KAJIAN ASPEK HIDRO-AERODINAMIKA DAN GERAKAN FASE PRA TAKE OFF PADA KAPAL BERSAYAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN ASPEK HIDRO-AERODINAMIKA DAN GERAKAN FASE PRA TAKE OFF PADA KAPAL BERSAYAP"

Transkripsi

1 Sidang Terbuka Promosi Doktor KAJIAN ASPEK HIDRO-AERODINAMIKA DAN GERAKAN FASE PRA TAKE OFF PADA KAPAL BERSAYAP Oleh : Iskendar NRP Program S3 Studi Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Auditorium Program Pascasarjana, Kampus ITS, Sukolilo, Surabaya, Kamis -15 September 211.

2 Isi Paparan 1. Pendahuluan : Latar Belakang Permasalahan dan Tujuan serta Kegunaan Hasil Penelitian. 2. Gerak Kapal Bersayap : Sticking dan Ketidakstabilan Gerak Porpoising. 3. Metode Penelitian : Teknik Pemodelan Fisik Eksperimental dan Pemodelan Numerik Pemanfaatan Persamaan Collu dan Kajian Pengembangan Pendekatan Savitsky Analisis dan Pembahasan Pemodelan Fisik : Eksperimen Gerak Kapal bersayap fase Pra Take OFF. 5. Analisis dan Pembahasan Pemodelan Numerik Gerak Kapal bersayap fase Pra Take OFF dengan persamaan Collu ditambah dengan komputasional tekanan aliran dinamik. 6. Kesimpulan dan Saran.

3 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kapal Bersayap Teknologi Wing in Surface Effect Teknologi Wing in Surface Effect : pemanfaatan efek pemampatan udara permukaan yang terjadi pada obyek benda yang terbang rendah. Efek pengaruh ini dipertahankan dengan memilih kecepatan yang tepat dan rekayasa bentuk benda yang sedemikian aerodinamis sehingga benda tersebut dapat tetap melayang di atas permukaan air karena pengaruh gaya efek permukaan air. Udara termampatkan Uji model kapal bersayap WiSE rancangan BPPT 3

4 Pengembangan Kapal Bersayap WiGE/WiSE di Berbagai negara di Dunia

5 ... Latar Belakang Efisiensi Operasional Kapal Bersayap WiGE/WiSE Rasio daya angkat dan daya dorong (L/D) untuk mencapai kecepatan tertentu kapal bersayap WiSE lebih baik dari hidrofoil dan hovercraft (Ref: Halloran dan Meara, 1999)

6 ... Latar Belakang Permasalahan Rancang Bangun Yang Dihadapi Beberapa aspek pengembangan yang diperlukan : perancangan badan kapal (hull design), Power Augmented Ram (PAR), dan komponen badan kapal yang menghasilkan lift tinggi (Halloran dan Meara, 1999). Pada kondisi gerak planing, sering dihadapi masalah ketidakstabilan gerak berupa porpoising, di samping itu pada tahap gerak planing untuk take off sering dihadapi masalah lain sticking (Husa, 2, Iskendar dkk. 26, 21). porpoising sticking Untuk menghindarinya, salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dipasang step dengan peletakan yang tepat, di samping memperhatikan faktor lain seperti konfigurasi sayap terhadap badan kapal dan kecepatan gerak kapal maupun gaya-gaya yang timbul lainnya pada kapal bersayap tersebut. STEP Posisi letak step ini dinilai menjadi salah satu faktor yang mampu memberikan pengaruh terhadap besaran timbulnya gaya-gaya hidro dan aerodinamik, serta selanjutnya berpengaruh kepada kondisi gerak kapal bersayap di saat menjelang take-off.

7 1.2 Perumusan Masalah Apakah letak step tepat di bawah letak titik berat kapal akan terhindar dari sticking maupun porpoising?; posisi letak step di belakang bawah letak titik berat kapal akan terjadi sticking?; sedangkan pada posisi letak step di depan bawah letak titik berat kapal akan terjadi porpoising? Bagaimana fenomena gerak kapal bersayap jika pada konstruksi dasar lambungnya tidak diberikan step? Apakah pendekatan komputasi Savitsky 1964 dapat dikembangkan untuk memprediksi porpoising pada gerak kapal bersayap ber-step? Bagaimana pemanfaatan persamaan gerak Collu tersebut untuk pemodelan numerik gerak kapal bersayap sebelum lepas dari permukaan air? Bagaimana tekanan aliran fluida yang terjadi pada permukaan badan kapal bersayap?

8 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan umum : Mengungkap fenomena gerak kapal bersayap WiSE-8 di fase gerak planing menjelang lepas dari permukaan air (take-off) berdasarkan variasi letak step yang posisinya berada di sekitar bawah letak titik berat kapal untuk mewujudkan kenyamanan gerak terbang sebuah kapal bersayap wing in surface effect terhindar dari sticking dan ketidakstabilan gerak porpoising.

9 b. Tujuan khusus : 1) Melaksanakan pemodelan fisik gerak kapal bersayap di saat gerak planing menjelang lepas dari permukaan air (take off) melalui kegiatan eksperimen. 2) Melaksanakan kajian pengaruh perancangan desain badan kapal bersayap tanpa step terhadap gerak planing kapal bersayap menjelang lepas dari permukaan air (take off). 3) Melaksanakan pengembangan pendekatan Savitsky 1964 untuk digunakan pada komputasi gerak planing kapal bersayap dengan lambung dasar rata ber-step. 4) Melaksanakan kajian pemodelan numerik dengan pemanfaatan persamaan gerak hasil penelitian Collu et al (27) untuk gerak planing kapal bersayap sebelum lepas dari permukaan air (take off). 5) Melaksanakan kajian komputasional aliran fluida dinamik pada permukaan badan kapal bersayap untuk menambah informasi yang lebih rinci dalam pemodelan numerik, terutama pada kajian distribusi tekanan aliran terhadap permukaan badan kapal bersayap.

10 1.4 Batasan Masalah 1. Type konstruksi step kapal bersayap dalam disertasi ini adalah step type tunggal berbentuk lurus yang ada pada kapal bersayap WiSE 8 - BPPT; 2. Step mempunyai kedalaman 57 mm, atau mempunyai kedalaman 3 % dari lebar kapal. Besaran sudut deadrise dasar kapal 15. Sedang kemiringan lunas kapal dari letak step ke arah buritan kapal 6,5. 3. Gerak kapal bersayap yang diteliti hanya pada tahap gerak longitudinal lurus planing menjelang lepas dari permukaan air (take off), sehingga gerakan yang ditinjau adalah hanya gerak surge, heave, dan pitching saja. Gerak planing dengan nilai angka Froude F r > 1,2 (Savitsky, 1964) ini selanjutnya digunakan sebagai indikator atau sebagai batasan masalah untuk gerak kapal bersayap pra take off dalam disertasi ini. 4. Kecepatan uji maksimum untuk pelaksanaan eksperimen dalam kolam tarik di UPT BPPH, BPPT, adalah 6 m/detik atau sebanding dengan kecepatan kapal sebesar 32 knot. 5. Model uji hidrodinamik dibuat sebanyak 5 (lima) buah dengan variasi letak step sebanyak 4 variasi, sedangkan satu model uji lainnya tanpa step. Kelima buah model uji hidrodinamik tersebut mempunyai letak titik berat yang sama. 6. Uji aerodinamik di terowongan angin hanya dilakukan untuk memperoleh data berupa koefisien lift, koefisien drag dan koefisien momen pitching dari konfigurasi sayap dan ekor yang diperlukan bagi kelengkapan hasil uji hidrodinamik yang dibutuhkan. 7. Untuk pelaksanaan analisis numerik digunakan perangkat lunak Maxsurf, Matlab dan komputasi aliran fluida dinamik ANSYS.

11 1.5 Kegunaan Hasil Penelitian Bagi industri rancang bangun dan perekayasaan bangunan kapal yang ada di galangan-galangan kapal maupun di perusahaan jasa konsultan desain kapal, maka manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah bahwa dengan terlebih dahulu melakukan pemodelan numerik perancangan letak step suatu kapal bersayap sebelum melakukan pemodelan fisik akan memberikan penghematan waktu, tenaga, pemanfaatan peralatan, dan biaya dalam perancangan desain letak step; Untuk para insinyur bangunan kapal ataupun para naval arsitektur dan teknik penerbangan, maka hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran fenomena gerak kapal bersayap secara lebih rinci berdasarkan uji model fisik atau eksperimental dan pemodelan numerik yang dilakukan berdasarkan variasi letak step dan variasi kecepatan; Bagi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian ini sangat bermanfaat menambah pengetahuan hal baru yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan laju penguasaan dan pengembangan iptek perkapalan; Menjadi bahan masukan pengembangan regulasi kelas kapal, khususnya untuk pembangunan kapal bersayap; Membuka langkah pengembangan penelitian lebih lanjut untuk pemecahan masalah yang perlu dilakukan pada tahap berikutnya.

12 2. Tinjauan Pustaka : Gerak Kapal Bersayap Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) Savitsky et al Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) Tanpa Step Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) Savitsky, Collu et al Gerak Kapal Bersayap Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) dengan step Pers. Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) Hibrid aero-hidro Collu et al Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) ber-step (ukuran step), Husa Lift dan Drag Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) ber-step dgn Savitsky, Svans. Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) ber-step, Husa, Svans Letak Step utk Gerak Kapal Dasar Rata (Planing Craft) hidro-aero ber-step, Iskendar

13 2.1 Kapal Bersayap Konfigurasi kapal bersayap : Kapal bersayap mempunyai konfigurasi bentuk lambung berdasar rata (planing craft) kombinasi dengan dasar bentuk V, berkecepatan tinggi, dan memiliki sudut deadrise konstan, serta mempunyai tekuk tangga (step) di lambung dasarnya atau di bagian bawah lower fuselage; Kapal bersayap mempunyai komponen utama badan dan sayap maupun komponen lifting lainnya seperti ekor vertikal dan horisontal dalam bentuk konfigurasi yang aerodinamis mampu menimbulkan daya angkat (lift); Kapal bersayap mempunyai sistem kontrol gerak aerodinamik maupun hidrodinamik (air rudder, water rudder, aileron, elevator, dsb.); Kapal bersayap aero-hidrodinamik mempunyai sistem propulsi tenaga penggerak aerodinamik atau hidrodinamik (mesin, propeller, dsb.) (Iskendar, dkk., 21). STEP

14 2.2 Kopel gerak antara heave dan pitch (porpoising) berdasarkan pendekatan komputasional Savitsky Gerak heave dan pitch yang terjadi secara bersama-sama atau terjadi secara kopel, sering disebut dengan gerak porpoising. Kurva batasan porpoising kapal dasar rata Planing Hull (Savitsky, 1964; Martin, 1978; Faltinsen, 25).

15 2.3 Gerak surge dan sticking Gerak surge yang merupakan gerak yang mengikuti sumbu x atau sumbu lurus ke depan atau ke belakang adalah merupakan gerak utama bagi setiap kendaraan, demikian pula pada gerak kapal bersayap. Di saat gerak surge kapal bersayap teramati tidak bersama-sama dengan gerak heave maupun pitching, maka kapal bersayap tersebut mengalami sticking. Di saat kapal mengalami sticking, kapal tidak terangkat dari permukaan air. Hal ini dapat diamati bahwa gerak surge lebih dominan, sedangkan gerak heave maupun pitching tidak timbul secara berarti.

16 2.4 Pendekatan gabungan persamaan gerak hidro-aerodinamik (M Collu, 27-28) 1). Sistem Sumbu η 1 (t) Vo T(t) CG τ(t) o z x h T η 5 o η 3 ς ξ η 3 (t) η 1 h(t) τ Garis Air Gambar sistem sumbu Kapal Bersayap

17 2). Gaya dan momen yang bekerja pada kapal bersayap Gaya-gaya utama yang bekerja pada kapal bersayap pada kondisi seimbang : 1. Berat; 2. Gaya-gaya hidrostatik yang bekerja pada badan kapal saat kapal bergerak lambat; 3. Gaya-gaya hidrodinamika, yang bekerja pada lambung dasar rata di saat kapal bergerak dengan kecepatan tinggi; 4. Gaya-gaya aerodinamika yang bekerja pada permukaan kapal yang mempunyai efek aerodinamik; 5. Gaya-gaya aerodinamik dan hidrodinamik dari sistem kendali gerak (pada umumnya diasumsikan mempunyai besaran yang konstan dan tetap); 6. Gaya dari sistem propulsi aerodinamik atau hidrodinamik untuk memperoleh kecepatan gerak yang cukup (pada umumnya diasumsikan tetap dan dapat memelihara kecepatan yang konstan). 7. Gaya-gaya dari lingkungan gerak kapal (sibakan, gelombang, dsb.). F = F g + F a + F hs + F hd + F c + F p + F d di mana komponen setiap gaya-gaya tersebut di atas adalah sebagai berikut :

18 3). Persamaan Gerak Kapal Bersayap di mana A=Added Mass, B=Damping, C=Restoring, dan D=Ground Effect

19 3. Metodologi Penelitian KAJIAN ASPEK HIDRO- AERODINAMIKA DAN GERAKAN FASE PRA TAKE OFF PADA KAPAL BERSAYAP Kajian aspek Hidro aerodinamika dan gerak planing fase pra take off Bahan kajian : Kapal Bersayap WiSE-8 BPPT Sarana dan Prasarana Penelitian : Towing tank BPPH, Terowongan angin UPT LAGG, dan perangkat lunak Maxurf, Mathlab, dan ANSYS. 5 Variasi letak step dan 7 variasi kecepatan uji parameter pengamatan heave, pitch, surge dan Standar uji hidrodinamik ITTC dan aerodinamik NLR Teknik pemodelan fisik dan numerik untuk Kajian Pengaruh Letak Step Eksperimen dan Analisis numerik untuk validasi tidak Pemodelan Fisik (eksperimen uji tarik) ya Pemodelan Numerik dg Persamaan Gerak Collu tidak Pembahasan serta pengambilan kesimpulan dan saran ya Analisis dan Pembahasan Pengambilan kesimpulan

20 3.1 Pemodelan Fisik 1). Diagram alir Pemodelan Fisik Pemodelan Fisik (Eksperimental) Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian belakang letak titik berat kapal Variasi kecepatan Sarat kapal, Tahanan, Trim, Momen Heave, Pitching, Surge Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian belakang letak titik berat kapal Variasi kecepatan Sarat kapal, Tahanan, Trim, Momen Heave, Pitching, Surge Kapal bersayap dengan letak step tepat di bawah bagian letak titik berat kapal Variasi kecepatan Sarat kapal, Tahanan, Trim, Momen Heave, Pitching, Surge Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian depan letak titik berat kapal Variasi kecepatan Sarat kapal, Tahanan, Trim, Momen Heave, Pitching, Surge Kapal bersayap tanpa step Variasi kecepatan Sarat kapal, Tahanan, Trim, Momen Heave, Pitching, Surge

21 2). Ukuran Model untuk Pemodelan Fisik eksperimen Uji tarik Hidrodinamik Ukuran model uji tarik hidrodinamik mengacu kepada prosedur uji High Speed Marine Vehicles (HSMV) - ITTC Rasio lebar model uji kapal bersayap terhadap lebar kolam tarik harus lebih besar dari 1/7. Rasio panjang model uji terhadap lebar kolam tarik lebih besar dari ½ atau lebar kolam > dari 2 kali panjang model. Rasio antara sarat model uji terhadap kedalaman kolam lebih kecil dari,8 atau sarat kapal <,8 kedalaman kolam. Model uji aerodinamik di terowongan angin UPT-LAGG, dibuat satu buah dengan konfigurasi lengkap terdapat badan, sayap, dan ekor serta dengan letak step tepat di bawah letak titik berat kapal. Besaran model menyesuaikan ukuran ruang uji. Dengan memperhatikan ukuran utama kapal bersayap, maka ukuran model fisik untuk uji terowongan angin maksimal dapat dibuat dengan skala 1 : 6.

22 3.2. Pemodelan Numerik Dengan Persamaan Gerak Collu dan CFD 1). Diagram Alir Pemodelan Numerik Pemodelan Numerik Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian belakang letak titik berat kapal Variasi kecepatan Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian belakang letak titik berat kapal Variasi kecepatan Kapal bersayap dengan letak step tepat di bawah bagian letak titik berat kapal Variasi kecepatan Kapal bersayap dengan letak step di bawah bagian depan letak titik berat kapal Variasi kecepatan Heave, Pitching, Surge Tekanan permukaan Heave, Pitching, Surge Tekanan permukaan Heave, Pitching, Surge Tekanan permukaan Heave, Pitching, Surge Tekanan permukaan Kapal bersayap tanpa step Variasi kecepatan Heave, Pitching, Surge Tekanan permukaan

23 2). Komputasi Aliran Fluida Dinamik dengan requirements untuk Gerak Kapal Bersayap 1) Parameter dan derajat ketelitian yang diinginkan : Parameter model komputasi aliran fluida dinamik untuk keperluan melengkapi informasi hasil perhitungan numerik dalam bentuk visualisasi distribusi tekanan pada permukaan model kapal bersayap terutama untuk dasar kapal di sekitar lokasi step. Mengingat bentuk geometrik kapal bersayap yang demikian rumit, maka derajat ketelitian yang diambil dalam komputasi aliran fluida dinamik adalah derajat ketelitian ganda (double precision solver). 2) Model komputasional : Kapal bersayap WiSE dimodelkan dengan bentuk 3D dengan kondisi batas gerak aliran di 2 (dua) media air dan udara dengan batas media tepat pada garis air eksperimen. Elemen mesh yang dipakai adalah gabungan antara tri-pave dan quad pave. 3) Model fisik aliran : Model fisik aliran pada kasus gerak kapal bersayap dipilih inviscid dengan kondisi steady. Sedangkan fluida yang dipergunakan adalah gabungan antara compressible (udara) dan incompressible (air). Di atas garis air digunakan aliran fluida udara, sedangkan di bawah garis air adalah fluida air. 4) Prosedur yang digunakan : Penyelesaian komputasi aliran fluida dinamik gerak kapal bersayap WiSE dipilih dengan menggunakan formula solver dan parameter solusi standar yang mempunyai kecepatan lebih baik dalam memperoleh hasil yang konvergen, grid independence, serta sesuai dengan kemampuan komputer yang tersedia.

24 3). Langkah Pre-processor, Flow solver (solution), dan Post-processor No Model Top Max size Tetrahedral Inlet Bottom Kapal Outlet Wall Jumlah meshing 1 Chine ,629

25 4. Hasil, Analisis, dan Pembahasan Pemodelan Fisik Eksperimen Hidrodinamik 4.1. Obyek Kajian : Kapal bersayap Bidang ekor horisontal dan elevator Sayap Bidang ekor vertikal dan air rudder Badan Kapal Chine Step Pontoon Wing tip dan aileron Ukuran utama Panjang seluruh (Length over All) : 15,68 m. Tinggi : 4,19 m. Lebar seluruh (bentang sayap) : 14,69 m. Lebar lambung : 1.9 m.

26 4.2. Model uji hidrodinamik untuk pemodelan fisik 1). Ukuran Fuselage Model Uji Hidrodinamik Model Uji Nomor 1 Model Uji Nomor 2,9415 m 1,162 m CG 1,9 m CG 1,9 m 1,69 m 1,363 m 1,363 m 1,69 m Model Uji Nomor 3 Model Uji Nomor 4 1,9 m m 1,9 m 1,9 m CG CG 1,69 m 1,363 m 1.69 m m Model Uji Nomor m 1,9 m CG 1.69 m

27 2). Dimensi dasar model uji. Data ukuran lambung dan pontoon model uji nomor 1 s/d. 5. Ukuran Lambung Model Ponton pada sayap Loa (Panj seluruh) 2,25 m,34 m Lpp (Panj antara garis tegak) 1,69 m,34 m B (Lebar),27 m,11 m H (Tinggi),39 m,11 m T (Sarat),8 m,4 m β (sudut deadrise) 15 o 15 o Data ukuran sayap model uji. Lebar 2,1 m Luas 1,31 m 2 Aspek rasio 2 Type aerofoil Clark Y Letak sayap dari nose,65 m Data ukuran sayap ujung (winglet) Luas (kanan dan kiri),12 m 2 X 2 Sudut pasang winglet 45 o Profil Clark Y Data ukuran ekor tegak dan horizontal. Ekor tegak (Vertical Tail Plane) Luas (kanan dan kiri),11 m 2 X 2 Profil NACA 12 Sudut back sweep 45 o Sudut V ekor 53 o Ekor horizontal (Horizontal Tail Plane) Luas,33 m 2 Profil NACA 12

28 3). Pembuatan Model Uji Sistem Modul Modul dasar model uji nomor 4 Modul dasar model uji nomor 3 Modul dasar model uji nomor 2 Modul dasar model uji nomor 1 Modul dasar model uji nomor 5 Modul bagian dasar model uji dengan variasi letak step (IHL-UPT.BPPH-BPPT, 28). Modul utama dan bagian dasar model uji. Modul utama dan salah satu modul bagian dasar model uji dirakit. Modul utama lengkap dengan komponen sayap dirakit dengan salah satu modul dasar model uji. Model dirakit sesuai kebutuhan variasi uji (IHL-UPT.BPPH-BPPT, 28).

29 4). Set-up Model Uji Hidrodinamik

30 5). Program uji hidrodinamik Model kapal diuji tarik dengan pendekatan bare-appended resistance test, sehingga model kapal diuji lengkap dengan sayap ber-pontoon serta ekor tegak (VTP) dan horisontal (HTP) sesuai rancangan geometrik kapal bersayap. Uji tarik atau resistan-towing test dilakukan dengan fully captured force measurements, model kapal ditarik dengan towing carriage, total gaya longitudinal atau horisontal yang bekerja pada model diukur dengan towing dynamometer berdasarkan variasi kecepatan. Keterangkatan model uji baik di bagian depan maupun belakang kapal diukur dengan trim meter sehingga dapat dilihat kondisi trim kapal di saat diam maupun bergerak. Model kapal diuji dengan variasi kecepatan dari 16 s/d. 32 knot atau dengan kecepatan towing carriage 3,11 m/det s/d. 6,22 m/det untuk λ =1/7. Secara lebih rinci variasi kecepatan pada program uji ini mencakup kecepatan kapal 16; 2; 24; 26; 28; 3; dan 32 masing-masing dalam satuan knot.

31 4.3 Uji terowongan angin sebagai input hasil uji tarik hidrodinamik 1). Model uji terowongan angin dibuat dengan skala 1:6. Model uji WiSE-8 dihubungkan ke External Balance dengan menggunakan wing strut. Bagian ujung wing strut terdapat bayonet yang berhubungan langsung dengan bagian wing model. Dengan adanya bayonet, ketinggian wing kanan dan kiri dapat diatur sedemikian rupa sehingga wing kanan dan kiri tersebut mempunyai ketinggian yang sama. Model uji ditempatkan tepat berada di tengah test section, sehingga mempunyai jarak yang sama ke dinding test section sebelah kiri maupun kanan. Hal ini dilakukan dengan mengatur wing strut yang terpasang di External Balance. Konfigurasi pengujian dilakukan secara upside-up, bayonet dihubungkan dengan bagian upper wing, dan dihubungkan ke wing strut, juga dihubungkan ke External balance melalui pitching wire untuk pengaturan sudut serang (α). Model diberi preload yang dibebankan melalui preload wire sebesar 25 kg.

32 2). Visualisasi aliran dengan menggunakan wool tuft untuk konfigurasi WBNPVH, V = 4 m/s, ketinggian model 5 cm dari ground board Aliran udara pada konfigurasi uji menunjukkan aliran yang smooth tidak ditemukan adanya aliran separasi.

33 3). Hasil pengujian terowongan angin C L vs α, konfigurasi penuh dengan variasi ketinggian h. C D vs α, konfigurasi penuh dengan variasi ketinggian h C 2 L 1. m.3 8 m.6. m m 3 4 m 4.5. m 6 2 m a C D a m.3 m.6 m 1.5 m 3 m 4.5 m 6 m 1 2 C m vs α, konfigurasi penuh dengan variasi ketinggian h C L /C D vs α, konfigurasi penuh dengan variasi ketinggian h C m m.3 m.6 m 1.5 m 3 m 4.5 m 6 m 1 a C L / C D m.6 m 1.5 m 3 m m 6 2 m

34 4). Implementasi input untuk kajian hidrodinamik Untuk kecepatan gerak planing antara 3,11 m/det sampai dengan 6,22 m/det, harga MTOW = 32 kg, dan luas lifting surface (S) = 99,87 m 2, akan memperoleh gaya-gaya aerodinamik sebagai berikut: gaya angkat (L) = (376,66 ~ 156,65) N; drag (D) = (11,39 ~ 141,67) N; dan momen trim (M) =,279 Nm.

35 4.4 Hasil eksperimen uji tarik hidrodinamik 1). Skema ukuran model uji hidrodinamik L CG C LoA fuselage ds D L C L CS-i V cg τ Garis Air L K L St-i L KS-i Chine B β B Keel Spray root line Step

36 2). Hasil pengukuran uji tarik hidrodinamik Karakteristik trim Kurva perubahan sarat belakang (T ap ) Kurva perubahan sarat depan (T fp ) Kurva perubahan sudut trim (θ v ) Kurva koefisien momen trim (C M )

37 3). Karakteristik badan kapal tercelup air dilihat dari letak step Kurva panjang keel tercelup air (L K ) Kurva panjang chine tercelup air (L C ) Kurva panjang keel sampai step tercelup air (L KS ) Kurva panjang chine sampai step tercelup air (L CS )

38 4). Angka Rasio Karakteristik badan kapal tercelup air dilihat dari letak step Kurva rasio L C / L K Kurva rasio L CS / L KS Kurva perbandingan rasio L C /L K dengan rasio L CS / L KS

39 5). Karakteristik hidrodinamik Kurva luas permukaan basah (S) Kurva koefisien tahanan total (C T ) Kurva koefisien lift hidrodinamik (C L ) Kurva koefisien lift savitsky

40 Kurva heave Kurva pitching

41 A B 16 knot 32 knot Pengujian model tanpa step (A) dan dengan Model Uji Nomor 3 (B) berdasarkan variasi kecepatan. Terjadi sticking pada model uji tanpa step.

42 Hasil pengamatan visual kejadian porpoising dan sticking pada uji tarik Hidrodinamik model uji kapal bersayap WiSE-8. Kecepatan kapal (knot) Model uji Nomor 1 Model uji Nomor 2 Model uji Nomor 3 Model uji Nomor 4 Model uji Nomor 5 S P S P S P S P S P Keterangan tabel : S = Sticking. P = Porpoising. = Terjadi peristiwa sticking atau porpoising sesuai keterangan kolom.

43 Rasio besaran C L Model Uji No 1 s/d. 4 terhadap C L Model Uji No 5. Kecepatan (knot) (C L1-4 /C L5 ) Model uji Nomor 1 Model uji Nomor 2 Model uji Nomor 3 Model uji Nomor ,95,95,89,79 6,67 6,43 6,14 7,86 9,54 9,8 8,29 6,79 11,61 1,82 9,46 8,29 9,88 9,25 7,81 7,22 1,65 1,4 5,31 7,69 4,96 4,77 4,38 4,12

44 4.6 Pengembangan pendekatan komputasional gerak planing Savitsky untuk kapal bersayap WiSE-8 Kurva rasio besaran C Li terhadap C L Model Uji Nomor 5. Perbandingan hasil perhitungan berdasarkan pendekatan Savitsky 1964 dan hasil pemodelan fisik Model Uji Nomor 5 Koefisien Gaya Angkat Lift - (C L ),9,7,5,3, Kecepatan kapal (V) dalam knot. Koefisien Lift Savitsky Koefisien Lift Eksperimen Faktor pembeda antara kapal tanpa step dan kapal ber-step 12, Rasio koefisien lift C L 1 s/d 4 terhadap C L 5 1, 8, 6, 4, 2,, Kecepatan kapal (V) dalam knot Model Uji Nomor 1

45 4.7 Kesimpulan pengembangan komputasional gerak planing Savitsky 1964 untuk prediksi gerak kapal bersayap ber-step. Pendekatan komputasi gerak planing Savitsky 1964 secara umum masih dapat dikembangkan untuk pendekatan komputasi yang sangat sederhana dalam memprediksi gerak planing pada kapal berlambung dasar rata ber-step, yaitu dengan mempertimbangkan keberadaan letak step berdasarkan karakteristik badan kapal yang tercelup dalam air. Sehingga pada implementasinya dapat digunakan untuk memprediksi gerak planing kapal bersayap ber-step sebelum lepas dari permukaan air. Kurva Angka Froude

46 5.1 Hasil pemodelan numerik dengan Persamaan Collu 1). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 16 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 16 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

47 2). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 2 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 2 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

48 3). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 24 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 24 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

49 4). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 26 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 26 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

50 5). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 28 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 28 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

51 6). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 3 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 3 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

52 7). Prediksi amplitudo gerak kapal bersayap pada kecepatan 32 knot untuk Model Uji Nomor 1 s/d. 5. SURGE (m) V = 32 knot MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL HEAVE (m) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL PITCH (deg) MODEL-1 MODEL-2 MODEL-3 MODEL-4 MODEL t sec

53 5.2 Hasil komputasi aliran fluida dinamik berdasarkan variasi letak step dan Kecepatan kapal 1). Visualisasi distribusi tekanan pada permukaan badan kapal bersayap bagian atas (A), bawah (B), dan di sekitar step (C) berdasarkan geometri Model Uji 1 pada kecepatan kapal 16 dan 32 knot V= 16 Knot A B C V = 32 Knot

54 2). Visualisasi distribusi tekanan pada permukaan badan kapal bersayap bagian atas (A), bagian bawah (B), dan di sekitar step (C) berdasarkan geometri Model Uji 3 pada kecepatan kapal 16 dan 32 knot. V= 16 Knot A B C V = 32 Knot

55 3). Visualisasi distribusi tekanan pada permukaan badan kapal bersayap bagian atas (A), bagian bawah (B), dan di sekitar step (C) berdasarkan geometri Model Uji 4 pada kecepatan kapal 16 dan 32 knot. V= 16 Knot A B C V = 32 Knot

56 4). Visualisasi distribusi tekanan pada permukaan badan kapal bersayap bagian atas (A), bagian bawah (B), dan di sekitar step (C) berdasarkan geometri Model Uji 5 pada kecepatan kapal 16 dan 32 knot. V= 16 Knot A B C V = 32 Knot

57 5.3 Perbandingan gerak heave dan pitch kapal bersayap antara hasil pemodelan numerik dan pemodelan fisik eksperimen setiap model uji.

58 5.4 Aspek Hidro-aerodinamika Gerak Kapal Bersayap Kapal bersayap WiSE mempunyai konfigurasi bentuk lambung berdasar rata (planing craft) kombinasi dengan dasar bentuk V, dan memiliki sudut deadrise konstan, serta mempunyai tekuk tangga (step) di lambung dasarnya atau di bagian bawah lower fuselage, menyebabkan gerak kapal bersayap pada kecepatan tinggi mendapatkan gaya angkat hidrodinamik dan aerodinamik, terlepas dari peristiwa sticking, terutama di saat menjelang lepas dari permukaan air; dan pada peletakan step yang tepat di bawah titik berat kapal bersayap menyebabkan kapal bersayap ini dapat terhindar dari peristiwa gerak porpoising; Hal ini mengungkap pendekatan komputasi numerik Savitsky 1964 dapat dikembangkan lagi untuk komputasi gerak planing craft ber-step; Kapal bersayap WiSE mempunyai komponen utama badan dan sayap tetap (fixed wing) maupun komponen lifting lainnya seperti ekor vertikal dan horisontal dalam bentuk konfigurasi yang aerodinamis mampu menimbulkan daya angkat (lift) dan surface effect, hal ini memungkinkan kapal bersayap pada kecepatan tinggi dapat terbang dengan surface effect; Kapal bersayap WiSE mempunyai sistem kontrol gerak aerodinamik maupun hidrodinamik (air rudder, water rudder, aileron, elevator, dsb.) menjadikan kapal bersayap dapat berolah gerak di air di saat gerak mengapung di air maupun di udara di saat gerak dengan surface effect; Kapal bersayap aero-hidrodinamik mempunyai sistem propulsi tenaga penggerak aerodinamik atau hidrodinamik (mesin, propeller, thruster dsb) menjadikan kapal bersayap WiSE dapat bergerak di media air dan udara permukaan; Secara lebih rinci, kemampuan gerak kapal bersayap karena gaya dorong dan gaya-gaya hidro-aerodinamika yang timbul dan bekerja padanya dapat menyebabkan terbang dengan surface effect sebagaimana telah dimodelkan secara fisik maupun numerik, terutama pada fase gerak pra take off.

59 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Gerak kapal bersayap WiSE-8 sebelum lepas dari permukaan air berupa gerak heave (η 3 ), pitching (η 5 ), dan surge (η 1 ) yang diamati berdasarkan konfigurasi geometri kapal bersayap WiSE-8 dan berdasarkan karakteristik trim (T fp, T ap, τ, M T ); karakteristik badan kapal yang tercelup air (L K, L C, L KS, L CS, L C /L K, L CS /L KS, L ST, L SCG ); dan karakteristik hidrodinamika dan aerodinamika (S, C RT, C L hidrodinamik, C L aerodinamik, C MT, C T ), kondisinya sangat dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut : 1) Ada dan tidak adanya step pada konstruksi dasar lambung kapal bersayap; 2) Posisi letak step terhadap letak titik berat kapal (CG) yang ditunjukkan oleh parameter L K, L C, L KS, L CS L ST, L SCG ; 3) Besarnya kecepatan (V) planing atau angka Froude (Fr).

60 Adapun masing-masing hal yang mempengaruhi gerak kapal bersayap tersebut di atas dapat diungkapkan sebagai berikut : 1) Dengan diberi step pada konstruksi dasar lambung kapal bersayap, maka terungkap bahwa pada kapal bersayap dengan konstruksi step cenderung semakin mudah timbul heave, maupun pitch, sedangkan gerak surge tidak terjadi osilasi. 2) Apabila letak step berada pada posisi semakin jauh ke depan dari letak titik berat kapal, maka terungkap bahwa pada kecepatan planing semakin tinggi sampai 24 knot, teramati bahwa gerak heave, kapal terangkat semakin tinggi, setelah itu turun landai, peningkatan gerak pitch terjadi, yaitu dengan peningkatan sudut trim, setelah itu sudut trim mengecil datar. Sedangkan gerak surge terus terjadi lurus normal. Kondisi tersebut teramati timbulnya ketidakstabilan gerak porpoising. Sticking tidak terjadi. 3) Apabila letak step tepat di bawah letak titik berat kapal, maka terungkap bahwa pada kecepatan planing semakin tinggi sampai dengan 24 knot, gerak heave semakin tinggi dengan incremental yang kecil setelah itu turun landai. Gerak pitch terjadi peningkatan yang relatif merendah, setelah itu datar. Gerak surge terus terjadi lurus normal. Gerak porpoising tidak timbul. Sticking tidak terjadi. 4) Apabila letak step berada di bawah dan pada posisi semakin jauh ke belakang dari letak titik berat kapal, maka terungkap bahwa pada kecepatan sampai dengan 24 knot, gerak heave kapal cenderung tidak terangkat, bahkan turun landai; gerak pitch terjadi sedikit peningkatan sudut trim, setelah itu mengecil datar; gerak surge terus terjadi lurus normal; gerak porpoising tidak terjadi; gerak cenderung semakin Sticking.

61 5) Pengaruh perancangan desain badan kapal bersayap tanpa step terhadap gerak kapal bersayap WiSE-8 terungkap bahwa pada kecepatan planing semakin tinggi sarat depan dan sarat belakang cenderung semakin tetap bertahan pada posisinya, sudut trim semakin kecil, besaran momen trim atau momen pitching cenderung semakin rendah; heave dan pitch relatif sangat kecil; surge tidak terjadi osilasi. Porpoising tidak terlihat. Gerak kapal bersayap semakin terlihat Sticking secara nyata. 6) Persamaan gerak hasil penelitian Collu et al (27) untuk pemodelan numerik kecepatan planing kapal bersayap WiSE-8 sebelum lepas dari permukaan air (take off) secara nyata dapat dimanfaatkan untuk mengungkap gerak kapal bersayap. Pemodelan fisik eksperimen uji tarik tervalidasi secara nyata dengan persamaan Collu. Penyimpangan nilai parameter gerak heave, dan pitch antara ke dua pemodelan tersebut hanya berkisar + 5%. Hasil komplementer berupa pengembangan pendekatan komputasi gerak planing Savitsky 1964 diperoleh. Komputasi gerak planing dengan pendekatan Savitsky 1964 mempunyai peluang untuk dimanfaatkan bagi analisis gerak kapal bersayap ber-step. Dengan menambahkan input letak step yang mempertimbangkan karakteristik badan kapal yang tercelup air dan kecepatan sebagai faktor koreksi, maka kondisi ketidakstabilan gerak planing kapal berstep berupa porpoising dapat diprediksi.

62 6.2 Saran 1. Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan penelitian-penelitian yang mempunyai tujuan mengangkat nilai parameter yang universal hasil penelitian gerak kapal bersayap ke dalam bentuk penelitian dasar yang pada akhirnya dapat digunakan untuk dimanfaatkan pada setiap perancangan kapal bersayap untuk berbagai bentuk dan ukuran. Sebagai contoh hal ini dapat dilanjutkan dan dikembangkan penelitian konfigurasi step dengan bentuk dasar prismatik. 2. Efisiensi waktu akan diperoleh dengan pemodelan numerik yang dimanfaatkan lebih awal di dalam perancangan penentuan letak step dalam suatu perancangan kapal bersayap. 3. Untuk kapal bersayap tanpa step memperlihatkan kecenderungan gerak yang sulit lepas dari permukaan air (take off), selalu terjadi sticking. Dengan demikian pada pengujian ataupun penelitian kapal bersayap berikutnya ada baiknya tidak perlu ada alternatif uji tanpa step. Sehingga pengujian model kapal bersayap tanpa step berikutnya dapat ditiadakan. 4. Nilai parameter universal dari hasil pemodelan numerik untuk rancang bangun kapal bersayap model uji 3 dengan bentuk dan konfigurasi kapal yang serupa, maka hasil ini dapat dijadikan pedoman perancangan letak step kapal bersayap di masa mendatang.

63 Terima Kasih

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam Bab 6 yang merupakan bab kesimpulan dan saran, diutarakan penjelasan pengungkapan fenomena gerak kapal bersayap WiSE-8 di kecepatan planing (V) menjelang lepas dari permukaan

Lebih terperinci

UJI TARIK HIDRODINAMIKMODEL KAPAL BERSAYAP WiSE DENGAN LAMBUNG DASAR BERSTEP

UJI TARIK HIDRODINAMIKMODEL KAPAL BERSAYAP WiSE DENGAN LAMBUNG DASAR BERSTEP UJI TARIK HIDRODINAMIKMODEL KAPAL BERSAYAP WiSE DENGAN LAMBUNG DASAR BERSTEP Iskendar *, Andi Jamaluddin **, Paulus Indiyono *** *) Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi, Kedeputian Teknologi

Lebih terperinci

UJI AERODINAMIK MODEL KAPAL BERSAYAP WING IN SURFACE EFFECT SEBAGAI INPUT KAJIAN GERAK PLANNING MENJELANG TAKE-OFF

UJI AERODINAMIK MODEL KAPAL BERSAYAP WING IN SURFACE EFFECT SEBAGAI INPUT KAJIAN GERAK PLANNING MENJELANG TAKE-OFF UJI AERODINAMIK MODEL KAPAL BERSAYAP WING IN SURFACE EFFECT SEBAGAI INPUT KAJIAN GERAK PLANNING MENJELANG TAKE-OFF Iskendar *), A. Farid Widodo **), Taufiq Mulyanto ***), Paulus Indiyono ****) *)Perekayasa

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 0012 DAN NACA 0018

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 0012 DAN NACA 0018 Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 213 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH GAYA GELOMBANG LAUT TERHADAP PEMBANGKITAN GAYA THRUST HYDROFOIL SERI NACA 12 DAN NACA 18 Ika Nur Jannah 1*) dan Syahroni Hidayat

Lebih terperinci

KAJIAN HIDRODINAMIKA PENGARUH PELETAKAN SPRAY-STRAKE PADA KAPAL PATROLI CEPAT TIPE PLANING HULL

KAJIAN HIDRODINAMIKA PENGARUH PELETAKAN SPRAY-STRAKE PADA KAPAL PATROLI CEPAT TIPE PLANING HULL Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan Volume 7, Nomor, September 009 KAJIAN HIDRODINAMIKA PENGARUH PELETAKAN SPRAY-STRAKE PADA KAPAL PATROLI CEPAT TIPE PLANING HULL Andi Haris Muhammad Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT GLADHI DWI SAPUTRA 2111 030 013 DOSEN PEMBIMBING DEDY ZULHIDAYAT NOOR, ST, MT, PhD PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara disepanjang bentuk body mobil. Streamline adalah

Lebih terperinci

PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN

PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN PREDIKSI TAHANAN KAPAL CEPAT DOLPIN DENGAN METODE EKSPERIMEN Rosmani, A. Haris Muhammad, Muh. Algan Prog. Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-13 Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin Rahmat Taufiqurrahman dan Vivien Suphandani

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT

KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Gunawan Wijiatmoko 1) Meedy Kooshartoyo 2) 1,2

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA Triyanti Irmiyana (1), Surjo W. Adji (2), Amiadji (3), Jurusan Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 SUBYEK PENELITIAN Pengerjaan penelitian dalam tugas akhir ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan truk dengan penambahan pada bagian atap

Lebih terperinci

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan

Lebih terperinci

Perbandingan Variasi Bidang Trim tab Pada Kapal Pilot Boat 15,85 meter dengan mengunakan Pendekatan CFD

Perbandingan Variasi Bidang Trim tab Pada Kapal Pilot Boat 15,85 meter dengan mengunakan Pendekatan CFD JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-35 Perbandingan Variasi Bidang Trim tab Pada Kapal Pilot Boat 15,85 meter dengan mengunakan Pendekatan CFD Aditya Agung Hari Priyono, I Ketut

Lebih terperinci

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-104 Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD Prima Ihda Kusuma Wardana, I Ketut Aria Pria Utama Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD

Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD Studi Desain Model Konfigurasi Lambung pada Kapal Trimaran dengan bantuan CFD TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Oleh: M. Cahyo Adi N

Lebih terperinci

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK ARIF AULIA RAHHMAN 2109.100.124 DOSEN PEMBIMBING NUR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD TUGAS AKHIR oleh : Taufik Ahmad Dahlan 4109 100 060 JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah manufaktur pesawat terbang, desain dan analisis awal sangatlah dibutuhkan sebelum pesawat terbang difabrikasi menjadi bentuk nyata sebuah pesawat yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

Analisa Hambatan dan Pitching Moment Equilibrium Pada Kapal Planing Jenis Monohull With Tranverse Step Pada Perairan Calm Water

Analisa Hambatan dan Pitching Moment Equilibrium Pada Kapal Planing Jenis Monohull With Tranverse Step Pada Perairan Calm Water JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 53 Analisa Hambatan dan Pitching Moment Equilibrium Pada Kapal Planing Jenis Monohull With Tranverse Step Pada Perairan Calm Water

Lebih terperinci

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd)

Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics (Cfd) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-402 Analisa Sudut Serang Hidrofoil Terhadap Gaya Angkat Kapal Trimaran Hidrofoil Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamics

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

BAB I PENDAHULUAN. mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan. relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada kendaraan mobil dan alat transportasi lainnya disebabkan adanya gerakan relatif dari udara disepanjang bentuk body kendaraan.

Lebih terperinci

KOMPONEN GAYA HAMBATAN KAPAL CEPAT

KOMPONEN GAYA HAMBATAN KAPAL CEPAT KOMPONEN GAYA HAMBATAN KAPAL CEPAT Iskendar Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi, Kedeputian Bidang TIRBR, BPPT Abstract Ship resistance is very importance to learn as we need to calculate

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD

ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD ANALISA PENGARUH PELETAKAN OVERLAPPING PROPELLER DENGAN PENDEKATAN CFD Mokhammad Fakhrur Rizal *) Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD **) Irfan Syarif Arief, ST. MT **) *) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

POWER UNTUK MENGGERAKKAN KATAMARAN

POWER UNTUK MENGGERAKKAN KATAMARAN PRESENTASI TUGAS AKHIR STUDI SISTEM MEKANISME WAVE POWER UNTUK MENGGERAKKAN Di susun oleh : Andrianadi Yoghi KATAMARAN Dosen Pembimbing : Prof.Ir. I Ketut Aria Pria Utama, MSc. Ph.D Ir. Murdijanto, M.

Lebih terperinci

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR DAFTAR NOTASI η = vektor orientasi arah x = posisi surge (m) y = posisi sway (m) z = posisi heave (m) φ = sudut roll (rad) θ = sudut pitch (rad) ψ = sudut yaw (rad) ψ = sudut yaw frekuensi rendah (rad)

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius Bambang Arip Dwiyantoro*, Vivien Suphandani dan Rahman Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aerodinamika merupakan ilmu dasar ketika membahas tentang prinsip pesawat terbang. Dan salah satu pembahasan dalam ilmu aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull

Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-346 Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull Mochamad Adhan Fathoni, Aries

Lebih terperinci

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D STUDI NUMERIK PENGARUH VARIASI REYNOLDS NUMBER DAN RICHARDSON NUMBER PADA KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER) oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP. 2112105028

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3)

PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3) PRESENTASI TUGAS AKHIR (P3) OLEH : AHMAD ADILAH 4310 100 012 DOSEN PEMBIMBING : 1. Prof. Eko Budi Djatmiko, M. Sc., Ph. D 2. Dr. Eng. Rudi Walujo Prastianto, ST., MT. Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci

ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD

ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD Dosen pembiming: Dr. Ridho Hantoro, ST., MT. NIP. 197612232005011001

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Hambatan Dan Olah Gerak PVC

Lebih terperinci

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT 6.2.16 Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil itu sendiri. Airfoil pada pesawat terbang digunakan

Lebih terperinci

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang

Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN Sulistyo Atmadi Pencliti Pusat Teknologi Dirgantara Terapan. LAPAN i ABSTRACT In an effort to improve flow

Lebih terperinci

M.Mustaghfirin Ir. Wisnu W, SE, M.Sc, Ph.D Yoyok Setyo Hadiwidodo,ST.,MT

M.Mustaghfirin Ir. Wisnu W, SE, M.Sc, Ph.D Yoyok Setyo Hadiwidodo,ST.,MT M.Mustaghfirin 4307.100.095 Ir. Wisnu W, SE, M.Sc, Ph.D Yoyok Setyo Hadiwidodo,ST.,MT Kapal Perang Crocodile- Hydrofoil (KPC-H) kapal selam dan kapal hidrofoil karena sifatnya yang multifungsi, relatif

Lebih terperinci

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir. STUDI NUMERIK PENGARUH KELENGKUNGAN SEGMEN KONTUR BAGIAN DEPAN TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI AIRFOIL TIDAK SIMETRIS ( DENGAN ANGLE OF ATTACK = 0, 4, 8, dan 12 ) Dosen Pembimbing Dr. Ir.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Analisa Pengaruh Geometri Lunas Berbentuk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL

PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL PEMANFAATAN TEKNOLOGI DIMPLE PADA LAMBUNG KAPAL UNTUK MENGURANGI TAHANAN KAPAL Dhani Mishbah Firmanullah 1), M Wahyu Firmansyah 2), Fandhika Putera Santoso 3) Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm Simulasi dan Perhitungan Spin Roket... (Ahmad Jamaludin Fitroh et al.) SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 00 mm Ahmad Jamaludin Fitroh *), Saeri **) *) Peneliti Aerodinamika, LAPAN

Lebih terperinci

Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular

Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular G8 Analisis Sloshing 2D pada Dinding Tangki Tipe Membran Kapal LNG Akibat Gerakan Rolling di Gelombang Regular Ericson Estrada Sipayung, I Ketut Suastika, Aries Sulisetyono Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN ANALISA PENGARUH TAPER RASIO TERHADAP EFISIENSI AERODINAMIKA DAN EFEKTIFITAS TWIST ANGLE PADA DESAIN SAYAP SEKELAS CESSNA 162 MENGGUNAKAN SOFTWARE FLUENT Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Oleh : Lintang Madi Sudiro 2106 100 130 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

OLEH : Firmansyah Raharja NRP Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Wisnu Wardhana, SE., M.

OLEH : Firmansyah Raharja NRP Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.Sc., Ph.D. Dr. Ir. Wisnu Wardhana, SE., M. Sidang (P-3) Tugas Akhir Teknik Kelautan, FTK, Surabaya 2014 Studi Karakteristik Respon Struktur Akibat Eksitasi Gelombang pada Anjungan Pengeboran Semi-Submersible dengan Tiga Kolom Miring dan Pontoon

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA Penjelasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi perangkat lunak X-Plane yang digunakan sebagai alat bantu pada rancang bangun sistem rekonstruksi

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL Jurusan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT BAB 4 PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT 4. Perhitungan Parameter Aerodinamika Roket Polyot Menggunakan Digital Datcom dan Missile Datcom Roket Polyot dalam operasinya memiliki lintas terbang

Lebih terperinci

Perubahan Hambatan Viskos Kapal Katamaran akibat Variasi Yaw Angel dengan Simulasi Numerik

Perubahan Hambatan Viskos Kapal Katamaran akibat Variasi Yaw Angel dengan Simulasi Numerik Perubahan Hambatan Viskos Kapal Katamaran akibat Variasi Yaw Angel dengan Simulasi Numerik Tebiary Lepinus 1 *, Ronald Mangasi Hutauruk 2 Pengajar Akademi Maritim Maluku, Ambon, Indonesia 1* e-mail: tebiarylepinus@yahoo.co.id

Lebih terperinci

STUDI NACA 0024 DAN 2624 SEBAGAI MEKANISME PENGGERAK KAPAL KECIL (BOAT) 12,2 M DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI GELOMBANG AIR LAUT

STUDI NACA 0024 DAN 2624 SEBAGAI MEKANISME PENGGERAK KAPAL KECIL (BOAT) 12,2 M DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI GELOMBANG AIR LAUT STUDI NACA 0024 DAN 2624 SEBAGAI MEKANISME PENGGERAK KAPAL KECIL (BOAT) 12,2 M DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI GELOMBANG AIR LAUT Purwo Joko Suranto, Iswadi Nur Pengajar pada Jurusan Teknik Perkapalan email:

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT MASUK TRIM TAB PADA FAST PATROL BOAT 60 METER MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

PENGARUH VARIASI SUDUT MASUK TRIM TAB PADA FAST PATROL BOAT 60 METER MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD PENGARUH VARIASI SUDUT MASUK TRIM TAB PADA FAST PATROL BOAT 60 METER MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD Maria Margareta Z. B. (1*), Priyagung Harda Rukmono (1), Minto Basuki (1) Jurusan Teknik Perkapalan (1) (ITATS)

Lebih terperinci

IRVAN DARMAWAN X

IRVAN DARMAWAN X OPTIMASI DESAIN PEMBAGI ALIRAN UDARA DAN ANALISIS ALIRAN UDARA MELALUI PEMBAGI ALIRAN UDARA SERTA INTEGRASI KEDALAM SISTEM INTEGRATED CIRCULAR HOVERCRAFT PROTO X-1 SKRIPSI Oleh IRVAN DARMAWAN 04 04 02

Lebih terperinci

ANALISA HAMBATAN AKIBAT PENAMBAHAN STERN FLAP PADA KAPAL KRI TODAK MENGGUNAKAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

ANALISA HAMBATAN AKIBAT PENAMBAHAN STERN FLAP PADA KAPAL KRI TODAK MENGGUNAKAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) ANALISA HAMBATAN AKIBAT PENAMBAHAN STERN FLAP PADA KAPAL KRI TODAK MENGGUNAKAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) Jefri Harumbinang 1, Deddy Chrismianto 1, Eko Sasmito Hadi 1 1) Departemen Teknik

Lebih terperinci

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG

KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG KAJIAN KEKUATAN KOLOM-PONTON SEMISUBMERSIBLE DENGAN KONFIGURASI DELAPAN KOLOM BERPENAMPANG PERSEGI EMPAT AKIBAT EKSITASI GELOMBANG YOSIA PRAKOSO 4310 100 017 PEMBIMBING: Prof. Ir. Eko Budi Djatmiko, M.

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN FERRY HEMAT BAHAN BAKAR UNTUK WILAYAH MALUKU

STUDI PERANCANGAN FERRY HEMAT BAHAN BAKAR UNTUK WILAYAH MALUKU STUDI PERANCANGAN FERRY HEMAT BAHAN BAKAR UNTUK WILAYAH MALUKU Oleh : Aldomoro F B Sitorus NRP. 4105100077 Dosen Pembimbing : Aries Sulisetyono, S.T., M.A.Sc, Ph.D NIP. 19710320 199512 1 002 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-322 Analisa Pengaruh Kedalaman, Arus, Serta

Lebih terperinci

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT BAB SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT. Pendahuluan Simulasi gerak wahana peluncur Polyot dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Simulink Matlab 7.. Dalam simulasi gerak ini dimodelkan gerak roket

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI BENTUK BURITAN KAPAL TERHADAP HAMBATAN TOTAL MENGGUNAKAN METODE CFD

PENGARUH VARIASI BENTUK BURITAN KAPAL TERHADAP HAMBATAN TOTAL MENGGUNAKAN METODE CFD PENGARUH VARIASI BENTUK BURITAN KAPAL TERHADAP HAMBATAN TOTAL MENGGUNAKAN METODE CFD 1) Deddy Chrismianto, Berlian Arswendo A 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bila berbicara mengenai masalah aerodinamika, maka dalam pikiran terlintas mengenai ilmu mekanika fluida, dimana disitu terdapat pembahasan mengenai dinamika fluida.

Lebih terperinci

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap

Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit I Oktober 213 Terbit 71 halaman Peningkatan Koefisien Gaya Angkat Aerofoil Kennedy-Marsden dengan Zap Flap Catur Setyawan K 1., Djoko Sardjadi 2

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis

Lebih terperinci

Perancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan

Perancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan Perancangan Buoy Mooring System Untuk Loading Unloading Aframax Tanker Di Terminal Kilang Minyak Balongan OLEH: REZHA AFRIYANSYAH 4109100018 DOSEN PEMBIMBING IR. WASIS DWI ARYAWAN, M.SC., PH.D. NAVAL ARCHITECTURE

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN PADA SAYAP HORIZONTAL BAGIAN EKOR AEROMODELLING

ANALISIS TEGANGAN PADA SAYAP HORIZONTAL BAGIAN EKOR AEROMODELLING ANALISIS TEGANGAN PADA SAYAP HORIZONTAL BAGIAN EKOR AEROMODELLING TIPE GLIDER AKIBAT LAJU ALIRAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE BERBASIS COMPUTIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) Ricky Surya Miraza 1, Ikhwansyah

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Hampir sebagian besar industri-industri yang bergerak dibidang penyimpanan dan pengiriman

Lebih terperinci

Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine; Studi Kasus: KM Maju

Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine; Studi Kasus: KM Maju Abstrak Analisis Ukuran dan Bentuk Layar Kapal Ikan Jenis Purse Seine; Studi Kasus: KM Maju Yogi Rianto dan Ahmad Nasirudin Jurusan Teknik Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK

PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT ABSTRAK PENGARUH PANJANG CEROBONG DAN SUDUT BLADE TERHADAP DAYA THRUST PADA HOVERCRAFT Ahmad Chudori 1), Naif Fuhaid 2), Achmad Farid 3). ABSTRAK Hovercraft adalah suatu kendaraan atau alat transportasi yang berjalan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) TUGAS AKHIR STUDI WINGLET NACA 2409 MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4. TUGAS AKHIR (KONVERSI ENERGI) TM 091486 STUDI EKSPERIMENTAL DAN NUMERIK KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI PRISMA TERPANCUNG Dengan PANJANG CHORD (L/A) = 4 tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD

ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD ANALISA ALIRAN DAN TEKANAN PADA BULBOUS BOW DENGAN DIMPLE (CEKUNGAN) MENGGUNAKAN PENDEKATAN CFD Oleh Achmad Irfan Santoso 1), Irfan Syarif Arief ST, MT 2), Ir. Toni Bambang Musriyadi, PGD. 2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

UPN "VETERAN" JAKARTA

UPN VETERAN JAKARTA STUDI SISTEM MEKANISME WAVE POWER PENGGERAK KATAMARAN MENGGUNAKAN WINGS NACA SIMETRIS DAN ASIMETRIS Purwo Joko Suranto Pengajar pada Jurusan Teknik Perkapalan email: jekdoank@gmail.com Abstrak Sistem mekanisme

Lebih terperinci

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG Gunawan Wijiatmoko 1 1 Staf Sub Bidang Teknik Rekayasa Informatika dan Elektronik (TRIE), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Turbin Angin Bila terdapat suatu mesin dengan sudu berputar yang dapat mengonversikan energi kinetik angin menjadi energi mekanik maka disebut juga turbin angin. Jika energi

Lebih terperinci

Analisis Drag dan Lift pada Variasi Bentuk After Body Kapal Selam Mini dengan Metode Computational Fluid Dynamics

Analisis Drag dan Lift pada Variasi Bentuk After Body Kapal Selam Mini dengan Metode Computational Fluid Dynamics R E.M. (Rekayasa Energi Manufaktur) Jurnal! "" # $ $% & % " % '! " () http://dx.doi.org/ 10.21070/r.e.m.v2i1.755 Analisis Drag dan Lift pada Variasi Bentuk After Body Kapal Selam Mini dengan Metode Computational

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah. BAB IV ANALISA DATA 4.1 Umum Pada bab ini menguraikan langkah-langkah dalam pengolahan data-data yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang didapatkan, mewakili keseluruhan data sistem yang digunakan

Lebih terperinci

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah Maria F. Soetanto (1) dan Asri Yusnita (2) (1) Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga,

Lebih terperinci

GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang

GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang GAYA ANGKAT PESAWAT Untuk mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang 1. Pendahuluan Pesawat terbang modern sudah menggunakan mesin jet, namun prinsip terbangnya masih menggunakan ilmu gaya udara seperti

Lebih terperinci

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB IV PROSES SIMULASI BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT.

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT. KALTIM PRIMA COAL Chairul Anwar 2107100021 Dosen Pembimbing : NUR IKHWAN, ST., M. Eng.

Lebih terperinci

Perhitungan Wave Making Resistance pada Kapal Katamaran dengan Menggunakan CFD

Perhitungan Wave Making Resistance pada Kapal Katamaran dengan Menggunakan CFD JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 212) ISSN: 231-9271 G-3 Perhitungan Wave Making Resistance pada Kapal Katamaran dengan Menggunakan CFD Ludi Nooryadi, Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail. Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2)

Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail. Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2) Pengujian Aerodinamika Model Uji Pesawat Udara Nir Awak dengan Empennage berjenis V-Tail INTISARI Gunawan Wijiatmoko 1), Yanto Daryanto 2) 1) Sub Bid. TRIE, BBTA3, BPPT 2) Balai Layanan Teknologi Aerodinamika,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI ADITYA SAYUDHA. P NRP. 2107 100 082 PEMBIMBING Ir. KADARISMAN NIP. 194901091974121001 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang Gaya-gaya utama yang berlaku pada pesawat terbang pada saat terbang dalam keadaan lurus dan datar (straight and level flight). Serta dalam keadaan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Studi Pengaruh Bentuk Rumah Pada Buritan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-139 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-139 RANCANGAN NOZZLE WATERJET UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN RENANG PADA TANK BMP-3F (INFANTRY FIGHTING VEHICLE) Wardanu, Y.S.,

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT

PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP POLA ALIRAN DAN POWERING PADA KAPAL PERAIRAN SUNGAI DAN LAUT Sahlan 1), Baharuddin Ali 1), Wibowo HN 1), A. Bisri 1), Berlian A. 2) 1 Unit Pelaksana Teknis Balai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance Oleh: Yopi Novita 1 *, Budhi H. Iskandar 1 Diterima: 14 Februari

Lebih terperinci

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE) Adhana Tito 2411106007 Dosen Pembimbing : Dr.Gunawan Nugroho, S.T,M.T. NIPN. 1977 11272002

Lebih terperinci

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER

ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER ANALISA GERAKAN SEAKEEPING KAPAL PADA GELOMBANG REGULER Parlindungan Manik Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Ada enam macam gerakan kapal dilaut yaitu tiga

Lebih terperinci