BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat berkembang, manusia melakukan interaksi dengan sesamanya. Hubungan yang baik diperoleh dari komunikasi yang baik pula. Oleh karena itulah manusia melakukan komunikasi untuk mendapatkan hubungan atau ikatan yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya sebuah interaksi sosial, antara yang satu dengan yang lain, saling tolong menolong, saling ketergantungan, saling memberi dan menerima. Intinya bahwa dengan berkomunikasi akan terjadi kesepahaman atau adanya saling pengertian antara satu dengan yang lain. Menurut Stephen Covey dalam kutipan Aribowo Prijosaksono dan Roy Sambel, komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, seperti halnya manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Maka dari itu, karena komunikasi sudah menjadi hal yang biasa dilakukan, ini artinya bahwa komunikasi sudah menjadi hal yang lumrah dan biasa terjadi, sehingga tanpa disadari sebagian dari orang kurang memperhatikan bagaimana seharusnya berkomunikasi dengan baik, dan akibatnya seringkali seseorang mengalami kegagalan dalam berinteraksi dengan sesamanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau salah pengertian antara satu dengan yang lain.

2 Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi adalah suatu unit yang terkoordinasi terdiri setidaknya dua orang berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkaian sasaran. Dapat disimpulkan, bahwa organisasi adalah hubungan antara dua orang atau lebih dalam satu wadah atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Di dalam tubuh organisasi terdiri dari bagianbagian yang disebut unit-unit atau sub-sub, yang kesemuanya itu mempunyai fungsi dan tugas masing-masing. Sekolah merupakan organisasi yang di dalamnya terdiri dari sekumpulan unit-unit kerja (kepala sekolah, komite sekolah, guru, tenaga administrasi, siswa dan lain sebagainya), yang kesemuanya itu dituntut untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mengembangkan serta memajukan kualitas sekolah. Guru adalah bagian dari unit kerja di sekolah. Tugas dari seorang guru adalah membimbing, mengarahkan, mengajar, dan mendidik terhadap para siswanya. Dengan profesi yang disandangnya, diharapkan guru mampu memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan dan perkembangan sekolah. Bisa dikatakan, bahwa yang bertanggung jawab atas baik buruknya kualitas siswa adalah guru. Untuk itu di dalam profesinya guru dituntut untuk melakukan suatu pekerjaan dengan baik sehingga terlihat prestasi dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Komunikasi dirasakan sangat penting dalam segala aspek kehidupan, khususnya adalah lembaga pendidikan (sekolah). Menurut Suranto AW, komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam perkantoran. Sebaliknya apabila komunikasi tidak efektif, maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang akan mengganggu proses pencapaian target dan tujuan pendidikan. Dalam sebuah organisasi khususnya sekolah membutuhkan koordinasi antara satu dengan yang lain agar tercipta adanya keharmonisan, saling pengertian, kesepahaman antara sub kerja yang satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya organisasi dibangun atas dasar interaksi antara satu orang dengan orang lain. Jika kerjasama dalam kelompok dapat terselenggara dengan baik, maka tujuan dari sebuah kelompok (organisasi) akan cepat terwujud, namun jika terdapat distorsi dalam

3 kerjasama tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai akan terasa lebih sulit. Banyak faktor yang mepengaruhi hakikat dan luasnya jarigan komunikasi di antaranya hubungan dalam organisasi,arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan dan isi dari pesan. Beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal seperti jaringan yang digambarkan dalam struktur organisasi. Sementara itu ada juga jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan perencanaan lebih dahulu seperti, jaringan komunikasi informal. Dalam hal ini guru-guru di SMA Negeri 5 Medan menggunakan komunikasi formal. Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini mencangkup susunan tingkah laku organisasi, pembagian depertemen maupun tangung jawab tertentu, posisi jabatan dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi angota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti stuktur formal organisasi. Yang termasuk komnunikasi informal adalah berita-berira dari mulut kemulut mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia. Ada hubungan yang menarik anatara jaringan komunikasi formal dengan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal kurang memberikan kepuasan kepada anggota organisasi terhadap kebutuhan akan informasi oleh karena itu, mereka memgembangkan kontak informal dengan desas-desus (grapevine) atau berita-berita angin yang belum tentu benar, untuk memperoleh bermacam-macam informasi yang menarik yang tidak mereka dapatkan melalui jaringan komunikasi formal. Makin kurang jaringan komunikasi formal digunakan untuk memberikan informasi yang relevan anggota organisasi seperti guru, makin tegantung mereka kepada informasi grapevine dan makin mempunyai kekuasaan grapevine. Sebaliknya makin banyak informasi yang relevan dengan anggota organisasi diberikan melalui jaringan komunikasi formal semakin kuranglah anggota tergantung pada informasi grapevine (Muhammad, 2009). Komunikasi formal yang ada di sekolah, diharapkan akan mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Adanya komunikasi yang sehat dan baik antara sub kerja yang satu dengan

4 yang lain, diharapkan akan turut membantu perkembangan kinerja guru di sekolah. Dengan adanya keterbukaan dan pengertian maka guru akan merasa lebih akrab dan dapat dijadikan sebagai teman diskusi. Setiap individu dalam bekerja tidak hanya menginginkan sekedar gaji dan prestasi, tetapi bekerja merupakan pemenuhan kebutuhan akan interaksi sosial. Guru yang memiliki rekan kerja yang ramah dan mendukung, akan mengantarkan mereka pada hasil kerja yang baik pula. Keefektifan komunikasi formal dapatlah diartikan sebagai keberhasilan komunikasi antara kepala sekolah dengan para bawahannya (guru). Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan di atas, penulis merasa terdorong untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada tersebut dengan judul "Pengaruh Komunikasi Formal Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 5 Medan. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah, dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan (Hariwijaya dan Basri, 2005 : 59). Berdasakan pada latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah Pengaruh Komunikasi Fomal Terhadap Guru SMA Negeri 5 Medan? 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah disebut juga ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Sebagai upaya membatasi masalah penelitaan agar tidak terlalu luas dan membingungkan. Pembatasan masalah berusaha menentukan fokus utama penelitian yang dilakukan dan tujuan penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan hipotesa jika dimungkinkan (Hariwijaya dan Basri, 2005 : 31).

5 Dan yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Penelitian ini terbatas pada para guru SMA Negeri 5 Medan. 2. Penelitian untuk mengetahui pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan. 3. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Medan, Jalan. 4. Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2011 sampai selesai. 5. Penelitian ini mengunakan metode korelasional, yang mencari atau menjelaskan hubungan antara pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui komunikasi formal yang dilakukan guru SMA Negeri 5 Medan. 2. Untuk mengetahi pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja yang dilakukan guru SMA Negeri 5Medan Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah: 1. Secara teoritis dapat merapkan ilmu yang diterima peneliti selam menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi, serta memperkaya konsep dan teori mengenai pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah penelitian

6 komunikasi khususnya komunikasi formal di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi SMA Negeri 5 Medan. 1.5 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok pokok pikiran yang mengambarkan dari sudut mana penelitian akan disorati (Nawawi, 2001 : 40). Menurut Kerlinger, teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995 : 37). Kerangka teori juga membanatu penelitian dalam menentukan tujuan serta arah penelitian dan menjadi dasar pijakan agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten. Adapun teori teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah Komunikasi Istilah komunikasi sangat sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari seluruh aktifitas manusia tidak terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan agar tercipta saling pengertian antara sesama manusia sehinga dapat hidup saling berdampingan dalam hidup bermasyarakat. Menurut Ruben (Arni, 1992 : 3), komunikasi adalah suatu proses melalui individu berhubungan dengan kelompok, organisasi, dan masyarakat, menciptakan, menyampaikan, dan mengunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungan dengan orang lain. Sedangkan menurut Efendy (2005 : 50), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan

7 oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Carl I Holvland dalam buku Social Comunication, komunikasi adalah proses bilamana individu (komunikator) mengoper stimulans (biasanya lambang kata-kata) untuk mengubah tingkah laku lainnya (komunikan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, dan akan berhasil bila terjadi saling pengertian di antara kedua belah pihak yang berkomunikasi Komunikasi Formal Komunikasi formal biasanya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas atau dari tingkat yang sama atau secara horizontal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi yaitu: 1. Downward comunication atau komunikasi kepada bawahan. Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pernyataan dan kebijakan umum. Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah imformasi, mencegah kesalah pahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

8 2. Upward communication atau komunikasi kepada atasan Yang dimaksud dengan komunikasi keatasan adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini akan mempunyai efek akan penyempurnaan moral dan sikap bawahan. Menurut Smith (Goldhaber,1986) komunikasi ke atas berfungsi sebagai balikan bagi pemimpin memberikan petunjuk tentang keberhasilan suatau pesan yang disampaikan kepada dan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam merumuskan pelaksanaan bagi depertemennya atau organisasinya. 3. Horizontal communication atau komunikasi horizontal Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan yang mengalir menurut fungsi dalam organisasi diarahkan secara horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. Tujuan komunikasi horizontal yaitu: a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana memberikan konstribusi dalam mencapai suatu tujuan tertentu. b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik dari pada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangat diperlukan utuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program dalam hubungan dengan masyarakat, anggota-

9 anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang mereka lakukan. c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral. d. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. e. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi, dan depertemen diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi atau depertemen tentang perubahan itu. Kemungkinan suatu unit dengan unit lainya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut. f. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan di antara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional sesama rekan sekerja Pengertian Kinerja Guru Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. Menurut Hadari Nawawi kinerja adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam menggapai tujuan. Sementara menurut Suryo Subroto kinerja dalam PBM adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang mencakup segi afektif, kognitif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari

10 sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar tercapai tujuan pengajaran. Dengan demikian, dari beberapa pengertian di atas bisa diambil kesimpulan, bahwa pengertian kinerja guru yang dimaksud adalah kemampuan kerja guru yang ditampilkan dalam kegiatan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa yang telah dicapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan. Kinerja seseorang merupakan kemampuan, usaha yang ditunjukkan sehingga dapat dinilai dari hasil kerjanya. Kinerja dalam hal ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam melakukan suatu pekedaan sehingga terlihat prestasi pekerjaannya dalam usaha penerapan ide dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Di dalam suatu organisasi lembaga pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru dalam bidangnya merupakan sesuatu yang sangat diharapkan. Dengan adanya keterampilan dan kemampuan ini akan dapat mempengaruhi pula kinerja dalam lembaga pendidikan. Tenaga pendidikan, dalam hal ini sate diantaranya adalah guru mempunyai kewajiban bukan hanya mengajar tetapi juga melatih, serta memberikan pelayanan yang bersifat teknik dalam bidang pendidikan. W. Robert Houston, memberikan pengertian kompetensi adalah sebagai suatu tugas yang memadai, atau pemilihan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Suatu profesi yang bersifat profesional maka akan dituntut profesionalisme yang paling menonjol dari keprofesionalan suatu jabatan atau pekerjaan adalah kompetensi, keterampilan dan kemampuan seseorang untuk menjalankan segala tugas yang diemban profesinya. Guru sebagai bagian dari profesi maka dituntut kemampuan, keterampilan dan kompetensi keguruannya. Tetapi sebelum kita beranjak jauh mengenai kompetensi atau kemampuan guru dalam menjalankan tugas profesinya, terlebih dahulu mengenai tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setup guru,

11 mengingat suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan seseorang pastilah nanti akan dipintakan pertanggungjawabannya, baik itu kepada masyarakat. Tanggung jawab seorang guru tentunya sangat kompleks dan beraneka ragam, baik itu tanggung jawab membimbing, mendidik, melatih mereka yang dipertanggungjawabkan (anak didik). Tanggung jawab guru harus juga diterima oleh seluruh elemen masyarakat yang menggunakan anak didiknya. Oleh karena itu guru yang profesional adalah mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya, tentunya akan melaksanakan tugas yang diembannya sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan guru yang baik bukan hanya yang datang ke kelas, kemudian memberi tugas yang banyak kepada anak didiknya lalu pulang. Tapi guru yang baik adalah guru yang dapat mentransfer seluruh ilmu yang ada pada dirinya, menjadikan dirinya teladan bagi anak didiknya. Mochtar Buchori, menurut suku Jawa, guru adalah singkatan dari ungkapan digugu Ian ditir, artinya guru adalah orang yang harus selalu dapat ditaati dan diikuti. Maksudnya digugu adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh guru harus dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh seorang murid, kemudian guru juga harus ditiru, kedua, guru teladan bagi murid-muridnya. Guru dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan. Jadi dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah: a. Penguasaan materi b. Penguasaan strategi c. Penguasaan ilmu dan wawasan d. Serta memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan tugas guru pada umumnya dibedakan menjadi tiga bagian, tugas personal, tugas

12 sosial, tugas profesional seperti yang dikemukakan oleh Piet Sahertian berikut ini: 1) Tugas Personal Tugas personal atau pribadi ini menyangkut pribadi guru, oleh karena itu guru sebelum memaharni tentang keanekaragaman kepribadian anak didiknya maka terlebih dahulu seorang guru harus tabu dan paham mengenai konsep dirinya sendiri. P. Wiggens dalam bukunya Student Teacher in Action seperti yang dikutip oleh Piet Sahertian, Wiggens menulis bahwa seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Bila ia berkaca ia melihat bukan satu pribadi tetapi tiga pribadi, yaitu: a) Saya dengan konsep diri saya (self concept) b) Saya dengan ide diri saya (self idea) c) Saya dengan realita diri saya (self reality) Apabila seorang guru sudah paham mengenai konsep dirinya, maka hal yang terlebih dahulu dilakukan seorang guru setelah mengajar ialah sejenak melakukan refleksi mengenai pengajaran yang telah dilakukan, apakah segala materi yang telah diberikannya kepada anak didiknya dapat dipahami serta bagaimana hasil akhir yang diterima anak didiknya? 2) Tugas Sosial Tujuan serta misi seorang guru dalam melakukan pekerjaannya adalah misi kemanusiaan, itu artinya perlu adanya keikhlasan dari seorang guru dalam melakukan tugasnya karena guru mempunyai tugas sosial yang diembannya. Akan tetapi melihat fenomena yang sedang terjadi sekarang ini adalah kondisi jumlah nominal dana kesejahteraan seorang guru yang ternyata tidak mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan oleh guru beserta keluarganya, sehingga efeknya nilai kemanusiaan yang dibarengi dengan nilai keikhlasan dari tugas guru sudah mulai

13 pudar. 3) Tugas Profesional Kompetensi atau keterampilan guru juga harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional, hat ini dimaksudkan agar proses pembelajaran antara guru dengan seorang murid lebih efektif mencapai tujuan dari proses pembelajaran. Oleh karena itu menurut Muhammad Nurdin, bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Memiliki spesialisasi ilmu b) Memiliki kode etik dalam menjalankan profesi c) Memiliki organisasi profesi d) Diakui oleh masyarakat e) Sebagai panggilan hidup f) Harus dilengkapi kecakapan dalam diagnostik, kecakapan dalam mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan klien atau masalahmasalah yang berkaitan dengan teori-teori dalam bidang profesinya. Prinsip profesionalitas menurut RUU Guru dan Dosen: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketaqwaan, dan akhlak mulia 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6. Memperolah penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

14 berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Jadi tugas guru dalam profesinya harus bersifat profesional, guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan yang lebih dibandingkan anak didiknya. Kegiatan mengajar, melatih dan membimbing paling tidak harus dimiliki oleh seorang guru maka anak didik tidak sungkan-sungkan menjadikan gurunya sebagai teman curhat, tempat bertanya dari segala persoalan dan lain sebagainya. 1.6 Kerangka Konsep Konsep adalah istilah yang mengespresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta untuk yang diperoleh dari pengamatan. Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk mengambarkan berbagi fenomena yang sama (Kriyantono, 2007 : 149). Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dan menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawapan sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar kosepkonsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (x) Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau mumculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1915 : 40). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi formal. 2. Variabel Terikat (y)

15 Variabel terikat adalah sejumalah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul di pengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995 : 40). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja guru. 1.7 Model Teoritis Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut: Variabel bebas (x) Komunikasi Formal Variabel terikat (y) Kinerja Guru Karakteristik responden Gambar 1. Model Teoritis 1.8 Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk suatu kesatuan dan memudahkan, pemecahan masalah, yakni sebagai berikut: Variabel Bebas (x) Komunikasi Formal Variabel Teoritis Variabel Operasional a. Komunikasi kepada bawahan b. Komunikasi kepada atasan c. Komunikasi horizontal Variabel Terikat (y) a. Penguasaan materi

16 Kinerja Guru b. Penguasaan strategi c. Pengusaan ilmu dan wawasan d. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung Karakteristik Responden a. Umur b. Jenis kelamin c. Jabatan 1.9 Defenisi Operasional Variabel Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur varabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan variabel sama (Singarimbun,1915 : 46). Maka variabel-variabel yang perlu didefenisikan dalam penelitian ini adalah 1. Variabel Bebas a. Komunikasi kepada bawahan adalah komunikasi yang menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya, digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas dan pemeliharaan. b. Komunikasi kepada atasan adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. c. Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan di antara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Pesan ini biasanya berhubungan dengan

17 tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan, seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi. 2. Variabel Terikat a. Penguasaan materi adalah mengetahui dan memahami secara mendalam memgenai materi pelajaran dan bahan ajar yang akan diajarkan. b. Penguasaan strategi adalah bagaimana cara atau teknik mengajar guru, misalnya diskusi, tanya jawab, membagikan kuis dan lain-lain. c. Penguasaan ilmu dan wawasan maksudnya memahami ilmu yang akan diajarkan dan mempunyai wawasan yang seputar materi pelajaran tersebut. d. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yaitu mampu menyerap imformasi yang ada di sekitarnya dengan cepat

18 1.10 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang merupaka dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2007 : 14). Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ho: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi formal dan kinerja guru SMA Negeri 5 Medan. Ha: Tidak terdapat hubungan antara pengaruh komunikasi formal terhadap kinerja guru di SMA Negeri 5 Medan.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya hakekat yang terkandung dalam komunikasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya hakekat yang terkandung dalam komunikasi adalah adanya BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya hakekat yang terkandung dalam komunikasi adalah adanya kesamaan makna dan kesamaan pengertian diantara individu-individu yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap anggota organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena. organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. setiap anggota organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena. organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 9 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri demikian pula halnya dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan Pembelajaran adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak di lahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak di lahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak di lahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia hidup memerlukan bantuan dari orang lain. Untuk itu ia melakukan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas II. KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik (guru) dituntut untuk mampu melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia, sebagai mahluk sosial yang selalu mencoba berinteraksi, akan selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam berinteraksi, baik antar individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan juga semakin pesat dan penuh tantangan.

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan juga semakin pesat dan penuh tantangan. 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dan Masalah Sumber daya manusia harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Peningkatan sumber daya manusia dalam setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah organisasi pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menciptakan sebuah iklim organisasi yang mampu membawa para anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi bukanlah suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan merupakan masalah yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai agen pembelajaran, pendidik menempati posisi strategis dalam peningkatan mutu lulusan SD. Pendidik melakukan berbagai aktivitas sejak perencanaan, mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar (PBM) itu terdiri dari tiga komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang belajar dan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting didalam lingkungan organisasi dan memberi kemajuan bagi organisasi karena mempunyai fungsi persuasif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia dalam kehidupan sehari-hari senantiasa berkomunikasi.kegiatan berkomunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk melakukan interaksi.artinya

Lebih terperinci

PERANAN KOMUNIKASI INTERNAL DI LINGKUNGAN KERJA

PERANAN KOMUNIKASI INTERNAL DI LINGKUNGAN KERJA PERANAN KOMUNIKASI INTERNAL DI LINGKUNGAN KERJA Mardani Eka Ningrum, SE Kasubag Perencanaan Sistem Informasi APSI Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAK Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor internal

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang pendidikan merupakan hal yang paling mendukung terciptanya hubungan

I. PENDAHULUAN. bidang pendidikan merupakan hal yang paling mendukung terciptanya hubungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu tindakan penting dalam kehidupan manusia. Begitu pula dalam dunia pendidikan, komunikasi dipandang perlu karena akan mengantarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci

DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT

DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT DAMPAK KOMUNIKASI INTERPERSONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) TANJUNG TUALANG KECAMATAN PEUREULAK BARAT SKRIPSI Diajukan Oleh: ZAITUN AKMAL NIM. 211001362 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasiorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasiorganisasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan organisasi, baik dalam bentuk instansi lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan, kerjasama para anggota organisasi di dalamnya

Lebih terperinci

MENJADI GURU PROFESIONAL

MENJADI GURU PROFESIONAL MENJADI GURU PROFESIONAL Mukhamad Murdiono, M. Pd. Jurusan PKn dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Padamu Negeri: Kami berjanji Kami Berbakti Kami mengabdi Bagimu Negeri:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PEMBAHASAN. manusia dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan

BAB I PEMBAHASAN. manusia dapat memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan BAB I PEMBAHASAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses budaya untuk dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Mekanisme komunikasi berlangsung seumur hidup dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. beragam, sehingga makin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan

B A B I PENDAHULUAN. beragam, sehingga makin disadari bahwa pelayanan dan kepuasan pelanggan B A B I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini banyak perusahaan yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan yang bersangkutan adalah untuk memuaskan pelanggan. Cara pengungkapannya pun sangat beragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan tersebut begitu terasa dan terus meningkat ke arah yang semakin maju. Untuk mengantisipasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi, individuindividu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi, individuindividu 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah salah satu elemen penting yang sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, terutama manusia. Tanpa adanya komunikasi, individuindividu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang diharapkan, harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula dalam tugasnya sebagaimana diperjelas dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kerja sama dilakukan dalam melaksanakan berbagai aktivitas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kerja sama dilakukan dalam melaksanakan berbagai aktivitas untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu organisasi merupakan bentuk formal dan merupakan wadah dimana sistem kerja sama dilakukan dalam melaksanakan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Sebagai pendidik seorang guru harus dibekali kompetensi. Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah faktor sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah faktor sumber daya manusia. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai macam hal, salah satunya adalah faktor sumber daya manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif dan efisien. Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif dan efisien. Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah sebagai pemimpin penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah bertugas menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang bermanfaat untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan, data selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan yaitu. atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun manusia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses budaya, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi dapat membantu menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar merupakan fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Panduan Pertanyaan Pertanyaan ditujukan kepada karyawan dari berbagai jabatan baik general manajer, manajer, senior staff, staff, dan non staff pada Departemen HR Human Resource

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri, sehingga manusia memiliki derajat yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi diri, sehingga manusia memiliki derajat yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial tidak dapat dipisahkan dari proses interaksi dengan lingkunganya, berbagai interaksi dalam kehidupan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, ini dapat dilakukan melalui peningkatan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran untuk mengembangkan pengetahuan agar mencapai sumber daya manusia yang berkualitas. Tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Komunikasi Organisasi Yang Berlangsung Dalam Pelaksanaan

BAB IV PEMBAHASAN Komunikasi Organisasi Yang Berlangsung Dalam Pelaksanaan BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Komunikasi Organisasi Yang Berlangsung Dalam Pelaksanaan Distribusi Penjualan PT. Putri Daya Usahatama adalah suatu organisasi perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi penjualan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalisme guru berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern, hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi memiliki multi peran diantaranya sebagai pembimbing yang mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya mencapai tujuan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question 1 BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks bagi kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaan ekonomi tidak menentu khususnya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di saat keadaan ekonomi tidak menentu khususnya di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di saat keadaan ekonomi tidak menentu khususnya di Indonesia seperti sekarang ini, perusahaan perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil sangat membutuhkan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung 8 Siti Halimah, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui... PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SEMBON KECAMATAN KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi dan tidak terjadi saling tukar

BAB I PENDAHULUAN. tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi dan tidak terjadi saling tukar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat telah mendorong terciptanya globalisasi dalam berbagai kegiatan terutama dibidang komunikasi. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

PROFES PRO SIONALISM

PROFES PRO SIONALISM PROFESS PROFES SIONALISM OF TEACHERS BY ASMUNI Presented at the workshop on the teaching practices for the teacher's candidate on College of Teacher Training and Education STKIP PGRI Jombang, East Java,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial, manusia selalu akan mengadakan kontak sosial, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial, manusia selalu akan mengadakan kontak sosial, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan sosial, manusia selalu akan mengadakan kontak sosial, yaitu berhubungan dengan orang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan suatu bangsa melalui kegiatan pembelajaran sebagai bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan bukanlah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, setiap perusahaan dihadapkan pada suatu iklim persaingan dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan keinginan atau kebutuhannnya dapat dipenuhi oleh pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan keinginan atau kebutuhannnya dapat dipenuhi oleh pihak lain. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis membutuhkan komunikasi untuk melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada di dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 7

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 7 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii iii vi x xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Perumusan Masalah 7 1.3 Tujuan Penelitian 7 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru merupakan sosok yang sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran siswa di sekolah, yang harus dapat membawa perubahan besar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Makna penting pendidikan ini telah menjadi kesepakatan yang luas dari setiap elemen masyarakat.

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam proses belajar mengajar aspek motivasi sangat penting, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan mahasiswa. Motivasi dapat mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Tuhan YME yang kompleks, unik dan diciptakan dalam integrasi dua substansi yang tidak dapat berdiri sendiri. Substansi pertama disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, bila manusia berada dalam keadaan sendiri atau hidup sendiri, yang akan terjadi adalah perasaan tidak berarti yang membuat hidup terasa sulit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dalam kehidupan bernegara pendidikan memegang peran sentral guna menjamin kelangsungan

Lebih terperinci