PADI GOGO AROMATIK INPAGO UNSOED-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PADI GOGO AROMATIK INPAGO UNSOED-1"

Transkripsi

1 TUGAS MATA KULIAH INOVASI BUDIDAYA PERTANIAN PADI GOGO AROMATIK INPAGO UNSOED-1 Oleh: GREGORIUS WIDODO ADHI PRASETYO A2A KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI PASCASARJANA AGRONOMI PURWOKERTO 2016

2 I. PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan terjasinya peningkatan kebutuhan pangan khususnya beras. Padi merupakan komoditas pertama untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia mengingat mayoritas penduduk Indonesia memakan nasi.namun demikian, adanya perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi non pertanian menyebabkan produksi bahan pangan ini mengalami penurunan pula (Rahayu et al., Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan pangan maka pertanian di lahan kering merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan. Rusmawan (2015) menyatakan bahwa lahan kering merupakan lahan yang memiliki potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk ekstenfikasi padi gogo. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Indonesia memiliki lahan kering dengan luasan lebih dari 55,6 juta ha. Potensi lahan kering Indonesia yang luas ini belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan cenderung tidak mendapat perhatian serius. Menurut Rahayu et al. (2006), padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Akan tetapi, upaya ini menghadapi kendala antara lain: 1) produktivitas padi gogo yang masih rendah; 2) mutu beras yang rendah yaitu tidak aromatik dan tekstur nasi pera, mengakibatkan padi gogo tidak disukai oleh petani dan konsumen sehingga nilai ekonomi padi gogo rendah; 3) kesuburan tanah yang rendah; 4) ketersediaan air yang terbatas musim hujan; 5) kehadiran gulma dan 6) keterbatasan kultivar unggul berdaya hasil tinggi. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala yang ada, salah satunya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas padi gogo. Upaya peningkatan kualitas terus dilakukan oleh para peneliti dari Unsoed yang telah berhasil merakit padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 yang memiliki resistensi terhadap lingkungan sub optimal, memiliki ketahanan terhadap penyakit blas ras 133 dan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 1 serta memiliki tekstur nasi yang pulen dan wangi serta beberapa keunggulan lainnya. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi padi gogo ini diharapkan merangsang petani untuk menanam varietas ini karena tidak hanya sesuai dengan selera

3 masyarakat secara umum namun juga memberikan nilai tambah bagi petani yang membudidayakannya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Inovasi Budidaya Pertanian. Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan beberapa informasi yang berkaitan dengan diskripsi, keunggulan, syarat hidup, teknik bududaya, uji hasil, dan tingkat adopsi varietas padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 yang telah berhasil dikembangkan di Universitas Jenderal Soedirman dan mendapatkan pengakuan sebagai padi varietas unggul nasional oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia dengan SK Nomor: 3165/Kpts/SR.120/7/2011 tanggal 4 Juli 2011 dan sertivikat Hak PVT No /PPVT/S/2013 tanggal 12 November 2013.

4 II. PEMBAHASAN Perakitan genotipe padi gogo unggul ini dilakukan sejak tahun 2002 oleh dua peneliti dari Labotarorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, yaitu Prof. Dr. Ir. Suwarto, M.S. dan Prof. Ir. Totok Agung D.H., M.P., Ph.D. Pengembangan padi gogo ini dilatarbelakangi karena masalah pangan yang dihadapkan pada makin berkurangnya luas lahan sawah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga budidaya padi mau tidak mau diarahkan pada lahan marginal, salah satunya adalah lahan kering yang pemanfaatannya masih belum optimal meskipun potensi luas lahannya sangat besar. Tanaman padi yang berpotensi besar untuk dikembangkan pada lahan kering ini adalah padi gogo. Namun demikian, akibat produktivitas dan kualitas berasnya yang rendah maka budidaya padi gogo tidak begitu menarik bagi petani dan hasil berasnya kurang diminati masyarakat. Produktivitas yang rendah, kualitas beras yang rendah menyebabkan keuntungan petani juga rendah (Psi Faperta, 2011). A. Diskripsi Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 Padi gogo aromatik varietas unggul yang memiliki nama Inpago Unsoed-1 ini menurut Balitbang Pertanian (2014) mempunyai diskripsi tanaman sebagai berikut: Komoditas: Padi Gogo Tahun: 2011 Anakan Produktif: +/- 16 batang Asal: Poso / Mentik Wangi Bentuk gabah: Sedang Bentuk Tanaman: Tegak Berat 1000 butir: +/- 27,7 gram Golongan: Cere Kadar amilosa: +/- 18 %

5 Kerebahan: Sedang Kerontokan: Sedang Nomor pedigri: UNSOED G10 Permukaan daun: Kasar Posisi daun: Tegak Posisi daun bendera: Tegak Potensi hasil: 7,2 ton/ha GKG Rata-rata hasil: 4,9 ton/ha GKG Tekstur nasi: Pulen Tinggi Tanaman: +/- 107 cm Umur tanaman: +/- 110 hari Warna batang: Hijau Warna beras: Putih Warna daun: Hijau Warna gabah: Kuning bersih Warna kaki: Hijau Warna lidah daun: Tidak berwarna Warna telinga daun: Tidak berwarna Keterangan: Umur tanaman 110 hari. Potensi hasil 7,2 ton/ha GKG. Tekstur pulen. Ketahanan terhadap hama, agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3. Ketahannan terhadap penyakit, tahan terhadap penyakit blas ras 133. Toleransi cekaman abiotik, agak toleran kekeringnan, toleran sampai sedang terhadap keracunan besi (Fe). Baik untuk ditanam di lahan kering dataran rendah sampai sedang < 700 m dpl. Status: Komersial

6 B. Syarat Tumbuh Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 1. Iklim Padi gogo aromatik adalah jenis padi yang dapat ditanam di lahan kering dengan sumber pengairan dari air hujan. Jumlah dan sebaran hujan merupakan komponen iklim yang amat penting yang mencirikan kesesuaian lingkungan untuk pertumbuhan padi gogo armatik. Ketersediaan air untuk padi gogo aromatik tergantung pada ciri-ciri tanah, terutama daya memegang air. Oleh karena itu curah hujan dan kapasitas memegang air merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pertanaman padi gogo aromatik. Padi gogo aromatik tumbuh baik pada ketinggian sampai dengan 1300 m dari permukaan laut dengan curah hujan selama fase pertumbuhan antara ml dan suhu antara C (Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, 2009). 2. Tanah Lahan kering sebagai tempat pertanaman padi gogo aromatik memiliki beberapa pembatas yaitu kesuburan tanah yang rendah, kekahatan berbagai unsur hara dan juga adanya keracunan yang berkaitan dengan reaksi tanah (ph) yang memiliki kemasaman tinggi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan padi gogo adalah tanah gembur dan cukup subur, drainase (pembuangan air) baik dan pada tanah merah (Latosol), rancah minyak (Grumosol) dan tanah endapan (Alluvial). Struktur tanah yang cocok untuk padi gogo aromatik adalah Struktur remah dengan ph tanah sekitar 5,5 sampai dengan 6,5(Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, 2009).. C. Keunggulan Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh padi gogo lainnya. Keunggulankeunggulan varietas ini antara lain (Psi Faperta, 2011; Amerta Indonesia, 2013):

7 1. Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki potensi hasil sebanyak 7,24 ton/ha Gabah Kering Giling (GKG) pada lahan kering dan 10 ton/ha GKG pada lahan sawah. 2. Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki rata-rata hasil sebanyak 4,9 ton/ha GKG. 3. Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki umur 110 hari (3 bulan 20 hari) 4. Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki Kandungan amilosa 18% 5. Tekstur nasi padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 pulen dan wangi. 6. Tahan terhadap penyakit Blas ras Agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 8. Padi gogo aromatik INPAGO UNSOED-1 memiliki sesuai ditanam pada lahan kering dan dapat ditanam di lahan sawah. D. Daya Adopsi Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 1. Padi gogo aromatik Inpago Unsoed 1 dapat diproduksi sepanjang trahun di lahan sawah maupun lahan kering. 2. Padi gogo aromatik Inpago Unsoed-1 memiliki kualitas beras yang tinggi. 3. Padi gogo aromatik Inpago Unsoed-1 dapat diterima oleh semua pihak sehingga permintaannya tinggi. 4. Padi gogo aromatik Inpago Unsoed-1 memiliki harga jual yang lebih baik daripada IR64. E. Teknik Budidaya Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 1. Pengolahan Tanah. Menurut Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi (2009), pengolahan tanah dilakukan pada musim kering sebelum musim hujan datang (hujan turun) atau segera setelah panenan tanaman sebelumnya. Teknik penolahan tanah yang dilakukan sebagai berikut:

8 a. Tanah dibajak / dicangkul dua kali atau lebih untuk penggemburan dan pembuangan tanah. Pengolahan tanah pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan pertama. Pengolahan tanah kedua saat menjelang tanam. Pengolahan tanah dilakukan dengan kedalaman tanah minimal 25 cm. Pada tanah berat (tanah padat dan keras), dilakukan pengolahan pendahuluan dengan linggis atau garpu. Tanah bagian bawah sedapat mungkin terangkat dan dibalik ke bagian atas. b. Pemberian pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang atau kompos) dilakukan pada waktu membajak/mencangkul yang kedua. Pupuk organik yang diberikan adalah 5 ton/ha. c. Setelah dibajak, tanah dihaluskan dengan garpu atau cangkul d. Penggenangan air di hindari dengan pembuatan petakan berukuran 10 x 5 meter atau dengan membuat bagian tengah tegalan lebih tinggi dari pinggir tegalan. e. Tanah dibiarkan dan menunggu awal pemulaan hujan untuk menanam benih. 2. Konservasi Tanah dan Air. Lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman padi gogo aromatik adalah lahan dengan kemiringan kurang dari 15%. Lahan tersebut umumnya memiliki topografi bergelombang sampai berbukit. Oleh karena itu diperlukan tindakan konsevasi tanah dan air untuk menghindari kerusakan lahan. Tindakan konservasi lahan yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras bangku atau teras gulud, budidaya lorong serta penerapan pola tanam yang dapat menutup tanah sepanjang tahun. Selain itu, padi gogo aromatik dapat dikembangkan di daerah eatar/bataran sungai; Kawasan perbukitan daerah alisan sungai (DAS) dan kawasan perkebunan dan HTI muda (Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi, 2009). Lebih lanjut dikatakan bahwa areal datar yang terletak di bantaran sungai merupakan lahan kering yang dapat ditanami padi gogo aromatik. Areal ini biasanya lebih subur dibandingkan dengan lahan kering pada

9 lokasi lainnya. Disisi lain, jika lahan ini mengalami kekeringan maka dapat dilakukan penyedotan air dari sungai. Pemanfaatan kawasan perbukitan daerah aliran sungai untuk penanaman padi gogo aromatik perlu didahului oleh tindakan konservasi tanah yang memadai untuk menghindari terjadinya erosi dan kerusakan lahan. Pada lahan dengan solum yang dalam dibuat teras bangku. Pembuatan teras bangku dimulai dengan pembutan teras kridit. Teras kridit yang dikelola dengan baik akan membentuk teras bangku dengan sendirinya. Pada lahan dengan solum yang dangkal dikelola dengan sistem budidaya lorong (Alley cropping). Budidaya lorong dibuat dengan menggunakan tanaman pagar yang dapt dipangkas secara priodik/kontinyu. Hasil pangkasan dijadikan mulsa untuk menjaga kelembaban tanah. Disisi lain, hasil pangkasan yang lapuk akan menambah kandungan bahan organik tanah. Pemanfaatan lain hasil pangkasan adalah dapat dijadikan pakan ternak dan kotoran ternak tersebut dimanfaatan sebagai pupuk ke lahan organik. Lahan di sela-sela tanaman perkebunan atau HTI muda dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi gogo aromatik. Tumpangsari padi gogo aromatik dengan tanaman perkebunan atau HTI dapat menjaga kelestarian hutan dan menjamin penutupan tanah. Tumpangsari ini dapat dilakukan ketika kanopi belum menutup seluruh areal. Tumpangsari padi gogo dengan karet muda dapat diusahakan sampai tahun ketiga, sedangkan dengan kelapa sawit sampai tahun keempat. 3. Penanaman. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan yaitu setelah hujan turun 2 hingga 3 kali. Penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada periode hujan yang terus menerus untuk menghidari benih terbawa air hujan atau terdorong masuk lebih dalam ke tanah. Selain itu, hujan yang terus menerus kurang baik bagi perkembangan tanaman muda karena menyebabkan gangguan hama dan penyakit.

10 Penanaman padi gogo aromatik dapat dilakukan ketika curah hujan sudah stabil atau mencapai sekitar 60mm/dekade (10 hari). Di Jawa keadaan ini terjadi sekitar bulan Oktober sampai akhir Nopember. Pertanda lain yang dapat dijadikan patokan awal tanam padi gogo adalah 1) sudah ada binatang laron/siraru yang berterbangan; 2) pohon bambu sudah bertunas; 3) tanaman gadung sudah berbunga pada sulurnya. Cara penanaman padi gogo aromatik adalah dengan cara tugal. Tugal, yaitu dengan membuat lubang dengan jarak tertentu dengan tugal dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam padi gogo aromatik adalah 25 x 25 cm. Setiap lubang tanam diisi 3-5 butir per lubang dan ditutup dengan tanah. Cara lain yang dapat digunakan untuk penanaman padi gogo aromatik adalah dengan sistem tanam jajar legowo. Namun cara ini jarang digunakan. Sistem tanam jajar legowo dengan jarak (30 x 20 x10) cm, 4-5 butir/lubang. Pembuatan alur menggunakan alat semacam caplakan untuk padi sawah. Alat tersebut mempunyai 4 titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30 cm dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Hasil yang diperoleh dari penggunaan alat ini adalah larikan dengan jarak 20 dan 30 cm dengan kedalam 4-5 cm. Selanjutnya, benih di tanam dalam larikan dengan jarak 10 cm antar titik sebanyak 4-5 butir/titik. Pada lahan tidak datar atau sedikit berlereng, pengaturan barisan tanam dibuat memotong lereng 4. Pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dosis Total 300 kg NPK (Ponska) di tambah 100 kg Urea/ ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan sebagai berikut. a. Pemupukan I pada 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha. b. Pemupukan II pada 20 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ ha. c. Pemupukan III pada 35 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha. d. Pemupukan pada saat primordia bunga dengan dosis 100 kg Urea/ ha.

11 Pemupukan juga dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yaitu pemberian dosis total 300 kg NPK (Ponska) ditambah 100 kg Urea/ha. Waktu pemberian pupuk dilakukan minimal 2 kali, yaitu: 1) pada 15 hari setelah tanam dengan dosis 200 kg NPK/ha dan Urea 100 kg/ha ; 2) pada 30 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg NPK/ha. Waktu pemberian pupuk juga disesuaikan dengan kondisi kelembaban tanah (dipupuk saat tanah lembab). Pemupukan dilakukan secara tugal, yaitu dengan cara membuat lubang diantara tanaman dan diberi pupuk. Setelah itu lubang ditutup dengan tanah. 5. Pemeliharaan. Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan bila terdapat benih yang tidak tumbuh atau tidak normal. Penyulaman dilakukan pada umur 1 sampai 2 minggu. Penyiangan dimaksudkan untuk memberantas gulma. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi. Penyiangan dilakukan pada waktu sebelum pemupukan tanaman atau sesuai kebutuhan. Bumbun (dangir) disekitar tanaman dilakukan setelah penyiangan untuk mempermudah pembuangan air. Tanah diantara tanaman dicangkul agar renggang dan gembur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika serangan melampaui ambang batas ekonomi. Hama dan Penyakit utama padi gogo aromatik disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Hama Penting Pada Padi Gogo Aromatik. No. Hama Serangan Gejala kerusakan Pengendalian 1. Lundi/uret (Coleoptera melolontidae) Larva berbentuk huruf C, berwarna putih dan gemuk Memakan akar tanaman. Tanaman kerdil dan layu. Menunda pengolahan tanah sampai kumbang dewasa selesai bertelur (3 minggu setelah hujan).

12 Pengolahan tanah yang dalam. Ayam, itik dan burung merupakan pemangsa lundi 2. Lalat bibit (Atherigna oryzae) Menimbulkan kerusakan pada tanaman muda Bisa menimbulkan kematian. Insektisida Menanam padi awal musim hujan 3. Penggerek batang atau sundep Daun cacat dan mudah sobek, terlambat masak 7-10 hari Sundep, serangan hama pada batang sebelum berbunga Beluk, pada saat berbunga malai menjadi kering Malai hampa Insektisida Menanam serentak dalam waktu 3-4 minggu, Memotong jerami dekat permukaan tanah kemudian dibakar Menghindari pupuk N yang berlebihan. Memasang perangkap cahaya 4. Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stall) Tanaman menjadi layu dan kering dan menimbulkan gejala seperti terbakar Insektisida Tanam serentak selama 3 hari, pergiliran tanaman, Sisa panen sebaiknya dibajak dan

13 5. Walang sangit Mengeluarkan bau yang khas 6. Orong-orong (Gryllotalpa orientalis) Menularkan virus kerdil rumput dan hampa Menyerang pada padi masak susu, butir padi hampa tardapat bekas tusukan berwarna coklat Dapat menurunkan dan berat gabah Dewasa memakan biji yang baru ditanam Akar tanaman muda dimakan, tanaman muda mati. Pola kerusakan tidak merata, kerusakan terbesar dekat pematang pemupukan N bertahap Penggunaan musuh alami Insektisida Tanam serentak dan membersihkan gula. Memasang perangkap umpan berupa bangkai ketam, jika walang sudah berkumpul lalu dibakar Konservasi musuh alami Insektisida Penggunaan musuh alami. Insektisida Tabel 2. Penyakit Penting Pada Padi Gogo Aromatik (Lanjutan) No. Penyakit Gejala kerusakan Pengendalian 1. Blast (Pyrcularia oryzae) Bercak daun berbentuk belah ketupat dengan pusat berwarna abuabu Menghindari pupuk N berlebihan Tidak memakai benih dari daerah terjangkit

14 2. Bercak coklat (Helminthosporium oryzae) Malai hampa Bercak daun yang khas bentukkecil lonjong atau bulat. Membakar jerami pada pertanaman sakit Fungisida Pemupukan unsur hara seng, kalium dan salinitas Bercak kecil berwarna coklat tua sedang yang lebih besar bagian tengahnya berwana abu-abu pucat dan tepinya berwarna coklat ada lingkaran cahaya berwarna kuning muda 3. Tungro (mentek) Ditularkan oleh wereng coklat Tanaman kerdil Anakan berkurang. Merendam benih pada air hangat Fungisida. Membersihkan tanaman yang sakit, gulma dan membajak sisa-sisa tanaman. Insektisida Daun berwarna kuning sampai jingga. Daun muda berbintik-bintik dan bergaris hijau pucat sampai keputihputihan Jumlah gabah sedikit dan ringan 6. Panen. Panen padi gogo dilakukan ketika lebih dari 80 persen gabah menguning. Umur panen padi gogo berkisar antara 110 sampai 120 hari. Panen dilakukan dengan cara sistem babat bawah dan digebot seperti padi sawah atau dipanen menggunakan alat ani-ani atau ketam.

15 F. Uji Hasil Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 Hasil pengujian daya hasil Inpago Unsoed-1 di lahan kering dan di lahan sawah dapat disajikan pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil uji multi lokasi padi gogo aromatik Inpago Unsoed-1 Lokasi Hasil (t/ha) Luas (ha) Lahan Purbalingga 6,44 10 Kering Peg. Bintang 4,12 10 Kering (>2.000 m dpl) Cilacap 6,00 1 Kering P. Bulan, Batam 7,29 3 Kering Purworejo 13,30 1 Sawah organik Banyumas 8,00 3 Sawah Sukabumi 7,20 10 Sawah Demak 7,10 7 Sawah Merauke 10,72 1 Sawah organik Musi Banyuasin 6,30 10 Pasang surut G. Pupuk Organik Cair (POC) Padi Gogo Aromatik Inpago Unsoed-1 Pengembangan padi gogo aromatik Inpago Unsoed-1 di Cilacap, Kecamatan Gandrungmangu, Desa Gandrungmanis, Kabupaten Cilacap Universitas Jenderal Soedirman dibantu oleh gabungan kelompok tani binaannya. Budidaya padi gogo varietas unggul ini menggunakan pupuk organik cair (POC) yang memiliki nama dagang Riogen. Riogen merupakan pupuk hayati cair yang terbuat daun dan buah yang diproses secara enzimasi sehingga menghasilkan 13 (tigabelas) unsur hara esensial, yang terdiri dari 6 (enam) unsur hara makro (N, P, K, Ca, S, dan Mg) dan 7 (tujuh) unsur hara mikro (Fe, Na, Zn, Mn, B, Cu dan Cl). Pupuk yang digunakan ini juga mengandung mikroorganisme yang mampu membantu untuk merubah struktur tanah dan mempercepat proses penguraian unsur hara bahi tanaman, seperti mikroba pelarut fosfat, nitrogen dan kalium, serta perombak bahan organik.

16 Pupuk Riogen yang terdaftar pada Departemen Pertanian No dan telah lolos uji mutu berdasarkan Permentan No. 70/ Permentan/ SR. 140/10/ 2011ini juga mengandung zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti Giberelin, Sitokinin dan Auksin. ZPT ini juga berfungsi sebagai zat yang merangsang dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Riogen juga mampu mempertahankan kehidupan bakteri positif dalam tanah, memberikan perlindungan terhadap tanaman dari ancaman berbagai patogen penyebab penyakit tanaman. Mikroorganisme positif yang terdapat dalam Riogen tersebut adalah: Azospirillum sp., Azotobacter sp., Lactobacillus sp., Bakteri pelarut fosfat, Actinomycetes, Yeast atau Khamir, dan Mikroba selulotik. Manfaat Riogen secara umum adalah: 1. Menguraikan unsur P, K, S, Fe dalam tanah dan mengikat unsur hara N dari udara sehingga bisa dimanfaatkan oleh tanaman agar menghemat penggunaan pupuk kimia 2. Kandungan Hormon tanaman pada riogen mampu mempercepat pertumbuhan batang, daun, bunga, buah dan akar tanaman. 3. Adanya kandungan mikroorganisme yang menghambat produksi etylen pada tanaman menyebabkan tanaman tidak cepat tua dan mati, jika di aplikasi pada tanaman cabai, kacang panjang, timun, paria, gambas dll akan memperpanjang masa petik (tanaman tidak cepat mati). Jika di aplikasi pada tanaman padi, kedelai dan jagung tanaman akan lebih hijau dan memaksimalkan fase pengisian bulir atau polong (karena daun tetap sehat tidak cepat kuning dan kering walaupun umur menjelang panen). 4. Mikroorganisme yang terkandung dalam Riogen juga mampu menyediakan hormon auksin, giberellin dan sitokinin pada daerah perakaran sehingga membantu mempercepat pertumbuhan tanaman secara seimbang 5. Meningkatkan kesuburan kimia, biologi dan fisika tanah. 6. Mempercepat dekomposisi bahan organik dalam tanah (sisa-sisa tanaman dan rumput) sehingga bahan organik cepat terurai dan bisa dimanfaatkan oleh tanaman

17 7. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit melaui penyediaan unsur hara dan hormon yang seimbang sehingga menjadikan tanaman tumbuh alami dan sehat 8. Beberapa mikroorganisme yang terkandung dalam Riogen mampu membentuk antibiotik yang berfungsi untuk melawan penyakit akar. Selain itu mikroorganisme dalam Riogen juga mampu menjadi pesaing penyakit akar sehingga bisa menyehatkan tanaman dan mencegah penyakit akar (layu, busuk akar dan busuk pangkal batang) 9. Menghemat penggunaan pupuk kimia hingga 50 % (jika menggunakan pupuk Riogen penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi 50 %) 10. Menghemat biaya produksi karena harganya sangat terjangkau bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia. 11. Cocok untuk semua jenis tanaman 12. Tidak mengandung racun dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan bahkan mikroorganisme yang terkandung dalam Riogen mampu menguraikan racun/ residu kimia dalam tanah 13. Pupuk hayati Riogen akan meningkatkan produksi atau hasil panen petani, melestarikan tanah dan lingkungan serta menyehatkan petani dan masyarakat Indonesia.

18 III. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di muka, dapat diambik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Inpago Unsoed-1 merupakan salah satu varietas padi gogo aromatik unggul hasil rekayasa tim peneliti Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. 2. Inpago Unsoed-1 memiliki keunggulan-keunggulan yang mampu mengatasi kendala sifat lahan kering, memiliki daya hasil tinggi dan mutu beras yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. 3. Secara umum bududaya Inpago Unsoed-1 tidak berbeda dengan budidaya padi gogo lainnya. 4. Peningkatan produksi Inpago Unsoed-1 dapat menggunakan POC, salah satunya Riogen.

19 DAFTAR PUSTAKA Amerta Indonesia Padi Varietas Unggul Baru: Unsoed-1. PT Amerta Indonesia. Balitbang Pertanian Deskripsi Varietas Padi. Online. Psi Faperta Inpago Unsoed-1: Varietas padi gogo unggul baru, aromatik dan produksi tinggi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Rahayu, M., D. Prajitno dan A. Syukur Pertumbuhan vegetatif padi gogo dan beberapa varietas nanas dalam sistem tumpangsari di lahan kering Gunung Kidul Yogyakarta. Biodiversitas Vol. 7 No. 1.hal: ISSN: X Januari doi: /biodiv/d Rusmawan, D Inovasi teknologi budidaya padi gogo. Balai Pengkajian teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung, Pangkalpinang, Indonesia. Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Petunjuk Teknis Budidaya Padi Gogo Aromatik. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA PADI GOGO AROMATIK Oleh: Tim Peneliti Padi Gogo Aromatik Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi UNIVERSITAS JENDERAL SODIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2 2009 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO

KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PERTANAMAN PADI GOGO Padi sebagai tanaman pokok nasional dan merupakan tanaman utama yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia dan produksinya dengan berbagai upaya

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5

J3V3 J1V3 J3V2 J1V2 J3V4 J1V5 J2V3 J2V5 Lampiran 1. Bagan Percobaan 1 2 3 J2V5 J1V2 J3V1 X X X X X X X X X X J1V4 J2V2 J3V3 X X X X X X X X X X J3V1 J3V4 J1V1 X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X J2V3 J1V5 J2V4 X X X X X X X X X X J1V2 J3V5

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT Obyek koleksi varietas Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Balai Besar PPMB-TPH) pada Tahun 2016, selain berupa

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Data pengamatan tinggi tanaman padi (cm) pada umur 3 MST pada P0V1 60.90 60.33 59.33 180.57 60.19 P0V2 53.33 59.00 58.33 170.67 56.89 P0V3 62.97 61.33 60.97 185.27 61.76 P1V1 61.57 60.03 59.33

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

: Kasar pada sebelah bawah daun

: Kasar pada sebelah bawah daun Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Varietas : Ciherang Nomor Pedigree : S 3383-1d-Pn-41-3-1 Asal/Persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR Golongan : Cere Bentuk : Tegak Tinggi : 107 115 cm Anakan

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi 2008 Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Pemulia Golongan Umur tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil, umur masak, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta rasa nasi. Umumnya konsumen beras di Indonesia menyukai

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya Padi merupakan komoditas strategis yang mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Berbagai usaha telah

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan

Lebih terperinci

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2)

V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V1A2(2) 64 Lampiran 1. Lay Out Penelitian V4A2(3) V3A1(1) V2A1(2) V2A1(3) V4A1(2) V1A1(3) V3A1(3) V2A2(2) V3A1(2) V1A1(1) V5A2(1) V3A2(3) V4A1(3) V4A1(1) V5A1(2) V4A2(1) V2A2(1) V1A2(3) V3A2(2) V4A2(2) V2A1(1)

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Kedelai

Teknologi Budidaya Kedelai Teknologi Budidaya Kedelai Dikirim oleh admin 22/02/2010 Versi cetak Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Sejarah Tanaman Caisim Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500 tahun yang lalu,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI PTT menerapkan komponen teknologi dasar dan pilihan. Bergantung kondisi daerah setempat, komponen teknologi pilihan dapat digunakan sebagai komponen teknologi : Varietas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini dapat diusahakan di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian 1400

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009)

LAMPIRAN. Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi. 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi dan gambar varietas tanaman padi 1. Deskripsi Varietas Padi Ciherang (Suprihatno et al. 2009) Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida Oleh : Dandan Hendayana, SP (PPL Kec. Cijati Cianjur) Saat ini tanaman padi hibrida merupakan salah satu alternatif pilihan dalam upaya peningkatan produksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2 Keterangan : A B C D E F G = Kontrol = Urea = Urea

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Padi Gogo Toleran Naungan untuk Budidaya Padi sebagai Tanaman Sela di Perkebunan

Varietas Unggul Baru Padi Gogo Toleran Naungan untuk Budidaya Padi sebagai Tanaman Sela di Perkebunan Varietas Unggul Baru Padi Gogo Toleran Naungan untuk Budidaya Padi sebagai Tanaman Sela di Perkebunan Aris Hairmansis, Supartopo, Yullianida, Anggiani Nasution, Santoso, Suwarno Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 533/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA ZY-64 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA ADIRASA-64 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

: varietas unggul nasional (released variety) : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Batutugi Nama varietas : Batutugi Kategori : varietas unggul nasional (released variety) SK : 636/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001 Tahun : 2001 Tetua

Lebih terperinci

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase.

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase. 1. Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor) mempunyai potensi penting sebagai sumber karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum, mempunyai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

Lampiran I. Lay Out Peneltian

Lampiran I. Lay Out Peneltian Lampiran I. Lay Out Peneltian 49 Lampiran II. Deskripsi Varietas Mentik Wangi Asal Persilangan : Mentikwangi Golongan : Cere Umur Tanaman : 112-113 Hst Bentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 106-113 cm

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2

LAMPIRAN U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Penelitian U U1 U2 U3 T2 T3 T1 T3 T1 T2 T1 T2 T3 U4 U5 U6 T1 T3 T2 T1 T3 T2 T2 T3 T1 U7 U8 U9 T3 T1 T2 T2 T1 T3 T3 T1 T2 Keterangan: U T1 T2 T3 : : Padi Sawah : Padi Gogo : Rumput

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT Oleh : Chairunas, Yardha,Adli Yusuf, Firdaus, Tamrin, M.Nasir Ali PENDAHULUAN Rendahnya produktivitas komoditas tanaman pangan dalam skala usahatani di lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian tanaman pangan merupakan sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 377/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN GALUR PADI HIBRIDA SL - 11H SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA VARIETAS SL 11 SHS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag

Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag LAMPIRAN 38 39 Tabel Lampiran 1. Komposisi Kimia Blast Furnace Slag dan Electric Furnace Slag Kadar total Satuan BF Slag Korea EF Slag Indonesia Fe 2 O 3 g kg -1 7.9 431.8 CaO g kg -1 408 260.0 SiO 2 g

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci