BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kandidiasis genitalis 1. Definisi Kandidiasis genitalis adalah infeksi jamur Candida albicans pada genitalia. Jamur Candida albicans merupakan penyebab yang sering dijumpai pada genitalia dan daerah perigenital wanita. Penyakit yang ditimbulkan oleh jamur tersebut dikenal sebagai kandidiasis atau kandidosis 7. Candida albicans tumbuh subur di tempat-tempat hangat, gelap, dan basah. Candida albicans sebenarnya adalah mikroflora normal yang ada di dalam tubuh manusia. Namun jika keseimbangan mengalami gangguan akibat beberapa faktor maka akan menyebabkan Candida albicans tumbuh melebihi batas dan akhirnya menyebabkan infeksi Epidemiologi Candida albicans dapat ditemukan pada manusia di seluruh dunia, terutama menimbulkan penyakit pada golongan usia lanjut, kaum wanita dan bayi. Candida albicans pada tubuh manusia dapat bersifat dua macam yaitu sebagai saprofit yang terdapat pada tubuh manusia tanpa menimbulkan gejala apapun, baik objektif maupun subjektif. Atau sebagai parasit yang dapat menimbulkan infeksi primer atau sekunder terhadap kelainan yang telah ada. Sebagai saprofit, Candida albicans pada tubuh manusia dapat dijumpai di kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernapasan, vagina dan kuku. Candida albicans menimbulkan penyakit pada kulit dan mukosa, kadang-kadang pada keadaan yang berat yaitu resistensi tubuh penderita menurun, misalnya pada penyakit-penyakit keganasan (malignant diseases), tranplantasi organ, pengobatan dengan 7

2 imunosupresif dan antibiotik spektrum luas yang dapat menimbulkan kandidiasis sistemik, septikemi, endokarditis dan meningitis 7. Infeksi Candida albicans pada genitalia juga dapat mengakibatkan balanitis, kadang-kadang uretritis pada pria dan vulvovaginitis pada wanita. Diabetes mellitus berperan penting sebagai latar belakang penyakit-penyakit tersebut. Kandidiasis genitalis pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, karena itu digolongkan juga dalam penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Telah lama diketahui bahwa para ibu yang menderita vulvo-vaginitis kandida dapat menularkannya pada bayi yang dilahirkannya. Dikemukakan bahwa hal ini merupakan penyebab terpenting terjadinya kandidiasis oral pada bayi Gejala Klinis a. Pada wanita Vulvo-vaginitis yang disebabkan kandida, mengenai kaum wanita pada masa aktif seksual dan dapat timbul dalam asosiasi kehamilan, diabetes mellitus, penggunaan obat kortikosteroid dan antibiotika. Agen kausatif dapat bersumber pada rektum, tampak peradangan pada mukosa, vulva dan vagina disertai gejala-gejala subjektif yang intens berupa gatal-gatal, nyeri, dan rasa panas. Vulva tampak bengkak, merah, dan berfisura 7. Pada pemeriksaan inspekulo, mukosa vagina tampak tertutup pseudomembran putih seperti keju. Apabila diangkat akan tampak bercak-bercak hemoragik. Serviks tampak bengkak, merah dan erosif. Sekret biasanya sedikit seperti air, tetapi kadang-kadang banyak dan berwarna putih, mengandung noda-noda seperti keju atau purulen. Labia majora tampak bengkak dan merah, tertutup oleh lapisan putih yang menunjukkan maserasi 10. Lesi-lesi cenderung menjalar ke daerah inguinal dan gluteal. Kadang-kadang lesi-lesi ini terasa amat sakit dan 8

3 menimbulkan dispareunia sehingga menyulitkan pemeriksaan dengan spekulum. Vulvo-vaginitis akibat kandida perlu dibedakan dari gonore, di sini perasaan nyeri kurang, disertai sekret dalam jumlah tidak begitu banyak dan berwarna kuning kehijauan 11. b. Pada pria Balanitis disebabkan oleh kandida. Kandidiasis genitalis pada pria, secara klinis tampak sebagai balanopostitis dengan rasa gatal-gatal dan panas pada glands penis dan preputium. Pada pemeriksaan tampak glands penis dan preputium eritematous disertai vesikel-vesikel, ulsera superfisial dan pseudomembran adheren yang terdiri atas zat seperti keju. Kadang-kadang keluar sekret dari uretra seperti air atau mukoid 11. Pada kasus yang berat terutama penderita diabetes mellitus dapat timbul erosi dan ulkus pada glands penis serta edema preputium. Tanpa pengobatan akan terjadi fimosis dan terdapat sekret seperti air di bawah preputium. Lesi-lesi dapat menyebar ke daerah sekitarnya, terutama ke daerah skrotum, regio inguinal dan lipatan gluteal, tempat terdapatnya lesi-lesi eritematous dengan skuama yang terasa gatal 10. Kandidiasis genitalia pada pria dapat berlangsung tanpa gejala (asymptomatik). Gejala-gejala terutama timbul pada penderita yang tidak mengalami sirkumsisi. Candida albicans dapat ditemukan di bawah preputium. Sebagai diagnosis diferensial, dapat disebutkan dermatitis kontak yang disertai edema dan fimosis Diagnosis laboratorium Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan sampel sekret vagina pada wanita dan sekret uretra pada pria, secara mikroskopis apabila ditemukan jamur Candida albicans maka diagnosa laboratorium dapat ditegakkan. Secara klinis diagnosis 9

4 Candida albicans ditegakkan berdasarkan adanya sekret berwarna putih yang bergumpal kadang-kadang kental seperti susu basi yang pecah, bau tidak sedap dan rasa gatal pada vulva atau vagina, sering disertai warna merah pada vulva dan rasa perih pada vagina atau ujung penis 12. Pemeriksaan mikologi dilakukan melalui tahap sebagai berikut: untuk bahan-bahan dari vagina, bawah preputium dan dari uretra diambil dengan usap steril (swab), ditambahkan larutan garam faal atau diwarnai dengan cara Gram. Dalam sediaan Gram, kandida bersifat Gram positif (+). Dalam sediaan langsung yang ditambahkan KOH 10-20% kemudian diperiksa di bawah mikroskop, jamur tampak sebagai sel-sel berbentuk lonjong dengan atau tanpa tunas, terpisah satu-satu atau dalam kelompok blastospora. Di samping itu, tampak benang-benang hifa jamur dan pseudohifa yang sebetulnya adalah perpanjangan tunas Cara Penularan Setiap wanita mempunyai risiko yang sama untuk mengalami infeksi jamur pada vagina. Bahkan bagi wanita yang tampak sehat seringkali terdapat jamur di dalam vaginanya. Keberadaan jamur dalam vagina ini sebenarnya normal. Jika sistem kekebalan tubuh dan lingkungan vagina yang kondisinya asam, maka kuman-kuman itu tidak akan mudah masuk. Sebaliknya jika keseimbangan ph vagina terganggu, jamur akan mudah berkembang biak secara tidak terkontrol dan mengakibatkan infeksi 13. Faktor utama penyebab kandidiasis vagina adalah masalah kebersihan (personal hygiene). Infeksi jamur ini dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi 10

5 lembap sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur 2. Wanita yang terkena kandidiasis bisa berpotensi menularkan infeksi pada pasangan seksualnya. Banyak pria mengembangkan infeksi Candida pada genitalia, yang biasanya tampak sebagai balanitis atau balanopostitis. Sumber infeksi ini secara normal berasal dari pasangan seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Penularan Candida albicans pada pria diperkirakan sekitar 10%. Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat meningkatkan resiko terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut : a. stress b. kurang tidur c. diet yang buruk atau terlalu banyak makan makanan yang mengandung gula d. kehamilan e. menstruasi f. menggunakan pil KB g. menggunakan antibiotik h. menggunakan obat-obatan steroid i. penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV Media Penularan Jamur Candida albicans merupakan penyebab kandidiasis. Jamur ini mempunyai habitat di tempat-tempat lembab dan air. Air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur Candida albicans penyebab keputihan. Sedangkan air yang mengalir dari kran toilet umum, mengandung kurang lebih 10-20% jamur Candida albicans 2. Selain itu, pertukaran cairan tubuh sewaktu berhubungan seksual juga berpotensi menjadi sarana penyebaran penyakit ini 1. 11

6 7. Pencegahan Penularan Untuk mencegah terjadinya keputihan berulang maka wanita harus selalu menjaga kebersihan alat kelamin luar. Upaya ini sangat penting dalam mencegah timbulnya keputihan dan juga mencegah PMS. Seperti diketahui kulit daerah alat kelamin dan sekitarnya harus diusahakan agar tetap bersih dan kering, karena kulit yang lembab/basah dapat menimbulkan iritasi dan memudahkan tumbuhnya jamur dan kuman penyakit. Jangan terlalu sering melakukan douche (mencuci/membilas vagina) dengan larutan antiseptik karena akan menghilangkan cairan vagina yang normal dan dapat mematikan bakteri alamiah didalam vagina 2. Pencegahan infeksi ini dapat dimulai dengan merawat diri sendiri, waktu istirahat yang cukup, menghindari stres serta mengkonsumsi makanan yang sehat. Jika memiliki penyakit tertentu seperti diabetes, agar tetap terkontrol di bawah pengawasan dokter 13. Kebiasaan melakukan seks bebas dapat memicu timbulnya Kandidiasisis sehingga upaya pencegahan infeksi lebih dititikberatkan pada perilaku manusia, hanya berhubungan seks dengan suami atau istri yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan infeksi ini. Pada ibu rumah tangga sebaiknya selalu memeriksakan diri secara periodik guna mengetahui infeksi secara dini dan segera melakukan pengobatan apabila ada gejala dan tanda infeksi. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi penyebaran infeksi ini Pengobatan Pengobatan kandidiasis genitalis pada umumnya bersifat pengobatan secara topikal, prinsipnya adalah aplikasi obat dalam jangka waktu lama untuk mengeliminasi jamur sebagai penyebabnya. Disamping pengobatan topikal perlu dicegah autoinfeksi dari saluran pencernaan, reinfeksi dari partner seksual, serta pengobatan faktor predisposisi misalnya diabetes mellitus. Faktor kebersihan penderita 12

7 seperti menghindarkan pemakaian pakaian dalam dari bahan sintetik merupakan juga faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan 7. a. Nistatin Sebagai obat pertama yang dipasarkan, nistatin paling banyak dipakai dan dianggap obat pilihan untuk kandida. Nistatin diberikan dalam bentuk tablet vagina atau pesarium dengan cara dimasukkan sedalam-dalamnya ke dalam vagina 2 kali sehari selama 2 minggu. b. Mikonazol Dosis yang dianjurkan adalah 1 pesarium 2 kali sehari selama 7 hari. c. Klotrinazol Dosis yang dianjurkan adalah 1 pesarium sehari selama 6 hari atau 2 pesarium sehari selama 3 hari. d. Ekonazol Dosis yang dianjurkan adalah 1 supositoria vaginal, gyno-pevaryl 150 yang mengandung 150 mg ekonazol selama 3 hari. e. Ketoconazol Diberikan per oral 2x200 mg sehari selama 5 hari 10. B. Candida albicans 1. Klasifikasi Taksonomi Candida menurut C. P. Robin Berkhout (1923), sebagai berikut : Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Saccharomycotina Class : Saccharomycetes Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae 13

8 Genus : Candida Spesies : Candida albicans Morfologi Candida secara morfologi mempunyai beberapa bentuk elemen jamur yaitu sel ragi (blastospora/yeast), hifa dan bentuk intermedia/pseudohifa. Sel ragi berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2 5 µ x 3 6 µ hingga 2 5,5 µ x 5 28 µ. Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Pertumbuhan optimum terjadi pada ph antara 2,5 7,5 dan temperatur berkisar 20 0 C 38 0 C. Candida merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat yaitu sekitar jam. Kemampuan Candida tumbuh pada suhu 37 0 C merupakan karakteristik penting untuk identifikasi. Spesies yang patogen akan tumbuh secara mudah pada suhu 25 0 C 37 0 C, sedangkan spesies yang cenderung saprofit kemampuan tumbuhnya menurun pada temperatur yang semakin tinggi 14. Gambar 2.1 Morfologi Candida : (a) bentuk khamir, (b) bentuk pseudohifa, (c) bentuk hifa 3 14

9 3. Habitat Candida albicans mempunyai habitat di tempat-tempat yang lembab dan di alam bebas yaitu di air. Selain di alam bebas, Candida albicans dapat hidup di dalam tubuh manusia sebagai parasit atau saprofit yaitu kulit, selaput lendir mulut, saluran pencernaan, saluran pernapasan, vagina dan kuku. Pada keadaan tertentu Candida albicans ini dapat menjadi patogen dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis Patogenesis Candida albicans merupakan penyebab penyakit kandidiasis. Infeksi dapat akut, kronik dan kelainannya bersifat superfisialis atau sistemik. Organisme ini adalah bagian dari flora normal dari kulit, membran mukosa dan traktus gastrointestinal. Cara infeksi endogen, Candida albicans membentuk sel ragi (sel khamir) yang disebut juga blastospora, multiplikasi dengan membentuk tunas semu (psedohyphae) dapat juga membentuk hifa sejati (true hyphae) 10. Pada wanita, Candida albicans sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan bagian lain 11. Hampir 75% dari semua wanita pernah mengalami vulvovaginitis jamur, dan kira-kira 40 sampai 50% akan mengalami infeksi berulang. Beberapa faktor predisposisi dapat mengubah sifat saprofit Candida albicans menjadi patogen antara lain sebagai berikut: penggunaan antibiotik, obat kortikosteroid, pemakaian pil KB, kehamilan atau karena diabetes mellitus 6. 15

10 5. Identifikasi Biakan : pada media padat, agar Sabouroud suhu 25 0 C setelah jam, Candida albicans membentuk koloni seperti ragi (yeastlike colony). Koloni tumbuh bentuk bulat, menonjol, opaque, permukaan halus, licin, warna putih kekuningan. Setelah satu bulan warna koloni menjadi krem, licin atau berkerut, bagian tepi koloni ada hifa semu sebagai benang yang masuk ke dalam dasar medium. Di dalam jaringan tubuh manusia, blastospora tubuh budding dan pseudohyphae 10. C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kandidiasis : 1. Penggunaan antibiotik Terlalu banyak mengkonsumsi antibiotik akan membunuh bakteri-bakteri yang menjaga keasaman vagina. Jika bakteri penghasil asam ini mati maka kondisi vagina akan menurun sehingga menyebabkan infeksi jamur Candida albicans 6. Dalam penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi antibiotika meningkatkan risiko kejadian kandidiasis sebesar 4 kali dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi 5. Pemberian antibiotika terutama yang mempunyai khasiat luas dengan dosis tinggi dan waktu lama, agaknya menyuburkan Candida albicans yang semula telah hidup di dalam tubuh sebagai saprofit bahkan mengubah sifatnya menjadi patogen Penggunaan obat kortikosteroid Kortikosteroid adalah obat-obat yang digunakan untuk mengobati asma dan penyakit auto imun seperti Lupus. Namun, obat ini dapat menimbulkan efek merusak pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi Candida albicans Diabetes mellitus Kadar gula di dalam darah dan urine yang meningkat akan merangsang pertumbuhan Candida albicans. Wanita diabetes sangat 16

11 peka terhadap keputihan karena gula di dalam darahnya terlalu tinggi. Jumlah glikogen yang disekresi oleh dinding vagina meningkat sehingga bakteri normal tidak dapat melaksanakan tugasnya. Gula dalam air kemih juga tertimbun pada vulva sehingga menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan jamur 6. Dalam penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara diabetes mellitus dengan kejadian kandidiasis 8. Wanita penderita diabetes mellitus kemungkinan dapat berisiko terinfeksi Candida albicans. Infeksi Candida albicans dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi cuaca panas dan tingkat kelembaban sehingga menyebabkan banyak keringat. Faktor internal yaitu kehamilan dan diabetes mellitus Kehamilan Pada saat hamil terjadi kelebihan glikogen pada epitel vagina yang merubah derajat keasaman di dalam vagina menjadi lebih rendah dan merangsang pertumbuhan jamur Candida albicans menjadi lebih cepat. Infeksi kandidiasis minimal sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan Pemakaian pil anti hamil (pil KB) Wanita yang menerima hormon estrogen dari pil-pil KB atau yang berasal dari terapi hormon akan menyebabkan perubahan metabolisme tubuh yang merangsang Candida albicans untuk berkembangbiak. Selain itu, estrogen juga akan meningkatkan kandungan glikogen pada vagina kurang lebih 50%. Terbentuknya glikogen yang akan terurai menjadi gula akan memudahkan infeksi Candida albicans 6. Dalam penelitian menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko kejadian kandidiasis sebesar 2 kali dibandingkan dengan pemakaian kontrasepsi mekanis 5. Kontrasepsi hormonal menunjukkan perubahan-perubahan di saluran 17

12 reproduksi yang memudahkan timbulnya infeksi saluran reproduksi. Sedangkan pada alat kontrasepsi IUD terdapat kemungkinan ikut masuknya mikroorganisme penyebab infeksi termasuk jamur dan infeksi dapat terjadi melalui hubungan seksual Faktor karakteristik a. Umur Umur merupakan salah satu faktor predisposisi dari infeksi menular. Status imunologis atau daya tahan tubuh pada umur yang muda masih cukup baik, sedangkan bertambahnya umur maka daya tahan tubuh akan semakin berkurang. Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi kandidiasis 17. Infeksi jamur dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat tetapi dapat dijumpai pada mereka yang berada pada masa aktif hubungan seksual (16-40 tahun) sehingga merupakan potensi untuk terjadinya penularan penyakit menular seksual 7. Dalam penelitian menunjukkan dari karakteristik responden yang diteliti bahwa proporsi responden positif kandidiasis berusia tahun lebih besar (52,2%) dari usia antara tahun (47,8%) 5. b. Pendidikan Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya. Hal ini mempengaruhi responden dalam menerima informasi dari luar, termasuk informasi tentang kesehatan personal hygiene yang diterima seseorang sehingga dapat membedakan perilaku kesehatan yang benar dan perilaku kesehatan yang salah 17. Dalam penelitian menyebutkan bahwa proporsi responden kandidiasis positif dengan tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD dan SMP) menempati kasus terbanyak (9,09%) dan pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) tidak terdapat kasus 8. 18

13 c. Pekerjaan Pekerjaan adalah salah satu aktivitas yang dilakukan oleh wanita setiap hari dan bisa melelahkan, sehingga menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan muncul gejala kandidiasis 17. Dalam penelitian menyebutkan bahwa proporsi responden kandidiasis positif yang tidak bekerja menempati kasus terbanyak (11,36%) daripada responden yang bekerja (9,09%) Pengetahuan tentang Kandidiasis Tidak semua wanita mengetahui cara melindungi diri dari PMS. Jarang pula wanita yang dapat membedakan antara cairan vagina yang normal, dengan yang merupakan gejala dari suatu penyakit. Langkah paling tepat yang dapat diambil agar vagina sehat dan terhindar dari PMS adalah membekali diri sendiri dengan pengetahuan yang memadai. Cermat dalam berhubungan seks adalah kunci sehatnya organ intim. Mempunyai pasangan lebih dari satu merupakan hubungan seksual yang tidak aman. Untuk itu, gunakan kondom agar terhindar dari penularan PMS Berganti-ganti pasangan seksual Setia dan jangan berganti-ganti pasangan untuk mencegah terjadinya infeksi Candida albicans. Hal ini juga merupakan salah satu langkah untuk menjaga dan merawat alat kelamin, hindari untuk jajan atau selingkuh. Hanya berhubungan seks dengan suami atau istri yang sah merupakan salah satu alternatif pencegahan infeksi ini ph vagina Pada saat tertentu vagina akan mengeluarkan cairan yang diperlukan guna membasahi dinding vagina agar selalu bersih. Cairan tersebut berasal dari selaput lendir rahim, rembesan kulit vagina dan saluran kemih bagian atas. Gunanya untuk mempertahankan keasaman vagina agar tidak terjadi infeksi, mempertahankan kebersihan relatif vagina dan sebagi pelumas pada saat berhubungan seks. 19

14 Cairan yang keluar akan berupa lendir jernih, agak kental, tidak berbau, tidak mengalir, tidak menimbulkan gatal pada vagina dan ph nya antara 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman tersebut, pertumbuhan berlebihan bakteri patogen dan jamur dapat dicegah dan Lactobacillus akan tumbuh subur. ph vagina dapat berubah akibat kondisis tubuh. Apabila ph naik diatas 5, maka insiden infeksi vagina meningkat Personal Hygiene Personal Hygiene adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Pemenuhan personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Salah satu jenis personal hygiene diantaranya adalah perawatan genitalia. Tujuan perawatan genitalia ini adalah untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta mempertahankan personal higiene 19. Macam-macam perawatan genitalia adalah sebagai berikut : a. Kebersihan alat kelamin Kebersihan vagina perlu diperhatikan agar kuman yang ada di bagian belakang anus tidak pindah ke bagian depan. Cara yang benar adalah membersihkan vagina dari bagian depan ke belakang bukan sebaliknya. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari anus ke vagina 9. Dalam penelitian menunjukkan bahwa cara membilas vagina yang salah meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 2,4 kali dibandingkan cara membilas vagina yang benar. Cara bilas vagina yang benar dengan membersihkan dari arah depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) agar kotoran dari anus tidak masuk ke vagina karena bila kotoran sampai masuk dapat menyebabkan infeksi dikarenakan kuman-kuman yang ada dalam kotoran manusia masuk ke dalam vagina 5. 20

15 Mengeringkan daerah sekitar vagina merupakan langkah yang tepat sebelum berpakaian agar celana dalam yang dipakai tidak menjadi basah dan lembab yaitu dengan menggunakan tissue yang tidak mengandung parfum dan berwarna putih. Karena tissue yang demikian itu tidak mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada vagina 2. Dalam penelitian menunjukkan kondisi vagina yang basah setelah dibilas meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 3,5 kali dibandingkan kondisi vagina kering setelah dibilas. Apabila vagina tidak dikeringkan terlebih dahulu setelah dibilas akan mengakibatkan kondisi vagina menjadi lembab dan dapat merangsang pertumbuhan jamur 5. Bila celana dalam terkena cipratan air kemih atau air bilasan, harus segera diganti dengan celana kering 4. Memotong bulu pubis juga penting dalam memelihara kebersihan alat kelamin agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur 18. b. Penggunaan air bersih Penggunaan air bersih dalam jumlah yang banyak sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan badan dan alat kelamin. Menyiram toilet umum sebelum menggunakan (flushing) harus dilakukan untuk mencegah penularan jika ada pengguna lainnya adalah penderita penyakit kelamin. Saat berada di toilet umum sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui kran dan hindari penggunaan air yang berada di ember atau bak 9. c. Pemakaian jenis celana dalam Celana dalam ikut menentukan kesehatan organ intim. Bahan yang paling baik dari katun, karena dapat menyerap keringat dengan sempurna. Celana dalam dari bahan nilon ataupun bahan sintetik lainnya justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab 2. Bahan pakaian luar pun perlu diperhatikan seorang wanita. Hindari penggunaan celana dalam dan celana jins yang 21

16 ketat. Bahan dari jins memiliki pori-pori yang sangat rapat, sehingga tidak memungkinkan udara untuk mengalir secara leluasa sehingga menjadi lembab dan berkeringat dan mudah terkena jamur 9. Dalam penelitian menunjukkan jenis celana dalam dari bahan nilon meningkatkan risiko kejadian kandidiasis hampir 3 kali dibandingkan jenis celana dalam dari bahan katun. Celana dalam jenis nilon mempunyai serat-serat yang halus sehingga sirkulasi udara tidak dapat berlangsung baik sehingga tidak dapat menyerap keringat dan mengakibatkan kondisi vagina menjadi lembab yang akan mempermudah pertumbuhan jamur. Adanya pertumbuhan jamur yang berlebihan dapat menyebabkan bau dan gatal pada vagina 5. d. Frekuensi ganti celana dalam Frekuensi ganti celana dalam, dalam sehari minimal sebanyak 2 kali untuk menjaga kebersihan. Selain itu memilih bahan celana yang dapat mudah menyerap keringat karena jika tidak, jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri, karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda 9. Dalam penelitian menunjukkan frekuensi ganti celana dalam kurang dari 2 kali sehari meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 3,5 kali dibandingkan bila ganti celana dalam 2 kali atau lebih per hari. Kondisi iklim tropis Indonesia yang panas akan menyebabkan banyak berkeringat sehingga kondisi vagina menjadi lembab. Kondisi vagina yang lembab dapat merangsang pertumbuhan jamur dan menimbulkan bau dan gatal pada vagina 5. e. Frekuensi ganti pembalut wanita Wanita yang sedang menstruasi/haid harus rajin untuk mengganti pembalut. Karena ketika menstruasi kuman-kuman 22

17 mudah untuk masuk dan pembalut yang tidak diganti merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri 10. Darah yang keluar saat haid menyebabkan daerah sekitar vagina menjadi lebih lembab. Pembalut saat haid diganti setiap mandi dan selesai buang air kecil. Dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap 4 jam sekali yaitu 4-5 kali sehari disaat darah haid sedang banyak. Bila pada hari terakhir, cukup mengganti pembalut 3 kali sehari yaitu pada pagi, sore dan malam hari 2. f. Penggunaan pembersih vagina Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitarnya. Tujuannya agar organ intimnya menjadi harum dan kering sepanjang hari. Cara itu tidak dianjurkan karena ada kemungkinan bedak tersebut menumpuk di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan. Ada juga yang membersihkan liang vagina dengan alat khusus atau botol yang menyemprotkan cairan ke vagina (spray) dan menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih vagina yang tidak jelas komposisinya 5. Pemakaian cairan antiseptik secara berlebihan akan membunuh flora normal yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lendir vagina menjadi asam (ph ±4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Selain itu memberi kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi 18. Penelitian di Amerika, dilaporkan bahwa pada wanita yang melakukan bilas vagina 3 kali atau lebih dalam sebulan akan mempunyai risiko 3,6 kali menderita PMS 2. Dalam penelitian menunjukkan pada wanita yang melakukan bilas vagina 1 kali seminggu meningkatkan risiko kejadian kandidiasis 2,4 kali 5 23

18 D. Kerangka Teori Umur Penggunaan kortikosteroid Imunitas Kejadian Kandidiasis Jenis Pekerjaan Beban kerja berlebih Penggunaan antibiotika Diabetes Mellitus Kehamilan Pemecahan Glikogen ph keasaman vagina Pemakaian pil KB Pendidikan Pengetahuan tentang Kandidiasis Penggunaan pembersih vagina Personal Hygiene : a. Kebersihan alat kelamin b. Penggunaan air bersih c. Pemakaian jenis celana dalam d. Frekuensi ganti pembalut e. Frekuensi ganti celana dalam Berganti-ganti pasangan seksual Gambar 2.2 Kerangka Teori 2,5 24

19 E. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel Terikat Umur Pendidikan Jenis Pekerjaan Kejadian Kandidiasis Personal Hygiene Penggunaan pembersih vagina Penggunaan alat kontrasepsi Variabel perancu : a. Penggunaan antibiotik b. Penggunaan obat kortikostroid c. Diabetes mellitus d. Kehamilan ph vagina Gambar 2.3 Kerangka Konsep F. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 25

20 3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 4. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 5. Ada hubungan antara penggunaan pembersih vagina dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 6. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 7. Ada hubungan antara ph vagina dengan kejadian Kandidiasis pada pasien rawat jalan di Klinik Layanan IMS Puskesmas Sidorejo Lor Kota Salatiga. 26

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Trichomonas vaginalis 1. Sejarah Donne pada tahun 1836 pertama kali menemukan parasit ini dalam secret vagina seorang penderita wanita dengan vaginitis. Dan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Turi (Sesbania grandiflora L) Turi dengan nama latin Sesbania grandiflora L atau Agati grandiflora Devs. Termasuk ke dalam famili tumbuhan Papilianoceae (Maharani, 2010). Terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Candida 2.1.1 Definisi Candida Kandida adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok jamur. Menurut Berkhout (1923), kalsifikasi ilmiah kandida adalah : Kingdom : Fungi Filum

Lebih terperinci

Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB

Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB Faktor Risiko Kejadian Kandidiasis Vaginalis pada Akseptor KB Wiki Anindita dan Santi Martini Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

All about Tinea pedis

All about Tinea pedis All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi

BAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh meliputi karakteristik responden dan hasil uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada akseptor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candida spp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (fluor albus) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Padahal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamu atau obat tradisional adalah salah satu kebanggaan Indonesia karena secara turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak diantaranya adalah Gonorea, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, Kandidiasis dan Trichomonas.

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga (Asroel, 2010). Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus auditori eksternal (Barati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi pada vulva dan/atau vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari jamur Candida sp., terutama Candida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26 Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug 2009 19:26 1. SIFILIS Sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan kesehatan dunia World Health Organizationmemperkirakan bahwa setiap tahun terdapat kurang lebih 350 juta penderita baru Penyakit Menular Seksual di negara berkembang

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan**

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Ida Susila* Eka Junia Imawan** ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF IUD PADA NY R P2002 DENGAN EROSI PORTIO DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2010 Ida Susila* Eka Junia Imawan** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah negara berkembang di dunia yang masih berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat ini. Profil Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim

BAB I PENDAHULUAN. Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi terutama di negara beriklim tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida adalah salah satu jenis jamur yang banyak tumbuh dan berkembang di daerah beriklim tropis, termasuk di Indonesia. Candida dapat ditemukan di tanah, buah-buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN 2012 I. INFORMASI WAWANCARA Tanggal Wawancara.../.../... No. Urut Responden...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran fisiologis Vagina Selama periode reproduksi pada wanita dengan tingkat estrogen yang mencukupi, lactobacillus merupakan flora normal yang paling dominan(>95%) hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Indonesia yang merupakan daerah yang memiliki dua musim dimana suhu tropis dalam kelembapan yang tinggi memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga jamur sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur (Ayuningtyas, 2011). Jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan gejala yang paling sering dialami oleh sebagian besar wanita. Keputihan ditandai dengan keluarnya getah atau lendir berwarna putih. Penyebab keputihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tumbuhan Bunga Bakung Tumbuhan bunga bakung mempunyai ketinggian antara 0,5-1,25 m, merupakan tumbuhan yang memiliki daun dan bunga. Bunga bakung termasuk tumbuhan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat )

DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA MELALUI PENJARINGAN ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN ( SMP/MTs & SMA/ MA sederajat ) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat baik secara fisik, jiwa maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

I. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN ANALISIS KANDUNGAN JAMUR CANDIDA ALBICANS TERHADAP SANITASI TOILET UMUM DI PASAR KOTA BOJONEGORO Juwita Esthi Utami Rusmiati Fitri Rokhmalia Suprijandani ABSTRAK Candidiasis merupakan suatu infeksi yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Candida albicans 1. Klasifikasi Berdasarkan toksonomi menurut Dumilah (1992) adalah sebagai berikut : Divisio Classis Ordo Familia Sub Familia Genus Spesies : Eumycotina : Deuteromycetes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam pembangunan kesehatan pada khususnya, karena tidak akan dapat diselesaikan dengan jalan kuratif saja, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

FARMASI USD Mei 2008. Oleh : Yoga Wirantara (078114021) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

FARMASI USD Mei 2008. Oleh : Yoga Wirantara (078114021) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Oleh : Yoga Wirantara (078114021) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Abstrak, Di lingkungan tempat tinggal kita banyak sekali terdapat berbagai macam jenis jamur. Jamur merupakan salah satu organisme

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus

Lebih terperinci

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Ahmad Syahlani 1, Dwi Sogi Sri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN RAHMAD GURUSINGA Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candida albicans (C.albicans) merupakan salah satu jamur yang sering menyebabkan kandidiasis pada rongga mulut. 1 Kandidiasis merupakan infeksi jamur oportunistik

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dermatomikosis cukup banyak diderita penduduk Negara tropis. Salah satunya Indonesia akan tetapi angka kejadian yang tepat belum diketahui. Iklim yang panas dan lembab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vaginal Candidiasis merupakan infeksi pada vagina dikarenakan pertumbuhan yang tidak terkendali dari Candida sp. terutama Candida albicans (Sobel, Faro et al. 1998).

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juli 2017)

PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juli 2017) Lampiran 1 Nama : Ade Ulfi Dyah Anggraeni NIM : 1401100017 No Kegiatan Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Perencanaan Judul b. Penyusunan Propsal c. Konsultasi Proposal d. Perbaikan Proposal e. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas

Lebih terperinci

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi ASI Asi harus dibuang dulu sebelum menyusui, karena ASI yang keluar adalah ASI lama (Basi). ASI tak pernah basi! biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah

Lebih terperinci

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta Ana Fatkhuli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil Badan Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/AIDS pada tahun 2005 yang dilakukan di 10 kota di Indonesia menunjukkan prevalensi Kandidiasis vulvovaginal (KVV) pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Definisi keputihan Prawirdjoharjo (2007) menjelaskan, keputihan (disebut juga leukorea, white discharge, fluor albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci