BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Auditing Secara teoritis pengertian auditing menurut Arens dan James K. Loebbecke (1997:2) adalah : Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing terdiri dari 4 (empat) hal pokok, yaitu : 1) Perbandingan antara informasi (kondisi) dan kriteria yang telah ditetapkan; 2) Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti; 3) Dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen; dan 4) Pelaporan yang akan memberikan informasi yang berguna kepada users mengenai tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriteria. Definisi audit dari ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concept) dalam Abdul Halim (2003:1) mendefinisikan auditing sebagai: Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut

2 dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 (tujuh) elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu: 1) Proses yang sistematis; 2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif; 3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi; 4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence); 5) Kriteria yang ditentukan; 6) Menyampaikan hasil-hasilnya; 7) Para pemakai yang berkepentingan. Lebih lanjut Mulyadi dan Kanaka (2002:7) mengartikan auditing secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Pengertian yang lebih operasional seperti yang tertuang dalam Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK RI (2002), pemeriksaan atau auditing adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan pengumpulan, penganalisaan, dan pengevaluasian bukti-bukti pemeriksaaan yang dilakukan secara sistematis, terarah, dan terencana untuk dijadikan dasar merumuskan pendapat yang independen dan profesional (professional opinion) atau pertimbangan (judgement)

3 tentang tanggung jawab pimpinan (manajemen) mengenai kebijakan dan keputusan yang dibuatnya Jenis Audit Jenis audit berdasar tujuan dilaksanakannya audit digolongkan menjadi tiga kategori Abdul Halim (2003:5-10): 1) Audit laporan keuangan (Financial statement audit) Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU). 2) Audit kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. 3) Audit operasional (Operational Audit) Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Berdasar pelaksana audit, auditing diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: 1) Auditing Eksternal Auditing eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan yang

4 diaudit. Auditornya adalah pihak luar perusahaan yang independen, yaitu akuntan publik yang telah diakui oleh yang berwenang untuk melaksanakan tugas tersebut. Auditor tersebut pada umumnya dibayar oleh manajemen perusahaan yang diperiksa. 2) Auditing Internal Auditing Internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi yang dihasilkan, ditujukan untuk manajemen organisasi itu sendiri. Auditornya digaji oleh organisasi tersebut. 3) Auditing Sektor Publik Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Audit dapat mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan maupun audit operasional. Auditornya adalah auditor pemerintah dan dibayar oleh pemerintah Manfaat Audit Abdul Halim (2003:60), manfaat audit yaitu: 1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan; 2) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran; 3) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan; dan 4) Mendorong efisiensi pasar modal.

5 Sofyan Safri Harahap (Abdul Halim, 2003:60) mengemukakan manfaat audit dari sisi pengawasan sebagai berikut: 1) Preventive Control: Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka menyadari akan diaudit. 2) Detective Control: Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat diketahui dan dikoreksi melalui suatu proses audit. 3) Reporting Control: Setiap kesalahan perhitungan, penyajian atau pengungkapan yang tidak dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan. Dengan demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi yang keliru atau menyesatkan Standar Audit Standar audit merupakan patokan dalam melaksanakan audit sehingga mutu audit dapat dicapai dengan baik. Secara umum, standar ini meliputi pertimbangan-pertimbangan mengenai kualitas profesional pribadi auditor, pelaksanaan audit dan pelaporannya. Di Indonesia terdapat berbagai standar audit sebagai berikut: 1) Standar Audit Pemerintah (SAP) Dikeluarkan oleh BPK RI Tahun 1995, mengacu pada GAO Standards 1994 dan SPAP-IAPI Tahun SAP ini berlaku untuk semua aparat pengawasan

6 fungsional (intern dan ekstern) pemerintah. Standar ini harus digunakan untuk melakukan tugas audit terhadap kinerja atau keuangan pemerintah. 2) Standar Audit-Aparat Pengawasan Fungsional Intern Pemerintah (SA-APFIP) Dikeluarkan BPKP, juga digunakan untuk melakukan tugas audit terhadap kegiatan atau keuangan pemerintah. 3) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengacu pada standar dari American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), IAPInya Amerika. SPAP yang terbaru diterbitkan dan mulai berlaku per 1 Januari 2001 digunakan oleh akuntan publik untuk melaksanakan audit keuangan dan jasa lainnya. 4) Norma Pemeriksaan Satuan Pengawas Intern Dikeluarkan oleh BPKP, untuk digunakan oleh SPI dalam satuan/ unit kerja dalam pemerintah. 5) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) Standar terbaru yang dikeluarkan oleh BPK RI yaitu Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). SPKN ditetapkan dengan Peraturan BPK RI No. 1 Tahun Meski struktur isi standar audit tersebut berbeda-beda tapi secara umum standar tersebut mengatur mengenai kualifikasi pribadi/ lembaga auditor, pekerjaan audit dan pelaporan sebagai berikut (Abdul Halim, 2003:47-48) :

7 Standar Umum 1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar Pekerjaan Lapangan 1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan. 3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Standar Pelaporan 1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2) Laporan audit harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

8 3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor Pengertian dan Jenis Auditor Mulyadi dan Kanaka (2002:26-28) menggolongkan auditor menjadi 3 tipe berdasarkan letak atau posisi lembaga audit dan fungsi yang dijalankannya, yaitu: 1) Auditor independen Auditor independen secara profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama di bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Untuk dapat berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat ijin praktik dari Menteri Keuangan. 2) Auditor Pemerintah Auditor pemerintah secara profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan

9 yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Yang disebut sebagai auditor pemerintah umumnya adalah auditor yang bekerja di BPK, BPKP dan instansi pajak. 3) Auditor Intern Auditor ini bekerja dalam perusahaan negara maupun swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi Profesionalisme Pengertian Profesionalisme Istilah profesionalisme berasal dari kata profesi yang mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan metoda. Profesional berarti suatu kemampuan yang dilandasi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi dan latihan yang khusus, daya pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya. Hardjana (2002:20) memberikan pengertian profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini, ia dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan dengan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

10 Pengertian profesionalisme (Pusdiklat BPK RI, 2007) adalah suatu kebanggaan atas apa yang kita kerjakan, komitmen yang kita berikan pada mutu/ kualitas, dan dedikasi yang diberikan kepada pelanggan atau keikhlasan dalam memberikan pertolongan atau dalam melakukan suatu pekerjaan. Jadi, profesionalisme adalah hal yang berhubungan dengan perilaku kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Profesionalisme Auditor BPK Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, antara lain: 1) Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminology filosofi; 2) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan; 3) Interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya; 4) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya. Ukuran profesionalisme menurut Tangkilisan (2005:228) diukur melalui keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang dibebankan organisasi kepada seseorang. Alasan pentingnya kecocokan/ kesesuaian antara disiplin ilmu atau keahlian yang dimiliki seseorang adalah

11 karena jika keahlian yang dimiliki tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya, maka itu akan berdampak pada ketidakefektifan organisasi. BPK RI dalam rangka pelaksanaan tugasnya sebagai pemeriksa eksternal guna mewujudkan pencapaian hasil kerja yang baik, telah membuat persyaratan kemampuan atau keahlian bagi para auditor dalam melaksanakan pemeriksaan sebagaimana yang dimuat dalam Standar Audit Pemerintahan (SAP) BPK RI Tahun 1995, Bab IV tentang Standar Umum, butir 4.10 dapat meliputi: a. Pengetahuan tentang metoda dan teknik yang berlaku dalam audit Pemerintahan, serta pendidikan, keterampilan dan pengalaman untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam audit yang dilaksanakan; b. Pengetahuan tentang organisasi, program, kegiatan dan fungsi di bidang Pemerintahan; c. Keterampilan yang memadai untuk pekerjaan audit yang dilaksanakan. Indikator Profesionalisme Gambaran tentang profesionalisme seorang auditor menurut Hall (1968) dalam Hastuti, Theresia Dwi Stefani L.L., dan Clara S. (2003) tercermin dalam lima komponen yaitu: (a) pengabdian pada profesi, (b) kewajiban sosial, (c) kemandirian, (d) kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan (e) hubungan dengan rekan seprofesi. Penulis menjadikan kelima komponen tersebut menjadi indikator untuk profesionalisme.

12 2.1.7 Etika Profesi Pengertian Etika Profesi Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) memberikan tiga arti yang cukup lengkap tentang etika, yakni : (a) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); (b) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; (c) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh satu golongan atau masyarakat umum. Etika profesi terdiri dari gabungan kata etika yang berarti aturan-aturan atau perilaku; dan profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang didasari oleh keahlian tertentu. Arens (2003:71) mendefinisikan etika secara umum sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya dapat berjalan secara teratur. Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika yakni standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum atau seseorang memutuskan untuk bertindak semaunya. Etika memberikan batasan ataupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatu dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat.

13 Etika Profesi Auditor BPK BPK RI dalam rangka upaya meningkatkan pelaksanaan fungsi dan tugas selaku lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan sebagai lembaga pengawasan tertinggi dibidang keuangan negara, maka auditor di lingkungan BPK RI dalam melaksanakan tugasnya baik secara mandiri maupun kelompok atau secara kelembagaan perlu dilandasi dengan sikap, etika dan moralitas yang tinggi sebagaimana yang direkomendasikan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002, pandangan yang obyektif dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta sifat-sifat yang bijaksana dalam melaksanakan tugasnya. Auditor di lingkungan BPK RI wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia jabatan, baik karena sifatnya, maupun karena ketentuan undang-undang, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, BPK RI telah membuat suatu ketentuan atau pedoman tentang kode etik bagi para petugas pemeriksa pada BPK RI, yang merupakan landasan etika dan moral yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor atau pelaksana tugas pemeriksa. Pemahaman terhadap kode etik atau etika pemeriksa akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan auditor BPK RI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berupaya untuk menjaga mutu auditor, serta citra dan martabat BPK RI. Kode etik atau etika pemeriksa dimaksud dimuat di dalam Sapta Prasetya Jati dan Ikrar Pemeriksa yang secara lengkap sesuai dengan Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa.

14 Selain itu, Badan Pemeriksa Keuangan telah mengeluarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan RI Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia pada bulan Agustus 2007 dan menjadi pedoman bagi seluruh auditor BPK. Keseluruhan di atas merupakan etika profesi atau kode etik pemeriksa yang harus dipatuhi oleh semua auditor yang berada di lingkungan BPK RI dalam menjalankan tugasnya, sesuai dengan visi dan misi BPK RI. Visi BPK RI adalah terwujudnya BPK RI sebagai lembaga yang bebas dan mandiri. Sedangkan misi BPK RI yaitu mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan negara yang mampu mendorong terwujudnya akuntanbilitas dan transparansi keuangan negara serta berperan aktif dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan. Dari berbagai pengertian serta gambaran dari beberapa etika profesi yang telah disampaikan di atas dan dengan adanya pedoman yang melandasi etika yang harus dipatuhi oleh auditor BPK RI guna menjaga mutu, citra serta martabat, maka dapatlah disimpulkan bahwa etika profesi itu adalah merupakan perangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipenuhi dalam mengemban profesi. Indikator Etika Profesi Adapun indikator-indikator etika profesi (Yanhari, 2007) yang dipergunakan dalam penelitian ini memuat hal-hal yang menyangkut: (a) kepribadian dan tanggung jawab profesi; (b) integritas; (c) obyektivitas; (d) kehati-hatian; dan (e) kerahasiaan.

15 2.1.8 Tingkat Pendidikan Auditor Pengertian Tingkat Pendidikan Auditor Persyaratan profesional yang dituntut dari seorang auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen (SPAP, 2001:110.1). Standar umum pertama dalam standar auditing menegaskan bahwa betapa tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain selain auditing, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, untuk sampai pada tahap pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya (SPAP, 2001:210.1). Seorang auditor memiliki kewajiban untuk terus memelihara dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuannya melalui pendidikan formal ataupun tidak formal yang disebut pendidikan profesional berkelanjutan. Tujuan ketentuan ini adalah agar auditor independen selalu mengikuti perkembangan terbaru di bidang akuntansi, pengauditan dan bidang-bidang terkait lainnya. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan seorang auditor sangatlah penting (Asri Megaliani, 2007). Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seorang auditor dapat menjalankan profesinya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kinerja

16 dimana dapat diindikasikan dari jumlah temuan dan kualitas hasil pemeriksaannya. Indikator Tingkat Pendidikan Adapun indikator-indikator tingkat pendidikan yang dipergunakan dalam penelitian yaitu (a) tingkat pendidikan dan pelatihan masing-masing auditor dan (b) kesesuaian pendidikan dan pengetahuan dengan standar profesi Pengalaman Kerja Auditor Pengertian Pengalaman Kerja Auditor Standar auditing pertama dalam SPAP mengatur tentang audit yang harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sama halnya dengan pendidikan formal seorang auditor, pengalaman auditor juga merupakan persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen. Seorang auditor dikatakan memenuhi standar auditing pertama apabila auditor tersebut memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing. Pengalaman profesional seorang auditor bisa diperoleh melalui pelatihan-pelatihan, supervisi-supervisi maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang (Milan Widhiati, 2005). Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor maka semakin cepat menemukan temuan. Pengalaman kerja dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman yang

17 dimiliki auditor dalam melakukan audit dapat dijadikan pertimbangan auditor berkualitas (Libbry dan Trotman dalam Milan Widhiati, 2005). Pengalaman kerja dan keahlian profesional auditor merupakan dua hal yang saling berkaitan. Keahlian auditor akan terus terasah dan meningkat apabila mereka terus menambah jam kerjanya dalam melakukan tugas pemeriksaan. Auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi. Pengetahuan tentang sebab-sebab terjadinya kekeliruan akan semakin berkembang seiring dengan semakin lamanya jam terbang auditor dalam melakukan tugas audit. Bertambahnya pengalaman kerja auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi akan dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Gibbins dalam Hastuti, Theresia Dwi Stefani L.L., dan Clara S. (2003), menyatakan pengalaman baik langsung maupun tidak langsung misalnya melalui pendidikan sangat penting dalam membentuk struktur proses psikologis dari judgement (kebijakan). Judgement dari akuntan publik yang lebih berpengalaman akan lebih intensif dibanding dengan auditor yang kurang pengalamannya sebab pembuat kebijakan lebih mendasarkan kebiasaan dan kurang mengikuti pemikiran dari kebijakan itu sendiri. Pada SPAP tercantum bahwa untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengalaman kerja merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Pengalaman kerja dapat

18 diperoleh melalui pelatihan-pelatihan, supervisi, maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. Pengalaman kerja dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Tubbs dalam Putri Noviyani dan Bandi (2002:483) jika seorang auditor yang berpengalaman maka : 1) Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan; 2) Auditor memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kekeliruan; 3) Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim; 4) Hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran, dan tujuan pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol. Indikator Pengalaman Kerja Indikator pengalaman kerja dalam penelitian ini yaitu (a) masa kerja masing-masing auditor dan (b) penguasaan dan pemahaman pekerjaan Kinerja Auditor Pengertian kinerja Bastian (2001:329) memberikan definisi kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.

19 Dari pengertian kinerja di atas dapat dinyatakan apabila seseorang dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan baik dan sesuai dengan harapan organisasinya, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kinerja atau prestasi kerja yang baik pula. Ukuran yang dipakai dalam menentukan kinerja sebagaimana yang disebutkan Bastian (2001:337) adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan elemen indikator sebagai berikut : a. Indikator masukan (input), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar mampu menghasilkan produk, baik barang dan jasa yang meliputi sumber daya manusia, informasi, dan kebijakan. b. Indikator keluaran (outputs), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik dan nonfisik. c. Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. d. Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. e. Indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik yang positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator. Kinerja Auditor BPK Jika pengertian kinerja di atas dikaitkan dengan pengertian kinerja auditor BPK RI, maka kinerja auditor dimaksud adalah merupakan hasil yang dicapai dalam menjalankan fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi dan fungsi quasi

20 yudisial (peradilan yudisial) sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-undang No. 5 tahun 1973 antara lain dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Fungsi pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara secara rutin dan berkala. Pemeriksaan tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang pengurusan keuangan negara yang dapat mengungkapkan dan memberikan penilaian terhadap pertanggungjawaban keuangan negara sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan, yakni menilai tentang: ketepatan operasi keuangan, kelayakan laporan keuangan, ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan penggunaan uang belanja dilakukan dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan. 2) Fungsi rekomendasi, adalah menyampaikan pertimbangan dan saran kepada pemerintah mengenai hal-hal yang bersifat penyempurnaan yang mendasar, strategis dan berskala nasional dibidang pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 3) Fungsi quasi yudisial, yaitu menjalankan proses tuntutan perbendaharaan terhadap bendahara yang merugikan negara karena lalai atau alpa atau bersalah dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pertimbangan kepada pemerintah atas proses Tuntutan Ganti Rugi terhadap Pegawai Negeri bukan Bendaharawan yang merugikan negara. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya di atas kinerja auditor BPK RI dapat diukur dari banyaknya produk yang dihasilkan yaitu berupa temuan pemeriksaan yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan (HP) maupun yang dituangkan dalam

21 Hasil Pemeriksaan Semester (HAPSEM) serta saran yang ditindaklanjuti oleh auditee. Dengan demikian dapat dikatakan kinerja auditor adalah kemampuan dari seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara yang dilakukan dalam satu tim pemeriksaan. Sebagai tolak ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kinerja auditor BPK RI, yaitu dengan melihat output yang berupa produktivitas auditor, yaitu seberapa banyak hasil pemeriksaan yang dihasilkan auditor dalam setiap pemeriksaan, di samping itu juga dapat dilihat besarnya outcome, yang berupa realisasi tindak lanjut saran/ rekomendasi hasil pemeriksaan BPK RI yang dilaksanakan oleh pemerintah/ entitas yang diperiksa. Indikator Kinerja Auditor Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disampaikan di atas, maka indikator-indikator kinerja auditor BPK RI dalam penelitian ini dapat dilihat dari prestasi atau hasil yang dicapai auditor dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai berikut: (a) pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara, (b) merekomendasikan dan menyampaikan pertimbangan dan saran kepada pemerintah, dan (c) mengadakan dan menetapkan tuntutan perbendaharaan dan memberikan pertimbangan kepada pemerintah atas pelaksanaan tuntutan ganti rugi. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian Yanhari (2007), Asri Megaliani (2007) dan Adi Wijaya (2006) adalah penelitian sebelumnya yang menjadi rujukan penelitian ini. Penelitian yang

22 dilakukan oleh Yanhari (2007) dengan skripsi yang berjudul Analisis Profesionalisme dan Etika Profesi Auditor terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Badan Pemeriksa Keuangan RI di Jakarta). Variabel independen yang digunakan adalah profesionalisme dan etika profesi, sedangkan variabel dependennya adalah kinerja auditor. Level of significant ditetapkan 5%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa variabel profesionalisme dan etika profesi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja auditor. Temuan lainnya bahwa secara simultan maupun parsial, profesionalisme dan etika profesi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Kontribusi pengaruh profesionalisme dan etika profesi secara bersamasama dengan kinerja auditor ditunjukkan dengan nilai R 2 sebesar 0,667, artinya variasi perubahan kinerja auditor dipengaruhi oleh profesionalisme dan etika profesi auditor secara bersama-sama sebesar 66,7 %, sedang sisanya sebesar 31,3 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan profesionalisme dan etika profesi sebagai variabel independen dan kinerja auditor sebagai variabel dependen. Sedangkan perbedaannya yaitu lokasi penelitian, dan dalam penelitian ini menambahkan dua variabel independen yaitu tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Asri Megaliani (2007), penelitiannya berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Komponen Profesionalisme Auditor terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bali. Pengujian hipotesis digunakan analisis linier berganda

23 dengan tingkat keyakinan 5%. Pengujian hipotesis secara simultan (serempak) terhadap variabel tingkat pendidikan auditor, pengalaman kerja auditor dan profesionalisme auditor menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat materialitas. Pengujian hipotesis secara parsial untuk variabel pengabdian pada profesi dan kepercayaan terhadap profesi tidak berpengaruh terhadap tingkat materialitas. Sedangkan variabel tingkat pendidikan auditor, pengalaman kerja auditor, kewajiban sosial, kemandirian dan hubungan dengan rekan seprofesi mengindikasikan adanya pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel independen yang sama yaitu tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan profesionalisme. Sedangkan variabel dependen yang digunakan berbeda, yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel kinerja auditor. Secara tidak langsung penentuan tingkat materialitas merupakan salah satu wujud dari kinerja. Adi Wijaya (2006) dengan penelitian berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Auditor terhadap Rentang Waktu Penyelesaian Audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor terhadap rentang waktu penyelesaian audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Besarnya pengaruh variasi tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor terhadap rentang waktu penyelesaian audit adalah sebesar 13,7 % sisanya sebesar 86,3 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Berdasarkan t-tes yg dilakukan, tingkat

24 pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit. Berbeda dengan variabel pengalaman kerja auditor, variabel ini berpengaruh terhadap rentang waktu. Persamaan dengan penelitian ini yaitu menggunakan variabel independen yang sama yaitu tingkat pendidikan dan pengalaman kerja. Sedangkan variabel dependen yang digunakan berbeda, yaitu pada penelitian ini menggunakan variabel kinerja auditor, yang mana tolak ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kinerja auditor BPK RI, yaitu banyaknya hasil pemeriksaan yang dihasilkan auditor dalam setiap pemeriksaan. Sehingga semakin pendek rentang waktu penyelesaian satu audit semakin banyak hasil pemeriksaan yang dapat dihasilkan oleh auditor. Rentang waktu pun menjadi salah satu wujud dari kinerja auditor. Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Peneliti Dependen Variabel Independen Teknik Analisis Hasil 1 Yanhari (2007) Kinerja Auditor Profesionalisme dan etika profesi Korelasi Produk Momen dan analisis Regresi Berganda 1) Profesionalisme dan etika profesi berhubungan positif dan signifikan secara simultan dengan kinerja auditor; 2) Profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif dan signifikan secara parsial dengan kinerja auditor. 2 Ni Putu Asri Megaliani (2007) Tingkat Materialitas Laporan Keuangan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja, dan Komponen Analisis Linier Berganda 1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan komponen profesionalisme secara simultan

25 Profesionalisme berpengaruh terhadap tingkat materialitas laporan keuangan; 2) Komponen profesionalisme (pengabdian pada profesi dan kepercayaan terhadap profesi) tidak berpengaruh pada tingkat materialitas laporan keuangan; 3) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kewajiban sosial, kemandirian dan hubungan dengan rekan seprofesi berpengaruh positif dan signifikan secara statistis dengan tingkat materialitas laporan keuangan. 3 I Gusti Bagus Adi Wijaya (2006) Rentang waktu penyelesaian audit Sumber: Data diolah, Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Kerja Analisis Regresi Berganda 1) Pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja secara simultan berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit; 2) Besarnya pengaruh variasi tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor terhadap rentang waktu penyelesaian audit sebesar 13,7%; 3) Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit; 4) Pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan signifikan secara strategis terhadap rentang waktu penyelesaian audit.

26 2.3 Pengembangan Hipotesis Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor Hardjana (2002) dan Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa seseorang disebut profesionalisme apabila ia menjalani profesinya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Seorang auditor yang menjalankan tugas profesi dengan sungguhsungguh maka kinerjanya akan optimal/ baik. Oleh karena itu, pencapaian hasil kerja auditor, baik secara kuantitas maupun secara kualitas memerlukan auditorauditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi, yaitu mempunyai suatu keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi dan waktu yang tepat serta cermat. Yanhari (2007) menemukan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H1 : Profesionalisme berpengaruh positif terhadap kinerja auditor Pengaruh Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor Etika Profesi ini merupakan landasan etika atau moral yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor (Arens, 2003:71). Pemahaman etika ini tentunya akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor dalam mencapai hasil yang lebih baik. Yanhari (2007) juga menemukan bahwa variabel etika profesi auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut: H2 : Etika profesi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.

27 2.3.3 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Auditor Penelitian Deis and Giroux (dalam Anas Farkhani, 2004) menunjukkan pendidikan (education) merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kualitas audit. Dengan tingkat pendidikan yang memadai, seorang auditor dapat menjalankan profesinya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kinerja auditor. Asri Megaliani (2007) menemukan bahwa variabel tingkat pendidikan auditor menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hipotesis yang dapat dikembangkan dari argumen di atas adalah sebagai berikut: H3 : Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kinerja auditor Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kinerja Auditor Pengalaman kerja dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan, karena telah dibuktikan oleh Neni Meidawati (dalam Widagdo, Lesmana dan Irwandi, 2002) yang menemukan bahwa tingkat kesalahan yang dibuat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak daripada auditor yang berpengalaman. Seorang auditor dapat menjalankan profesinya seefektif dan seefisien mungkin dengan adanya pengalaman kerja yang cukup. Sehingga pengalaman kerja akan memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor. Asri (2007) menemukan bahwa variabel pengalaman kerja auditor menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Sedangkan dalam penelitian

28 Adi Wijaya (2006), ditemukan bahwa terdapat pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap rentang waktu penyelesaian audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H4 : Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. 2.4 Model Penelitian Berdasarkan argumentasi teori dan hasil-hasil penelitian yang disintesakan ke dalam rumusan hipotesis maka variabel profesionalisme, etika profesi auditor, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja diduga berpengaruh positif terhadap kinerja auditor BPK RI. Secara skematis penelitian ini dapat disajikan seperti gambar 2.1. Gambar 2.1 Model Penelitian Profesionalisme (+) Etika Profesi Auditor Tingkat Pendidikan (+) (+) (+) Kinerja Auditor BPK RI Pengalaman Kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Pada kajian pustaka ini akan menguraikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan skripsi. Teori-teori tersebut meliputi pengertian auditing,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Agoes (2008:3), menyatakan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor saat ini memiliki peran yang penting dalam sebuah siklus bisnis. Sebuah entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Auditor Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit 2.1.1.1 Pengertian Audit Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: Auditing is accumulation

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin

Lebih terperinci

KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING

KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING Penyebab Resiko Informasi Kecenderungan : Pembuat keputusan menerima informasi yang tidak dapat dipercaya Jauhnya sumber informasi Bias dan motif penyedia informasi Jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Akuntan Publik a. Pengertian Akuntan Publik Menurut Halim (1997 :11) Akuntan publik atau biasa disebut Auditor Independen adalah para praktisi individual/ anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor mengalami banayak kemajuan dan mulai banyak dibutuhkan baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Hasil Pemeriksaan Kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bentuk pertanggungjawaban atas penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menyatakan bahwa upaya konkrit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Opini

BAB I PENDAHULUAN. audit tersebut dinyatakan dalam paragraf pendapat dalam laporan audit. Opini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat sekarang ini dapat memicu persaingan yang semakin meningkat diantara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit pada sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat dielakkan lagi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang. Untuk meletakan kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil audit dan pendapat yang diberikan, profesionalisme

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN (Studi Empiris Pada KAP Di Wilayah Surabaya Pusat Dan Timur) SKRIPSI Diajukan Oleh

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA K E U A N G A N N E G A R A B A T A S A N A U D I T R U A N G L I N G K U P A U D I T P R O S E S A U D I T T E D I L A S T 0 8 / 1 7 Keuangan Negara UU no 17 th 2003

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan yang berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka. Audit laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan

Lebih terperinci

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA A. PENDAHULUAN Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lembaga pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas audit merupakan bagian yang sangat penting dalam menyajikan laporan hasil audit. Agar pemerintah puas dengan pekerjaan seorang auditor maka diperlukan sikap-sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang meningkat di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang ada di BEI pada tahun 2013 sebanyak 494

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing sektor publik memiliki peran penting dan strategis dalam perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku berjudul Auditing dan Jasa Assurance (2011:4) audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Pengelolaan Keuangan Negara yang baik akan mensukseskan pembangunan dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Kualitas Audit a. Pengertian Audit Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama ini sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat tidak mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Arens, et al., (2012:4) mendefinisikan auditing sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing 1. Pengertian Auditing Definisi audit yang dikemukakan oleh Arens, Elder dan Beasley (2003: 11) menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan, khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar

Lebih terperinci

BAB II. Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Pebi (2010:9) menggambarkan teori

BAB II. Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Pebi (2010:9) menggambarkan teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) dalam Pebi (2010:9) menggambarkan teori keagenan sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Profesionalisme Auditor Dalam penelitian ini profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di semua waktu. Kekecewaan masyarakat itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa auditor independen, yang umumnya disebut akuntan publik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Auditing Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah, Kode Etik Akuntan merupakan salah satu faktor penting dalam profesi akuntan,

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: ) MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING 2.2 HIRARKI STANDAR AUDITING Landasan Konseptual Landasan Konseptual Umum Pekerjaan Lapangan Pelaporan Keahlian dan pelatihan teknis yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, terutama dalam Era Globalisasi saat ini, membuat persaingan para pebisnis akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia. Sesuai dengan Peraturan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menurut Sony Keraf dan Robert Haryono (1995) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan profesional auditor dalam menentukan sikap dan tanggungjawab pelaksanaan audit serta mendapatkan bukti asersi tentang kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Audit Audit memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan. Pada akhir pemeriksaan, auditor independen akan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya usaha-usaha dalam berbagai bidang menimbulkan persaingan yang cukup ketat. Manajemen perusahaan bersaing merebut perhatian para investor agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang independen, profesi akuntan publik diharapkan memiliki kompetensi yang memadai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk meneliti secara empiris tentang ada atau tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas tugas terhadap

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM : ETIKA PROFESI Disusun Oleh : Nama : Eko Aprianto Nugroho NPM : 21409668 Kelas : SMTM01-06 FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ETIKA PROFESI AKUNTANSI I. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA TINJAUAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA K E U A N G A N N E G A R A B A T A S A N A U D I T R U A N G L I N G K U P A U D I T P R O S E S A U D I T T E D I L A S T 0 9 / 1 6 Keuangan Negara UU no 17 th 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Audit Secara umum, auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi akuntan publik memegang peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan para pemegang saham, investor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan laporan hasil audit atas laporan keuangan oleh akuntan publik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM dan LK) menyatakan bahwa badan usaha publik wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada BAPEPAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Isu mengenai pelanggaran profesionalisme dan etika profesi beberapa tahun belakangan ini telah menjadi sorotan bagi akuntan publik. Banyaknya kasus pelanggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Literatur 2.1.1 Etika Auditor Munawir (1995), mengemukakan etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya seseorang sehingga apa

Lebih terperinci