Teknologi Informasi untuk Peningkatan Hasil Penjualan Perajin Karawo sebagai Upaya Mempertahankan Eksistensi Industri Kreatif Tradisional

Transkripsi

1 Teknologi Informasi untuk Peningkatan Hasil Penjualan Perajin Karawo sebagai Upaya Mempertahankan Eksistensi Industri Kreatif Tradisional Dicky Saputra Ibrahim 1, Sri Wahyuni 2, Moh. Fahmi DJ Puloli 3, Tajuddin Abdillah 4 1,2,3,4 Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 1 dicky_s1sisfo2013@mahasiswa.ung.ac.id, 2 sri_s1sisfo2013@mahasiswa.ung.ac.id, 3 fahmy.puloli@gmail.com, 4 tajuddin@ung.ac.id Abstrak Masalah yang dihadapi perajin sulaman karawo adalah (1) proses penjualan kain karawo masih mengandalkan sistem penjualan secara langsung dan belum melayani permintaan dari luar daerah, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahun tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk jual beli secara elektronik (on-line); (2) Keterlambatan dalam penyelesaian sulaman karawo penyebabnya adalah masih manualnya proses desain motif karawo. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan penjulan perajin karawo melalui pemanfaatan teknologi informasi Metode yang digunakan adalah (1) Identifikasi kebutuhan Pemakai; (2) Analisis Sistem; (3) Desain Sistem; (4) Pembangunan aplikasi; (5) Pengujian aplikasi. Hasil yang diperoleh adalah aplikasi yang dibuat bisa dijalankan pada mobile dan berbagai macam browser, dimana tampilan aplikasi menyesuaikan dengan tampilan Handphone dan browser yang digunakan. Hasil pengujian terhadap modul penjualan menujukan bahwa pembeli dapat melakukan pembelian barang dan menghitung total barang yang dibeli serta biaya pengiriman secara otomatis. Kata kunci Karawo, Penjualan online, Industri Kreatif I. PENDAHULUAN Salah satu industri kreatif tradisonal yang dimiliki oleh Provinsi Gorontalo adalah sulaman Karawo. Sulaman karawo (bahasa ibu Gorontalo) merupakan seni kerajinan tangan yang unik dan khas. Karawo berasal dari akar kata mokarawo artinya mengiris atau melubang. Proses pengerjaannya membutuhkan ketelitian, kesabaran, ketelatenan, kejelian, dan kepekaan karena semua proses pengerjaannya tanpa menggunakan teknologi mesin (handmade masterpiece), mulai dari desain, mengiris bahan, mencabut benang, mengerawang, dan menyulam. Dalam konteks kehidupan sosial, sulaman karawo memuat aspek pendidikan bahwa setiap perjalanan hidup manusia agar lebih menghargai proses menuju satu tujuan, bukan hanya melihat hasil akhirnya yang indah dan elegan [1] Daerah Gorontalo dikenal 2 (dua) jenis sulaman karawo yaitu Karawo Ikat dan Karawo Manila, akan tetapi yang banyak temui di pasaran adalah Karawo jenis Manila. Jenis karawo Manila ini banyak digunakan untuk bahan busana. Karawo Manila proses pengerjaannya dengan teknik mengisi benang sulam secara berulang-ulang sebanyak 5 (lima) kali sesuai dengan motif yang telah dibuat terlebih dahulu. Secara teknik pengerjaannya, Karawo Manila lebih mudah pengerjaannya daripada Karawo Ikat. Pada proses pengerjaan Karawo Ikat dilakukan dengan cara mengikat bagin-bagian bahan yang telah diiris dan dicabut serat benangnya mengikuti motif yang telah dibuat [2]. Masalah yang dihadapi perajin sulaman karawo adalah belum mampu memproduksi secara masal untuk memenuhi permintaan skala besar dalam waktu singkat, desainer yang sudah langka, dan para pengrajin tersebar di pedesaan. Industri kreatif kerajinan sulaman karawo lebih di dominasi pada usaha kecil dan Menengah [1]. Berdasarkan data dari Kementerian Perndustrian Provinsi Gorontalo tahun Jumlah unit usaha sebanyak 805 unit yang tersebar di wilayah kota/kabupaten. Tenaga kerja yang terserap sebanyak orang, nilai investasi sebesar miliar rupiah dengan kapasitas produksi lembar yang terdiri dari berbagai jenis produk seperti pakaian wanita/pria, sapu tangan, kipas, kopiah, dan lain sebagainya. Akumulasi total nilai produksi yang diperoleh sebesar miliar rupiah. Hasil wawancara dengan perajin dan penjual karawo ditemukan bahwa (1) proses penjualan kain karawo masih mengandalkan sistem penjualan secara langsung dan belum melayani permintaan dari luar daerah, hal ini dipengaruhi oleh kurangnya pengetahun tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk jual beli secara elektronik (on-line); (2) Keterlambatan dalam penyelesaian sulaman karawo penyebabnya adalah masih manualnya proses desain motif karawo; 157

2 Saat ini adalah era knowledge-based economy, sehingga pemanfaatan teknologi infromasi bagi UKM sangatlah penting, karena dengan memanfaatkan teknologi informasi UKM dapat memberikan layanan terbaik dan bisa meraih pangsa pasar [3]. Terdapat empat faktor yang menetukan adopsi teknologi baru oleh UKM, yaitu: (1) karakteristik UKM, (2) strategi dan manajemen kompetisi UKM, (3) pengaruh pihak internal dan eksternal dalam proses pengambilan keputusan adopsi, dan (4) karakteristik teknologi baru yang akan diadopsi. II. KAJIAN PUSTAKA Penggunaan teknologi informasi meberikan dampat positif bagi pihak manajemen terutama pada aspek komunikasi, akses informasi, pengambilan keputusan, manajemen data, dan knowledge management dalam organisasi, [4]. Intinya teknologi infromasi bisa menjadi kekuatan yang strategis dan dapat dijadikan sebagai alat bagi organisasi karena memberikan keuntungan dari segi promosi dan meningkatkan daya saing [5]. Apabila organisasi memanfaatkan teknologi informasi, maka dipastikan bahwa bisa menghemat biaya dan memudahkan/ meningkatkan kemampuan organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis untuk melakukan koordinasi dengan pihak luar [6]. III. METODE PENELITIAN Untuk menghasilkan aplikasi penjualan karawo menggunakan teknologi informasi, maka metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R and D). R and D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, alat tulis, dan alat pembelajaran lainnya. Akan tetapi, dapat pula dalam bentuk perangkat lunak [7]. Tahapan yang telah dilakukan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Identifikasi kebutuhan Pemakai Tahap ini adalah tahap awal yaitu mengidentifikasi kebutuhan pemakai. Pada tahap ini akan dilakukan kumunikasi antara pengembang dan pemakai sistem untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk membangun sistem, dari kebutuhan data, baik data primer maupun data sekunder. 2. Analisis Sistem Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa sistem yang terjadi pada proses penjualan karawo ditingkat perajin masih dilakukan secara manual. Pada tahap ini akan di analisis kelemahan dari sistem lama dan apa yang harus dikerjakan sistem yang baru. 3. Desain Sistem Pada tahap ini akan dibuat rancangan sistem baru untuk meminimalkan kelemahan/ kekurangan sistem lama 4. Pembangunan aplikasi Pada tahap ini akan dibuat aplikasi berdasarkan hasil rancangan pada tahap desain sistem. Dalam melakukan perancangan sistem beberapa tahapan yang harus dilakukan, agar aplikasi yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. 5. Pengujian aplikasi Pengujian aplikasi dilakukan untuk mengetahui apakah kebutuhan pemakai yang telah di definisikan pada tahap analisa sistem sudah terpenuhi dalam aplikasi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan bahwa : 1. Kebutuhan Pemakai Berdasarkan hasil pengumpulan data, ditemukan bahwa pemakai sistem membutuhkan aplikasi untuk penjulan karawo, karena pada sistem lama terdapat beberapa permasalahan terlihat pada tabel 1 TABLE I MASALAH DAN PENYEBABNYA Berdasarkan permasalahan dan penyebabnya diatas, maka yang menjadi kebutuhan pemakai untuk sistem yang baru adalah : a. Menampilkan informasi kepada pembeli tentang barang yang dijual. b. Penyediaan informasi transaksi jual beli, baik untuk pembeli maupun penjual c. Menyediakan laporan untuk memonitoring penjualan perperiode waktu 2. Analisis Sistem Berdasarkan kebutuhan pemakai, maka sistem penjualan manual ditampilkan pada gambar 1 dalam bentuk Flow Chart yang menjelaskan proses yang terjadi dari sistem penjualan karawo yang ada saat ini. 158

3 oleh operator aplikasi dan hasil verifikasi akan diteruskan ke operator toko. Operator toko akan mengirimkan barang dan menginput bukti pengiriman barang ke aplikasi. Bukti pengiriman barang akan diverifikasi oleh operator aplikasi. Setelah barang diterima oleh pembeli, uang akan ditransfer ke operator toko. Dalam aplikasi sudah dilengkapi dengan fasilitas perhitungan perkiraan biaya pengiriman, sehingga pembeli mentransfer dana pembelian karawo beserta biaya pengiriman. 4. Pembangunan aplikasi Dalam sistem penjualan karawo secara online, memungkinkan perajin karawo untuk membuka toko secara online melalui sistem. Sistem menyediakan fasilitas pembukaan toko ini melalui menu Buka Toko. Aplikasi ini dilengkapi fasilitas untuk menentukan koordinat tempat/ alamat toko secara online, agar memudahkan pembeli mengetahui letak toko tersebut. Bila pembeli adalah orang lokal/ Gorontalo maka melalui aplikasi ini dimungkinkan untuk mengetahui jarak dari si pembeli ke toko penjual karawo. Gambar 3 menunjukan proses pendaftaran toko. Gbr 1. Flowchart proses penjualan karawo 3. Desain Sistem Aplikasi penjualan karawo memiliki 3 user yaitu operator aplikasi, operator toko dan member (pembeli). Operator aplikasi berfungsi sebagai penghubung antara operator toko dan member (pembeli). Gambar 2 menunjukan alur kerja aplikasi karawo Gbr 3. Proses pendaftaran toko Setelah pengrajin karawo membuka toko, admin aplikasi akan memverifikasi toko tersebut untuk disetujui memulai penjulannya. Selanjutnya semua data karawo yang akan diperjualkan dengan sistem online ini sudah bisa diinputkan kedalam sistem. Pembeli kemudian akan melihat barang dangan dari para pengrajin untuk dipesan secara online. Pembeli melakukan proses belanja online berdasarkan toko untuk 1 invoice, karena setiap toko yang menjual berbeda satu dengan lainnya secara lokasi. Selanjutnya ditransfer ke rekening penjual apabila barang sudah dikirimkan oleh penjual ke pembeli. Gambar 4 menunjukan tampilan keranjang belanja. Gbr 2. Alur kerja aplikasi Keterangan gambar : Member/ pembeli akan melakukan transaksi pembelian dengan melihat kain karawo yang dipajang dalam aplikasi. Apabila pembeli sudah memilih barang yang diinginkan maka bisa langsung melakukan transaksi diaplikasi. Sebelum barang dikirim, maka pembeli mengirimkan bukti transfer ke aplikasi, kemudian akan diverifikasi 159

4 Gbr 4. Hasil belanja dalam keranjang Bukti pembayaran barang yang sudah dipilih/ dibelanjakan oleh pembeli akan dikirimkan ke admin aplikasi untuk diverifikasi, selanjutnya bukti tersebut dikirimkan ke perajin untuk ditindak lanjuti pengiriman barangnya. Gambar 5 menunjukan pengiriman bukti pembayaran ke admin aplikasi. 5. Pengujian aplikasi Pengujian aplikasi ini menggunakan 2 pendekatan yakni pengujian kehandalan aplikasi dari sisi penggunaan browser (cross browser testing) dan pengujian fungsionalitas modul yang ada di aplikasi menggunakan blackbox testing a. cross browser testing Pengujian ini untuk memastikan bahwa aplikasi yang dibuat dapat berjalan pada berbagai macam browser dan sistem operasi yang berbeda beda, hal ini dilakukan karen setiap pembeli yang menggunakan aplikasi ini tidak diketahui dengan pasti browser yang digunakan. Untuk melakukan pengujian, maka penulis menggunakan dengan cara memasukan alamat aplikasi yang telah dihosting. Gambar 7 menunjukan proses pengujian kehandalan aplikasi. Gbr 7. Hasil pengujian aplikasi Gbr 5. Form pengiriman bukti pembayaran Admin aplikasi akan mengirimkan bukti pembayaran ini ke pihak toko untuk ditindak lanjuti proses pengiriman barangnya ke pembeli. Gambar 6 menunjukan informasi pengiriman barang ke pembeli oleh pihak toko. Pengujian pada gambar 7 menujukan bahwa aplikasi yang dibuat bisa dijalankan pada mobile dan berbagai macam browser, dimana tampilan aplikasi menyesuaikan dengan tampilan Handphone dan browser yang digunakan. b. blackbox testing Pada tahap ini dilakukan ujicoba blackbox untuk kepentingan yang berkaitan dengan pengujian fungsionalitas dari aplikasi yang telah dibuat. Table 2 menunjukan hasil pengujian terhadap aplikasi penjualan yang telah dibuat. TABEL 2 PENGUJIAN BLACKBOX MODUL PENJUALAN BARANG Gbr 6. Form pengiriman barang 160

5 IV. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil penjualan karawo ditingkat perajin bisa meningkat apabila perajin dapat memanfaatkan aplikasi penjualan online, karena aplikasi tersebut mempermudah pembeli dalam melakukan transaksi pembelian (aplikasi memungkinkan untyuk menghitung total biaya pembayaran disertai biaya pengiriman. Aplikasi penjualan online bisa dijalankan dalam berbagai platform browser sehingga dengan kemudahan ini bisa memanjakan pelanggan yang ingin membeli karawo secara online. REFERENSI [1] Datau, Meningkatkan kemampuan membuat sulaman kerawang tipe tisik melalui metode pembelajaran langsung, Jurusan Teknik Kriya Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, 2010 [2] Lasalewo, T, Kajian Kandungan Teknologi Pada Industri Kerajinan Kerawang Sebagai Produk Andalan Provinsi Gorontalo, Seminar Nasional Industrialisasi Madura, Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura, 2012 [3] Apulu, I., Latham, A. Driver for Information and Communication Technology Adoption: A Case Study of Nigerian Small and Medium Sized Enterprises. International Journal of Business and Management, Vol. 6, No. 5, May [4] Adeosun, O., Adeosun, T.H., and Adetunde, I.A., Strategic Application of Information and Communication Technology for Effective Service Delivery in Banking Industry. Journal of Social Science, 5(1), [5] Buhalis, D. eairlines: Strategic and Tactical Use of ICTs in the Airlines Industry. Information and Management, 41, , [6] Hengst, M., Sol, H.G. The Impact of Information and Communication Technology on Interorganizational Coordination: Guidelines from Theory. Informing Science, Special Series on Information Exchange in Electronic Markets, 4, 3, A Special Series on Information Exchange in Electric Markets, [7] Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta

6