PENDAPATAN. Definisi Pendapatan. FASB mendefiniskan pendapatan dan untung sebagai berikut (SFAC No. 6):

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAPATAN. Definisi Pendapatan. FASB mendefiniskan pendapatan dan untung sebagai berikut (SFAC No. 6):"

Transkripsi

1 PENDAPATAN Definisi Pendapatan FASB mendefiniskan pendapatan dan untung sebagai berikut (SFAC No. 6): revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of it's liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or other activities that constitute the entity's ongoing major or central operation (prg 78) Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan aset lain dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban itu (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan yang sedang berlangsung entitas besar atau pusat operasi(prg 78) Paton dan Littleton (1970) mengkarakteristikan pendapatan : Revenue is the product of the enterprise, measured by the amount of new assets received from customers;... Stated in terms of assets the revenue of the enterprise is represented, finally, by the flow of funds from the customers or patrons in exchange for the product of the bussines, either commodities or services (hlmn 47-47) Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang diterima dari pelanggan;... Dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa (hlmn 47-47) Dari beberapa definisi di atas, dapat didaftar karakteristik karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan adalah : 1. Aliran masuk atau kenaikan aset 2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus 3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewjibn 4. Suatu entitas 5. Produk perusahaan 1

2 6. Pertukaran produk 7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk 8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas Karekteristik 3-8 sebenarnya merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya, Karakteristik 1-2 merupakan karakteristik utama sedangkan lainnya merupakan karakteristik konsekuensi, pendukung atau penjelas. Kenaikan Aset Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain.akan tetapi tidak semua kenaikan aset dapat menimbulkan pendapatan. Paton dan litleton menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut : (a) Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor (b) Laba yang berasal dari kegiatan investasi (penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan) (c) Hadiah, donasi, atau temuan (d) Revaluasi aset yang telah ada (e) Penyediaan dan / atau penyerahan produk (barang dan jasa) FSAB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa (from delivering goods atau rendering services). Operasi Utama Berlanjut Pengertian operasi utama dalamm hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk / jasa untuk mendatangkan laba (profit-directed activities) dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk samping. Pengertian operasi utama menunjuk kegiatan sebagaimana pengertian dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statement aliran kas yaitu, operasi 2

3 (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing). Operasi dan Nonoperasi Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidental sering dianggap sebagai pos pendapatan nonoperasi dan dipisahkan penyajiannya.paton dan Littleon (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan nonoperasi hanya dapat dibenarkan kalau laba dan rugi tersebut benar-benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Untuk kepentingan manajerial, pemisahaan kegiatan menjadi operasi dan non-operasi dapat saja dilakukan.akan tetapi, untuk tujuan eksternal, kedua kegiatan tersebut harus tetap dipandang sebagai kegiatan operasi. Penurunan Kewajiban Pendapatan tidak hanya didefinisi dari sudut kenaikan aset tetapi juga dari penurunan atau pelunasan kewajiban. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.kejadian (event) pengiriman barang mengubah kewajiban menjadi pendapatan. Suatu Entitas Telah disebutkan, dengan konsep kesatuan usaha, ekuitas secara konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Oleh karena itu, naiknya asset karena pendapatan akan mengakibatkan naiknya ekuitas. Ekuitas naik karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi, bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas. Produksi Perusahaan Definisi Netral terhadap konsep aliran adalah definisi oleh Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. 1. Pendapatan Didefinisi sebagai fisis bukan moneter 2. Definisi yang netral terhadap saat pengakuan 3

4 3. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri 4. Produk fisis yang yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah yang merupakan pendapatan. FASB menyebutkan, untuk disebut pendapatan kenaikan aset harus berasal dari penyerahan barang atau pelaksanaan jasa. Rincian lebih lanjut yang dibuat Kam (1990) mengenai kedua aliran (fisis dan moneter) : Aliran Fisis berupa : 1.Kejadian memproduksi dan menjual produk (output). 2.Objek, yaitu produk fisis itu sendiri Aliran Moneter berupa : 1.Kejadian Menaiknya nilai aset perusahaan karena pruduksi atau penjualan produk ke konsumer. 2.Objek, yaitu jumlah rupiah (kos atau nilai) aset atau produk yang dihasilkan atau dijual. Dalam Mendefinisi Pendapatan FASB dan APB lebih menekankan butir (3) tanpa mengabaikan butir (1), Paton dan Littleton lebih menekankan pada butir (1) tanpa mengabaikan butir (3) karena mereka berpendapat bahwa proses pembentukan pendapatan (earning process) lebih penting daripada peristiwa penjualan untuk memaknai pengertian pendapatan. Pertukaran (Exchange) Paton dan Littleton memasukan kata pertukaran (exchange) dalam definisinya karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Berbagai Bentuk dan Nama Pendapatan adalah konsep bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun.pendapatan untuk perusahaan perdagangan, misalnya, disebut dengan penjualan. Untuk perusahaan jasa, pendapatan dapat diberi pewatas untuk menunjukan kegiatan atau jenis jasa yang diberikan (pendapatan sewa, pendapatan jasa angkutan, pendapatan bunga). 4

5 Untung Seperti pendapatan, kata kata kunci yang melekat pada pengertian untung adalah : 1. Kenaikan ekuitas (aset bersih) 2. Transaksi periferal atau insidental 3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu (SFAC No. 6, prg. 85) : a. Periferal dan insidental Penjualan investasi dalam surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo. b. Transfer nontimbal balik (nonreciprocal transfers) dengan pihak lain: Hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan tuntutan perkara hukum c. Penahanan aset (holding assets): Kenaikan Harga securitas investasi, kenaikan nilai-tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding gains). d. Faktor lingkungan Ganti rugi asuransi musibah alam yang melebihi kos aset yang rusak. Pengakuan Pendapatan Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau definisi pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui ( dicatat secara resmi ) sebagai pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara 5

6 konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika memenuhi kualitas keterukuran (measurabilitty)dan keterandalan (reliability). Pembentukan Pendapatan Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak (to be earned) bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan, dan pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan proses pembentukan pendapatan (earning process approach) atau pendekatan kegiatan (activities approach). Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil / capaian serta kontinuitas usaha. Realisasi Pendapatan Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk yang telah selesai dan diserahkan ataupun belum dibuat sama sekali. Dengan kata lain, pendapatan terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atau pada saat terjual atas dasar kontrak penjualan (barang mungkin belum jadi atau belum diserahkan). Dengan pendekatan transaksi, terjadinya pendapatan lebih berkaitan dengan tahap kegiatan penjualan dari pada dengan tahap produksi. Dengan kata lain, penghimpunan pendapatan hanya terjadi pada tahap penjualan dan bila hal ini diterima maka konsep homogenitas kos harus ditolak karena hanya tahap penjualan yang member kontribusi terjadinya pendapatan. Konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan sangat penting artinya dalam pengakuan pendapatan. Berdasarkan konsep upaya dan hasil, konsep penghimpunan pendapatan secara konseptual lebih unggul dan lebih konsisten dari pada konsep realisasi bila dikaitkan dengan definisi pendapatan secara umum karena didukung oleh konsep dasar upaya dan hasil serta konsep homogenitas kos. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian (event) yang dapa menandai pengkuan pendapatan yaitu: 6

7 (1) Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya (misalnya kontrak penjualan). (2) Penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya asset lancar (kas, setara kas, atau piutang). Kriteria Pengakuan Pendapatan Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kualitas keterukuran dan realibilitas dan untuk memenuhi konsep dasar upaya dan hasil, criteria pengakuan pendapatan didasarkan atas dua konsep yang saling melengkapi tersebut yaitu untuk dapat mengakui pendapatan, pembentukan pendapatan harus dikonfirmasi dengan realisasi. Atas dasar pemikiran ini, FASB mengajukan dua criteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83): a. Terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized or realizable) Pendapatan dapat dikatakan telah terrealisasi bilaman produk, barang dagangan atau asset lain telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan (dan untung) dapat dikatakan cukup pasti terrealisasi bilamana asset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. b. Terbentuk/terhak (earned) Pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan. Kam (1990, hlm ) mengemukakan criteria pengakuan secara lebih teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut: (1) Keterukuran nilai asset (2) Adanya suatu transaksi 7

8 (3) Proses penghimpunan secara substansial telah selesai Syarat (1) dan (2) di atas telah dicakupi dalam criteria a dari FASB. Agar dikatakan terrealisasi pendapatan memang harus diukur secara obyektif dan hal tersebut pada umumnya dicapai setelah ada transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatan yang dicatat benar-benar merefleksi jumlah rupiah yang akhirnya diterima. Saat Pengakuan Pendapatan Berikut ini dibahas berbagai kaidah pengakuan dan masalah teoritisnya. a. Pada Saat Kontrak Penjualan Dapat terjadi perusahaan telah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pada saat itu pendapatan sudah terrealisasi tetapi belum terbentuk. Karena hanya satu criteria yang dipenuhi, jelas pendapatan tidak dapat diakui pada saat tersebut. Sementara itu pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli. b. Selama Proses Produksi Secara Bertahap Dalam industir tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat proyek selesai dan diserahkan. Yang pertama disebut metode persentase sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak-selesai. Metode di atas makin didukung kelayakannya untuk kontrak-kontrak yang pembayarannya ditentukan dengan system kos-plus yaitu harga kontrak yang akhirnya dibayar adalah sebesar kos total ditambah persentase tertentu dari kos total tersebut. System kos-plus biasanya digunakan kalau produk tidak standar sehingga kos pembuatannya tidak dapat diestimasi dengan cukup teliti. Akresi Berkaitan dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan produksi adalah masalah akresi yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya. Per defin- 8

9 isi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena asset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara obyektif. Pertambahan tersebut juga berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Untuk merealisasi pertambahan nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih harus diikuti dengan perubahan bentuk asset menjadi asset lancar baru (kas atau piutang). Oleh karena itu, tidak selayaknyalah akresi diakui sebagai pendapatan. Dari segi pelaporan periodic, tidak diakuinya akresi sebagai pendapatan bukan berarti meniadakan arti penting akresi, lebih-lebih untuk kepentingan analisis internal. Seperti pada kasus tentang kontruksi jangka panjang, pemecahan yang paling baik untuk pengakuan pendapatan sehubungan dengan biaya akresi adalah pergantian takaran penandingan pendapatan dan biaya dari perioda tahunan ke angkatan produk. Apresiasi Mirip dengan akresi adalah apa yang disebut apresiasi yaitu selisih nilai pasar wajar asset perusahaan dengan kos (atau nilai buku asset terdepresiasi). Dibanding akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi pengertian pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar. Paton dan Littleton (1970) sangat menentang pengakuan apresiasi sebagai pendapatan. Argument yang diajukan diuraikan berikut ini. Apresiasi Bukan Merupakan Transaksi. Kenaikan nilai pasar semata-mata dengan cara apapun menghitungnya bukanlah merupakan pendapatan yang nyata. Apresiasi bukanlah hasil suatu transaksi atau kegiatan produksi. Apresiasi juga tidak menambah sumber ekonomik yang dapat digunakan untuk mendanai operasi. Apresiasi Tidak Obyektif. Dalam keadaan yang sangat khusus, apresiasi dapat merupakan alat atau cara untuk memperoleh tambahan asset likuid. Dengan demikian apresiasi seolah-olah dapat diubah menjadi dana likuid melalui proses peminjaman atau utang. Kenaikan nilai asset melalui penerbitan obligasi atau kontrak utang lainnya tidak sama dengan penjualan atau pertukaran asset yang sebelumnya dimiliki perusahaan. Penghematan Kos Prinsip yang masuk akal adalah semua jenis potongan pembelian diperlakukan sebagai pengurang terhadap kos nominal pembelian. Setiap tambahan pembayaran karena ketidakmampuan 9

10 membayar dalam perioda potongan merupakan rugi. Sementara itu, potongan yang diperoleh karena membayar dalam perioda potongan adalah pengurang atau penysuai kos bukan untung. Penghematan kos sama sekali bukanlah pendapatan. Kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. c. Pada Saat Produksi Selesai Kalau sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan pada saat produk selesai karena pendapatan sudah terrealisasi dan pada saat produk selesai pendapatan secara substansial sudah terbentuk. Akan tetapi, kalau tidak ada kontrak sebelumnya, hanya criteria terbentuk yang dipenuhi. Keberatan untuk mengakui biasanya didasarkan atas keterukuran dan realibilitas jumlah rupiah pendapatan. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industry ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat dirrealisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu. Jadi, kondisi ini dapat mengganti criteria cukup pasti terrealisasi sehingga pada saat selesainya produksi kedua criteria pengakuan dianggap telah terpenuhi. Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai mempunyai alasan logis yang kuat untuk industry ekstraktif, penggunaannya secar umum kurang dapat diterima bahkan dalam industry ekstraktif sekalipun. Dengan kata lain, kegiatan produksi itu sendiri tanpa adanya penguatan yang berasal dari penjualan dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang obyektif dan menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. d. Pada Saat Penjualan Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan criteria penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Criteria terrealisasi telah dipenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara obyektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan. Pada saat terjadi penjualan jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan. Di samping itu, transaksi penjualan 10

11 mengakibatkan masuknya asset baru ke dalam perusahaan untuk (1) menutup kos (potensial jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang terkulminasi dengan penyerahan produk dan (2) menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kreditor, dan deviden kepada pemegang saham. Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna-jual atau pasca-jual. Masalah lain berkaitan dengan kemungkinan atau pengembalian barang. Akhirnya, kemungkinan ketaktertagihan piutang bila penjualan tidak tunai. Masalah-masalah tersebut tidak menghalangi secara konseptual maupun teknis untuk mengakui pendapatan pada saat penjualan. Berikut ini dibahas cara-cara untuk mengatasi masalah di atas. Kembalian dan Ptongan Tunai Kembalian atau return untuk suatu perioda yang timbul akibat barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Ada kalanya terjadi penjualan barang yang disertai dengan hak pembeli untuk mengembalikan barang bukan karena barang rusak atau alasan umum lainnya melainkan karena perjanjian menyatakan bahwa pembeli berhak dalam mengembalikan barang dalam perioda tertentu. Adanya hak mengembalikan juga tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Dalam hal ini FASB menetapkan bahwa kalau suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualan kalau semua syarat-syarat berikut dipenuhi (SFAS No. 48, prg. 6): a. Harga jual cukup pasti atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan b. Pembeli sudah membayar kepada penjual, atau pembeli berkewajiban untuk membayar penjual dan kewajiban tersebut tidak bergantung pada laku-tidaknya produk dijual oleh pembeli. c. Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi pencurian atau kerusakan fisis produk 11

12 d. Pembeli benar-benar ada secara substantive artinya pembeli merupakan suatu badan yang secara ekonomik disebut sebagai perusahaan bukan sekedar formalitas. e. Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan dimasa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan f. Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak. Apabila penjualan dan kos barang terjual tidak diakui pada saat kontrak karena syarat-syarat di atas tidak dipenuhi, pengakuannya dapat dilakukan pada saat hak pengembalian telah habis atau pada saat semua syarat diatas telah terpenuhi manapun yang datang terlebih dahulu. Kos Purna-jual Kalau memang dipandang penting bahwa penyesuaian untuk kos purna-jual merupakan bagian dari pengukuran laba yang tepat, terdapat cara yang cukup layak untuk mengatasi masalah tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama kedalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun. Dari segi konsep penandingan, penyesuaian semacam itu merupakan suatu langkah yang cukup masuk akal dalam upaya menandingkan pendapatan dan biaya yang tepat untuk perioda tertentu. Kerugian Piutang Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna-jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan dapat disajikan dalam statement sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi. Kerugian piutang yang ditaksir tersebut dapat disajikan dalam kelompok biaya dalam statemen laba-rugi sebagai biaya penjualan yang bersangkutan dengan pengumpulan piutang atau dapat juga sebagai pengurang langsung pos pendapatan. Transaksi penjualan Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran asset secara actual bukan transaksi kontrak itu sendiri. Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan 12

13 sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah menerima uang muka. Melalui PSAK No. 23, IAI membuat ketentuan untuk dapat mengakui pendapatan dari penjualan barang sebagai berikut (pasal 13 atau 38): (a) Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli (b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual (c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal (d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir keperusahaan tersebut (e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal e. Pada Saat Kas Terkumpul Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas atau ketertagihan piutang. Dengan cara ini, pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada saat kas diterima atau terkumpul dan baru kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan dasar kas tersebut. Bila dikaitkan dengan criteria pengakuan pendapatan, dasar ini sangat menekankan bahwa pendapatan hanya dapat diakui kalau pendapatan tersebut cukup pasti terrealisasi. Validitas dasar ini cukup didukung untuk perusahaan jasa yang umumnya menentukan tariff dan menagih atas dasar jasa yang telah diberikan. Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek Saat penyerahan jasa atau saat penerimaan kas keduanya dapat dijadikan pemicu untuk pengukuran dan pengakuan pendapatan. Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang Di lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relative panjang seperti halnya perusahaan penyewaan ruang atau bangunan maka besar 13

14 kemungkinan akan terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam suatu perioda atas dasar penyerahan jasa dan jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam perioda yang sama atas dasar penerimaan kas. Argumen Pendukung Validitas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas didasarkan atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan yaitu: (a) Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan asset yang mempunyai daya beli murni. (b) Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tidak akan tertagih. (c) Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna-jual untuk penjualan kredit biasa. Dari ketiga butir diatas, butir (a) merupakan pertimbangan yang paling mendukung dengan alasan bahwa kalau pendapatan harus mengakibatkan adanya aliran masuk asset likuid maka timbulnya piutang jangka panjang tidak dapat dijadikan bukti atau dasar untuk pengakuan pendapatan. Validitas butir (b) masih diragukan. Dalam hubungannya dengan kepastian pelunasan seluruh angsuran, sisa uang muka yang biasanya dilakukan oleh pembeli cenderung menjadikan penjualan angsuran lebih terjamin pelunasannya dari pada penjualan kredit biasa. Mengenai butir (c), masalah penaksiran kos purna-jual sebenarnya tidak berbeda dengan masalah penaksiran jumlah cadangan kerugian piutang dan besarnya dapat ditentukan cukup teliti atas dasar pengalaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk penjualan angsuran tidak ada alasan yang kuat untuk menggunakan dasar kas untuk pengakuan pendapatan. Alasan Penyanggah Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar kas kurang dapat didukung dengan berbagai alasan berikut. Pertama, tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang timbul dari penjualan barang. Kedua, belum tentu bahwa kemungkinan kegagalan untuk menerima pelunasan piutang dalam perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan dagang sehingga mengharuskan perusahaan jasa mengakui pendapatan atas dasar kas diterima. Ketiga, dalam hal 14

15 pembayaran diterima di muka, kemungkinan terjadinya kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa pendapatan sudah dapat diakui. Agar tidak terjadi penyajian yang menyesatkan maka pengakuan pendapatan atas dasar saat penyerahan jasa menjadi pengakuan yang lebih unggul dari segi konsep penandingan. Prosedur Akuntansi Dasar Kas Bila dasar penerimaan kas memang terpaksa harus diterapkan maka perlu suatu prosedur akuntansi yang khusus untuk menjamin bahwa pendapatan dasar kas harus ditandingkan dengan biaya yang diperkirakan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Penerapan dasar kas untuk mengukur pendapatan pada hakikatnya sama saja dengan tidak mengakui piutang angsuran sebagai pos aset meskipun harga jual cukup pasti dan barang telah dikirim. Paton dan Littleton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk mencapai penandingan yang tepat dibawah ini. (1) pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang, perusahaan mencatat sebagai berikut: Pengiriman Barang dasar kas Sediaan Barang Dagangan (2) bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan tersebut dicatat sebagai berikut: kas Penjualan Dasar Kas (3) pada akhir perioda harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara tepat ke pendapatan dasar kas tersebut. Misalnya nilai kontrak penjualan angsuran dalam contoh di atas adalah sebesar Rp dan kas yang telah diterima untuk suatu perioda adalah Rp (40%). Jurnal akhir tahun sebagai berikut: Kos Barang Terjual Dasar Kas (40% x Rp ) Pengiriman Barang Dasar Kas

16 (4) kalau ternyata pada akhir perioda terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi barang belum dikirim maka kos barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke kos barang terjual dasar kas. Misalnya pada akhir perioda perusahaan telah menerima angsuran Rp tetapi barang (dengan taksiran kos Rp belum dikirim). Jurnal akhir tahun adalah: Kos Barang Terjual Dasar Kas Utang Pengiriman Barang Dasar Kas Biaya Administrasi dan Penjualan Dalam contoh di atas belum dipersoalkan masalah kos yang tidak langsung melekat pada produk (yaitu kos administrasi dan penjualan) untuk dibebankan secara tepat terhadap pendapatan dasar kas. Prinsip penandingan yang tepat menuntut bahwa kalau pendapatan yang diakui untuk suatu perioda hanya yang sudah diterima kasnya maka biaya-biaya yang harus diperhitungkan untuk perioda tersebut adalah seluruh biaya-biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut. Pada umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang dapat diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediaankan. Kos tersebut harus segera dibebankan kependapatan sebagai biaya perioda. Dalam hal inilah pengakuan pendapatan atas dasar kas menunjukkan kelemahannya. Kalau seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari pelanggan dalam suatu perioda diakui sebagai pendapatan maka biaya yang dapat ditandingkan terhadap pendapatan tersebut adalah biaya yang berkaitan dengan upaya untuk memperoleh pendapatan sebesar kas yang telah diterima tersebut bukan biaya yang telah dibayar selama perioda bersangkutan. Saat Pengakuan Penjualan Jasa pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut: 16

17 1. kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan. 2. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama perioda pelaksanaan pekerjaan secara proporsional. 3. Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut dipenuhi: a. proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan. b. jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditentukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan. 4. Kalau terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektibilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul. Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar kemajuan pelaksanaan merupakan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan pengecualian dari kaidah ini. Selain itu, IAI juga menetapkan dasar yang disebut dengan kos terpulihkan sebagai pengecualian dari dasar kemajuan pelaksanaan jasa. Hal ini dinyatakan dalam PSAK No. 23 berikut: bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali (pasal 25 atau 40) Lepas dari masalah kekacauan bahasa, pasal 19 sebenarnya sama dengan kaidah 2 dari AICPA di atas. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu: (a) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal. (b) benar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. (c) tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. 17

18 (d) biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan dari uraian tentang karakteristik, pengukuran, penghimpunan, dan realisasi pendapatan di atas beserta konsekuensinya terhadap saat pengakuan, dapat disusun suatu pedoman umum pengakuan pendapatan termasuk untung dan rugi. FASB meringkas pedoman umum ini dalam SFAC No. 5 prg. 84 sebagai berikut: a. kriteria terbentuk dan terrealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagangan diserahkan atau jasa diberikan kepada konsumer. b. kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman. c. kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan taksiran yang layak atas hasil pada saat penyelesaian dan taksiran kemajuan produksi dapat diukur dengan cukup andal. d. kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan ast berlangsung secara menerus selama suatu perioda dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu. e. kalau produk atau aset lain dapat segera terrealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan yang berarti, pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pda saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah. f. kalau produk, jasa, atau aset lain ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pandapatan atau untung atau rugi dapat diakui pada saat meretia telah terhak atau pada saat transaksi telah seleasi asalkan nilai wajar aset nonmoneter yang terlibat dapat ditentukan dalam kisar yang layak. g. kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul. 18

19 Prosedur Pengakuan kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi. Untuk perusahaan pada umumnya, selesainya pembuatan faktur bersamaan dengan pengiriman barang adalah saat yang paling tepat dalam memberi bukti untuk pencatatan penjualan. Penyajian masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisahan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba-rugi. 19

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN Oleh: 1. Yogi Afrianto ( 21207194 ) 2. Dini Tri Wardani ( 20207343 ) SARMAG AKUNTANSI 1 UNIVERSITAS GUNADARMA 2010 PENDAPATAN Pengertian Menurut PSAK No. 23 paragraf

Lebih terperinci

BAB 8 PENDAPATAN A. DEFINISI

BAB 8 PENDAPATAN A. DEFINISI BAB 8 PENDAPATAN A. DEFINISI Pendapatan adalah aliran masuk aset atau kenaikan aset lainnya pada suatu entitas atau penyelesaian/pelunasan kewajiban entitas tersebut dari penyerahan atau produksi barang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah suatu kegiatan jasa (Service Activity)yang berfungsi untuk. memilih di antara beberapa alternatif.

BAB II LANDASAN TEORI. adalah suatu kegiatan jasa (Service Activity)yang berfungsi untuk. memilih di antara beberapa alternatif. BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Informasi Akuntansi Menurut Accounting Principle Board Statement No. 4: Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa (Service Activity)yang berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif,

Lebih terperinci

BAB II KAS, PENDAPATAN DAN MODAL. atau logam), cek yang dapat dicairkan setiap saat dan setara kas. b. Pendapatan di luar operasi perusahaan

BAB II KAS, PENDAPATAN DAN MODAL. atau logam), cek yang dapat dicairkan setiap saat dan setara kas. b. Pendapatan di luar operasi perusahaan BAB II KAS, PENDAPATAN DAN MODAL 2. Kas 2.1. Pengertian Kas Kas adalah alat pembayaran yang sah yang dimiliki perusahaan, diperoleh dalam operasi perusahaan. Wujud kas dapat berupa uang tunai (kertas atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil

BAB II LANDASAN TEORI. capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan 1. Definisi Pendapatan Teori akuntansi menyatakan bahwa pendapatan mempresentasikan capaian dan biaya mempresentasi upaya. Konsep upaya dan hasil mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Beberapa pandangan teoretis mengenai akuntansi, pendapatan, biaya, laporan keuangan, dan akuntansi kontrak konstruksi dapat menjadikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pendapatan Menurut Keiso, Weygandt, Warfield (2008 :516), Pendapatan ialah arus masuk aktiva dan penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Warren (2013 : 9), mendefinisikan akuntansi diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA Akuntansi perubahan harga (accounting for price changes) mengacu pada perlakuan akuntansi terhadap perubahan atau selisih harga dan masalah akuntansi dalam kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Secara umum pendapatan dapat diartikan sebagai peningkatan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 SAK merupakan pedoman pokok dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dapat dikatakan layak apabila dapat dipahami, relevan, reliabilitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dapat dikatakan layak apabila dapat dipahami, relevan, reliabilitas, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan yang di dalamnya terdiri dari beberapa elemen yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA E. Pendapatan 1.Pengertian Pendapatan Akuntansi sebagai suatu sistem informasi harus mampu memberikan data ekonomi yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan keputusan-keputusan

Lebih terperinci

KONSEP MENGENAI PENGAKUAN BEBAN DAN PERTEMUANNYA DENGAN PENDAPATAN I. PERBANDINGAN BIAYA ATAU BEBAN ANTARA SAK/ IFRS DENGAN FASB

KONSEP MENGENAI PENGAKUAN BEBAN DAN PERTEMUANNYA DENGAN PENDAPATAN I. PERBANDINGAN BIAYA ATAU BEBAN ANTARA SAK/ IFRS DENGAN FASB KONSEP MENGENAI PENGAKUAN BEBAN DAN PERTEMUANNYA DENGAN PENDAPATAN I. PERBANDINGAN BIAYA ATAU BEBAN ANTARA SAK/ IFRS DENGAN FASB Pembeda SAK / IFRS FASB Definisi Beban Definisi Biaya Beban merupakan penurunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan unsur penting bagi kelangsungan suatu perusahaan mengharapkan laba bagi kegiatan operasionalnya. Besar kecilnya laba perusahaan ditentukan

Lebih terperinci

Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg.

Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. KARAKTERISTIK ASET Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg. 25) Assets are probable future economic

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam operasi suatu perusahaan baik perusahaan profit maupun perusahaan non profit (nirlaba)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri untuk berjuang meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas perusahaan dalam suatu periode. Pendapatan merupakan hal yang penting karena pendapatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Arus Kas 1. Pengertian Laporan Arus Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan operasi usahanya akan mengalami arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar (cash outflows).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan BAB II DASAR TEORI A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar usahanya berjalan dengan baik. Oleh karena itu perusahaan dapat memberi kepuasan kepada konsumen melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik

BAB I PENDAHULUAN. Kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu aset dan ekuitas atau

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAN STATEMENT KEUANGAN CHAPTER 2

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAN STATEMENT KEUANGAN CHAPTER 2 AKUNTANSI PERUSAHAAN DAN STATEMENT KEUANGAN CHAPTER 2 PERUSAHAAN Yuridis: Kewajiban Yuridis: Perbuatan atau kegiatan yang bersifat: Terus menerus Terang-terangan (legal) Menyediakan barang/jasa Bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian pendapatan Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva ke dalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN B.IV : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

Kewajiban TEORI AKUNTANSI. Sumber: Suwardjono., Teori Akuntansi. Penerbit: BPFE-UGM, Yogyakarta. Modul ke: Fakultas EKONOMI

Kewajiban TEORI AKUNTANSI. Sumber: Suwardjono., Teori Akuntansi. Penerbit: BPFE-UGM, Yogyakarta. Modul ke: Fakultas EKONOMI Modul ke: 07 AFRIZON, Fakultas EKONOMI TEORI AKUNTANSI Kewajiban SE, M. Si, AK Program Studi AKUNTANSI Sumber: Suwardjono., 2012. Teori Akuntansi. Penerbit: BPFE-UGM, Yogyakarta Tujuan Pembelajaran Mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pernyataan PSAK No.34 2.1.1. Tujuan Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi pendapatan dan biaya yang berhubungan dengan kontrak konstruksi. Karena

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut

I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut I. KARAKTERISTIK BIAYA A. Pengertian Biaya Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. FASB (1980) mendefinisikan biaya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian analisis adalah sebagai berikut : Penelitian terhadap suatu peristiwa untuk diketahui sebab-musababnya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Pendapatan II.1.1. Pengertian Pendapatan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23, pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat

Lebih terperinci

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani Analisis Kredit Analisa Laporan Keuangan Kelas CA Nadia Damayanti 115020300111008 Ranita Ramadhani 115020300111037 ANALISIS KREDIT LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA Likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014 Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

TUGAS TEORI AKUNTANSI

TUGAS TEORI AKUNTANSI TUGAS TEORI AKUNTANSI BAB 10 : Konsep Pendapatan (REVENUE) BAB 11 : Biaya (EXPENSES) Dosen : Mukhlasin Seksi : A Penyusun : Valencia Priska (2008-012-053) Elisabeth Galih (2008-012-126) Joceline Kuntara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Dalam buku analisis kritis atas laporan keuangan (Sofyan syafri, 2013 : 59) Kieso, et al. mengemukakan : Akuntansi sebagai suatu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umumialah dari penjualan barang ataupun jasa. Piutang usaha yang berasal dari transaksi penjualan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan a. Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan hal yang penting dalam operasi suatu perusahaan, karena didalam melakukan suatu aktivitas usaha,

Lebih terperinci

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung. Sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

Anggota: Susi Ariyanti ( ) Setiasih ( ) Pinesthy Putri H. ( ) Yudha Mahardika ( )

Anggota: Susi Ariyanti ( ) Setiasih ( ) Pinesthy Putri H. ( ) Yudha Mahardika ( ) Rerangka Konseptual & Tujuan Pelaporan Akuntansi Anggota: Susi Ariyanti (09403241011) Setiasih (09403241012) Pinesthy Putri H. (09403241013) Yudha Mahardika (09403241047) Rerangka Konseptual Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Penjualan II.1.1. Definisi Penjualan Penjualan secara umum memiliki pengertian kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan 2.1.1. Definisi Pendapatan Menurut IAI (2004 dan 2009) pendapatan (revenue) adalah : Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas yang normal dari

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Menurut kamus akuntansi edisi kedua oleh Abdullah (1993:176), laporan keuangan adalah laporan-laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik

BAB I PENDAHULUAN. Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Piutang merupakan elemen neraca yang membentuk informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu kewajiban dan ekuitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;2) menyatakan bahwa : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan informasi yang berguna bagi pihak internal dan eksternal perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN MEMBACA LAPORAN KEUANGAN Denny S. Halim Jakarta, 31 Juli 2008 1 Outline Pengertian Akuntansi Proses Akuntansi Laporan Keuangan Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Pentingnya Laporan Keuangan Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II AKUNTANSI SEWA

BAB II AKUNTANSI SEWA BAB II AKUNTANSI SEWA 2.1. PENGERTIAN SEWA Pada awalnya sewa lebih dikenal dengan istilah leasing, leasing itu sendiri berasal dari kata lease yang berarti sewa atau yang lebih umum diartikan sebagai sewa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kas Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

Lebih terperinci

Catatan 31 Maret Maret 2010

Catatan 31 Maret Maret 2010 NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan

BAB II LANDASAN TEORI. Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) penjualan terjadi (proses pengiriman) karena saat itu resiko penjualan dan BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Kontrak Jangka Panjang (Konstruksi) Pada dasarnya, sebuah perusahaan baru akan mengakui pendapatannya pada saat penjualan terjadi (proses

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Manfaat Implementasi SAK ETAP Dengan mengimplementasikan SAK ETAP di dalam laporan keuangannya, maka CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas yang disajikan sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Penjualan barang dan jasa dari perusahaan pada saat ini banyak dilakukan dengan kredit sehingga ada tenggang waktu sejak penyerahan barang dan jasa sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan. Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan. Sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peranan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat berbeda-beda tergantung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan 2.1.1 Pengertian Pendapatan Pendapatan secara sederhana merupakan arus masuk aktiva kedalam perusahaan yang timbul dari penjualan barang dan jasa. Pendapatan dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2): 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Laporan Keuangan 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan Informasi Laporan Keuangan dijadikan dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan suatu perusahaan, yang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Koperasi Berbagai pendapat telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian dari koperasi. Berdasarkan ilmu yang dipelajari beserta asumsi masing-masing, pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk

Lebih terperinci

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI Laporan Arus Kas Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI 1 Agenda 1 2 Laporan Arus Kas Latihan dan Pembahasan 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seperti yang telah kita ketahui bersama, air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Namun, pengadaan air merupakan masalah diantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan Laporan keuangan bertujuan

BAB II TINJAUAN TEORI. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan Laporan keuangan bertujuan BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian Pendapatan Menurut Warren (2005 : 63) pendapatan (revenue) adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konstruk, Konsep, dan Variabel Penelitian 2.1.1 Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut : Lampiran IV Peraturan Bupati Bungo Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP I. DAFTAR ISTILAH Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Kebijakan Hutang Hutang menunjukkan besarnya kepentingan kreditur pada harta perusahaan. Pada prinsipnya hutang akan menguntungkan apabila perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement

LAPORAN LABA-RUGI. Income Statement LAPORAN LABA-RUGI Income Statement 1 Pendahuluan Perhitungan rugi-laba (income statement) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Para pengguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hutang Dagang Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pada hakikatnya hutang dagang berperan signifikan dalam perputaran modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah Perusahaan yang baru didirikan maupun yang sedang berjalan mempunyai sebuah tujuan atau target yang akan dicapainya baik untuk jangka pendek, jangka

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT DHEZIGN ONLINE SOLUTION

ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT DHEZIGN ONLINE SOLUTION ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT DHEZIGN ONLINE SOLUTION Aulia Kharisah, Kusni Hidayati, Siti Rosyafah Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

Pengakuan Pendapatan

Pengakuan Pendapatan Pengakuan Pendapatan Pengakuan Pendapatan Lingkungan Terkini Pengakuan Pendapatan saat Penjualan Pengakuan Pendapatan sebelum Pengiriman Pengakuan Pendapatan setelah Pengiriman Pedoman Pengakuan Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha

Lebih terperinci

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto PSAK 24 IMBALAN KERJA Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita 2015271115 Dicky Andriyanto 2015271116 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 I. PENDAHULUAN 1.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 31 BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Landasan Teori 3.1.1 Anggaran Kas 3.1.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

AKUNTANSI INVESTASI

AKUNTANSI INVESTASI -1- - 1 - LAMPIRAN X PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pendapatan Definisi pendapatan menurut PSAK No. 23 paragraph 07(2015) adalah arus kas bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses akuntansi tersebut semua transaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 2.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan memegang peranan penting yang memberikan berbagai informasi tentang kegiatan operasional perusahaan bagi bermacam-macam

Lebih terperinci

Analisis Aktivitas Pendanaan

Analisis Aktivitas Pendanaan TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Prilly Viliariezta Sutanto 1013044 / Akuntansi C Analisis Aktivitas Pendanaan Tinjauan Kewajiban Kewajiban lancar, adalah kewajiban yang pelunasannya diharapkan dapat diselesaikan

Lebih terperinci

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN TUJUAN LAPORAN KEUANGAN MATERI Perumusan Tujuan Akuntansi Tujuan Akuntansi atau Laporan Keuangan Kerangka Konseptual untuk Akuntansi Keuangan Konsep Dasar Laporan Keuangan Perbedaan Pelaporan dan Laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Liabilitas Menurut kerangka dasar pengukuran dan pengungkapan laporan keuangan (KDP2LK) adalah utang entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan arus kas dan likuiditas telah banyak dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan berpengaruh

Lebih terperinci

IAS 7 Laporan Arus Kas

IAS 7 Laporan Arus Kas IAS 7 Laporan Arus Kas Pendahuluan Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan yang memuat informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar, akibat aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan adanya perkembangan ekonomi yang sangat pesat, maka peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan adanya perkembangan ekonomi yang sangat pesat, maka peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Dengan adanya perkembangan ekonomi yang sangat pesat, maka peranan akuntansi akan meningkat karena transaksi-transaksi yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka a. Teori Kebijakan Deviden Deviden adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan, berikut beberapa pendapat mengenai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS 1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan

Lebih terperinci