HUBUNGAN PATRON-CLIENT DALAM PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR

Transkripsi

1 HUBUNGAN PATRONCLIENT DALAM PEMASARAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR Patron Client Relation in Marketing of Fresh Product Oil Palm in Hangtuah Perhentian Raja Village, Kampar District Wulandari dan Salman Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 884 Riau Telp: ext. 13, Fax: salmanwily@gmailcom [Diterima Juli 014; Disetujui Agustus 014] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Karakteristik petani kelapa sawit swadaya, () Saluran pemasaran, fungsi pemasaran, biaya, margin, dan efisiensi pemasaran. (3) Hubungan patronclient antara petani dengan touke kelapa sawit. Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 014 sampai bulan September 014. Sampel petani diperoleh secara sengaja (purpossive sampling) dan responden touke diperoleh secara sensus. Hasil penelitian ini adalah: (1) ratarata umur petani dan touke 4 tahun, pendidikan petani 7,4 tahun dan pendidikan touke 10,5 tahun, pengalaman berusahatani 14 tahun dan pengalaman touke 10 tahun, jumlah tanggungan keluarga petani dan touke 3 orang. () terdapat satu saluran pemasaran TBS, yaitu petani menjual ke touke, selanjutnya touke menjual ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit), margin pemasaran Rp 400 per kg TBS, keuntungan Rp 67,5 per kg, efisiensi pemasaran sebesar 10,19 persen, pemasaran TBS sudah efisien.(3) pola hubungan patronclient yang terjadi berbentuk cluster patronclient, dimana petani sebagai client terikat langsung kepada touke sebagai patron. Ketergantungan petani terhadap touke dapat dibagi kedalam lima aspek, yaitu: pemasaran hasil produksi, pengadaan sarana produksi, hutang piutang, kredit peralatan rumah tangga dan keterlibatan touke dalam kegiatan sosial. Kata Kunci : PatronClient, Pemasaran TBS, dan Petani Swadaya ABSTRACT This study aimed to analyze: (1) Characteristics of non oil palm growers, () channel marketing, marketing functions, costs, margins, and marketing efficiency. (3) The patronclient relationship between farmers and palm oil touke. This study began in May 014 until September 014. Samples were obtained by farmers intentionally (purposive sampling) and respondent obtained touke census. Results of this study are: (1) the average age of farmers and touke 4 years, farmer education touke 7.4 years and 10.5 years of education, 14 years of experience to farm and touke 10 years of experience, number of family farmers and touke 3 people, () there is a marketing channel TBS, which farmers sell to touke, then touke sell to MCC (mills), the marketing margin of Rp 400 per kg TBS, profit of Rp 67.5 per kg, the marketing efficiency of percent, TBS already efficient marketing. (3) the pattern of patronclient relationships that occur shaped cluster patronclient, where the farmer as a client tied directly to touke as patron. The dependence of farmers on touke can be divided into five aspects, namely: the marketing of products, provision of means of production, accounts payable, credit housewares and touke involvement in social activities. Keywords : PatronClient, TBS Marketing, and Independent Farmer 501

2 PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas penting dan strategis di daerah Riau karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian rakyat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatkan pendapatan petani. Perkebunan kelapa sawit Provinsi Riau secara nasional menempati posisi teratas dengan luas, juta hektar atau 5 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit Indonesia. Produksi CPO Provinsi Riau tercatat sebesar ton dan Pabrik Kerjasama Operasional (PKO) tercatat ton (Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 013). Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar, merupakan masyarakat transmigrasi yang berpenghasilan dari hasil perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit ditanam di atas lahan 54.74,5 Ha (Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar, 013). Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit tersebut merupakan pola perkebunan kelapa sawit swadaya atau mandiri. Pemasaran TBS ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) melalui saluran pemasaran pedagang pengumpul istilah touke. Relasi touke dan petani sawit ini disebut hubungan patronclient. Touke disebut patron, sedangkan petani disebut client. Pihak touke berada pada posisi status kelas atas (superior) dan petani kelas bawah (inferior) sehingga tidak jarang dalam relasi patronclient tersebut petani sering dirugikan (Scott 1993). Faktorfaktor yang mempengaruhi petani melakukan kerja sama dengan touke adalah: 1) touke memiliki modal yang besar dibandingkan dengan petani. () touke bersedia memberi bantuan kepada petani saat dibutuhkan. (3) adanya ketergantungan pemasaran TBS. Berdasarkan faktorfaktor itu petani melakukan hubungan kerjasama dengan touke, untuk memenuhi kebutuhannya. Ditinjau dari aspek ekonomi, kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat ( place utility), guna bentuk ( form utility) dan guna kepemilikan ( possession utiity). Agar terjadi pemindahan hak milik ini harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya transaksi ( transaction cost) (Sudiyono, 004). Biaya pemasaran yaitu sejumlah pengeluaran atau keperluan petani untuk pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksi. Pembiayaan merupakan fungsi mutlak yang harus diperlukan. Margin adalah perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibeli oleh pembeli terakhir. Apabila margin dinyatakan dalam persentase, maka didapat apa yang disebut markup (Saefudin dan Hanafiah, 1986). Efisiensi pemasaran mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyampaikan produk ketangan pembeli, (Hamid, 004). Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana karakteristik petani dan profil usahatani kelapa sawit swadaya di Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar, ) Bagaimana saluran dan lembaga pemasaran, fungsifungsi pemasaran, biaya, margin, profit margin dan efisiensi pemasaran, dan 3) Bagaimana pola hubungan patronclient dan tingkat ketergantungan petani dalam hubungan patronclient. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Karakteristik petani kelapa sawit pola swadaya, ) Saluran pemasaran, fungsi pemasaran, biaya, margin, dan efisiensi pemasaran TBS, dan 3) hubungan 50

3 patronclient antara petani dengan touke. Manfaat penelitian ini adalah memberikan gambaran yang sistematis tentang hubungan patronclient antara petani sebagai client dengan touke sebagai patron. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar pada bulan Mei sampai September 014. Sampel petani diambil sebanyak 40 kepala keluarga secara purposive dari 750 KK petani (Monografi Desa Hangtuah, 013). Responden touke diambil dengan metode sensus. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: 1) karakteristik petani, yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman berusahatani, ) pemasaran, yaitu saluran pemasaran, fungsi pemasaran, biaya, margin dan efisiensi pemasaran. (3) pola hubungan dan tingkat ketergantungan hubungan patronclient. Untuk menganalisis karakteristik petani secara deskriptif. Analisis Pemasaran, Biaya pemasaran dirumuskan sebagai berikut : Bp = B1 + B + B3 + B4 + B5 + B6.(1) Keterangan: Bp = Biaya Pemasaran (Rp/kg) B1 = Biaya Penjualan (Rp/kg) B = Biaya Pembelian (Rp/kg) B3 = Biaya Transportasi (Rp/kg) B4 = Biaya Permodalan (Rp/kg) B5 = Biaya Penanggungan Resiko (Rp/kg) B6 = Biaya Standarisasi (Rp/kg) Margin selisih antara harga di tingkat PKS dengan harga di tingkat petani. Menurut Hamid (004) margin pemasaran dihitung sebagai berikut: M = Hk Hp.....() Keterangan: M = Margin Pemasaran (Rp/kg) Hk = Harga TBS di PKS (Rp/kg) Hp = Harga TBS di petani (Rp/kg) Efisiensi pemasaraan (Ep), dihitung dengan menggunakan rumus menurut Soekartawi (1988), yaitu: TC EP = x 100%....(3) TNP Keterangan: EP = Efisiensi Pemasaran (%) TC = Total Biaya Pemasaran (Rp/kg) TNP = Total Nilai Produk (Rp/kg) Share margin adalah persentase harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar pabrik PKS, digunakan rumus Sukirno (004) : Pp Sm = X 100%. (4) Pk Keterangan: Sm = Share margin(%) Pp = Harga yang diterima petani dari pedagang (Rp/Kg) Pk = Harga yang dibayar oleh pabrik PKS (Rp/Kg) Analisis hubungan patronclient, antara petani dan touke, tingkat ketergantungan petani terhadap touke dianalisa melalui indikator pada Tabel 1. Tabel 1. N o. Indikator Ketergantungan Petani Terhadap Touke Indikator Bidang Ketergantungan 1. Kelancaran pemasaran hasil produksi. Pengadaan sarana produksi 3. Hutang piutang dalam bentuk uang 4. Kredit peralatan rumah tangga Seri ng Kdng kdng Tak Perna h Keterlibatan touke

4 dalam kegiatan sosial Jumlah Ma x = 15 Min = 5 Kemudian dilakukan proses scoring untuk penentuan jumlah skor pada masingmasing responden. Proses scoring ini dilakukan untuk menghitung tingkat ketergantungan petani terhadap touke. Kriterianya adalah sebagai berikut: (1) Tingkat ketergantungan tinggi dinyatakan dengan skor 115 () Tingkat ketergantungan sedang dinyatakan dengan skor 911 (3) Tingkat ketergantungan rendah dinyatakan dengan skor 58 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani dan Touke Karakteristik petani dan touke terdiri dari, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pengalaman berusaha, karakteristik petani dan touke disajikan pada Tabel. Tabel. Karakteristik Petani Kelapa Sawit Swadaya dan Touke di Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar, 014 No Uraian Umur (Tahun) Pendidikan : SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Pengalaman (Th) Petani Touke Jmlh (%) Jmlh (%) ,50 37,50 0,00 30,00 45,00 17,50,50 37,50 4,50 0, ,00 5,00 5,00 50,00 50,00 50,00 50, Tanggungan Keluarga (jiwa) ,50 7, ,00 5,00 Berdasarkan hasil penelitian, umur petani berkisar antara 3059 tahun, dengan ratarata 4 tahun, sedangkan umur touke berkisar antara 3049 tahun, dengan ratarata 4 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani dan touke berada pada tingkat umur yang produktif. Umur mempengaruhi petani dalam melakukan kegiatan usahataninya, karena petani sangat mengandalkan kekuatan fisik, karena pada usia produktif petani memiliki fisik yang masih kuat sehingga mampu untuk bekerja. Menurut Mulyadi (003), kemampuan fisik sangat erat kaitannya dengan faktor umur, petani yang mempunyai usia produktif akan memberikan pengaruh besar terhadap tingkat kecepatan kerja maupun efisiensi kerja. Tingkat pendidikan petani dan touke ratarata tamatan Sekolah Dasar, yaitu sebanyak 18 jiwa (45 persen) artinya petani masih dalam taraf pendidikan yang rendah, sedangkan tingkat pendidikan touke yang paling tinggi yaitu tamatan SLTA sebanyak jiwa (50 persen). Upaya yang dapat dilakukan adalah menambah keterampilan petani melalui pendidikan non formal secara terarah, seperti penyuluhan. Pengalaman petani selama 110 tahun sebesar 37,5 persen, 110 tahun 4,5 persen dan 130 tahun 0 persen. Untuk touke, pengalaman berdagang 110 tahun 50,0 persen, pengalaman antara 110 tahun 50,0 persen juga. Ratarata pengalaman berusahatani petani adalah 14 tahun dan ratarata pengalaman touke 10 tahun. Semakin lama pengalaman berusaha, semakin baik proses pengalokasian faktorfaktor

5 produksi, tingkat keterampilan, kemahiran dan pengambilan keputusan. Tanggungan keluarga petani yang terbanyak adalah pada rentang 14 jiwa yaitu 9 orang petani (7,5 persen). Tanggungan keluarga merupakan jumlah seluruh anggota keluarga yang kebutuhan hidupnya ditanggung oleh kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga petani dan touke masih tergolong relatif rendah. Ratarata tanggungan keluarga petani dan touke adalah sebanyak 3 orang. Analisis Pemasaran Kelapa Sawit Saluran Pemasaran dapat digambarkan sebagai suatu rute atau jalur. Menurut Nitisemito (1986), saluran pemasaran yang digunakan harus merupakan alat yang efisien untuk mencapai sasaran. Saluran pemasaran TBS kelapa sawit di Desa Hangtuah seperti terlihat pada Gambar 1. Petani Touke PKS Gambar 1. Saluran Pemasaran TBS Kelapa Sawit di Desa Hangtuah, 014. Fungsi pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pemasaran TBS kelapa sawit. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsinya untuk memperlancar penyampaian hasil produksi dari petani ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Tabel 3. Fungsifungsi Pemasaran TBS di Desa Hangtuah, 014 N Fungsi Petani Touke o Pemasaran 1 Penjualan Ya Ya Pembelian Tidak Ya 3 Penyimpanan Tidak Ya 4 Transportasi Ya Ya 5 Standarisasi Tidak Ya 6 Pembiayaan Ya Ya 7 Penanggungan Ya Ya resiko 8 Informasi pasar Ya Ya Petani melaksanakan fungsi penjualan, transportasi, pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar, dan tidak melaksanakan fungsi pembelian, penyimpanan dan standarisasi. Sedangkan Touke melaksanakan semua fungsi pemasran mulai dari pembelian sampai dengan informasi pasar. Akibat dari banyaknya fungsi yang dilaksanakan touke, maka sebagai imbalannya touke akan mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Biaya, Margin dan Efisiensi Analisis biaya, margin, profit margin, share margin dan efisiensi pemasaran disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Biaya, Margin, Profit Margin, Share Margin dan Efisiensi Pemasaran TBS Kelapa Sawit di Desa Hangtuah, 014 No 1 Uraian Biaya (Rp/Kg) Harga Jual Petani Biaya Pemasaran a.transportasi 5,5 b. Penyusutan 0 c. Timbang 15 d. Muat 30 e. Bongkar 15 Harga (Rp/Kg) Share Margin (%) ,3 Total Biaya 13,5 10,19 4 Profit 67,5 0,58 5 Margin Harga Beli PKS ,00 7 Efisiensi 10,

6 Dari Tabel 4 dapat dikemukakan bahwa harga jual TBS petani ke Touke adalah Rp 900/Kg, sedangkan harga beli pabrik PKS adalah Rp 1.300/Kg sehingga margin pemasaran Rp 400/Kg. Total biaya pemasaran Rp 13,5/Kg dan keuntungan touke Rp 67,5/Kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa Share margin yang diperoleh petani adalah 69,3 persen, sedangkan profi margin touke 0,58 persen dan biaya pemasaran 10,19 persen. Hubungan PatronClient Pola hubungan patronclient antara touke dengan petani telah berlangsung lama didalam masyarakat Desa Hangtuah. Hubungan ini mengarah kepada kerjasama yang saling menguntungkan, dimana patron (touke) selalu memberikan bantuan kepada petani (client) sebagai imbalan petani menjual hasil panennya kepada touke sehingga ada ketergantungan petani kepada touke dalam pemasaran. Scott (1993) mengatakan bahwa seseorang atau individu akan memberikan ganjaran terhadap orang lain yang mematuhinya. Untuk menguatkan hubungan tersebut, dimana pihak kedua hendaknya melengkapi keuntungan sebagai balasannya. Walaupun harga kelapa sawit dipatok atau ditetapkan sendiri oleh touke, tetapi petani tidak merasa dirugikan karena mereka sudah dibantu baik dalam jaminan pemasaran, penyediaan sarana produksi maupun dalam hal pinjaman uang. Pola hubungan patronclient yang terjadi di Desa Hangtuah adalah berbentuk cluster patronclient, dimana petani sebagai client terikat langsung kepada touke sebagai patron yang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Pola Hubungan PatronClient antara Petani Kelapa Sawit dengan Touke di Desa Hangtuah, 014 Jumlah Touke (Patron), Petani (Client) dan Harga Jual TBS Dapat Dilihat Pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah Touke, Petani dan Harga TBS di Desa Hangtuah, 014 No Touke Petani Persentas Harga TBS e (%) (Rp/Kg) 1. Touke , Touke 7 17, Touke 3 5 1, Touke , Jumlah ,00 Rp Ratarata Rp Harga TBS pada masingmasing touke berbedabeda, namun petani tetap setia pada masingmasing toukenya. Hal ini terjadi karena petani terikat hutang piutang kepada toukenya. Adapun ciriciri dari hubungan patronclient menurut Scott (1993) yaitu: (1) adanya kepemilikan sumberdaya ekonomi yang tidak seimbang, () adanya hubungan resiprositas, (3) adanya hubungan loyalitas dan (4) adanya hubungan personal ( face to face). Ciri pertama yaitu adanya kepemilikan sumber daya ekonomi yang tidak seimbang antara petani sawit dengan touke. Ketidakseimbangan ini dimulai dalam pemasaran TBS, yaitu terkendalanya petani dalam penjualan hasil panennya ke pabrik karena tidak memiliki SPB (Surat Pengantar Touke Buah). Petani sangat percaya kepada touke dan sudah menganggap touke sebagai keluarga sendiri, karena touke dapat mengambil simpati para petani dan petani Petani Petani Petani 506

7 juga tidak khawatir karena touke tinggal di lingkungan tempat tinggalnya. Keadaan ekonomi touke juga lebih mapan dari petani sehingga petani sering meminjam uang atau minta bantuan dalam usahatani kelapa sawitnya. Kedua, yaitu adanya hubungan resiprositas, yaitu hubungan yang saling menguntungkan, saling memberi dan menerima walaupun dalam ukuran yang tidak seimbang. Jadi, hubungan No Lamanya Berelasi (Tahun) Petani (Orang) (%) , , ,00 Jumlah ,00 patronclient yang ada dikalangan masyarakat petani kelapa sawit terjadi karena itu diperlukan sebagai perlindungan antara kedua belah pihak yang saling membutuhkan. Ketiga, adanya hubungan loyalitas. Loyalitas adalah kesetiaan ataupun kepatuhan. Hubungan loyalitas dalam penelitian ini adalah suatu tindakan para petani sebagai client kepada touke sebagai patron untuk membalas jasa atas apa yang telah petani terima dari touke. Menurut responden, dari awal melakukan kerjasama dengan touke sampai saat ini belum ada yang mencoba pindah atau melakukan hubungan kerjasama dengan touke lain, hal ini terjadi karena masingmasing mereka sudah menanamkan sifat saling percaya. Keempat, adanya hubungan personal ( face to face), yang merupakan hubungan langsung dan intensif antara patron dengan clientnya. Hubungan ini telah menimbulkan rasa saling percaya dan keakraban antara petani dengan touke. Keempat ciriciri diatas merupakan ciri yang membentuk pola hubungan patronclient. Tingkat Ketergantungan Hubungan PatronClient Saling ketergantungan antara petani dengan touke dikarenakan adanya perbedaan, kelebihan dan kekurangan. Ketergantungan tersebut menyebabkan petani dan touke saling bekerjasama dan terjadi sikap saling memberi dan menerima ( take and give). Lamanya relasi antara petani dengan touke berkisar antara 1 hingga 15 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Distribusi Petani Berdasarkan Lama Relasi dengan Touke di Desa Hangtuah, 014 Tabel 6 menunjukkan lama hubungan petani dengan touke yang dominan memiliki rentang waktu 1115 tahun sebanyak 8 orang petani (70%). Semakin lama hubungan petani dengan touke menyebabkan petani semakin sulit untuk melepaskan diri dari touke, petani sudah merasa nyaman dan senang dengan hubungannya dengan touke masingmasing karena mempertimbangkan segala jasa yang telah diberikan oleh touke. Ketergantungan petani terhadap touke dibagi lima aspek, yaitu: (1) pemasaran hasil produksi, () pengadaan sarana produksi, (3) hutang piutang, (4) kredit peralatan rumah tangga dan (5) keterlibatan touke dalam kegiatan sosial. (1) Pemasaran hasil produksi Ketergantungan petani terhadap touke dalam pemasaran hasil produksi sangat dominan. Hal ini terjadi karena hanya touke yang bisa mengantar hasil panen buah sawit (TBS) ke pabrik, sebab touke memiliki SPB (Surat Pengantar Buah). ) Pengadaan sarana produksi Pengadaan sarana produksi disediakan touke berdasarkan permintaan petani. Touke 507

8 mempunyai jadwal pengambilan saprodi yang dibutuhkan petani, dan adakalanya touke memberi tahu waktu pengambilan saprodi. Sarana produksi yang dibutuhkan petani adalah pupuk TSP, Urea, SP36, Dolomit, NPK dan Borak. Sedangkan herbisida pembasmi gulmanya yaitu Gromoxone, Roundup, dan Alley. 3) Hutang piutang Hubungan pinjam meminjam antara touke dengan petani dalam bentuk uang. Sistem pengembalian pinjaman dengan sistem cicilan dengan hasil panen dipotong langsung dari hasil produksi TBS. Pengembalian pinjaman dengan cara 6 kali bayar (potong hasil sawit) selama 6 bulan. Peminjaman uang oleh petani untuk memenuhi keperluan yang mendesak, misalnya untuk mengirim biaya kuliah anaknya. 4) Keterlibatan dalam kegiatan sosial. Petani dan touke adalah dua individu yang memiliki hubungan sosial yang bersifat pribadi. Touke terlibat dalam kegiatan sosial seperti pernikahan, kelahiran dan kematian. Dalam kegiatan sosial ini, touke turut membantu dengan memberikan bantuan berupa uang ataupun barang dan semuanya itu tidak dimasukkan kedalam utang petani, dalam arti semua itu diberikan secara cumacuma oleh keluarga touke kepada keluarga petani. Kelompok sosial merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang saling berinteraksi sosial secara intensif dan teratur sehingga diantara individu tersebut terjadi pembagian tugas, struktur dan normanorma tertentu (Santoso, 1999). 5) Kredit alatalat rumah tangga Terdapat satu orang touke yang mempunyai toko peralatan rumah tangga. Petani bisa mengkredit peralatan rumah tangga ini. Pembayaran kredit selama sebulan sekali. Touke tidak hanya melayani para petani langganan sawitnya, tetapi juga masyarakat sekitar yang tidak melakukan hubungan kerjasama dalam kegiatan pemasaran kelapa sawit. Persentase tingkat ketergantungan petani terhadap touke berdasarkan kelima aspek diatas disajikan pada Tabel 7 Tabel 7. Persentase Petani Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Terhadap Touke di Desa Hangtuah, 014. N Tingkat Jmlh o Ketergntngn Petani (%) 1. Rendah 8 0,00. Sedang 9,50 3. Tinggi 3 57,50 Jumlah ,00 Tabel 7 menunjukkan bahwa masih banyak petani yang memiliki ketergantungan yang tinggi kepada touke sebanyak 3 orang petani (57,5 persen), petani yang ketergantungannya sedang sebanyak 9 petani (,5 persen) dan petani yang ketergantungannya rendah sebanyak 8 petani (0 persen). Ketergantungan yang mutlak dimiliki oleh petani terhadap touke adalah dalam hal pemasaran hasil panen kebunnya (TBS). Dalam hal ini, petani sangat membutuhkan touke dalam memasarkan sawitnya karena terkendala kepemilikan SPB (Surat Pengantar Buah). Ketergantungan petani dikatakan rendah terhadap touke karena ada petani yang bergantung kepada touke hanya dalam hal pemasaran saja atau bisa dikatakan tidak bergantung dalam lima indikator ketergantungan yang lainnya. Ketergantungan petani dikatakan tinggi terhadap touke karena ada petani yang membutuhkan touke berdasarkan kelima indikator ketergantungan diatas. Persentase jumlah petani menurut bidang ketergantungannya kepada touke disajikan pada Tabel

9 Tabel 8. Nilai Ketergantungan Petani Terhadap Touke di Desa Hangtuah, 014. No Indikator Bidang Ketergantungan (%) 1. Kelancaran Pemasaran 100,00 Hasil Produksi. Pengadaan Sarana 50,00 Produksi 3. Hutang Piutang 5,00 4. Kredit Peralatan 37,50 Rumahtangga 5. Keterlibatan Touke dalam Kegiatan Sosial 5,50 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak 100 persen petani bergantung kepada touke dalam pemasaran TBS, sebanyak 50 petani bergantung kepada touke dalam pengadaan sarana produksi, sebanyak 5 persen petani bergantung kepada touke dalam hutang piutang, sebanyak 37,5 persen petani bergantung kepada touke dalam hal kredit peralatan rumah tangga dan sebanyak 5,5 persen petani memerlukan keterlibatan touke dalam kegiatan sosial. KESIMPULAN 1. Karakteristik petani dan touke menunjukkan bahwa umur mereka berada pada usia produktif, pendidikan petani rata rata adalah SLTP dan pendidikan touke SLTA pengalaman berusaha petani lebih tinggi dari pengalaman touke, sedangkan jumlah tanggungan keluarga mereka sama besar.. Terdapat satu saluran pemasaran dalam penjualan TBS kelapa sawit di Desa Hangtuah, yaitu petani menjual ke touke dan touke menjual Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Biaya pemasaran 10,19 persen. Efisiensi pemasaran 10,19%, artinya kegiatan pemasaran kelapa sawit sudah efisien. 3. Pola hubungan patronclient yang terjadi adalah berbentuk cluster patronclient, dimana petani sebagai client terikat langsung kepada touke sebagai patronnya. Ketergantungan petani terhadap touke yaitu: pemasaran hasil produksi, pengadaan sarana produksi, hutang piutang, kredit peralatan rumah tangga dan keterlibatan touke dalam kegiatan sosial. DAFTAR PUSTAKA Anonim Monografi Desa Hangtuah Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar. Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar Buku Data Perkebunan Kabupaten Kampar, Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Provinsi Riau, Pekanbaru. Hamid, A, K Dasar Dasar Tata Niaga Pertanian. Fajar Harapan, Pekanbaru. Hanafiah, N. dan A.M.Saifuddin, Tata Niaga Hasil Perikanan. Univeritas Indonesia Press. Jakarta. Kotler, P Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Mulyadi Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

10 Scott. J. C. (1993). Patron Client Politics and Change In South East Asia (dalam Friends, Followers, and Factions, A Reader InPolitical Clientalism), diedit oleh Steffen W Schmidt., et.al.berkeley Los Angeles, London: University of California Press. Soekartawi Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, S Pengantar Bisnis. Prenada Media, Jakarta Zaman, K Analisis PatronKlien pada Petani Sawit Pola Swadaya di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Tesis Pasca Sarjana Jurusan Manajemen Agribisnis, UIR. (Tidak dipublikasikan)