BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan konsepsi Negara Nusantara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan konsepsi Negara Nusantara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Deklarasi Djoeanda (1957) yang berisikan konsepsi Negara Nusantara (Archipelagic States) yang diterima masyarakat dunia dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB, United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) 1982, maka wilayah laut Indonesia menjadi sangat luas sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah laut 5,8 juta km, yang lebih kurang memiliki buah pulau besar dan kecil, serta dikelilingi garis pantai sepanjang km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada 1. Dilihat dari keadaan geografis tersebut, maka sudah seharusnya Indonesia menyadari dan memanfaatkan potensi kelautan yang demikian besar. Realitas memperlihatkan bahwa hingga saat ini potensi kelautan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal sehingga belum mampu memberi sumbangan yang maksimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ironisnya lagi, dibalik potensi kelautan yang begitu melimpah, justru komunitas nelayan yang menderita kemiskinan. Bahkan, komunitas nelayan selalu diidentikkan dengan kemiskinan. Karena letak Indonesia yang strategis, diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia serta oleh Benua Asia dan Australia, seharusnya bangsa Indonesia yang dapat keuntungan paling besar dari posisi kelautan global tersebut. Sayangnya, bangsa Indonesia di masa lalu melupakan jati dirinya sebagai bangsa maritim terbesar di dunia. Sumber daya kelautan hanya dipandang 1 Mulyadi S. Ekonomi Kelautan. Jakarta : PT Raja Grafidno Persada

2 dengan sebelah mata. Kalaupun ada kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan, maka dilakukan secara kurang profesional dan ekstraktif, serta kurang mengindahkan aspek kelestariannya. Sebaliknya, laut dipersepsikan sebagai tempat buangan (keranjang sampah) berbagai jenis limbah baik yang berasal dari kegiatan manusia di darat maupun di laut. Dukungan infrastruktur, Iptek, SDM, sumber daya keuangan, hukum dan kelembagaan terhadap bidang kelautan di masa lalu sangat rendah. Sejak tahun 1970 sampai 1996 kredit usaha yang dicurahkan untuk usaha perikanan sangatlah minim hanya sekitar 0,02 persen dari total kredit. Oleh karena itu, wajar bila pencapaian hasil pembangunan kelautan sangatlah kecil dibandingkan dengan potensi kekayaan laut yang kita miliki. 2 Negara maritim merupakan negara yang mengontrol dan memanfaatkan laut sebagai syarat mutlak untuk mencapai kesejahteraan dan kejayaan. Negara maritim biasanya memiliki visi maritim yaitu pandangan hidup yang digunakan untuk mengontrol dan memanfaatkan laut sebagai syarat mutlak untuk mencapai kemakmuran dan kejayaan negara. Menurut Mahan 3, ada enam syarat sebuah negara menjadi negara maritim yaitu: lokasi geografis, karateristik dari tanah dan pantai, luas wilayah, jumlah penduduk, karakter penduduk dan pemerintahan. Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi kelautan yang cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya pada potensi kelautan (maritim) tersebut. Realitasnya 2 Ibid hlm 5. 3 Wibisono M.S. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia,

3 kehidupan masyarakat nelayan senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan kehidupan nelayan identik dengan kemiskinan. 4 Banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan laut sebagai sumber mata pencaharian salah satunya adalah masyarakat yang berada di dusun Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan 5. Masyarakat yang menghuni daerah ini sebagian besar adalah beretnis Melayu. Tetapi hasil laut Indonesia yang kaya akan sumber daya laut tidak mampu memberi kesejahteraan kepada nelayan. Tetapi Pemerintah tidak hanya diam dengan keadaan yang dialami oleh nelayan. Pemerintah sering memberikan bantuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan salah satunya adalah dengan memberikan bantuan kapal Kepres 39 6 pada tahun Bantuan ini sampai ke desa nelayan Dusun Bagan yang terletak di desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Adapun masyarakat yang menghuni dusun ini sebagian besar adalah suku Melayu, dan sekitar 90% masyarakatnya menggantungkan kehidupan pada laut. Dusun Bagan ini pun tidak jauh berbeda dengan desa nelayan umumnya yang kehidupan masyarakatnya identik dengan kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah. Pemerintah mengeluarkan bantuan sesuai dengan keputusan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1980 tentang penghapusan jaring Trawl 7. Terdapat pada pasal empat yang bunyinya Penyerahan kapal termasuk dilakukan 4Agus Suriadi dkk. Model Pemberdayaan Sosial Ekonomi Komunitas Nelayan Miskin Berbasis Perempuan. Medan : Universitas sumatera Utara Hal 1 5 Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya di laut atau di perairan lainnya. 6 Disebut kapal Kepres 39 karena kebijakan tersebut dikeluarkan sesuai dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia nomor 39 tahun 1980 tentang penghapusan jaring trawl. 7 Kata trawl ini berasal dari bahasa Perancis troler, dari bahasa Inggris trailing artinya adalah yang bersamaan, dan dalam bahasa Indonesia artinya adalah tarik ataupun mengelilingi. Dari penggabungan arti tersebut maka dapat disimpulkan bahwa trawl adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menarik atau mengelilingi dan lebih dikenal sebagai pukat harimau. 3

4 dalam bentuk kredit dan dilengkapi dengan kredit untuk penggantian alat/perlengkapannya serta kredit modal kerja. Tujuan pemerintah mengeluarkan bantuan kapal Kepres 39 ini adalah untuk mengurangi jumlah penggunaan trawl (pukat harimau) yang dapat menyebabkan rusak dan punahnya habitat laut. Selain itu, penggunaan trawl ini juga menyebabkan semakin sedikitnya tingkat penghasilan nelayan tradisional yang hanya menggunakan jaring untuk menangkap ikan. Jadi untuk menanggulangi dari pengurangan pemakaian pukat dan melindungi nelayan tradisional adalah dengan dikeluarkannya bantuan ini, karena dengan menggunakan kapal ini nelayan bisa melaut dengan lebih baik dan disertai dengan bantuan jaring. Jadi sejak tahun 1980 penggunaan pukat dilarang. Kepres 39 ini dikeluarkan untuk membantu nelayan Bagan sebanyak 17 buah, satu buah kapal itu digunakan untuk tiga orang nelayan atau istilahnya kongsi, yang mana kemudian kapal ini akan dibayar dengan cara cicilan/kredit. 8 Hingga tahun 1981 ternyata masih ada nelayan yang menggunakan trawl, nelayan ini adalah nelayan yang berasal dari pelabuhan Belawan yang saling berebut mencari ikan dengan nelayan tradisional Bagan yang hanya menggunakan jaring. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik antara nelayan Pelabuhan dengan nelayan Bagan. Nelayan Bagan tidak setuju atas penggunaan trawl itu apalagi pengunaannya yang sudah dilarang sehingga pada saat itu nelayan Bagan benarbenar marah, menangkap nelayan Pelabuhan dan membakar kapal mereka. Setelah ini masalah pun seperti hilang begitu saja karena tidak ada kabarnya lagi 9. 8 Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan pak Burhan tanggal 10 Desember 2012 di dusun Bagan. Uang untuk membayarnya diperoleh dari hasil tangkapan yang telah dibagi tiga orang yang sama rata dan sisanya itulah yang dikumpulkan untuk membayar kapal kepres 39 yang mana uang tersebut akan digunakan kembali oleh pemerintah untuk membeli kapal boat lainnya guna membantu nelayan yang tidak mendapat bantuan kapal kepres Ibid 4

5 Setelah masalah trawl (pukat harimau) reda maka muncul masalah baru di tahun 1996 yang masih menyangkut masalah nelayan pelabuhan Belawan dengan nelayan Bagan yaitu penggunaan pukat Langgeh. Di sini nelayan Pelabuhan Belawan kembali menyulut konflik yaitu dengan penggunaan pukat kembali walaupun pukat yang digunakan lebih kecil dari pada trawl. Penggunaan pukat ini juga menyebabkan konflik kekerasan seperti penggunaan trawl sebelumnya yaitu pembakaran kapal antar kedua pihak. Selain itu ada juga peristiwa penangkapan nelayan Bagan yang dilakukan nelayan Pelabuhan, yang pada saat melaut tepatnya pukul WIB, nelayan Bagan ditangkap dan dibawa ke daerah pelabuhan Belawan bahkan dipukuli. Setelah kejadian tersebut selang beberapa hari kemudian di tengah malam tepatnya tahun 1996, polisi 10 dengan menggunakan baju biasa datang ke Bagan dengan tujuan ingin menculik orang-orang di dusun Bagan khususnya nelayan. Akan tetapi pada saat itu ada warga yang mengetahui sehingga warga itu pun menjerit dengan berteriak maling sehingga polisi tersebut dipukuli oleh warga. Tanpa diduga polisi tersebut mengeluarkan tembakan sehingga menyebabkan dua orang tewas yaitu Ramli dan Muhammad Ridwan. Konflik sesama nelayan berganti menjadi konflik antar polisi dengan warga. 11 Setelah berakhirnya pemakaian trawl dan pukat langgeh maka muncul lagi hal yang baru di kalangan nelayan Bagan yang masih tetap pada penggunaan pukat yaitu pukat layang 12. Tetapi kasus ini agak sedikit berbeda dengan kasus sebelumnya, karena pukat ini bukan berasal dari nelayan pelabuhan Belawan tetapi buatan dari pak Burhan yang merupakan seorang nelayan Bagan. Pak Burhan menggunakan pukat layang ini pada tahun Awal dia menggunakan pukat ini karena ada seorang temannya dari daerah Batu Bara yang juga nelayan sudah menggunakan pukat 10 Polisi yang datang ke Bagan ini berasal dari sektor Belawan dan polisi ini datang berkisar kurang lebih 10 orang dengan menggunakan satu buah mobil polisi. 11 ibid 12 Dikatakan pukat Layang karena alat tangkapnya ketika dioperasikan seperti layang-layang yang akan ditarik oleh satu mesin kapal. 5

6 tersebut, dan dia menawarkan untuk mencoba menggunakan pukat di daerah Bagan dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Sejak itu pak Burhan mulai ketagihan menggunakan pukat layang, tetapi penggunaan pukat tidak berjalan lancar, karena dia dimusuhi oleh nelayan lainnya bahkan rumahnya hampir dibakar karena marahnya nelayan lain. Dengan hal tersebut maka penggunaan pukat layang hanya sebulan digunakan oleh pak Burhan. Tetapi setelah ia tidak menggunakan pukat itu lagi justru nelayan yang tadinya menentang maka merekalah yang kemudian menggunakan pukat layang tesebut. Pukat layang ini sampai sekarang masih digunakan oleh nelayan Bagan. Seperti sebelumnya yang telah penulis ungkapkan di atas bahwa negara Indonesia hampir 70% wilayahnya adalah perairan yang berarti banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada laut, begitu juga masyarakat di Bagan ini. Di dalam mencari rejeki di laut ini sering terjadi konflik karena perebutan sumber daya alam demi memenuhi kebutuhan hidup. Tidak terlepas di desa nelayan Bagan ini yang sering terjadi konflik sesama nelayan, baik itu sesama nelayan Bagan ataupun dengan nelayan Pelabuhan. Pada umumnya konflik ini terjadi karena penggunaan alat dalam menangkap ikan yaitu pukat, penggunaan pukat menjadi pemicu utama terjadinya konflik nelayan di dusun Bagan tahun Kehidupan masyarakat Bagan memberikan ketertarikan kepada penulis untuk mengkajinya secara lebih dalam baik itu dari segi kehidupan ekonomi atau sosial, masyarakatnya yang sebagian besar beretnis Melayu pesisir memberikan ketertarikan yang lebih pada penulis, hal ini dikarenakan etnis Melayu yang kaya akan kebudayaan menarik untuk dikaji lebih dalam, selain itu masyarakatnya yang identik dengan kemiskinan dan pendidikan yang rendah semakin menambah ketertarikan. Masalah kemiskinan ini nantinya akan dikaitkan dengan kebiasaan orang Melayu yang dikenal dengan sifat malasnya, yang apabila hari ini mendapat hasil yang lumayan maka untuk beberapa hari dia tidak akan bekerja karena menganggap uang tersebut cukup. Dengan pemikiran 6

7 seperti ini maka tidak akan ada uang yang bisa untuk ditabung. Jadi apabila beberapa hari ke depan sang nelayan tidak mendapatkan hasil maka mereka pun akan kebingungan untuk menghidupi keluarga mereka. Penelitian ini akan memfokuskan pada masalah penggunaan pukat yang dilakukan nelayan Bagan. Serta bagaimana kehidupan sosial masyarakatnya. Atas dasar pemikiran di atas maka penelitian ini diberi judul Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Dusun Bagan Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ( ). Alasan pembatasan periodesasi penelitian dari tahun , dikarenakan tahun 1980 nelayan mendapat bantuan kapal kepres 39 dari pemerintah, seharusnya dengan sudah dikeluarkan bantuan tersebut tidak ada lagi yang namanya penggunaan trawl, tetapi ternyata trawl ini masih digunakan oleh nelayan pelabuhan yang menyebabkan pendapatan nelayan Bagan semakin sedikit karena hanya menggunakan jaring biasa. Selain penggunaan trawl masih banyak lagi pukat lain yang digunakan menjadi pemicu konflik-konflik lain di tahun 1900-an, dan tahun 2000 adalah tahun yang bisa menikmati hasil dari penggunaan pukat Layang. 1.2 Rumusan Masalah Keobyektifan suatu penelitian tidak terlepas dari pemilihan topik tertentu sebagai landasan pembahasan. Pemilihan topik tersebut harus dibatasi dan dikonsep dalam rumusan masalah yang nantinya menjadi alur dalam penulisan. Permasalahan yang akan dibicarakan dalam kajian ini terangkum dalam pertanyaan 1. Bagaimana kehidupan nelayan sebelum dan setelah mendapat bantuan kepres 39 oleh pemerintah? 7

8 2. Bagaimana kehidupan nelayan Bagan sebelum dan setelah menggunakan pukat sejak tahun 1997 sampai tahun 2000? 3. Apa yang menyebabkan perubahan alat yang digunakan untuk menangkap ikan dari jaring menjadi pukat? 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Setelah merumuskan masalah yang menjadi landasan pembahasan oleh penulis. Maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan dan manfaat dari penelitian. Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang sudah lebih dahulu dirumuskan dalam rumusan masalah, sehingga harus relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian penulis. Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kehidupan nelayan setelah mendapat bantuan kapal kepres 39 oleh pemerintah tahun Menjelaskan kehidupan nelayan Bagan setelah menggunakan pukat sejak tahun 1997 sampai tahun Menjelaskan perubahan alat tangkap nelayan dari menggunakan jaring dengan menggunakan pukat. Penelitian ini setidaknya dapat memberikan manfaat secara praktis maupun akademis bagi pembaca untuk mengetahui beberapa hal, antara lain : 1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pembendaharaan khazanah sejarah khususnya tentang kehidupan ekonomi masyarakat nelayan di Bagan. 8

9 2. Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan tentang perubahan kehidupan nelayan sebelum dan sesudah penggunaan pukat sebagai alat menangkap ikan. 3. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan kepada pemerintah tentang bagaimana menghadapi konflik antar nelayan yang sering terjadi di Indonesia. 1.4 Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian ilmiah tentu tidak terlepas dari tinjauan pustaka yang berguna sebagai informasi dalam menentukan sumber-sumber yang relevan dengan obyek penelitian. Sumber-sumber ini bisa berupa karya ilmiah, buku-buku ataupun dokumen-dokumen terkait. Adapun sumber yang digunakan dalam refrensi penelitian proposal ini adalah hasil laporan penelitian Kelembagaan Sosial-Ekonomi Komunitas Nelayan (Studi deskriptif Pada Komunitas Nelayan di Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara (2006)). Yang diteliti oleh Badaruddin. Dari hasil penelitian ini menghasilkan pernyatan bahwa tingkat pendidikan yang rendah di kalangan nelayan tidak terlepas dari kondisi ekonomi orang tua mereka dulunya yang juga hidup dengan kemiskinan. Dan kondisi ini juga berlanjut hingga ke anak-anak mereka saat ini. Pekerjaan membantu orangtua sebagai nelayan sejak usia anak-anak (bagi anak laki-laki) turut mendorong kurangnya motivasi untuk mendapatkan pendidikan pekerjaan sehari-hari, yang dilakukan untuk membantu ibu mereka. Sebagian dari anak-anak perempuan juga turut membantu ibu mereka dalam menjemur ikan dan membersihkan jaring. Singgih Tri Sulistiyo dalam bukunya Pengantar Sejarah Maritim Indonesia. Buku ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa bahari, artinya laut merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Bahkan bisa dikatakan bahwa 9

10 aktivitas kelautan bangsa Indonesia setua bangsa Indonesia itu sendiri. Hal ini dapat dipahami karena asal mula nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Dengan perahu-perahu yang sederhana mereka dapat mengarungi laut yang begitu luas dan dalam. Sumber selanjutnya yang penulis gunakan adalah skripsi Asfianti Syafitri Nasution dalam skripsinya yang berjudul Strategi Nelayan Tradisional Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga (2009). Di dalam skripsi dijelaskan bahwa kondisi bangsa Indonesia yang sedang berada di multis kritis yaitu yang sedang dihadapkan pada krisis ekonomi, politik, budaya, sosial, agama pertahanan dan keamanan. Masalah tersebut sudah ruwet seperti benang kusut sehingga memerlukan orang-orang yang benar-benar siap dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu sangat sulit mengentaskan masalah ekonomi yang berarah pada kemiskinan, yang mana dalam mengatasi hal ini berbagai cara dilakukan nelayan tradisional dalam mengatasi masalah ekonominya. Mereka memiliki strategi masing-masing guna memenuhi kebutuhan mereka demi mempertahankan kelangsungan hidup. Skripsi ini berbeda dengan skripsi yang ditulis oleh penulis, tetapi walaupun demikian skripsi ini sangat membantu peneliti untuk mengetahui jenis-jenis alat tangkap yang digunakan nelayan dalam mencari tangkapan di laut. Atika Rizkiyana dalam skripsinya yang berjudul Kajian Mengenai Pilihan Nelayan Terhadap Alat Penangkapan Ikan Di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat Sumatera Utara (2010). Ia lebih menekankan pada alat tangkap yang digunakan nelayan Beras Basah dalam menangkap ikan. Yang menyatakan ketergantungan nelayan terhadap alat penangkapan ikan sangat tinggi. Yang mana alat yang digunakan 10

11 sangat sederhana sehingga wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. Di samping itu, ketergantungan terhadap musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nelayan bisa turun ke laut, terutama pada musim ombak yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Jadi dengan kesederhanaan alat yang digunakan pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Sumber selanjutnya yang penulis gunakan adalah laporan penelitian dari Agus Suriadi dkk dalam judul Laporan Penelitian Hibah Bersaing: Model Pemberdayaan Sosial Ekonomi Komunitas Nelayan Miskin Berbasis Perempuan. Di dalam laporan ini dinyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi nelayan, misalnya melalui kebijakan yang dikenal dengan modernisasi perikanan atau revolusi biru (blue revolution), belum mampu memberikan hasil yang memuaskan secara berkeadilan untuk semua lapisan, bahkan cenderung menimbulkan persoalan baru pada komunitas nelayan. Analisis Profil Rumah Tangga Nelayan Di Sumatera Utara, Perwakilan BPS Propinsi Sumatera Utara yang bekerjasama dengan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumut. Di dalam buku ini sangat jelas sekali dijabarkan jenis-jenis alat tangkap yang digunakan nelayan di Sumatera Utara baik itu jenis pukat, jaring, pancing dan jenis rawai. Buku ini sangat membantu peneliti menjadi pegangan dalam melakukan wawancara mengenai kajian alat tangkap. 1.5 Metode Penelitian Dalam setiap penelitian ilmiah memiliki metodologi, Demikian juga dengan penelitian sejarah. Dimana metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara 11

12 kritis rekaman peninggalan masa lampau 13. Adapun metode sejarah terbagi dalam empat langkah antara lain heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. 1. Heuristik, yaitu tahap awal untuk mencari data-data melalui berbagai sumber dan relevan dengan penelitian yang dilakukan. Dalam tahap heuristik ini peneliti mencari data-data melalui dua cara, yaitu studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Pada studi lapangan (field research) peneliti lebih menekankan pada metode wawancara. Di saat melakukan wawancara di lapangan banyak pengalaman yang peneliti dapatkan salah satunya peneliti mengetahui bagaimana pengalaman para nelayan saat di laut melalui cerita mereka yang begitu bersemangat menceritakannya. Dan saat peneliti ingin ikut terjun langsung ke laut untuk mengetahui bagaimana pengoperasian alat tangkap, tetapi hal tersebut tidak bisa dilakukan karena terkendala dengan jam kerja nelayan yang tidak memungkinkan peneliti ikut. Untuk studi kepustakaan (library research) terdapat beberapa sumber yang dijadikan informasi, antara lain sumber buku yang didapatkan di perpustakaan USU, perpustakaan daerah di Medan ataupun perpustakaan lainnya yang ada di kota Medan. 2. Kritik Sumber, dimana setelah tahap heuristik maka sumber-sumber yang ada dilakukan kritik untuk mencari kebenaran dari sumber-sumber yang didapat. Dalam tahap ini sumbersumber yang telah terkumpul diproses melalui kritik internal, informasi yang didapat baik dari wawancara ataupun dari sumber-sumber tertulis dilihat kebenaran isinya. Kemudian sumber primer dan sekunder tersebut masuk ke proses selanjutnya yaitu kritik eksternal. Dalam proses ini data diverifikasi secara fisik untuk mencari kebenaran dari sumber-sumber tersebut. Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang benar Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, diterjemahkan oleh Nugroho Notosusanto, Jakarta : UI Press, hlm. 12

13 benar obyektif yang berasal dari data-data yang terjaga keasliannya dan keobyektifannya tanpa ada unsur kesubjektifitasan yang mempengaruhi hasil penulisan. 3. Interpretasi, pada tahap ini setelah data tersebut melewati kritik sumber maka penulis melakukan tahapan yang ketiga yaitu penafsiran atau penganalisisan terhadap hasil dari kritik sumber. Di dalam proses interpretasi ini bertujuan untuk menghilangkan kesubjektifitasan sumber, walaupun kita ketahui kesubjektifitasan itu tidak mungkin bisa dihilangkan seluruhnya. Interpretasi ini dapat dikatakan data sementara sebelum penulis membuatkan hasil keseluruhan dalam suatu penulisan. 4. Historiografi, yaitu tahap akhir dalam metode sejarah. Tahapan ini berisi tentang penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan hasil penelitian sejarah ini hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian, sejak awal (heuristik) sampai dengan akhir yaitu penarikan kesimpulan sehingga dapat dikatakan penulisan tersebut bersifat kronologis atau sistematis. Berdasarkan penulisan sejarah itu pula dapat dinilai apakah penelitiannya berlangsung sesuai dengan prosedur yang digunakannya tepat atau tidak, apakah sumber dan data yang mendukung penarikan kesimpulannya memiliki validitas yang memadai atau tidak, jadi dengan penulisan sejarah ini dapat ditentukan mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri 13

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar di dunia. luas wilayah lautnya mencapai 5,8 juta, sedangkan panjang garis pantainya 81.000 km merupakan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi alam di sektor perikanan yang melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara Benua Asia dan Benua Australia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari perairan. Berbicara tentang kelautan dan perikanan tidak lepas dari pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu wilayah yang termasuk ke dalam pesisir laut di Sumatera Utara adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah 5.625 km 2. Posisinya sangat strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat nelayan identik dengan kemiskinan, banyak hal yang menyebabkan yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan, teknologi yang dimiliki, rendahnya akses

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas Laut 3,1 juta km2. Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi. Pembangunan industri ini

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan

luas. Secara geografis Indonesia memiliki km 2 daratan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laut sebagai anugerah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, harus senantiasa terjaga sumber daya alam kelautannya. Keberhasilan Indonesia untuk menetapkan identitasnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya (Horton & Hunt, 1999: 36). Perpindahan kelas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya (Horton & Hunt, 1999: 36). Perpindahan kelas tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mobilitas sosial merupakan perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya (Horton & Hunt, 1999: 36). Perpindahan kelas tersebut dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk. dibahas, apalagi Indonesia penduduk terpadat ke empat dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk. dibahas, apalagi Indonesia penduduk terpadat ke empat dunia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan adalah masalah yang tidak ada habisnya untuk dibahas, apalagi Indonesia penduduk terpadat ke empat dunia masih menyimpan persoalan-persoalan kemiskinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melakukan pemba ngunan dalam segala bidang. Hal ini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah menjadi salah satu kegiatan perekonomian penduduk yang sangat penting. Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua

BAB I PENDAHULUAN. negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua didunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelum pemekaran, desa ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua didunia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir prestasi sepakbola di Sumatera Utara semakin menurun. Terakhir kali klub sepakbola Sumatera Utara menjuarai Liga Perserikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas di dunia sekitar 19% dari total hutan mangrove dunia, dan terluas se-asia Tenggara sekitar 49%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan kota tidak terlepas dari mobilitas barang dan orang. Pergerakan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Untuk menunjang segala aktifitas

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencemaran laut adalah perubahan pada lingkungan laut yang terjadi akibat dimasukkannya oleh manusia secara langsung ataupun tidak langsung bahanbahan atau energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya alam pesisir merupakan salah satu potensi yang terdapat di Indonesia dan dikembangkan. Di Indonesia terdapat kira-kira 81.000 km panjang garis pantai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Best Practices Anggota APKASI 2003

Best Practices Anggota APKASI 2003 Best Practice : Pembentukan LEPP-M3 sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) Jl. Tebet Barat Dalam III A no 02 Jakarta 12810, Indonesia Phone: +62-21-83794469

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan sumber daya laut yang melimpah dengan biota didalamnya dan terletak di kawasan khatulistiwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki

BAB1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 dan panjang pantai 95,181 km merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai

BAB I PEDAHULUAN. pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Rantau Panjang merupakan salah satu desa yang berada di daerah pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai Labu. Desa Rantau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi. Namun zaman modern bahkan katanya sudah posmodern masih menyisahkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia berubah begitu cepat, tetapi tidak semua peralihan modal produksi manusia dari berburu masalah perindustian sampai dengan aktifitas nelayan telah terjadi. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas bahkan Indonesia dijuluki sebagai negara maritim karena wilayah lautnya yang lebih luas dibandingkan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).

PENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1). I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Nias merupakian salah satu dari 17 kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, yang ibukotanya Gunungsitoli. Bersama pulau-pulau lain yang mengelilinginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara

PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara sangat memprihatinkan dan berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan pendataan Himpunan Nelayan Seluruh

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH Disampaikan pada Diskusi Publik Analisis dan Evaluasi Hukum Dalam Rangka Penguatan Sistem Pertahanan Negara Medan, 12 Mei 2016 PASAL 1 BUTIR 2 UU NO 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Manusia pada hakikatnya adalah sebagai mahluk individu sekaligus mahluk sosial. Manusia sebagai mahluk sosial dimana manusia itu sendiri memerlukan interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang sedang melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pembangunan ini dilaksanakan baik diperkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara dua benua Asia dan Autralia serta antara Samudera Pasifik dan

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia* PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN Oleh : Ida Kurnia* Abstrak KHL 1982 tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia senantiasa menyesuaikan diri dengan kondisi geografis tempat tinggal mereka. Kondisi inilah yang menyebabkan mengapa sebagian

Lebih terperinci

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi kelautan cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an,

BAB I PENGANTAR. yang terjadi di kawasan pelabuhan Muara Angke pada pertengahan tahun 1990an, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pendaratan ikan berlangsung selama 24 jam dan tidak ada waktu khusus kapal mendarat. Kegiatan pendaratan ikan pada pagi hari, kebanyakan orang adalah nelayan, buruh nelayan

Lebih terperinci

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970

BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 BAB II KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA TANJUNG LEIDONG SEBELUM 1970 2.1 Letak Geografis Tanjung Leidong Tanjung Leidong terletak di Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu yang luasnya sekitar 34,032km2

Lebih terperinci

Nations Convention on the Law of the sea/ Konvensi Perserikatan Bangsa

Nations Convention on the Law of the sea/ Konvensi Perserikatan Bangsa PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PULAU BERHALA SERDANG BEDAGAI SEBAGAI KAWASAN ECO MARINE TOURISM (WISATA BAHARI BERWAWASAN LINGKUNGAN) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau dan wilayah laut yang sangat luas dengan letak geografis yang sangat strategis karena berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Permasalahan Sosial Budaya dalam Implementasi Peraturan tentang Perlindungan Spesies Hiu di Tanjung Luar, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat Nurlaili Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 2 57-3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat melalui kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki beribu-ribu pulau di mana dua per tiga wilayahnya terdiri dari lautan. Kondisi ini menyediakan

Lebih terperinci

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara - negara lainnya.sumber daya alam ini salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci