SENGKETA KEPEMILIKAN KEPULAUAN DIAOYU ATAU SENKAKU ANTARA CHINA JEPANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENGKETA KEPEMILIKAN KEPULAUAN DIAOYU ATAU SENKAKU ANTARA CHINA JEPANG"

Transkripsi

1 TUGAS MATA KULIAH HUKUM INTERNASIONAL SENGKETA KEPEMILIKAN KEPULAUAN DIAOYU ATAU SENKAKU ANTARA CHINA JEPANG OLEH SONIA CAROLLINE BATUBARA D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Klaim Historis China Klaim Historis Jepang... 7 B. Rumusan Masalah BAB II : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 9 B. Metode Pendekatan.. 9 C. Bahan Hukum... 9 D. Teknik dan Pengumpulan Bahan Hukum. 10 E. Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum BAB III : PEMBAHASAN A. Posisi China dan Jepang Selama Sengketa Berlangsung. 11 B. Hubungan China dan Jepang Selama Sengketa Berlangsung.. 13 C. Upaya Penyelesaian Sengketa yang telah Dilakukan antara China dan Jepang D. Saran Penyelesaian Sengketa. 18 BAB IV: PENUTUP A. Simpulan.. 22 B. Saran DAFTAR PUSTAKA

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara adalah organisasi politik intelektual terbesar di dunia, yang mana di dalam Negara berisikan komponen-komponen pembentuk Negara seperti: rakyat yang terorganisir, wilayah yang permanen, pemerintahan yang stabil, dan kecakapan melakukan hubungan internasional. Definisi tentang negara yang lebih lengkap dan menyeluruh dikemukakan oleh Henry C. Black. Beliau mendefinisikan Negara sebagai sekumpulan orang yang secara permanen menempati suatu wilayah yang tetap, diikat oleh ketentuan-ketentuan hukum (binding by laws), yang melalui pemerintahannya mampu menjalankan kedaulatannya yang merdeka dan mengawasi masyarakat dan harta bendanya dalam wilayah perbatasannya, mampu menyatakan perang dan damai, serta mampu mengadakan hubungan internasional dengan masyarakat internasional lainnya. Dari komponen-komponen negara yang telah disebutkan di atas, wilayah suatu Negara merupakan komponen yang paling fundamental dari sisi hukum Internasional. Wilayah adalah batas kewenangan hukum (jurisdiksi) suatu negara terhadap Negara lain. Dalam hukum Internaional, wilayah suatu negara dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu wilayah laut, wilayah darat, dan wilayah udara. Hukum Internasional juga tidak memberi batasan tentang luas wilayah suatu negara, apakah negara tersebut memiliki luas wilayah yang sangat luas atau memiliki luas wilayah yang relatif kecil. Bagian wilayah dari suatu negara yang paling banyak diperhatikan oleh para tokoh Hukum Internasional adalah wilayah laut. Hal ini dikarenakan laut adalah wilayah yang paling luas dan berpotensi ekonomi terbesar di seluruh dunia. Selain itu, wilayah laut merupakan wilayah negara yang paling rawan dari intervensi negara-negara lain khususnya negara-negara tetangganya. Sehingga laut sering diartikan sebagai suatu batas negara dengan negara lain dengan titik batas yag ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau multilateral yang berarti pula merupakan batas kekuasaan dan kedaulatan suatu negara, sejauh garis terluar batas wilayahnya. 2

4 Dalam perkembangan hukum intenasional, kekuasaan negara-negara di seluruh dunia jadi memiliki batas yang tegas dan dengan demikian memiliki negara-negara tetangga yang jelas juga. Dari sistem kedaulatan yang seharusnya sudah jelas itu, tidak tertutup kemungkinan untuk menghasilkan suatu konflik atas nama perbatasan demi kedaulatan negara, meski hanya kurang dari puluhan kilometer persegi. Batas kekuasaan dan kedaulatan negara yang merupakan batas wilayah tersebut kemudian sangat dipegang erat, sehingga pelanggaran terhadap wilayah suatu negara dapat berakibat fatal, bahkan dapat menimbulkan kerenggangan hubungan, dan apabila berlarut-larut akan berakibat peperangan. Sengketa regional antar negara tetangga merupakan isu yang cukup sering terdengar di hampir seluruh belahan dunia. Dimulai dari konflik yang tidak menggunakan kekerasan hingga perang atas nama kedaulatan. Negara-negara yang dapat dikatakan telah maju dan merupakan negra yang berpengaruh di kawasan Asia Timur pun tidak luput dari masalah perebutan wilayah ini. Jepang dan China merupakan dua negara berkekuatan besar secara ekonomi maupun militer di kawasan Asia Pasifik. Namun, hubungan bilateral antara Jepang dan China dewasa ini sering mengalami ketegangan. Salah satu penyebabnya yaitu konflik teritorial di wilayah Laut China Timur yakni kepemilikan atas suatu kepulauan yang disebut Kepulauan Diaoyu dalam bahasa China (dengan nama lengkap Diaoyutai Qundao, 釣魚台群島 ) atau Senkaku dalam bahasa Jepang (dengan nama lengkap Senkaku Shoto, 尖閣諸島 ) yang terdiri dari batu-batu karang dan pulau-pulau tak berpenghuni yang hanya seluas 7 km 2. Sebenarnya, konflik regional ini sudah berlangsung sejak lama, khususnya dimulai pada tahun 1969 setelah Economic Comission for Asia and Far East (ECAFE) melakukan survei dan menemukan potensi cadangan minyak dan gas yang cukup besar di sekitar perairan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Penemuan ini membuat China dan Jepang sebagai negara yang berada sangat dekat dengan kawasan tersebut menjadi saling berebut atas kepemilikannya. Masing-masing negara terus berupaya untuk menunjukkan kedaulatannya atas wilayah tersebut dan sejak saat itu hubungan bilateral kedua negara kian lama kian menegang baik dari segi politik, ekonomi maupun militer. Meskipun sekarang konflik regional antara China dan Jepang ini memang tidak menyebabkan perang yang menggunakan kekerasan, tetapi sengketa ini dikhawatirkan akan 3

5 berdampak pada stabilitas ekonomi dan keamanan kawasan Asia Pasifik secara keseluruhan. Berangkat dari latar belakang di atas, penyusun merasa perlu untuk menganalisis masalah teritorial antara Jepang dan China tersebut demi menambah pengetahuan yang lebih mengenai sengketa teritorial yang terjadi antara Jepang dan China, tentang hubungan kedua negara selama sengketa, upaya-upaya penyelesaian sengketa yang telah dilakukan maupun saran penyelesaian atas sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut. Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan sebuah kepulauan yang terletak 170 km dari Taiwan, 330 km dari China, 170 km dari Ishigaki (Jepang) dan 410 km dari Okinawa (Jepang) di Laut China Timur, tepatnya berada pada garis koordinat Lintang Utara dan Bujur Timur, kepulauan ini hanya memiliki luas 7 km 2. Secara geografis, Kepulauan Senkaku berada di perairan Laut China Timur yang terletak sekitar 120 mil dari Taiwan, 120 mil dari dataran China dan 200 mil dari kota Naha, Okinawa Jepang Kepulauan ini terdiri dari kumpulan pulau kecil dan batu karang disekitarnya. Dengan hal tersebut menjadikan kepulauan Senkaku atau Diayou ini memiliki daya tarik berupa letaknya yang strategis karena berada di jalur pelayaran internasional yang sibuk serta memiliki populasi ikan yang besar, gas bumi dan juga diduga mengandung deposit minyak yang berlimpah. Kepulauan Diaoyu atau Senkaku terdiri dari lima pulau besar dan tiga karang, dari lima pulau dan tiga karang yang ada di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut, tidak satu pun dari semua itu yang berpenghuni, meski pun pada awal abad ke-20 sempat berpenghuni sekitar 200 jiwa yang merupakan pekerja untuk sebuah perusahan ikan makarel. Pulau-pulau dan karang-karang tersebut antara lain sebagai berikut: 5 pulau besar 1. Diaoyu Dao ( 釣魚島 ) atau Uotsuri Jima ( 釣魚島 ) 2. Chiwei Yu ( 赤尾嶼 ) atau Taisho Jima ( 大正島 ) 3. Huangwei Yu ( 黃尾嶼 ) atau Kuba Jima ( 久場島 ) 4. Bei Xiaodao ( 北小島 ) atau Kita Kojima ( 北小島 ) 5. Nan Xiaodao ( 南小島 ) atau Minami Kojima ( 南小島 ) 4

6 3 karang 1. Bei Yan ( 北岩 ) atau Kitaiwa ( 北岩 ) 2. Nan Yan ( 南岩 ) atau Minamiiwa ( 南岩 ) 3. Fei Jiao Yan ( 飛礁岩 ) atau Tobise ( 飛瀬 ) Dalam sengketanya terhadap Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, China dan Jepang memiliki klaim sejarah kepemilikan yang jauh berbeda. Dimana klaim-klaim tersebut memiliki pendekatan-pendekatan yang berfungsi sebagai dasar pendukung klaim keduanya. 1. Klaim Historis China Berdasarkan klaim historisnya China menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku telah masuk di dalam wilayah teritori China sejak dulu. Kepulauan ini ditemukan oleh China pada masa pemerintahan Dinasti Ming ( ) dan sudah disebut dengan nama Diaoyu ( 釣魚 ). Jepang yang ketika itu masih berstatus sebagai negara fasal dari dinasti Ming mengakui bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah wilayah kedaulatan Kekaisaran Ming. Maka dari itu, dalam bahasa Jepang, Kepulauan Diaoyu atau Senkaku disebut sebagai Uotsuri ( 釣魚 ) yang memiliki arti yang sama dengan nama dalam bahasa China, yaitu memancing ikan. Menurut China, pengakuan Jepang terhadap kedaulatan China atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut dapat dilihat dari sebuah peta yang bernama Sangoku Tsuran Zusetsu, yang dibuat oleh Hayashi Shihei tahun 1785, pada masa berlangsungnya pemerintahan Tokugawa Shogunate. Dalam peta tersebut dijelaskan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku bukan bagian dari Kerajaan Ryukyu yang telah dikuasai oleh Jepang. Selain itu di dalam peta yang diterbitkan oleh Pemerintah Jepang secara berturut-turut pada tahun 1874 dan 1877, tidak ada satu pun yang memasukkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ke dalam wilayah Jepang. China juga mengatakan bahwa Jepang mendapatkan haknya atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah dikarenakan kemenangan Jepang atas China pada tahun Dengan kekalahan tersebut maka ditandatanganilah Perjanjian Shimonoseki yang menjadikan Taiwan dan Korea menjadi wilayah yang terbebas dari pengaruh Kekaisaran China. Sejak saat itu, Jepang mengambil-alih pemerintahan yang berlangsung di Taiwan, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut. 5

7 Jepang kemudian mengklaim bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini merupakan teritori bebas, sehingga Jepang kemudian mengganti kekuasaan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dari di bawah Taiwan menjadi di bawah kekuasaan Nansei (Kepulauan Ryukyu) yang lebih dikenal dengan nama Okinawa. Sejak saat itu pula, nama Kepulauan Diaoyu mulai diganti menjadi Senkaku. Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tetap berada dibawah kendali Jepang hingga berakhirnya Perang Dunia II. Setelah itu terdapat perjanjian San Francisco pada tahun 1951 yang mengikat Jepang untuk mengembalikan semua wilayah jajahannya kepada pemiliknya yang sah. Dalam hal ini Taiwan merupakan salah satu wilayah yang akan dikembalikan. Namun yang terjadi adalah Taiwan memang dikembalikan kepada China tetapi kontrol atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tidak dikembalikan kepada China seperti layaknya Taiwan, melainkan berada di bawah kontrol Amerika Serikat. Hal tersebut terjadi dikarenakan oleh kekuasaan atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang telah diubah, dari yang seharusnya di bawah Taiwan menjadi Okinawa. Berdasarkan perjanjian-perjanjian perdamaian tersebut China beranggapan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan miliknya yang seharusnya dikembalikan juga oleh Jepang. Pada akhirnya, China berpendapat bahwa didalam dokumen sejarah Jepang telah dijelaskan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan bagian dari wilayah kedaulatan China. Dan China juga menyebutkan bahwa Kepulauan Senkaku dan Taiwan itu merupakan sebuah satu kesatuan dimana keduanya diserahkan kepada Jepang melalui sebuah aturan yang terdapat di dalam Perjanjian Shimonoseki. Semua negara memiliki kemungkinan untuk memperoleh kekuasaan atas wilayah lainnya dikarenakan oleh perebutan dan atau penaklukan yang terjadi dalam perang, dan penaklukan ini biasanya menjadi pendudukan paling efektif terhadap sebuah wilayah. Seperti halnya yang dilakukan oleh Jepang, yang memperoleh kemenangan atas China pada perang China-Jepang tahun 1895, dan memperoleh kekuasaan atas Taiwan dan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Namun, walau pun Jepang memperoleh pulau-pulau tersebut dengan cara penaklukan dan pendudukan, China menyatakan bahwa Jepang telah melepaskan kedaulatan pulau-pulau tersebut dengan Perjanjian San Francisco Dengan demikian, China menegaskan bahwa Jepang seharusnya tidak dapat lagi menggunakan teori pendudukan dan penaklukan sebagai pendukung atas klaimnya terhadap Kepulauan Diaoyu atau Senkaku saat ini. 6

8 2. Klaim Historis Jepang Bertolak belakang dengan China, berdasarkan klaim historisnya Jepang dalam hal ini juga mengklaim bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan miliknya. Jepang telah menemukan kepulauan ini pada tahun Ketika itu Jepang mengadakan beberapa penelitian dan pameriksaan di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dan menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun bukti maupun fakta yang menunjukkan adanya kekuasaan dan kepemilikan China terhadap kepulauan tersebut, oleh karena itu, Jepang akhirnya menyatakan bahwa kepulauan Senkaku merupakan sebuah kepulauan yang tidak bertuan. Oleh karena itu, Jepang kemudian menduduki kepulauan tersebut dan memilikinya sesuai dengan hukum terra nullius. Hukum terra nullius ini menyatakan apabila terdapat sebuah wilayah tanpa kepemilikan maka hal ini terbuka untuk diambil. Maka dalam kasus ini negara yang terlebih dahulu menduduki wilayah tersebut dapat dikatakan menjadi pemiliknya. Lalu sepuluh tahun kemudian yaitu pada tahun 1895 Jepang memasukkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ke dalam perfektur Okinawa. Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang saat itu, Kepulauan Diaoyu atau Senkaku resmi menjadi milik Jepang. Selain itu, sesuai dengan perjanjian San Francisco (pasca berakhirnya Perang Dunia II), disebutkan bahwa Jepang akan mengembalikan wilayah-wilayah jajahannya. Dalam hal ini memang disebutkan bahwa Jepang akan mengembalikan wilayah Taiwan kepada China. Namun, Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tidak tercantum di dalam perjanjiannya sehingga dalam hal ini Jepang merasa tidak harus mengembalikan kepulauan tersebut kepada China. Oleh karena itu menurutnya Kepulauan Diaoyu atau Senkaku bukanlah bagian dari Taiwan yang harus dikembalikan, melainkan kepulauan yang telah menjadi bagian dari wilayah Jepang sebelum peperangan antara China dan Jepang terjadi. Berdasarkan pendapat dari masing-masing pihak yang berbeda tersebut dapat dilihat bahwa China dan Jepang memiliki perbedaan klaim yang cukup mendasar pada sejarah kepemilikannya. Selain perebutan sumber cadangan minyak dan gas di sekitar kepulauan tersebut serta perbedaan klaim historis di atas, faktor lain yang melatarbelakangi sengketa kepulauan Diaoyu atau Senkaku yaitu perbedaan paham garis perbatasan laut di Laut China Timur (the East China Sea) antara Jepang dan China yang hingga kini belum dicapai kesepakatan bersama. Walau keduanya sama-sama 7

9 meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, tetapi mereka membangun pemahaman sendiri yang belum tuntas dibicarakan. Jepang mengusulkan pembagian wilayah berdasar garis tengah di zona ekonomi eksklusifnya (berjarak 200 mil dari garis dasar/baseline), sedangkan China mengacu pada kelanjutan alamiah dari landas kontinennya berjarak di luar 200 mil. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana posisi China maupun Jepang selama sengketa berlangsung? 2. Bagaimana hubungan antara kedua pihak selama sengketa berlangsung? 3. Apa saja upaya penyelesaian sengketa yang telah dilakukan antara China dan Jepang? 4. Bagaimana saran penyelesaian sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut? 8

10 BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah dalam mempelajari, menganalisa dan memahami permasalahan yang sedang diteliti. Sehingga akan mendapatkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan hasil penelitian yang diharapkan. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian normatif yang merupakan jenis penelitian yang menganalisa suatu permasalahan hukum atau isu hukum dengan cara meneliti bahan pustaka atau perundang-undangan, keputusan pengadilan, dan pendapat para ahli yang dapat digunakan sebagai acuan untuk memecahkan suatu permasalahan hukum atau isu hukum yang berhubungan dengan penelitian. B. Metode Pendekatan Pendekatan yang digunakan alam penelitian ini adalah: 1. Pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara mengkaji konsep-konsep dan pandangan dari para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 2. Pendekatan Historis (historical approach) yaitu pendekatan yang dilakukan untuk memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan pengaturan mengenai isu hukum yang dihadapi. C. Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan mencakup beberapa hal: 1. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum, jurnal hukum dan pendapat para sarjana yang berkaitan 9

11 dengan sengketa ini dalam hal ini termasuk juga hukum laut Internasional yakni yang terdapat dalam UNCLOS Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang didapatkan dari kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Bahan Hukum Teknik dan alat pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini adalah teknik studi kepustakaan. Artinya menggunakan penelitian di kepustakaan terhadap berbagai macam literatur-literatur dan bahan-bahan hukum untuk menjawab permasalahan yang diteliti. E. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum Pengolahan dan analisis bahan hukum yang dipakai dalam penelitian adalah yuridis normatif yaitu menganalisis data yang berupa uraian dalam bentuk narasi, dokumen tertulis, cerita, atau bentuk-bentuk non angka lainnya yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Untuk memperoleh kejelasan dalam masalah yang ditentukan digunakan metode deskriptif yaitu menyajikan dan menafsirkan fakta secara sistematis sehingga lebih mudah dipahami dan disimpulkan. 10

12 BAB III PEMBAHASAN A. Posisi China dan Jepang selama Sengketa Berlangsung Tentu sangat tidak mudah menyelesaikan permasalahan sengketa regional apabila kedua belah pihak yang berkonflik tetap teguh pada pendirian masing-masing yang berlawanan satu dengan yang lain. China dan Jepang dalam hal ini kemudian mengambil langkah yang normatif, yaitu mempertahankan status quo, yang menjadikan posisi China dan Jepang tidak mampu mengeksplorasi kekayaan alam yang ada di wilayah Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tanpa persetujuan dari kedua belah pihak. Jika ditinjau dari sejarah sengketa regional, tentu Kepulauan Diaoyu atau Senkaku sudah seharusnya tidak perlu dipermasalahkan lagi kedudukannya, karena fakta sejarah cenderung menunjukan bahwa China adalah penguasa pertama di kepulauan tersebut. Nama-nama yang bahkan dipakai oleh Jepang hingga saat ini masih banyak berhubungan dengan nama-nama yang diklaim oleh China, dengan perbedaan cara penyebutan. Jepang dalam hal ini menggunakan alasan bahwa legitimasinya atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku berawal dari keterlantaran kepulauan tersebut, dan dalam hal ini Jepang diperkuat dengan kemenangan atas Perang China-Jepang pertama pada tahun yang menjadikan Jepang memiliki kekuasaan atas Taiwan beserta wilayah-wilayah yang meliputinya, termasuk Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Jika Taiwan dan wilayah-wilayah sekitar Taiwan dikembalikan kepada China pada tahun 1945, seharusnya Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang diganti posisi superordinasinya dari Taiwan menjadi Okinawa seharusnya dikembalikan lagi ke posisi awal sebelum Perjanjian Shimonoseki ditandatangani. Dari kerancuan ini dapat diperkuat bahwa sebenarnya posisi Jepang dalam sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini didasari oleh ketidakadilan pihak Jepang maupun negara sekutu, dalam hal ini Amerika Serikat, dalam menempatkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang pernah diganti yurisdiksinya menjadi ke posisi awal. Padahal, secara geografis tampak jelas bahwa jarak antara Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dengan Okinawa (410 kilometer) dan Taiwan (180 kilometer) tentu lebih mendukung untuk diserahkan kepada China. 11

13 Di balik ketidakadilan Jepang dan Amerika Serikat terhadap pemahaman historiografi yang dimiliki oleh China, perlu diperhatikan juga sikap pemerintah China hingga sebelum tahun 1971 yang cenderung menerima keadaan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah milik Jepang, yang pada saat kekalahan Jepang diduduki oleh Amerika Serikat. Sikap yang terkesan defensif ini memperlemah posisi China dalam pengambilalihan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku di era kini, mengingat China bahkan menyatakan secara terang-terangan di media massa lokal pada tahun 1953, bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku merupakan wilayah negara lain. Tidak heran jika kemudian Jepang menyebutkan bahwa China hanya ingin merebut kedaulatan Jepang melalui klaim sepihak atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Hal tersebut diperkuat oleh temuan fakta yang menyatakan bahwa China sebelum menemukan ladang minyak bumi di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang ditemukan pada akhir tahun 1970, masih mengakui kedaulatan Jepang atas Kepulauan Senkaku, misalnya tulisan artikel koran Renmin Ribao pada tahun 1953 yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu (yang disebut dengan nama Jepang, Senkaku) merupakan wilayah yang berada di bawah kekuasaan Amerika Serikat, yaitu Okinawa. Alasan tersebut beralasan, mengingat sewaktu Jepang menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat kepada negara-negara sekutu (Amerika Serikat, Inggris Raya, Perancis, Uni Soviet, dan Republik Cina), China pada saat itu tidak mempermasalahkan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang masih berada di bawah kekuasaan Okinawa. Kesalahan Republik China tersebut dijadikan alasan yang sangat kuat bagi Jepang bahwa China tidak pernah berkontribusi apapun atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, sehingga sudah selayaknya Jepang yang memiliki kekuasaan atas kepulauan tersebut. Kesalahan fatal ini terkesan terlambat ketika China mulai mengambil sikap agresif terhadap keputusan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku adalah milik Jepang di bawah kekuasaan Okinawa. Pada akhirnya, kelemahankelemahan yang dibuat oleh pemerintah China sendirilah yang menyebabkan tidak kuatnya posisi China dalam mengambil alih Kepulauan tersebut. Di tinjau dari segi faktor sosio-ekonomis, China dan Jepang jelas memiliki kepentingan yang sangat tinggi atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, mengingat cadangan minyak bumi yang diperkirakan melimpah di daerah tersebut, di tengah dua negara yang miskin sumber daya alam dan haus akan kebutuhan energi. Dari hal 12

14 tersebut, tampak jelas bahwa posisi China dan Jepang tampak seperti dua negara yang sedang memperebutkan bukan hanya kedaulatan, melainkan faktor ekonomi yang membayangi dari Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tersebut. B. Hubungan China dan Jepang Selama Sengketa Berlangsung Sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku antara China dan Jepang ini memiliki dampak besar bagi hubungan kedua negara yang kian lama kian menegang, baik dibidang politik, ekonomi, militer kedua negara. Hingga sekarang sudah banyak peristiwa yang menggambarkan ketegangan antara Cina dengan Jepang akibat Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini. Pada tahun 1996 merupakan saat ketika ketegangan hubungan kedua negara kembali meningkat. Hal ini dimulai pada bulan Juni ketika Jepang mulai melakukan delimitasi atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di sekitar Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Selanjutnya pada bulan Juli, Jepang membangun sebuah mercusuar pada Pulau Uotsurijima yang merupakan salah satu pulau dari Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Hal tersebut telah memicu kemarahan besar bagi China. Isu tentang pembangunan mercusuar tersebut membuat hubungan bilateral kedua negara memanas. Hal ini membuat para aktivis dari Taiwan dan Hongkong berlayar menuju kepulauan. Meski mendapat penjagaan ketat dari Jepang, para aktivis tetap berupaya mendekati pulau. Untuk menghindari para penjaga pantai Jepang mereka memilih mendekati pulau dengan cara berenang. Hingga satu dari para aktivis yang bernama David Chan dinyatakan tewas karena tenggelam. Peristiwa tersebut membuat hubungan China dan Jepang semakin memburuk. Namun pada peristiwa tersebut kedua negara masih berinisiatif untuk meredam ekskalasi konflik. China meredam aksi protes di tingkat domestik, dan Jepang menunda pengakuan atas mercusuar yang dibangunnya. Pada 1997, di Laut Cina Timur terjadi baku hantam antara penjaga pantai Jepang dengan para demonstran dari Hongkong yang membawa dua puluh kapal berupaya untuk mencapai kepulauan Senkaku. Demonstrasi yang dilakukan terhadap pengklaiman Kepulauan Diaoyu atau Senkaku tidak hanya terjadi pada tahun 1997an tetapi terjadi juga pada awal 2000 sampai dengan sekarang. Pada Maret 2004 beberapa aktivis China menancapkan bendera China di Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, atas perbuatannya, beberapa aktivis ini ditangkap dan 13

15 ditahan oleh tentara Jepang. Demi menjaga hubungan bilateral diantara kedua negara tersebut, pada akhirnya Jepang membebaskan dan memulangkan aktivis-aktivis tersebut ke negara asalnya. Selain itu, hubungan kedua negara semakin mengalami ketegangan setelah adanya respon Pemerintah Jepang pada tahun 2005 mengenai ijin eksplorasi gas alam oleh Japan Petroleum Exploration Co dan Teikoku Oil Co disekitar Laut China Timur. Hal ini mengakibatkan reaksi protes Pemerintah China dan menganggap bahwa pemerintah Jepang telah mengambil langkah provokasi dan memaksakan secara sepihak atas Kepulauan tersebut. Ketegangan kembali terjadi ketika Japan's Maritime Safety Agency menempatkan kapal patroli dan mengawasi pulau tersebut dengan helikopter dengan tujuan untuk melindungi wilayah teritorialnya terhadap kapal-kapal patroli China yang berada disekitar Kepulauan Diaoyu atau Senkaku pada Januari Pada September 2010 Jepang menahan 14 orang awak kapal Cina beserta kaptennya yang menabrak dua kapal penjaga pantai Jepang disekitar Kepulauan Diaoyu. Penangkapan tersebut mendapatkan reaksi dari Pemerintah China yang kembali melayangkan nota protes terhadap Pemerintah Jepang dan menuntut agar Jepang segera melepaskan kapten kapal nelayan China tanpa syarat. Insiden ini akhirnya menimbulkan masalah serius dalam hubungan diplomatik kedua negara karena Jepang menolak untuk membebaskan para kru kapal tersebut. Pemerintah Jepang menyatakan bahwa penangkapan kapal nelayan China tersebut berdasarkan hukum nasional Jepang dan secara resmi dibawah Perfektur Okinawa. Insiden ini kemudian memicu ketegangan diplomatik yang serius. Aksi protes anti-jepang terjadi di sejumlah kota di China. Hal ini berlanjut pada pembatalan sepihak yang diumumkan oleh Pemerintah China terkait keberangkatan 1000 pelajar Jepang yang ingin melakukan kunjungan di EXPO Shanghai, China. Akhirnya, Jepang membebaskan semua awak kapal pukat China, pertama 14 awak kapal, lalu kapten kapal beberapa hari setelahnya. Presiden Hu Jintao juga turut menunjukkan sikap perlawanannya terhadap Jepang, yaitu dengan membatalkan semua pertemuan formal dengan Jepang pada tingkat kementerian. Bahkan, China memutuskan untuk menghentikan ekspor barang tambang rare earth mineral (REM) ke Jepang. Selanjutnya, Cina juga melarang 14

16 penerbangan internasional dari Jepang menuju ke wilayahnya, yang tentu saja mengganggu produktivitas para pengusaha Jepang yang memiliki kepentingan di China. Hal ini juga mengganggu ekonomi domestik Jepang yang bertumpu pada ekspor dengan China sebagai mitra dagang nomor satu. Pada April 2012, ketegangan kembali terjadi setelah Gubernur Tokyo Shintaro Ishihara menyatakan akan menggunakan uang publik untuk membeli pulau-pulau tersebut dari pemilik swasta Jepang. Sekelompok aktivis Hongkong berlayar ke pulaupulau itu bulan Agustus. Mereka ditahan aparat Jepang dan dikirim kembali ke Hongkong. Beberapa hari kemudian, aktivis nasionalis Jepang juga mendarat di kepulauan itu. Pemerintah Jepang kemudian mencapai kesepakatan dengan membeli tiga pulau dari pemilik swasta Jepang yaitu Pulau Uotsurijima, Kitakojima, dan Minamikojima. Langkah ini membuat China marah. Sejumlah aksi protes digelar di beberapa kota di China, menyebabkan operasi sejumlah perusahaan Jepang di China terhenti. Sejak itu, kapal Pemerintah China berlayar masuk dan keluar dari wilayah sengketa. Hingga akhirnya pada tanggal 26 April 2013, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China dalam konferensi pers mengeluarkan pernyataan bahwa Kepulauan Senkaku merupakan salah satu core interest dari China. Ini berarti bahwa negosiasi yang digunakan sebagai salah satu upaya penyelesaian sengketa akan semakin sulit tercapai. C. Upaya Penyelesaian Sengketa yang telah Dilakukan antara China dan Jepang Upaya penyelesaian sengketa Kepulaan Diaoyu atau Senkaku yang telah dilakukan Jepang dan China sehingga dapat meminimalisir terjadinya konflik yang semakin menegang antara kedua pihak antara lain dalam bentuk negosiasi. Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang paling mendasar (langkah awal penyelesaian sengketa) yakni melalui proses pertukaran pandangan dan usul-usul diantara kedua pihak agar dapat menyelesaikan sengketa secara damai. Negosiasi-negosiasi yang ditempuh oleh Jepang dan China demi menyelesaikan sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku dimulai sejak tahun 1997 ketika China dan Jepang pertama kali bertemu dalam membahas membahas perjanjian perikanan antara China dan Jepang di Laut China Timur sejak hubungan kedua negara kembali memanas. Dalam pertemuan tersebut Cina, Jepang, dan Korea Selatan membicarakan terkait pembagian zona atau wilayah untuk memancing dari masing-masing negara. Saat itulah 15

17 Jepang mulai mengajukan untuk menyelesaikan sengketa berdasar pada garis meridian antara kedua negara. Namun penyelesaian sengketa yang diajukan oleh Jepang tidak bisa diterima oleh China. Karena dalam pertemuan tersebut yang akan dibahas adalah mengenai perjanjian perikanan tanpa memandang permasalahan hukum lainnya. Sehingga dalam hal ini upaya penyelesaian sengketa belum bisa terlaksana. Selanjutnya Cina dan Jepang kembali bertemu untuk membahas permasalahan antara kedua negara di perbatasan dalam konsultasi atas hukum laut dan delimitasi ZEE tahun Dalam pertemuan tersebut kedua negara berupaya menyelesaikan sengketa melalui delimitasi ZEE. Akan tetapi kedua negara masih bersikeras pada posisinya masing-masing. China bersikeras bahwa ia menggunakan asas natural prolongation dalam menentukan batas kedaulatan terluar negaranya. Namun berbeda dengan China, Jepang memilih untuk membagi wilayah tersebut menjadi dua bagian sesuai dengan garis equidistance. Karena perbedaan pendapat inilah maka upaya penyelesaian sengketa melalui delimitasi ZEE tidak bisa lagi dilanjutkan. Oleh karena itu keduanya memutuskan untuk kembali bertemu pada tahun Pertemuan yang berlangsung hingga tahun 2008 tersebut pada akhirnya disepakati oleh kedua negara dengan kesepakatan akan dilakukannya joint development di Laut Cina Timur. Upaya negosiasi Joint Agreement Developement yang disepakati pada tahun 2008 ini dilakukan secara bertahap melalui berbagai kesepakatan diantaranya Japan China Joint Press Statement pada bulan April 2007, kerangka dasar Sea of Peace. Cooperation and Friendship pada Desember 2007, yang merupakan komitmen untuk menjadikan Laut China Timur dalam kerangka damai, kerjasama dan persahabatan serta Priciple Concensus yang merupakan kesepakatan bahwa pelaksanaan negosiasi tersebut dilaksanakan atas dasar prinsip saling menguntungkan atau mutual benefit pada tahun Joint Press Statement merupakan pengumuman resmi yang dibuat oleh kedua negara untuk mengurangi ketegangan yang diakibatkan oleh Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Selain itu kedua negara juga menenkankan adanya keinginan kedua negara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah, seperti diketahui bahwasannya Jepang dan China memiliki sejarah yang saling berhubungan. Dalam tragedi Manchuria terdapat lebih dari masyarakat sipil dan tahanan perang yang dieksekusi oleh Jepang. Hal tersebut merupakan salah satu faktor dalam akar konflik yang terjadi dalam sengketa kepulauan Diaoyu atau Senkaku. 16

18 Kedua negara juga membentuk kesepakatan bersama dalam menangani isu atau sengketa kepulauan Senkaku yang tertak di Laut China Timur dengan membentuk Sea of Peace. Cooperation and Friendship. Kerangka dasar tersebut menjadi dasar upaya kedua negara untuk mengadakan perjanjian pengelolaan bersama (Joint Development), sampai kedua negara dapat menetapkan kesepakatan delimitasi akhir berdasarkan pada prinsip-prinsip saling menguntungkan atau mutual benefit principles. Proses awal negosiasi dalam Joint Development Jepang China, ialah dengan membentuk dan mengadakan penelitian letak stategis titik-titik pengelolaan bersama yang dapat di capai oleh kedua belah pihak. Selain itu, kedua negara juga berupaya untuk mempercepat proses konsultasi dan data yang konkrit nantinya akan menjadi asas atau prinsip dalam kerjasama pengelolaan bersama Joint Development. Upaya penyelesaian sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku antara Jepang dan China kembali dibahas dalam kunjungan Presiden China- Hu Jianto dengan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda pada tanggal 7 Mei 2008 dan disebut dengan Priciple Concensus, dimana kedua negara menyepakati beberapa hal. Pertama, China dan Jepang sepakat untuk menyelesaikan perselisihan teritorial dan menyelesaikan perbedaan mengenai eksploitasi ladanag gas alam di Laut China Timur. Jepang menyatakan bahwa ladang gas tersebut seharusnya dikelola bersama tidak hanya China yang memanfaatkannya. Dalam pertemuan tersebut Jepang mengharapkan penyelesaikan konflik dapat dilakukan dengan upaya melakukan kerjasama perjanjian pengembangan bersama atau Joint Agreement. Kedua, Jepang dan China sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak tahunan untuk meredakan ketegangan antara China dan Jepang yang telah berlangsung lama dan sebagai akibat dari konflik Kepulauan Diaoyu atau Senkaku. Hal ini merupakan suatu bentuk upaya positif yang dilakukan kedua negara, karena dengan diadakannya pertemuan rutin kedua negara dapat memperat hubungan diplomatik dan meningkatkan rasa persahabatan tidak hanya dari segi Pemerintah tetapi juga masyarakat kedua negara. Ketiga, China dan Jepang juga menyepakati untuk melihat hubungan kedua negara lebih positif dengan tidak melihat masing-masing pihak sebagai ancaman. Hal ini penting dilakukan oleh kedua negara karena dengan upaya tersebut kedua belah pihak dapat mengurangi tingkat permusuhan yang telah berlangsung dan dapat meletakkan dasar-dasar hubungan bilateral antara kedua negara. Selain itu, dengan mempertahankan hubungan baik antara kedua negara, tidak hanya merupakan 17

