SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Strata 1 Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Wawan Setiawan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Strata 1 Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Wawan Setiawan"

Transkripsi

1 PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH MAHASISWA SEMESTER II PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI TAHUN AKADEMIK 2010/2011 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Geografi Strata 1 Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Wawan Setiawan JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada: Hari : Tanggal : Pembimbing I Pembimbing II Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP NIP Mengetahui: Ketua Jurusan Geografi Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP ii

3 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi dengan Judul Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Tanggal : Penguji Utama Drs.Suroso, M.Si NIP Pembimbing I Pembimbing II Drs. Heri Tjahjono, M.Si. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Drs. Subagyo, M.Pd. NIP iii

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Agustus 2011 Wawan Setiawan NIM iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil (Mario Teguh). Belum pernah ada seorang pun dalam sejarah kita yang menuntut kehidupan serba mudah yang namanya layak dikenang (Theodore Roosevelt). Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda (Dale Carnegie). PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibuku tercinta, yang selalu memberi semangat, selalu mendo akanku, dan menyayangiku. 2. Almamaterku. 3. Keluarga besar ku yang selalu memberikan motivasi. v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-nya serta kamudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011. Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu kelancaran penelitian. 4. Drs. Heri Tjahjono, M.Si., dosen pembimbing I dan Drs. Apik Budi Santoso, M.Si., dosen pembimbing II yang dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. vi

7 5. Drs. Suroso, M. Si., penguji utama yang telah meluangkan waktu, arahan dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi. 6. Dosen mata kuliah Penginderaan Jauh atas bantuan, dukungan, dan kerjasamanya dalam penelitian. 7. Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II yang telah menjadi objek dalam penelitian ini. 8. Para Dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi di Jurusan Geografi. 9. Ibu Kuswati, Ibu Yuni, dan Ibu Kuntaswati, serta seluruh pegawai Jurusan Geografi atas bantuan dan motivasinya. 10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semuanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya Geografi. Semarang, Agustus 2011 Penyusun vii

8 SARI Setiawan, Wawan Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011. Skripsi, Jurusan Geografi, FIS UNNES. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Penginderaan Jauh Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Triandita yang menyebutkan Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Pada mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas mahasiswa pada saat mengikuti pembelajaran, diantaranya aktivitas bertanya ketika ada materi yang masih kurang dipahami, mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari Dosen dengan baik, mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, selalu mencatat materi kuliah, presentasi di depan kelas dengan baik dll. Dengan aktivitas belajar yang tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu (1) Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh?, (2) Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. (2) Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi Semester II Tahun Akademik 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Penginderaan Jauh yang berjumlah 109 mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini diambil 30% dari jumlah populasi yaitu 32 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara viii

9 acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan variabel terikat yaitu hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Penginderaan Jauh. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengetahui sejauh mana aktivitas belajar mahasiswa dan regresi linier sederhana untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) secara umum atau klasikal aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi yaitu sebesar 74%. (2) berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar yaitu sebesar 49,66%. Hal ini berarti bahwa kenaikan hasil belajar dipengaruhi 49,66% oleh aktivitas belajar mahasiswa, sedangkan 50,54% dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat kecerdasan, fasilitas penunjang pembelajaran dan lingkungan. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh secara umum termasuk dalam kriteria tinggi dan (2) ada pengaruh positif aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan (1) jumlah peserta tiap rombongan belajar terlalu banyak sehingga perlu dibentuk dalam kelas yang lebih kecil sehingga aktivitas belajar mahasiswa dapat berkembang lebih optimal, (2) peserta praktikum diharapkan lebih meningkatkan aktivitas belajarnya baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental. ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi SARI... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 3 D. Manfaat... 4 E. Penegasan Istilah... 4 F. Sistematika Skripsi... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 8 A. Pengertian Belajar... 8 x

11 B. Unsur-Unsur Belajar C. Aktivitas Belajar D. Komponen-Komponen Pembelajaran E. Hasil Belajar F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar G. Penginderaan Jauh H. Penelitian Terdahulu I. Hipotesis J. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Obyek Penelitian Populasi Sampel Penelitian Tempat Penelitian B. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat C. Metode Pengumpulan Data D. Analisis Instrumen E. Metode Analisis Data F. Diagram Alir Penelitian BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian xi

12 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Deskripsi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Uji Normalitas Data Uji Kelinieran Regresi Uji Hipotesis B. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi Tabel 4.1 Kriteria Deskripsi Persentase Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berbicara Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mendengarkan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Menulis Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Motorik Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mental Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Emosional Tabel 4.9 Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Aktivitas Belajar Mahasiswa Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Tabel 4.12 Uji Kelinieran Regresi Tabel 4.13 Uji Keberartian Model Persamaan Regresi xiii

14 Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Sistem Inderaja Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Jurusan Geografi UNNES Gambar 4.2 Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Gambar 4.3 Aktivitas Berbicara Mahasiswa Gambar 4.4 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Berbicara Gambar 4.5 Aktivitas Mendengarkan Mahasiswa Gambar 4.6 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mendengarkan Gambar 4.7 Aktivitas Menulis Mahasiswa Gambar 4.8 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Menulis Gambar 4.9 Aktivitas Motorik Mahasiswa Gambar 4.10 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Motorik Gambar 4.11 Aktivitas Mental Mahasiswa Gambar 4.12 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mental Gambar 4.13 Aktivitas Emosional Mahasiswa Gambar 4.14 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Emosional Gambar 4.15 Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Lampiran 2 Lembar Observasi Lampiran 3 Panduan Observasi Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Lampiran 4 Daftar Nama Responden Lampiran 5 Tabel Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian Lampiran 6 Perhitungan Validitas Ujicoba Instrumen Penelitian Lampiran 7 Perhitungan Reliabilitas Ujicoba Instrumen Penelitian Lampiran 8 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi Lampiran 9 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi Lampiran 10 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi Lampiran 11 Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Pada Observasi Lampiran 12 Data Observasi 1 Pada Masing-Masing Sub Variabel Lampiran 13 Data Observasi 2 Pada Masing-Masing Sub Variabel Lampiran 14 Data Observasi 3 Pada Masing-Masing Sub Variabel Lampiran 15 Data Observasi 4 Pada Masing-Masing Sub Variabel Lampiran 16 Rata-Rata Skor Aktivitas Berbicara Lampiran 17 Rata-Rata Skor Aktivitas Mendengarkan Lampiran 18 Rata-Rata Skor Aktivitas Menulis xvi

17 Lampiran 19 Rata-Rata Skor Aktivitas Motorik Lampiran 20 Rata-Rata Skor Aktivitas Mental Lampiran 21 Rata-Rata Skor Aktivitas Emosional Lampiran 22 Persentase Skor Aktivitas Berbicara Lampiran 23 Persentase Skor Aktivitas Mendengarkan Lampiran 24 Persentase Skor Aktivitas Menulis Lampiran 25 Persentase Skor Aktivitas Motorik Lampiran 26 Persentase Skor Aktivitas Mental Lampiran 27 Persentase Skor Aktivitas Emosional Lampiran 28 Persentase Skor Total Aktivitas Belajar Mahasiswa Lampiran 29 Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Mahasiswa Lampiran 30 Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Mahasiswa Lampiran 31 Uji Normalitas Data Aktivitas Belajar Lampiran 32 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Lampiran 33 Analisis Regresi Antara Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Lampiran 34 Surat Ijin Penelitian xvii

18 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penginderaan Jauh atau disingkat Inderaja termasuk ilmu yang relatif baru, berkembang sesudah pertengahan abad ke 20. Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, yaitu ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Karena wujud dan letak objek yang tergambar pada citra mirip wujud dan letaknya di permukaan bumi maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk pembuatan peta, baik sebagai sumber data maupun sebagai kerangka letak. Berbeda dengan peta yang merupakan model simbolik, citra (terutama foto udara) merupakan model ikonik karena wujud gambar mirip objek sebenarnya. Mahasiswa Pendidikan Geografi sebagai calon pendidik yang terampil dibidang geografi dianggap penting untuk mengetahui dan menguasai keterampilan dasar tentang seluk beluk dan pemanfaatan citra penginderaan jauh. Untuk itulah jurusan geografi memasukkan penginderaan jauh sebagai mata kuliah yang wajib diambil dalam Program Studi Pendidikan Geografi. Mata kuliah ini diharapkan mampu membekali mahasiswa dengan 1

19 2 pengetahuan dan keterampilan dasar segala hal yang berkaitan dengan penginderaan jauh terutama analisis dan interpretasi foto udara. Parameter penguasaan suatu pengetahuan terkadang hanya dilihat dari hasil belajar pada akhir perkuliahan dalam bentuk angka. Tetapi dalam mempelajari penginderaan jauh terdapat beberapa aktivitas yang dapat dilakukan mahasiswa untuk dapat dikatakan menguasai pengetahuan penginderaan jauh. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental, aktivitas emosional dll. Aktivitas-aktivitas tersebut penting dilakukan untuk dapat menguasai penginderaan jauh dan pada akhirnya akan menentukan hasil belajar mahasiswa. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Surakhmad sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang tinggi dan Triandita yang menyebutkan Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa Pada mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 aktivitas belajar mahasiswa termasuk dalam kriteria tinggi. Hal ini dapat diketahui dari aktivitas mahasiswa pada saat mengikuti pembelajaran, diantaranya aktivitas bertanya ketika ada materi yang masih kurang dipahami, mahasiswa dapat menjawab pertanyaan dari Dosen dengan baik, mengerjakan tugas dan mengumpulkannya tepat waktu, selalu mencatat materi kuliah, presentasi di depan kelas dengan baik dll. Dengan aktivitas belajar yang

20 3 tinggi tersebut, seharusnya mahasiswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang penginderaan jauh dengan baik pula yang ditandai dengan hasil belajar yang baik. Tetapi dalam kenyataannya, masih banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2009/2010 memperoleh hasil belajar yang kurang baik yaitu sekitar 22%. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dan adakah pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Pendidikan Geografi semester II sehingga penulis mengambil judul: Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh Mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi Tahun Akademik 2010/2011. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh? 2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS UNNES tahun akademik 2010/2011? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui sejauh manakah aktivitas belajar mahasiswa Geografi dalam mata kuliah Penginderaan Jauh.

21 4 2. Mengetahui pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh mahasiswa Semester II Prodi Pendidikan Geografi tahun akademik 2010/2011. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat Praktis Dapat memberikan masukan kepada mahasiswa agar lebih optimal dalam aktivitas belajarnya, baik aktivitas fisik maupun aktivitas mental sehingga diperoleh hasil belajar secara optimal. 2. Manfaat Teoritis Dapat memberikan gambaran besarnya pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh. E. Penegasan Istilah 1. Aktivitas Belajar Aktivitas merupakan asas yang sangat penting di dalam proses interaksi belajar mengajar, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku (Sardiman, 2010: 96). Jadi yang dimaksud dengan aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi: (1) aktivitas berbicara, (2) aktivitas mendengarkan, (3) aktivitas menulis, (4) aktivitas motorik, (5) aktivitas mental dan (6) aktivitas emosional.

22 5 2. Penginderaan Jauh Penginderaan Jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan citra satelit dan citra foto udara tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer dalam Sutanto,1986: 2). 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007: 5). Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh atau dicapai oleh mahasiswa semester II Prodi Pendidikan Geografi setelah menempuh mata kuliah Penginderaan Jauh dan terwujud dalam nilai akhir semester. Nilai akhir semester ini dianggap telah mencakup tiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik karena dalam menentukan nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keaktifan mahasiswa. F. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal skripsi, bagian isi skripsi, dan bagian akhir skripsi. Secara sistematis disajikan sebagai berikut. 1. Bagian Awal Skripsi Bagian awal skripsi, terdiri dari: a. Sampul berjudul

23 6 b. Lembar berlogo (sebagai halaman pembatas) c. Halaman judul d. Persetujuan pembimbing e. Pengesahan kelulusan f. Pernyataan (keaslian karya ilmiah) g. Motto dan persembahan h. Kata Pengantar i. Sari j. Daftar isi k. Daftar tabel, gambar, dan lampiran 2. Bagian Isi Skripsi Bagian isi skripsi terdiri atas beberapa bagian. a. BAB I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi. b. BAB II. Landasan Teori, menguraikan tentang teori-teori yang menunjang atau mendukung untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini yang terdiri dari tinjauan tentang belajar dan pembelajaran, aktivitas belajar, hasil belajar, pengaruh aktivitas terhadap hasil belajar, penginderaan jauh, hipotesis dan kerangka berpikir.

24 7 c. BAB III. METODE PENELITIAN, menguraikan tentang populasi dan sampel, tempat penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. d. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang uraian hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum obyek penelitian, aktivitas belajar dan pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mahasiwa pada mata kuliah Penginderaan Jauh. e. BAB V. PENUTUP, terdiri dari simpulan tentang hasil penelitian dan saran-saran yang diharapkan berguna bagi pihak lain yang berhubungan dengan hasil penelitian. 3. Bagian Akhir Skripsi Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung skripsi.

25 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Belajar Pengertian balajar sangat beragam, dan antara ahli yang satu dengan lainnya mendefinisikan tentang belajar berbeda-beda. Pengertian dari belajar dapat didefinisikan secara umum maupun khusus. 1. Pengertian Belajar Secara Umum Pengertian belajar secara umum ialah pengertian belajar yang disepakati oleh semua ahli-ahli yang menyelidiki tentang belajar. Pada umumnya ahli-ahli tersebut mempunyai pendapat yang sama bahwa hasil dari suatu aktivitas belajar adalah perubahan. 2. Pengertian Belajar Secara Khusus Pengertian belajar secara khusus adalah pengertian belajar yang dikemukakan oleh ahli-ahli yang menganut aliran psikologi tertentu. Para penganut aliran psikologi tersebut setuju bahwa hakikat belajar adalah perubahan, namun bagaimana bagaimana proses perubahan tersebut terjadi berbeda antara ahli yang satu dengan ahli yang lain. Perbedaan itu disebabkan aliran psikologi yang dipakai sebagai landasan untuk menjelaskan perilaku manusia, termasuk perubahannya, tidak sama (Darsono, 2001: 2). Ada empat aliran psikologis yang mendasari pengertian balajar secara khusus yaitu Behavioristik, Kognitif, Gestalt, dan Humanistik. 8

26 9 a. Belajar Menurut Aliran Behavioristik Kaum behavioristik berasumsi bahwa manusia adalah makhluk pasif, tidak mempunyai potensi psikologis yang berhubungan dengan kegiatan belajar, antara lain pikiran, persepsi, motivasi dan emosi. Kaum behavioristik tidak meyakini adanya perubahan tingkah laku misalnya perubahan dalam pemahaman (mengerti), perubahan dalam persepsi (pandangan terhadap suatu obyek), karena perubahan semacam itu tidak dapat disaksikan dan diukur. Itulah sebabnya pengertian belajar yang terlalu mendasarkan pada terjadinya perbuatan (behavior) dinamakan belajar behavioristik. b. Belajar Menurut Aliran Kognitif Ahli-ahli yang menganut aliran kognitif berpendapat bahwa belajar adalah peristiwa internal, artinya belajar baru dapat terjadi bila ada kemampuan dalam diri orang yang belajar. Kemampuan tersebut ialah kemampuan mengenal yang disebut dengan istilah kognitif. c. Belajar Menurut Aliran Gestalt Persoalan penting dalam belajar menurut aliran Gestalt adalah bagaimana seseorang memandang suatu obyek (persepsi) dan kemampuan mengatur atau mengorganisir obyek yang dipersepsi (khususnya yang komplek), sehingga menjadi bentuk yang bermakna dan mudah dipahami.

27 10 d. Belajar Menurut Aliran Humanistik Pendapat teori humanistik tentang belajar sangat berbeda atau bahkan berlawanan dengan pendapat behavioristik. Penganut humanistik beranggapan bahwa tiap orang menentukan sendiri tingkah lakunya. Orang bebas memilih sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan pandangan para ahli dalam mendefinisikan pengertian belajar, telah disepakati bahwa hakikat belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan yang terjadi pada seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Daryanto, 2010: 2). Ciri-ciri perubahan yang terjadi akibat proses belajar adalah: 1. Perubahan terjadi secara sadar Suatu perubahan digolongkan sebagai perubahan sebagai hasil dari belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu perubahan yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk dalam pengertian belajar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secra berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.

28 11 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahanperubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar yang dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam belajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara (permanen) Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah Perubahan dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

29 12 laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. B. Unsur-Unsur Belajar Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku (Gagne dalam Anni, 2007:4). Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berukut: 1. Pembelajar Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ penginderaan yang digunakan untuk menangkap rangsangan, otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang komplek dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah dipelajari. 2. Rangsangan (Stimulus) Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajaran disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya. Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus yang selalu berada di lingkungan seseorang. 3. Memori Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.

30 13 4. Respon Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Respon pada pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance). Keempat unsur belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Aktivitas belajar akan terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri pembelajar itu menunjukkan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar. C. Aktivitas Belajar Thomas M, Risk dalam (Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar-mengajar sebagai berikut: Teaching is the guidance of learning experiences (mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar). Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik yaitu peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja. Sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) yaitu jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran yang dialaminya. Seluruh peranan dan

31 14 kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pengajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya. Paul B. Diedrich dalam (Rohani, 2004: 9) menyebutkan terdapat delapan macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan rohani, antara lain sebagai berikut: 1. Aktivitas melihat (visual activities) meliputi membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Aktivitas berbicara (oral activities) meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, san sebagainya. 3. Aktivitas mendengarkan ( listening activities) meliputi mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya. 4. Aktivitas menulis (writing activities) meliputi menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya. 5. Aktivitas menggambar (drawing activities) meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6. Aktivitas motorik (motor activities) meliputi melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.

32 15 7. Aktivitas mental (mental activities) meliputi menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Aktivitas emosional (emotional activities) meliputi menaruh minat, merasa bosan, tenang, gugup, dan sebagainya. Aktivitas-aktivitas tersebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaanperasaan tertentu, dan seterusnya. Pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. D. Komponen-Komponen Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu sistem yang saling terkait. Sebagai suatu sistem pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu tujuan, subyek belajar, materi belajar, strategi pembelajaran, media pembelajaran, dan penunjang (Sugandi, 2006: 28). Penjelasan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembalajaran adalah intructional effect biasanya itu berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara eksplisit dalam tujuan pembelajaran khusus. 2. Subyek Belajar Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek

33 16 karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. 3. Materi Belajar Materi belajar juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Maqteri pelajaran yang komprehensif, terorganisir secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran. 4. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal. 5. Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah alat/ wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu pencapaian pesan pembelajaran. Sebagia salah satu komponen sistem pembelajaran medi berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab media

34 17 pembelajaran menjadi salah satu komponen pendukung strategi pembelajaran disamping komponen waktu dan metode mengajar. 6. Penunjang Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. E. Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Belajar dilakukan untuk untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Wingkel dalam Purwanto, 2009: 45). Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Benyamin S. Bloom dalam (Anni, 2007: 7) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotirik.

35 18 1. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini meliputi pengingatan kembali tentang rentangan materi yang luas, mulai dari fakta spesifik sampai teori yang kompleks. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif. b. Pemahaman Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. Hal itu ditunjukkan melalui penerjemahan materi pembelajaran, dan melalui mengestimasikan kecenderungan masa depan. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi sederhana dan mencerminkan tingkat pemahaman paling rendah. c. Penerapan Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit. Hal ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Hasil belajar di bidang ini

36 19 memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya. d. Analisis Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami organisasinya. Hal ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis hubungan antar bagian dan mengenali prinsip-prinsip pengorganisasian. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan, karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktur materi pembelajaran yang telah dipelajari. e. Sintesis Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagianbagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hal ini mencakup produksi komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk mengklasifikasi informasi). Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-pola baru. f. Penilaian Penilaian mengacu pada kemampuan membuata keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu. Keputusan ini didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu mungkin berupa kriteria internal (organisasi)

37 20 atau kriteria eksternal (relevansi terhadap tujuan) dan pembelajar dapat menerapkan kriteria sendiri. Hasi belajar di bidang ini adalah paling tinggi di dalam hierarki kognitif karena berisi unsur-unsur seluruh kategori tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan secra jalas. 2. Ranah Afektif Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai pembentukan pola hidup. Kategori tujuan pembelajaran afektif adalah sebagai berikut: a. Penerimaan Penerimaan mengacu pada keinginan siswa untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktivitas kelas, buku teks, musik, dan sebagainya). Dari sudut pandang pembelajaran, ia berkaitan dengan memperoleh, menangani, dan mengarahkan perhatian siswa. Hasil belajar ini bertentangan dari kesadaran sederhana tentang adanya sesuatu sampai pada perhatian selektif yang menjadi bagian milik individu siswa. Penerimaan ini mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah di dalam ranah afektif. b. Penanggapan Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Pada tingkat ini siswa tidak hanya menghadirkan fenomena tertentu

38 21 tetapi juga mereaksikannya dengan berbagai cara. Hasil belajar di bidang ini adalah penekanan pada kemahiran merespon (membaca materi pembelajaran), keinginan merespon (mengerjakan tugas secara suka rela), atau kepuasan dalam merespon (membaca untuk hiburan). Tingkat yang lebih tinggi dari kategori ini adalah mencakup tujuan pembelajaran yang umumnya diklasifikasikan ke dalam minat siswa, yakni minat yang menekankan pencarian dan penikmatan kegiatan tertentu. c. Penilaian Penilaian berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri siswa. Penilaian ini bertentangan dari penerimaan nilai yang lebih sederhana (keinginan memperbaiki keterampilan kelompok), sampai pada tingkat kesepakatan yang kompleks (bertanggung jawab agar berfungsi secara efektif pada kelompok). Penilaian didasarkan pada internalisasi seperangkat nilai tertentu, namun menunjukkan nilainilai yang diungkapkan di dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Hasil belajar di bidang ini dikaitkan dengan situasi yang konsisten dan cukup stabil di dalam membuat nilai yang dapat dikenali secara jelas. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasikan ke dalam sikap dan apresiasi akan masuk dalam kategori ini.

39 22 d. Pengorganisasian Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan konseptualisasi nilai (mengenali tanggung jawab setiap individu untuk memperbaiki hubungan antar manusia) atau pengorganisasian sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang memenuhi kebutuhan sendiri baik dalam hal peningkatan ekonomi maupun pelayanan sosial). Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan pengembangan pandangan hidup dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. e. Pembentukan Pola Hidup Pada tingkat ranah afektif ini, individu siswa memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas, namun penekanan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa memiliki karakteristik yang khas, 3. Ranah Psikomotorik Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi

40 23 obyek, dan koordinasi syaraf. Terdapat beberapa kategori untuk menjelaskan jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah sebagai berikut: a. Persepsi Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik. Kategori ini bertentangan dari rangsangan penginderaan (kesadaran akan adanya stimulus), melalui memberi petunjuk pemilihan (memilih petunjuk yang relevan dengan tugas), sampai penerjemahan (menghubungkan persepsi pada petunjuk dengan tindakan di dalam suatu perbuatan tertentu). b. Kesiapan Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kasiapan mental (keinginan untuk bertindak). Pada tingkat ini persepsi terhadap petunjuk itu menjadi prasyarat penting. c. Gerakan Terbimbing Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks. Ia meliputi peniruan (mengulangi tindakan yang didemonstrasikan oleh guru) dan mencoba-coba (dengan menggunakan pendekatan gerakan ganda

41 24 untuk mengidentifikasi gerakan yang baik). Kecukupan unjuk kerja ditentukan oleh guru atau oleh seperangkat kriteria yang sesuai. d. Gerakan Terbiasa Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir. Hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks dibandingkan dengan tingkatan berikutnya yang lebih tinggi. e. Gerakan Kompleks Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks. Kecakapan ditunjukkan melalui kecepatan, kehalusan, keakuratan, dan yang memerlukan energi minimum. Kategori ini mencakup pemecahan hal-hal yang tidak menentu (bertindak tanpa ragu-ragu) dan unjuk kerja otomatis (gerakan dilakukan dengan mudah dan pengendalian yang baik). Hasil belajar pada tingkat ini mencakup kegiatan motorik yang sangat terkoordinasi. f. Penyesuaian Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu siswa dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratanpersyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

42 25 g. Kreativitas Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat ini menekankan aktivitas yang didasarkan pada keterampilan yang benar-benar telah dikembangkan. F. Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Menurut Surakhmad (1982:17), sistem belajar siswa aktif akan lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Artinya, sistem belajar mengajar menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, dan emosioanal guna mendapatkan hasil belajar yang merupakan perpaduan antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemudian mengajar dikatakan sukses apabila ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar, dan keberhasilan atau kesuksesan guru dalam mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa dalam belajar. Menurut Triandita dalam keaktifan siswa dalam pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa yang dapat melibatkan kemampuan maksimal mereka. Aktivitas belajar siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa. Jadi, siswa yang aktif dalam pembelajaran akan semakin banyak menyerap materi, sehingga kemungkinan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik menjadi lebih tinggi.

43 26 G. Penginderaan Jauh 1. Pengertian Penginderaan Jauh Penginderaan jauh berasal dari dua kata dasar yaitu indera berarti melihat dan jauh berarti dari jarak jauh. Jadi berdasarkan asal katanya (epistimologi), penginderaan jauh berarti melihat obyek dari jarak jauh. Lillesand dan Kiefer dalam (Kosumowidagdo, 2007: 5) mendefinisikan penginderaan jauh sebagai ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis menggunakan kaidah ilmiah data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. Obyek, daerah, atau gejala yang dikaji dalam definisi tersebut dapat berada di permukaan bumi, di atmosfer, atau planet di luar angkasa. Dalam kenyataannya kajian inderaja luar angkasa tidak dibahas secara lengkap, pembahasan inderaja lebih banyak di permukaan bumi. Obyek di permukaan bumi akan disadap informasinya menggunakan alat yang disebut sensor. Sensor tersebut dipasang di sebuah wahana ynag berada di angkasa, seperti balon udara, pesawat terbang, satelit atau wahana lainnya. Sensor yang digunakan dapat berupa kamera, scanner, magnetometer, maupun radiometer. Sensor tersebut menerima/merekam sinyal dari tenaga pantulan obyek yang diukurnya, berupa tenaga gelombang elektromagnetik, yakni tenaga elektrisitas dan magnetisme yang bergerak dengan kecepatan sinar (3x m/det), pada

44 27 frekuensi dan panjang gelombang yang sangat bervariasi. Semakin tinggi frekuensi gelombang sinar tersebut maka semakin tinggi pula tenaganya. Hasil pemotretannya disebut sebagai data inderaja yang dapat berupa foto udara, citra satelit, citra radar, dan lainnya. 2. Sistem Penginderaan Jauh dan Komponennya Sistem ialah serangkaian obyek atau komponen yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melaksanakan tujuan tertentu. Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang digunakan untuk penginderaaan jauh. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer, obyek, sensor dengan wahana, pengolahan data dan pengguna (user) (Kusumowidagdo, 2007: 6). Sumber: Kusumowidagdo, 2007: 6) Gambar 2.1 Sistem Inderaja

45 28 a. Sumber Tenaga Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan (sistem aktif). Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat, jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada musim lain di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping itu, jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila dibandingkan terhadap tempat-tempat di lintang tinggi. Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi. Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semakin sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi. b. Atmosfer Sebelum mengenai obyek, energi yang dihasilkan sumber tenaga merambat melewati atmosfer. Atmosfer membatasi bagian sektrum elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan

46 29 jauh. Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Karena pengaruh yang selektif inilah maka timbul istilah jendela atmosfer yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dalam jendela atmosfer ada hambatan atmosfer, yaitu kendala yang disebabkan oleh hamburan pada spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum inframerah termal (Sutanto, 1986: 56). c. Obyek Tenaga elektromagnetik(tem) yang sampai ke permukaan bumi akan berinteraksi dengan segala obyek yang ada. Obyek di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan lainnya. Ada obyek yang mempunyai sifat daya serapnya (absorpsi) terhadap TEM tinggi dan pantulannya rendah, sebaliknya ada obyek yang mempunyai daya serap rendah dan daya pantulnya tinggi. Pada citra hitam putih mempunyai tingkat rona dan kecerahan yang berbeda obyek satu dengan lainnya. Karakteristik obyek terhadap sinar ini disebut sebagai karakteristik spektral. Justru karena setiap obyek mempunyai karakteristik spektral yang berbeda maka dapat dibedakan obyek satu dengan lainnya. d. Sensor dengan Wahana Tenaga yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor yang dipasang dalam wahana tertentu du udara. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap bagian

47 30 spektrum elektromagnetik. Di samping itu juga kepekaan berbeda dalam mereka obyek terkecil yang masih dapat dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor menandakan semakin baik kualitas sensor tersebut. Pada awal perkembangannya inderaja diawali dengan sensor yang dipasang di wahana berupa balon. Kemudian ditemukan pesawat terbang (tahun 1903) dan sensornyapun dicoba dipasang di bawah badan pesawat. Perkembangan teknologi di bidang sensor dan wahana sudah semakin maju. Sekarang sudah bisa pemotretan dengan kualitas (dapat diukur dari ukuran piselnya) yang semakin baik. Di samping itu, jenis dan macam satelit yang digunakan untuk membawa sensor juga semakin banyak seperti MOS, Landsat, SPOT, Ikonos, Quickbird. e. Pengolahan Data Data penginderaan jauh yang beredar di pasaran pada umumnya merupakan produk standar, yaitu data yang memiliki kualitas standar. Data sudah dapat dianalisis (interpretasi) untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Pengolahan data mentah (hasil rekaman sensor yang dikirim ke stasiun bumi) menjadi produk standar dilakukan oleh operator di stasiun bumi atau unit yang menangani

48 31 distribusi produk inderaja. Koreksi yang dilakukan adalah meliputi eliminasi distorsi radiometrik (nilai radiansi hasil pengukuran) dan geometrik (posisi lintang dan bujur) obyek-obyek yang diindera. Melalui koreksi-koreksi tersebut kualitas data sudah dapat dipertanggungjawabkan. f. Pengguna (user) Pengguna merupakan komponen terakhir sistem inderaja, penggunalah yang tahu dengan pasti tentang kebenaran, manfaat bahkan seberapa besar ketelitian informasi inderaja yang telah dipakainya. Maka pengguna merupakan penilai sekaligus yang dapat memberikan saran-saran untuk lebih menyempurnakan sistem inderaja dalam memenuhi kebutuhan penggunanya. H. Penelitian Terdahulu Untuk memperluas daftar pustaka peneliti menambahkan penelitian terdahulu sebagai pembanding, yang dilihat mulai tujuan penelitian, variabel penelitian dan hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian terdahulu bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

49 32 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Tujuan Variabel Hasil 1 Khoridah 1. Mengetahui aktivitas belajar - Aktivitas Aktivitas mahasiswa dalam praktikum belajar belajar kartografi tematik pada mahasiswa - Hasil belajar berpengaruh geografi semester II tahun terhadap hasil 2009/2010. belajar sebesar 2. Mengetahui pengaruh aktivitas 25,59% belajar mahasiswa dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah praktikum kartografi tematik pada mahasiswa geografi semester II tahun 2009/ Kunthum Ria Anggraheny 1. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share(tps). 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare(tps) terhadap hasil belajar siswa. - Aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran TPS - Hasil Belajar IPS Aktivitas belajar model TPS berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 55,4% 3. Anggit Wianti 1. Untuk mengetahui bentuk aktivitas belajar siswa di kelas dan di rumah pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. 2. Untuk mengetahui pengaruh dari aktivitas belajar siswa terhadap hasil belajar Geografi pada SMA di Kecamatan Gombong Kabupaten Kebumen. - Aktivitas Belajar Kognitif (di kelas dan di rumah) - Hasil Belajar Kognitif Aktivitas belajar siswa di kelas dan di rumah berpengaruh terhadap hasil belajar sebesar 7,9% 4. Julia Suci Nurani 1. Mengetahui bentuk aktivitas mahasiswa dalam Praktikum Penginderaan Jauh semester II tahun 2008/ Mengetahui kadar PBAS dalam Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II tahun 2008/ Mengetahui pengaruh kadar PBAS dalam praktikum terhadap hasil belajar mata kuliah Praktikum Penginderaan Jauh pada mahasiswa semester II tahun 2008/ Kadar PBAS dalam Praktikum Penginderaan Jauh - Hasil belajar Praktikum Penginderaan Jauh Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kadar PBAS dalam Praktikum Penginderaan Jauh dengan hasil belajar Penginderaan Jauh

50 33 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh secara lebih rinci yaitu: 1. Dengan menganalisis dan menggambarkan setiap sub aktivitas belajar ke dalam grafik sehingga diketahui secara jelas setiap aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. 2. Dalam pengambilan data aktivitas mahasiswa dan analisis data I. Hipotesis digunakan 5 kriteria (sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah) sehingga diharapkan data hasil penelitian lebih halus. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh J. Kerangka Pemikiran AKTIVITAS BELAJAR 1. Aktivitas Berbicara 2. Aktivitas Mendengarkan 3. Aktivitas Menulis 4. Aktivitas Motorik 5. Aktivitas Mental 6. Aktivitas Emosional MAHASISWA PEMBELAJARAN PENGINDERAAN JAUH Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran HASIL BELAJAR

51 34 BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007: 3). Adapun yang termasuk dalam penelitian ini adalah: A. Penentuan Obyek Penelitian 1. Populasi Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan dikenai generalisasi dari penelitian tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II tahun 2010/2011 yang mengambil mata kuliah Penginderaan Jauh yaitu 109 mahasiswa. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006: 131). Jika subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika subyeknya lebih dari seratus seperti populasi dalam penelitian ini, maka jumlah sampel dapat diambil sebanyak 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. 34

52 35 c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak dengan memberikan hak yang sama pada setiap subjek dalam populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi yaitu 32 mahasiswa. 3. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Prodi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, FIS, UNNES. B. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Aktivitas Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh. Adapun sub variabel dan indikator aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah sebagai berikut: a. Aktivitas Berbicara 1) Kemampuan mahasiswa dalam mengajukan pertanyaan 2) Kemampuan mahasiswa dalam memberikan tanggapan atau jawaban dari pertanyaan Dosen

53 36 3) Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat/gagasan b. Aktivitas Mendengarkan 1) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan penjelasan materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok 3) Aktivitas mahasiswa dalam mendengarkan petunjuk, kritik dan saran dari Dosen c. Aktivitas Menulis 1) Aktivitas mahasiswa dalam mencatat materi 2) Aktivitas mahasiswa dalam merangkum materi 3) Aktivitas mahasiswa dalam menyelesaikan tugas mata kuliah d. Aktivitas Motorik 1) Kemampuan mahasiswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok 2) Kemampuan mahasiswa dalam interpretasi citra 3) Pengetahuan mahasiswa dalam interpretasi citra secara benar e. Aktivitas Mental 1) Kemampuan mahasiswa dalam mencari data-data penunjang 2) Kemampuan mahasiswa untuk menghargai orang lain (tidak egois) 3) Kepedulian mahasiswa terhadap orang lain

54 37 f. Aktivitas Emosional 1) Minat mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah 2) Keberanian mahasiswa bertanya, berpendapat, menjawab pertanyaan, memberikan saran, dll 3) Ketenangan mahasiswa dalam pembelajaran 2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil Belajar Mata Kuliah Penginderaan Jauh yang berupa nilai akhir. Nilai akhir tersebut dianggap telah mewakili ketiga aspek hasil belajar yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik karena dalam nilai akhir terdapat penilaian pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode observasi dengan penjelasan sebagai berikut: a. Metode Dokumentasi Menurur Arikunto (2006: 231), metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui: 1) Nama dan jumlah mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi semester II yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh.

55 38 2) Nilai akhir mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi yang mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh. b. Metode Observasi Metode observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi adalah memperhatikan suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2006: 156). Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis yaitu observasi yang dilakukan dengan menggunakan pedoman/panduan berupa lembar aktivitas belajar mahasiswa sebagai instrumen pengamatan. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan mahasiswa selama mengikuti mata kuliah Penginderaan Jauh yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. D. Analisis Instrumen Sebelum lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas belajar maka tiap-tiap aspek aktivitas terlebih dahulu harus di uji cobakan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas lembar observasi. Setelah lembar observasi valid dan reliabel, barulah kemudian lembar observasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh.

56 39 1. Analisis Validitas Menurut Arikunto (2006: 168), suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas butir lembar observasi maka digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu: r xy n x 2 n xy x n y y x y Keterangan: r xy x y n : Koefisien korelasi antara x dan y. : Skor observasi indikator ke-i : Skor yang diujicobakan : Jumlah responden Hasil perhitungan r xy dibandingkan dengan tabel kritis r product moment dengan N=32 dan taraf signifikan 5%. Jika r > r tabel kritis, xy maka instrumen tiap-tiap aspek aktivitas tersebut dinyatakan valid (Arikunto, 2006: 170). Hasil uji coba instrumen penelitian diketahui r xy > r tabel, maka instrumen tiap-tiap aspek aktivitas tersebut valid. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 101.

57 40 2. Analisis Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus alpha. Rumus alpha ini digunakan karena skor instrumen merupakan rentang 1 5. r k k b 2 t Keterangan: r11 k : reliabilitas yang dicari : banyaknya butir indikator 2 b : jumlah varians skor tiap-tiap indikator 2 t : varians total Rumus varians: 2 x 2 n x n 2 Hasil perhitunganr11 dibandingkan dengan tabel kritis r product moment pada N=32 dan α=5%. Jika r hitung r maka item yang tabel diujicobakan reliabel. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas ( ) yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin r11 tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

58 41 reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Jika 0,20 r11 Jika 0,21 0,40 r11 Jika 0,41 0,60 r11 Jika 0,61 0,80 r11 Jika 0,81 1,00 r11 = sangat rendah = rendah = sedang = tinggi = sangat tinggi (Arikunto, 2006: 196) Hasil uji reliabilitas dengan N=32 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r hitung r (0,916 > 0,349), maka item yang diujicobakan tabel tersebut reliabel. Hasil perhitungan tersebut termasuk kategori sangat tinggi karena berada pada rentang 0,81 1,00. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 102. E. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif presentase dengan menggunakan analisis frekuensi untuk menggambarkan aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dan regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis atau mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh.

59 42 1. Analisis Deskriptif Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar dalam mata kuliah Penginderaan Jauh adalah dengan analisis frekuensi, maka setiap indikator diungkapkan dalam skor untuk selanjutnya dideskripsikan. a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan yaitu membuat kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi. Pembuatan kisi-kisi instrumen dan pedoman observasi ini akan membantu mempermudah dalam melakukan penilaian aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. b. Tahap Skoring Tahap ini digunakan untuk mempermudah dalam menganalisis data. Caranya yaitu dengan memberikan skor terhadap pengamatan oleh observer sesuai dengan panduan pengamatan/ observasi. Kriteria pemberian skor yaitu: Kriteria sangat tinggi diberi skor 5 Kriteria tinggi diberi skor 4 Kriteria cukup diberi skor 3 Kriteria rendah diberi skor 2 Kriteria sangat rendah diberi skor 1

60 43 c. Menentukan Parameter Variabel Aktivitas Belajar Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan skor maksimal = jumlah item indikator x skor maksimal = 18 x 5 = 90 2) Menentukan skor minimal = jumlah item indikator x skor minimal = 18 x 1 = 18 3) Menghitung rentang skor = skor maksimal skor minimal = = 72 4) Menentukan kriteria Kriteria aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. 5) Menghitung interval skor Interval = rentang banyak kriteria = 72 5 = 14,4

61 44 6) Menyusun parameter aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh. Tabel 3.1 Parameter Aktivitas Belajar Mahasiswa No. Interval Skor Interval Skor Kriteria 1. 75,70 90,00 84,10% 100% Sangat tinggi 2. 61,30 75,60 68,10% 84,00% Tinggi 3. 46,90 61,20 52,00% 68,00% Sedang 4. 32,50 46,80 36,10% 52,00% Rendah 5. 18,00 32,40 20,00% 36,00% Sangat Rendah 7) Menyusun Tabel Frekuensi Tabel frekuensi disusun untuk mempermudah dalam menghitung jumlah frekuensi berdasarkan indikator dan kriteria yang ada dalam penelitian ini. No Interval Jumlah Rata-rata Kriteria. Skor f % Skor Kriteria 1 75,70 90,00 Sangat Tinggi ,30 75,60 Tinggi ,90 61,20 Sedang ,50 46,80 Rendah ,00 32,40 Sangat rendah - - Jumlah - - Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut: P = f N x 100% Keterangan: P : Angka presentase f : Frekuensi yang dicari presentasenya N : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu (Sudijono, 2008: 43)

62 45 8) Deskripsi Setelah dibuat tabel frekuensi aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel. d. Menentukan Parameter Sub Variabel Aktivitas Belajar Parameter sub variabel aktivitas belajar disusun untuk mengetahui gambaran umum dari tiap-tiap sub aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh. Parameter ini berlaku untuk semua aktivitas belajar dalam penelitian ini yaitu aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. Menentukan kriteria dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan persentase maksimal = skor maksimal skor maksimal x 100% = 5 5 x 100% = 100% 2) Menentukan persentase minimal = skor minimal skor maksimal x 100% = 1 5 x 100% = 20%

63 46 3) Menghitung rentang persentase = persentase maksimal persentase minimal = 100% 20% = 80% 4) Menentukan kriteria Kriteria sub aktivitas belajar ada 5 yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. 5) Menghitung rentang kriteria = rentang banyak kriteria = 80% 5 = 16% 6) Menyusun parameter sub variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh. Tabel 3.2 Parameter Sub Aktivitas Belajar Mahasiswa No. Interval Kriteria f % 1. 84,10% 100% Sangat tinggi ,10% 84,00% Tinggi ,00% 68,00% Sedang ,10% 52,00% Rendah ,00% 36,00% Sangat rendah - - Cara untuk mengetahui analisis frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut: P = f N x 100%

64 47 Keterangan: P f N : Angka presentase : Frekuensi yang dicari presentasenya : Jumlah frekuensi/ banyaknya individu (Sudijono, 2008: 43) 7) Deskripsi Setelah dibuat parameter sub aktivitas belajar mahasiswa, data kemudian dideskripsikan. Deskripsi dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam membaca tabel. 2. Analisis Statistik Metode analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana untuk menguji hipotesis atau mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas belajar mahasiswa terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh pada mahasiswa Pendidikan Geografi semester II, FIS, UNNES tahun akademik 2010/2011. Analisis statistik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan terhadap dua variabel dalam penelitian yaitu aktivitas belajar(x) dan hasil belajar mahasiswa(y). Syarat untuk menggunakan analisis data dengan regresi linier sederhana adalah

65 48 data tersebut harus berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Kuadrat dengan rumus sebagai berikut: x 2 = k i=1 (Oi Ei)² Ei Keterangan: x 2 Oi Ei k : Chi Kuadrat : frekuensi yang diamati, kategori ke-i : frekuensi yang diharapkan dari kategori ke-i : jumlah kategori i = 1 : batas bawah sampel Hasil perhitungan chi-kuadrat x 2 data selanjutnya dikonsultasikan dengan x 2 tabel. Jika harga x 2 data x 2 tabel pada taraf signifikansi 5% berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Sudjana, 1996: 273). b. Analisis Regresi Linier Sederhana Untuk mengetahui arah garis regresi menggunakan rumus persamaan model regresi linier sederhana sebagai berikut: y = a + bx Dimana: a = ΣYΣX2 ΣXΣXY NΣX 2 (ΣX) 2

66 49 b = Keterangan: NΣXY ΣXΣY NΣX 2 (ΣX) 2 x : aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh y : hasil belajar mahasiswa a,b : koefisien persamaan regresi yang menyatakan perubahan rata-rata variabel Y untuk setiap perubahan variabel X sebesar satu unit (Sudjana, 2005: 315). c. Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi Sederhana Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model linier yang diambil cocok atau tidak dengan keadaan. Untuk analisis ini digunakan tabel sebagai berikut. Tabel 3.3 Persiapan Analisis Regresi Sumber Varians Dk JK RK F hitung Total N JK(T) - Regresi (a) 1 JK(a) RK(a) = JK(a) : 1 RK(a/b) Regresi (b a) 1 JK(b a) RK(a/b) = JK(b a) : 1 RK(S) Residu (S) n-2 JK(S) RK(S) = JK(S) : (n-2) Tuna Cocok RK(TC) = JK(TC) : k-2 JK (TC) RK(TC) (TC) (k-2) RK(E) Galat n-k JK (E) RK(E) = JK(E): (n-k) Keterangan: JK T = ΣY 2 JK a = (ΣY)2 N JK(b a) = b ΣXY ΣX (ΣY) n

67 50 JK S JK E JK TC = JK T JK a JK(b a) = Σ ΣYᵢ² (ΣYᵢ)² nᵢ = JK S JK(E) Uji keberartian model regresi, apabila F hitung > F tabel dengan dk=(1:n-2) maka dapat disimpulkan bahwa model yang diperoleh signifikan, sedangkan untuk uji kelinieran, apabila F hitung < F tabe l dengan dk=(k-2 : n-k), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut berbentuk linier (Sugiyono, 2007: 265). F. Diagram Alir Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap pra penelitian, tahap pelaksanaan penelitian dan tahap pasca penelitian. Tahap pra penelitian meliputi konsultasi dalam penyusunan rancangan penelitian, mengumpulkan data awal penelitian untuk menentukan populasi dan sempel, membuat instrumen penelitian dan menguji cobakan instrumen penelitian. Tahap pelaksanaan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Tahap pasca penelitian, meliputi tabulasi data dan analisis data hasil penelitian, pembuatan peta administratif wilayah penelitian, dan penulisan laporan hasil penelitian. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir penelitian sebagai berikut.

68 51 Penyusunan Rancangan Penelitian Pengumpulan data sekunder Tahap 1 Pra Penelitian Penentuan populasi dan sampel Membuat instrumen penelitian Menguji cobakan instrumen penelitian Tahap 2 Pelaksanaan Penelitian Melakukan observasi atau pengamatan terhadap objek penelitian (sampel penelitian) Tabulasi dan analisis data hasil penelitian Tahap 3 Pasca Penelitian Pembuatan peta administratif wilayah penelitian Penulisan laporan hasil penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

69 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian memaparkan tentang gambaran umum penelitian, aktivitas belajar mahasiswa, dan pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar mata kuliah Penginderaan Jauh. 1. Gambaran Umum Obyek Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang yang berada di Kampus Sekaran Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Berdasarkan peta RBI letak astronomi Kelurahan Sekaran adalah 07º02 29 LS 07º06 27 LS dan 110º19 20 BT 110º25 17 BT. Lebih jelasnya lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 (Peta Lokasi Laboratorium Penginderaan Jauh Geografi UNNES) Batas wilayah Kelurahan Sekaran yaitu: Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sukorejo. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Sadeng dan Kelurahan Pongangan. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Patemon dan Kelurahan Kalisegoro. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banyumanik. 52

70 Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Jurusan Geografi UNNES 53

71 54 2. Deskripsi Aktivitas Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Untuk mendeskripsikan variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh berdasarkan hasil penskoran dapat digunakan kriteria berikut : Prosentase Maksimal = (5 : 5) x 100% = 100% Prosentase Minimal = (1 : 5) x 100% = 20% Rentang = 100 % - 20% = 80% Interval = 80% : 5 = 18,75% Tabel 4.1 Kriteria Deskripsi Persentase Interval Skor Interval Persentase Kriteria 75,70 90, % - 100% Sangat tinggi 61,30 75, % - 84,00% Tinggi 46,90 61, % - 68,00% Sedang 32,50 46, % - 52,00% Rendah 18,00 32, % - 36,00% Sangat Rendah Sumber: Analisis Data Penelitian 2011 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh terhadap 32 mahasiswa yang meliputi aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional terangkum dalam tabel berikut.

72 55 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Penginderaan Jauh Aktivitas Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Penginderaan Jauh No Interval Jumlah Rata-rata Kriteria Skor Frekuensi Persen Skor Kriteria 1 75,70 90,00 Sangat Tinggi 2 6,25% 2 61,30 75,60 Tinggi 18 56,25% 3 46,90 61,20 Sedang 12 37,50% 4 32,50 46,80 Rendah 0 0,00% 74% Tinggi 5 18,00 32,40 Sangat rendah 0 0,00% Jumlah ,00 Sumber : Analisis Data Penelitian 2011 Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh secara klasikal 74% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dengan rentang skor 75,70 90,00 dicapai oleh 2 mahasiswa atau sebesar 6,25% dan kategori tinggi dengan rentang skor 61,30 75,60 dicapai oleh 18 mahasiswa atau sebesar 56,25%. Untuk kategori sedang dengan rentang skor 46,90 61,20 dicapai oleh 12 mahasiswa atau sebesar 37,50%. Untuk kategori rendah dengan rentang skor 32,50 46,80 dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dengan rentang skor 18,00 32,40 dicapai oleh 0 masasiswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 127. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat ditegaskan bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga

73 56 dengan aktivitas yang tinggi tersebut akan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi atau hasil belajar yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut. Frekuensi (%) 60,00% 56,25% 40,00% 37,50% 20,00% 0,00% 6,25% Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteri 0,00% 0,00% Gambar 4.2 Aktivitas Belajar Mahasiswa Mata Kuliah Penginderaan Jauh Variabel aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh terdiri dari sub variabel aktivitas berbicara, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas motorik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. Hasil deskripsi persentase dari masing-masing indikator dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Aktivitas Berbicara Indikator aktivitas berbicara diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas berbicara pada mahasiswa yang mengikuti mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas berbicara mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 4.3.

74 57 Gambar 4.3 Aktivitas Berbicara Mahasiswa Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas berbicara dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Berbicara No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011 Data dari Tabel 4.3 tentang distribusi frekuensi aktivitas berbicara di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah Penginderaan Jauh pada indikator aktivitas berbicara mahasiswa secara klasikal 68,26% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 2 mahasiswa atau sebesar 6,25% dan kategori

75 58 tinggi dicapai oleh 9 mahasiswa atau sebesar 28,13%. Untuk kategori sedang dicapai oleh 12 mahasiswa atau sebesar 37,50%. Untuk kategori rendah dicapai oleh 9 mahasiswa atau sebesar 28,13%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas berbicara mahasiswa dalam mata kuliah dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 121. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas berbicara sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga dengan aktivitas yang tinggi tersebut akan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut. Frekuensi (%) 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 6,25% Sangat Tinggi 37,50% 28,13% 28,13% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteria Gambar 4.4 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Berbicara

76 59 b. Aktivitas Mendengarkan Indikator aktivitas mendengarkan diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas mendengarkan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas mendengarkan yang dilakukan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut. Gambar 4.5 Aktivitas Mendengarkan Mahasiswa Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas mendengarkan dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mendengarkan No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011

77 60 Berdasarkan data dari tabel di atas diketahui bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas mendengarkan secara klasikal 87% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 24 mahasiswa atau sebesar 75% dan kategori tinggi dicapai oleh 8 mahasiswa atau sebesar 25,00%. Untuk kategori sedang, rendah dan sangat rendah dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 31,25%. Data lengkap tentang aktivitas mendengarkan mahasiswa dalam mata kuliah dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 122. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas mendengarkan sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga dengan aktivitas mendengarkan yang tinggi tersebut akan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut. 80,00% 75,00% Frekuensi (%) 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Sangat Tinggi 25,00% 0,00% 0,00% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Kriteria Rendah Gambar 4.6 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mendengarkan

78 61 c. Aktivitas Menulis Indikator aktivitas menulis diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas menulis pada mahasiswa dalam mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas menulis yang dilakukan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Aktivitas Menulis Mahasiswa Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas menulis dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Menulis No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011

79 62 Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas menulis mahasiswa secara klasikal 68,26% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 2 mahasiswa atau sebesar 6,25% dan kategori tinggi dicapai oleh 16 mahasiswa atau sebesar 50,00%. Untuk kategori sedang dicapai oleh 10 mahasiswa atau sebesar 31,25%. Untuk kategori rendah dicapai oleh 4 mahasiswa atau sebesar 12,50%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas menulis mahasiswa dalam mata kuliah dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 123. Berdasarkan analisis data pada Tabel 4.5 diketahui bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas menulis sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga dengan aktivitas yang tinggi akan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai hasil belajar yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.8.

80 63 Frekuensi (%) 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 6,25% Sangat Tinggi 50,00% 31,25% 12,50% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteria Gambar 4.8 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Menulis d. Aktivitas Motorik Indikator aktivitas motorik diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas motorik pada mahasiswa dalam mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas meotorik yang dilakukan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 4.9. Gambar 4.9 Aktivitas Motorik Mahasiswa

81 64 Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas menotorik dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas Motorik No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011 Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas motorik pada mahasiswa secara klasikal 78% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 7 mahasiswa atau sebesar 21,88% dan kategori tinggi dicapai oleh 19 mahasiswa atau sebesar 53,38%. Untuk kategori sedang dicapai oleh 6 mahasiswa atau sebesar 18,75%. Untuk kategori rendah dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas motorik mahasiswa dalam mata kuliah dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 124. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas motorik sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga dengan aktivitas yang tinggi tersebut akan dapat menunjang

82 65 keberhasilan dalam mencapai hasil belajar yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut ini. Frekuensi (%) 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 21,88% Sangat Tinggi 59,38% 18,75% 0,00% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteria Gambar 4.10 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Motorik e. Aktivitas Mental Indikator aktivitas mental diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas mental pada mahasiswa yang sedang melakukan mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas mental yang dilakukan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.11 Aktivitas Mental Mahasiswa

83 66 Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas mental dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aktivitas Mental No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011 Data dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas motorik pada mahasiswa secara klasikal 67,92% dalam kategori sedang. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 0% dan kategori tinggi dicapai oleh 16 mahasiswa atau sebesar 50,00%. Untuk kategori sedang dicapai oleh 15 mahasiswa atau sebesar 46,88%. Untuk kategori rendah dicapai oleh 1 mahasiswa atau sebesar 2,13%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas mental mahasiswa dalam mata kuliah dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 125. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas mental termasuk dalam kategori sedang sehingga dengan aktivitas yang tinggi tersebut akan dapat menunjang

84 67 keberhasilan dalam mencapai prestasi yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut. Frekuensi (%) 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 0,00% Sangat Tinggi 50,00% 46,88% 3,13% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteria Gambar 4.12 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Mental mahasiswa f. Aktivitas Emosional Indikator aktivitas emosional diukur dengan 3 butir observasi yang mengungkap tentang aktivitas emosional pada mahasiswa dalam mata kuliah penginderaaan jauh. Bentuk aktivitas emosional yang dilakukan mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut.

85 68 Gambar 4.13 Aktivitas Emosional Mahasiswa (Keberanian Mahasiswa Mengeluarkan Pendapat) Hasil analisis data aktivitas belajar mahasiswa pada aspek aktivitas emosional dalam mata kuliah penginderaan jauh terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Emosional No Interval Kriteria f % % - 100% Sangat Tinggi % % - 84,00% Tinggi % % - 68,00% Sedang % % - 52,00% Rendah % % - 36,00% Sangat rendah % Jumlah ,00 Sumber: Analisis Data Penelitian 2011 Data hasil analisis data pada Tabel 4.8 di atas diketahui bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas emosional pada

86 69 mahasiswa secara klasikal 79% dalam kategori tinggi. Dari 32 mahasiswa, untuk kategori sangat tinggi dicapai oleh 8 mahasiswa atau sebesar 25,900% dan kategori tinggi dicapai oleh 22 mahasiswa atau sebesar 68,75%. Untuk kategori sedang dicapai oleh 2 mahasiswa atau sebesar 6,25%. Untuk kategori rendah dicapai oleh 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Sedangkan untuk kategori sangat rendah dicapai oleh 0 siswa atau sebesar 0%. Data lengkap tentang aktivitas emosional mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh dapat dilihat pada lampiran 27 halaman 126. Berdasarkan uraian tentang aktivitas emosional mahasiswa di atas dapat dijelaskan bahwa hasil observasi aktivitas belajar mahasiswa dalam mata kuliah penginderaan jauh pada indikator aktivitas emosional sudah termasuk dalam kategori tinggi sehingga dengan aktivitas yang tinggi tersebut akan dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar Frekuensi (%) 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 25,00% Sangat Tinggi 68,75% 6,25% 0,00% 0,00% Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kriteria Gambar 4.14 Diagram Batang Pada Aspek Aktivitas Emosional

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Peraga Alat peraga merupakan alat bantu atau penunjang yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Pada siswa SD alat peraga sangat dibutuhkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Parongpong yang lokasinya terletak di Jl. Cihanjuang Rahayu No.39, Bandung

Lebih terperinci

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya, BAB.II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep belajar Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehinga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti buku- buku atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti buku- buku atau 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Belajar Lingkungan Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti buku- buku atau bahan tercetak lainnya yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2009:6). Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Keterampilan Proses Sains Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada peran seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA PROGRAM STUDI PJKR DALAM MEMILIH MATAKULIAH OLAHRAGA PILIHAN BOLATANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI SERANG KECAMATAN PENGASIH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM

SKRIPSI. Oleh Abdul Rohman MS NIM HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI GUGUS V KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM

SKRIPSI. Oleh Yachinta Triana Puspita NIM PENGARUH PERHATIAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGISEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran 2.1.1 Hakikat Belajar Proses perkembangan manusia atau individu sebagian besar berlangsung melalui proses belajar dari mulai sederhana sampai kompleks baik secara

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM

PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMANFAATAN FASILITAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 3 PAKEM SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta

SKRIPSI. Oleh Rose Mareta PENGARUH PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (Studi Kasus Pada Mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peningkatan Pembelajaran Istilah peningkatan diambil dari kata dasar tingkat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses,

Lebih terperinci

PERSETUJUAN ARTIKEL. Oleh: Indriyani Nalole Jurusan Pendidikan Ekonomi. Nip Nip

PERSETUJUAN ARTIKEL. Oleh: Indriyani Nalole Jurusan Pendidikan Ekonomi. Nip Nip PERSETUJUAN ARTIKEL Artikel yang berjudul Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMP Negeri 1 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten

Lebih terperinci

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK PENGGUNAAN ALGA SIAPA-AKU PADA MATERI KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 2 MERBAU MATARAM Rahayu Dwi Mastuti Widayati rahayuwidayati25@yahoo.co.id

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH

MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA Lina Wahyuningrum, Pujayanto, Dewanto Harjunowibowo 1) Karangtalun Rt 04 RW

Lebih terperinci

Build the world with studying..

Build the world with studying.. By Build the world with studying.. Menurut beberapa ahli pakar psikologi : Gage dan Berliner : belajar merupakan proses dimana suatu organisme merubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Leaflet Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Nanda Pradhana NIM

SKRIPSI. Oleh Nanda Pradhana NIM PENGARUH INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS IV SD SE GUGUS ONTOSENO BAGELEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS SISWA DALAM METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 SALATIGA SKRIPSI

EFEKTIVITAS SISWA DALAM METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 SALATIGA SKRIPSI EFEKTIVITAS SISWA DALAM METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 SALATIGA SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Oleh NISFILAILI A PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI SUMBER BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : ANANG CAHYA UTAMA ( )

SKRIPSI. Disusun Oleh : ANANG CAHYA UTAMA ( ) HUBUNGAN PENGALAMAN KKN-PPL DAN NILAI PEMBELAJARAN MIKRO DENGAN KESIAPAN MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM FISE UNY UNTUK MENJADI GURU PROFESIONAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

ANALISIS KESULITAN BELAJAR DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL AYAT JURNAL PENYESUAIAN DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK DI SMK BATIK 2

ANALISIS KESULITAN BELAJAR DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL AYAT JURNAL PENYESUAIAN DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK DI SMK BATIK 2 ANALISIS KESULITAN BELAJAR DALAM MENGERJAKAN SOAL-SOAL AYAT JURNAL PENYESUAIAN DITINJAU DARI ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTORIK DI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW GUNA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IS 2 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. LKS Word Square Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil. BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar, hasil

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian 69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah peningkatan aktivitas bermain melalui belajar kelompok pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Abadi Penawar Jaya Kecamatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, MINAT BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KALASAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY

PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY AMPUL PEMANFAATAN OBJEK WISATA LINGGO ASRI (KALI PAINGAN) SEBAGAI SUMBER BELAJAR OUTDOOR STUDY PADA POKOK BAHASAN MATERI LITOSFER KELAS X DI SMA NEGERI 1 KESESI TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SEMESTER

PENGARUH KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SEMESTER PENGARUH KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SEMESTER II SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN Lalfakhiroh, Atmadji, Implementasi Metode Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Teknik Komputer dan Jaringan IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penemuan (Discovery Method) Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek dan eksperimentasi oleh siswa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER

MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VIII SMPN 7 JEMBER SKRIPSI Oleh : Yova Agustian Prahara Ema Putra ( 080210102037 ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG Widia Ningsih 1, Niniwati 1, Fazri Zuzano 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanyaan Siswa Banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikis dan emosinya dalam

Lebih terperinci