BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Pada kajian pustaka ini akan menguraikan mengenai landasan teori yang berkaitan dengan skripsi. Teori-teori tersebut meliputi pengertian auditing, jenis audit, standar audit, pengertian dan jenis auditor, profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kinerja auditor Pengertian Auditing Definisi audit menurut A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) dalam Halim (2003: 1) adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Sukrisno Agoes (2004: 3) menjelaskan bahwa auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

2 Lebih lanjut Jusup (2001: 11) mengemukakan bahwa pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Definisi tersebut menyebutkan paling tidak terdapat tujuh elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit antara lain sebagai berikut: 1) Proses yang kritis dan sistematis 2) Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif 3) Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kebijakan ekonomi 4) Menentukan tingkat kesesuaian (degree of correspondence) 5) Kriteria yang telah ditentukan 6) Penyampaian hasil 7) Para pemakai yang berkepentingan Dari definisi-definisi yang telah disebutkan dapat dijelaskan bahwa auditing adalah suatu proses sistematis dalam menentukan tingkat kesesuaian asersi-asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan melalui penghimpunan dan pengevaluasian bukti secara obyektif yang hasilnya disampaikan kepada pihakpihak yang berkepentingan Jenis Audit

3 Halim (2003: 5-10) menerangkan bahwa jenis audit berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit dapat dibagi menjadi tiga kategori antara lain sebagai berikut: 1) Audit tekait laporan keuangan (finacial statement audit) Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU). 2) Audit kepatuhan (compliance audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk membuktikan apakah kegiatan finansial maupu operasional tertentu dari suatu entitas dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan. 3) Audit operasional (operational audit) Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional. Berdasarkan pelaksana audit, auditing dapat diklasifikasikan menjadi tiga antara lain sebagai berikut: 1) Auditing eksternal

4 Auditing eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan yang diaudit. Auditornya adalah pihak luar perusahaan yang independen, yaitu akuntan publik yang telah diakui oleh pihak yang berwenang untuk melaksanakan tugas tersebut. Auditor tersebut umumnya dibayar oleh manajemen perusahaan yang diperiksa. 2) Auditing internal Auditing intrnal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi yang dihasilkan ditujukan untuk manajemen organisasi yang bersangkutan. Auditornya digaji oleh organisasi tersebut. 3) Auditing sektor publik Auditing sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Audit dapat mencakup audit laporan keuangan, audit kepatuhan maupun audit operasional. Auditornya adalah auditor pemerintah yang dibayar oleh pemerintah Manfaat Audit Halim (2003: 60) mengemukakan empat manfaat dari suatu pelaksanaan audit antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan Perusahaan yang laporan keuangannya telah diaudit oleh auditor independen dan diberikan pendapat wajar tanpa pengeualian mempunyai keuntungan

5 ekonomis. Sumbangan auditor adalah memberikan kepercayaan terhadap laporan keuangan atau menjadikan laporan keuangan lebih dapat dipercaya sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. 2) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran Audit laporan keuangan yang dilakukan secara berfrekuensi secara teratur akan membawa dampak positif bagi efisiensi dan kejujuran karyawan. Bila karyawan mengetahui bahwa audit independen akan dilakukan, maka ia akan berusaha menekan sekecil mungkin kesalahan dalam proses akuntansi dan mengurangi kesalahan penilaian aktiva. 3) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan Auditor independen, berdasarkan pengujiannya dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal untuk meningkatkan efisiensi operasionalia perusahaan klien. 4) Mendorong efisiensi pasar modal Pada tingkat makro, audit memberikan dampak positif sangat penting. Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan perusahaan klien yang berlualitas, relevan, reliabel dan dapat dipercaya. Dengan demikian pasar modal yang akan menggunakan informasi yang dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utamanya akan dapat berjalan secara efisien. Pasar modal yang efisien akan menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien pula, sehingga perekonomian nasional akan berjalan efisien.

6 2.1.4 Standar Audit Standar audit/pemeriksaan merupakan patokan dalam melaksanakan audit sehingga menghasilkan pencapaian mutu audit yang tinggi. Secara umum, standar ini meliputi pertibangan-pertimbangan mengenai kualitas profesional profesional pribadi auditor, pelaksanaan audit dan pelaporannya. Di Indonesia terdapat berbagai standar audit/pemeriksaan antara lain sebagai berikut: 1) Pedoman Operasional Pemeriksaan (POP) POP tahun 2005 yang dikeluarkan oleh Gubernur Bali, dalam peraturan Gubernur Bali No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Operasional Pemeriksaan Badan Pengawas Daerah Provinsi Bali. POP ini berlaku untuk semua aparat pemeriksa yang bekerja pada Badan Pengawas Daerah Provinsi Bali. 2) Standar Audit Pemerintah (SAP) Dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) tahun 1995, mengacu pada GAO standar tahun 1994 dan SPAP-IAI tahun SAP berlaku untuk semua aparat pengawasan fungsional (intern dan ekstern) pemerintah. Standar ini wajib digunakan dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap kinerja keuangan pemerintah. 3) Standar Audit-Aparat Pengawasan Fungsional Intern Pemerintah (SA-APFIP) dikeluarkan BPKP, juga digunakan untuk melakukan tugas audit terhadap kegiatan atau keuangan pemerintah. 4) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengacu pada standar dari American Institute of Certified Public Accountant (AICPA).

7 SPAP yang terbaru diterbitkan dan mulai berlaku per 1 januari 2001 digunakan oleh akuntan publik untuk melaksanakan audit keuangan dan jasa lainnya. Dalam SPAP terdapat sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, antara lain sebagai berikut: 1) Standar Umum (1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. (2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. (3) Dalam pekalsanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2) Standar Pekerjaan Lapangan (1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. (2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh dengan merencanakan audit, menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. (3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. 3) Standar Pelaporan

8 (1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. (2) Laporan audit harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode berikutnya. (3) Pengungkapan informatif dalam laopran keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. (4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, makan laporan auditor harus memuat petunjuk yang mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001: & 150.2) Masing-masing standar tersebut diatas memiliki tujuan dan kepentingan tersendiri dan terbatas untu sebuah organisasi tertentu. Walaupun berbeda-beda, secara umum standar tersebut paling tidak mengatur tentang kualifikasi pribadi atau lembaga auditor, pekerjaan audit dan pelaporan hasil pemeriksaan yang yang telah dilakukan Pengertian dan Jenis auditor

9 Mulyadi dan Kanaka (1998: 26-28) menggolongkan auditor menjadi tiga tipe berdasarkan letak atau posisi lembaga audit dan fungsi yang dijalankannya, antara lain sebagai berikut: 1) Auditor Independen Auditor independen secara profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama di bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan klien. Untuk dapat berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai izasah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dan mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2) Auditor Pemerintah Auditor pemerintah secara profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawabannya keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Yang disebut sebagai auditor pemerintah yang umumnya adalah auditor yang bekerja di inspektorat. 3) Auditor Intern Auditor ini bekerja dalam perusahaan negara maupun swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang

10 ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dari organisasi. Pasal 38 dan 39 dalam UU No. 25 Tahun 1992 menjelaskan bahwa pengawas koperasi dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota serta bertanggung jawab kepada rapat anggota. Tugas pengawas adalah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi oleh pengurus serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Pengawas koperasi dapat dikatakan berfungsi sebagai auditor internal karena pengawas koperasi merupakan anggota koperasi yang diberikan tugas sebagai pengawas koperasi Profesionalisme Istilah profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup ilmu pengetahuan, keterampilan dan metode. Profesional suatu kemampuan yang dilandasi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi dan latihan khusus, daya pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan bidang keahlian dan profesinya. Harjana (2002: 20) memberikan pengertian bahwa profesional adalah orang yang menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini ia dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan dengan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.

11 Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) antara lain: 1) Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAPI dalam terminologi filosofi 2) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan 3) Interpretasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya 4) Ketepatan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam melakukan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya. Tangkilisan dalam Ariani (2010) menjelaskan bahwa ukuran profesionalisme diukur melalui keahlian yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan kebutuhan tugas yang dibebankan organisasi kepada seseorang. Alasan pentingnya kecocokan atau kesesuaian antara disiplin ilmu atau keahlian yang dimiliki seseorang adalah karena jika keahlian yang dimiliki tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya, maka itu berdampak pada ketidakefektifan organisasi. Hall dalam Astuti, dkk. (2003) memaparkan indikator-indikator profesionalisme auditor tercermin dalam komponen-komponen berikut, antara

12 lain: (a) dedikasi pada profesi, (b) kewajiban sosial, (c) kemandirian, (d) kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan (e) hubungan dengan rekan seprofesi Etika Profesi Kamus Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001: 102) memberikan tiga arti yang cukup lengkap tentang etika, yakni: 1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) 2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat umum Etika profesi terdiri dari gabungan kata etika yang berarti aturan-aturan atau perilaku; dan profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang didasari oleh keahlian tertentu. Arens (2003: 71) mendefinisikan etika secara umum sebagai seperangkat prinsip moral atau nilai. Perilaku beretika diperlukan oleh masyarakat agar semuanya berjalan secara teratur. Terdapat dua alasan utama mengapa orang bertindak tidak beretika yakni karena standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum atau seseorang memutuskan untuk bertindak semaunya. Etika memberikan batasan ataupun standar yang mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatu dibuat dan diterapkan dari dan untuk

13 kepentingan sosial (profesi) itu sendiri. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat. Dari berbagai pengertian serta gambaran dari berbagai etika profesi yang telah disampaikan diatas dan dengan adanya pedoman yang melandasi etika yang harus dipatuhi oleh auditor guna menjaga mutu, citra, dan martabat, maka dapatlah disimpulkan bahwa etika profesi itu merupakan seperangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang seharusnya dipatuhi dan dilaksanakan dalam mengemban suatu profesi. Yanhari (2007) menjelaskan indikator-indikator etika profesi yang dipergunakan dalam penelitian ini memuat hal-hal yang menyangkut: (a) kepribadian dan tanggung jawab profesi; (b) integritas; (c) objektivitas; (d) kehatihatian; (e) kerahasiaan Tingkat Pendidikan Standar Profesional Akuntan Publik (2001: 110.1) menyebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari seorang auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Standar umum pertama dalam standar auditing menegaskan bahwa betapa tingginya kemampuan seorang dalam bidang lain selain auditing, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Standar Profesional Akuntan Publik (2001: 210.1) juga menyebutkan bahwa dalam hal melaksanakan audit atas laporan keuangan, untuk sampai pada

14 tahap pernyataan pendapat, auditor senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya. Seseorang auditor memiliki kewajiban untuk terus memelihara dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuannya melalui pendidikan formal atau tidak formal yang disebut pendidikan profesional berkelanjutan. Tujuan ketentuan ini adalah agar auditor independen selalu mengikuti perkembangan terbaru di bidang akuntansi, pengauditan dan bidang-bidang terkait lainnya. Pendidikan akan berdampak pada kualitas pekerjaan itu sendiri dan proses produksi yang berkelanjutan. Ini terjadi karena pendidikan mempengaruhi tenaga kerja secara mendalam bukan hanya fisik belaka. Asri Megaliani (2007) mengatakan bahwa pendidikan seorang auditor sangatlah penting, karena dengan tingkat pedidikan yang memadai, seorang auditor dapat menjalankan profesinya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini tentu akan berpengaruh pada jumlah temuan dan kualitas hasil pemeriksaannya. Adapun indikator-indikator tingkat pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (a) tingkat pendidikan dan pelatihan masing-masing pengawas, dan (b) kesesuaian pendidikan dan pengetahuan dengan standar pfofesi Pengalaman Kerja Standar auditing pertama dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) mengatur tentang audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Sama halnya dengan

15 pendidikan formal seorang auditor, pengalaman auditor juga merupakan persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen. Seorang auditor dikatakan memenuhi standar auditing pertama apabila auditor tersebut memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing. Pengalaman profesional seorang auditor bisa diperoleh melalui pelatihan, supervisi maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. Milan Widhiati (2005) menjelaskan bahwa pengalaman kerja seorang auditor akan mendukung keterampilan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugastugasnya sehingga tingkat kesalahan akan semakin berkurang. Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan semakin cepat dalam menemukan temuan. Pengalaman kerja dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan. Liebbry dan Troman dalam Milan Widhiati (2005) mengemukakan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor dalam melakukan audit/pemeriksaan dapat dijadikan pertimbangan auditor berkualitas. Gibbins dalam Hastuti dkk. (2003) menyatakan bahwa pengalaman baik langsung maupun tidak langsung misalnya melalui pendidikan sangat penting dalam membentuk strukur proses psikologi dari judgement (kebijakan). Judgement dari akuntan publik yang lebih berpengalaman akan lebih intensif dibanding dengan auditor yang kurang pengalamannya sebab pembuat kebijakan lebih mendasarkan pada kebiasaan dan kurang mengikuti pemikiran dari

16 kebijakan itu sendiri. Adapun indikator-indikator pengalaman kerja dalam penelitian ini yaitu: (a) masa kerja masing-masing pengawas; dan (b) penguasaan dan pemahaman kerja Kinerja auditor 1) Pengertian kinerja Bastian, Indra (2001: 329) mendefinisikan kinerja sebagi dambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Dari pengertian diatas dapat dinyatakan apabila seseorang dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan yang diberikan dengan baik dan sesuai dengan harapan organisasinya, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki kinerja atau prestasi kerja yang baik pula. Bastian, Indra (2001: 337) juga menyebutkan ukuran yang dipakai dalam menentukan kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang ditetapkan dengan mempertimbangkan elemen indikator sebagai berikut: (1) Indikator masukan (input), yaitu sesuatu yang dibutuhkan agar mampu menhasilkan produk, baik barang maupun jasa yang meliputi sumber daya manusia, informasi dan kebijakan.

17 (2) Indikator keluaran (output), yaitu sesuatu sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan fisik dan nonfisik. (3) Indikator hasil (outcome), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. (4) Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari suatu pelaksanaan kegiatan. (5) Indikator dampak (impact), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator. 2) Kinerja Pengawas Koperasi sebagai Internal Auditor Apabila pengertian kinerja diatas dikaitkan dengan pengertian kinerja pengawas koperasi, maka kinerja pengawas koperasi dimaksud adalah hasil yang dicapai oleh pengawas koperasi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya seperti yang tertuang dalam pasal 38dan 39 UU No. 25 Tahun 1992, yaitu melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan usaha koperasi oleh pengurus serta membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya. Dalam menjalankan fungsinya, kinerja pengawas koperasi dapat diukur dari banyaknya produk yang dihasilkan, yaitu berupa temuan pemeriksaan yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja pengawas koperasi adalah kemampuan dari seorang pengawas koperasi menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan koperasi.

18 Adapun indikator-indikator kinerja pengawas koperasi dalam penelitian ini yaitu: (a) pemeriksaan;(b) merekomendasi; dan (c) menetapkan tuntutan. 2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja auditor sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adi Wijaya (2006) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor terhadap rentang waktu penyelesaian audit pada Kantor Akuntan Publik di Bali. Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah tingkat pendidikan dan pengalaman kerja auditor. Variabel dependennya adalah rentang waktu penyelesaian audit. Hasil penelitian tersebut adalah tingkat pendidikan auditor tidak berpengaruh terhadap rentang waktu penyelesaian audit sementara pengalaman kerja auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap rentang waktu penyelesaian audit. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, perbedaannya terletak pada variabel profesionalisme, etika profesi, lokasi dan waktu penelitian. Asri Megaliani (2007) meneliti tentang pengaruh tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan komponen profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perngaruh tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan komponen profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hasil uji F menunjukkan bahwa semua variabel bebas berpengaruh secara serempak dan signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis parsial terhadap

19 pengabdian pada profesi dan kepercayaan terhadap profesi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas, namun variabel tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kemandirian dan hubungan dengan rekan seprofesi mengindikasikan pengaruh positif terhadap tingkat materialitas. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan komponen profesionalisme, perbedaannya terletak pada variabel etika profesi dan pada waktu dan lokasi penelitian. Aprillia (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja auditor pada Perwakilan BPK RI di Denpasar. Variabel bebas penelitian ini adalah profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja auditor pada Perwakilan BPK RI di Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Perwakilan BPK RI di Denpasar, sedangkan variabel etika profesi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja auditor pada Perwakilan BPK RI di Denpasar. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Mega (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pada kinerja auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Variabel bebas penelitian ini adalah profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian

20 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yaitu, profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Ariani (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja pada kinerja auditor Inspektorat di Wilayah Provinsi Bali. Variabel bebas penelitian ini adalah profesionalisme, etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja auditor Inspektorat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel etika profesi, tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor Inspektorat, sedangkan variabel profesionalisme tidak berpengaruh signifikan pada kinerja auditor Inspektorat. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya, perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Laksmi (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat pendidikan, pelatihan kerja dan perofesionalisme petugas pemeriksa pajak pada penyelesaian pemeriksaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama se-bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyelesaian pemeriksaan pajak di kantor pelayanan pajak Pratama Se-Bali, sedangkan variabel pengalaman kerja dan profesionalisme pengaruhnya tidak signifikan. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel bebas yaitu variabel profesionalisme dan tingkat

21 pendidikan, perbedaannya terletak pada variabel pelatihan kerja, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 2.3 Rumusan Hipotesis Pengaruh profesionalisme pada kinerja pengawas koperasi Hardjana (2002) dan Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa seseorang disebut profesional apabila ia menjalani profesinya sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Seorang auditor yang menjalankan tugas profesi dengan sungguhsungguh maka kinerjanya akan lebih baik dan lebih optimal. Yanhari (2007) menemukan bahwa variabel profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Profesionalisme berpengaruh pada kinerja pengawas koperasi Pengaruh etika profesi pada kinerja pengawas koperasi Arens (2003: 71) menyatakan bahwa etika profesi merupakan landasan moral yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor. Pemahaman akan etika profesi tentunya akan mengarahkan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas guna mencapai hasil yang lebih baik. Yanhari (2007) juga menemukan bahwa variabel etika profesi berpengaruh pada kinerja auditor dan signifikan secara statistik. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

22 H2: Etika profesi berpengaruh pada kinerja pengawas koperasi Pengaruh tingkat pendidikan pada kinerja pengawas koperasi Jika seorang auditor/pengawas koperasi dapat menjalankan profesinya seefektif dan seefisien mungkin, maka akan berdampak pada kinerja auditor/pengawas koperasi tersebut. Asri Megaliani (2007) menemukan bahwa variabel tingkat pendidikan auditor menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Hipotesis yang dapat dikembangkan dari argumen diatas adalah sebagai berikut: H3: Tingkat pendidikan berpengaruh pada kinerja pengawas koperasi Pengaruh pengalaman kerja pada kinerja pengawas koperasi Pengalaman kerja dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi dan menilai kinerja auditor dalam melakukan pemeriksaan, karena telah dibuktikan oleh Neni Meidiawati dalam Widagdo, Ridwan, dkk (2002) yang menemukan tingkat kesalahan yang dibuat auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak dari pada auditor yang berpengalaman. Seorang auditor dapat menjalankan profesinya dengan lebih efektif dan efisien apabila didukung dengan adanya pengalaman kerja yang cukup. Pengalaman kerja auditor memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor, Asri Megaliani (2007) menemukan bahwa variabel pengalaman kerja auditor menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H4: Pengalaman kerja berpengaruh pada kinerja pengawas koperasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Secara teoritis pengertian auditing menurut Arens dan James K. Loebbecke (1997:2) adalah : Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut 6 BAB II LANDASAN TEORI A. AUDITING 1. Definisi Auditing Kata auditing diambil dari bahasa latin yaitu Audire yang berarti mendengar dan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pemeriksaan akuntan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Agoes (2008:3), menyatakan bahwa auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keanggenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Agusti dan Pratistha (2013) membuktikan melalui penelitiannya bahwa variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh signifikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat dielakkan lagi.

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: ) MODUL APLIKASI KOMPUTERISASI AUDITING BAB 1 PENGANTAR AUDITING 2.2 HIRARKI STANDAR AUDITING Landasan Konseptual Landasan Konseptual Umum Pekerjaan Lapangan Pelaporan Keahlian dan pelatihan teknis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik sering digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 11 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi auditor mengalami banayak kemajuan dan mulai banyak dibutuhkan baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Kualitas Audit a. Pengertian Audit Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori yang menjadi landasan dalam penelitian dan ditentukan hipotesis penelitian berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Profesionalisme Auditor Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi mereka yang tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang. Untuk meletakan kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil audit dan pendapat yang diberikan, profesionalisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan yang berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka. Audit laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi menghasilkan laporan keuangan dan informasi penting lainnya, sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Auditing didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Agensi Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory. Pihak kepala unit organisasi berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Akuntan Publik a. Pengertian Akuntan Publik Menurut Halim (1997 :11) Akuntan publik atau biasa disebut Auditor Independen adalah para praktisi individual/ anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku berjudul Auditing dan Jasa Assurance (2011:4) audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) menurut Sony Keraf dan Robert Haryono (1995) adalah teori yang menjelaskan konflik yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerangka kerja yang baik sebelum melakukan auditnya di lapangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kerangka kerja yang baik sebelum melakukan auditnya di lapangan. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu audit laporan keuangan, seorang auditor harus menyusun kerangka kerja yang baik sebelum melakukan auditnya di lapangan. Hal tersebut mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori motivasi X dan Y McGregor McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa auditor independen, yang umumnya disebut akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Keagenan (agency theory) Teori keagenan dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan Ng (1978) dalam Kharismatuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), profesi akuntan publik memegang peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan para pemegang saham, investor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu: Batubara (2008) melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Atribusi Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan mengenai perilaku individu. Lebih khususnya, teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang meningkat di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah perusahaan yang ada di BEI pada tahun 2013 sebanyak 494

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si

BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1. Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si BAHAN AJAR PEMERIKSAAN AKUNTAN 1 Oleh: Erni Suryandari F, SE., M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2016 BAB I PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan Berkembangnya Profesi Akuntan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Masyarakat mengharapkan profesi akuntan publik melakukan penilaian yang bebas dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit 2.1.1.1 Pengertian Audit Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut: Auditing is accumulation

Lebih terperinci

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak

DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak STANDAR AUDITING DAN KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK by Ely Suhayati SE MSi Ak Ari Bramasto SE Msi Ak Standar Profesional Akuntan Publik merupakan standar auditing yang menjadi kriteria atau pedoman kerja minimum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profesionalisme Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Para pengguna laporan audit mengharapkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak, BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Adanya hubungan keagenan, ketika terjadi kontrak antara satu pihak, yaitu pemilik (principals)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini, audit terhadap laporan keuangan sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan laporan keuangan selain digunakan untuk memberikan informasi tentang keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditing sektor publik memiliki peran penting dan strategis dalam perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui auditing sektor publik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang ditujukan kepada pihak pemakai baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat sekarang ini dapat memicu persaingan diantara para pelaku bisnis. Berbagai usaha untuk meningkatkan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan, khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen profesional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kualitas Hasil Pemeriksaan Kualitas audit diartikan sebagai probabilitas seorang auditor dalam menentukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance lainnya. Jasa-jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Audit Internal a. Pengertian Audit Internal Audit Internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengeavaluasi sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981). Deis dan Groux

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat penting dalam dunia bisnis. Seorang akuntan publik diharapkan banyak orang untuk dapat meletakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Pengertian Auditing Arens, et al., (2012:4) mendefinisikan auditing sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Audit Secara umum, auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang

Lebih terperinci

ARUM KUSUMAWATI B

ARUM KUSUMAWATI B PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris Pada KAP di Wilayah Surakarta dan Yogykarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri bergerak dengan cepat dan bervariasi yang membuat persaingan antar pengusaha semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus melaporkan hasil laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan modal, laporan arus kas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Standar Auditing dan Jenis-jenis Audit 1. Pengertian Auditing Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Banyaknya ditemukan kecurangan-kecurangan yang terjadi saat ini seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang membuat kepercayaan masyarakat kepada kinerja aparat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha diberbagai negara di dunia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini mencapai 5,2%

Lebih terperinci

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA A. PENDAHULUAN Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lembaga pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. berlaku di Indonesia dibutuhkan oleh pihak-pihak yang menggunakan informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit atas laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam ekonomi pasar bebas. Menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas, BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditor eksternal adalah seorang profesional auditor yang melakukan audit pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Definisi Audit Internal Perkembangan suatu perusahaan ditandai dengan semakin banyaknya unitunit operasi perusahaan, jenis usaha, meluasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan akan saling berkompetisi dalam persaingan usaha yang semakin meningkat ini agar terlihat baik di depan pihak eksternal termasuk juga pesaingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas Negara, kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat dielakkan lagi. Eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan dalam bentuk badan hukum di Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit pada sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas yang dapat menjamin bahwa laporan (informasi) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor yang berkualitas yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami peningkatan yang sesuai dengan perkembangan bisnis dan perubahan global. Keberadaan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Akuntansi Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley dalam Amir Abadi Jusuf (2015: 7), definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN (Studi Empiris Pada KAP Di Wilayah Surabaya Pusat Dan Timur) SKRIPSI Diajukan Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ketika seorang investor akan menanamkan modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai kinerja auditor yang dapat dijadikan sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai saran dalam pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci