Makanan Dalam Persfektif Konsumen. Oleh: Dr. In Ujang Sumarwan, MSc

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makanan Dalam Persfektif Konsumen. Oleh: Dr. In Ujang Sumarwan, MSc"

Transkripsi

1 Makanan Dalam Persfektif Konsumen Oleh: Dr. In Ujang Sumarwan, MSc Disampaikan Pada Pelatihan Pengembangan Kurikulum Bidang Pangan dan Gizi Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga-IPB Bogor, 2-16 Agustus 1994

2 Pendahuluan Kita adalah sebuah bangsa dengan lebih dari 180 juta konsumen. Apapun jenis peker jaan dan status sosial kita, dimanapun kita tinggal dan berapapun usia kita, kita semua adalah konsumen. Walaupun kebutuhan dan keinginan setiap konsumen adalah berbeda, tetapi semua konsumen melakukan hal yang sama yaitu konsumsi barang dan jasa. Kesamaan kegiatan yang dilakukan ini membawa implikasi bahwa semua konsumen memiliki kepentingan yang sama. Setiap konsumen mendambakan memperoleh hak-haknya dengan layak, memiliki bargaining power yang sama tatkala melakukan transaksi dengan produsen. Setiap konsumen menginginkan suatu pasar yang diatur dengan prinsip-prinsip, peraturan dan serta suatu itikad baik dari semua unsur yang terlibat didalammnya baik produsen, pemerintah maupun konsumen itu sendiri. Konsumen memerlukan suatu pasar dimana dia bisa membedakan yang baik dari yang buruk. Seringkali terjadi ketegangan antara konsumen dengan produsen karena mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Konsumen menginginkan dapat memperoleh barang dan jasa dengan sebaik-baiknya, sementara produsen menginginkan memperoleh untung yang sebanyakbanyaknya agar is tetap bertahan dalam usahanya. Salah satu sumber ketegangan ini adalah makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan pokok konsumen. Bagi sebagian besar konsumen di Indonesia, mereka mencurahkan uang dan waktunya yang cukup, besar untuk melakukan transaksi dan konsumsi makanan dan minuman. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa makanan dan minuman mempunyai arti yang sangat penting dalam perspektif konsumen. Makanan sebagai Indikator Kesejahteraan Konsumen Selama berpuluh-puluh tahun para ahli psikologi berusaha untuk mengklasifikasikan berbagai macam kebutuhan manusia. Salah satu persamaan yang menonjol diantara daftar

3 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-2 kebutuhan tersebut adalah ditempatkannya kebutuhan fisiologis sebagai peringkat pertama dari kebutuhan manusia. Salah satu konsep kebutuhan yang sangat terkenal diajukan oleh Abraham H. Maslow. Menurut Maslow, manusia mengorganisasikan kebutuhan sedemikian rupa sehingga terdapat prioritas clan hirarki kepentingan. Menurut teori ini, terdapat lima peringkat kebutuhan manusia: (1) Fisiologis, dasar-dasar kelangsungan hidup, kebutuhan makanan, minuman clan lainnya; (2) Keamanan: berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik (3) Interaksi manusia: Cinta, kebutuhan untuk dicintai clan mencintai (4) Afiliasi: Kebutuhan untuk diterima oleh orang lain clan menjacli orang yang penting bagi orang lain. (5) Aktualisai diri: Kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri. Selanjutnya menurut teori ini, setiap kebutuhan dari peringkat yang lebih tinggi akan tidak nampak sebelum tingkat yang lebih rendah terpenuhi. Berclasarkan teori ini, ticlaklah mengherankan bahwa terpenuhinya kebutuhan fisiologis konsumen yaitu makanan dan minuman merupakan merupakan salah satu indikator yang sangat penting bagi kesejahteraan konsumen. Para ekonom juga menggunakan unsur makanan clan minuman namun dengan instrumen yang berbecla dalam menganalisis kesejahteraan konsumen. Para ekonom menggunakan pengeluaran untuk makanan dan minuman sebagai indikator untuk melihat kesejahteraan konsumen. Engel's Law adalah teori klasik dalam ilmu ekonomi yang menyatakan hubungan antara pengeluaran untuk makanan/minuman dengan kesejahteraan konsumen. Teori ini secara sederhana menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen, maka semakin kecil proporsi pendapatan yang dikeluarkan untuk membeli makanan dan minuman. Secara ringkas teori menekankan bahwa kesejahteraan konsumen dapat dilihat dari seberapa besar pendapatan mereka yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dan minuman.

4 Makanan Dalam Perspektif Konsume Ujang Sumarwan-3 Sumarwan (1993) menggunakan data SUSENAS 1984 dan 1990 untuk menganalisis pola konsumsi dari konsumen rumah tangga di Indonesia. Dia menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 1984 dan 1990, lebih dari 50% pengeluaran konsumen rumah tangga adalah untuk makanan. Ini berlaku baik untuk di perkotaan maupun di pedesaan. Ini berarti sebagian besar dari konsumen rumah tangga masih bergelut untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Praktek-Praktek Penjualan Makanan Yang Merugikan Konsumen Semua konsumen di dunia menyukai makan. Konsumen di Amerika menghabiskan seperempat pendapatannya untuk makan di rumah maupun restoran. Konsumen Indonesia bahkan menghabiskan lebih dari setengah pendapatannya untuk makan. Bagi konsumen Indonesia, makanan mempunyai arti sosial, ekonomi, dan religius yang sangat penting. Namun demikian sebagian konsumen Indonesia masih ada yang mengalami kurang makan dan kurang gizi. Masalah lain yang dihadapi adalah Pasar Makanan (food marketplace). Konsumen seringkali menjadi fihak yang dirugikan manakala berhadapan dengan produsen karena begitu kuatnya posisi produsen dan begitu lemahnya posisi konsumen. Garman (1991) menyebutkan beberapa praktek penjualan yang merugikan konsumen (dimodifikasi dan ditambah sesuai kondisi Indonesia): 1. Manipulasi Harga. Konsumen di Indonesia seringkali mendapatkan kenaikan harga pangan yang tiba-tiba manakala terjadi kenaikan gaji pegawai negri atau manakala menghadapi harikari raga. Seringkali permainan harga ini juga karena spekulasi dari para pedagang. 2. Promosi Pengurangan Harga yang tidak benar. Seringkali pedagang memberikan potongan harga seolah-olah harga telah dikurangi, padahal kenyataannya harga masih tetap seperti semula.

5 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-4 3. Biaya kemasan. Biaya kemasan meningkatkan harga makanan, biaya ini bisa mencapai 11 percent dari harga makanan. Seringkah produsen membuat berbagai rupa kemasan menarik agar konsumen tertarik untuk membeli produk, yang bagi konsumen merupakan hal yang berlebihlebihan. 4. Shortweighting and slackfilling. Shortwighting adalah berat makanan yang sebenarnya adalah lebih kecil dari berat yang tertera pada label kemasan. Slackfilling adalah suatu impresi yang diberikan oleh kemasan yang seolah-olah produk yang terisi penuh, padahal kenyataannya tidak penuh, yaitu terdapatnya ruang kosong yang tidak berguna dalam kemasan. 5. Penempatan Produk yang Mentah atau Rusak. Konsumen seringkali begitu cepat tergiur untuk membeli buah-buahan yang tampak matang pada bagian atas kemasan. Tetapi begitu tiba di rumah kita kecewa, karena sebagian besar buah-buahan yang kita beli belum matang atau bahkan rusak. Ini tidak terlihat karena para pedagang menempatkannya pada bagian bawah kontainer. 6. Manipulasi Timbangan. Para pedagang seringkali melakukan berbagai macam modifikasi pada alas timbang, sehingga makanan yang dibeli beratnya tampak lebih lebih besar dari yang sebenarnya. 7. Pemberian Harga yang Ganjil Restaurant Fast Food dan Supermarket wring mencantumkan harga yang ganjil misalnya harga sepotong ayam goreng Rp 2999 atau Rp 4508 atau sebungkus snack Rp 975. Manakala kita membayar dan memperoleh kembalian, yang kita dapatkan bukan kembalian sebesar Rp 1 atau 92 atau Rp 25, tetapi adalah sepotong permen. Bayangkan berapa keuntungan pedagang apabila 2000 orang konsumen dirugikan setiap harinya.

6 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Suniarwan-5 8. Tanga Tanggal Kadaluarsa. Konsumen menghadapi resiko yang angat besar dalam mengkonsumsi makanan atau minuman, karena masih banyaknya produk-produk makanan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Produsen seharusnya mencantumkan salah satu alternatif tanggal berikut: Pull date (tanggal produk harus sudah terjual), expiration date (tanggal produk harus sudah dikonsumsi). Informasi yang mengelabui Salah satu kegiatan produsen yang sangat merugikan konsumen adalah pemberian informasi yang mengelabui (deceptive information). Secara sepintas, informasi yang disampaikan terasa benar, namun apabila diamati secara teliti akan terbukti bahwa informasi tersebut seringkali tidak benar, tidak logis, dan tanpa mendasar. Informasi seperti inilah yang disebut dengan informasi yang mengelabui (deceptive information). Masalahnya tidak semua konsumen mampu menilai apakah suatu informasi itu benar atau mengelabui. Iklan pada media masa serta label pada produk adalah sarana yang Bering digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai atribut makanan dan minuman pada konsumen. Dari keduanya, Man mempunyai jangkauan yang lebih luas kepada konsumen. Konsumen seringkali lebih tertarik memperhatikan Man dibandingkan membaca label yang ada pada kemasan produk. Iklan bukan Baja berfungsi untuk mengkomunikasikan berbagai atribut makanan dan minuman, tetapi is juga berfungsi untuk membujuk konsumen sehingga mau membeli barang tersebut. Iklan seringkali dipakai sebagai sarana untuk menyampaikan informasi yang mengelabui. Iklan melalui televisi tidak dapat disangkal lagi mempunyai dampak yang sangat besar bagi konsumen karena sifatnya yang audiovisual serta jangkauannya yang sangat luas. Tidaklah mengeherankan jika praktek-praktek pemberian informasi yang mengelabui ini banyak dilakukan melalui Man televisi. Pada prinsipnya ada empat jenis informasi yang mengelabui, yaitu: objective klaim,

7 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-6 subjective claim, the claim with two meanings, dan Unsubstantiated Claim. Klaim atau Pernyataan yang objective adalah suatu informasi yang diberikan kepada konsumen tentang karakteristik suatu produk. Kebenaran dari informasi ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada. Misalnya, produk-produk air kemasan wring mempunyai label yang menyatakan bahwa sumber air yang digunakan berasal dari mata air pegunungan. Pada kenyataannya banyak dari produk tersebut menggunakan air PAM sebagai bahan bakunya. Ada juga air kemasan yang menamakan diri sebagai air mineral. Secara sepintas konsumen akan beranggapan bahwa air ini tentu mengandung zat-zat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Ternyata berdasarkan hasil pengujian, kandungan air mineral tersebut sama saja dengan air biasa. Produk makanan atau minyak goreng seringkali diberi label "Bebas Kolesterol", apakah benar produk tersebut bebas dari kolesterol Label yang terbukti tidak benar tentu akan merugikan konsumen. YLKI pernah mengadakan pengujian terhadap kemurnian dan zat-zat yang terkandung dalam sans tomat berbagai merek. salah satu produk tersebut hanya mengandung tomat antara 2,35 sampai 2,66 persen. Bentuk kedua dari informasi yang mengelabui adalah klaim atau pernyataan yang subjektif. Informasi seperti ini sukar dibuktikan kebenarannya bukan karena ketidak cukupan pengetahuan tetapi kriteria yang akan digunakan bersifat sangat subjektif sehingga sukar diukur secara objektif. Misalnya, iklan susu atau minuman pembangkit gairah belajar yang dapat meningkatkan prestasi atau meningkatkan kegairahan bekerja. Misalnya produk-produk kosmetika seperti pasta gigi, deodoran yang mengiklankan bahwa produk-produk ini akan mempercantik, memperindah atau meningkatkan rasa percaya diri konsumen. Bagi sebagian besar konsumen, iklan seperti ini mungkin tidak dihiraukan. Namun pernyataan yang menggunakan "ter" dalam iklan dapat dibuktikan ketidak benarannya. Komisi Perdagangan (Federal Trade Commission) pemerintah AS, misalnya, pernah melarang iklan perusahaan helm. Karena di dalam iklannya menggunakan kata-kata "yang terbaik dan teraman". Etika iklanpun menyebutkan bahwa "Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata seperti ter, paling, nomor satu dan

8 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-7 sejenisnya tanpa menjelaskan dalam bidang apa keunggulan itu. Bentuk ketiga dari informasi yang mengelabui adalah Klaim atau pernyataan yang mengandung dua arti, sebagian benar clan sebagian salah. Misalnya Man mengenai telur yang menyatakan bahwa "telur tidak berbahaya clan sumber gizi yang dibutuhkan oleh tubuh". Adalah benar bahwa telur merupakan sumber gizi yang baik, namun pernyataan telur berbahaya adalah mengelabui. Karena bagi beberapa golongan konsumen dengan penyakit tertetentu, telur belum tentu sumber makanan yang baik. Pemerintah Amerika pernah melarang Man yang berbunyi "Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa makan telur akan meningkatkan resiko sakit jantung". Produk susu wring diberi label "Tinggi kandungan Kalsium", label seperti ini akan menyesatkan konsumen, karena seharusnya produsen memberi tambahan informasi kepada konsumen bahwa produk susu juga mengandung saturated fat clan kolesterol. Sehingga informasi ini dapat dijadikan masukan bagi konsumen untuk menilai bahaya resiko sakit jantung clan osteoporosis. Bentuk keempat dari informasi yang mengelabui adalah pernyataan yang tidak mempunyai dasar, tidak di dukung oleh logika. Misalnya produk kecantikan yang menyatakan bisa menghilangkan kerut-kerut wajah. Contoh lain adalah Man kendaraan yang menggambarkan mobil tanpa roda yang dapat berjalan, Bahkan Man susu dengan kulit sapi yang bergambar coklat atau strawberry. Iklan-iklan seperti ini bukan saja menyampaikan informasi yang tidak benar tetapi juga mengelabui konsumen dengan pernyataan-pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak mendasar. Iklan-iklan yang mengandung informasi yang mengelabui tersebar lu g s melalui televisi dan media cetak lainnya tanpa adanya kontrol dari fihak yang berwenang karena tidak adanya mekanisme dan peraturan yang berlaku. Selama ini arus informasi berjalan sepihak dari produsen. Tampaknya produsen mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk merancang berbagai Man dengan versinya, memberikan impian indah dan janji-janji yang muluk tentang produk dan jasa kepada konsumen. Bahkan praktek-praktek pemberian informasi yang menge-

9 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-8 labui ini seolah-olah telah menjadi etika bisnis pengusaha. Mr. Albert Z Carr, seorang mantan pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa pemberian informasi yang mengelabui telah menjadi kebiasaan pengusaha. Sebagian besar para eksekutif perusahaan melakukan beberapa bentuk pemberian informasi yang mengelabui ketika melakukan negosiasi dengan dengan konsumen, dealer, serikat buruh, pejabat pemerintah, bahkan dengan rekan usahanya. Praktek-praktek seperti ini dilakukan dengan sadar dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang tidak benar, menyembunyikan fakta, atau melebih-lebihkan sesuatu. Praktek-praktek pemberian informasi yang mengelabui melalui iklan dan promosi bukanlah hal yang aneh di Amerika seperti dikemukakan oleh Ralph Nader, tokoh pergerakan konsumen di negri paman Sam ini. Bersama Aileen Cowan dalam salah satu studinya, mereka mendapatkan 68 buah iklan yang mengandung unsur informasi yang mengelabui konsumen. Untuk membuktikan kebenaran temuannya tersebut, mereka berkirim Surat kepada 58 perusahaan yang bertanggung jawab atau yang memproduksi barang-barang yang dipromosikan tersebut. Dalam suratnya tersebut, Ralph Nader meminta perusahaan untuk memberikan buktibukti ilmiah yang mendukung kebenaran informasi yang disampaikan iklan barang-barang tersebut. Hanya 3 dari 58 perusahaan yang memberikan bukti-bukti ilmiah tentang kebenaran informasi iklan tersebut. Sebagian besar perusahaan tidak memberikan jawaban, menolak memberikan bukti ilmiah, atau hanya memberikan janji-janji saja. Dan 15 perusahaan mengakul bahwa informasi yang disampaikan melalui iklan adalah misleading. Semakin banyaknya produk-produk makanan yang memberikan informasi mengelabui melalaui labelnya telah mendorong DPR AS untuk mengeluarkan undang-undang barn mengenai Label Makanan pada tahun Undang-undang ini akan berlaku secara efektif pada tanggal 5 Desember Misalnya, selama ini produk-produk makanan dalam labelnya wring mencantumkan "FAT FREE" (Bebas lemak), karena produsen tabu bahwa konsumen sangat tabu untuk mengkonsumsi lemak yang berlebihan. Informasi ini dianggap informasi yang mengelabui dan menyesatkan konsumen, karena pada kenyataannya makanan tersebut masih mengandung lemak

10 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-9 walaupun dengan kadar yang lebih kecil. Berclasarkan Unclang-undang Label yang barn, maka produsen harus mencantumkan dengan angka berapa persen kandungan lemak, serta kandungan zat-zat gizi lainnya. Dan juga tidak diperbolehkan lagi menggunakan kata-kata lebih kecil, lebih benar, tidak mengandung, bebas lemak serta kata-kata subjektif lainnya. Iklan telah menjadi media yang efektif bagi produsen untuk memperkenalkan produk clan membujuk konsumen untuk membelinya. Tidaklah mengherankan jika biaya Man menempati prioritas yang sangat penting dari sebuah perusahaan. Adalah hak produsen untuk memasang Man, namun bukan berarti produsen berhak untuk memberikan informasi yang mengelabui kepada konsumen. Produsenpun harus menyadari bahwa konsumenpun berhak memperoleh informasi yang benar. Hal ini berarti bahwa produsen harus megikuti etika yang baik dalam menyampaikan informasi. Iklan seharusnya menjadi alas bagi perusahaan untuk melakukan kompetisi. Perusahaan dengan produk yang baik dan murah seharusnya menggambarkan produknya dengan jujur kepada konsumen sehingga dapat meningkatkan volume penjualannya dan keuntungannya. Iklan adalah media yang sangat vital pads sistem ekonomi pasar yang berclasarkan persaingan yang sehat. Pada kenyataannya, Man tidak memberikan informasi yang dapat menyebabkan konsumen dapat memilih antara produk dan harga murah. Man hanya memberikan informasi, yang menyesatkan dan tidak menggambarkan produk yang sebenarnya sehingga membingungkan konsumen. Produsen tidak memberikan fakta-fakta bagi konsumen untuk melakukan pilihan yang benar. Sebaliknya, banyak Man yang mengarahkan konsumen untuk membeli barang yang buruk atau produk yang sama dengan harga yang lebih mahal. Persaingan bebas di pasar telah berganti menjadi persaingan di dalam Man. Produsen lebih suka menghabiskan biaya puluhan bahkan ratusan juta rupiah untuk Man yang mengelabui daripada untuk memperbaiki mutu produk atau menurunkan harga produk. Hasilnya adalah eksploitasi terhadap konsumen dan penyimpangan dari persaingan yang sehat. Konsumen membutuhkan informasi, karena informasi mempunyai pelbagai fungsi bagi

11 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-10 konsumen. Informasi membantu konsumen untuk mengambil keputusan dengan rasional clan efisien sehingga konsumen dapat menggunakan sumberdayanya dengan baik. Informasi juga bisa mengurangi resiko dan ketidak pastian. Konsumen yang mempunyai informasi akan mudah melakukan kebebasan memilih, yang berarti dia bisa menggunakan haknya untuk memilih. Dengan informasi sarat yang dimilikinya, konsumen akan memiliki posisi yang seimbang dengan produsen dalam melakukan transaksi. Konsumen bukan sekedar membutuhkan informasi, tetapi informasi yang benar. Informasi yang salah bukan saja akan berakibat fatal bagi konsumen dalam mengambil keputusan tetapi juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen. Kebutuhan informasi semakin penting pada era industrialisai ini karena konsumen dihadapkan kepada beragam produk makanan dan minuman dengan puluhan merk. Agar konsumen dapat memilih produk dengan tepat clan sesuai dengan harapannya maka konsumen membutuhkan informasi yang benar. Walaupun konsumen berhak memperoleh informasi yang benar, namun bukan berarti bahwa hak tersebut akan diterima dengan mudah oleh konsumen. Seperti halnya hak-hak azasi manusia yang harus diperjuangkan untuk mendapatkannya. Demikian juga dengan hak-hak konsumen. Konsumen dituntut untuk bersikap kritis dalam menerima informasi, jangan mudah mempercayai setiap informasi yang diterimanya. Jika sikap kritis seperti ini terns dilatih oleh konsumen, maka konsumen akan memiliki kemampuan untuk menilai apakah suatu informasi tersebut bersifat mengelabui atau dapat dipercaya. Makanan Yang Aman bagi Konsumen Kasus-kasus berikut menggambarkan betapa besarnya resiko yang senantiasa dihadapi konsumen dalam mengkonsumsi makanan. 1. Bulan November 1988, 54 orang murid SD di Bekasi harus masuk rumah sakit karena keracunan makanan jajanan yang mereka beli di sekolahnya. Pada bulan yang sama, 30 orang di Tanggerang di rumah skitkan karena usai menyantap makanan yang disajikan dalam suatu

12 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-11 kenduri. 2. Tahun 1984, seorang gadis cilik Dewi Mulyani meninggal dunia akibat makan pisang sale. Hasil pengecekan YLKI menunjukkan bahwa kemasan pisang sale tersebut terbuat dari karton bekas kemasan insektisida. ini sesuai dengan visum dokter bahwa Dewi meninggal karena keracunan insektisida yang tertelan bersama pisang sale. 3. Konsumen di Jawa Tengah sudah berulang kah dirugikan oleh produsen tempe bongkrek karena banyaknya konsumen yang keracunan akibat mengkonsumsi tempe tersebut. 4. April 1994, beberapa orang keracunan mie instant di Sumatra Selatan, bahkan beberapa diantaranya meninggal dunia. 5. Daftar kasus akan semakin panjang apabila kasus yang menimpa konsumen dilaporkan kepada yang berwenang atau tercatat oleh media masa. Kasus-kasus diatas menggambarkan betapa rentan konsumen terhadap keselamatan jiwanya. Dalam posisi seperti ini, pihak yang paling banyak dirugikan adalah konsumen. Dan ironisnya lagi, penyelesaian kasus ini seringkali tidak pernah tuntas. Jawaban dari pihak produsen biasanya adalah membantah. Bantahan ini bukanlah jawaban yang bisa memecahkan masalah, bahkan menambah buruk citra produsen dimata konsumen. Bahkan pihak pemerintahpun tidak bisa berbuat banyak menghadapi para produsen ini. Lalu kepada siapa konsumen harus memperjuangkan hak-haknya? Tampaknya pertanyaan ini sukar untuk dijawab dalam waktu yang sesingkat ini. Pada masa yang akan datang, penyediaan pangan dan gizi bagi penduduk bukan lagi monopoli sektor pertanian. la merupakan proses yang kompleks dan melibatkan banyak fihak termasuk didalamnya beragamnya industri makanan. Tumbuhnya industri makanan dengan

13 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-12 berbagai macam produknya menjadikan industri makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan makanan bagi masyarakat. Dengan berhasilnya di bidang pertanian dan semakin tumbuhnya industri makanan akan menyebabkan aspek quantitas makanan bukan lagi masalah bagi masyarakat sebagai konsumen terbesar dari makanan tersebut. Ini berarti bahwa pusat perhatian bukan lagi ditujukan kepada tanaman atau ternak sebagai somber makanan, tetapi perhatian akan terpusat kepada zat-zat kimia yang digunakan oleh industri makanan dalam proses pembuatan makanan tersebut. Karena ini akan sangat berkaitan eras dengan kesehatan dan keselamatan konsumen. Standard yang bagaimana harus ditetapkan oleh pemerintah, baik dilihat dari sudut gizi maupun aman bagi kesehatan konsumen. Bagaimanakah penggunaan radiasi dan bentuk-bentuk pengolahan pangan yang senantiasa terns ditemukan akan mempengaruhi kualitas makanan merupakan pertanyaan yang sangat penting. Dengan demikian kualitas makanan merupakan pusat perhatian yang sangat penting bagi konsumen pada masa yang akan datang. Konsumen memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengumpulkan dan mengolah informasi tentang makanan yang dikonsumsinya sehingga mereka mempunyai keterbatasan dalam menilai makanan dan menghindari resiko dari produk-produk makanan yang tidak bermutu dan tidak aman bagi kesehatannya. Karena itu konsumen memerlukan bimbingan dan perlindungan dari semua fihak yang terlibat dalam proses penyediaan makanan, terutama dari pemerintah dan fihak legislatif. Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa angka kematian bagi, angka harapan hidup merupakan dua dimensi terukur dari kualitas hidup. Pada kenyataanya kualitas hidup mempunyai dimensi yang sangat lu g s dan termasuk di dalamnya dimensi yang tidak terukur. Kebebasan mengeluarkan pendapat/pikiran, memperoleh persamaan hak dalam segala hal, memperoleh rasa aman dan perlindungan merupakan dimensi-dimensi yang tak terukur, dan merupakan indikator yang sangat penting bagi kualitas hidup manusia. Dalam kaitannya dengan makanan dan gizi, maka perlindungan konsumen terhadap produk-produk yang tidak bermutu,

14 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-13 tidak aman bagi kesehatan, persaingan pasar yang ketat dari industri makanan sehingga merugikan konsumen merupakan hal-hal yang sangat penting bagi penentu kualitas hidup manusia Indonesia pada masa yang akan datang. Dampak Negatif Industri Makanan bagi Konsumen Makanan bukan saja kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, namun makanan merupakan masukan yang sangat penting untuk membangun manusia agar mempunyai fisik yang sehat, mempunyai nalar yang tinggi, serta mempunyai jiwa yang kokoh dan moral yang baik. Karena makanan merupakan kebutuhan utama manusia, maka setiap individu dari semua kelompok umur: balita, anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua merupakan konsumen yang terbesar dari makanan. Konsumen bukan saja menginginkan tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup dengan berbagai bentuknya di pasar sehingga mereka dapat melakukan seleksi sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi lebih dari itu, konsumen juga membutuhkan makanan dengan kualitas-kualitas tertentu yang memenuhi standard mereka. Pada masa yang akan datang, perhatian konsumen terhadap kualitas makanan ini akan semakin besar, wiring dengan meningkatnya pendidikan yang diikuti dengan selera yang semakin tinggi, serta didukung oleh berhasilnya produksi pertanian. Sehingga kuantitas makanan bukan lagi menjadi masalah bagi konsumen. Perkembangan teknologi pengolahan pangan, di satu fihak memang membawa hal-hal yang positif seperti: peningkatan pengawasan mutu, perbaikan sanitasi, standardisasi pengepakan dan labeling serta grading. Namun disisi lain teknologi pangan akan menyebabkan semakin tumbuhnya kekhawatiran semakin tinggi resiko tidak aman bagi makanan yang dikonsumsi. Teknologi pangan telah mampu membuat makanan-makanan sintetis yang mempunyai rasa seperti aslinya. Teknologi juga menciptakan berbagai macam zat pengawet makanan, zat-zat additives (zat pewarna atau memperindah bentuk) serta zat-zat flavor (untuk kegurihan, kelezatan clan kehalusan makanan). Zat-zat kimia tersebut merupakan zat-zat yang ditambahkan pada Pelatihan Pengembangan Kutikulum Bidang Pangan dan Gizi-Jurusan GMSK-IPB, Agustus 2-16, 1994

15 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-14 proses pengolahan makanan yang tidak bisa dihindarkan oleh industri makanan karma untuk kepentingan pengawetan, keindahan, kelembutan dan kelezatan. Sebagian zat-zat kimia tersebut mempunyai dampak yang tidak aman bagi kesehatan dalam jangka panjang, dan sebagian lagi belum diketahui pengaruhnya. Demikian pula pertanian modern tidak akan terlepas dari penggunaan pestisida dan pupuk sebagai salah satu cara meningkatkan produksi pangan, menyebabkan semakin tingginya resiko terdapat residu pestisida dan pupuk pada produk-produk pertanian. Banyak produkproduk pertanian dikonsumsi dalam bentuknya yang mentah (tanpa melalui pengolahan di industri makanan) seperti sayuran dan buah-buahan. Terhindarnya produk-produk semacam ini dari kontaminasi mikrobiologi menjadi sangat penting bagi keamanan konsumen. Sayuran dan buah-buahan bisa terkontaminasi oleh tanah dan oleh limbah manusia dan hewan. Kontaminasi bisa muncul saat limbah manusia atau hewan tersebut dijadikan sebagai pupuk atau manakala air yang tercemar digunakan untuk mengairi kebun-kebun. Produk-produk perikanan adalah media yang potensial bagi mikroorganisme yang menyebabkan berbagai penyakit pada tubuh manusia. Ikan bisa berfungsi sebagai media pembawa penyakit dari lingkungannya atau dari tempat-tempat yang terkontaminasi kepada tubuh manusia. Produk-produk peternakan tidak terlepas dari resiko pembawa zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia. Karma peternakan modern dengan produksinya yang berlipat ganda tidak bisa menghindari dari penggunaan obat-obatan. Residu obat-obatan pada produkproduk peternakan inilah yang mengandung resiko yang tinggi bagi kesehatan manusia. Pada masa yang akan datang, dengan semakin tumbuhnya industri makanan dan bervariasinya produk-produk makanan, masalah mutu makanan akan semakin kompleks. Persaingan antar industri makanan dengan menggunakan iklan-iklannya yang lebih menekankan merek dagang berupaya untuk membujuk bahkan cenderung untuk menipu konsumen akan memperparah keadaan. Tanga adanya peraturan yang ketat dan pelaksanaan peraturan tersebut dengan baik di bidang makanan dan periklanan, akan menyebabkan kerugian yang serius bagi konsu-

16 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-15 men. Industri makanan akan lebih senang menghabiskan sebagian besar dananya untuk Man dalam rangka menghadapi saingan dari pada memperhatikan mutu dan keamanan makanan bagi konsumen. Ini akan menyebabkan konsumen harus menanggung harga-harga yang lebih tinggi atau bingung menghadapi pilihan yang semakin banyak. Karena keterbatasan pengetahuannya atau kemampuan yang terbatas dalam memperoleh informasi, konsumen seringkali beranggapan bahwa harga yang tinggi adalah identik dengan mutu yang lebih tinggi. Padahal harga yang tinggi tidak selamanya berarti mutu yang tinggi. Di Indonesia beredar 10 merek dagang makanan bayi(sebagian dari produk tersebut adalah impor), yang berharga dari Rp sampai Rp , sedangkan di Amerika hanya beredar 3 merek dagang. Jadi bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya seorang konsumen di Indonesia harus memilih satu dari 10 pilihan. Bagi golongan ekonomi lemah, mereka akan memilih harga yang murah yang mampu mereka beli. Golongan ini mungkin lebih menitik beratkan pada harga yang terjangkau dari pada pertimbangan lainnya. Namun apakah produk yang murah tersebut termasuk bermutu dan aman merupakan pertanyaan yang sangat penting. Bagi golongan ekonomi yang lebih tinggi yang memilih harga yang tinggi atau memilih produk impor juga menjadi perhatian, karena apakah produk impor tersebut sesuai atau tidak bagi kondisi di Indonesia. Masalah Kualitas Makanan di Indonesia James E. Post (1982) menguraikan dua masalah konsumen yang terdapat di negaranegara berkembang. Pertama, beredarnya produk-produk makanan impor secara bebas padahal di negara pengimpornya (negara industri), produk-produk tersebut sudah dilarang diperjual belikan. Masalah yang kedua berkaitan dengan konsep pemasaran yang keliru, yaitu konsumen di negara-negara berkembang dibujuk bahkan dipaksa melalui berbagai macam Man dan kemudahan peraturan pemasaran untuk mengkonsumsi produk-produk makanan negara-negara industri. Produk-produk makanan ini belum tentu cocok bagi kondisi sosial ekonomi negara-

17 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-16 negara berkembang. Masalah pertama yang disebutkan Post (1982) mengingatkan kita pada beberapa kejadian di tanah air beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu konsumen banyak sekali dirugikan oleh produk-produk impor, seperti susu kaleng yang sudah kadaluarsa masih saja diperjual belikan. Produk-produk tersebut sudah terkontaminasi oleh zat-zat yang membahayakan kesehatan. Tampaknya kemudahan peraturan pemasaran dimanfaatkan oleh sebagian pengusaha untuk menjadikan tanah air sebagai tempat pembuangan produk-produk yang sudah menjadi sampah di negara asalnya. Banyaknya beredar produk-produk makanan impor seperti pada kasus 10 merek makanan bagi di Indonesia merupakan gambaran dari dari masalah kedua di negara-negara berkembang sebagaimana diungkapkan oleh Post (1982). Konsumen Indonesia dihadapkan kepada berbagai pilihan produk makanan impor yang belum tentu cocok bagi kondisi sosial ekonomi mereka atau produk itu sendiri belum tentu cocok bagi kondisi fisik konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia tampaknya banyak yang belum menyadari bahwa mereka merupakan objek yang bisa dirugikan oleh persaingan industri makanan yang membanjiri pasar Indonesia. Sudah bukan rahasia lagi bagi kalangan produsen maupun para ahli teknologi makanan bahwa masih banyak beredar produk-produk makanan yang menggunakan zat pewarna yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil. Banyak produsen makanan yang senang menggunakan zat pewarna ini karena pertimbangan ekonomis. Berkembangnya industri tekstil di Indonesia menyebabkan harga zat pewarna tekstil itu menjadi murah dan disalah gunakan pemanfaatannya oleh kalangan produsen makanan. Produk tahu juga tidak terlepas dari zat-zat yang berbahaya, janganlah heran apabila kembali ke tanah air, menjumpai tahu dengan bau yang khas yaitu bau formalin. Masih banyak produsen tahu yang menggunakan formalin sebagai zat pengawetnya. Padahal zat ini sangat berbahaya bagi kesehatan. Penduduk Jakarta adalah konsumen terbesar dari produk tempe. Kurang lebih 8 ton tempe dikonsumsi setiap hari. Tidaklah mengherankan apabila mereka

18 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-17 kaget ketika media massa melaporkan bahwa tempe tersebut dibuat dengan menggunakan air kali. Sepanjang kali Grogol (Jakarta Barat) sudah terkenal merupakan daerah penghasil tempe yang sangat produktif. Kali Grogol memberikan keuntungan ekonomis bag] pengusaha karena kali itu menyediakan air dengan gratis.padahal kali itu adalah tempat pembuangan berbagal limbah balk manusia, hewan maupun industri. Kasus tempe ini juga tidak ada penyelesaiannya. Rupanya konsumen tidak menyadari akan bahaya jangka panjang yang akan dihadapinya. Sampai saat im hanya sedikit sekali reaksi keras yang muncul dari konsumen terhadap produk-produk makanan yang merugikan tersebut. Mungkin ini disebabkan konsumen tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui produk-produk yang membahayakan tersebut. Walaupun konsumen mempunyai informasi yang cukup namun apabila mereka tidak mempunyai kesadaran untuk melakukan reaksi terhadap hak-haknya yang terlanggar, hal in] juga menyebabkan produsen makanan semakin mengabaikan keselamatan konsumen. Namun tampaknya informasi yang kurang inilah menjadi salah satu faktor penting yang menyebabkan konsumen tidak menyadari akan banyaknya produk-produk yang membahayakan. Informasi yang kurang menyebabkan konsumen tidak mampu menilai makanan dan melakukan',reaksi terhadap produk-produk yang tidak aman bagi mereka. Hak-hak Konsumen Heboh makanan bercampur lemak babi pada bulan Oktober 1988 yang lalu, yang menyebabkan keresahan sosial dan menyibukkan aparat pemerintah serta menyebabkan keruglan bagi beberapa produsen makanan adalah salah satu contoh bagaimana informasi telah menggerakkan konsumen untuk melakukan reaksi terhadap produk-produk makanan yang dicurigainya tidak aman bagi konsumen. Heboh ini bermula darl tersebar luasnya sebuah laporan survey DR Tr] Susanto, seorang staf pengajar Jurusan Teknologi Pangan Universitas, Brawijaya. Laporan ini menyebutkan beberapa produk makanan yang diduga mengandung lemak babi. Akibatnya, sebagian besar masyarakat yang merupakan konsumen terbesar darl

19 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-18 produk-produk tersebut merasa resah karena merasa ditipu dan dirugikan oleh produsen makanan tersebut, mereka menganggap telah mengkonsumsi produk yang seharusnya dihindari. Reaksi dari masyarakat semakin bermunculan, apalagi ini menyangkut terkontaminasmya keyakinan/keimanan dari sebagian konsumen. Bagi Indonesia yang terdiri dari multi agama, hal-hal yang menyangkut tidak adanya penghormatan kepada keyakinan penduduk merupakan masalah yang sensitif dan sumber yang potential bagi pergolakan sosial dan ekonomi Berta politik. Salah satu bentuk reaksi yang merugikan pihak produsen adalah konsumen menghentikan pembelian produk-produk makanan yang dicurigai terkontaminasi itu untuk beberapa saat. Tempo (19 Nov. 1988) melaporkan bahwa beberapa hari setelah tersiarnya produk-produk yang terkontaminasi zat-zat yang diharamkan oleh ummat Islam itu, penjualan beberapa produk yang dicurigai tersebut turun beberapa persen. Penjualan Indomie turun sebesar persen, Kecap ABC turun sebesar persen, Kecap Bango turun 20 persen. Nestle dengan berbagai produknya hanya mampu menjual 24 persen dari penjualan yang normal. Kejadian di atas seharusnya memberikan arti yang sangat penting bagi produsen makanan clan pemerintah yaitu tentang harus diperhatikan dan dihormatinya hak-hak konsumen. Sebagai produsen, mereka harus mempertimbangkan hak-hak konsumen dalam melakukan kebijaksanaan produksinya. Juga pemerintah harus lebih memahami lagi hak-hak konsumen dalam menyusun kebijaksanaan dan peraturan-peraturan bagi industri makanan. Bagi Konsumen, kejadian di atas juga mempunyai arti yang sangat berharga. Konsumen seharusnya senantiasa harus waspada terhadap produk-produk yang dikonsumsinya, mereka harus sudah membiasakan melakukan penilaian terhadap produk-produk makanan tersebut. Hak untuk Memperoleh Informasi Walaupun heboh itu menimpa segolongan konsumen (yang beragama Islam), namun is memberikan arti yang universal terhadap pergerakkan konsumen. Yaitu konsumen mengingin-

20 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-19 kan informasi yang terbuka clan jelas, dengan kata lain konsumen mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya (the right to be informed). Konsumen memerlukan beberapa informasi penting tentang produk-produk yang akan dikonsumsinya. Tersedianya informasi ini akan sangat membantu pengambilan keputusan oleh konsumen. Informasi ini akan mengurangi biaya dan resiko yang akan ditanggung oleh konsumen. Seorang konsumen yang rasional akan melakukan pengumpulan dan pengolahan informasi tentang produk-produk makanan yang akan dipilihnya, apakah sesuai atau ticlak dengan standard atau nilai yang dimilikinya. Kenyataan yang ada, produk-produk yang tersebar tidak mempunyai label yang cukup memuaskan yang memberikan informasi yang lengkap tentang kandungan zat-zat pembentuknya. Tanga adanya informasi ini, adalah suatu hal yang wajar apabila konsumen menjadi ragu terhadap produk-produk tersebut clan lalu meninggalkannya. Laporan survey tersebut pada akhirnya memperkuat keraguan konsumen terhadap produkproduk tersebut. Produk tanpa label yang baik sebenarnya sudah merupakan gambaran produk yang meragukan bagi konsumen. Karena konsumen ticlak bisa menilai produk-produk tersebut. Heboh itu juga mengungkapkan suatu masalah yang mendasar, yaitu tentang tingkah laku produsen makanan. Selama ini banyak produsen makanan tidak cukup, perduli menghargai keyakinan konsumen. Hak untuk memperoleh penghargaan terhadap keyakinan merupakan hak yang mendasar dari semua manusia, tidak perduli dia beragama apa atau bangsa apa. Ini berarti bahwa dalam cluma usaha, semua konsumen memiliki hak untuk dihargai keyakinannya sebagai salah satu dimensi kualitas hidupnya yang sangat berharga. Apalagi dalam konteks negara Indonesia dengan multi agama dan multi etnis, bahkan undang-undangnya pun menyebutkan Baling menghargai, seharusnya produsen memperhatikan dan menghargai hak-hak konsumen yang mendasar ini. Penghargaan itu bisa dilakukan dengan pemberian informasi yang benar, jujur dan sejelas-jelasnya kepada konsumen tentang produk-produk makanan yang dijualnya. Sehingga Seorang vegetarian yakin bahwa dia ticlak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan. Seorang hindu menjadi pu g s karena makanannya tidak mengandung sapi. Seorang Y

21 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-20 advent pun akan merasa berbahagia karena dia bisa menghindari makanan-makanan yang dilarangnya. Dan seorang muslim merasa aman karena menunya tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang berasal dari babi. Hak untuk Memperoleh Rasa Aman Hak berikutnya dari konsumen adalah Hak untuk memperoleh rasa aman (the right to be safety). Konsumen bukan saja membutuhkan makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi dia juga membutuhkan makanan dengan kualitas-kualitas tertentu yang memenuhi standard clan nilai yang ia miliki. Bagi Konsumen yang beragama Yahudi, Islam, Hindu, Sikh atau Kristen Advent, makanan bukan hanya sekedar kumpulan zat-zat kimia, mineral atau berbagai vitamin yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Bagi mereka, kualitas makanan merupakan simbol dari kualitas hidupnya. Dengan demikian makanan yang tidak memenuhi standard mereka merupakan makanan yang tidak aman bagi kualitas hidup mereka. The right to be safety adalah hak yang universal yang dimiliki oleh semua konsumen. Ini berarti bahwa produkproduk makanan tersebut haruslah aman bagi jiwa dan jasmani konsumen. Makanan yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan konsumen. Produk makanan yang aman berarti ia memenuhi standard kesehatan, sanitasi dan gizi yang modern. Makanan yang aman berarti ia tidak mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh manusia. Makanan yang aman adalah makanan yang tidak terkontaminasi oleh bakteri atau zat-zat kimia yang secara potential membahayakan manusia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hak untuk Didengarkan Kita tidak menginginkan heboh dalam bentuknya yang lain akan terjadi dimasa datang. Karena kita menyadari bahwa heboh yang lalu memberikan pengalaman yang pahit. Biaya yang timbul terlalu besar bagi sebuah negara yang sedang berkembang yang memerlukan stabilitas sosial politik untuk jalannya pembangunan. Kita pun tidak menginginkan jatuhnya kembali

22 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-21 korban-korban akibat produk makanan impor yang sudah kadaluarsa. Ataupun korban akibat terkontaminasinya produk oleh bakteri, penggunaan zat pewarna. Karena itu yang lalu agar tidak terulang dan yang barupun tidak akan muncul, maka The right to be heard dari konsumen harus mulai diperhatikan dan dijadikan masukan yang penting bagi kebijaksanaan pembangunan di masa yang akan datang. The right to be heard dari konsumen adalah konsumen memerlukan perlindungan yang lebih kongkrit dari pemerintah dan lembaga legislatif terhadap produk-produk makanan yang tidak bermutu dan membahayakan. Perlindungan konsumen ini haruslah mempunyai kepastian hukum dan dasar hukum, sehingga apabila terjadi pelanggaran oleh produsen, konsumen dapat menuntut pelanggar hukum tersebut ke depan meja hijau. Konsumen mempunyai peranan yang dominan dalam memutuskan makanan yang akan dikonsumsinya, namun karena berbagai faktor, tidak semua konsumen mampu menilai mutu makanan yang akan dipilihnya. Karena itu peranan pemerintah sangat penting untuk melindungi konsumen dari berbagai produk makanan yang berbahaya, serta melindungi konsumen dari praktek-praktek industri yang tidak bertanggung jawab. Undang-undang tentang Bahan Makanan Pada dasawarsa yang akan datang, industri makanan akan semakin kompleks. Penemuan zat-zat kimia untuk kebutuhan industri makanan akan semakin beragam. Bagaimanakah pengaruh zat-zat kimia in bagi kualitas makanan dan kesehatan konsumen merupakan pertanyaan yang sangat penting. Karena itu pemerintah harus mengevaluasi kembali peraturan-peraturannya di bidang makanan saat ini, agar diketahui mana yang tidak berlaku kembali, mana yang kurang dan mana yang tidak berjalan. Pemerintah perlu menyusun kembali peraturanperaturannya untuk kebutuhan mendatang sebagai salah satu cara yang baik untuk melindungi konsumen dan memajukan industri makanan. Perlindungan terhadap konsumen bukan datang hanya dari pemerintah, tetapi juga harus

23 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-22 datang dari pihak legislatif sebagai lembaga tertinggi yang mempunyai wewenang membuat undang-undang. Untuk kepentingan masa yang akan datang sudah saatnya lembaga legislatif memikirkan untuk membuat undang-undang bahan makanan, yang mengatur pemakaian, produksi, penjualan bahan dan penyalahgunaannya. Dengan adanya undang-undang ini, aturan permainan ini akan semakin jelas dan mempunyai dasar hukum yang kuat. Dengan adanya undangundang ini, industri makanan mempunyai tanggung jawab moral untuk mentaatinya. Demikian pula pihak yang berwenang mempunyai dasar hukum yang jelas untuk memberikan sangsi bagi yang melanggarnya. Sampai saat ini apabila terjadi pelanggaran oleh produsen makanan, tidak diketahui dengan pasti lembaga apa yang bertanggung jawab untuk menanganinya. Kepolisian tidak pernah turut campur urusan pelanggaran industri makanan, demikian pula kejaksaan tidak pernah berminat untuk menyeret pelaku tempe bongkrek (padahal jelasjelas meminta korban). Bahkan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Depkes tidak punya wewenang untuk memberikan sangsi bagi yang melanggar peraturan-peraturannya. Ketika kasus babi muncul, Depkes dan Depag Baling melempar tanggung jawab tentang siapa yang harus memeriksa kehalalan dari produk makanan. Andaikan kasus babi tidak muncul, sampai saat ini mungkin kita tidak mengetahui alangkah lemahnya lembaga yang ada dalam melindungi konsumen. Walaupun berbagai hukum, perundang-undangan dan peraturan mengenai makanan telah dikeluarkan, berbagai macam lembaga didirikan untuk melindungi konsumen; namun tanggung jawab utama dalam memilih dan menentukan makanan di pasar sepenuhnya terletak pada konsumen. Konsumen tetaplah harus memperhatikan hak-haknya, mencari informasi, mengolah informasi dan melakukan penilaian terhadap mutu makanan yang dipilihnya. Ini berarti bahwa konsumen di masa yang akan datang harus lebih berhati-hati, lebih jeli, teliti dan pintar dalam mengambil keputusan agar is tidak dirugikan oleh persaingan yang ketat dari para produsen makanan.

24 Makanan Dalam Perspektif Konsumen Ujang Sumarwan-23 Referensi American Enterprise Institute for Public Policy Research. (1977). Consumer protection legislation. Washing ton, DC: Author Legislative analysis: American Public Health Association. (1972). Proceedings of the 1971 National conference on food protection. Washington, DC: Author. Djajanegara, Siti Oemijati., & Ananta, Aris. (1986). Mutu modal manusia: Suatu pemikiran mengenai kualitas penduduk. Jakarta: Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Fetterman, Elsie., & Klamkin, Charles. (1976). Consumer education in practice New York: Wiley FAO/WHO. (1987). Joint FAO/WHO food standards programme: Report of the seventeenth session. Rome: Author. Gani, Ascobat. (1985). Indikator kualitas hidup penduduk.&'italic("prisma"), April. Garman, E. T. (1991). Consumer Economic Issues in America. Boston: Houghton M, Co. Hinich, Melvin., & Staelin, Richard. (1980). Consumer protection legislation and the U.S. food industry. New York: Pergaman Press. Hui, Y.H. (1986). United States food laws, regulations, and standards. (Vol. I and II) Second Edition. New York: Wiley. Population Reference Bureau. (1988). World population data sheet. Washington, DC: Author. Post, James E. (1982). First world food/third world markets: Consumer issues of the 1980's. In Paul N. Bloom (Ed.). Consumerism and beyond: Research perspectives on the future social environment. Canbridge: Marketing Science Institute. Soekirman. (1985). Oleh-oleh dari Srilangka: Ceramah di Puslitbang Gizi, Bogor. Spillman, Nancy Z. (1976). Consumers: A personal planning reader. New York: West Publishing. Sumarwan, U. (1993). Keluarga Masa Depan dan Perubahan Pola Konsumsi. Warta Demografi, Agustus Terleckyj, Nestor E. (1975). Improvements on the quality of life: Estimates of possibilities in the United States, Washington, DC: National Planning Association Report No Zehner, Robert B. (1977). Indicators of the quality of life in new communities. Cambridge: Ballinger

Perlindungan Konsumen Terhadap Praktek Penjualan Makanan dan Kualitas Makanan yang Merugikan Konsumen. Ujang Sumarwan

Perlindungan Konsumen Terhadap Praktek Penjualan Makanan dan Kualitas Makanan yang Merugikan Konsumen. Ujang Sumarwan Perlindungan Konsumen Terhadap Praktek Penjualan Makanan dan Kualitas Makanan yang Merugikan Konsumen Ujang Sumarwan Pendahuluan Kita adalah sebuah bangsa dengan lebih dari 180 juta konsumen. Apapun jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manuasia akan pangan merupakan hal yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia, baik dipandang dari segi kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang undang kesehatan RI No. 23 pasal 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan sebagai isi dari apa yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber pangan yang diharapkan masyarakat yaitu memiliki nilai gizi tinggi serta menyehatkan. Salah satu sumber gizi yang tinggi terdapat pada bahan pangan kedelai, yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pasar yang sangat besar dan potensial untuk kegiatan ekonomi dan bisnis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai ekonomi Cina yang bertumbuh pesat dalam dua dasawarsa terakhir memang sangatlah menarik. Negeri Tirai Bambu julukan untuk Cina yang jumlah

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kehidupan perekonomian bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus dan telah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam segala bidang di Indonesia akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya perubahan perilaku konsumen, kebijakan

Lebih terperinci

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Serial artikel sosialisasi halalan toyyiban PusatHalal.com Materi 5 KIAT MEMILIH PRODUK HALAL Oleh DR. Anton Apriyantono Mengkonsumsi pangan yang halal dan thoyyib (baik, sehat, bergizi dan aman) adalah

Lebih terperinci

ROBBY ANDRE / 2EA26 / TUGAS III. hak azasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup waktu, aman,

ROBBY ANDRE / 2EA26 / TUGAS III. hak azasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup waktu, aman, TUGAS III Makanan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup waktu, aman, bermutu, bergizi dan beragam dengan harga yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali informasi tentang produk yang akan digunakan. Informasi tentang produk dapat diperoleh melalui beberapa

Lebih terperinci

Regulasi Pangan di Indonesia

Regulasi Pangan di Indonesia Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. gizi dan mempunyai bentuk yang menarik, akan tetapi juga harus aman dalam arti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupannya, makhluk hidup membutuhkan makanan, karena dari makanan manusia mendapatkan berbagai zat yang diperlukan oleh tubuh untuk dapat bekerja dengan optimal.

Lebih terperinci

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sekarang ini tidak jarang kita khawatir untuk mengkonsumsi makanan, hal ini akibat banyaknya pangan (makanan) yang mengandung bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran. Untuk tetap mendapatkan simpati dari konsumen, produsen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban dari suatu masyarakat ikut pula mendorong perkembangan dalam bidang perekonomian, salah satunya adalah bidang pemasaran. Untuk tetap mendapatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan globalisasi yang berkembang saat ini, gaya hidup masyarakat pada umumnya mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dapat

Lebih terperinci

Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan. Week 8

Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan. Week 8 Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan Week 8 Hubungan Konsumen dan Perusahaan Konsumen merupakan salah satu stakeholder yang penting dalam perusahaan. Bisnis tidak akan berjalan tanpa adanya konsumen yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain. Pengertian

Lebih terperinci

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT \ PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 1 TAHUN 2014 T... TENTANG PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui upaya mencerdaskan bangsa khususnya pada Program Pendidikan Dasar, anak usia sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan berkembang serta mampu beraktivitas dan memelihara kondisi tubuhnya. Untuk itu bahan pangan atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Oleh karena itu pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak asasi setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. harus aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan kimia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan satu faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan masyarakat. Makanan dan minuman harus aman dalam arti tidak mengandung

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan setiap insan baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun antropologis. Pangan selalu terkait

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Perdagangan bebas berakibat meluasnya peredaran barang dan/ jasa yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keinginan manusia untuk tampil cantik dan sempurna khususnya wanita merupakan suatu hal yang wajar. Untuk mencapai tujuannya, banyak wanita yang menghabiskan uangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA Oleh Gek Ega Prabandini I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This study, entitled "Effects Against

Lebih terperinci

Role of Industry in Consumer Education and Wellness Program. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc

Role of Industry in Consumer Education and Wellness Program. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc Role of Industry in Consumer Education and Wellness Program Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc Tujuan Pembelajaran Siapa konsumen itu? Alasan pentingnya pendidikan konsumen Pengertian dan tujuan pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821] Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 61 Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa kehidupan manusia ke dalam gerbang modernisasi yang membawa dampak pada perkembangan zaman dan teknologi yang pesat, sehingga mampu menciptakan

Lebih terperinci

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi

Mencermati Label dan Iklan Pangan. Purwiyatno Hariyadi Mencermati Label dan Iklan Pangan Purwiyatno Hariyadi Hanya dengan menonton televisi atau membaca surat kabar kita bisa merasakan adanya perubahan arah yang terjadi pada industri pangan. Perubahan itu

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Pengertian Umum Mengenai Etika dan Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan, tanpa makanan, makhluk hidup akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas

Lebih terperinci

Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans

Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan Penemuan Formalin dalam Ikan yang beredar di Provinsi NTT. Nike Frans IRGSC Policy Brief No 014, March 2015 Research and analysis from the Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) www.irgsc.org Gambaran Keamanan Pangan di Nusa Tenggara Timur: Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan segala kegiatan sehari-hari, manusia memerlukan energi yang diperoleh dari asupan makanan dan minuman, selain itu asupan makan dan minuman menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di bidang makanan dan minuman seperti usaha membuka tempat makan (restoran/rumah makan), camilan dan kuliner

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR

PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR PELUANG BISNIS MAHASISWA DAN PELAJAR O L E H ARIF NOVIAN HADI 10.12.5022 S1-SI-2I Masuki Dunia Bisnis Selagi Anda Masih Muda Kalau mahasiswa dan pelajar ditanya apa yang akan dilakukan setelah lulus kuliah

Lebih terperinci

RechtsVinding Online

RechtsVinding Online PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KASUS VAKSIN PALSU DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG Oleh: Ophi Khopiatuziadah * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016 Kejahatan yang dilakukan para tersangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument

I. PENDAHULUAN. kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu keberhasilan dunia usaha adalah pemasaran. Pemasaran mengantisipasi dan mengukur pentingnya kebutuhan dan keinginan dari kelompok konsumen tertentu

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi optimal seperti vitamin, mineral,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya

Lebih terperinci

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)

The First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT) Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id COURSE 4: Major national food regulation: Food Act (7/1996) Consumer Protection Act (8/1999) Food Labeling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keamanan pangan memegang peranan yang sangat strategis. Terjaminnya kondisi keamanan pangan di Indonesia berarti telah memenuhi hak-hak masyarakat Indonesia untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh terjadinya Global warming yang terjadi pada saat ini. Hal ini sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di era modern seperti sekarang ini banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia berdampak tidak baik bagi lingkungan. Saat ini adalah dimana terjadinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sebelum berlakunya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada era globalisasi saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan mendasar manusia dalam bertahan hidup adalah adanya pangan. Pangan merupakan sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk

PENDAHULUAN. bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging merupakan salah satu komoditas hasil ternak yang sangat bermanfaat bagi manusia. Daging banyak dikonsumsi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Setelah melakukan penelitian, analisis dan pembahasan maka peneliti dapat menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM kuliner rumah makan terhadap

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina

BAB I. PENDAHULUAN. gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan produk cair berwarna putih yang mengandung nilai gizi yang tinggi yang disekresikan oleh kelenjar mamae dari hewan betina dengan tujuan utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Hal ini merupakan salah satu faktor penunjang lancarnya arus transaksi barang dan/atau jasa, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan keinginan yang kuat dari orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kosmetik belakangan ini memang menjadi magnet yang dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan bisnis industri kosmetik menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dan informasi dalam dunia usaha atau bisnis, informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada konsumen. Konsumen semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan- Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: PP Terkait Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM POSITIF KU Perdata

Lebih terperinci

Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan. Etika Bisnis (8 th Week)

Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan. Etika Bisnis (8 th Week) Hubungan Etis Konsumen dan Perusahaan Etika Bisnis (8 th Week) Hubungan Konsumen dan Perusahaan Konsumen merupakan salah satu stakeholder yang penting dalam perusahaan. Bisnis tidak akan berjalan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan konsumen pada makanan jajanan di Indonesia telah semakin meningkat dan memegang peranan penting, karena makanan jajanan juga dikonsumsi oleh golongan

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dunia. Belanja atau membeli produk bajakan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dunia. Belanja atau membeli produk bajakan merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembajakan komersial meliputi pembajakan produk-produk industri dan produk-produk kebutuhan rumah tangga saat ini telah merebak dan menjadi suatu fenomena dunia. Belanja

Lebih terperinci

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi rakyat Indonesia, pernyataan ini terdapat dalam UU pangan No. 7 tahun 1996. Sedangkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco Istilah nata berasal dari bahasa Spanyol yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin sebagai natare, yang berarti terapung-apung. Nata dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakso merupakan makanan jajanan yang paling populer di Indonesia. Penggemar makanan jajanan ini merata mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga pedagang makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, terlebih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012)

I. PENDAHULUAN. Uraian Jumlah penduduk (juta jiwa) Konsumsi beras (juta ton) (Sumber: BPS, 2012) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas beras memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian dan menjadi makanan pokok oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN GARAM DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pangan merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang dalam proses pembuatannya telah dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia tersebut beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan merupakan salah satu sumber devisa negara. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan manusia yang seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan, untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani siklus hidupnya membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan zat gizi bagi tubuh meliputi kebutuhan akan zat gizi makro dan

Lebih terperinci