BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sudomo Tan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tidur Tidur didefinisikan sebagai keadaan tidak sadar dimana seseorang dapat dibangunkan oleh stimulus sensori atau stimulus lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma yang merupakan keadaan tidak sadar yakni seseorang tidak dapat dibangunkan (Guyton, 2006) Ritme Sirkadian Siklus tidur-bangun manusia memiliki periode sekitar 24 jam. Ketika semua indikator waktu eksternal dihilangkan, ritme sirkadian bertahan namun waktu bangun dan tidur menjadi semakin lama setiap harinya. Ritme sirkadian dianggap diregulasi oleh nukleus suprakiasmatik hipotalamus. Hubungan retinohipotalamik mengikat ritme sirkadian ke kondisi cahaya lingkungan. Terdapat juga proyeksi retina ke kelenjar pineal dimana hormon melatonin yang dihasilkan memiliki efek yang mempengaruhi ritme (Rohkamm, 2004) Stadium Tidur Terdapat dua tipe tidur yaitu tidur non-rapid eye movement (NREM) dan tidur rapid eye movement (REM). Tidur NREM dibagi menjadi stadium 1, 2, 3, dan 4 dan mewakili perjalanan kedalaman tidur. Tidur NREM disebut juga tidur slow wave. Masing-masing stadium memiliki karakteristik unik yang melibatkan pola gelombang otak, pergerakan mata dan tonus otot (Altevogt, 2006). Ketika seseorang tidur, orang tersebut memasuki stadium pertama dari tidur dalam jam pertama. Pada stadium ini, electroencephalography (EEG) menunjukkan pola gelombang mixed low-voltage. Ritme theta (4-7 Hz) terlihat pada stadium awal tidur ini. Di sepanjang tidur NREM, terdapat aktivitas otot rangka tapi tidak dijumpai pergerakan mata. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu hingga tujuh menit di awal siklus dan mewakili 2-5 persen dari
2 keseluruhan tidur dan sangat mudah terganggu oleh suara (Purves, 2001 dan Barrett, 2010). Stadium 2 pada tidur berlangsung selama 10 hingga 25 menit pada awal siklus dan memanjang di setiap siklusnya dan mewakili 45-55% dari jumlah waktu tidur. Individu pada stadium tidur kedua membutuhkan stimulus yang lebih intens daripada stadium pertama untuk bangun. Aktivitas otak pada EEG menunjukkan gelombang sinusoidal yang disebut sleep spindle (12-14 Hz) dan gelombang bifasik voltase tinggi yang disebut kompleks K yang berlangsung selama 1 dan 2 detik. Dihipotesakan bahwa sleep spindle memiliki peran penting untuk konsolidasi memori (Purves, 2001; Altevogt, 2006; dan Barrett, 2010). Stadium tidur ketigamerepresentasikan tidur yang menengah dalam, jumlah spindel berkurang dan amplitudo gelombang frekuensi rendah meningkat menjadi gelombang delta dengan amplitudo tinggi (0,5-4 Hz). Stadium 3 berlangsung hanya selama beberapa menit dan mewakili 3-8 persen dari tidur (Purves, 2001; Altevogt, 2006; dan Barrett, 2010). Stadium tidur NREM yang terakhir adalah stadium 4 yang berlangsung selama menit dan mewakili 10-15% tidur, yakni ditandai dengan ambang bangun paling tinggi dibanding seluruh stadium NREM dan merupakan fase tidur yang paling dalam. Aktivitas EEG yang dominan berupa gelombang dengan amplitudo tinggi dan frekuensi rendah (1-4 Hz) yang disebut gelombang delta (Purves, 2001; Altevogt, 2006; dan Barrett, 2010). Mengikuti periode tidur slow wave, rekaman EEG menunjukkan stadium tidur yang berbalik menuju suatu keadaan yang berbeda yang disebut rapid eye movement atau tidur REM. Pada tidur REM, rekaman EEG serupa dengan keadaan bangun. Setelah 10 menit tidur REM, otak kemudian akan kembali ke siklus NREM. Pergerakan mata yang cepat terjadi pada tidur REM. Pada awal tidur, perpindahan dari stadium 1 hingga stadium 4 terjadi dalam periode menit lalu berbalik melalui stadium yang sama. Episode tidur REM selama 10 hingga 15 menit terjadi di akhir setiap siklus tidur slow wave (Purves, 2001; Altevogt, 2006; Sherwood, 2010; dan Barrett, 2010).
3 Gambar 2.1 Gambaran Gelombang Electrooculogram (EOG), Electromyogram (EMG), dan Electroencephalogram (EEG) pada Tiap-Tiap Stadium Tidur Sumber: K.E. Barrett dalam Ganong s Review of Medical Physiology edisi 23 (2010) Fisiologi Tubuh Pada Saat Tidur Selama tidur, terjadi penurunan denyut nadi dan tekanan darah tanpa adanya perubahan pada curah jantung. Hal ini disebabkan oleh deaktivasi kardiovaskular yang general dan resetting dari baroreflex selama tidur NREM. Tingkat terendah dari tekanan darah dicapai pada stadium 3 dan 4. Penurunan tekanan darah ini terutama berhubungan dengan penurunan denyut nadi dan vasomotor simpatis. Stadium 3 dan 4 dari tidur NREM merupakan fase yang paling dalam dengan penurunan 10-30% dari tekanan darah, kecepatan nafas dan laju metabolik basal (Murali, 2003; Altevogt, 2006 dan Silvani, 2013). Pada pernafasan akan terjadi penurunan ventilasi per menitdengan dimulainya tidur sebagai respon terhadap penurunan metabolisme dan berkurangnya kemosensitivitas terhadap oksigen dan karbondioksida. Ventilasi selama tidur NREM menunjukkan pola respirasi yang lebih teratur dibandingkan pernafasan sewaktu bangun, tanpa penurunan signifikan dalam frekuensi rata-rata. Titik terendah dari ventilasi per menit pada tidur NREM terjadi pada stadium 3 dari tidur NREM sebagai hasil dari penurunan volume tidal (Krimsky, 2005; Altevogt, 2006; Smith, 2008 dan Malik, 2012). Otot rangka yang berhubungan dengan respirasi menurun secara signifikan akibat atonia yang berhubungan dengan tidur REM, dan ventilasi dicapai hanya dengan diafragma. Oleh karena itu, tidur REM berhubungan dengan hipoventilasi relatif dari penurunan kapasitas respirasi mekanik dan penurunan sensitivitas respirasi terhadap hiperkapnia dan hipoksia (Altevogt, 2006 dan Malik, 2012).
4 Tidur NREM dihubungkan dengan penurunan signifikan dari aliran darah sedangkan aliran darah pada tidur REM menyerupai aliran darah ketika bangun. Namun, metabolisme dan aliran darah meningkat pada daerah otak tertentu selama tidur REM dibandingkan dengan ketika bangun seperti sistem limbik yang berpengaruh terhadap emosi dan daerah yang berhubungan dengan penglihatan (Altevogt, 2006). Sekresi beberapa hormon endokrin tidak menetap sepanjang 24 jam. Beberapa ritme hormonal bergantung terhadap jam sirkadian seperti Adrenal Corticotropin Hormone(ACTH), kortisol dan melatonin. Beberapa lainnya berhubungan dengan tidur seperti prolaktin dan Thyroid Secreting Hormone (TSH). Sekresi Growth Hormone (GH) berhubungan dengan episode tidur slow wave pertama di awal malam. Pulsasi prolaktin dan GH berhubungan dengan peningkatan aktivitas gelombang delta (Luboshitzky, 2000 dan Altevogt, 2006). Kadar glukosa dan sekresi insulin meningkat selama tidur dan diperkirakan akibat penurunan metabolisme glukosa di otak akibat penurunan aktivitas otak selama tidur. Peningkatan glukosa seama tidur juga dapat disebabkan oleh kurangnya pemakaian glukosa oleh otot yang tidak aktif dan oleh sekresi GH yang memiliki efek anti-insulin. Ketika tidur REM, kadar glukosa dan sekresi insulin berkurang dan hal ini disebabkan oleh peningkatan pemakaan glukosa (Morris, 2012). Gambar 2.2 Kadar Hormon Kortisol dan GH pada Stadium Tidur Tertentu Sumber: A. Steiger dalam Journal of Internal Medicine edisi 254 (2003)
5 2.1.4 Fungsi Tidur Secara keseluruhan, fungsi tidur belum diketahui dengan jelas. Namun, beberapa hipotesa telah disampaikan untuk menjelaskan fungsi tidur. Hipotesahipotesa tersebut yaitu: 1. Memulihkan sistem tubuh Hipotesa ini menunjukkan kebutuhan organisme untuk memulihkan energi dan memperbaiki dirinya sendiri setelah periode pemakaian dan pemecahan energi. Otak yang tetap aktif selama tidur dan laju metabolik yang rendah diperkirakan berhubungan dengan reaksi biosintetik. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perbaikan terjadi selama masa tidur. Bahkan, sintesis protein berkurang ketika tidur (Bethesda, 2007). 2. Mengembalikan cadangan energi Pemakaian energi lebih tinggi ketika tidak tidur dibandingan ketika tidur dan pemakaian energi lebih rendah ketika episode tidur selama 8 jam. Stadium tidur memiliki efek yang minimal terhadap pemakaian energi. Hal ini berkaitan dengan fungsi tidur untuk memulihkan cadangan energi (Jung, 2010). Selain itu, penyakit infeksi cenderung membuat seseorang lebih mengantuk. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran sitokin selama proses infeksi. Dihipotesiskan bahwa energi yang tersimpan selama proses tidur dapat digunakan oleh sistem imun untuk melawan infeksi (Bethesda, 2007). 3. Konsolidasi memori dan pembelajaran Tidur merupakan suatu kondisi untuk mengoptimalkan konsolidasi dari informasi yang baru didapatkan ke dalam memori. Konsolidasi selama tidur meningkatkan memori baik kuantitatif maupun kualitatif. Melalui pola spesifik dari aktivitas neuromodulatori, tidur slow wave dan tidur REM mendukung konsolidasi sistem dan sinaptik. Selama tidur slow wave, ossilasi, spindle dan ripple mengkoordinasi reaktivasi dan redistribusi dari memori hipokampus ke lokasi neokorteks. Sedangkan selama tidur REM,
6 peningkatan lokal dari aktivitas gen membantu konsolidasi sinaptik memori ke dalam korteks (Diekelmann, 2010). Tidur juga penting untuk pembelajaran. Seseorang yang mendapatkan tidur dalam NREM yang banyak pada paruh pertama malam dan tidur REM pada paruh kedua meningkatkan kemampuan melakukan tugas yang berhubungan dengan ruang (Bethesda, 2007). 4. Penyaluran emosi Dihipotesakan bahwa bermimpi selama tidur REM menyediakan penyaluran emosi yang aman. Sebagai perlindungan, paralisis otot selama tidur REM tidak memungkinkan seseorang untuk melakukan apa yang dimimpikannya. Sekitar 65% dari mimpi berhubungan dengan kesedihan, pemahaman, atau kemarahan, 20% berhubungan dengan kegembiraan, dan hanya 1% yang berhubungan dengan perasaan seksual. Dihipotesakan bahwa mimpi memberi kelegaan terhadap stress yang terjadi selama masa bangun dan membantu mempertahankan performa optimal (Purves, 2001 dan Bethesda, 2007) Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur Faktor yang paling sering dijumpai mengakibatkan gangguan tidur adalah (LeBlanc, 2009): Faktor demografis (seperti penuaan, wanita, tinggal sendiri) Kondisi genetik (riwayat keluarga menderita insomnia) Faktor psikologis (kecemasan dan depresi) Faktor fisiologis dan gaya hidup (kerentanan untuk dibangunkan dan merokok) Faktor pencetus terjadinya gangguan tidur berupa kejadian hidup yang mencetus stress seperti perceraian, perpisahan, dan kematian orang yang dicintai serta faktor psikologis dan kesehatan seperti nyeri dan masalah mental. Faktor lainnya yaitu kebiasaan tidur yang salah seperti menghabiskan waktu yang lama di tempat tidur, tidur siang, dan pemakaian obat-obatan kronis (Bastien, 2004 dan LeBlanc, 2009). Faktor eksternal lainnya yang berkontribusi terhadap gangguan
7 tidur berupa lingkungan tidur yang tidak familiar, jet lag, perubahan waktu kerja, lingkungan tidur yang tidak nyaman seperti suara bising, temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin, cahaya atau permukaan tidur yang buruk dan masalah pada rekan tidur (American Psychological Association, 2001) Efek dari Gangguan Tidur Gangguan pada tidur meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis yang berujung kepada peningkatan tekanan darah dan peningkatan sekresi kortisol. Respon imun dapat terganggu dan perubahan metabolik seperti resistensi insulin dapat terjadi (Alhola, 2007). Gangguan tidur juga dapat meningkatkan berat badan dan resiko diabetes melalui efek perubahan pada metabolisme glukosa, meningkatnya selera makan, dan berkurangnya pengeluaran energi (Knutson, 2007 dan Silver, 2011). Penurunan pada performa kognitif juga dapat terjadi pada penderita gangguan tidur. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya kewaspadaan dan perhatian, menurunnya respon, dan ketidakstabilan kesadaran (Philibert, 2005 dan Knutson, 2007). Gangguan tidur juga meningkatkan resiko kecelakaan akibat kesalahan manusia. Hal ini disebabkan terutama karena mengantuk di siang hari. Penelitian terbaru untuk menunjukkan prevalensi mengantuk di siang hari pada responden berusia tahun menunjukkan bahwa rata-rata tidur malam hari sebanyak 6,7 jam. Mengantuk berhubungan terbalik dengan jumlah jam tidur. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidur malam selama 8 hingga 9 jam dibutuhkan untuk menghilangkan mengantuk akibat berkurangnya waktu tidur (Durmer, 2005). Gangguan tidur juga berhubungan dengan gangguan psikomotor setara dengan konsumsi alkohol di atas batas aman. Gangguan akibat tidak tidur selama satu malam setara dengan gangguan akibat konsentrasi alkohol di darah sebanyak 0,07% (Durmer, 2005 dan Killgore, 2010).
8 2.2Gadget Menurut masyarakat awam, gadgetmerujuk kepada perangkat elektronik yang memiliki fungsi yang spesifik, misalnya sebagai perekam suara, pemutar video ataupun smartphone. Namun, menurut CambridgeDictionaries, gadget adalah sebuah alat atau mesin kecil dengan fungsi dan tujuan tertentu, dan terutama merupakan penemuan baru. Dalam karya tulis ini, yang dimaksudkan sebagai gadget adalah peralatan media elektronik seperti smartphone, tablet PC dan juga laptop. Berdasarkan International Telecommunication Union, pada tahun 2013 terdapat 96,2% penduduk dunia yang memiliki gadget dan 38,8% yang memiliki akses dengan internet. Di Amerika Serikat, lebih dari 80% remaja memiliki setidaknya satu gadget, misalnya handphone, PDA, ataupun komputer dan mereka menggunakan teknologi ini dengan frekuensi yang meningkat untuk mengirim pesan, , dan mengakses media sosial. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2010 didapatkan jumlah gadget yang beredar di Indonesia berjumlah 240 juta dan meliputi 67% dari penduduk Indonesia. Survei dari Kaiser Family Foundation menemukan bahwa anak-anak berusia 8 hingga 18 tahun rata-rata menghabiskan waktu dengan gadget selama 6 jam 21 menit setiap hari. Paparan terhadap media ini melebihi waktu yang dihabiskan untuk tidur (Ray, 2010). Menurut Andreassen (2013), lebih dari 90 persen remaja membuka internet, menonton film, atau minimal satu kali seminggu sebelum tidur. Berdasarkan penelitian independen oleh Retrevo, aktivitas mengakses media sosial seperti Facebook dan Twitter tetap berlanjut bahkan pada waktu tidur. Sekitar 48% responden mengakses media sosial ketika mereka bangun di tengah malam atau segera setelah mereka terbangun di pagi harinya dan kebanyakan berusia di bawah usia 25 tahun (Van Grove, 2010) Efek Pemakaian Gadgetdan Internet yang Patologis Pemakaian gadget sebagai aktivitas malam hari terus meningkat pada remaja ditengah-tengah keprihatinan mengenai efek penggunaan gadget terhadap
9 pola tidur dan pekerjaan di siang hari. Penelitian di Australia menemukan bahwa 71% remaja melaporkan tidur malam yang tidak optimal akibat pemakaian gadget di malam hari sebelum tidur. Ini menunjukkan bagaimana pemakaian gadget dapat mempengaruhi pola tidur dan waktu mulainya tidur pada remaja (King, 2014). Menurut Andreassen (2013), cahaya dari gadget dapat mempengaruhi mekanisme biologis yang menunda tidur dan ritme sirkardian. Permainan komputer atau acara televisi dapat menimbulkan kegembiraan dan mengakibatkan susah tidur. Meskipun begitu, hal ini dapat terjadi sebaliknya. Insomnia dan penundaan pada pola tidur dapat mengakibatkan orang-orang berbaring lebih lama pada jam tidur tanpa tertidur yang akhirnya mencari media elektronik sebagai hiburan. Pemakaian internet yang berlebihan juga menjadi salah satu alasan pemakaian gadget sebelum tidur. Menurut Pies (2009), internet addiction atau kecanduan internet merupakan ketidakmampuan seorang individu untuk mengendalikan pemakaian internet yang mengakibatkan distress ataupun gangguan fungsi yang bermakna dalam hidup sehari-hari. Meskipun tidak termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi kelima, kecanduan internet dianggap sebuah diagnosis gangguan spektrum kompulsif impulsif yang meliputi pemakaian komputer online atau offline dan terdiri dari minimal tiga subtipe yaitu bermain game berlebihan, preokupasi seksual, dan mengirim pesan singkat. Kriteria diagnostik untuk kecanduan internet yang diajukan adalah (Lai, 2013): Preokupasi terhadap internet Kebutuhan untuk menghabiskan waktu yang meningkat untuk menggunakan internet Usaha berulang namun gagal untuk mengurangi pemakaian internet Gejala withdrawal akibat pengurangan pemakaian internet Masalah memanajemen waktu Distress lingkungan dari sekolah, keluarga, kerja, dan teman-teman
10 Perubahan mood akibat pemakaian internet Efek dari pemakaian internet yang berlebihan terutama atas alasan rekreasi adalah gangguan pada performa akademis. Gangguan ini disebabkan karena kesepian, bangun hingga larut malam, kelelahandan tidak masuk ke kelas (Kubey, 2001). Kecenderungan mengirim pesan, chatting dan media sosial seperti Facebook masih relatif baru sehingga penelitian terhadap efek jangka panjangnya belum tersedia. Namun, dapat dijumpai banyak penelitian tentang efek dari televisi dan video games. Waktu yang lebih banyak dihabiskan untuk menonton televisi memiliki dampak negatif terhadap perhatian dan performa akademik seseorang. Pemakaian media yang meningkat berhubungan dengan nilai akademis yang menurun (Diaz, 2011). Beberapa konten internet memiliki kecenderungan untuk mengakibatkan pemakaian kompulsif dari gadget. Konten-konten tersebut antara lain perjudian online, permainan interaktifdan pornografi (DiNicola, 2004). Menurut King (2014), pemakaian media elektronik yang patologis sebelum tidur apabila digunakan lebih dari 35 menit.
Tidur dan Ritme Sirkadian
Modul ke: Tidur dan Ritme Sirkadian Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengertian Tidur : Tidur berasal dari bahasa latin somnus yang berarti alami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang untuk mengembalikan stamina tubuh dalam kondisi yang optimal. Tidur dapat diartikan sebagai suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan individu yang berada pada tahapan dewasa akhir yang usianya dimulai dari 60 tahun keatas. Setiap individu mengalami proses penuaan terlihat dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah periode kritis antara masa anak anak dan masa dewasa (WHO). Masa remaja selalu disertai dengan perubahan aspek biologis, kognitif, emosional, dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Remaja WHO mendefinisikan remaja (adolescent) sebagai individu berusia 10 sampai 19 tahun dan dewasa muda (youth) 15 sampai 24 tahun. Dua kelompok usia yang saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Fisiologi Tidur Tidur merupakan salah satu kegiatan yang memiliki peran penting dalam hidup manusia. Selain itu tidur juga merupakan salah satu kegiatan signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai dengan berkurangnya responsivitas terhadap rangsang eksternal. Secara fisiologis tidur dibagi menjadi
Lebih terperinciKEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul, 2007). Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pola Tidur Tidur diartikan sebagai suatu keadaan berubahnya kesadaran, dimana dengan adanya berbagai derajad stimulus dapat menimbulkan suatu keadaan yang benar-benar
Lebih terperinciKEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Migren Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan remaja. 11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk ke ahli neurologi anak.
Lebih terperinciIstirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan
ISTIRAHAT & TIDUR By: Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Pengertian Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan gelisah Tidur adalah status perubahan kesadaran
Lebih terperinciRITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI
RITA ROGAYAH DEPT.PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI TIDUR Tidur suatu periode istirahat bagi tubuh dan jiwa Tidur dibagi menjadi 2 fase : 1. Active sleep / rapid eye movement (REM) 2. Quid
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori belajar dan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian tidur dan fisiologi tidur serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal
Lebih terperinciTidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya
Definisi : Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya Koma = keadaan bawah sadar dimana orang tsb tidak dapat dibangunkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih, begitu juga dengan perkembangan internet. Hampir setiap orang sekarang terhubung dengan internet baik melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gawai elektronik atau smartphone memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia saat ini. Gawai elektronik digunakan untuk berbagai macam hal seperti browsing
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar saat orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun angka kejadian insomnia terus meningkat, diperkirakan sekitar 20% sampai 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17%
Lebih terperinciMASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup
(Istirahat) MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang memerlukan kebutuhan istirahat atau tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perkumpulan lansia Kartasura pada bulan November 2016 didapatkan
Lebih terperinciGangguan tidur LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA DR. SUZY YUSNA D, SPKJ
Gangguan tidur P E N Y A J I LAMIA ADILIA DITA MINTARDI FEBRYN PRISILIA PALIYAMA P E M B I M B I N G DR. SUZY YUSNA D, SPKJ pendahuluan Tidur adalah suatu aktivitas khusus dari otak, yang di kelola oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Gagal Jantung adalah ketidakmampuan Jantung untuk memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tubuh. Kegagalan fungsi pompa Jantung ini disebabkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Siswi yang mengikuti latihan menari Gambyong Pareanom selama 8 minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan kualitas tidur ditunjukkan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. emosional dan sosial. Menurut Santrock (2003) perubahan. remaja terbagi menjadi 3, yaitu: hormonal pada pubertas.
BAB II KAJIAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Menurut Santrock (2003), remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN
EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN Mahdalena 1 Muhlis 2 M. Fadli 3 1 Jurusan Keperawatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin mengalami perkembangan ke era globalisasi. Dengan adanya perkembangan zaman ini, masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembangan modern. Tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi penurunan kemampuan reproduksi. Andropause atau PADAM (Partial Androgen Deficiency
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Elektronik 2.1.1. Definisi Media Elektronik Media elektronik adalah informasi atau data yang dibuat, disebarkan, dan diakses dengan menggunakan suatu bentuk elektronik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur merupakan suatu proses penting dalam kehidupan manusia. Kualitas tidur yang baik berperan penting terhadap fungsi kognitif. Manusia menghabiskan sekitar sepertiga
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY). Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari dan juga salah stau kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Menurut Teori Hirarki Maslow tentang kebutuhan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan kesehatan emosional (Colten & Altevogt, 2006). Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America
BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, maka internet menjadi salah satu media yang paling mudah dan murah untuk digunakan. Sejalan
Lebih terperinciKONSEP ISTIRAHAT TIDUR
KONSEP ISTIRAHAT TIDUR PENDAHULUAN Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Orang sakit seringkali membutuhkan istirahat dan tidur yang lebih banyak dari biasanya. Terganggu Peran perawat ISTIRAHAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga universal karena umumnya semua individu dimanapun ia berada
Lebih terperinciFisiologi Tidur. Beny Atmadja W. Bag;lSMF. Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unpad/RS. Hasan Sadikin Bandung
Fisiologi Tidur Beny Atmadja W. Bag;lSMF. Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unpad/RS. Hasan Sadikin Bandung Pendahuluan Kebanyakan orang menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya untuk tidur. Tapi mengapa?
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu insting untuk memulihkan diri dari aktivitas pada siang hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan kewaspadaan terhadap
Lebih terperincicommit to user BAB V PEMBAHASAN
48 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan kualitas tidur antara pasien asma dengan pasien PPOK dilakukan pada bulan April sampai Mei 2013 di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi, dengan subjek penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tidur merupakan aktivitas menstabilkan kondisi tubuh dan sangat penting dalam modulasi hormon, aktivitas kardiovaskular dan regulasi glukosa. 1,2 Jumlah jam maupun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
xv 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tidur 2.1.1. Definisi Tidur Tidur adalah suatu keadaan reversible dimana terjadi perceptual disengagement dan unresponsiveness terhadap lingkungan. Tidur juga merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup. 17. hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar 2.1.1 Definisi Belajar Belajar merupakan sebuah proses yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari hari. Menurut pendapat Notoatmodjo belajar merupakan usaha untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur menurut Hierarki Maslow merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kopi terbesar ke-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada urutan kelima penyebab kematian di Indonesia. Lebih dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker ginekologi yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia, sama seperti halnya dengan semua binatang membutuhkan tidur, makan, air dan oksigen untuk bertahan hidup. Untuk manusia sendiri, tidur adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk, berpengaruh terhadap peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat di Indonesia. Menurut laporan Perserikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Diabetes Mellitus yang tidak ditangani dengan baik dan tepat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi pada organ tubuh seperti mata, jantung, ginjal, pembuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada wanita paruh baya. Kadar FSH dan LH yang sangat tinggi dan kadar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai dari menarche sampai menopause. Menopause didefinisikan sebagai menstruasi terakhir. Hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas agar dapat dimanfaatkan dan digunakan. mempertahankan eksistensi bangsa di era yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa perubahan yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu didukung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, sejumalah faktor psikososial seperti stress, depresi, kelas sosial, dan kepribadian tipe A dimasukkan dalam faktor risiko klasik untuk
Lebih terperincimemberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
2 Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, penyakit jantung koroner, pembuluh darah jantung dan otot jantung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Tenaga kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi esensial telah berdampak pada satu milyar orang diseluruh dunia, mengungguli serangan jantung dan stroke. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istirahat atau tidur yang cukup merupakan kebutuhan setiap orang agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Maslow mengatakan kebutuhan fisiologis dasar manusia terdiri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi (Prawirohardjo,2008 dalam Kumalasari, 2015).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahterahaan lanjut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis pada internet, apapun
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kecanduan Internet Kandell (dalam Panayides dan Walker, 2012) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan ketergantungan psikologis
Lebih terperinciNAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN. Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI
NAPPING DALAM KEPERAWATAN / KESEHATAN Elly Nurachmah Departmen Keperawatan Medikal Bedah - FIKUI Prinsip Perawat digaji untuk bekerja bukan untuk tidur Latar Belakang Saat jaga malam, banyak perawat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pada era globalisasi, manusia lebih memforsir tubuh untuk melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan menuntut seseorang sering lebih bergadang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam daur kehidupan yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa, terjadi pertumbuhan dan perkembangan. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian. A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan upaya
Lebih terperinciMASYARAKAT KINI. Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup
ISTIRAHAT MASYARAKAT KINI Penuh dengan individu yg merasa letih Senantiasa berjuang utk perlombaan hidup DI AMERIKA SERIKAT Perasaan letih termasuk 10 alasan utama mengapa penderita mengunjungi dokter
Lebih terperinciPENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012
PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan akses utama dalam memperoleh perawatan di rumah sakit, mempunyai peranan sangat penting dalam menangani pasien dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tidur Istirahat dan tidur sangat penting bagi kesehatan. Jika seseorang yang sedang sakit memerlukan lebih banyak istirahat dan tidur dibandingkan pada umumnya. Seringkali,
Lebih terperinciStudi Kasus mengenai Gambaran Gangguan Konsentrasi Belajar pada Anak. Usia 6 13 Tahun yang Mengalami Sleep Apnea. Dessy Amalia. Fakultas Psikologi
Studi Kasus mengenai Gambaran Gangguan Konsentrasi Belajar pada Anak Usia 6 13 Tahun yang Mengalami Sleep Apnea Dessy Amalia Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Skripsi ini memuat penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencari data, tidak lepas bahwa data di internet selalu akurat dan up to date.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan jejaring sosial, internet merupakan salah satu media komunikasi yang sangat populer saat ini dan banyak disukai oleh para pencari informasi karena aksesnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan di bidang kesehatan merupakan cita cita suatu bangsa, hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka Harapan Hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi merupakan gangguan mental umum yang dikarakteristikkan dengan perasaan tertekan, kehilangan minat terhadap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi tidur adalah untuk memelihara kondisi otak dalam keadaan optimal agar dapat membantu kerusakan yang terjadi saat terjaga sepanjang hari. Alasan mengapa seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Tidur merupakan keadaan seseorang memasuki alam bawah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hall (1997), p.488 (dalam Karota-Bukit, 2005). Selama tidur, tubuh akan beristirahat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Tidur Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar, dimana seseorang dapat dibangunkan oleh rangsang sensori atau stimulus lain dari lingkungan Guyton and Hall (1997),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres Stres merupakan keadaan ketika seseorang merasa ketidaknyamanan mental dan batin yang disebabkan oleh perasaan tertekan. Definisi stres menurut
Lebih terperinci