguatan inti baja berluas penampang nominal 15 mm 2 yang terdiri dari 7 helai kawat baja yang masing-masing berdiameter nominal 1,67 mm.

24 Spesifikasi Kabel Tanah Jenis penghantar Saluran Listrik Tegangan Menengah (SLTM) untuk penghantar udara menurut SPLN 56-2_1994 adalah kabel pilin udara berpenghantar alumunium berisolasi XLPE. diantaranya : a. Kabel tanah berinti tunggal, berisolasi XLPE, berpelindung termo plastik yang dipasang sejajar/segitiga, sesuai SPLN b. Kabel tanah berinti tiga, berisolasi XLPE, berpelindung tembaga atau berpenghantar konsentris, berperisai baja serta berselubung thermo plastic, sesuai SPLN c. Kabel pilin tanah berinti tiga, berisolasi XLPE, berpelindung tembaga serta berselubung termo plastic, sesuai SPLN N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY 12/20 (24) KV Yaitu jenis kabel dengan tiga inti tembaga atau alumunium, isolasi XLPE, pelindung isolasi campuran semi-konduktif, pelindung metalic pita spiral tembaga yang saling berimpit, pelindung bagian dalampvc, yang dilapisi baja galvanis bundar dan pita dengan pelapis perisai PVC. Kabel jenis ini mempunyai ukuran tegangan antara 7,2/36 kv Gambar 2.12 Kabel N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY (3 Cores) Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable

25 30 Tabel 2.2 Spesifikasi Kabel N2XSEFGbY / NA2XSEFGbY Nominal Cross Sectional Area mm² 240 Conductor diameter (approx) mm 18.7 Nominal insulation thickness mm 5.5 Insulation diameter (approx) mm 31.3 Nominal armou thickness mm 0.8 Nominal sheath thickness mm 3.6 Overall cable diameter (approx) mm 85 Max. dc conductor resistance at 20 C Ohm/km Capacitance per-phase µf/km Inductance per-phase mh/km Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable N2XSEBY / NA2XSEBY 12 / 20 ( 24 ) KV Gambar 2.13 Kabel N2XSEBY / NA2XSEBY (3 Cores) Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable Tabel 2.3 Spesifikasi Kabel N2XSEBY / NA2XSEBY Nominal Cross Sectional Area mm² 240 Conductor diameter (approx) mm 18.7 Nominal insulation thickness mm 5.5

26 31 Insulation diameter (approx) mm 31.3 Nominal armou thickness mm 0.8 Nominal sheath thickness mm 3.6 Overall cable diameter (approx) mm 86 Max. dc conductor resistance at 20 C Ohm/km Capacitance per-phase µf/km Inductance per-phase mh/km Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable N2XSEY / NA2XSEY 12/20 (24) KV Gambar 2.14 Kabel N2XSEY / NA2XSEY (3 Cores) Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable Tabel 2.4 Spesifikasi Kabel N2XSEY / NA2XSEY Nominal Cross Sectional Area mm² 240 Conductor diameter (approx) mm 18.7 Nominal insulation thickness mm 5.5 Insulation diameter (approx) mm 31.3 Nominal sheath thickness mm 2.1 Overall cable diameter (approx) mm 80 Max. dc conductor resistance at 20 C Ohm/km 0.125

27 32 Capacitance per-phase µf/km Inductance per-phase mh/km Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable N2XSY / NA2XSY 12/20 (24) KV Gambar 2.15 Kabel N2XSY / NA2XSY (1 Core) Sumber : SUPREME Cable» Medium Voltage XLPE Insulated Cable Tabel 2.5 Spesifikasi Kabel Kabel N2XSY / NA2XSY Nominal Cross Sectional Area mm² 240 Conductor diameter (approx) mm 18.7 Nominal insulation thickness mm 5.5 Insulation diameter (approx) mm 31.3 Nominal sheath thickness mm 2.1 Overall cable diameter (approx) mm 38 Max. dc conductor resistance at 20 C Ohm/km Capacitance per-phase µf/km Inductance per-phase Triangle Sejajar mh/km

28 Kode Pengenal Dipasaran biasanya kabel tanah ditulis dengan kode huruf yang memiliki keterangan tersendiri. Untuk menjelaskan hal tersebut, maka dibawah ini akan dijelaskan mengenai keterangan kode yang terdapat pada kabel. Tabel 2.6 Kode Pengenal Kabel 1 Huruf Kode Komponen N Kabel jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar NA Kabel jenis standar dengan alumunium sebagai penghantar 2X Isolasi XLPE (polietilen ikat silang) C Penghantar tembaga konsentris Y Selubung dalam PVC 2Y Selubung luar PE (poli etilen) Y Selubung luar PVC FGb Perisai kawat alumunium pipih RGb Perisai kawat alumunium bulat B Perisai pita alumunium Cm Penghantar dipilin bulat dipadatkan rs Penghantar bulat terdiri dari sektor-sektor Sumber : SPLN _1995 Tabel 2.7 Kode Pengenal Kabel 2 Huruf Kode NF NFA 2X S 2Y Komponen Kabel pilin jenis standar dengan tembaga sebagai penghantar Kabel pilin jenis standar dengan alumunium sebagai penghantar Isolasi XLPE (poli etilen ikat silang) Lapisan kawat tembaga pada masing-masing inti Selubung luar PE (poli etilen)

29 34 Y Selubung luar PVC Cm Penghantar dipilin bulat dipadatkan Sumber : SPLN _1995 Tabel 2.8 Kode Pengenal Kabel 3 Huruf Kode Komponen SE Lapisan tembaga pada masing-masing inti CE Laisan tembaga konsentris pada bagian luar F Perisai kawat baja pipih R Perisai kawat baja bulat Rm Penghantar bulat berkawat banyak Sumber : Rancang Bangun Simulator SKTM

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENDAHULUAN Energi listrik pada umumnya dibangkitkan oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang letaknya jauh dari tempat para pelanggan listrik. Untuk menyalurkan tanaga listik

Lebih terperinci

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan

A. SALURAN TRANSMISI. Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan A. SALURAN TRANSMISI Kategori saluran transmisi berdasarkan pemasangan Berdasarkan pemasangannya, saluran transmisi dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1. saluran udara (overhead lines); saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi menjadi tiga bagian utama, yaitu sistem pembangkitan, sistem transimisi dan sistem distribusi. Sistem pembangkitan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sumber daya besar tersebut terletak pada daerah yang dilayani oleh sistem distribusi atau dapat juga terletak didekatnya. Sistem distribusi adalah semua

Lebih terperinci

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik sangatlah besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DESKRIPSI SISTEM TENAGA LISTRIK Energi listrik dari tempat dibangkitkan hingga sampai kepada pelanggan memerlukan jaringan penghubung yang biasa disebut jaringan transmisi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan bentuk energi yang cocok untuk dan nyaman bagi manusia. Tanpa listrik, infrastruktur masyarakat sekarang tidak akan menyenangkan. Pemanfaatan secara

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Umum Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jaringan Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM)

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM) Agus Salim 1), Ahmad Rizal Sultan 2), Ahsan Akmal 3) Abstrak:Sistem Distribusi

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV Muhamad Rifqi¹, Karnoto, ST, MT.² ¹Mahasiswa dan ²Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Training Center ISSUED - 4/17/2004

Training Center ISSUED - 4/17/2004 ISSUED - 4/17/2004 1 Tujuan Peserta dapat memahami jenis spesifikasi kabel tembaga dan asesoris yang digunakan di TELKOM, sehingga diperoleh keseragaman dalam pelaksanaan prosedur instalasi dan spesifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Tenaga Listrik 1 Sistem Tenaga Listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI 11 BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Saluran Transmisi Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation ( gardu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik dikatakan sebagai kumpulan/gabungan yang terdiri dari komponen-komponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator,

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Menurut Kadir (2006) bahwa suatu sistem tenaga listrik yang lengkap terdiri atas empat komponen, yaitu : 1. Pembangkit tenaga listrik. 2. Sistem transmisi.

Lebih terperinci

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv

Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Jurnal Elektro ELTEK Vol., No., Oktober 011 ISSN: 086-8944 Analisa Kemampuan Hantar Arus Dengan Menggunakan Metode Penggabungan Silang Selubung Kabel Antar Fasa Pada Kabel Bawah Tanah 150 kv Teguh Herbasuki,

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. batasan-batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. batasan-batasan masalah yang berkaitan erat dengan topik yang sedang diambil. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa refrensi dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH. MDU pada Jaringan Distribusi Tegangan Menengah adalah :

KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH. MDU pada Jaringan Distribusi Tegangan Menengah adalah : KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH Komponen Jaringan Distribusi Tegangan Menengah Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Menegah merupakan rangkaian komponen yang terpasang membentuk satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan tenaga listrik yang memasok kelistrikan ke beban (Pelanggan) mempergunakan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA 25 BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA Pada bab 2 (dua) telah dibahas tentang teknologi dan jaringan ADSL (asymmetric digital subscriber line) secara umum. Mengingat bahwa

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertiam Sistem Distribusi Tenaga Listrik (1) Sekalipun tidak terdapat suatu sistem tenaga listrik yang tipikal namun pada umumnya dapat dikembalikan batasan pada suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kenyamanan dan keamanan pada konsumen perusahaan maupun rumah tangga sangat ditentukan oleh keandalan sistem distribusi tenaga listrik. Indeks keandalan merupakan

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA

ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISA PERHITUNGAN SUSUT TEKNIS DENGAN PENDEKATAN KURVA BEBAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN KOTA Bayu Pradana Putra Purba, Eddy Warman Konsentrasi

Lebih terperinci

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN Analisis Jatuh Pada Penyulang 20 kv Berdasarkan pada Perubahan Beban (Studi Kasus Penyulang Penfui dan Penyulang Oebobo PT. PLN Persero Rayon Kupang) Agusthinus S. Sampeallo, Wellem F. Galla, Rendi A.

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI 1 BAB 1 KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Menurut Agung Arief Wibowo dalam penelitiannya yang berjudul Analisa Keandalan Transformator Gardu Induk Wilayah Surabaya Menggunakan Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG)

STUDI PERHITUNGAN DAN ANALISA RUGI RUGI JARINGAN DISTRIBUSI (STUDI KASUS: DAERAH KAMPUNG DOBI PADANG) PPM-POTEKNK BENGKAS STUD PERHTUNGAN DAN ANASA RUG RUG JARNGAN DSTRBUS (STUD KASUS: DAERAH KAMPUNG DOB PADANG) Adri Senen Dosen Program Studi Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei. Alam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 ISSN : 286 9479 STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 2 KV Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : 286 9479 STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 2 KV Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Kinerja Distribusi PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang Secara umum kinerja distribusi di PT. PLN (Persero) Area Jaringan Tangerang mengalami penurunan yang baik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK

PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK PERHITUNGAN TERMIS DAN KEMAMPUAN HANTAR ARUS KABEL BAWAH TANAH 20 KV PADA PT.PLN (PERSERO) AREA PONTIANAK Ahmad Mohajir Lutfhi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sangat bergantung pada kebutuhan energi. Energi tersebut diperoleh dari berbagai sumber, kemudian didistribusikan dalam bentuk listrik. Listrik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra

KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI. Nama kelompok 1 : Ridho ilham Romi eprisal Yuri ramado Rawindra KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Nama kelompok 1 : Ridho ilham 2016330024 Romi eprisal 2015330008 Yuri ramado 2015330005 Rawindra 2015330007 A. KONSEP DASAR JARINGAN DISTRIBUSI Sistem penyaluran tenaga

Lebih terperinci

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI 83 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI BAB 6 KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. SAIDI, SAIFI, CAIDI dan ASAI, berikut diantaranya: 1. Skripsi Ahmad Fajar Sayidul Yaom (2015) yang berjudul Analisis Keandalan

BAB II LANDASAN TEORI. SAIDI, SAIFI, CAIDI dan ASAI, berikut diantaranya: 1. Skripsi Ahmad Fajar Sayidul Yaom (2015) yang berjudul Analisis Keandalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Indeks keandalan SAIDI, SAIFI, CAIDI dan ASAI adalah beberapa indeks keandalan yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan pada suatu sistem. Sudah

Lebih terperinci

Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah

Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah Kompensasi Daya Reaktif pada Saluran Distribusi Kabel bawah Tanah Hamzah 1, Abdullah Asuhaimi bin Mohd Zin 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Univ. Lancang Kuning 1 Departement. of Electrical Power

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir akhir ini di PT. PLN (Persero) RAYON RATAHAN seringkali di dapati gangguan atau pemadaman yang tidak direncanakan yang membuat lampu sering padam kebanyakan penyebabnya

Lebih terperinci

Perencanaan Proses Produksi. : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya

Perencanaan Proses Produksi. : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya Layout EM 150 71 72 Perencanaan Proses Keterangan gambar : : ruang lingkup departemen PPC : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya 73 Arti Kode Pengenal untuk Kabel Listrik Kode Huruf N NA NFA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Adapun hasil studi yang dikaji oleh penulis dari pemasangan gardu portal type GARPOL/GP6 di lokasi HOTEL AMARIS Jl. Cimanuk No. 14 Bandung, meliputi : 4.1.1 Tiang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik (1) Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

TEORI LISTRIK TERAPAN

TEORI LISTRIK TERAPAN TEORI LISTRIK TERAPAN 1. RUGI TEGANGAN 1.1. PENDAHULUAN Kerugian tegangan atau susut tegangan dalam saluran tenaga listrik adalah berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban, berbanding terbalik

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd. Artikel Elektronika I. Sistem Distribusi Merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan menengah

Lebih terperinci

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tenaga listrik dibangkitkan dari pusat-pusat pembangkit seperti PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga

Lebih terperinci