19 kepentingan antara Jepang dan China tetapi juga kepentingan kawasan, dimana Jepang dan China merupakan salah satu negara yang mempunyai Power baik secara ekonomi ataupun politik di kawasan Asia. Sebagai rangkaian dari upaya untuk menyelesaikan permasalahan di Laut China Timur maka pada tanggal 18 Juni 2008 Jepang dan China mencapai suatu kesepakatan. Kesepakatan yang dicapai ialah perjanjian blok pengelolaan bersama yang akan dilakukan di atas ladang minyak dan gas Shirakaba (Chunxiao). Lapangan gas tersebut merupakan salah satu lapangan gas yang telah dikelola oleh perusahan China, dalam kesepatan tersebut Perusahaan China menyambut baik pastisipasi Badan Hukum Jepang dalam pengembangan lapangan migas tersebut. Kerjasama tersebut diwakili oleh perusahaan minyak terbesar di China yaitu Petro China dan perusahaan Jepang, Jepang National Oil Corporation (JNOC). Prosedur dan asas-asas yang berlaku dalam pengembangan pengelolaan bersama di lapangan gas Shirakaba (Chunxiao) berdasarkan pada Undang-undang China tentang kerjasama dengan perusahaan asing dalam eksploitasi dan eksplorasi sumber daya minyak bumi di lepas pantai. Akan tetapi tidak lama setelah pernyataan masing-masing negara dengan akan dilaksanakannya joint development, dari pihak China terlihat cenderung pasif meski Jepang telah berulangkali memberikan dorongan sehingga joint development ini pada akhirnya terbengkalai hingga tahun Selain itu, pertemuan antara China dan Jepang juga dilakukan dalam sidang umum PBB di New York, Amerika Serikat pada tanggal 25 September Dalam pertemuan tersebut, kedua Menteri Luar Negeri saling mempertahankan klaim mereka satu sama lain terhadap kepulauan yang disebut Diaoyu oleh China dan Senkaku oleh Jepang. Pertemuan tersebut tidak lah menemukan penyelesaian dalam konflik antara kedua negara tersebut. Maka dalam perkembangannya, tidak ada kemajuan signifikan yang telah dicapai kedua negara sebagai hasil dari berbagai upaya penyelesaian sengketa tersebut di atas, sehingga mengakibatkan hubungan kedua negara menjadi semakin memburuk. D. Saran Penyelesaian Sengketa Melihat berbagai negosiasi yang telah diupayakan oleh kedua negara yang bersengketa ini selalu berujung pada kegagalan, maka terdapat dua kemungkinan cara China dan Jepang menyelesaikan sengketanya atas Kepulauan Diaoyu atau Senkaku, 18

20 yaitu melalui jalur perang ataukah melalui jasa Mahkamah Internasional. Namun penyelesaian sengketa antara China dan Jepang ini sebaiknya melalui Mahkamah Internasional, mengingat bahwa terdapat hukum Internasional yang melarang negara untuk menggunakan jalur kekerasan (perang) dalam menyelesaikan masalahnya demi menjaga kedamian dunia. Tetapi perlu diingat bahwa Mahkamah Internasional hanya bisa memproses kasus itu jika mendapatkan persetujuan dari kedua pihak yang bersengketa. Namun, jika penyelesaian sengketa perebutan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku antara China dan Jepang sampai dilakukan melalui Mahkamah Internasional, maka kemungkinan Jepang untuk memenangkan perkara tersebut sangat besar. Hal ini jika dianalisis berdasarkan pertimbangan efektifitas Jepang atas kepulauan tersebut lebih jelas dan dalam periode yang lama, yaitu sejak tahun 1895 hingga tahun 1940, sudah ada pabrik Katsuobushi (pengelupasan/penyerutan ikan) milik orang Jepang, dan pada tahun 1978 kelompok nasional Jepang Nihonseinensha membangun Mercusuar di pulau Uotsuri Jima. Kemudian Japan Coast Guard (Pasukan Perairan Jepang) mulai mengambil alih penjagaan atas pulau tersebut. Selanjutnya adalah berdasarkan fakta bahwa letak Kepulauan Diaoyu atau Senkaku yang berada di ujung continental shelf Laut China Timur menjadikan kepemilikan kepulauan ini menjadi penting untuk menggambarkan perbatasan maritim antara China dan Jepang. Di samping itu juga China dan Jepang sama-sama merupakan negara yang berpartisipasi dalam the United Nations Convention on the Law of the Sea of 1982 (UNCLOS), yang menekankan bahwa kepulauan adalah faktor yang menentukan untuk pengklaiman Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang memberikan priviliges pengelolaan sumber daya alam yang terdapat di wilayah tersebut. Walau kedua negara tersebut sama-sama meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982, tetapi mereka membangun pemahaman sendiri yang belum tuntas dibicarakan. Dalam hal ini, Jepang mengusulkan pembagian wilayah berdasar garis tengah di zona ekonomi eksklusifnya (berjarak 200 mil dari garis dasar/baseline), sedangkan China mengacu pada kelanjutan alamiah dari landas kontinennya berjarak di luar 200 mil. Perbedaan paham garis perbatasan laut di Laut China Timur (the East China Sea) antara Jepang dan China tersebut hingga kini belum mencapai kesepakatan bersama. 19

21 Terlepas dari perbedaan paham antara Jepang dan China di atas, Hukum Laut Internasional (United Nation Convention Law of the Sea/UNCLOS) tahun 1982 memiliki pandangan yang berbeda. Berdasarkan fakta hukum yang ditemukan dalam beberapa kasus sebelumnya yang serupa dengan kasus yang tengah melibatkan Cina-Jepang, Indonesia-Malaysia bisa dijadikan contoh salah satu sengketa mengenai batas wilayah dan klaim kedaulatan yang berada dalam yurisdiksi internasional seperti Hukum Laut Internasional (United Nation Convention Law of the Sea/UNCLOS) yang terdiri dari 390 pasal dan 9 annex setelah berlaku entry into force negara ke-60 yang meratifikasi konvensi hulum laut internasional tersebut. Dalam gagasan yang disampaikan pada saat konvensi hukum laut PBB ke-3 tersebut memberikan keuntungan kepada negara-negara yang tidak memiliki kesatuan utuh wilayah kedaulatannya dapat menarik batas wilayah yang lebih jauh dari negara-negara yang memiliki satuan daratan umum yang lebih luas daripada wilayah kepulauan. Dalam gagasan tersebut memunculkan dua kesimpulan dan nomenklatur hukum yang berupa Negara kepulauan dan Negara pantai. Negara kepulauan yang merupakan wilayahnya terdiri dari gugusan pulau-pulau yang tidak menyatu seperti Jepang berdasarkan UNCLOS berhak menarik batas wilayah lebih jauh yakni sejauh 200 Mil dari garis pantai pulau terluar yang ada diwilayah tersebut. Sedangkan, China yang bukan merupakan negara kepulauan hanya berhak mematok batas wilayah dari pulau terluar sejauh 12 Mil. Ditinjau dari hukum laut internasional yang keberlakuannya mengikat umum ini jelas Jepang secara sederhana dapat dikatakan sebagai pemilik shahih atas kedaulatan wilayah tersebut. Mengingat, jarak Kepulauan Senkaku yang diklaim Jepang adalah 200 Mil dan masih dalam batas hukum laut internasional. Sedangkan, China melalui kepulauan terluarnya hanya berjarak 12 Mil untuk dapat menarik batas wilayah kedaulatannya. Artinya, kedaulatan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku secara yuridis normatif berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional merupakan bagian dari kesatuan wilayah kedaulatan Jepang. Oleh karena itu dalam penarikan batas wilayah laut Cina dalam hal ini garis pangkal dan titik dasar dapat didasarkan pada pasal pasal Konvensi 1982 antara lain: (a) Pasal 5 (garis pangkal biasa), (b) Pasal 6 (karang), (c) Pasal 7 (garis pangkal lurus), (d) Pasal 8 (mulut sungai), (e) Pasal 10 (teluk), (f) Pasal 11 (pelabuhan) dan Pasal 13 (elevasi surut). Selain itu ada beberapa bukti yang menunjukkan kedaulatan Jepang atas pulau tersebut, yaitu, 1) Sebuah surat resmi tertanggal 20 Mei 1921, dikirimkan oleh Konsul Cina di Nagasaki, Feng Mien, kepada pemerintah Jepang bahwa atas nama Pemerintah China, dia mengakui kepulauan Senkaku sebagai bagian dari Jepang dengan merujuk 20

22 penulisan kata-kata Senkaku Islands, Yaeyama District, Okinawa Prefecture, the Empire of Japan". Surat resmi itu bisa dilihat di Museum Yaeyama, di Okinawa, Jepang, 2) Koran harian China, The People's Daily, yang jelas merupakan organ Komite Pusat Partai Komunis China (CPC), pada tahun 1953, beberapa kali pernah menuliskan bahwa kepulauan Senkaku merupakan bagian dari kekuasaan Jepang, 3) Sebuah buku geografi yang diterbitkan pemerintah Taiwan tahun 1970 dengan sangat jelas memperlihatkan bahwa kepulauan Senkaku adalah milik kekuasaan Jepang, 4) Sidang Keamanan PBB tanggal 20 Mei 1972 memutuskan Amerika Serikat mengembalikan Okinawa termasuk pulau Senkaku (China menyebut pulau Diaoyu) kepada Jepang, 5) Mantan Presiden Republik China, Lee Teng-hui, seperti dikutip koran Taipei Times tanggal 6 September 2009, mengatakan bahwa kepulauan Senkaku dianggap sebagai bagian dari Okinawa. 21

23 BAB IV PENUTUP A. Simpulan Jika ditinjau dari fakta dan bukti-bukti sejarah, maka dalam sengketa regional Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini cenderung menunjukan bahwa China adalah penguasa pertama di kepulauan tersebut. Namun, kemudian posisi Jepang diuntungkan dengan penandatangan Perjanjian Shimonoseki tahun 1894 serta Perjanjian San Frasisco tahun 1951 yang menjadikan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku menjadi dibawah kekuasaan Jepang khususnya prefektur Okinawa. Meskipun sebenarnya posisi Jepang dalam sengketa ini didasari oleh ketidakadilan pihak Jepang maupun negara sekutu, dalam hal ini Amerika Serikat, namun perlu diperhatikan juga sikap pemerintah China hingga sebelum tahun 1971 yang cenderung menerima keadaan bahwa Kepulauan ini adalah milik Jepang. Pada akhirnya, kelemahan-kelemahan yang dibuat oleh pemerintah China sendirilah yang menyebabkan tidak kuatnya posisi China dalam mengambil alih kepulauan tersebut. Sengketa Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini memiliki dampak besar bagi hubungan kedua negara yang kian lama kian menegang, baik dibidang politik, ekonomi, militer kedua negara. Hingga sekarang sudah banyak peristiwa yang menyebabkan ketegangan hubungan mereka, mulai dari delimitasi Jepang atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) disekitar kepulauan, pembangunan mercusuar oleh Jepang, ijin eksplorasi gas alam oleh Jepang, penahanan 14 orang awak kapal China beserta kaptennya yang menabrak dua kapal penjaga pantai Jepang, pembatalan semua pertemuan formal dengan Jepang pada tingkat kementerian dan penghentian ekspor barang tambang rare earth mineral (REM) ke Jepang. Hingga akhirnya pada tanggal 26 April 2013, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China dalam konferensi pers mengeluarkan pernyataan bahwa Kepulauan Senkaku merupakan salah satu core interest dari China. Ini berarti bahwa negosiasi yang digunakan sebagai salah satu upaya penyelesaian sengketa akan semakin sulit tercapai. Upaya penyelesaian sengketa Kepulaan Diaoyu atau Senkaku yang telah dilakukan Jepang dan China sehingga dapat meminimalisir terjadinya konflik yang 22

24 semakin menegang antara kedua pihak antara lain dalam bentuk negosiasi seperti membahas permasalahan antara kedua negara di perbatasan dalam konsultasi atas hukum laut dan delimitasi ZEE tahun 1998, negosiasi Joint Agreement Developement tahun 2008 yang dilakukan secara bertahap mulaui dari Japan China Joint Press Statement (April 2007), kerangka dasar Sea of Peace. Cooperation and Friendship (Desember 2007), serta Priciple Concensus (2008), serta pertemuan antara China dan Jepang dalam sidang umum PBB di New York, Amerika Serikat pada tanggal 25 September Namun, dalam pekembangannya, negosiasi-negosiasi tersebut tidak lah menemukan penyelesaian dalam konflik antara kedua negara. Saran penyelesaian sengketa ini yaitu melalui jalur Mahkamah Internasional, namun dalam cara ini kemungkinan Jepang untuk memenangkan perkara sangat besar. Sebab jika dianalisis berdasarkan pertimbangan efektifitas dan aktifitas atas kepulauan tersebut, Jepanglah yang lebih unggul. Disisi lain, berdasarkan UNCLOS negara kepulauan seperti Jepang berhak menarik batas wilayah lebih jauh yakni sejauh 200 mil dari garis pantai pulau terluar yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan, China yang bukan merupakan negara kepulauan hanya berhak mematok batas wilayah dari pulau terluar sejauh 12 mil. Selain itu terdapat beberapa bukti bahwa China yang pernah mengakui kedaulatan Jepang atas pulau tersebut. B. Saran Sebaiknya sengketa antara Jepang dan China atas kepemilikan Kepulauan Diaoyu atau Senkaku ini harus cepat dibicarakan dan diselesaikan secara damai. Karena jika dibiarkan berlarut-larut maka akan menimbulkan konflik-konflik lain yang dikhawatirkan akan berakibat pada semakin menegangnya hubungan antara kedua negara dan bahkan menimbulkan peperangan. Perlu diingat bahwa peperangan tidak hanya akan merugikan pihak-pihak yang bersengketa saja tetapi sudah pasti juga akan berimplikasi terhadap negara-negara tetangganya di Asia Timur. Seperti yang kita ketahui bahwa Jepang dan China mempunyai kapabilitas militer yang kuat begitu juga dengan perekonomiannya serta teknologi dan perindustriaannya. Maka bisa dipastikan, jika perang antara Jepang dan China sampai terjadi maka akan berdampak besar kepada negara-negara Asia Timur baik dalam stabilitas keamanan dan perdamaian maupun dalam bidang perekonomian. 23

25 Maka dari itu, jika Jepang dan China masih bersikeras dengan pandangan dan klaim mereka masing-masing, maka jalan tengah yang terbaik adalah melalui jalur Mahkamah Internasional. 24

26 DAFTAR PUSTAKA BUKU Buana Mirza Satria. Hukum Internasional: Teori dan Praktek. Banjarmasin : FH Unlam Press INTERNET JEPANG_KEPULAUAN_DIAOYU_SENKAKU Jepang_dalam_Perebutan

Prediksi Penyelesaian Sengketa Antara China-Jepang dalam Perebutan Pulau Daioyu/Senkaku

Prediksi Penyelesaian Sengketa Antara China-Jepang dalam Perebutan Pulau Daioyu/Senkaku Prediksi Penyelesaian Sengketa Antara China-Jepang dalam Perebutan Pulau Daioyu/Senkaku Sunarto Efendi 201210110311088 sunarto.efendi18@gmail.com sunartoefendi.wordprees.com Abstract Japan and China are

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK JEPANG-CHINA DALAM MENGATASI SENGKETA KEPULAUAN SENKAKU HESTI KARISMAYA

MANAJEMEN KONFLIK JEPANG-CHINA DALAM MENGATASI SENGKETA KEPULAUAN SENKAKU HESTI KARISMAYA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 543-554 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 MANAJEMEN KONFLIK JEPANG-CHINA DALAM MENGATASI SENGKETA KEPULAUAN SENKAKU HESTI KARISMAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

Hukum Laut Indonesia

Hukum Laut Indonesia Hukum Laut Indonesia Pengertian Hukum Laut Hukum Laut berdasarkan pendapat ahli ahli : Hukum laut menurut dr. Wirjono Prodjodikoro SH adalah meliputi segala peraturan hukum yang ada hubungan dengan laut.

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si khodijah5778@gmail.com www. Khodijahismail.com POKOK BAHASAN Kontrak Perkuliahan dan RPKPS (Ch 01) Terminologi Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2 Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2 Di awal tahun 2005, bangsa ini gempar oleh satu kata Ambalat. Media massa memberitakan kekisruhan yang terjadi di Laut Sulawesi perihal sengketa

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta. Analisis Undang-undang Kelautan di Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif 147 ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF Ardigautama Agusta Teknik Geodesi dan Geomatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah suatu negara yang kita kenal seperti udara dan darat juga lautan. Namun masalah kelautan atau wilayah laut tidak dimiliki oleh setiap negara, hanya negara-negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si ZONASI LAUT TERITORIAL Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas. Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III Gambar Batas-batas ALKI Lahirnya Konvensi ke-3 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai hukum laut (United Nation Convention on the Law of the Sea/UNCLOS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut adalah kumpulan air asin dan menyatu dengan samudera. Dari waktu ke waktu, terjadi perkembangan yang signifikan terhadap fungsi atau peranan laut. Adapun fungsi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembangunan nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10 I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10 A.TUJUAN AJAR Dapat menjelaskan Sengketa Batas Maritim dan penyelesaiannya B. POKOK BAHASAN: Penyebab sengketa batas maritim Penyelesaian sengketa

Lebih terperinci

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU

KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU KEABSAHAN KLAIM KEDAULATAN JEPANG ATAS KEPULAUAN SENKAKU SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Ichsan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terbentang memanjang dari Sabang hingga Merauke dan dari Pulau Miangas di ujung Sulawesi Utara sampai ke Pulau Dana di selatan

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH 2.1 Dasar Hukum Penetapan Batas Laut Daerah Agar pelaksanaan penetapan batas laut berhasil dilakukan dengan baik, maka kegiatan tersebut harus mengacu kepada peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

Perkembangan Hukum Laut Internasional

Perkembangan Hukum Laut Internasional Perkembangan Hukum Laut Internasional Hukum laut internasional adalah seperangkat norma hukum yang mengatur hubungan hukum antara negara pantai atau yang berhubungan dengan pantai, yang terkurung oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar ketiga di dunia yang memiliki luas laut mencapai 7.827.087 km 2 dengan jumlah pulau sekitar 17.504 pulau. Garis pantainya

Lebih terperinci

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara dalam melakukan hubungan-hubungan yang sesuai kaidah hukum internasional tidak terlepas dari sengketa. Seperti halnya manusia sebagai makhluk individu,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

Kompleksitas Sengketa Celah Timor Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perbatasan darat dengan tiga negara tetangga, yaitu Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara perbatasan laut dengan sepuluh negara tetangga,

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-undang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AGREEMENT. Pengesahan. RI - Republik Singapura. Timur Selat Singapura. Wilayah. Laut. Garis Batas. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah panjang untuk mendapatkan status sebagai negara kepulauan. Dimulai dengan perjuangan Indonesia

Lebih terperinci

pres-lambang01.gif (3256 bytes)

pres-lambang01.gif (3256 bytes) pres-lambang01.gif (3256 bytes) Menimbang Mengingat PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dimana beberapa negara di dunia sering terjadi persengketaan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang dimana beberapa negara di dunia sering terjadi persengketaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sengketa kepulauan merupakan isu yang sering di dengar dalam dunia internasional yang dimana beberapa negara di dunia sering terjadi persengketaan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 61-1998 diubah: PP 37-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 72, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KELAUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat internasional, pasti tidak lepas dari masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum internasional yang sering muncul

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia.

BAB V PENUTUP. 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal. Fishing (IUUF) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia. 161 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjawab rumusan masalah dalam Penulisan Hukum ini, Penulis memiliki kesimpulan sebagi berikut : 1. Mengenai Perkembangan Penegakan Hukum Terhadap Kapal Asing yang Melakukan

Lebih terperinci

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik

BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN. A. Keterlibatan Amerika Serikat secara Politik BAB III BENTUK KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DI LAUT CINA SELATAN Meskipun tidak memiliki klaim di wilayah tersebut Amerika Serikat tetap secara terbuka menunjukan keterlibatannya di konflik Laut Cina Selatan.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA DI BAGIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA Kementerian Kelautan dan Perikanan 2017 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LANDAS KONTINEN INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI

UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI UPAYA TIMOR LESTE DALAMMENYELESAIKAN BATAS WILAYAH LAUT DENGAN AUSTRALIA RESUME SKRIPSI Disusunoleh: Raimundo de FátimaAlvesCorreia 151 070 253 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.

Lebih terperinci

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum Internasional Kl Kelautan Riza Rahman Hakim, S.Pi Hukum laut mulai dikenal semenjak laut dimanfaatkan untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, dan sebagai sumber kehidupan seperti penangkapan ikan

Lebih terperinci

peradaban Bangsa Timur yang berkembang dengan pesat. Tiongkok. Ketiga Negara ini sangat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi

peradaban Bangsa Timur yang berkembang dengan pesat. Tiongkok. Ketiga Negara ini sangat berperan penting pada pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kawasan Asia Timur memiliki letak Geografis yang cukup strategis dan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, sehingga Negara yang terhimpun di dalamnya memiliki

Lebih terperinci

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan negara di Asia yang pernah menjadi Negara imperialis. Dengan usaha melakukan politik ekspansi ke kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, Jepang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA. A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA. A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional Pada abad ke-19, batas 3 mil memperoleh pengakuan dari para ahli hukum, juga oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Kedaulatan ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan kepentingannya asal saja kegiatan tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : BAB II DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu : 1. Perairan Pedalaman (Internal Waters)

Lebih terperinci

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan

BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN. itu bernama Cina memproduksi peta LCS dengan 9 garis putus-putus dan BAB III KONFLIK LAUT CINA SELATAN A. Sejarah Konflik Laut Cina Selatan Berbicara tentang konflik LCS tentu tidak bisa dilepaskan dengan penetrasi yang di lakukan oleh Tiongkok atas klaim sepihak mereka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL DAN PESAWAT UDARA ASING DALAM MELAKSANAKAN HAK LINTAS ALUR LAUT KEPULAUAN MELALUI ALUR LAUT KEPULAUAN YANG DITETAPKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 83, 2004 () KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA

Lebih terperinci

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA *47919 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES)

Lebih terperinci

PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA PASAL I PENGERTIAN-PENGERTIAN

PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA PASAL I PENGERTIAN-PENGERTIAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH DAN PEMERINTAH UKRAINA Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Ukraina di dalam Persetujuan ini disebut sebagai Para Pihak pada Persetujuan; Sebagai peserta

Lebih terperinci

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2008 WILAYAH NEGARA. NUSANTARA. Kedaulatan. Ruang Lingkup. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang angkasa merupakan sebuah tempat baru bagi manusia, sebelumnya ruang angkasa merupakan wilayah yang asing dan tidak tersentuh oleh peradaban manusia. Potensi ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas

Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas Tajuk Rencana Kompas 2016/3/24 Demi Kedaulatan, Kita Harus Tegas Sudah layak dan sepantasnya kalau Indonesia bersikap tegas terhadap Tiongkok berkait dengan tindakan kapal patroli negeri itu di Laut Natuna.

Lebih terperinci