BAB I PENDAHULUAN. 2004), hlm. 5. hlm RA. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, terj. Armin Pane, (Jakarta: Balai Pustaka,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 2004), hlm. 5. hlm RA. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, terj. Armin Pane, (Jakarta: Balai Pustaka,"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah R.A. Kartini tidak dikaruniai umur panjang, dia lahir pada 21 April 1879 dan meninggal pada 17 September Tetapi umur yang singkat itu mampu menggoreskan sebuah riwayat yang dikenal banyak orang. Kartini dikenal lewat surat-suratnya yang mampu menggetarkan hati setiap pembacanya. Surat-surat itu kartini tulis sejak 25 Mei 1899 sampai 7 September Surat terakhir Ia tulis tepat sepuluh hari sebelum meninggal. 1 Hidupnya yang singkat seakan-akan memantulkan misteri yang cukup memukau, karena Kartini adalah gadis bangsawan pingitan, namun ia mempunyai jiwa yang peka terhadap lingkungan bangsanya. Sebagai penentang poligami Kartini membiarkan dirinya menjadi istri ke empat dari R.M Joyohadiningrat seorang Bupati Rembang. Surat-surat Kartini memang telah menjadi bukti sejarah tentang kemelut yang terjadi di sebuah masyarakat yang sedang mengalami perubahan mendasar. Ia bukan hanya mewakili citacita tentang perubahan, namun juga menjadi kiblat. Yakni, kiblat baru yang ditandai oleh masuknya pengaruh pendidikan barat ke benak masyarakat Jawa tradisional pada masa itu. 2 Dalam surat-surat yang membentang pada jarak kurang lebih dalam waktu lima tahun, dapat ditelusuri tentang pengalaman Kartini, sebagai anak zaman yang sedang mengalami perubahan. Kartini bukanlah pemenang dalam perlawanannya tersebut. Dia harus berani melawan terhadap penjajah, penindasan, kekolotan, kebodohan, dan keserakahan tanpa harus menyebut dirinya pahlawan. Dia juga harus berhadapan dengan pihak kolonial Barat 1 RA. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, terj. Armin Pane, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hlm Siti Soemandari Soeroto, Kartini: Sebuah Biografi, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), hlm. 180.

2 2 yang hendak menghalangi perubahan-perubahan yang sedang terjadi di tengah bangsanya. 3 Namun, renungan-renungan spiritual Kartini yang menarik dan mendalam jarang sekali disinggung dalam tulisan manapun, padahal perubahan yang terjadi dalam lingkungan Kartini saat itu akan merambah juga dalam kehidupan keagamaannya. Agama, khususnya untuk kehidupan masyarakat di Indonesia, tidak bisa dipisahkan dari seluruh upaya untuk mengubah masyarakat. Renungan-renungan spiritual Kartini yang tajam dan cerdas juga akan selalu menjadi rangsangan bagi munculnya renungan yang baru. 4 Gagasan Kartini tentang Tuhan dan Agama bukanlah sebuah gagasan orisinil dalam masyarakat Jawa maupun Barat. Namun gagasan Kartini itu memiliki orisinalitas yang terletak pada aktifitas korespondensinya dengan sahabat-sahabatnya yang beda agama. Aktifitas tersebut nampaknya mengarah pada bentuk dialog antar agama yang belum pernah dilakukan oleh seorang pemikir agama di tanah Jawa saat itu. Kartini bisa dikatakan orang yang pertama kali melakukannya 5. Kartini berkeyakinan tentang monoteisme bahwa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah tuhan semua orang dan semua agama. Paham Kartini tentang tuhan lebih banyak bersifat realistik dari pada metafisik, karena Kartini menganggap bahwa Tuhan adalah kebajikan. Sehingga makna yang diberikan Kartini pada-nya mengandung suatu sifat positif, jelas tanpa sesuatu yang samar 6. Kartini dalam memahami agama tidak hanya sekedar teks saja. Ia beranggapan bahwa segalanya harus bisa dipertanggung jawabkan kepada akal dan sesuai dengan kriteria pemikiran dirinya. Ia ingin dalam memahami 3 Maryati Soebagio dan Sapariah Sadli, Kartini Pribadi Mandiri, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm Th. Sumartana, Tuhan dan Agama Dalam Pergulatan Batin Kartini, (Jakarta: PT. Temprint, 1993), hlm Ibid, hlm. 93.

3 3 agama harus sampai dengan sari-sarinya yakni filsafatnya. Meskipun Kartini berteori sendiri di bidang keagamaan, ia tetap menjadi wanita muslimah yang taat walaupun kadang ia gelisah dengan pendidikan agama yang ia peroleh saat itu. Karena ulama nya selalu memojokkan perempuan dengan rendahnya kedudukan perempuan dibanding laki-laki 7. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang pendidikan agama yang telah Kartini peroleh atau kegelisahan batin Kartini yang bersangkutan dengan masalah-masalah agama. Bagaimana ia menempatkan agama dalam proses perubahan masyarakat serta apa peran yang bisa dijalankan oleh agama dengan kejadian tersebut. Sedangkan mengenai tujuan pendidikan itu sendiri kartini berpendapat bahwa, pendidikan tidak hanya mencerdaskan otak saja namun juga harus bisa membentuk budi pekerti yang luhur. Pernyataan ini tercantum dalam suratnya yang tertanggal 21 Januari 1901 Kartini mengatakan bahwa: pendidikan adalah mendidik budi pekerti dan jiwa kewajiban mendidik belumlah selesai apabila ia hanya baru mencedaskan pikiran saja, dia juga harus mendidik mendidik budi. 8 Berangkat dari pemikiran Kartini mengenai pendidikan, maka kita mengetahui bahwa tidak ada perbedaan antara pendapat Kartini dengan tujuan pendidikan agama itu sendiri terutama pendidikan Islam. Menurut Qodri Azizy pendidikan Islam adalah mendidik siswa atau siswi untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam. 9 Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berbuat atau berakhlak yang tidak baik yang nantinya bisa merugikan umat manusia, begitu juga dengan agama yang lain. Semua agama yang ada di dunia pada umumnya mengajarkan umatnya untuk berbuat yang bisa memberikan manfa at bagi umat manusia. 6 Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, (Jakarta: Hasta Mitra, 2000), hlm Idjah Chodijah, Rintihan Kartini, (Jakarta: Ikhwan, 1986), hlm R.A. Kartini, Op Cit, hlm Prof. Dr. Qodri Azizy, Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak Sukses Masa Depan: Pandai dan Bermanfaat), (Semarang: Aneka Ilmu, 2002), hlm. 22.

4 4 Agama pada dasarnya mengajarkan kedamaian, dan tidak pernah menganjurkan pada umatnya untuk membeda-bedakan antar sesama umat. Saling menghormati dan saling menghargai adalah salah satu wujud dari pendidikan Agama Islam dalam ranah afektif yaitu akhlak. Gagasan Kartini tentang Tuhan dan Agama bukanlah sebuah gagasan orisinil dalam masyarakat Jawa maupun Barat. Namun gagasan Kartini itu memiliki orisinalitas yang terletak pada aktifitas korespondensinya dengan sahabatsahabatnya yang beda agama. Aktifitas tersebut nampaknya mengarah pada bentuk dialog antar agama yang belum pernah dilakukan oleh seorang pemikir agama di tanah Jawa saat itu. Kartini bisa dikatakan orang yang pertama kali melakukannya. 10 Dalam konteks kekinian, gagasan Kartini mengenai Tuhan dan agama amat relevan untuk mengembangkan pemikiran tentang hubungan antar agama yang lebih positif serta kerja sama antar agama untuk mengatasi persoalan kemasyarakatan bersama-sama. Diharapkan pemikiran pendidikan agama Kartini bisa menawarkan masukan baru dalam mengurai masalah yang tengah dihadapi dunia pendidikan saat ini. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang kehidupan keberagaman Kartini saat itu, pemikiran Kartini dan pendidikan Agama Islam, juga nilai-nilai pendidikan agama Islam pada suratsurat Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan kerangka pemikiran di atas, ada beberapa masalah yang menjadi bahan penelitian yang akan dikaji: a. Bagaimana kehidupan keberagaman Kartini saat itu. b. Bagaimana Pandangan Kartini terhadap pendidikan Agama Islam yang ada di dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. c. Bagaimana nilai-nilai pendidikan agama Islam yang ada dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. 10 R.A. Kartini, Op Cit,, hlm. 93.

5 5 C. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan keberagaman Kartini saat itu. b. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Kartini dan pendidikan Agama Islam. c. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai pendidikan agama Islam yang ada dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Alasan pemilihan topik: 1. Karena masih sedikitnya tulisan yang membahas tentang kehidupan beragama Kartini atau pemikirannya tentang agama. 2. Kehidupan beragama yang bagaimanakah yang diinginkan oleh Kartini yang ada di Indonesia khususnya. 3. Dengan kehidupannya yang singkat itu bagaimana Kartini bisa menjadi sebuah figur yang menarik untuk dikaji dan Kartini juga memiliki segudang cita-cita untuk perubahan dan perkembangan bangsanya secara menyeluruh. Alasan lain yang ada adalah dengan berbagai penjelasan diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemikiran Kartini tentang agama serta mencoba untuk mengelaborasikan dengan pendidikan. Manfaat penelitian: Manfaat dari penelitian ini adalah, peneliti dan pembaca akan mengetahui hal ikhwal Kartini tidak hanya sebagai pahlawan emansipasi saja namun juga mengenal sosok Kartini sebagai orang beragama yang menginginkan tatanan hidup beragama yang penuh berkah serta mempunyai gagasan indah untuk kebaikan kehidupan bangsanya. D. Penegasan Istilah dan Pembatasan Masalah Agar kajian ini dapat dipahami secara tepat dan benar, serta untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, maka peneliti mamandang perlu untuk menjelaskan kata-kata yang esensial dalam judul serta maksud dari kajian judul diatas. Adapun penegasan dan batasan istilah dari judul diatas adalah:

6 6 1. Nilai-nilai Merupakan kata jamak dari nilai, dalam Ensiklopedi Umum 11 dijelaskan; dalam ekonomi nilai adalah arti barang secara ekonomis. Dalam etika, dikenal dengan nilai-nilai rokhani yaitu yang baik, yang benar, dan yang indah. Nilai-nilai itu mempunya sifat supaya direalisir yang disebut dengan nilai aktuil, sedangkan yang menunggun direalisir disebut nilai ideal. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan fisik maupun psikis peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh. 12 Agama adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajibankewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Jadi pendidikan agama Islam adalah usaha pembinaan dan pengembangan potensi manusia secara optimal sesuai dengan statusnya, dengan berpedoman kepada syariat Islam yang disampaikan oleh Rasul Allah yang setia dengan segala aktivitasnya guna tercipta kondisi kehidupan Islami yang ideal, selamat, aman, sejahtera dan berkualitas serta memperoleh jaminan (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat Habis Gelap Terbitlah Terang Adalah buku yang berisi surat-surat R.A. Kartini yang bernuansa renungan atau curahan hati yang dikirimkan kepada teman-temannya di Belanda. R.A. Kartini adalah pahlawan wanita Indonesia, dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, puteri dari R.A.A. Sosroningrat (Bupati jepara). 14 Pembatasan Masalah: Kiranya perlu peneliti memberi batasan masalah yang akan diteliti. Peneliti hanya akan meneliti atau membahas tentang kehidupan 11 Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 8, (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1990), hlm. 195.

7 7 keagamaan Kartini, pemahaman Kartini tentang agama, serta bagaimana pemikiran Kartini tentang pendidikan agama. E. Telaah Pustaka Kajian mengenai pemikiran R.A. Kartini tentang Pendidikan Agama sangat sedikit ditemukan yang banyak kita temukan saat ini adalah tulisantulisan atau artikel-artikel mengenai R.A. Kartini sebagai pahlawan emansipasi. Ada sebuah skripsi yang telah ditulis oleh Elin Nur Aslichah yang berjudul Pendidikan berwawasan gender. Tulisan tentang Kartini sebagai pahlawan emansipasi juga ada pada buku Jonk Tondowidjojo yang berjudul mengenang R.A. Kartini dan tiga saudara dari Jepara. Buku yang berjudul rintihan Kartini yang di tulis oleh Idjah Chotijah. Riwayat Kartini telah menjadi sumber ilham yang tak pernah kering, hidupnya penuh warna. Riwayat hidup Kartini akan selalu menarik untuk dikaji karena pribadinya dan hidupnya yang syarat dengan persoalan. Kehadirannya dalam sejarah tidaklah diwujudkan dalam berbagai rentetan tindakan, namun dalam wujud surat-surat yang ditinggalkannya. Surat-surat yang ditulis dengan bahasa Belanda itu adalah tulisan gadis pribumi yang kental akan adat istiadat. 15 Memiliki gaya bahasa yang indah dan mempunyai kemampuan dialog yang intens sehingga mampu membawa pembaca untuk menyelami isinya. Selama ini banyak buku serta artikel ditulis mengenai Kartini. Tulisantulisan tersebut dengan berbagai perspektif, serta analisis, telah banyak pula aspek kehidupannya ditampilkan ke permukaan. Sejarah hidupnya yang berliku-liku, serta sisi pengalaman yang memilukan tetap menjadi bahan renungan yang abadi. Tulisan-tulisan yang muncul kebanyakan untuk mendudukkan sumbangan pikirannya dalam mengangkat derajat wanita Indonesia. Namun ada juga tulisan tentang pemikiran kartini mengenai pendidikan yang ditulis 15 Ninuk M. Pambudy, Seratus Satu Tahun Setelah Kepergian Kartini, Kompas, 21 April 2005, hlm. 1.

8 8 oleh Imam Tolkhah yang mengenai refleksi pemikiran pendidikan Kartini dalam bukunya yang berjudul membuka jendela pendidikan. Ada juga pada tulisannya Siti Djauhari Sudiro tentang peranan wanita golongan nasional dalam buku perjuangan wanita 10 windu setelah Kartini Ada juga artikel yang ditulis oleh Ninuk M. Pambudy dalam surat kabar Kompas yang berjudul Seratus Satu Tahun Setelah Kepergian Kartini. Kartini jarang dilihat sebagai seorang yang memperjuangkan masyarakat secara umum. Padahal apabila dibaca dengan lebih teliti, keprihatinan utama Kartini adalah tertuju pada nasib rakyat di tanah jajahan secara menyeluruh. Masalah emansipasi wanita adalah bagian dari upayanya untuk mengangkat derajat dan hidup dalam kegelapan dan penindasan. Ada satu buku yang ditulis oleh Th. Sumartana tentang Tuhan dan agama dalam pergulatan batin Kartini. Buku tersebut menjelaskan bahwa kartini mengalami kegelisahan batin dalam dirinya. Kartini sempat mengalami kebimbangan, namun dengan segera ia sadar akan kebesaran Allah sebagai Tuhan pencipta alam. F. Metodologi Penelitian a. Pendekatan Penelitian Dalam hal ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian rasionalistik. Pendekatan ini bertolak dari filsafat Rasionalisme yang menekankan pada pemaknaan empirik, pemahaman intelektual, argumentasi yang logis, yang didukung data empirik yang relevan agar menghasilkan produk pengetahuan yang ilmiah, bukan sekedar fiksi. 16 b. Metode Pengumpulan Data Data-data yang peneliti kumpulkan didapatkan dengan metode kualitatif, yaitu pengkajian dan penelaahan terhadap sumber kepustakaan yang berhubungan dengan judul skripsi ini, sumber-sumber tersebut adalah: 16 Prof. Dr. Noeng Muhajir, Metodologi Penlitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Saradin, 1991), hlm.83.

9 9 1. Sumber pokok (sumber primer), yaitu buku yang berisi kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang terjemahan Armijn Pane. 2. Sumber penunjang (sumber skunder), yaitu buku-buku penunjang lainnya yang berkaitan dengan tema yang peneliti bahas. c. Metode Analisis Data 1. Metode Deskriptif Metode Deskriptif adalah pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. 17 Dengan metode ini akan diperoleh jawaban seputar permasalahan yang ada dalam penelitian ini. 2. Metode Content Analisys (analisis isi) Yaitu analisis terhadap makna yang terkandung dalam pemikiran Kartini tentang nilai-nilai pendidikan agama Islam, menganalisa dan memahami dari sebuah pendapat maupun sebuah buku, baik sebagian maupun keseluruhan untuk mengetahui, memahami dan menjelaskan isi dari sebuah buku tersebut. 18 Surat-surat yang ada dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, dianalisis sesuai dengan isi yang tersurat, kemudian diinterprtasikan sesuai pesan atau isinya. Disamping itu, analisis juga digunakan untuk membendingkan relevansi antara nilainilai pendidikan agama Islam dengan isi surat-surat Kartini. 17 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1989), hlm Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm.

10 10

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III BIOGRAFI R.A. KARTINI

BAB III BIOGRAFI R.A. KARTINI BAB III BIOGRAFI R.A. KARTINI A. Biografi R.A. Kartini Kartini dilahirkan pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun Jawa 1808, bertepatan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong Jepara. Kartini adalah cucu Pangeran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian materi pembelajaran sejarah bangsa sejak belia dapat menumbuhkan semangat nasionalisme sejak dini. Berdasarkan pendapat Nuraeni dikutip Gemari edisi 88 (2008

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Hadirin yang Saya hormati,

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi terhadap pencapai belajar siswa adalah kegiatan wajib bagi setiap guru atau pengajar. Dikatakan wajib karena pengajar dapat menginformasikan kepada

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya. motivasi guru saat dia di sekolah dasar dan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kemampuan teknis atau pun non-teknis lainnya. motivasi guru saat dia di sekolah dasar dan menengah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah komponen penting yang erat dan tidak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Kualitas sebuah bangsa dan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI PEMIKIRAN R.A. KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA INDONESIA DALAM KEMAJUAN BANGSA

2015 RELEVANSI PEMIKIRAN R.A. KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA INDONESIA DALAM KEMAJUAN BANGSA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ranah kognitif merupakan ranah psikologis siswa yang terpenting. Dalam perspektif psikologi, ranah kognitif yang berkedudukan pada otak ini adalah sumber sekaligus pengendali

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa pretensi untuk mengecilkan peran kelompok lain dari masyarakat yang turut bergerak dalam panggung perubahan sosial, peran mahasiswa merupakan unsur yang seolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan suatu cara atau prosedur dan tehnik penelitian.1 Sedangkan penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia dalam kehidupannya, yaitu manusia yang beriman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat. sastra sebagai wadah penggambaran permasalahn hidup manusia yang ada di masyarakat. Terbentuknya karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitan Pendidikan merupakan bahasan penting dalam setiap insan. Keberadaannya dianggap suatu hal yang mendasar dan pokok dalam setiap kehidupan manusia. Kerap kali pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an hadits yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam turut memberikan sumbangan tercapainya pendidikan nasional. Tugas pendidikan tidak hanya menuangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilaksanakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan yang begitu cepat telah melahirkan manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan yang terus berkembang sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Alfitra Salam, APU, Makalah Simposium Satu Pramuka Untuk Satu Merah Putih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya penting yang dapat menunjang pembentukan watak, karakter dan akhlak manusia adalah melalui pendidikan secara terus menerus. Pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang perjuangan seorang perempuan yang ingin memperjuangkan perempuan lain, agar mendapatkan haknya. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu, dan setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya.tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Agama secara umum adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

Lebih terperinci

RESENSI: NGASIRAH, PEREMPUAN TANGGUH DI BALIK R.A. KARTINI

RESENSI: NGASIRAH, PEREMPUAN TANGGUH DI BALIK R.A. KARTINI RESENSI: NGASIRAH, PEREMPUAN TANGGUH DI BALIK R.A. KARTINI Widowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa pos-el: widowatimhum@yahoo.com Buku Kartini Kisah yang

Lebih terperinci

KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN FEMINIS CITRA AQIDAH WANITA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL GADIS PENGHAFAL AYAT KARYA M. SHOIM HARIS DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Fauzia Ika Rosiani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan kegiatan yang formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2007:61) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus modernisasi telah banyak memberi perubahan dalam kehidupan masyarakat yang menyedihkan, perubahan yang terjadi justru cenderung mengarah pada krisis moral dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 APRIL 2013 TINGKAT KABUPATEN KULONPROGO 17 April 2013

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 APRIL 2013 TINGKAT KABUPATEN KULONPROGO 17 April 2013 BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 APRIL 2013 TINGKAT KABUPATEN KULONPROGO 17 April 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahera bagi kita semua. Yang saya hormati ; Forum Koordinasi

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: 12 Fakultas Tehnik Pendidikan Agama Islam ISLAM DAN DEMOKRASI Ust. H. Lathif Hakim, Lc. Dipl. DNP. MIE... Program Studi Tehnik Mesin http://mercubuana.ac.id TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM A. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara umum guna mencapai perkembangannya menuju kedewasaan jasmani maupun rohani. 1 Menurut konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

PEMIKIRAN R.A KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA DI JAWA

PEMIKIRAN R.A KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA DI JAWA PEMIKIRAN R.A KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA DI JAWA 1891-1904 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Nur Moh Arif Rohman NIM 130210302031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

A Leading and Outstanding University

A Leading and Outstanding University A Leading and Outstanding University TINJAUAN UMUM Buku Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran, karya Prof. Dr. H. Mohamad Surya (2015) berisi deskripsi mendalam tentang konsep dasar dan studi kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pemimpin di negeri ini selalu ramai jika diperbincangkan, baik dalam hal perpindahan kekuasaan atau kualitas kinerjanya selama masa pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah untuk mengembangkan potensi invidual sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) PEMBUATAN MOTION COMIC RIWAYAT HIDUP R.A. KARTINI

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) PEMBUATAN MOTION COMIC RIWAYAT HIDUP R.A. KARTINI PEMBUATAN MOTION COMIC RIWAYAT HIDUP R.A. KARTINI Jeffry Ginnanto Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Informatika Program Multimedia ultimajff@gmail.com Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu tokoh wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa

Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional (Sopan Santun) Terhadap Guru Melalui Layanan Penguasaan Konten Pada Siswa Sujiyanto (09220586) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kehidupan manusia saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya membimbing, mendidik, dan mengarahkan ke

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian tentang pendidikan adalah sebuah kajian yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam suatu kehidupan mempunyai peran yang sangat penting dalam menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat. Usaha untuk mencapai suatu pendidikan yang

Lebih terperinci

MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI

MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI Oleh Indriyanto Selamat memperingati hari Kartini yang ke-52 pada tanggal 21 April 2016 bagi seluruh warga Negara Indonesia. Memperingati hari Kartini pada hakikatnya adalah

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Hasil dari suatu pendidikan tidak segera dapat kita lihat hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak

ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1. Abstrak ANALISIS NOVEL TIGA ORANG PEREMPUAN KARYA MARIA.A. SARDJONO (KAJIAN RELATIVISME) Rahmat Kartolo 1 Abstrak Pandangan ketiga tokoh utama wanita tentang emansipasi dalam novel Tiga Orang Perempuan ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perkawinan adalah bukanlah sekedar masalah pribadi dari mereka yang melangsungkan perkawinan itu saja, tetapi merupakan salah satu masalah keagamaan yang sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk yang dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan demikian ia telah mempunyai potensi bawaan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal menghargai keanekaragamaan budaya dan agama yang ada di dalamnya. Pancasila ini menjadi inti dari tindakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia akan terbentuk yang akhirnya akan memunculkan

Lebih terperinci