ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) ( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) ( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc."

Transkripsi

1 ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) ( Zainal Abidin, Dr. Ir.Sekartedjo,MSc.) Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih Sukolilo, Surabaya bidin_ws@yahoo.com Abstrak Berbagai kemajuan di bidang elektrokimia telah memberikan peranan penting dalam penentuan kandungan / unsur zat didalam cairan. Contoh teknologi yang digunakan saat ini adalah penerapan metode kromatografi, yakni suatu teknik pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Salah satu metode kromatografi dan digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi lapisan tipis. Kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ) ini menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam (Stationary Phase) dan fasa gerak (Mobile Phase). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis / plat, yang digunakan sebagai tempat sampel yang diukur. Proses pengukuran sampel yang berada pada permukaan plat menggunakan sistem scanner didalam alat TLC. Dalam penelitian ini, sampel yang diukur adalah sampel temulawak dan ditentukan berapa besar kadar senyawa curcuminoid didalam sampel temulawak tersebut. Sampel temulawak dipilih mengingat khasiatnya dalam menyembuhkan / mencegah beberapa penyakit, seperti penyakit liver. Untuk mengetahui besar kadar senyawa curcuminoid terlebih dahulu dipersiapkan 12 macam senyawa yang diukur, terdiri dari 9 sampel standar, yang digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kandungan curcuminoid didalam sampel dan 3 macam sampel yang akan diukur kadar curcuminoidnya. Pengukuran standar dan sampel dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pertama, pengukuran (scan) spektrum sampel pertama sampai sampel ke 12 menggunakan monokromator dan sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang nm) dengan setting nm. Dari pengukuran diperoleh panjang gelombang puncak 425 nm. Dengan panjang gelombang tersebut selanjutnya dilakukan pemindaian(scanning) 9 sampel standar untuk penentuan kurva standar hubungan antara berat senyawa dan area yang akan dipakai untuk acuan dalam menentukan kadar senyawa didalam sampel. Hasil perhitungan kadar yang diperoleh dari 3 sampel temulawak adalah %, %, %. Disarankan juga kemungkinan penggunaan kamera digital sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa. Kata Kunci: Sampel temulawak, Standard Curcuminoid, TLC I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam sebuah produk seperti cairan vitamin atau obat sejenis lainnya terkadang sulit untuk membedakan dengan benar tentang unsur / zat yang terkandung didalamnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dibidang elektrokimia saat ini telah memiliki peranan penting dalam menentukan berbagai kandungan / unsur zat didalam cairan. Adapun teknologi yang masih digunakan saat ini seperti penerapan metode kromatografi. Kromatografi (Chromatography) sebenarnya secara harfiah berasal dari nama "warna menulis", namun tak ada hubungan secara langsung kecuali senyawa pertama yang mengalami pemisahan dengan cara ini adalah pigmen hijau tumbuhan, seperti klorofil. Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu yang pertama, fasa tetap ( Stationary Phase ) dan kedua, fasa bergerak ( Mobile Phase ). Dengan adanya penelitian-penelitian baru yang memungkinkan untuk menerapkan prinsip kromatografi pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas. Adapun perkembangan pesat dari beberapa jenis sistem kromatografi diantaranya adalah ; kromatografi kertas, kromatografi lapisan tipis ( Thin Layer Chromatography ), kromatografi gas ( Gas Chromatography ), dan kromatografi cair kinerja tinggi ( High Performance Liquid Chromatography ). Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal mm ) yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ), yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan. Seperti halnya, kromatografi lapisan tipis yang banyak digunakan akhir-akhir ini oleh sebagian besar laboratorium di Indonesia menggunakan alat berupa TLC Scanner 3 merk CAMAG ( Made in Switzerland ) dengan metode kromatografi lapisan tipis, yang mana proses pengambilan sample yang berada pada permukaan plat (tempat sample yang telah dilakukan pemisahan) menggunakan scanner didalam alat tersebut kemudian hasilnya ditransfer ke PC dan dilakukan proses selanjutnya. Dan kelebihan dari TLC Scanner 3 CAMAG sendiri adalah mampu 1

2 menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relatif cepat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka akan timbul permasalahan yaitu bagaimana menentukan kadar senyawa temulawak dengan menggunakan TLC. 1.3 Batasan Masalah Adapun beberapa batasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Plat lapisan tipis yang akan dipakai adalah plat yang siap digunakan dan tidak perlu untuk membuatnya. 2. Tidak membahas perlakuan senyawa secara kimia dengan mendetail. 1.4 Tujuan Penelitian Tugas Akhir Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menentukan kadar senyawa temulawak dengan menggunakan TLC serta menganalisa kadar tersebut. 1.5 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Studi pustaka Mempelajari bahan-bahan pustaka berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi serta mempelajari metode TLC. 2. Pengambilan Data Untuk pengambilan data dengan menggunakan alat TLC Scanner 3 CAMAG. Data yang digunakan adalah standard curcuminoid dan sampel temulawak. 3. Analisa data Yang meliputi analisa data hasil nilai kadar senyawa yang diambil oleh TLC. 4. Penyusunan laporan dan kesimpulan. Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil analisis kedalam format penulisan tugas akhir dengan disertai kesimpulan dan saran. II. TEORI PENUNJANG Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai teori teori dasar yang dipergunakan untuk menunjang penelitian Tugas Akhir ini. 2.2 Kromatografi Lapisan Tipis (Thin Layer Chromatography) Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal dengan istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Kromatografi lapisan tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom (HPLC). Demikian juga peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapisan tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat. (a) (b) Gambar 2.1 Sampel yang terdapat pada plat (a) Sample yang telah diteteskan pada plate (sebelum masuk bejana TLC). (b) Sample yang telah mengalami pemisahan (setelah masuk bejana (wikipedia,2009) TLC). Beberapa keuntungan dari kromatografi lapisan tipis ini: Kromatografi lapisan tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet. Metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan peralatan sederhana dalam menentukan kadar. Dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro). Gambar 2.3 Chamber/bejana TLC (proses (The Story TLC, Wikipedia, 2009) pemisahan) Semua alat kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi. Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir 2

3 melalui fase diam dan membawa komponenkomponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju pergerakan yang berbeda. Kromatografi kebanyakan digunakan sebagai alat analisa kuantitatif tetapi dapat juga dipakai secara kualitatif (pembandingan terhadap senyawa-senyawa referensi) Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan beberapa sifat fisika umum dari molekul, yaitu sebagai berikut : Kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan). Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan halus (adsorpsi/penyerapan). Kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi pereaksi seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1, Pembuatan Lapisan Tipis ( Thin Layer ) Penyerap dituangkan diatas permukaan plat yang kondisi bentuknya baik, biasanya digunakan plat kaca / aluminium. Ukuran yang digunakan tergantung pada jenis dari pemisahan yang akan dilakukan dan jenis dari bejana kromatografi. Seringkali bentuk plat kaca / aluminium dijual dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai standard. Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata. Plat-plat kaca / aluminium sebelum dipakai dicuci terlebih dahulu dengan air dan detergent kemudian dikeringkan. Terakhir, dapat dicuci dengan aseton, tetapi hal ini tidak mesti dilakukan. Satu hal yang perlu diperhatikan jangan menyentuh permukaan dari plat yang bersih dengan jari tangan karena bekas jari tangan yang menempel akan merubah tebal dari permukaan penyerap pada plat. Untuk membuat penyerap, pertama bahan penyerap dicampur dengan air sampai menjadi bubur, biasanya dengan perbandingan x gram penyerap dan 2x ml air. Bubur diaduk sampai rata dan dituangkan diatas plat dengan berbagai cara. Tebal lapisan merupakan faktor yang paling penting dalam kromatografi lapisan tipis. Tebal standard adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal ( mm ) digunakan untuk pemisahanpemisahan yang sifatnya besar, dengan menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah satu kesukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila kering. Tabel 2.1 Perbandingan untuk membuat bubur penyerap Penyerap Medium bubur penyerap Silika gel Gª Metilena klorida : metanol (2 : 1, v/v) Serbuk selulosa Metilena klorida : metanol (50 : 50, v/v) Alumina Metilena klorida : metanol (70 : 30, v/v) Perbandi ngan, gram dalam ml 35 gr dalam 100 ml 50 gr dalam 100 ml 60 gr dalam 100 ml (Gritter, Bobbitt, and Schwarting, 1991) Penyerap-penyerap Sifat yang terpenting dari penyerap adalah besar partikel bubur penyerap dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap plat sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Besarnya partikel yang biasa digunakan adalah 1 25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Sedangkan dalam kolom partikel yang sangat halus akan mengakibatkan aliran pelarut menjadi lambat, pada lapisan tipis butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih cepat. Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapisan tipis adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Macam-macam penyerap untuk kromatografi lapisan tipis Zat padat Silika Digunakan untuk memisahkan Asam-asam amino, alkaloid, gula, asam-asam lemak, lipida, minyak esensial, anion, dan kation organic, sterol, terpenoid. 3

4 2.3 Alumina Alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin-vitamin, karoten, asam-asam amino. Kieselguhr Gula, oligosakarida, asam-asam lemak, trigliserida, asam-asam amino, steroid. Bubuk Asam-asam amino, alkaloid, selulose nukleotida. Pati Asam-asam amino. Sephadex Asam-asam amino, protein. Silika Gel. Merupakan penyerap yag paling banyak dipakai dalam kromatografi lapisan tipis. Sebagian besar silika gel bersifat sedikit asam maka asam sering agak mudah dipisahkan. Adapun pengikat yang digunakan adalah kalsium sulfat dan kebanyakan biasanya pada saat membeli telah diberi pengikat. Alumina. Salah satu penyerap yang dipakai untuk pemisahan basa dan terdapat dalam beberapa bentuk modifikasi. Alumina dapat diperlakukan memakai asam klorida untuk diubah menjadi bentuk asam atau memakai asam nitrat untuk diubah menjadi bentuk netral. Dalam menggunakan alumina biasanya dapat ditambah dengan pengikat saat membeli di toko-toko perdagangan kimia. Nilai Rf Senyawa terhadap Pelarut Senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi-reaksi warna. Pada umumnya untuk identifikasi senyawa menggunakan harga Rf. Harga Rf didefinisikan sebagai berikut : Harga Rf = Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal Jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal (2.1) Harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standard. Perlu diperhatikan bahwa harga-harga Rf yang diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian harga Rf untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat diperoleh. Senyawa standard biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram. Dalam kromatografi lapisan tipis perlu mengusahakan atmosfer bejana dalam keadaan jenuh dengan uap pelarut. Bila atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut dan digunakan pelarut campuran maka akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk cekung dan fasa bergerak lebih cepat dibagian tepi-tepi plat daripada dibagian tengahnya. Keadaan ini harus dicegah karena dapat menimbulkan tidak ratanya dalam memisahkan tiap-tiap senyawa / sampel Sampel Temulawak Temulawak telah lama diketahui mengandung senyawa kimia yang mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu curcuminoid dan minyak atsiri. Curcuminoid terdiri atas senyawa berwarna kuning curcumin dan turunannya (desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin). Curcuminoid yang memberikan warna kuning pada rimpang bersifat antibakteria, anti-kanker, anti-tumor dan antiradang, mengandung anti-oksidan. Sedangkan minyak atsiri berbau dan berasa yang khas. Kandungan minyak atsiri pada rimpang temulawak 3-12% Sedangkan untuk curcuminoid, dalam temulawak 1-2%. Untuk menentukan persentase ini dilakukan pemanasan pada temperatur ºC, supaya tidak merusak zat aktifnya dan untuk mendapatkan warna yang baik dari curcuminoid. Kajian dan penyelidikan atas temulawak (Curcuma xanthorrhiza) membuktikan bahwa rimpangnya mengandungi banyak zat kimiawi yang memberikan pengaruh positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu, hati dan pankreas. Selain itu dapat menambah selera makan, berkemampuan merangsang perjalanan sistem hormon metabolisme dalam tubuh. Komposisi kimia dari rimpang temulawak adalah protein pati sebesar persen, curcumin satu sampai dua persen, dan minyak atsirinya antara 6 hingga 10 persen. Daging buah / umbi (rimpang) temulawak bentuknya bulat seperti telur dan berukuran besar dan mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering disebut minyak menguap. Kemudian minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoidanya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa membunuh mikroba. Komponen utama rimpang temulawak adalah : Pati 48.18% % : membantu proses metabolism dan fisiologi organ badan. Protein 29.00% % Serat kasar mineral 2.58% % : memulihkan kecergasan badan (bersifat tonik). Curcuminoid 1.60% % : melancarkan proses pencernaan tubuh. Minyak asiri 6.00% % : meningkatkan fungsi ginjal Phelandren : melancarkan pengeluaran toksik dalam tubuh melalui air kencing. Turmerol : membantu proses metabolisme Borneol : memulihkan kesehatan tubuh badan akibat serangan penyakit. Detektor Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers. Komponen didalam photomultipier (PMT) sendiri adalah 4

5 photomultiplier tube (tabung vakum photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali), struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity nm). Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan seberkas cahaya dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik dengan kondisi hampa udara. Gambar 2.5 Komponen Monokromator secara umum Gambar 2.4 Konstruksi photomultiplier tube dan bentuk fisik photomultiplier. 2.6 Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linierfocused type) secara berurutan dan keluar mengenai anoda. Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (ev), yang dikenal sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang gelombang pancung (cutoff wavelength) λ c, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron. Cahaya yang masuk difokuskan dengan melewati focusing electrode dan elektron mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan dipancarkan ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan. Monokromator Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang. Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating. Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan monokromator grating Czerney-Turney. 2.7 Gambar 2.6 Monokromator dengan grating Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi sinar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya tersebut akan diuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau, biru, dll). Gambar 2.7 Grating (modus refleksi) Beda lintasan (modus refleksi) : AB+CD = a(sin(θm)+sin(θi)) (2.2) Sehingga kondisi untuk puncak maksimum menjadi: a(sin(θm)+sin(θi)) = mλ (2.3) Absorbansi dan Transmitansi Penyerapan hanya terjadi jika energi foton yang datang cocok dengan energi yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron terluarnya dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (atau dari pita valensi ke 5

6 pita konduksi di dalam zat padat). Dengan spektroskopi dari cahaya transmisi bisa diketahui tingkat/pita energi dari suatu atom/molekul/zat padat. Gambar 2.8 Proses terjadinya energi dengan bahan Berkas radiasi elektromagnet bila dilewatkan pada sampel kimia maka sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnet yang ditransfer ke molekul sampel akan menaikan tingkat energi (tingkat tereksitasi). Molekul akan dieksitasi sesuai dengan panjang gelombang yang diserapnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya energi yang diserap: E = h x ν = h x C /λ = h x C / v (2.4) 2.8 Transmitansi dengan simbol T dari larutan merupakan fraksi dari radiasi yang diteruskan atau ditansmisikan oleh larutan, yaitu : T = It/Io (2.6) Transmitansi biasanya dinyatakan dalam persen (%). TLC Scanner 3 CAMAG Alat TLC Scanner 3 CAMAG, terdiri atas bagian-bagian elektronik, yaitu : A compartment for plate positioning (with motor driver). Optical system. Three light source ( Deuterium lamp, Tungsten halogen lamp, Mercury vapor lamp ). Scanner setup. Terdapat 2 macam cara sistem kerja / sistem pengukuran TLC Scanner 3 CAMAG, antara lain: 1. Absorbance Mode. 2. Fluorescence Mode. dimana, E = energi yang diserap h = tetapan Planck = 6,626 x Joule.det v = frekuensi C = kecepatan cahaya = 2,998 x 108 m/det λ = panjang gelombang ν = bilangan gelombang Gambar 2.9 Hubungan antara absorbance dengan penjang gelombang Absorbansi dengan simbol A dari suatu larutan merupakan logaritma dari 1/T atau logaritma Io/It. A = log (1/T) = log (Io/It) = - log (T) (2.5) dimana, A = Absorbansi / serapan Io = Intensitas sinar yang datang It = Intensitas sinar yang diteruskan T = Transmitance / transmitansi Transmitansi Apabila suatu berkas sinar radiasi dengan intensitas Io dilewatkan melalui suatu larutan dalam wadah transparan maka sebagian radiasi akan diserap sehingga intensitas radiasi yang diteruskan It menjadi lebih kecil dari Io. (Service Manual Gambar 2.10 TLC Scanner 3 (CAMAG) Book TLC Scanner 3 CAMAG) Absorbance Mode Setelah sampel pada plat TLC mengalami pemisahan, selanjutnya plat TLC dimasukkan kedalam alat TLC Scanner untuk dilakukan pengukuran. Dan ditentukan range panjang gelombang, lalu di start/ dimulai. Prinsip kerja dengan cara absorbance, yaitu energy cahaya dari sumber lampu yang telah dipilih masuk ke monokromator (M) kemudian cahaya yang keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang gelombang yang besar. 6

7 Energi cahaya yang dipantulkan dideteksi oleh photomulplier, yang mana photon memukul/mengenai katoda photomultiplier dan dikuatkan oleh dynodes. Kemudian kromatogram (sampel pada plat) discan dan timbul perbedaan tegangan yang dihasilkan pada detektor yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran untuk hasil dari sebuah absorption scan. Jika background plat discan, intensitas cahaya yang penuh dipantulkan kembali dan menghasilkan sinyal 100% karena disana tidak ada zat yang menyerap cahaya. Bila daerah kromatogram discan kemudian akan menyerap bagian penyinaran cahaya dan memancarkan intensitas cahaya rendah daripada background plat kemudian akan menghasilkan sinyal pada detektor. Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak dibawah sorotan lampu. Gambar 2.11 Diagram TLC Scanner 3 absorbance (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG) mode Absorbance adalah perbedaan diantara cahaya yang terjadi dan cahaya yang terserap diukur sebagai fungsi karakteristik zat. Dengan kata lain, absorbance adalah perbedaan diantara pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya dari zat pada plat TLC yang sama. Flourescence Mode Prinsip kerja dengan cara fluorescence sama dengan cara absorbance, yaitu pada saat melakukan scan pada suatu zat pada plat TLC, background plat tidak ada sinyal karena adanya panjang gelombang yang tidak diperlukan akan dihalangi oleh filter. Jika daerah fluorescent (sampel pada plat) mengalami scanning maka akan memancarkan cahaya yang akan masuk dan melewati filter kemudian menghasilkan sinyal pada detektor. Pengukuran fluorescent ini hanya untuk menganalisa zat yang tidak tampak ADC Gambar 2.12 Diagram TLC Scanner 3 (Service Manual Book TLC Scanner 3 CAMAG) fluorescence mode Hasil sinyal output dari detektor dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier dan A/D Converter. Setelah sinyal output dari detektor masuk ke A/D Converter, lalu sinyal output (analog) ini akan diubah menjadi sinyal digital, yang mana akan dihubungkan langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software WinCATS maka dapat mengetahui nilai konsentrasi zat dan dapat menampilkan gambar Peak (puncak kromatogram), yang mana gambar peak ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari zat yang diukur. Cara Menghitung Kadar Setelah membuat kurva kalibrasi, maka area sampel dapat dimasukkan kedalam persamaan regresi linier pada kurva kalibrasi tersebut sehingga didapatkan nilai dari berat senyawa sampel. Selanjutnya untuk menentukan nilai kadar sampel dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut : n = Volume Pelarut Sampel x Berat Sampel Volume Inject Sampel Kadar dalam serbuk = n x 100% Berat Serbuk Sampel (2.7) Cara Membuat Kurva Kalibrasi Setelah proses scan selesai maka didapat hasil area dan peak kromatogram sampel dan selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dengan cara menggunakan persamaan regresi linier : Y = ax + b (2.8) dimana, y = Area a = Slope x = Berat Senyawa b = Intercept Untuk membuat kurva kalibrasi, data hasil area dan berat senyawa standard yang diketahui dari konsentrasinya. Untuk mengetahui berat senyawa yang didapat dari besar inject sampel, yang kemudian PC 7

8 III. diinjeksikan ke plat lalu terjadi proses penguapan pelarut dalam sampel setelah dikeringkan sehingga hanya terdapat berat senyawa pada plat dan dengan menggunakan rumus : Berat senyawa = larutan standard x besarnya inject (2.9) METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan metodologi dan prosedur percobaan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. 3.1 Metodologi Penelitian Adapun metodologi yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar. 3.1 sebagai berikut : MULAI PERSIAPAN STANDARD, SAMPEL, DAN PLAT LAPISAN TIPIS INJECT STANDARD DAN SAMPEL PADA PLAT PROSES PEMISAHAN PROSES PENGUKURAN BUAT KURVA KALIBRASI MENGHITUNG KADAR ANALISA DATA PERHITUNGAN HASIL ANALISA SELESAI Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian 3.2 Peralatan dan Bahan Terdapat beberapa peralatan dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini. Peralatan yang digunakan meliputi : 1. Plat lapisan tipis ukuran 20 x 20 cm, tebal mm, yang terbuat dari plat aluminium tipis dan telah dilapisi silika gel. 2. Serbuk standard curcuminoid. 3. Sampel yang akan dianalisa, berupa serbuk temulawak. 4. Solvent / pelarut (sesuai dengan perlakuan sampel tertentu). 5. Micropipet 100 µl. 6. Bejana kaca. 7. TLC Scanner 3 CAMAG. Ya Tidak 3.3 Prosedur Persiapan dan Inject Sampel PERSIAPAN SAMPEL & MICROPIPET 100 μl INJECT KE PLAT KERINGKAN Gambar 3.2 Diagram Persiapan dan Inject Sampel Sebelum melakukan prosedur ini, plat lapisan tipis yang digunakan adalah dengan ukuran 20 x 10 cm (dibagi menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x 20 cm) lalu menyiapkan standard curcuminoid dan sampel temulawak masing-masing 1000 ppm dan menginjeksikan sampel tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Ambil standard curcuminoid sekitar 5 µl dari 1000 ppm dengan menggunakan pipa kapiler kaca / micropipet. 2. Plat lapisan tipis diletakkan diatas permukaan yang datar. 3. Tentukan jarak 10 mm dari bagian bawah plat lalu batas kanan dan kiri 15 mm (untuk meneteskan 9 standard) dan batas sampel satu dengan yang lain 15.4 mm dengan menggunakan pensil. 4. Untuk penempatan sampel, ujung penetes (micropipet) tepat sedikit diatas permukaan lapisan tipis kemudian teteskan ( inject ) sampel standard yang berada didalam pipa kapiler kaca / micropipet tersebut sebesar 0.1 µl (sampel pertama). 5. Biarkan beberapa saat hingga kering (untuk sampel standard yang diketahui konsentrasinya) sampai beberapa kali dengan nilai konsentrasi yang berbeda-beda ( µl). 6. Lakukan hal yang sama pada sampel yang belum diketahui nilai konsentrasinya, yaitu sampel temulawak sebanyak 3 kali dengan meneteskan / inject masing-masing sebesar 20 µl). 7. Setelah dilakukan prosedur diatas (langkah no. 1-6) maka secara langsung melanjutkan langkah prosedur pemisahan sampel. Untuk membuat larutan standard 1000 ppm dari melarutkan 10 mg serbuk standar curcuminoid dengan pelarut metanol 10 ml sedangkan untuk sampel 1000 ppm dari melarutkan 100 mg serbuk sampel temulawak dengan pelarut metanol 5 ml. Gambar 3.3 Standard curcuminoid dan sampel temulawak yang diinjeksikan pada plat 8

9 3.4 Prosedur Proses Pemisahan Sampel SIAPKAN BEJANA, PELARUT, & PLAT SAMPEL MASUKKAN PELARUT KEDALAM BEJANA MASUKKAN PLAT KEDALAM BEJANA Gambar 3.4 Diagram Proses Pemisahan TUTUP BEJANA Proses Pemisahan Sampel ini dimaksudkan dengan cara pengembangan / penguraian sampel didalam bejana, yaitu sebagai berikut : 1. Plat lapisan tipis yang telah ditetesi sampel tersebut dimasukkan kedalam suatu bejana yang berisi pelarut (heksane dan etil asetat ; 1:1) yang dalamnya sekitar 0.8 cm yang bertindak sebagai fasa gerak. 2. Tinggi pelarut dalam bejana harus dibawah titik sampel yang berada pada plat lapisan tipis. Jangan sampai titik sampel tercelup dalam pelarut. 3. Bejana ditutup dengan penutup dan pelarut dibiarkan merambat naik melewati sampel sampai kira-kira tiga perempat plat lapisan tipis. 4. Setelah pelarut naik sampai hampir ujung atas lapisan (sekitar ± 8 cm), lapisan tipis diambil dari bejana sehingga terdapat penampakan uraian/pengembangan sampel, waktu rata-rata untuk plat lapisan tipis pada silika gel adalah sekitar menit. Biarkan beberapa saat hingga kering. Gambar 3.5 Hasil pemisahan standard curcuminoid dan sampel temulawak pada plat 3.5 Proses Pengukuran (Scan) Standard dan Sampel LAKUKAN SCANNING LAMPU TUNGSTEN- HALOGEN HASIL (PEAK & AREA) MONOKROMATOR BUAT KURVA KALIBRASI SAMPEL DETEKTOR MENGHITUNG KADAR Gambar 3.6 Diagram Proses Pengukuran SELESAI Sebelum memulai scan spektrum terlebih dahulu mengatur posisi scan pada sumbu y didalam program WinCATS : Batas scan awal = 21.6 mm Batas scan akhir = 38.6 mm Setelah itu, plat dimasukkan kedalam alat TLC Scanner dan terlebih dahulu melakukan pengukuran spektrum. Pengukuran ( scan ) spektrum yang dimaksud adalah perbedaan diantara pantulan cahaya yang diukur dari tempat yang kosong pada plat TLC dan pantulan cahaya dari zat / sampel pada plat TLC yang sama. Untuk pengukuran spektrum sampel pertama dengan cara pilih sumber cahaya lampu Tungsten- Halogen (range panjang gelombang nm) dengan setting nm lalu start maka alat akan mengukur spektrum sampel pertama sampai sampel berikutnya. Pengukuran diawali dengan mengatur panjang gelombang 200 nm oleh monokromator dan secara bertahap berpindah ke panjang gelombang berikutnya (210,220,dst) sampai mencapai panjang gelombang terakhir (600 nm). Setelah selesai sampai sampel yang terakhir maka akan menampilkan gambar spektrum masing-masing sampel. Kemudian pilih panjang gelombang puncak dari gambar tersebut, yaitu 425 nm. Setelah melakukan pengukuran spektrum selanjutnya dilakukan scanning standard dan sampel dengan cara energi cahaya dari sumber cahaya lampu Tungsten-Halogen (range panjang gelombang nm) dengan setting 425 nm masuk ke monokromator kemudian cahaya yang keluar dari monokromator akan mengenai mirror dan dipantulkan menurun mengenai dan melalui Beam Splitter dan langsung mengenai permukaan putih pada plat TLC yang kemudian akan dipantulkan ke detektor pengukuran. Sebagian cahaya yang mengenai Beam Splitter dipantulkan ke reference detektor. Reference detektor berfungsi untuk mengatur sensitivity / kepekaan cahaya secara otomatis pada detektor pengukuran sehingga mendapatkan pancaran cahaya lampu yang tepat pada panjang gelombang tertentu. Kedua detektor memakai photomultiplers yang mana lebih sensitive dengan range panjang gelombang yang besar. Pada saat proses scan, compartment pembawa plat bergerak perlahan dari ujung sampel pertama mengenai dan melewati cahaya slit sampai akhir sampel dan setelah itu akan menampilkan peak/kurva (karena menghasilkan sinyal < 100%) lalu bergerak kembali menuju sampel kedua tetapi sebelum itu cahaya slit mengenai permukaan putih pada plat / background plat dan tidak membentuk peak/kurva (karena menghasilkan sinyal 100%). Setelah selesai melewati permukaan putih, selanjutnya cahaya slit mengenai sampel kedua sampai akhir sampel dan menampilkan lagi peak/kurva, begitu seterusnya sampai sampel yang terakhir. Peak / kurva yang didapat adalah berbentuk kurva terbalik karena pada saat scan 9

10 sampel cahaya menyinari sampel lalu sampel menyerap sebagian cahaya dan memantulkan cahaya ke detektor sehingga menghasilkan energi yang dipantulkan sampel lebih kecil daripada energi datang saat menyinari sampel. Oleh karena itu, detektor dilengkapi dengan rangkaian inverter, yang berfungsi sebagai pembalik kurva menjadi keatas sehingga menampilkan peak/kurva keatas seperti kurva gaussian dan sekaligus untuk mempermudah dalam pembacaan. Hasil kedua sinyal output dari detektor timbul perbedaan tegangan yang mana diplot sebagai fungsi posisi pengukuran dan dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti amplifier sebagai penguatan sinyal lalu dihubungkan ke A/D Converter, untuk mengubah sinyal analog (tegangan) dari amplifier menjadi sinyal digital yang mana dapat dibaca dan dihubungkan langsung ke PC melalui connection serial interface RS232. Dengan didukungnya software WinCATS yang terdapat pada PC maka dapat menampilkan gambar peak (puncak kromatogram) dari sampel tersebut serta area spektrum warna sampel dengan panjang gelombang tertentu, yang mana gambar peak/kurva ini berbentuk mirip dengan kurva Gaussian, yang menunjukkan karakteristik tersendiri dari senyawa yang diukur. Sistem scanning bekerja berdasarkan pergerakan plat TLC pada compartment secara otomatis dan mempunyai posisi yang dapat diatur terhadap sumbu x dan y. Plat TLC / objek sampel pengukuran yang berada pada compartment digerakkan oleh motor stepper yang terletak dibawah sorotan lampu. Gambar 3.8 Data Hasil Pengukuran Spektrum Pada gambar spektrum diatas adalah hasil pengukuran (scan) spektrum standard dan sampel mulai dari panjang gelombang nm, yang mana dapat ditentukan nilai panjang gelombang yang memiliki kesamaan pada puncak spektranya (425 nm). 3.6 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel Gambar 3.9 Kurva Standard Curcuminoid 1 Gambar 3.7 Bentuk spektrum 12 sampel yang diukur Gambar 3.10 Kurva Standard Curcuminoid 2 10

11 Gambar 3.11 Kurva Standard Curcuminoid 3 Dari kurva standard diatas adalah hasil pengukuran (scan) dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm. Gambar 3.14 Kurva Sampel Temulawak 3 Dari ketiga kurva sampel temulawak diatas diukur dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm dan gambar 3.21 dibawah ini adalah kurva keseluruhan dari 12 macam sampel (9 standard dan 3 sampel) dengan tampilan 2 dimensi. Gambar 3.12 Kurva Sampel Temulawak 1 Gambar 3.13 Kurva Sampel Temulawak 2 IV. Gambar 3.15 Kurva Standard dan Sampel secara keseluruhan Untuk gambar kurva standard dan sampel diatas dengan menggunakan panjang gelombang 425 nm. Panjang gelombang tersebut didapat dari hasil pengukuran (scan) spektrum 12 sampel dan diperoleh panjang gelombang puncak sebesar 425 nm. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Data Senyawa Standard Curcuminoid dan Senyawa Temulawak. Untuk plat lapisan tipis menggunakan plat aluminium tipis dengan ukuran 20 x 10 cm (dibagi menjadi 2 yang semula ukurannya 20 x 20 cm), dan membuat batas kanan dan kiri 1.5 cm, batas bawah dan atas 1 cm dari titik sampel ke tepi plat. 11

12 Tabel 4.1 Data berat senyawa dan area No. Nama Senyawa Berat senyawa Area (ng) 1. Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Standard Curcuminoid Temulawak Temulawak Temulawak Gambar 4.2 Pengaturan batas sampel pada plat Setelah selesai ditentukan batas sampel pada plat lalu plat diambil dan dilakukan proses pemisahan. Selanjutnya setelah proses pemisahan selesai lalu plat dimasukkan kembali kedalam TLC dan diletakkan di posisi compartment yang sama dengan sebelumnya sehingga didapatkan hasil Rf : Gambar 4.1 Batas antara tepi plat dengan sampel Setelah menentukan batas sampel plat dengan tanda pensil lalu masukkan plat kedalam alat TLC dan letakkan diatas compartment dan tentukan batas kiri/kanan antara tepi plat dengan sampel (sumbu x) dan tentukan pula batas bawah antara tepi plat dengan sampel (sumbu y) menggunakan keypad TLC atau dapat mengatur langsung dari program (gambar 4.2), dengan nilai sumbu x sebesar 15 mm dan sumbu y sebesar 10 mm dan jarak sampel satu dengan yang lain 15.4 mm. Gambar 4.3 Jarak Rf sampel dengan pelarut Besarnya nilai a dan b diketahui dari hasil positioning yang dilakukan secara otomatis pada TLC, yaitu nilai a = 2 cm dan nilai b = 8 cm sehingga menghasilkan nilai Rf sebesar 0.25 untuk posisi standard curcuminoid 1 sampai 9 dan sampel temulawak 1 sampai 2, sedangkan nilai Rf = 0.26 untuk sampel 3. Adanya perbedaan Rf tersebut karena posisi sampel temulawak 3 sedikit naik dibanding dengan sampel temulawak 2 (gambar 4.9). Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat senyawa. Dengan demikian didapatkan nilai berat senyawa dengan rumus : (seperti pada pers.2.9) Berat senyawa = 1000 ppm x 0.1 µl = 1000 µg x 0.1 µl 1000 µl = 0.1µg = 100 ng senyawa (standard curcuminoid 1) 12

13 4.1.2 Hasil Pengukuran ( Scan ) Standard dan Sampel Gambar 4.4 Kurva Standard Curcuminoid 1 Pada gambar peak/kurva standard diatas terdapat garis merah disebabkan karena posisi slit tidak memulai / mengawali scan dari tepi senyawa melainkan langsung menuju ¼ bagian sampel sehingga mempunyai peak yang tidak berawal / tidak sejajar. Sedangkan pada gambar peak sampel terdapat 2 peak disebabkan karena adanya ketidaktelitian dalam menentukan batas scan didalam pengaturan posisi scan sehingga ada sebagian senyawa lain yang ikut masuk sewaktu melakukan scan (gambar 4.6). Gambar 4.6 Kurva Standard dan Sampel secara keseluruhan Gambar diatas adalah peak semua standard dan sampel dengan panjang gelombang 425 nm Membuat Kurva Kalibrasi Setelah melalui proses scan maka akan mendapatkan nilai area standard yang akan digunakan didalam persamaan regresi linier dan disertai pula besarnya berat senyawa standard, yaitu sebagai berikut: dimana, Y = ax + b y = Area a = Slope x = Berat Senyawa b = Intercept Untuk membuat kurva kalibrasi, terdapat 9 data hasil area standard dan berat senyawa standard yang diketahui sebelumnya. Gambar 4.5 Kurva Sampel Temulawak 1 Gambar 4.7 Kurva Kalibrasi Standard Curcuminoid Dari hasil kurva kalibrasi diatas didapatkan persamaan linier : Y = 24.69x ; r =

14 3. Temulawak Rata-rata Gambar 4.8 Data Kurva Kalibrasi Standard Curcuminoid Setelah membuat kurva kalibrasi, selanjutnya dengan memasukkan nilai area sampel temulawak yang telah diketahui dari proses pengukuran sebelumnya kedalam persamaan regresi linier dan hasilnya akan didapat berupa berat senyawa sampel, yaitu sebagai berikut : No. Tabel 4.2 Berat Senyawa Sampel Nama Senyawa Berat Senyawa (ng) 1. Temulawak Temulawak Temulawak Perhitungan Kadar Dari persamaan hasil regresi linier untuk kurva kalibrasi standard, didapat hubungan antara berat senyawa standard dengan area. Setelah mendapatkan hasil dari kurva kalibrasi, area sampel dimasukkan kedalam persamaan regresi linier lalu akan mendapatkan berat senyawa sampel kemudian dilakukan perhitungan kadar senyawa. Serbuk temulawak 100 mg dilarutkan kedalam 5 ml metanol (MeOH) lalu mengambil sampel dari larutan tersebut sebesar 20 µl dengan micropipet. (seperti pada pers.2.7) 5000 µl x ng = ng = mg 20 µl Kadar dalam serbuk = mg x 100 % 100 mg No. = % Tabel 4.3 Hasil perhitungan kadar dengan TLC Nama Senyawa Kadar (%) 1. Temulawak Temulawak Pada hasil perhitungan diatas didapat kadar curcuminoid didalam sampel temulawak 1 sebesar % dan didalam sampel temulawak 2 sebesar % serta didalam sampel temulawak 3 sebesar %. 4.2 Pembahasan Setelah melalui proses pemisahan, sampel yang berada dipermukaan plat menjadi bentuk berat senyawa dan tidak lagi terdapat pelarut didalam sampel karena pada saat selesai proses pemisahan dan telah dikeringkan maka pelarut dalam senyawa akan menguap secara sepenuhnya (sifat dari pelarut) sehingga dari besar inject 0.1 µl yang diinjeksikan pada plat menjadi 100 ng setelah dikeringkan. Dalam menentukan besar inject diusahakan mengambil sekecil mungkin dari larutan standard (0.1 µl) dan bila menentukan besar inject yang lebih besar maka akan terjadi tailing (spot sampel mengekor) pada saat proses pemisahan dan nantinya akan mempengaruhi pembacaan scanner ke luasan sampel. Spot sampel yang ideal adalah spot sampel yag berbentuk bulat, elips, maupun persegi. Besar inject pada sampel 20 µl didapatkan dari trial percobaan yang dilakukan lebih dari 3 kali (untuk mengetahui masuk tidaknya sampel didalam kurva kalibrasi). Nilai atau jarak Rf pada standard dan sampel yang timbul perbedaan nilai Rf itu tergantung pada laju pergerakan pelarut dalam menggerakkan dan memisahkan sampel, biasanya hal ini sering terjadi dan tidak mempengaruhi pengukuran (selisih Rf ±1). Nilai Rf yang ideal atau yang dianjurkan sebesar tetapi boleh diluar range tersebut asalkan mempunyai kurva/peak yang bagus (kurva senyawa satu dengan yang lainnya terpisah dan memiliki jarak) dan tidak boleh diluar range dan bila mempunyai kurva yang jelek / tidak bagus (kurva senyawa satu dengan yang lainnya saling berhimpitan dan tidak memiliki jarak) (ditunjukkan pada gambar 4.5). Hasil pengukuran pada kurva standard dan sampel yang tidak sejajar / berawal dari nol disebabkan karena posisi slit tidak memulai / mengawali scan dari tepi senyawa melainkan langsung menuju ¼ bagian sampel dan adanya ketidaktelitian dalam menentukan batas scan didalam pengaturan posisi scan sehingga ada sebagian senyawa lain yang ikut masuk sewaktu melakukan scan (ditunjukkan pada gambar 4.4). Keadaan ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena dapat mempengaruhi nilai luas area dan kadarnya. Oleh karena itu, penting bagi orang yang melakukan pengaturan batas scan harus dilakukan sebaik 14

15 mungkin agar dapat memperoleh luas area dan kadar yang lebih baik. Pada proses pemisahan menggunakan campuran pelarut heksane dan etil asetat dengan perbandingan 1:1 maka standard curcuminoid tidak akan pecah atau terpisah menjadi beberapa golongan senyawa dan menjadi satu kesatuan yang utuh (karena didalam standard curcuminoid masih ada beberapa senyawa lain, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin). Dalam memilih pelarut diharuskan untuk menggunakan pelarut (fasa gerak) yang mempunyai sifat polar yang lebih tinggi dari silika gel / fasa diam (bahan yang melapisi plat) sehingga sampel dapat dialirkan dan dipisahkan dari senyawasenyawa yang lain tetapi bila sifat polar dari pelarut lebih rendah dari silika gel maka sampel tidak dapat dialirkan dan dipisahkan (karena terjadi ikatan yang saling mengikat antara pelarut dengan silika gel). Silika gel / fasa diam mempunyai sifat polar yang baik adalah mengandung banyak ikatan OH (plat TLC yang saat ini dipakai). V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini, adalah sebagai berikut : 1. Telah dapat ditentukan kadar curcuminoid dengan menggunakan metode TLC. 2. Hasil penentuan kadar sampel yang diukur adalah kadar senyawa temulawak 1 sebesar % dan kadar senyawa temulawak 2 sebesar % serta kadar senyawa temulawak 3 sebesar %. Padmawinata Bandung, penerbit ITB, 1991 ISBN Sastrohamidjojo. Dr. Hardjono, Kromatografi, UGM penerbit ; Liberty Yogyakarta-Yogyakarta, 1991 ISBN Touchstone, Joseph C and Dobbins, Murrell F., Practice of Thin Layer Chromatography, A Wiley-Interscience publication, John Wiley and Sons, Inc., Canada, Thin Layer Chromatography A Laboratory Handbook, E. Stahl (ed), Springer-Verlag, Berlin, Germany, J.G. Kirchner, Thin Layer Chromatography, 2nd edn, Techniques in Chemistry, vol. XIV, Wiley- Interscience, Chichester, UK, E. Stahl, in Thin Layer Chromatography A Laboratory Handbook, 2nd edn, E. Stahl (ed), Springer-Verlag, Berlin, Germany, 1969, A. Zlatkis, R.E. Kaiser, in HPTLC ( high performance thin layer chromatography ), A. Zlatkis, R.E. Kaiser (eds), Elsevier, Amsterdam, Netherlands, 1977, Laboratory of Analytical Chemistry, Zagreb, Croatia Operating manual TLC ( Thin Layer Chromatography ) Scanner 3 CAMAG, Switzerland. 5.2 Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya yaitu: 1. Pada tugas akhir ini terdapat ketidaktelitian dalam menentukan batas scan pada plat. Disarankan agar penelitian sejenis memperhatikan hal ini. 2. Pada tugas akhir ini kadar yang diketahui hanya kadar curcuminoid. Penelitian dapat dikembangkan dengan mengukur sekaligus kandungan unsur-unsur lain dalam senyawa temulawak. 3. Dari penelusuran literatur dan studi selama melakukan penelitian ini, diusulkan ide tentang penggunaan kamera digital sebagai pengganti scanner untuk menentukan jenis dan kadar zat/senyawa, seperti dapat dilihat pada lampiran. DAFTAR PUSTAKA 1. Rosita, Lifdiana. Perancangan Sistem Pencahayaan Hybrid di Ruang Kelas C-122 Teknik Fisika Tugas Akhir Jurusan Teknik Fisika FTI- ITS Surabaya Gritter, Bobbitt, and Schwarting, Pengantar kromatografi ; terjemahan Kosasih 15

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY)

SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN KADAR LARUTAN TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE TLC (THIN LAYER CHROMATOGRAPHY) oleh : Zainal Abidin NRP : 2407 100 609 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sekartedjo, MSc NIP.

Lebih terperinci

Kromatografi tambahan. Imam S

Kromatografi tambahan. Imam S Kromatografi tambahan Imam S Kromatografi serapan Bentuk alat : mirip buret, didalamnya berisi, glass wool/kapas untuk penyangga, penyaring dari gelas yang dilapisi kertas saring, bahan isian kolom yang

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia

ALAT ANALISA. Pendahuluan. Alat Analisa di Bidang Kimia Pendahuluan ALAT ANALISA Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks Secara umum instrumentasi

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan. B. Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Hari : Senin, 13 April 2009 Waktu : 10.20 12.00 Tempat : Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS I Oleh : Kelompok III 1. Bella Anggraini (061330400291) 2. Deka Pitaloka (061330400293) 3. Eka Anggraini (061330400298) 4. Elvania Novianti

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

Analisis Fisiko Kimia

Analisis Fisiko Kimia Analisis Fisiko Kimia KROMATOGRAFI Oleh : Dr. Harmita DEFINISI Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN Berbagai metode kromatografi memberikan cara pemisahan paling kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13]

Gambar 2.1 Kesetimbangan energi dari interaksi cahaya yang masuk dengan sampel [13] 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reflektansi Cahaya Spektroskopi reflektansi adalah studi tentang cahaya yang terpantul atau terhambur dari padat, cair atau gas sebagai fungsi panjang gelombang. Jika suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ORGANIK

LAPORAN KIMIA ORGANIK LAPORAN KIMIA ORGANIK KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma Longa L) Oleh : Dias Mandala Nurhutama 10609056 Asisten: Nila Tania Berghuis 20509041 Tanggal Percobaan:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

BAB I PENDAHULUAN. Schraiber pada tahun KLT merupakan bentuk kromatografi planar, BAB I PENDAHULUAN Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN

LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN 1.1 Judul Percobaan Kromatografi kertas 1.2 Tujuan Percobaan LAPORAN KIMIA PEMISAHAN BAB CAMPURAN I TUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN Memisahkan Zat Warna Tinta Melalui Kromatografi Kertas 1.3 Prinsip Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piroksikam 2.1.1 Sifat Fisikokimia Gambar 2.1.1 : Struktur Kimia Piroksikam Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh yang panjang. Piroksikam

Lebih terperinci

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography)

LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography) LAPORANPRAKTIKUM AnalisaTabletVitaminCdenganHPLC (High PerformanceLiquidChromatography) NAMA :1. BINAYANTI NAINGGOLAN (NIM :157008008) 2. HENNY GUSVINA B(NIM :157008010) 3. DINNO RILANDO(NIM :157008004)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Preparasi Sampel Sampel telur ayam yang digunakan berasal dari swalayan di daerah Surakarta diambil sebanyak 6 jenis sampel. Metode pengambilan sampel yaitu dengan metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) Tanggal Praktikum : 02 Oktober 2014 Tanggal Pengumpulan: 9 Oktober

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman

SEJARAH. Pertama kali digunakan untuk memisahkan zat warna (chroma) tanaman KROMATOGRAFI PENDAHULUAN Analisis komponen penyusun bahan pangan penting, tidak hanya mencakup makronutrien Analisis konvensional: lama, tenaga beasar, sering tidak akurat, tidak dapat mendeteksi pada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN 4.1.1. Analisis Kandungan Senyawa Kimia Pada tahap ini dilakukan analisis proksimat terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak kering yang

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L etanol, diperoleh ekstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET AFLATOKSIN Senyawa metabolik sekunder yang bersifat toksik dan karsinogenik Dihasilkan: Aspergilus flavus & Aspergilus parasiticus Keduanya tumbuh pada biji-bijian, kacang-kacangan,

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan

KROMATOGRAFI. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan KROMATOGRAFI Defenisi Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Abstrak Spektrofotometri: pengukuran dengan menggunakan prinsip spektroskopi / cahaya Cahaya terdiri dari banyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan Dr.Krishna P Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN SPEKTROSKOPI DEFINISI Merupakan teknik analisis dengan menggunakan spektrum elektrtomagnetik Spektrum elektromagnetik meliputi kisaran panjang gelombang yang sangat besar Misal: sinar tampak: 380-780 nm

Lebih terperinci

Laporan Kimia Analitik KI-3121

Laporan Kimia Analitik KI-3121 Laporan Kimia Analitik KI-3121 PERCOBAAN 5 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 1 Tanggal Percobaan : 19 Oktober 2012 Tanggal Laporan : 2 November 2012 Asisten

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis Prinsip Spektrometri Larutan sampel dikenai radiasi elektromagnetik, sehingga menyerap energi / radiasi terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom/molekul)

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas mengenai preparasi ZnO/C dan uji aktivitasnya sebagai fotokatalis untuk mendegradasi senyawa organik dalam limbah, yaitu fenol. Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS Amalia Choirni, Atik Setiani, Erlangga Fitra, Ikhsan Fadhilah, Sri Lestari, Tri Budi Kelompok 12 Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil penelitian terdahulu Telah dilakukan penelitian sebelumnya tentang analisis validasi metoprolol dengan menggunakan sampel urin pada penelitian yang berjudul Penentuan Metoprolol

Lebih terperinci

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol 4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol C 12 H 26 O (186.3) OH H 2 SO 4 konz. (98.1) + HBr (80.9) C 12 H 25 Br (249.2) Br + H 2 O (18.0) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Substitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa, mengidentifikasi, menentukan suatu zat dalam suatu cuplikan. Dalam menganalisa terdapat 3 aspek komprehensif

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci