BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk menyelenggarakan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan negara dibutuhkan dana yang sangat besar. Dana yang diperlukan tersebut semakin meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pembangunan negara itu sendiri. Dalam upaya mengurangi ketergantungan sumber eksternal, pemerintah Indonesia secara terus menerus berusaha meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan internal, salah satu sumber pembiayaan pembangunan internal adalah pajak. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan umum dan pembangunan nasional (Permadi, 2013). Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya (Widayati, 2010). Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar Indonesia. Dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) peran pajak untuk pembiayaan pembangunan dan kegiatan pemerintahan baik pusat maupun daerah sangat besar, yaitu 70% (Rahmawaty, 2011). Sistem pemungutan pajak merupakan salah satu elemen penting yang menunjang keberhasilan pemungutan pajak suatu negara. Secara umum terdapat tiga sistem pemungutan pajak, yaitu official assessment system, self assessment system, dan withholding system. Seiring dengan berjalannya waktu, sejak adanya reformasi

2 2 di bidang pajak pada tahun 1983, Indonesia mulai menerapkan self assessment system. Dalam sistem ini, wajib pajak dituntut untuk berperan aktif, mulai dari mendaftar diri sebagai wajib pajak, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan), menghitung besarnya pajak yang terutang, dan menyetorkan kewajibannya. Sedangkan aparatur perpajakan berperan sebagai pembina, pembimbing, dan pengawas pelaksanaan kewajiban yang dilakukan oleh wajib pajak. Oleh karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) yang tinggi (Suminarisasi, 2011). Pada umumnya baik wajib pajak pribadi maupun badan cenderung mengupayakan untuk membayar pajak serendah-rendahnya, bahkan jika memungkinkan akan berusaha untuk menghindarinya. Berbagai cara dilakukan oleh wajib pajak untuk menghindari kewajibannya perpajakannya, baik menggunakan cara yang diperbolehkan oleh undang-undang maupun cara yang melanggar peraturan undang-undang yang berlaku. Perencanaan Pajak (Tax Planning) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak dapat dilakukan dengan Tax Avoidance maupun dengan Tax Evasion. Meskipun keduanya mempunyai tujuan yang sama, namun karakteristik keduanya sangatlah berbeda (Ayu, 2009). Menurut Masri dalam Rahman (2013), upaya dalam meminimalkan beban pajak sepanjang masih menggunakan peraturan yang berlaku (lawful) diperbolehkan dengan penanganan dan pengelolaan yang baik disebut Tax Avoidence. Sedangkan cara yang digunakan oleh wajib pajak dengan melanggar dan menentang peraturan undangundang (unlawful) yang berlaku disebut Tax Evasion. Dirjen Pajak, instansi pemerintahan di bawah Departemen Keuangan sebagai pengelola sistem perpajakan di Indonesia, berusaha melakukan tugas

3 3 pokoknya yaitu meningkatkan penerimaan pajak dengan mereformasi pelaksanaan sistem perpajakan menjadi lebih modern. Semua pemasukan negara yang berasal dari pajak akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran umum negara, dalam hal ini digunakan untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat (Waluyo, 2002). Bila setiap wajib pajak sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, tentu diharapkan penerimaan negara atas pajak akan terus meningkat, bukan berkurang, sebab jumlah wajib pajak potensial cenderung bertambah setiap tahun (Nugroho, 2012). Namun, apabila tingkat kesadaran wajib pajak tersebut masih rendah, hal ini akan menimbulkan berbagai masalah perpajakan, diantaranya yaitu penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan usaha yang digunakan oleh wajib pajak untuk mengelak dari kewajiban yang sesungguhnya, dan merupakan perbuatan yang melanggar undang-undang pajak. Misalnya wajib pajak tidak melaporkan pendapatan yang sebenarnya, Siahaan dalam Rachmadi (2014). Beberapa kasus tindak tax evasion yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh wajib pajak maupun fiskus dijelaskan dalam tabel berikut : Tersangka No. Dugaan Kasus Penggelapan Pajak (Tahun) 1. Gayus Halomoan Tambunan (2009) Tabel 1.1 Fenomena Kasus Tindakan Penggelapan Pajak Di Indonesia Tuduhan Kasus Sanksi Bagi Fiskus Kecurangan / Wajib Pajak Penggelapan pajak, suap pajak dan hakim, mafia pajak, pemalsuan paspor, gratifikasi KPP / Perusahaan yang Terlibat PT. Mega Cipta Jaya Garmindo, PT. Metropolitan Retailmen, PT. Megah Citra Raya, PT. Surya Alam Bakrie Group Vonis hukuman penjara total 28 tahun, serta dimiskinkan dengan menyita hartanya yang terkait dengan perkara yang dilakukan

4 4 Tersangka No. Dugaan Kasus Penggelapan Pajak (Tahun) 2. Bahasyim Assifie (2011) 3. Dhana Widyatmika (2012) 4. Purdi E Chandra (2014) Tuduhan Kasus Kecurangan Menerima suap dari wajib pajak yang melakukan keberatan dan banding, pencucian uang Penggelapan pajak, pencucian uang, suap pajak, pemerasan pajak Penggelapan Pajak untuk pelaporan SPT Tahunan 2004 dan 2005 Sumber : Diolah dari berbagai referensi, 2015 KPP / Perusahaan yang Terlibat Kepala KPP Jakarta VII, KPP Koja dan KPP Palmerah KPP Pratama Jakarta Pancoran, PT. Kornet Trans Utama dan PT Mutiara Virgo Kantor wiayah l Direktorat Jendral Pajak D.I Yogyakarta Sanksi Bagi Fiskus / Wajib Pajak Hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta Hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp 300 juta subsider tiga bulan kurungan penjara Hukuman penjara selama 6 bulan dikurangi selama masa tahanan, dan denda Rp 1,2 milliar ditambah sanksi denda 48% dari tagihan pajak Tabel diatas merupakan beberapa contoh kasus tindak tax evasion, mereka melakukan hal tesebut dikarenakan bahwa pajak dipandang sebagai suatu beban yang akan mengurangi kemampuan ekonomisnya. Mereka harus menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membayar pajak. Padahal apabila tidak ada kewajiban pajak, uang yang dibayarkan untuk pajak bisa dipergunakan untuk menambah pemenuhan keperluan hidupnya. Pajak dipungut berdasarkan tarif. Tarif pajak berkaitan dengan fungsi pajak budgetair, yaitu sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluarannya. Bagi wajib pajak, yang terpenting adalah berapa tarif pajak yang harus dibayar. Tarif pajak yang tinggi mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

5 5 perpajakannya sehingga akan mempengaruhi proses minimalisasi tax evasion yang dilakukan oleh wajib pajak. Tax evasion terjadi bukan hanya dari segi pengetahuan seseorang yang kurang mengerti pajak, tetapi juga faktor faktor lain seperti keadilan. Keadilan di dalam pajak mensyaratkan bahwa pajak harus adil, merata, dan tidak diskriminasi dalam menerapkan objek pajak, dan pembebanan kepada masing-masing subjek pajak hendaknya seimbang sesuai dengan kemampuannya (Permatasari,2013). Masyarakat juga memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan dan pemungutan pajak oleh negara. Apabila keadilan dalam sistem perpajakan dianggap telah berjalan dengan baik, maka hal ini bisa meminimalisir tindakan tax evasion. Namun jika keaadilan sistem perpajakan dirasa belum cukup, maka dapat memicu tax avasion. Selain itu, pemanfaatan teknologi dan informasi perpajakan merupakan salah satu faktor yang dapat meminimalisasi tax evasion. Dirjen Pajak telah melakukan beberapa reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi perpajakan. Modernisasi lebih lanjut ditandai dengan penerapan teknologi informasi terkini dalam pelayanan perpajakan seperti on line payment, e-spt, e-filling, e-registration, e-billing. Modernisasi layanan perpajakan yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat mempermudah wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya, sehingga dapat meminimalisasi tindakan tax evasion. Tax evasion terjadi dikarenakan pandangan masyarakat berbeda dengan pandangan pemerintah terhadap pajak. Perbedaan ini terjadi karena minimnya informasi mengenai pengeluaran pemerintah terhadap penerimaan pajak yang didapat setiap tahunnya. Tidak adanya kejelasan yang pasti tentang uang yang

6 6 mereka bayarkan setiap bulannya serta penggunaan uang tersebut. Dalam mengalokasikan pengeluaran pemerintah yang sebagian besar berasal dari pajak, pemerintah harus bersikap transparan. Masyarakat menginginkan pemerintah mengalokasikan hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak agar digunakan dengan tepat dan sebesar-sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat. Pajak secara garis besar seharusnya dimanfaatkan demi kepentingan umum, oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan fasilitas umum akan semakin banyak (Ayu, 2009). Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai tax evasion. Hasil penelitian yang dilakukan Permatasari (2013) mengemukakan bahwa variabel tarif pajak (tax rates) berpengaruh positif terhadap tax evasion, semakin tinggi tarif pajak, kecenderungan untuk melakukan tax evasion semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) dengan variabel teknologi sistem perpajakan menyatakan bahwa penggunaan teknologi tidak berpengaruh secara signifikan pada tingkat tax evasion. Berbeda dengan hasil penelitian Permatasari (2013), dengan adanya indikasi nilai negatif yang bersifat signifikan pada penelitian yang dilakukan di Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil penelitian Ayu (2009), keadilan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax evasion, keadilan sistem perpajakan justru cenderung semakin memicu tax evasion. Sedangkan dalam Suminarisasi (2011) dan Mukharoroh (2014) menyatakan bahwa keadilan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) dan Permatasari (2013) menyimpulkan variabel ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan bersifat signifikan terhadap tax evasion.

7 7 Dari uraian latar belakang di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan replikasi pada penelitian yang telah dilakukan oleh Permatasari (2013). Persamaan penelitian ini dengan penelitian Permatasari (2013) adalah variabel yang digunakan, yaitu variabel independen: tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah, serta tax evasion sebagai variabel dependen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan, sedangkan penelitian sebelumnya adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan. Alasan peneliti memilih Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Selatan sebagai objek penelitian dijelaskan dalam tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Jumlah dan Tingkat Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Semarang Selatan Uraian Jumlah WPOP WPOP efektif WPOP yang menyampaikan SPT Tahunan Tingkat Kepatuhan 57,61% 56,78% 52,92% Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Semarang Selatan Berdasarkan tabel 1.2 di atas menujukkan bahwa meningkatnya jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar belum tentu meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini dapat dibuktikan pada tingkat kepatuhan wajib pajak yang semakin menurun dalam waktu tiga tahun terakhir di KPP Pratama Semarang Selatan, pada

8 8 tahun 2011 sebesar 57,61%, tahun 2012 sebesar 56,78%, dan tahun 2013 sebesar 52,92%. Wajib pajak yang cenderung tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dapat memicu perilaku tax evasion. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Minimalisasi Tax Evasian Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Apakah tarif pajak berpengaruh terhadap minimalisasi tax evasion? b. Apakah teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh terhadap minimalisasi tax evasion? c. Apakah keadilan sistem perpajakan berpengaruh terhadap minimalisasi tax evasion? d. Apakah ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap minimalisasi tax evasion? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh persepsi mengenai tarif pajak terhadap tax evasion. b. Untuk menganalisis pengaruh persepsi mengenai teknologi dan informasi perpajakan terhadap tax evasion.

9 9 c. Untuk menganalisis pengaruh persepsi mengenai keadilan sistem perpajakan terhadap tax evasion. d. Untuk menganalisis pengaruh persepsi mengenai ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terhadap tax evasion. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: a. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam memahami pengaruh persepsi mengenai tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terhadap tax evasion. b. Bagi Wajib Pajak Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi agar wajib pajak dapat meminimalisir tindakan tax evasion dan lebih bijak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. c. Bagi Akademisi dan Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dan menambah pengetahuan mengenai persepsi tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terhadap minimalisasi tax evasion. Dan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian yang selanjutnya.

10 Sistematika Penulisan berikut : Penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian dengan sistematika penulisan sebagai BAB I Berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II Berisi tinjauan pustaka yang nenguraikan tentang telaah teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis. BAB III Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis. BAB IV Berisi hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan. BAB V Berisi penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

11 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Tinjauan Umum Tentang Pajak 1) Definisi dan Unsur Pajak Beberapa pendapat para ahli mengenai definisi pajak serta unsur-unsur pajak, antara lain: a. Definisi pajak menurut Undang-undang No.28 tahun 2007 Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sasaran untuk dikenakan pajak penghasilan disebut subjek pajak. Subjek pajak yang telah memenuhi kewajiban pajak secara objektif maupun subjektif disebut wajib pajak (WP). b. Menurut Soemitro dalam Utomo (2011) Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. c. Menurut Mardiasmo (2006) pajak memiliki unsur-unsur, yaitu: 1) Iuran dari rakyat kepada negara

12 12 Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2) Berdasarkan undang-undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang bersifat memaksa dan dipungut berdasarkan undang-undang. 2) Fungsi Pajak Berdasarkan definisi pajak yang telah dijabarkan sebelumnya, ada dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2006), yaitu: a. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya. b. Fungsi Mengatur (Regulerend) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. 3) Pengelompokkan Pajak Pajak dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pengelompokkan menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya (Mardiasmo, 2006).

13 13 1) Menurut golongannya a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2) Menurut sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). 3) Menurut lembaga pemungutnya a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: PPh, PPN dan PPnBM, PBB, serta Bea Materai. b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri atas: a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

14 14 b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan Wajib Pajak Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000, wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Kewajiban perpajakan wajib pajak badan maupun perseorangan sesuai dengan undang-undang KUP antara lain: a. Wajib mendaftarkan diri kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat untuk mendapatkan NPWP. b. Wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap dan jelas. c. Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang melalui Kantor Pos atau Bank persepsi yang ditunjuk.

15 Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat tunduk pada ajaran atau peraturan. Definisi kepatuhan wajib pajak menurut Rohmawati (2012) adalah kepatuhan dalam mendaftarkan diri, menyetor kembali surat pemberitahuan (SPT), menghitung dan membayar pajak terutang serta membayar tunggakan pajak. Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi, yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Nurmantu, 2010). Pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Nasucha dalam Rahayu (2010), menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan dari: 1) Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri. 2) Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat pemberitahuan. 3) Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang. 4) Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan Tarif Pajak Pemungutan pajak tidak terlepas dari unsur keadilan. Keadilan disini dapat diartikan dalam prinsip (undang-undang), maupun adil dalam pelaksaannya sehingga dapat menciptakan keseimbangan sosial untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu unsur dalam mencapai keadilan melalui penetapan tarif pajak, yaitu

16 16 dengan memberikan tekanan yang sama kepada wajib pajak. Tarif pajak adalah besarnya nilai yang digunakan untuk menentukan pajak terutang yang harus dibayar wajib pajak kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Menururt Mardiasmo (2006) pajak dipungut berdasarkan tarif. Ada empat macam tarif pajak, yaitu tarif proposional, tarif tetap, tarif progresif, dan tarif degresif. 1) Tarif proporsional Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenakan pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai/PPN dimana semua harga barang di tingkat akhir dikenakan pajak PPN adalah sama adalah sebesar 10%. 2) Tarif tetap Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh: besarnya tarif materai Rp ) Tarif progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Contoh: Tarif PPh untuk menghitung nilai Pendapatan Kena Pajak (PKP) sebagaimana diatur dalam pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan. 4) Tarif degresif Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai pajak semakin besar.

17 17 Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tarif pajak adalah jumlah nilai pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak Teknologi dan Informasi Perpajakan Sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan dan dunia usaha yang selalu berubah, Dirjen Pajak telah melakukan reformasi perpajakan dan modernisasi administrasi perpajakan yang memudahkan wajib pajak dengan memfasilitasi beragam aplikasi untuk melakukan kewajiban perpajakan wajib pajak. Aspek teknologi informasi adalah pembaharuan di bidang teknologi dan informasi perpajakan yang berkaitan dengan sistem pelayanan administrasi perpajakan dengan adanya e-spt, e-reg, e-filing dan e-billing. 1) e-spt Aplikasi e-spt atau disebut dengan Elektronik SPT adalah aplikasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh wajib pajak untuk kemudahan dalam menyampaikan SPT. SPT yang dapat disampaikan berupa laporan SPT Masa PPH, SPT Tahunan PPH, dan SPT masa PPN. 2) e-reg e-registration atau sistem pendaftaran wajib pajak secara online adalah sistem aplikasi bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan Dirjen Pajak dengan berbasis perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan oleh perangkat komunikasi data yang digunakan untuk mengelola proses pendaftaran wajib pajak. 3) e-filing e-filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang realtime melalui

18 18 website Direktorat Jenderal Pajak atau Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP). 4) e-billing e-billing merupakan bentuk modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk membayar kewajiban pajak yang dapat dilakukan dimana saja. E-billing meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu maupun bisnis, untuk mengakses rekening atau mendapatkan informasi mengenai produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan informasi perpajakan adalah fasilitas pelayanan pajak secara elektronik yang digunakan untuk meningkatkan dan memudahkan pelayanan di bidang perpajakan Keadilan Sistem Perpajakan Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penerapan pajak suatu negara adalah adanya keadilan. Hal ini karena secara psikologis masyarakat menganggap bahwa pajak merupakan suatu beban. Oleh karena itu tentunya masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang adil dalam pengenaan dan pemungutan pajak oleh negara. Hal ini dimaksudkan agar tidak menghambat jalannya sistem perpajakan yang ada. Dikarenakan sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan self assesment system, prinsip keadilan ini sangat diperlukan agar tidak menimbulkan perlawanan-perlawanan pajak seperti tax avoidance maupun tax evasion. Menurut Siahaan (2010) dalam Suminarisasi (2011) menyatakan keadilan pajak dibagi ke dalam tiga pendekatan aliran pemikiran, yaitu:

19 19 a. Prinsip Manfaat (benefit principle) Seperti teori yang diperkenalkan oleh Adam Smith serta beberapa ahli perpajakan lain tentang keadilan, mereka mengatakan bahwa keadilan harus didasarkan pada prinsip manfaat. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu sistem pajak dikatakan adil apabila kontribusi yang diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana yang disediakan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan prinsip ini maka sistem pajak yang benar-benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu prinsip manfaat tidak hanya menyangkut kebijakan pajak saja, tetapi juga kebijakan pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh pajak. b. Prinsip Kemampuan Membayar (ability to pay principle) Pendekatan yang kedua yaitu prinsip kemampuan membayar. Dalam pendekatan ini, masalah pajak hanya dilihat dari sisi pajak itu sendiri terlepas dari sisi pengeluaran publik (pengeluaran pemerintah untuk membiayai pengeluaran bagi kepentingan publik). Menurut prinsip ini, perekonomian memerlukan suatu jumlah penerimaan pajak tertentu, dan setiap wajib pajak diminta untuk membayar sesuai dengan kemampuannya. Prinsip kemampuan membayar secara luas digunakan sebagai pedoman pembebanan pajak. Pendekatan prinsip kemempuan membayar dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah redistribusi pendapatan dalam masyarakat, tetapi mengabaikan masalah yang berkaitan dengan penyediaan jasa-jasa publik. c. Keadilan Horizontal dan Keadilan Vertikal

20 20 Mengacu pada pengertian prinsip kemampuan membayar, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua kelompok besar keadilan pajak: 1) Keadilan Horizontal Keadilan horizontal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan sama harus membayar pajak dalam jumlah yang sama. Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan prinsip dasar keadilan berdasarkan undangundang. Misalnya untuk pajak penghasilan, untuk orang yang berpenghasilan sama harus membayar jumlah pajak yang sama. 2) Keadilan Vertikal Prinsip keadilan vertikal berarti bahwa orang-orang yang mempunyai kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih besar. Dalam hal ini nampak bahwa prinsip keadilan vertikal juga memberikan perlakuan yang sama seperti halnya pada prinsip keadilan horizontal, tetapi beranggapan bahwa orang yang mempunyai kemampuan berbeda, harus membayar pajak dengan jumlah yang berbeda pula. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keadilan sistem perpajakan adalah kesetaraan antara kemampuan untuk membayar pajak dengan manfaat yang diterima oleh wajib pajak Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara dalam membiayai pengeluarannya. Alokasi pengeluaran pemerintah tercermin dalam APBN dan APBD dalam pos belanja. APBD merupakan rencana kebijakan daerah yang diwujudkan dalam satuan uang. APBD dapat berfungsi sebagai stabilisasi karena dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga APBD (Ayu, 2009).

21 21 Ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah dalam pajak juga harus berdasarkan pada prinsip keadilan. Sesuai dengan prinsip manfaat (benefit principle), dimana sistem pajak yang benar-benar adil akan sangat berbeda tergantung pada struktur pengeluaran pemerintah. Prinsip manfaat tidak hanya menyangkut kebijakan pajak, tetapi juga kebijakan pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh pajak. Semua dana yang akan dikeluarkan oleh pemerintah pada dasarnya berasal dari APBN Indonesia yang sebagian besar dananya diperoleh melalui pemungutan pajak sehingga harus dikeluarkan seadil-adilnya untuk kepentingan rakyat dalam membangun sarana prasarana, serta fasilitas pendidikan, kesehatan, bagi rakyat. Masyarakat juga harus dapat merasakan hasil dari dana yang dibelanjakan tersebut sehingga kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak juga akan berbanding lurus dengan hasil yang diperoleh oleh masyarakat sebagai timbal balik secara nyata. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah adalah proses mengeluarkan atau membelanjakan anggaran pemerintah untuk suatu keperluan negara yang digunakan sesuai dengan manfaatnya Tax Evasion Penggelapan pajak mengacu pada tindakan yang tidak benar yang dilakukan oleh wajib pajak mengenai kewajibannya dalam perpajakan. Mardiasmo (2006) mendefinisikan tax evasion sebagai usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak). Dikarenakan melanggar undangundang, tax evasion ini dilakukan dengan menggunakan cara yang tidak legal. Para wajib pajak sama sekali mengabaikan ketentuan formal perpajakan yang menjadi kewajibannya, memalsukan dokumen, atau mengisi data dengan tidak lengkap dan tidak benar.

22 22 Tax evasion adalah perbuatan melanggar undang-undang. Misalnya menyampaikan di dalam SPT jumlah penghasilan yang lebih rendah daripada yang sebenarnya di satu pihak dan atau melaporkan biaya yang lebih besar daripada yang sebenarnya di lain pihak. Bentuk tax evasion yang lebih parah adalah apabila wajib pajak sama sekali tidak melaporkan penghasilannya. Perbuatan ini melanggar baik jiwa atau semangat maupun kalimat-kalimat dalam undang-undang perpajakan. Di Indonesia perbuatan yang termasuk dalam tax evasion diancam dengan hukuman pidana fiskal yang diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 39 UU KUP 2000 (Nurmantu, 2005). Menurut Nurmantu (2005) kecenderungan wajib pajak melakukan kecurangan dikarenakan: 1. Tingginya pajak yang harus dibayar. Semakin tinggi jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak, semakin tinggi kemungkinan wajib pajak berperilaku curang. 2. Makin tinggi uang sogokan yang harus dikeluarkan oleh wajib pajak, maka makin kecil kemungkinan wajib pajak melakukan kecurangan. 3. Makin tinggi kemungkinan terungkap apabila melakukan kecurangan, maka makin rendah kecenderungan wajib pajak berlaku curang. 4. Makin besar ancaman hukuman dan sanksi yang diterapkan kepada pelaku kecurangan, maka semakin kecil kecenderungan wajib pajak melakukan kecurangan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tax evasion adalah perbuatan ilegal yang dilakukan wajib pajak supaya jumlah pajak terutang yang harus dibayarkan bisa lebih ringan.

23 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian, peneliti merujuk pada beberapa penelitian terdahulu untuk dijadikan acuan, antara lain : Peneliti (Tahun) A.H. Mukharoroh Nur Cahyonowati 2014 Inggrid Permatasari Herry Laksito 2013 W Suminarsasi Supriyadi 2011 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Tujuan Penelitian Penelitian Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara keadilan, sistem perpajakan, norma, kepatuhan, dan diskriminasi terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak Independen: keadilan, sistem perpajakan, norma, kepatuhan dan diskriminasi Dependen: penggelapan pajak Independen: Tarif pajak, teknologi dan informasi sistem perpajakan, keadilan sistem perpajakan, ketepatan dan pengalokasian pengeluaran pemerintah Dependen: Tax evasion Independen: keadilan, sistem perpajakan dan diskriminasi Dependen: persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak Untuk menganalisis pengaruh persepsi mengenai tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terhadap tax evasion Untuk menganalisis pengaruh keadilan, sistem perpajakan, dan diskriminasi terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak Hasil Penelitian Keadilan, sistem perpajakan, kepatuhan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak. Norma dan diskriminasi berpengaruh negatif terhadap persepsi wajib pajak mengenai penggelapan pajak. Tarif pajak berpengaruh positif terhadap tax evasion. Teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif terhadap tax evasion Keadilan dan sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak. Diskriminasi berpengaruh negatif terhadap persepsi wajib pajak mengenai etika penggelapan pajak.

24 24 Peneliti (Tahun) Stephana D Ayu R Rini Hastuti 2009 Variabel Penelitian Independen: Persepsi terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan sistem perpajakan, pemanfaatan hasil pajak, teknologi dan informasi, kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion Dependen: Tax evasion Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh persepsi terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan sistem perpajakan, pemanfaatan hasil pajak, kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion terhadap tax evasion Hasil Penelitian Persepsi terhadap kemungkinan terdeteksinya kecurangan, keadilan sistem perpajakan, pemanfaatan hasil pajak, teknologi dan informasi berpengaruh negatif terhadap tax evasion. Kecenderungan wajib pajak untuk melakukan tax evasion berpengaruh positif terhadap tax evasion. 2.3 Kerangka Pemikiran Peneliti mengemukakan sistematika kerangka pemikiran (konseptual): Minimalisasi Tax Evasian Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan, dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut:

25 25 Tarif Pajak (X 1 ) H 1 Teknologi dan Informasi Perpajakan (X 2 ) H 2 Keadilan Sistem Perpajakan (X 3 ) H 3 Tax Evasion (Y) Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah (X 4 ) H 4 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/mengarahkan penyelidikan selanjutnya (Umar, 2011). Berdasarkan landasan teori yang ada maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diujikan sebagai berikut: Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Minimalisasi Tax Evasion Penetapan tarif pajak harus berdasarkan keadilan. Tarif pajak adalah presentase untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar. Pemerintah biasanya menetapkan tarif pajak yang tinggi, tetapi di sisi lain tarif yang tinggi sangat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban

26 26 perpajakannya sehingga akan mempengaruhi proses minimalisasi tax evasion yang dilakukan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) mengenai minimalisasi tax evasion di Kota Pekanbaru menunjukkan bahwa tarif pajak berpengaruh positif signifikan terhadap tax evasion. Berdasarkan pernyataan dan penelitian sebelumnya, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Persepsi terhadap tarif pajak berpengaruh terhadap tax evasion Pengaruh Teknologi dan Informasi Perpajakan terhadap Minimalisasi Tax Evasion Dirjen Pajak telah memfasilitasi beragam aplikasi modern untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban perpajakan wajib pajak. Adanya pembaharuan di bidang teknologi dan informasi yang berkaitan dengan sistem pelayanan administrasi perpajakan, diharapkan dapat mempermudah wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sehingga tindakan tax evasion dapat diminimalisir. Maka semakin tinggi dan modern teknologi dan informasi perpajakan yang digunakan, semakin rendah tax evasion yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) mengenai minimalisasi tax evasion menunjukkan indikasi nilai negatif yang bersifat signifikan untuk variabel teknologi dan informasi perpajakan. Berdasarkan pernyataan dan penelitian sebelumnya, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 2 : Persepsi terhadap teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh terhadap tax evasion.

27 Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan terhadap Minimalisasi Tax Evasion Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, hal ini merupakan salah satu syarat dalam pemungutan pajak. Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing (Mardiasmo, 2006). Adanya berbagai pemikiran tentang pentingnya keadilan bagi seseorang termasuk dalam pembayaran pajak juga akan mempengaruhi sikap mereka dalam melakukan pembayaran pajak. Semakin tidak adil sistem pajak yang berlaku menurut persepsi wajib pajak maka kecenderungannya untuk melakukan penghindaran pajak akan semakin tinggi, karena wajib pajak merasa bahwa sistem pajak yang ada belum cukup baik mengakomodir segala kepentingannya. Dalam penelitian sebelumnya oleh Permatasari (2013) untuk variabel keadilan sistem perpajakan berpengaruh negatif signifikan terhadap tax evasion. Berdasarkan pernyataan dan penelitian sebelumnya, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 3 : Persepsi terhadap keadilan sistem perpajakan berpengaruh terhadap tax evasion Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah terhadap Minimalisasi Tax Evasion Pajak secara garis besar seharusnya dimanfaatkan demi kepentingan umum, oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan fasilitas umum akan semakin meningkat. Peranan penerimaan menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya pemerintahan dan pembangunan nasional. Masyarakat

28 28 menginginkan pemerintah untuk mengalokasian hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak digunakan dengan tepat dan sebesar-sebesarnya untuk kesejahteraan rakyat (Permatasari,2013). Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan maupun pengalaman langsung (Robbins, 2012). Teori ini berlaku pada perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya jika lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pajak itu telah memberikan kontibusi nyata pada pembangunan di wilayahnya. Maka apabila pemerintah telah tepat dalam melakukan pengalokasian pengeluarannya, tingkat tax evasion semakin rendah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2013) tentang minimalisasi tax evasion membuktikan jika ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan bersifat signifikan. Begitu juga dengan penelitian Ayu (2009), hasil pengujian menunjukan bahwa pengaruh ketepatan pemanfaatan hasil pajak berpengaruh secara negatif signifikan terhadap tax evasion. Berdasarkan pernyataan dan penelitian sebelumnya, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 4 : Persepsi terhadap ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap tax evasion.

29 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel didasarkan pada beberapa sumber atau referensi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam melakukan pengukuran kelima variabel menggunakan skala Likert, skala 1 sampai 5 dengan perincian sebagai berikut: 1) Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 2) Angka 2 = Tidak Setuju (TS) 3) Angka 3 = Netral (N) 4) Angka 4 = Setuju (S) 5) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax evasion (Y). Tax evasion adalah perbuatan ilegal yang dilakukan wajib pajak supaya pajak terutang yang harus dibayarkan bisa lebih ringan. Indikator tax evasion mengacu pada penelitian Permatasari (2013) antara lain: a. Menyampaikan SPT dengan benar pengisiannya, dan lengkap jika ada pemeriksaan pajak. b. Melapor dan mempertanggungjawabkan jumlah perhitungan pajaknya secara lengkap dan benar jika ada pemeriksaan. c. Peraturan pajak yang tidak sesuai dengan keiginan wajib pajak. d. Keterlambatan membayar pajak.

30 Variabel Independen Penelitian ini memiliki empat variabel independen, yaitu tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah 1) Tarif Pajak (X 1 ) Tarif pajak adalah jumlah nilai pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak. Indikator kesadaran tarif pajak antara lain (Permatasari, 2013): a. Kenaikan tarif pajak. b. Tingkat probabilitas dari usaha. c. Jenis usaha yang dijalankan. d. Denda yang diberikan. e. Kompensasi kerugian. 2) Teknologi dan Informasi Perpajakan (X 2 ) Teknologi dan informasi perpajakan adalah fasilitas pelayanan pajak secara elektronik yang digunakan untuk meningkatkan dan memudahkan pelayanan di bidang perpajakan. Menurut Amalia (2010) dalam Permatasari (2013) indikator teknologi dan informasi perpajakan antara lain: a. Adanya faktor sosial. b. Adanya perasaan individu terhadap penggunaan teknologi dan informasi tersebut. c. Hubungan pemanfaatan teknologi dan informasi dengan kemudahan tugas. d. Faktor objektivitas yang ada memudahkan pemakai dalam melakukan suatu pekerjaan.

31 31 3) Keadilan Sistem Perpajakan (X 3 ) Keadilan sistem perpajakan adalah kesetaraan antara kemampuan untuk membayar pajak dengan manfaat yang diterima oleh wajib pajak. Menurut Pris (2010) dalam Permatasari (2013) indikator keadilan sistem perpajakan: a. Keadilan umum. b. Timbal balik dari pemerintah. c. Struktur tarif pajak. d. Ketentuan-ketentuan khusus. e. Kepentingan pribadi. 4) Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah (X 4 ) Ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah adalah proses mengeluarkan atau membelanjakan anggaran pemerintah untuk suatu keperluan negara yang digunakan sesuai dengan manfaatnya. Berikut indikator ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah antara lain (Permatasari, 2013): a. Desentralisasi fiskal. b. Kesejahteraan masyarakat. c. Distribusi fasilitas yang merata. d. Adanya transparansi pemerintah. 3.2 Penentuan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro, 2014). Populasi dalam penelitian ini

32 32 adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Semarang Selatan dari tahun yang tercatat sejumlah jiwa yang merupakan wajib pajak orang pribadi efektif. Rincian jumlah wajib pajak orang pribadi per tahun terdapat dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun WPOP Efektif Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah WPOP Sampel adalah sebagian dari elemen-elemen populasi (Indriantoro, 2014). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka populasi ditarik untuk menjadi sampel. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin : n = N 1 + Ne 2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Tingkat error (kesalahan yang masih ditoleransi, 10%) maka jumlah sampel untuk penelitian ini dengan e sebesar 10% adalah: n = (10%) 2 = 99,76

33 33 Berdasarkan jumlah perhitungan di atas, jumlah sampel adalah 99,76. Untuk memudahkan perhitungan selanjutnya maka dibulatkan menjadi 100. Jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 WPOP efektif. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode convinience sampling, yaitu metode memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti dengan elemen populasi yang dipilih tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah (Indriantoro, 2014). 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subyek, data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden) (Indriantoro, 2014). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Indriantoro, 2014). Data diperoleh dari hasil kuesioner dalam bentuk pertanyaan yang dibagikan pada responden, yaitu wajib pajak orang pribadi yang yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu metode pengumpulan data primer melalui kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam usaha untuk memperoleh data dan informasi yang dilakukan peneliti yaitu

34 34 dengan teknik menyebarkan kuesioner yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden (wajib pajak) yang terdaftar di KPP Pratama Semarang Selatan. Sejumlah pertanyaan diajukan kepada responden dan responden diminta untuk memberikan jawaban sesuai dengan pendapat mereka. 3.5 Metode Analisis Data diolah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan yang ada di antara variabel-variabel yang digunakan, sehingga dari hubungan tersebut sebuah variabel akan dapat ditaksir apabila variabel lain telah diketahui. Dalam model penelitian ini terdapat 1 variabel dependen yang berhubungan dengan 4 variabel independen. Dengan model persamaan sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e Di mana : Y a X 1 = Tax Evasion (Penggelapan Pajak) = Konstanta = Tarif Pajak X 2 = Teknologi dan Informasi Perpajakan X 3 = Keadilan Sistem Perpajakan X 4 = Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah

35 35 b 1, b 2, b 3, b 4 = Koefisien regresi parsial untuk masing-masing variabel X 1, X 2, X 3, X 4 e = Faktor Pengganggu Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Koefisien Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2013): a) Hasil α > 0,7 = reliabel b) Hasil α < 0,7 = tidak reliabel Uji Validitas Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Alat untuk mengukur validitas adalah correlation product moment dari Pearson. Suatu indikator dikatakan valid, apabila α < 0,05 (Ghozali, 2013) Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik diperlukan untuk menilai model regresi linear berganda. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. 1) Uji Normalitas Uji normalitas menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013).

36 36 Indikator model regresi yang baik adalah memiliki data terdistribusi normal. Jika menggunakan grafik, normalitas dapat dideteksi dengan melihat tabel p- plot dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih memperjelaskan tentang sebaran data dalam penelitian ini maka akan dipertegas dengan uji statistik berupa Uji Kolmogorov Smirnov (Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: a. H o : Data residual berdistribusi normal, jika nilai sig > 0,05 b. H a : Data residual tidak berdistribusi normal, jika nilai sig < 0,05 2) Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada tabel Coefficients. Jika nilai Tolerance 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian tersebut (Ghozali, 2013).

37 37 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidakasamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Gozali, 2013). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain menggunakan scatterplot dalam peneletian ini juga menggunakan uji glejser agar lebih meyakinkan bahwa tidak terjadinya gejala heterokedastisitas. Model bebas heterokedastisitas apabila signifikansi seluruh variabel independen (uji t) diatas 0,05 (Ghozali, 2013) Uji Hipotesis 1) Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel, apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel dengan tingkat signifikansi (α) kurang dari 0,05, maka model yang digunakan layak, demikian pula sebaliknya (Ghozali, 2013).

38 38 2) Uji t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan ketentuan: Jika nilai signifikansi t < 0,05, maka H o ditolak dan H a diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh model regresi dapat menerangkan variabel-variabel dependen penelitian. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil menandakan kemampuan variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabelvariabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu, berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen (Ghozali, 2013).

39 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Deskripsi Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-141/PJ/2007 tanggal 3 Oktober 2007, KPP Pratama Semarang Selatan sejak tanggal 6 November 2007 telah menerapkan Sistem Admnistrasi Pajak Modern. Pembentukan KPP Pratama merupakan bagian program Modernisasi Administrasi Perpajakan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perpajakan, meningkatkan kepatuhan wajib pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum, meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan modernisasi, serta meningkatkan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia. KPP Pratama Semarang Selatan merupakan unit lini depan (front line unit) dari Direktorat Jenderal Pajak yang syarat dengan tugas, amanah, dan harapan berupa pengamanan penerimaan pajak, peningkatan pelayanan, peningkatan kepatuhan pajak, pengelolaan system informasi atau teknologi informasi yang optimal, dan pengelolaan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. KPP Pratama Semarang Selatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan di bidang perpajakan yang meliputi PPh, PPN, PPnBM, PTLL dalam wilayah wewenangnya yang meliputi

40 40 satu Kecamatan, yaitu Kecamatan Semarang Selatan. Wilayah kerja KPP ini meliputi sepuluh Kelurahan, yaitu Kelurahan Bulustalan, Barusari, Randusari, Mugasari, Pleburan, Wonodri, Peterongan, Lamper Kidul, Lamper Lor, dan Lamper Tengah. KPP Pratama Semarang Selatan berada di Jalan Puri Anjasmoro F1 No.12 Semarang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 10 November 2014 sampai 21 November Dalam penelitian ini menggunakan 100 responden yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Semarang Selatan. Adapun hasil penyebaran 100 lembar kuesioner diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.1 Sebaran data penelitian No. Keterangan Jumlah Persentase 1. Kuesioner yang disebar % 2. Kuesioner yang tidak lengkap 0 0% Jumlah kuesioner yang diolah % Sumber: Data primer yang diolah, Data Responden Karakteristik responden dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan per bulan dan jenis pekerjaan responden. Data mengenai karakteristik responden ditampilkan pada gambar grafik berikut ini:

41 41 a. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 33% 67% Gambar 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 67 orang atau sebesar 67%, %, dan yang berje berjenis kelamin perempuan sebesar 33 orang atau sebesar 33%. Dapat disimpulkan mayoritas responden dalam penelitian ini adalah laki-laki. laki b. Responden Berdasarkan Usia < > 50 12% 14% 47% 27% Gambar 4.2 Responden Berdasarkan Usia Sumber: Data primer yang diolah, 2015

42 42 Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang berusia < 30 tahun berjumlah 47 orang atau sebesar 47%, usia tahun berjumlah 27 orang atau sebesar 27%, usia tahun berjumlah 14 orang atau sebesar 14%, dan yang berusia > 50 tahun berjumlah 12 orang atau 12%. Dapat disimpulkan mayoritas responden dalam penelitian ini berusia < 30 tahun. c. Responden Berdasarkan Pendapatan/bulan 3-5 juta 5,1-10 juta 10,1-15 juta >15,1 juta 5% 2% 9% 84% Gambar 4.3 Responden Berdasarkan Pendapatan/bulan Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa responden dengan pendapatan per bulan 3-5 juta berjumlah 84 orang atau sebesar 84% %, 5,1-10 juta berjumlah 9 orang atau sebesar 9%, 10,1-15 juta berjumlah 5 orang atau sebesar 5%, dan yang berusia > 15,1 juta berjumlah 2 orang atau 2%. Dapat disimpulkan mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan per bulan sebesar 3-5 juta.

43 43 d. Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pelajar/mahasiswa Pegawai Swasta PNS Wiraswasta 0% 26% 6% 68% Gambar 4.4 Responden Berdasarkan Pekerjaan Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan gambar 4.4 dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang berstatus sebagai pelajar/mahasiswa atau sebesar 0%, responden yang bekerja sebagai pegawai swasta berjumlah 68 orang atau sebesar 68%, responden yang bekerja sebagai PNS berjumlah 6 orang atau sebesar 6%, dan responden yang bekerja sebagai wiraswasta berjumlah 26 orang atau 26%. Dapat disimpulkan mayoritas responden dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai swasta. 4.2 Hasil Analisis Data Analisis data dilakukan terhadap 100 responden yang memenuhi kriteria untuk pengolahan data. Data yang diolah merupakan hasil rata-rata variabel, yaitu tarif pajak (X1), teknologi jawaban responden untuk masing-masing dan informasi perpajakan (X2), keadilan system perpajakan (X3), ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah (X4), dan tax evasion (Y).

44 Distribusi Jawaban Responden Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Tarif Pajak (X1) Distribusi Jawaban Item Pertanyaan STS TS N S SS X % 11% 18% 39% 32% 100% X % 18% 17% 39% 26% 100% X % 27% 22% 31% 20% 100% X % 24% 31% 29% 16% 100% X % 62% 24% 7% 6% 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh gambaran bahwa tarif pajak terhadap indikator kompensasi kerugian memiliki proporsi tertinggi terdapat pada butir pertanyaan kelima sebesar 62%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak di KPP Semarang Selatan tidak setuju untuk menutup-nutupi jumlah penghasilan yang diterima dengan maksud untuk menghindari pembebanan pajak. Tabel 4.3 Tanggapan Responden Tentang Teknologi dan Informasi Perpajakan (X2) Distribusi Jawaban Item Pertanyaan STS TS N S SS X % 4% 4% 44% 48% 100% X % 4% 16% 52% 28% 100% X % 2% 11% 65% 22% 100% X % 1% 10% 51% 38% 100% X % 1% 13% 60% 26% 100% X % 13% 17% 48% 22% 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2015

45 45 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh gambaran bahwa teknologi dan informasi perpajakan terhadap indikator hubungan pemanfaatan teknologi dan informasi dengan kemudahan tugas memiliki proporsi tertinggi terdapat pada butir pertanyaan ketiga sebesar 65%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak di KPP Semarang Selatan setuju bahwa mereka ingin membayar pajak karena kewajiban dan adanya kemudahan yang diberikan oleh Dirjen Pajak melalui fasilitas teknologi dan informasi yang ada. Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Keadilan Sistem Perpajakan (X3) Distribusi Jawaban Item Pertanyaan STS TS N S SS X % 5% 4% 34% 57% 100% X % 21% 38% 31% 8% 100% X % 1% 0% 31% 68% 100% X % 0% 5% 46% 49% 100% X % 1% 5% 49% 45% 100% X % 2% 7% 53% 38% 100% X % 2% 10% 59% 29% 100% X % 2% 15% 57% 25% 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh gambaran bahwa keadilan sistem perpajakan terhadap indikator timbal balik dari pemerintah memiliki proporsi tertinggi terdapat pada butir pertanyaan ketiga sebesar 68%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak di KPP Semarang Selatan sangat setuju bahwa

46 46 pajak yang mereka bayarkan seharusnya digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pembangunan demi kesejahteraan rakyat. Tabel 4.5 Tanggapan Responden Tentang Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah (X4) Distribusi Jawaban Item Pertanyaan STS TS N S SS X % 2% 17% 50% 31% 100% X % 21% 37% 32% 8% 100% X % 10% 18% 50% 22% 100% X % 0% 7% 50% 43% 100% X % 0% 2% 40% 58% 100% X % 2% 2% 36% 60% 100% X % 4% 8% 46% 42% 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh gambaran bahwa ketepatan pengeluaran pengalokasian pemerintah terhadap indikator distribusi fasilitas yang merata memiliki proporsi tertinggi terdapat pada butir pertanyaan keenam sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak di KPP Semarang Selatan sangat setuju bahwa pajak yang mereka bayar harus digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana negara, seperti fasilitas fisik, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Tax Evasion (Y) Distribusi Jawaban Item Pertanyaan STS TS N S SS Y % 2% 4% 50% 44% 100%

47 47 Y % 6% 6% 45% 43% 100% Y % 31% 21% 26% 22% 100% Y % 20% 11% 45% 24% 100% Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh gambaran tax evasion terhadap indikator menyampaikan SPT dengan benar pengisiannya, dan lengkap jika ada pemeriksaan pajak memiliki proporsi tertinggi terdapat pada butir pertanyaan pertama sebesar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak di KPP Semarang Selatan setuju bahwa mereka akan menyampaikan SPT dengan benar pengisiannya, lengkap, dan memberikan keterangan yang benar Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Koefisien Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2013): a) Hasil α > 0,7 = reliabel b) Hasil α < 0,7 = tidak reliabel

48 48 Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian No. Variabel Cronbach s Alpha Kriteria 1 Tarif Pajak (X1) 0,714 Reliabel 2 Teknologi dan Informasi Perpajakan (X2) 0,786 Reliabel 3 Keadilan Sistem Perpajakan (X3) 0,762 Reliabel 4 Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran 0,761 Reliabel Pemerintah (X4) 5 Tax Evasion (Y) 0,717 Reliabel Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan nilai cronbach s alpha atas variabel tarif pajak sebesar 0,714, variabel teknologi dan informasi perpajakan sebesar 0,786, variabel keadilan sistem perpajakan sebesar 0,762, variabel ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah sebesar 0,761, dan variabel tax evasion sebesar 0,717. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach s alpha lebih besar dari 0, Uji Validitas Uji validitas untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Alat untuk mengukur validitas adalah correlation product moment dari Pearson. Suatu indikator dikatakan valid, apabila α < 0,05 (Ghozali, 2013). Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Indikator Pertanyaan Variabel Indikator Pearson Sig Keterangan Pertanyaan Correlation Tarif Pajak (X1) X1.1 0,652 0,000 Valid X1.2 0,743 0,000 Valid X1.3 0,658 0,000 Valid

49 49 Teknologi dan Informasi Perpajakan (X2) Keadilan Sistem Perpajakan (X3) Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah (X4) X1.4 0,722 0,000 Valid X1.5 0,640 0,000 Valid X2.1 0,669 0,000 Valid X2.2 0,751 0,000 Valid X2.3 0,700 0,000 Valid X2.4 0,624 0,000 Valid X2.5 0,677 0,000 Valid X2.6 0,760 0,000 Valid X3.1 0,578 0,000 Valid X3.2 0,508 0,000 Valid X3.3 0,605 0,000 Valid X3.4 0,650 0,000 Valid X3.5 0,748 0,000 Valid X3.6 0,724 0,000 Valid X3.7 0,675 0,000 Valid X3.8 0,549 0,000 Valid X4.1 0,705 0,000 Valid X4.2 0,515 0,000 Valid X4.3 0,663 0,000 Valid X4.4 0,740 0,000 Valid X4.5 0,724 0,000 Valid X4.6 0,592 0,000 Valid X4.7 0,686 0,000 Valid Tax Evasion (Y) Y1.1 0,777 0,000 Valid Y1.2 0,785 0,000 Valid Y1.3 0,732 0,000 Valid Y1.4 0,720 0,000 Valid Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.8 menujukkan bahwa variabel tarif pajak (X1) terdiri atas 5 butir pertanyaan, variabel teknologi dan informasi perpajakan (X2) terdiri atas 6 butir pertanyaan, variabel keadilan sisitem perpajakan terdiri atas 8 butir pertanyaan, variabel ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terdiri atas 7 butir pertanyaan, dan tax evasion (Y) terdiri atas 4 butir pertanyaan, dari masing-masing indikator pertanyaan menunjukkan hasil yang signifikan yaitu

50 50 0,000 dengan signifikansi < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen dan variabel dependen yaitu tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah, dan tax evasion (Y) keduanya memiliki distribusi normal atau tidak, berikut ini gambar grafik uji normalitas data pada grafik P- Plot. Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Sumber: Data primer yang diolah, 2015

51 51 Berdasarkan gambar 4.5 pada grafik normal P-Plot terlihat titik - titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai karena asumsi normalitas (Ghozali 2013). Untuk lebih memperjelaskan tentang sebaran data dalam penelitian ini maka akan dipertegas dengan uji statistik berupa Uji Kolmogorov Smirnov (Uji K- S). Berikut tabel hasil uji Kolmogorof Smirnov: Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 100 Normal Mean 0E-7 Parameters a,b Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute.058 Positive.058 Negative Kolmogorov-Smirnov Z.579 Asymp. Sig. (2-tailed).890 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil uji normalitas menyatakan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,579 dengan signifikansi 0,890 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan data yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan untuk diteliti lebih lanjut. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model

52 52 regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada tabel Coefficients. Jika nilai Tolerance 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi pada penelitian tersebut (Ghozali, 2013) Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolonearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) Tarif Pajak Teknologi dan Informasi Perpajakan Keadilan Sistem Perpajakan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah a. Dependent Variable: Tax Evasion Sumber: Data primer yang diolah, Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai tolerance variabel tarif pajak (X1), teknologi dan informasi perpajakan (X2), keadilan sistem perpajakan (X3), dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah (X4) 0,1 dan nilai VIF tarif pajak (X1), teknologi dan informasi perpajakan (X2), keadilan sistem perpajakan (X3), dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah (X4) 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 3) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidakasamaan varian dari residual satu pengamatan ke

53 53 pengamatan lain (Gozali, 2013). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan grafik Scatterplot yang ada pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah terus berusaha meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri khususnya sektor non migas.

Lebih terperinci

MINIMALISASI TAX EVASION

MINIMALISASI TAX EVASION MINIMALISASI TAX EVASION MELALUI TARIF PAJAK, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN, KEADILAN SISTEM PERPAJAKAN, DAN KETEPATAN PENGALOKASIAN PENGELUARAN PEMERINTAH Dian Tri Wahyuningsih Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat KPP Pratama Wilayah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat KPP Pratama Wilayah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Wilayah Kota Bandung Kantor Pelayanan Pajak Wilayah Kota Bandung merupakan unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

BAB III METODE PENELITIAN. oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang melaporkan

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang melaporkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Belitung Timur. Subjek dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cirebon. Subyek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara berkembang seperti Indonesia sangat membutuhkan dana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara berkembang seperti Indonesia sangat membutuhkan dana untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara berkembang seperti Indonesia sangat membutuhkan dana untuk membiayai pembangunannya. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri dari dua di wilayah Jakarta Barat dan satu di wilayah Tangerang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang dikategorikan berkembang masih memerlukan pembangunan pada berbagai aspek. Sumber pendanaan aktivitas pembangunan negara diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai dengan bulan Mei 2017, untuk menyebarkan kuisioner kepada responden, dan tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain: BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah. Beradasarkan peraturan perundang-undangan yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pajak a. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya pasar bebas yang sedang terjadi telah menghilangkan batas ruang dan waktu setiap individu di dunia. Pasar bebas terjadi dalam berbagai sektor termasuk perekonomian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta dalam waktu 6 bulan yaitu dimulai pada bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016. Sasaran dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak orang pribadi. Waktu penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Klaten. Obyek penelitian digunakan sebagai wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan negara antara lain Penerimaan sumber daya alam, Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan negara antara lain Penerimaan sumber daya alam, Pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sangat membutuhkan dana untuk membiayai pembangunan negara. Dana pembangunan berasal dari berbagai sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Berikut ini akan dijabarkan mengenai teori-teori yang digunakan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Berikut ini akan dijabarkan mengenai teori-teori yang digunakan dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka penelitian ini. Berikut ini akan dijabarkan mengenai teori-teori yang digunakan dalam 2.1.1 Teori Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai perpajakan yang diberikan kepada masyarakat kususnya untuk wajib pajak.

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai perpajakan yang diberikan kepada masyarakat kususnya untuk wajib pajak. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel dan Definisi Operasional 3. 1.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan(X). Sosialisasi Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kausalitas yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada dasarnya jenis penelitian ini dapat dikelompokkan menurut tujuan, metode, tingkat eksplentasi, analisis dan jenis data. Menurut metodenya, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah Klaten sebagai lokasi penyebaran kuisioner dalam mengetahui

Lebih terperinci

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak. DEFINISI PAJAK: menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta pada bulan Oktober 2016. Sasaran dari penelitian ini yaitu wajib pajak bumi dan bangunan di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk membiayai pembangunan. Sumber dana pembangunan berasal dari berbagai sumber pendapatan negara dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan kehidupan suatu negara. Dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kembangan yang beralamat Jalan Arjuna Utara No. 87 Gedung Guna Group, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tentang kepatuhan wajib pajak (WP) orang pribadi dengan adanya penurunan tarif pajak penghasilan dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71.

BAB III METODE PENELITIAN. Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara membutuhkan penerimaan untuk memenuhi APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara). Negara mendapatkan penerimaan dari banyak sumber yaitu sektor migas, pajak, sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi menurut Supardi (2005) dalam Amelia (2012) adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut memberikan berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi sebagian besar negara, tak terkecuali Indonesia sebagai negara berkembang, pajak merupakan unsur paling penting dalam menopang anggaran penerimaan negara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Objek penelitian yaitu sebuah sifat atau nilai dari orang, kegiatan yang mempunyai variasi yang ditetapkan peneliti dalam rangka untuk diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di KPP Pratama Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WP OP yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Matraman di Jalan Matraman

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan data yang diperoleh dari Bapenas menunjukan bahwa Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. dengan data yang diperoleh dari Bapenas menunjukan bahwa Indonesia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang meningkat sebesar 5,78% pada tahun 2013 sesuai dengan data yang diperoleh dari Bapenas menunjukan bahwa Indonesia masih termasuk sebuah Negara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA DASAR DASAR PERPAJAKAN ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA 085274738886 arumega_zarefar@yahoo.co.id PENGERTIAN PAJAK Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada KPP Pratama di wilayah Pangkal Pinang dan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah wajib pajak yang berada di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Wajib Pajak 2.1.1 Pengertian Wajib Pajak Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tahun 2009 (KUP) pasal 1 ayat 1 bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak 8 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir kali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Magelang. Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi sebagian besar negara, termasuk Indonesia pajak selalu menjadi sumber utama pendapatan negara. Dana yang berasal dari pendapatan negara digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut S.I.Djajadiningrat (Resmi,2009:1) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penopang pendapatan nasional yaitu berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70 % dari seluruh penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak. Judul : Pengaruh Kemudahan dalam Pengisian Surat Pemberitahuan, Pengetahuan Peraturan Perpajakan, dan Kualitas Pelayanan pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar

Lebih terperinci

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1) Perpajakan (Sesi 1) Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57 kuloaryo@gmail.com Definisi dan Unsur Perpajakan Definisi Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Menurut Usman (2009) bahwa setiap penelitian pasti deskriptif (menjelaskan),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut :

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut : BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Hasil Jawaban Responden 4.1.1 Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Variabel kepatuhan wajib pajak memiliki tiga buah indikator yang dijelaskan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat vital bagi negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak memiliki peranan penting dalam menunjang penyelenggaraan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PENGARUH PENERAPAN E-SYSTEM PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (STUDI KASUS DI KPP PRATAMA SURAKARTA) Irma Indrianti, Suhendro, Endang Masitoh Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data tersebut dikumpulkan dari PT S Three Technologies Indonesia dan PT Domini Polymerindo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan sumber pendapatan kas negara yang digunakan untuk pembelanjaan dan pembangunan negara dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah didistribusikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi. Jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena fenomena.

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena fenomena. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel adalah konstruk yang dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena fenomena.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak dilakukannya reformasi pajak yang pertama pada tahun 1984, diharapkan penerimaan pajak

Lebih terperinci

28 Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka variabel

28 Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 sampai 24 Februari 2017 dan bertempat pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebon Jeruk Satu yang beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara besar yang memiliki tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Populasi adalah seluruh unsur atau elemen yang menjadi objek dalam penelitian yang akan dilakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Pajak penghasilan, PPn, PPnBM, PBB,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro, dalam buku Mardiasmo, (2011:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut beberapa ahli antara lain : a. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Menurut Indriantoro dan Supomo (2014) Variabel adalah sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai.

Lebih terperinci

PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION (Studi Kasus Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Purworejo)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. November 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006

BAB III METODE PENELITIAN. November 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian KPP Kabupaten Sidoarjo Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Barat dibentuk pada tanggal 27 November 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasar Undang-Undang, dengan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasar Undang-Undang, dengan 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Umum Perpajakan 1.1 Definisi Pajak Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pajak 1. Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan undang-undang no.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Kotawaringin Barat. Sampel yang akan diteliti adalah sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat 25 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Definisi Pajak Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Diantara sekian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini negara Indonesia akan terus melakukan pembangunan nasional di berbagai bidang yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur (Punarbhawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum

Lebih terperinci