KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Puji dan Syukur Kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten Tahun Anggaran 2016 dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Kinerja dan Pelaporan Akuntablitas Kinerja Instansi Pemerintah Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagai bentuk pertanggung jawaban pelaksanaan kinerja BKPMPT. Di dalam laporan tersebut diuraikan hal-hal pokok mengenai pelaksanaan sasaran dan program BKPMPT sebagaimana akan diuraikan lebih lanjut dalam Bab III Akuntabilitas Kinerja. Disamping uraian mengenai capaian kinerja periode pelaksanaan tahun 2016, diuraikan pula penjelasan mengenai perbandingan kinerja secara singkat khususnya untuk hal-hal yang bersifat pokok/penting yang menggambarkan keberhasilan capaian organisasi tahun 2016 dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya. Dengan demikian laporan akuntabilitas ini, cukup menggambarkan peningkatan pencapaian sasaran dan program BKPMPT sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan sebelumnya di dalam Rencana Strategis Tahun , serta Rencana Kinerja yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BKPMPT Tahun Capaian realisasi penanaman modal yang merupakan outcome (goal) BKPMPT dalam rangka konstribusi bagi peningkatan perekonomian nasional dan daerah meningkat sangat signifikan baik dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan di dalam Renstra maupun bila dibandingkan dengan realisasi penanaman modal tahun sebelumnya. Perlu kami laporkan bahwa target realisasi penanaman modal yang i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

3 KATA PENGANTAR ditetapkan oleh Pemerintah Pusat Cq BKPM RI tahun 2016, yaitu sebesar Rp 14,1 triliyun 53,32 triliun, telah terlampaui target dengan capaian realisasi penanaman modal sebesar Rp. 53,32 triliun. Terdapat peningkatan capaian realisasi penanaman modal sebesar Rp. 50 triliun atau sebesar 105 %. Disamping itu,masih diperlukan upaya peningkatan kualitas pelaksanaan promosi penanaman modal baik di dalam negeri maupundi luar negeri, dalam rangka penyebaran informasi potensi penanaman modal Indonesia dan iklim penanaman modal yang kondusif, sehingga menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. LAKIP Tahun 2016 merupakan gambaran pelaksanaan semua program dan kegiatan yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) Provinsi Banten Tahun 2016 yang berisi realisasi dan analisis terhadap kinerja BKPMPT Provinsi Banten yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penyusun kebijakan atau rencana kerja di tahun-tahun berikutnya agar visi dan misi organisasi tercapai secara optimal. Demikian, semoga laporan akuntabilitas kinerja ini dapat memberikan manfaat Akhir kata di harapkan bahwa LAKIP ini dapat menjadi gambaran dan bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja BKPMPT Provinsi Banten dimasa mendatang dalam pelaksanaan tugas dan upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif serta meningkatkan minat realisasi investasi di Provinsi Banten. Serang, Januari 2017 KEPALA BKPMPT PROVINSI BANTEN H. BABAR SUHARSO, ST., M.Si. ii Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

4 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... IKHTISAR EKSEKUTIF... i iii iv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tugas dan Wewenang Peras Strategis Organisasi Profil Organisasi Sistematika Pelaporan... 6 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis Visi Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Roadmap Penanaman Modal Provinsi Banten Roadmap Fokus Internal Roadmap Fokus Eksternal Arah Kebijakan Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Capaian Kinerja Organisasi Realisasi Anggaran BAB IV PENUTUP Kesimpulan Saran iii Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

5 IKHTISAR EKSEKUTIF IKHTISAR EKSEKUTIF Pengembangan iklim penanaman modal dan iklim usaha merupakan salah satu prioritas dan amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun di bidang penanaman modal, yang harus menjadi arah bagi, Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten dalam melaksanakan tugas, fungsi dan perannya dalam satu tahun kedepan. Hal tersebut membawa pesan perlunya peningkatan kualitas tata kelola dan kinerja BKPMPT Provinsi Banten (Internal) dan hubungan antarlembaga (eksternal). Prioritas nasional di bidang penanaman modal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yaitu terciptanya iklim penanaman modal yang berdaya saing dan meningkatnya realisasi penanaman modal di seluruh wilayah Indonesia. Dalam tahun ini, terciptanya iklim investasi yang berdaya saing ditandai dengan adanya survey dari lembaga independen yaitu Moody s, Fitch, dan Standard & Poors telah memberikan peringkat sepuluh besar di seluruh Indonesia dan mendapatkan investment Award bagi Provinsi Banten, yang berarti bahwa kepercayaan investor untuk melakukan penanaman modal di Banten semakin meningkat, hal ini ditandai dengan semakin membaiknya persepsi resiko melakukan penanaman modal di Provinsi Banten. BKPMPT Provinsi Banten mempunyai kedudukan dan peran strategis dalam melaksanakan prioritas ketujuh RPJMN Tahun yaitu perbaikan iklim investasi dan usaha serta peningkatan realisasi investasi sektor Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri. Oleh karena itu, seluruh program kerja BKPMPT Provinsi Banten didasarkan pada tujuan, sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan baik pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Banten Tahun dan Rencana Strategis (Renstra) BKPMPT Provinsi Banten Tahun BKPMPT Provinsi Banten telah menetapkan lima program dan tiga belas kegiatan yang akan dicapai dalam tahun Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari lima program dan tiga belas kegiatan yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2016, tersebut telah berhasil dilaksanakan dengan baik. Secara keseluruhan, apabila dilihat dari pelaksanaan kegiatan BKPMPT Provinsi Banten, maka iv Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

6 IKHTISAR EKSEKUTIF tingkat pencapaian kinerja BKPMPT Provinsi Banten tahun 2016 adalah sebesar 91,1%. Tetapi apabila dilihat dari tingkat capaian dua program urusan wajib bidang penanaman modal yang dicanangkan dalam dokumen RPJMD Provinsi Banten Tahun , yaitu program peningkatan iklim investasi dengan sasaran strategis terwujudnya iklim investasi yang kondusif dan indikator kinerja cakupan layanan regulasi perijinan bidang penanaman modal dengan target kinerja 25% dan realisasi target kinerja 25%, sehingga tingkat pencapaian kinerja adalah sebesar 100%. Kemudian Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi dengan sasaran startegis meningkatnya reasliasi investasi dan indikator kinerja nilai realisasi investasi PMA/PMDN dengan target kinerja sebesar Rp14,1 trilyun dan realisasi target kinerja Rp52,32 trilyun sehingga tingkat pencapaian kinerja adalah sebesar 371%. Rincian capaian kinerja masing-masing indikator tiap program dan kegiatan tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel berikut: No Sasaran Strategis Program Indikator Kinerja Target Realisasi 2016 Capaian (%) Realisasi 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja Program Peningkatan Iklim Investasi Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Cakupan layanan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal (%) Nilai Realisasi Investasi PMA (Rp) Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp) ,85 Triliun 4,25 Triliun 39,89 Triliun 12,4 Triliun 404,97 35,1 Triliun 292,24 10,7 Triliun Dalam kurun waktu tahun 2016 realisasi PMDN dan PMA yang dikeluarkan Pemerintah melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) di Provinsi Banten sampai dengan akhir tahun 2016 adalah sebanyak 563 proyek dengan nilai investasi Rp12,4 Triliun untuk PMDN. Sementara untuk PMA, sebanyak proyek dengan mencapai US$ 2,91 milyar atau Rp39,9 triliun (asumsi Rp13.700/US$). Sehingga total realisasi investasi v Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

7 IKHTISAR EKSEKUTIF PMA dan PMDN berdasarkan LKPM untuk tahun 2016 di Provinsi Banten adalah Rp52,3 triliun dengan jumlah proyek sebanyak Jika dipersentasikan, capaian kinerja dibandingkan target mencapai 262%, dari Target Realisasi Investasi menurut (RPJMD) Provinsi Banten tahun adalah Rp Trilyun. vi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

8 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal merupakan salah-satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi suatu Negara, masalahnya adalah bagaimana meningkatkan minat caloncalon penanam modal (investor) dalam negeri dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Minat investor untuk dapat berinvestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kepastian hak, hukum, perlindungan, informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankan, hak pelayanan, berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan stabilitas politik dan keamanan serta kebijakan pemerintah. Faktor-faktor ini dalam lima tahun ke depan masih memerlukan perhatian khusus dari Pemerintah. Oleh karena itu faktor ini perlu direncanakan, dilaksanakan, dipantau, dan dievaluasi setiap tahun. Kepastian hukum sangat dibutuhkan dalam upaya menarik minat investor, ini ditandai oleh keselarasan regulasi bidang penanaman modal, baik di tingkat nasional maupun daerah. Sebaliknya, produk-produk hukum yang tumpang tindih akan membingungkan dan menyulitkan penanam modal dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya. Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, maka Pemerintah Provinsi Banten melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten dapat bertugas lebih mandiri untuk melaksanakan penyusunan perencanaan penanaman modal secara makro, mengidentifikasi potensi unggulan daerah, melakukan kegiatan promosi potensi daerah, menyusun regulasi perizinan penanaman modal, sekaligus melakukan pengendalian dan pengawasan serta kerjasama dalam bidang penanaman modal. Untuk tercapainya peningkatan investasi di Provinsi Banten, perlu dibuat suatu acuan dalam pelaksanaan tugas Badan Koordinasi Penanaman dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten, sehingga potensi daerah dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan pendapatan daerah dan pendapatan untuk kesejahteraan masyarakat. Acuan yang digunakan adalah dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) yang menggambarkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan BKPMPT Provinsi Banten. 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

9 BAB I PENDAHULUAN Lebih jauh, hasil kinerja penanaman modal BKPMPT Provinsi Banten yang telah tercantum berdasarkan Renstra perlu dievaluasi pencapaiannya. BKPMPT Provinsi Banten sebagai entitas pelaporan kinerja berkewajiban menyelenggarakan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kinerja yang telah dilaksanakan. Laporan kinerja tersebut akan menjadi media pertanggung jawaban yang berisi informasi capaian kinerja BPMPT yang dapat digunakan sebagai komunikasi pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah. Penyusunan laporan kinerja dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan kinerja pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggung jawab serta untuk lebih memantapkan pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan good governance. Akuntabilitas sangatlah penting dalam mencapai good governance. Salah satu bentuk akuntabilitas pemerintahan diwujudkan dalam penyusunan pelaporan kinerja. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah bahwa laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure)secara memadai hasil analisis terhadappengukuran kinerja. Adapun laporan kinerja BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2016 berisi ikhtisar pencapaian sasaran kinerja investasi dan perizinan sebagaimana telah ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Pencapaian sasaran tersebut disajikan berupa informasi mengenai pencapaian sasaran renstra, realisasi pencapaian indikator sasaran disertai dengan penjelasan yang memadai atas kinerja dan pembandingan capaian indikator kinerja dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian, laporan kinerja BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2016 yang menjadi laporan kemajuan penyelenggaraan penanaman modal dan pelayanan perizinan telah disusun dan dikembangkan sesuai peraturan yang berlaku. 2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

10 BAB I PENDAHULUAN 1.2. Tugas dan Wewenang Kewenangan BKPMPT Provinsi Banten didasarkan kepada Peraturan Gubernur adalah Gubernur dalam melaksanakan koordinasi kebijakan dibidang penanaman modal serta pelayanan perizinan dan non perizinan. Dalam menjalankan tugas Pokok dan Fungsi Kelembagaan tersebut, sesuai dengan Peraturan Gubernur, maka secara terinci tupoksi tersebut sebagai berikut: a. pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah provinsi dibidang penanaman modal dan pelayanan perizinan dan non perizinan; b. perumusan dan penyusunan perencanaan penanaman modaldan pelayanan perizinan dan non perizinan; c. pengkoordinasian pelaksanaan kebijakan penanaman modal; d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum, kehumasan, kerasipan, kepustakaan, perlengkapan dan rumah tangga serta aset Badan. e. pengelolaan data dan sistem informasidibidang penanaman modal serta pelaksanaan pembinaan dan pengendalian atas pelaksanaan penanaman modal; f. pelaksanaan promosi serta kerjasama penanaman modal; g. pengkoordinasian dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu bidang penanaman modal; h. penyusunan dan penyampaian laporan secara berkala pelaksanaan penanaman modal; dan i. pelaksanaan fungsi lain dibidang penanaman modal sesuai dengan peraturan perundang-undangan Peran Strategis Organisasi Sektor penanaman modal tidak dapat dipungkiri bahwa perannya sangat dibutuhkan untuk menggerakkan laju perekonomian. Pengembangan kegiatan penanaman modal tidak saja ditujukan untuk meningkatkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, melainkan juga diarahkan untuk dapat menjawab tantangan persoalan-persoalan mendasar, seperti pengembangan sektor strategis dan komoditas 3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

11 BAB I PENDAHULUAN unggulan, reindustrialisasi, pemerataan penanaman modal, serta penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Dalam percaturan global, iklim penanaman modal dan iklim usaha yang ditandai dengan tingkat daya saing nasional terbilang masih rendah. Sementara itu, tantangan ketidakpastian perekonomian global dalam lima tahun ke depan membawa dampak persaingan yang semakin ketat dalam mendapatkan dana internasional, khususnya penanaman modal langsung. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN telah menetapkan 11 prioritas nasional yaitu: (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan penanganan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paska konflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Mengacu pada poin ketujuh di atas dapat dilihat bahwa, pengembangan iklim penanaman modal dan iklim usaha yang kondusif menjadi salah satu dari sebelas prioritas nasional (prioritas ketujuh) dalam RPJMN , dengan tema prioritas adalah peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Substansi Inti dari tema prioritas nasional adalah: 1. Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya. 2. Penyederhanaan prosedur: Penerapan Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). 3. Logistik nasional: Pengembangan dan penetapan Sistem Logistik Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi/ekonomi biaya tinggi. 4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

12 BAB I PENDAHULUAN 4. Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW) untuk impor (sebelum Januari 2010) dan ekspor. Percepatan realisasi proses penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port Cikarang. 5. KEK: Pengembangan KEK di 5 lokasi melalui skema Public-Private Partnership sebelum Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenaga kerjaan dan iklim usaha dalam rangka penciptaan lapangan kerja. Dalam situasi seperti diatas, BKPMPT Provinsi Banten dihadapkan pada tuntutan peningkatan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai peraturan perundang-undangan. Arah peningkatan iklim penanaman modal dan iklim usaha sesuai prioritas nasional membawa pesan perlunya peningkatan kualitas tata kelola dan kinerja BKPMPT (internal) dan hubungan antar lembaga (eksternal). Lebih jauh RPJMD Provinsi Banten Tahun mengamanatkan kegiatan prioritas dan prioritas bidang dalam lingkup penanaman modal yang erat kaitannya dengan upaya peningkatan koordinasi dan harmonisasi Profil Organisasi BKPMPT Provinsi Banten pertama kali dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Banten, selanjutnya diperbaharui dengan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Banten. BKPMD Provinsi Banten diubah menjadi BKPMPT Provinsi Banten berdasarkan Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Banten yang merupakan unsur pendukung tugas Gubernur di bidang penanaman modal. Adapun susunan organisasi BKPMPT Provinsi Banten adalah sebagai berikut: a. Kepala Badan; b. Sekretaris, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

13 BAB I PENDAHULUAN 2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. c. Bidang Data, Informasi, Pembinaandan Pengendalian, membawahkan: 1. Sub Bidang Data dan Informasi Potensi Penanaman Modal. 2. Sub Bidang Pengendalian dan Evaluasi. d. Bidang Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal, membawahkan: 1. Sub Bidang Promosi Penanaman Modal; 2. Sub Bidang Kerjasama Penanaman Modal. e. BidangPelayanan Terpadu Penanaman Modal, membawahkan: 1. Sub Bidang Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan; 2. Sub Bidang Pelayanan Fasilitasi Penanaman Modal. f. Jabatan Fungsional Sistematika Pelaporan Sistematika penyajian LAKIP BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2016 berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan mengambil contoh praktis pada LAKIP Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara tahun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

14 BAB I PENDAHULUAN Adapun sistematika penyajian laporan ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Menyajikan penjelasan umum organisasi dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama yang sedang dihadapi organisasi. BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kerja. Uraian ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan. BAB III Akuntabilitas Kinerja. Penyajian capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi dengan melakukan analisis capaian kinerja serta penyajian realisasi anggaran yang digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja. BAB IV Penutup. Kesimpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2016 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang. 7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

15 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Rencana Strategis Dalam Rangka Penyusunan dan penetapan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 merupakan bagian dari proses penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), bahwa Kepala (SKPD) menyiapkan rancangan Renstra SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJMD, selanjutnya Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) menyusun rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra SKPD dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Oleh karena itu, penyusunan dan penetapan Renstra SKPD merupakan suatu proses yang sejalan dan timbal balik dengan penyusunan dan penetapan RPJMD. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah diamanatkan pula bahwa Renstra SKPD memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Program dan Kegiatan SKPD, serta disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dengan berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif. Selanjutnya BKPMPT Provinsi Banten sebagai SKPD berkewajiban untuk menyiapkan Renstra sebagai acuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tugas dan fungsinya dalam jangka waktu lima tahun Visi Visi adalah suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapai tujuan dalam rangka melaksanakan pembangunan, dan visi secara umum merupakan pernyataan dalam menjawab permasalahan yang dirasakan oleh SKPD. Untuk menjangkau keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang penanaman modal daerah, BKPMPT Provinsi Banten menentukan visi sebagai berikut: Satu Gerbang Sejuta Peluang 8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

16 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Sejalan dengan citra Banten sebagai gerbang investasi Indonesia, maka makna penting pada visi tersebut adalah bahwa Banten akan menjadi tempat yang sangat tepat bagi investor asing maupun dalam negeri untuk menanamankan dan mengembangkan modalnya di indonesia. Banten merupakan pilihan lokasi yang sangat strategis karena para investor akan mendapatkan kemudahan bersama, jaminan keamanan, ketersediaan infrastruktur dan energi, serta akses distribusi dan logistik dengan berbagai macam pilihan peluang sektor bisnis yang akan menguntungkan.lebih jauh, maksud dari visi diatas adalah suatu harapan bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Provinsi Banten selama lima tahun bisa berbuat sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenanganya untuk mensinergikan segenap komponen pembangunan guna mendorong peran strategis investasi dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi di Provinsi Banten. Rencana keinginan atau hasrat dari para investor asing maupun dalam negeri yang akan menanamkan modalnya di Indonesia utamanya adalah di Provinsi Banten, mengingat kondisi, potensi dan permasalahanya serta kemungkinan pengembangan penanaman modalnya di Provinsi Banten akan lebih menguntungkan. Selanjutnya bahwa Provinsi Banten menjadi salah satu Provinsi di Indonesia dalam kebijakan nasional yang diprioritaskan sebagai pusat pertumbuhan industri didukung oleh Potensi investasi sektor primer berbasis industri unggulan Banten sesuai konsep Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) serta adanya daya dukung infrastruktur dan penyediaan lahan investasi Misi Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi (Pasal 1 ayat (13) UU No. 25 Tahun 2004). Misi merupakan pernyataan secara luas dan komprehensif tentang tujuan suatu daerah/organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang akan diberikan atau dilaksanakan, kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi, kelompok masyarakat yang dilayani, serta nilai-nilai yang dapat diperoleh. Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah harus menentukan misi yang jelas dan merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan pembangunan SKPD secara terfokus dan berindikator yang jelas dan terukur. 9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

17 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Adapun Misi Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten dalam rangka menunjang keberhasilan visi yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Mewujudkan Kapasitas Kelembagaan yang berkualitas; 2. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing; 3. Meningkatkan daya tarik Penanaman Modal. 4. Meningkatkan pelayanan realisasi pelaksanaan penanaman modal secara terpadu Tujuan dan Sasaran Strategis Tujuan dan sasaran dalam hal ini adalah tujuan dan sasaran misi atau tujuan dan sasaran jangka menengah pembangunan Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2013 sampai dengan Tujuan misi 1 Mewujudkan Kapasitas Kelembagaan yang berkualitas adalah untuk meningkatkan tugas dan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Provinsi Banten sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai tugas mendorong peningkatan penanaman modal daerah di Provinsi Banten. Sasaranya adalah meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur, manajemen kelembagaan serta lengkapnya sarana dan prasarana kerja aparatur; Tujuan misi 2 Meningkatkan iklim investasi yang kondusif dan berdaya saing adalah untuk meningkatkan kualitas iklim penanaman modal di Provinsi Banten yang kondusif serta pengembangan potensi dan pemberdayan usaha daerah. Sasarannya adalah: (1) meningkatnya aktifitas (investasi); (2) berkembangnya potensi unggulan daerah; (3) terwujudnya pemberdayaan usaha daerah; (4) meningkatnya eksistensi penanaman modal. 10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

18 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Tujuan misi 3 Meningkatkan daya tarik penamanan modal adalah untuk meningkatkan minat dan realisasi Penanaman Modal di Provinsi Banten dengan sasaran adalah meningkatnya promosi tentang kondisi dan potensi Provinsi Banten sebagai tempat penanaman modal. Tujuan misi 4 Meningkatkan pelayanan pelaksanaan penanaman Modal secara terpadu adalah meningkatkan realisasi investasi yang signifikan dengan sasaran adalah terselenggaranya perijinan penanaman modal secara sederhana, cepat, dan transparan Roadmap Penanaman Modal Provinsi Banten Roadmap atau peta jalan adalah rencana kerja rinci yang menggambarkan apa yang harus dilakukan Pemerintah Provinsi Banten untuk mencapai pengelolaan penanama modal yang optimal. Artinya, roadmap merupakan peta atau panduan yang digunakan sebagai petunjuk atau araha pengelolaan penanaman modal di Provinsi Banten, dimana didalamnya berupa rencana rinci yang memuat tahapan sistematis mengenai pelaksanaan Penanaman Modal dalam kurun waktu sepuluh tahun berjalan. Roadmap ini ditujukan agar instrumen terlampir akan memandu proses dinamisasi penanaman modal di lingkungan Pemerintah Provinsi Banten sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya, sehingga instrumen roadmap mampu mempersatukan seluruh kegiatan penanaman modal dalam lingkungan Pemerintah Provinsi Banten. Roadmap Penanaman Modal ini memiliki dua fokus arahan yang berbeda, yaitu fokus arahan pada kinerja Pemerintahan Provinsi Banten dan arahan pada mekanisme pasar penanaman modal. Fokus arahan pada kinerja pemerintah daerah, lebih diarahkan konsistensi Provinsi Banten dalam mengimplementasikan tujuh arah kebijakan penanaman modal Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM), sedangkan fokus eksternal lebih menitik beratkan pada mitigasi project digest Roadmap Fokus Internal Roadmap fokus internal lebih diarahkan agara terjadinya konsistensi, keterpaduan, dan kesamaan arah kebijakan secara nasional, regional, dan lokal dalam memanfaatkan investasi untuk mengoptimalkan aspek kemanfaatannya dalam 11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

19 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA mendinamisasi ekonomi produktif, ekonomi efisiensi, dan eknomi inovatif di Provinsi Banten. Dalam takaran operasional, roadmap fokus internal lebih memfokuskan pada tujuh arah kebijakan RUPM yang sudah dimodelkan dan terintegarasi dengan beberapa regulasi yang ada, seperti Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan, Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 14 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Berikut adalah instrumen roadmap fokus internal: 1. Kebijakan perbaikan iklim penanaman modal. 2. Persebaran penanaman modal. 3. Fokus Pengembangan pangan, infrastruktur, dan energi. 4. Penanaman modal yang berwawasan lingkungan. 5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKM). 6. Pemberian fasilitas, kemudahan, insentif penanaman modal. 7. Promosi penanaman modal Roadmap Fokus Eksternal Skenario roadmap penanaman modal fokus eksternal akan menjadi upaya peningkatan kinerja penanaman modal yang berdampak pada ekonomi lokal, regional, dan nasional dengan kemampuan pelaksanaannya menjadi kewenangan kebupaten/kota. Peta panduan impelementasi RUPM disusun dalam empat fase yang dilakukan secara paralel dan simultan mulai dari fase jangka pendek menuju fase jangka panjang dan saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu sebagai berikut: 1. Fase jangka pendek: Pengembangan penanam modal yang relatif mudah dan cepat menghasilkan (Quick wins dan low hanging fruits). 2. Fase jangka menengah: Percepatan pembangunan infrastruktur dan energi. 3. Fase jangka panjang I: Pengembangan industri skala besar. 4. Fase jangka panjang II: Percepatan pembangunan infrastruktur dan energi. 12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

20 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.3. Arah Kebijakan Tabel 2.1. Strategi dan Kebijakan Sasaran Strategi Kebijakan Misi I: Mewujudkan Kapasitas Kelembagaan yang berkualitas Meningkatnya kapasitas sumber daya aparatur, manajemen kelembagaan serta lengkapnya sarana dan prasarana kerja aparatur. Peningkatan administrasi perkantoran, kapasitas sumber daya aparatur secara profesional yang didukung dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai dan berkualitas Misi II: Meningkatkan Iklim Investasi yang Kondusif dan Berdaya Saing Meningkatnya iklim usaha investasi yang kondusif Berkembangnya unggulan daerah Terwujudnya usaha daerah Meningkatnya penanaman modal potensi pemberdayaan eksistensi Pembinaan dan pengendalian kegiatan penanaman modal Peningkatan koordinasi penanama modal dengan instansi terkait/stakeholders Pengembangan keunggulan daerah potensi Penigkatan kemitraan antar pelaku usaha Misi III: Meningkatkan Daya Tarik Penanaman Modal Meningkatnya promosi kondisi dan potensi Provinsi Banten sebagai tempat penanaman modal - Peningkatan Promosi yang tepat dan terarah. - Peningkatan Kerjasama penanaman modal antar daerah, antar pemerintah dan non pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan aparat, Pelayanan Administrasi serta Sarana dan Prasarana kerja aparatur Melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan penanaman modal yang tepat dan akurat Meningkatkan penanaman modal koordinasi Pengembangan potensi unggulan daerah Meningkatkan pembinaan dan fasilitasi dunia usaha dalam rangka kemitraan antar pelaku usaha - Menyediakan materi dan media promosi yang efektif dan efisien. - Meningkatkan jaringan kerjasama secara terkoordinasi dan berkelanjutan Misi IV: Meningkatkan Pelayanan Pelaksanaan Penanaman Modal Secara Terpadu Terlayaninya perijinan penanaman modal secara lancar Peningkatan pelayanan perijinan investasi yang mudah, murah tepat dan transparan Melayani perijinan investasi sesuai standar pelayanan prima Perjanjian Kinerja Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, telah ditandatangani Perjanjian Kinerja (Perkin) Tahun 2016 yang merupakan bentuk perjanjian dari Kepala 13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

21 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BKPMPT Provinsi Banten kepada Gubernur Banten. Perkin merupakan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Perkin BKPMPT Provinsi Banten tahun 2016 sajikan pada tabel di bawah ini. No Tabel 2.2. Perjanjian Kinerja BKPMPT Provinsi Banten Tahun 2016 Program/Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kegiatan dan Tolok Ukur Pagu (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Peningkatan Iklim Meningkatkan 90 Pengendalian dan Investasi Pembinaan dan Perusahaan Pembinaan Pengendalian atas Pelaksanaan Kegiatan Penanaman Modal Penanaman Modal - Fasilitasi Pemantauan Pelaksanaan Penanaman Modal - Sosialisasi Pelaksanaan Penanaman Modal kepada Non Dunia Usaha - Fasilitasi Pengawasan Penanaman Modal Cakupan layanan 25% Penyelenggaraan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal Perizinan Terpadu Satu Pintu - Verifikasi Perizinan Perusahaan - Fasilitasi Tim Teknis Pelayanan Perizinan - Pengelolaan Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu - Penyusunan Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) - Penyusunan Laporan Perijinan dan Non Perijinan (Rp) 14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

22 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2 Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Terlaksananya Promosi Penanaman Modal Tercapainya Kerjasama Investasi 5% PMA dan 4,7% PMDN Rp 4,05 Triliun Fasilitasi Percepatan Realisasi Izin Usaha Tetap Penanaman Modal - Forum Penanaman Modal - Forum Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) - Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penyelenggaraan Promosi Penanaman Modal - Pengadaan Bahan Promosi Investasi - Partisipasi Banten Expo - Partisipasi GPID/Agenda BKPM RI - Partisipasi Promosi Internasional di Asia - APKASI Internasional Trade And Investment - Partisipasi Promosi Sektor Infrastruktur (IIICE) - Investor Corner - Promosi Penanaman Modal di Media Massa - Promosi Investasi Sektor Perkebunan dan Agribisnis di Sumatera Kerjasama Investasi - Fasilitasi forum nasional/agenda nasional, MPU, Mukornis - Workshop potensi dan daya saing produk pengusaha besat dan kecil di Banten Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

23 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA - Fasilitasi kerjasama investasi pemerintah dan swasta - Fasilitasi dinas terkait di kabupaten/kota dalam rangka kerjasama investasi daerah (SERAGON) - Focus Group Discussion (Analisa potensi di Banten pemerintah dengan pelaku usaha) 16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

24 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Setiap entitas Akuntabilitas Kinerja diwajibkan menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Tabel 3.1 : Capaian Kinerja Indikator Utama Tahun 2016 No Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Tahun 2016 Capaian (%) Realisasi Tahun 2015 Realisasi Tahun 2014 Realisasi Tahun 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) (%) 3 Persentase Penduduk (PPM) (%) Miskin 4 Persentase Pengangguran Terbuka (PPT) terhadap Angkatan Kerja (%) 75,13 70,27 68,89 69,47 6,8-6,9 5,40 5,51 6,67 4,9-4,7 5,75 5,51 5,89 8,74 9,55 9,07 9, Capaian Kinerja Organisasi Pengukuran capaian kinerja organisasi tahun 2016 merupakan bagian dari penyelenggaraan akuntabilitas kinerja tahunan BKPMPT Provinsi Banten. Pengukuran dilakukan terhadap capaian kinerja strategis, capaian kinerja program (outcome) dan capaian kinerja kegiatan (output) dibandingkan target dalam rencana strategis dan target yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja Tahun BKPMPT Provinsi Banten telah merumuskan sasaran strategis dengan keberhasilan kinerja diukur berdasarkan 17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

25 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] pemanfaatan atau capaian outcome program yang diselenggarakan, sasaran program dengan keberhasilan kinerja diukur berdasarkan capaian indikator kinerja utama (IKU), dan sasaran kegiatan dengan keberhasilan kinerja diukur berdasarkan capaian indikator kinerja kegiatan (IKK). Capaian sasaran strategis diindikasikan dengan capaian indikator kinerja outcome. Capaian sasaran program diindikasikan dengan capaian IKU yaitu indikator yang secara signifikan mempengaruhi capaian sasaran program. Pengukuran capaian kinerja sasaran program meliputi identifikasi atas realisasi IKU dan membandingkan dengan targetnya. Analisis mendalam dilakukan terhadap perkembangan capaian IKU dan efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai kinerja IKU. Pengukuran capaian kinerja sasaran kegiatan meliputi identifikasi atas realisasi IKK dan membandingkan dengan targetnya. Hasil pengukuran kinerja sasaran strategis, outcome dan output tahun 2016 terhadap capaian kinerja BKPMPT Provinsi Banten, disajikan dalam berikut. Tabel 3.2 : Program Peningkatan Iklim Investasi dan Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi No Sasaran Strategis Program Indikator Kinerja Target Realisasi 2016 Capaian (%) Realisasi 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja Program Peningkatan Iklim Investasi Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi Cakupan layanan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal (%) Nilai Realisasi Investasi PMA (Rp) Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp) ,85 Triliun 4,25 Triliun Anggaran Program Tahun 2016 : Rp ,- Realisasi Program Tahun 2016 : Rp ,- 39,89 Triliun 12,4 Triliun 404,97 35,1 Triliun 292,24 10,7 Triliun 18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

26 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] Penjelasaan capaian indikator kinerja: Cakupan layanan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal Indikator Kinerja cakupan layanan regulasi perijinan bidang Penanaman Modal merupakan usaha Pemerintah Provinsi Banten untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka mempertahankan keberadaan investasi yang sudah ada serta menarik investasi baru di Provinsi Banten dengan regulasi perijinan yang mudah, murah, cepat, jelas, dan tidak memihak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka BKPMPT Provinsi Banten pada Tahun 2016 telah melaksanakan beberapa hasil kinerja sebagai berikut: 1. Terfasilitasinya pengawasan pelaksanaan penanaman modal kepada 90 Perusahaan. Dengan terawasinya pelaksanaan penanaman modal kepada 90 perusahaan PMA dan PMDN, maka penyimpanganpenyimpangan terhadap ketentuan pelaksanaan dan penggunaan fasilitasi penanaman modal dapat dikurangi dan dicegah. 2. Terlaksananya sosialisasi pelaksanaan pembinaan penanaman modal kepada non-dunia usaha sebanyak 13 kali kegiatan. Pembinaan yang berupa workshop, task force, sosialisasi, serta inhouse training mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat non-dunia usaha mengenai peraturan perundang-undangan bidang penanaman modal secara umum sehingga hambatan-hambatan penanaman modal seperti penolakan-penolakan kepada penanam modal dapat dikurangi. 3. Terfasilitasinya pemantauan pelaksanaan penanaman modal kepada 40 orang peserta. Pemantauan kepada 40 orang peserta yang merupakan perwakilan dari perusahaan PMA dan PMDN bertujuan untuk memverifikasi dan mengevaluasi data realisasi penanaman modal yang tercantum dalam Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), sehingga data realisasi penanaman modal di Provinsi Banten secara keseluruhan dapat terkompilasi secara akurat. 19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

27 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] 4. Terverifikasinya perizinan perusahaan sebanyak 90 laporan. Izin-izin yang dikeluarkan oleh BKPMPT Provinsi Banten telah diverifikasi dan ditelaah secara matang, sehingga perusahaan yang memperoleh izin merupakan perusahaan yang layak secara peraturan perundangundangan. 5. Terfasilitasinya Tim Teknis Pelayanan Perizinan yang berjumlah 43 orang sebanyak 13 kali kegiatan. Tim Teknis Pelayanan Perizinan yang berasal dari dinas teknis terkait Provinsi Banten dapat melakukan tugasnya sebagai verifikator lapangan secara profesional, sehingga hasil verifikasi yang telah dilaksanakan memiliki hasil yang akurat dalam pertimbangan penerbitan izin. 6. Terkelolanya Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu sebanyak 1 sistem aplikasi. Pengelolaan Sistem Pelayanan Perizinan Terpadu ini sebagai komitmen BKPMPT Provinsi Banten dalam menghadirkan pelayanan prima yang murah, mudah, dan cepat. Sistem tersebut mampu meningkatkan akurasi layanan perizinan, meningkatkan efisiensi tenaga dan waktu, mengurangi intensitas kontak langsung antara pemohon dan petugas, sehingga mencapai target pelayanan yang cepat, tepat, transparan dan akuntabel. 7. Tersusunnya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebanyak 2 dokumen. Data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan perizinan dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya. Dengan tersusunnya IKM ini, BKPMPT Provinsi Banten, khususnya Bidang Pelayanan Terpadu Penanaman Modal dapat mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perizinan selanjutnya. 8. Tersusunnya Laporan Perizinan dan Non-Perizinan sebanyak 5 dokumen. Seluruh izin yang telah diterbitkan oleh BKPMPT Provinsi Banten dirangkum dan dikompilasi, kemudian disusun dalam bentuk dokumen laporan. Dengan tersusunnya Laporan Perizinan dan Non- Perizinan ini, dapat memudahkan dalam kontrol pengarsipan dan pencarian arsip surat yang sewaktu-waktu dibutuhkan. 20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

28 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] 9. Terlaksananya Forum Penanaman Modal sebanyak 1 kali kegiatan dengan jumlah peserta 120 orang. Forum Penanaman Modal diselenggarakan dengan mengundang berbagai pihak, diantaranya pelaku usaha, akademisi, birokrasi, dan tokoh masyarakat. Forum tersebut merupakan upaya BKPMPT Provinsi Banten dalam menyampaikan informasi kebijakan Pemerintah Provinsi Banten yang berkaitan dengan Penanaman Modal agar terjalinnya koordinasi dan penyamaan pemahaman antara pihak-pihak yang berperan dalam pemberian perizinan terhadap peraturan yang ada, memperoleh informasi permasalahan penanaman modal, serta usulan dan saran sebagai bahan masukan penyelesaian permasalahan untuk peningkatan penyelenggaraan penanaman modal. 10. Terlaksananya Forum Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebanyak 2 kali kegiatan dengan masing-masing peserta berjumlah 40 orang. Forum PTSP dilaksanakan sebagai sarana pengkinian kebijakan pemerintah pusat di daerah, wahana silaturahmi antarpegawai PTSP se-provinsi Banten dan berbagi pengalaman dalam peningkatan kualitas serta inovasi pelayanan perizinan. 11. Terfasilitasinya Peningkatan kapasitas Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebanyak 4 kali. Penyelenggaraan pelayanan terpadu BKPMPT Provinsi Banten tidak hanya terkait perizinan, namun juga berkomitmen dalam pelayanan non-perizinan. Terfasilitasinya pelayanan non-perizinan memudahkan masyarakat dunia dalam mendapatkan informasi mengenai pelayanan perizinan, fasilitas fiskal, serta informasi mengenai penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Nilai Realisasi Investasi PMA dan PMDN Indikator Kinerja nilai realisasi investasi PMA dan PMDN merupakan ukuran keberhasilan atas kebijakan penanaman modal yang diterapkan Pemerintah Provinsi Banten dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif dan mempertahankan keberadaan investasi yang sudah ada serta menarik investasi baru, baik dengan membentuk forum investasi melalui 21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

29 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] peningkatkan promosi daerah, maupun usaha kerjasama investasi dengan calon investor dalam dan luar negeri. Untuk mencapai tujuan tersebut maka BKPMPT Provinsi Banten pada Tahun 2016 telah melaksanakan beberapa hasil kinerja sebagai berikut: 1. Tersedianya bahan promosi investasi sebanyak 5 paket. Melalui alat dan bahan promosi, baik berupa leaflet maupun brosur, mampu memberikan imej daerah serta memperkenalkan potensi investasi di Provinsi Banten di berbagai kalangan dunia usaha, sehingga menarik investor baru ke Provinsi Banten. 2. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui acara Banten Expo di Serang sebanyak 1 kali pameran. Melalui pameran yang diselenggarakan di Kota Serang Banten, masyarakat lokal maupun pendatang dapat mengenal potesi yang dimiliki oleh Provinsi Banten, selain itu pameran tersebut dapat memberikan gambaran umum daerah. 3. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui acara GPID/agenda BKPM RI di sebanyak 2 kali pameran di Eropa dan Amerika. Pameran yang diselenggarakan dengan difasilitasi oleh BKPM RI ini memperkenalkan Provinsi Banten ke dunia internasional. 4. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui acara Partisipasi Promosi Internasional di Tiongkok sebanyak 1 kali pameran. Pameran yang diselenggarakan di Tiongkok ini memperkenalkan gambaran umum daerah Provinsi Banten dan potensi dan peluang investasi ke dunia internasional. 5. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui acara APKASI International Trade and Investment di Batam sebanyak 1 kali pameran. Pameran yang diselenggarakan di Batam ini memperkenalkan gambaran umum daerah Provinsi Banten dan potensi dan peluang investasi. 6. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui acara Promosi Sektor Infrasturktur (IIICE) di Jakarta sebanyak 1 kali pameran. BKPMPT Provinsi Banten berpartisipasi pada penyelenggaraan pameran sektor infrastruktur di Jakarta dengan memperkenalkan kondisi dan peluang investasi kepada calon investor dalam dan luar negeri di bidang infrastruktur. 22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016

30 BAB III [AKUNTABILITAS KINERJA] 7. Terlaksananya Investor Corner sebanyak 1 kali kegiatan. Investor Corner diselenggarakan dengan mengundang berbagai pihak, diantaranya pelaku usaha, akademisi, birokrasi, praktisi dan tokoh masyarakat. Acara tersebut merupakan upaya BKPMPT Provinsi Banten dalam menyampaikan informasi mengenai kondisi terkini terkait peluang usaha penanaman modal sehingga dapat menarik minat calon investor dalam maupun luar negeri. 8. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten melalui media massa di 12 media lokal dan 5 media nasional. Melalui media massa, baik local maupun nasional, mampu memberikan imej daerah serta memperkenalkan potensi investasi di Provinsi Banten di berbagai kalangan dunia usaha, sehingga menarik investor baru ke Provinsi Banten. 9. Terinformasikannya promosi investasi di Provinsi Banten pada sektor perkebunan dan agrobisnis di Sumatera sebanyak 1 kali pameran. BKPMPT Provinsi Banten berpartisipasi pada penyelenggaraan pameran sektor perkebunan dan agrobisnis di Sumatera dengan memperkenalkan kondisi dan peluang investasi kepada calon investor dalam dan luar negeri di bidang perkebunan dan agrobisnis Realisasi Anggaran Anggaran BKPMPT Provinsi Banten tahun 2016 sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau 91,71%. Rincian perprogram dan perjenis belanja dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3 : Realisasi Anggaran Per Program Per Sasaran Strategis No Sasaran Strategis dan Program/Kegiatan Pagu Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) 23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Tahun 2016 % Sisa Anggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja a. Peningkatan Iklim Investasi b. Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi (Rp) , , JUMLAH ,

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG NO DPA SKPD 1.16 01 02 05 5 2 URUSAN PEMERINTAHAN 1.16. 1.16 Urusan Wajib Penanaman Modal ORGANISASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji dan Syukur Kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi

Lebih terperinci

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Singkat Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sumedang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BADAN Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BADAN Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BADAN Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu TAHUN 2014 Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Garut Tahun 2015 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2009 BKPM. Indikator. Kinerja Utama PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR : 1/P/2009 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja OPD (Renja OPD) adalah dokumen perencanaan OPD untuk periode satu tahun, yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan

Lebih terperinci

9. URUSAN PENANAMAN MODAL

9. URUSAN PENANAMAN MODAL 9. URUSAN PENANAMAN MODAL Peningkatan penanaman modal di daerah dapat menjadi tolok ukur adanya perkembangan perekonomian daerah, yang dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Program kegiatan di lingkup BPMPT Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Pada bagian perumusan isu strategi berdasarkan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan mengemukakan beberapa isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Yang menjadi dasar hukum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi serta penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) B PMPT Provinsi Jawa Barat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal merupakan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN

RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN RANCANGAN PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR TAHUN 2017 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL TAHUN 2017-2025 MENIMBANG Melaksanakan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum Penanaman

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal 9. URUSAN PENANAMAN MODAL Salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Dinas Penanaman

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG i V I S I Terwujudnya perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas, partisipatif dan akuntabel untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat dua kali lipat Tahun 2018 M I S I 1. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Renja BPMPP BAB I

Renja BPMPP BAB I BAB I P E N D A H U L U A N I.1. LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun 2014 1 PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 dilaksanakan

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B II PERENCANAAN KINERJA

LKIP BPMPT 2016 B A B II PERENCANAAN KINERJA B A B II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis BPMPT Provinsi Jawa Barat 2.1.1 Visi dan Misi Rencana Strategis (Renstra) BPMPT merupakan kerangka pelaksanaan kegiatan BPMPT Provinsi Jawa Barat untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 17 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA SKPD KOTA TANGERANG LATAR BELAKANG, MAKSUD DAN TUJUAN Latar Belakang Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014

ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014 ARAH DAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAN PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS BADAN INVESTASI DAN PROMOSI ACEH TAHUN 2014 Oleh : Ir. Iskandar, M.Sc Sosialisasi Rencana Umum Penanaman Modal Aceh dalam rangka Sinkronisasi

Lebih terperinci

pengendalian penanaman modal; dengan tugas pokok fungsinya.

pengendalian penanaman modal; dengan tugas pokok fungsinya. PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN NGANJUK I. TUGAS

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI GRESIK : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 2014 dan Capaian Renstra BPMPT

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 2014 dan Capaian Renstra BPMPT BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA BPMPT TAHUN 204 2. Evaluasi Pelaksanaan Renja BPMPT Tahun 204 dan Capaian Renstra BPMPT Pada pelaksanaan Rencana Kerja Tahun 204 telah diperoleh berbagai gambaran kinerja

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. Jl. Presiden KH Abdurrahman Wahid 151 Jombang (0321) Faks.

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU. Jl. Presiden KH Abdurrahman Wahid 151 Jombang (0321) Faks. DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Jl. Presiden KH Abdurrahman Wahid 151 Jombang (0321) 873333 Faks. (0321) 851733 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 1 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan PD untuk periode satu tahun. Hal tersebut ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI

WALIKOTA BUKITTINGGI WALIKOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a. bahwa penanaman modal adalah salah

Lebih terperinci

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang

Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang Oleh : ABDUL QUDUS, SH Kepala Dinas Penanaman Modal & PTSP Kabupaten Jombang Jombang, Agustus 2017 RPJMD 2014-2018 5 MISI 1. Meningkatkan Kualitas Hidup Sosial dan Beragama 2. Mewujudkan Layanan Dasar

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011 KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR 050.07/2033 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BLORA TAHUN 2010-2015 Bappeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak bisa digantikan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak bisa digantikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan pelayanan birokrasi perizinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tidak bisa dipisahkan dari konteks reformasi birokrasi. Institusi birokrasi memiliki peran

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015 LAPORAN REKAPITULASI KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH APBD PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2015 SATUAN KERJA : BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL & PELAYANAN TERPADU SASARAN NO

Lebih terperinci

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016

Rencana Kerja Perubahan Tahun 2016 Lampiran Tahun 2016 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Bontang BAB I P E N D A H U L U A N I.1. LATAR BELAKANG Dengan ditetapkannya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu siklus dalam proses menentukan kebijakan melalui urutan pilihan yang tepat dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita Bangsa Bernegara.

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERSPEKTIF PEMERINTAHAN JOKOWI DAN JK 2015-2019 ( 9 AGENDA PRIORITAS ) Nomor PRIORITAS 1 Perlindungan

Lebih terperinci

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal

IV.B.9. Urusan Wajib Penanaman Modal 9. URUSAN PENANAMAN MODAL Pertumbuhan ekonomi adalah bagian penting dari pembangunan, bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator penting untuk menjelaskan bahwa suatu wilayah itu mampu secara finansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia sebagai Negara terbesar keempat dari jumlah penduduk, memiliki peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci