b. Tujuan. Agar Pasis pendidikan dasar kecabangan Ajen mengerti tentang perawatan PNS sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "b. Tujuan. Agar Pasis pendidikan dasar kecabangan Ajen mengerti tentang perawatan PNS sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan."

Transkripsi

1 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PERAWATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pembinaan PNS merupakan kegiatan untuk mewujudkan PNS AD yang berdaya guna dan berhasil guna sehingga sanggup dan mampu melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Obyek pembinaan adalah manusia dengan segala keterbatasan dan memerlukan berbagai kebutuhan jasmaniah dan rohaniah. Disamping itu dituntut pula semangat pengabdian dan profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. b. Perawatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembinaan Pegawai Negeri Sipil TNI, sehingga harus menjamin setiap Pegawai Negeri Sipil TNI agar selalu siap melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. c. Perawatan diselenggarakan dengan pemberian rawatan kedinasan pada setiap Pegawai Negeri Sipil dan keluarganya yang berlangsung sejak diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sampai berakhirnya dinas dengan tujuan agar dapat dicapai keseimbangan dan keserasian antara kepentingan organisasi dan kepentingan individu. d. Kebutuhan individu pada hakikatnya adalah pemenuhan jasmani dan rohani setiap PNS TNI AD dan keluarganya, diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan serta aspek-aspek Pelayanan PNS AD yang pelaksanaanya sangat dipengaruhi oleh peraturan/ketentuan yang berlaku serta kemampuan yang ada. 2. Maksud dan Tujuan. a. Maksud. Naskah departemen ini disusun untuk sebagai pegangan/ pedoman bagi Gumil dan Pasis dalam proses belajar mengajar perawatan PNS pada pendidikan dasar kecabangan Ajen. b. Tujuan. Agar Pasis pendidikan dasar kecabangan Ajen mengerti tentang perawatan PNS sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan. 3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. a. Ruang Lingkup. Lingkup pembahasan naskah departemen ini membahas tentang rangkaian kegiatan pendahuluan, Binjas, Bintal dan Binplin, cuti, perkawinan/perceraian, Karis/Karsu, perubahan nama, pindah agama, tambah gelar dan ganti kelamin serta tanda kehormatan negara. RAHASIA

2 2 b. Tata Urut. Naskah departemen ini disusun dengan tata urut sebagai berikut : 1) Pendahuluan. 2) Pembinaan Jasmani, Pembinaan Mental dan Pembinaan Disiplin. 3) Cuti. 4) Perkawinan/Perceraian. 5) Kartu Isteri/Kartu Suami. 6) Perubahan Nama, Pindah Agama, Tambah Gelar dan Ganti Kelamin. 7) Tanda Kehormatan Negara. 8) Evaluasi. 9) Penutup. 4. Pengertian-pengertian. a. Cuti. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan Pegawai Negeri Sipil tersebut. b. Ganti Nama. Ganti Nama adalah mengganti nama dari nama semula menjadi nama lain (nama baru) yang menyebabkan perubahan secara menmyeluruh atau sebagian unsur kata yang terdapat pada nama semula sehingga mengakibatkan harus ada perubahan data tersebut secara syah oleh pejabat yang berwenang. c. Ganti Agama. Ganti Agama adalah tindakan berganti agama dari yang dianutnya semula menjadi agama lain melalui prosedur dan bukti yang syah sehingga mengakibatkan harus ada perubahan pada data tersebut secara syah oleh pejabat yang berwenang. d. Ganti Kelamin. Ganti Kelamin adalah tindakan berganti kelamin dari pria menjadi wanita atau sebaliknya, sehingga mengakibatkan harus ada perubahan pada data tersebut secara syah oleh pejabat yang berwenang. e. Ijin Kawin. Ijin kawin adalah ijin untuk melaksanakan perkawinan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang kepada PNS dengan harapan akan membawa kebahagiaan serta kesejahteraan dalam hidupnya di kemudian hari dan dari perkawinan itu tidak akan membawa pengaruh buruk atau merugikan dinas. f. Iddah. Iddah adalah ketentuan waktu bagi seorang isteri yang bercerai dengan suaminya untuk dapat rukun kembali dengan cara rujuk, selama masa idah seorang isteri tidak dibenarkan menerima lamaran pria lain (masa Iddah 3 Bulan). g. Karis/Karsu. Karis/Karsu adalah identitas yang diberikan kepada Suami/Isteri dari personel PNS yang sah menurut hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. h. Perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin antara pria dan wanita sebagai suami/isteri, dengan tujuan untuk membentuk dan membina keluara yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3 3 i. Penganugerahan. Penganugerahan adalah pemberian SLKS kepada PNS AD yang telah memenuhi persyaratan masa kerja 10, 20 dan 30 tahun disertai dengan Piagam TKN yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden. j. Penambahan Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi. Penambahan Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi adalah predikat yang dimiliki seseorang dari satu prestasi yang telah dicapai dalam bidang Ilmiah sehingga perlu diadakan penyesuaian pada penulisan nama yang bersangkutan secara syah oleh pejabat yang berwenang. k. Perubahan Nama : 1) Adalah tindakan menambah atau mengurangi nama atanpa mengubah salah satu unsur nama atau lebih dari nama semula jadi nama baru sehingga mengakibatkan harus ada perubahan data tersebut secara syah oleh pejabat yang berwenang. 2) Adalah tindakan menambah atau mengurangi nama yang dikaitkan dengan hal yang berhubungan masalah adat, marga, kebangsaan, agama dan penghargaan dari negara asing sehingga mengakibatkan harus ada perubahan data tersebut secara syah oleh pejabat yang berwenang. l. Pengadilan. Pengadilan adalah Pengadilan Agama untuk yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri/Pengadidlan Umum untuk yang beragama lainnya. m. Pejabat Agama. Pejabat Agama adalah pejabat Rohaniawan di lingkungan TNI AD yaitu Rohaniawan Islam/Imam, Rohaniawan Khatoilik/Pastur, Rohaniawan Protestan/Pendeta, Rohaniawan Hindu/Pandita atau Pinandita atau Pedanda, Rohaniawan Budha/Pandita Loka Phala Sraya. n. Rujuk. Rujuk adalah kembalinya kehidupan sebagai suami isteri setelah terjadi perceraian yang masih dalam masa iddah dan belum jatuh Talak Tiga. o. Satyalancana Karya Satya. Satyalancana Karya Satya adalah tanda kehormatan negara yang dianugerahkan kepada PNS AD sebagai penghargaan atas jasa-jasanya terhadap negara. p. Talak. Talak adalah ikrar perceraian di depan Pengadilan Agama yang disahkan dengan surat cerai. q. Talak Raja i. Talak Raja i adalah talak satu/talak dua yang jatuh pada isteri bila dikemudian hari ada kecocokan dapat rujuk kembali tanpa dikawin dulu oleh Pria lain.

4 4 BAB II PEMBINAAN JASMANI, PEMBINAAN MENTAL DAN PEMBINAAN DISIPLIN 5. Umum. Perawatan Pegawai Negeri Sipil TNI termasuk keluarganya mencakup beberapa kegiatan, yaitu pembinaan jasmani, pembinaan mental dan rohani, pembinaan disiplin, perawatan kesehatan, cuti, perkawinan / perceraian, penghasilan, tunjangan cacat, uang duka, biaya pemakaman, tanda penghargaan dan pelayanan personel. 6. Pembinaan Jasmani. Pembinaan jasmani dalam rangka perawatan PNS, merupakan salah satu aspek untuk meningkatkan dan memeilhara kesegaran jasmani setiap anggota PNS, yang meliputi : a. Olahraga Umum. b. Olahraga Rekreatif. 7. Pembinaan Mental. Pembinaan mental adalah segala usaha tindakan dan kegiatan untuk membentuk, memelihara, meningkatkan dan memantapkan kondisi jiwa PNS yang berbudi luhur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang pelaksanaanya diintegrasikan dengan pembinaan prajurit TNI. 8. Pembinaan Disiplin. Pembinaan disiplin merupakan upaya agar setiap PNS mematuhi kewajiban dan larangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembinaan disiplin dilakukan dengan komunikasi dua arah, khususnya komunikasi tatap muka, keteladanan, bimbingan dan penindakan secara tegas bagi yang melanggar berupa hukuman disiplin PNS. a. Tingkat dan jenis hukum disiplin. 1) Hukum disiplin ringan : a) Teguran lisan. b) Teguran tertulis. c) Pernyataan tidak puas secara tertulis. 2) Hukum disiplin sedang : a) Penundaan kenaikan gaji untuk paling lama satu tahun. b) Penurunan gaji satu kali kenaikan gaji berkala paling lama satu tahun. c) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.

5 5 3) Hukum disiplin berat terdiri atas : a) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun. b) Pembebasan dari jabatan. c) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS. b. Tata cara penjatuhan hukum disiplin. Tata cara penjatuhan hukuman disiplin diatur tersendiri. c. Wewenang. 1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin ringan untuk semua golongan : a) Teguran lisan dikuasakan kepada Dansatminkal/Dirbinlem/ Sekbalakpus / Denma Mabesad. b) Teguran tertulis dikuasakan kepada Dansatminkal/Dirbinlem/ Sekbalakpus / Denma Mabesad A.n. Kasad. c) Pernyataan tidak puas secara tertulis dikuasakan kepada Dansatminkal / Dirbinlem / Sekbalakpus / Denma Mabesad A.n. Kasad. 2) Hukuman disiplin sedang. a) Penundaan KGB untuk paling lama 1 tahun dikuasakan kepada Dansatminkal / Dirbinlem / Sekbalakpus / Denma Mabesad A.n. Kasad. b) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun dikuasakan kepada Dansatminkal / Dirbinlem / Sekbalakpus / Denma Mabesad A.n. Kasad. c) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun dikuasakan kepada Dansatminkal / Dirbinlem / Sekbalakpus / Denma Mabesad A.n. Kasad. 3) Hukuman disiplin berat berupa penurunan pangkat : a) Gol. Ruang IV/b dan yang lebih tinggi oleh Presiden. b) Gol. Ruang IV/a oleh Kasad A.n. Panglima TNI. c) Gol. III oleh Dirajenad A.n.Kasad. d) Gol. II dan I oleh Pangkotama / Kabalakpus / Dandenma Mabesad A.n. Kasad.

6 6 4) Hukuman disiplin berat berupa pembebasan dari jabatan : a) Gol Jab III dan II oleh Panglima TNI. b) Gol Jab IV oleh Kasum TNI A.n. Panglima TNI c) Gol Jab V dan VI oleh Aspers Kasad A.n. Panglima TNI. d) Gol Jab VII dan VIII oleh Dirajenad A.n. Kasad. e) Non Gol. Jab oleh PDW A.n. Kasad. 5) Hukuman disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. a) Gol. Ruang IV/c dan yang lebih tinggi oleh Presiden. b) Gol. Ruang IV/b ke bawah oleh Menhan. 6) Hukuman disiplin berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS a) Gol. Ruang IV/c dan yang lebih tinggi oleh Presiden. b) Gol. Ruang IV/b ke bawah oleh Menhan. 9. Evaluasi. a. Jelaskan tujuan diadakannya perawatan bagi PNS TNI AD! b. Sebutkan jenis hukuman disiplin yang diperuntukan bagi PNS! BAB III C U T I 10. Umum. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan menjamin kesegaran jasmani dan rohani serta untuk kepentingan Pegawai Negeri Sipil tersebut. 11. Jenis Cuti. Jenis cuti yang diberikan kepada PNS AD sebagai berikut : a. Cuti Tahunan. 1) Syarat. Cuti tahunan diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus termasuk Capeg. 2) Ketentuan. a) Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari kerja. b) Dapat diambil sebagian-sebagian dengan ketentuan tidak kurang dari 3 (tiga) hari kerja.

7 7 c) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti. d) Diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti. e) Tidak diambil dalam tahun bersangkutan dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti yang sedang berjalan. f) Tidak diambil lebih dari 2 tahun berturut-turut dapat diambil dalam tahun berikutnya untuk paling lama 24 (duapuluh empat) hari kerja termasuk cuti yang sedang berjalan. g) Dapat ditangguhkan pelaksanaannya oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas mendesak. h) Yang ditangguhkan pelaksanaannya dapat diambil dalam tahun berikutnya selama 24 hari kerja termasuk cuti yang sedang berjalan. i) Yang akan dijalankan di tempat yang sulit perhubungannya dapat ditambah untuk paling lama 14 hari. 3) Wewenang. Wewenang pemberian cuti tahunan PNS AD adalah Dan Satminkal A.n. Kasad. b. Cuti Besar. 1) Syarat. Cuti Besar diberikan kepada Pegawai Negeri sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun secara terus menerus. 2) Ketentuan : a) Lamanya cuti besar selama 3 (tiga) bulan. b) Yang menjalankan cuti besar tidak berhak lagi atas cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan. c) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti. d) Diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti. e) Yang dimaksud dengan bekerja terus menerus adalah bekerja dengan tidak terputus karena menjalankan cuti diluar tanggungan negara atau karena diberhentikan dari jabatan negeri dengan menerima uang tunggu. f) Dapat digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk kewajiban Agama dan mencapai Batas Usia Pensiun.

8 8 g) Pegawai Negeri Sipil yang mengambil cuti besar kurang dari 3 (tiga) bulan maka sisa cuti besar yang manjadi haknya hapus. h) Apabila ada kepentingan dinas yang mendesak, maka pelaksanaan cuti besar dapat ditangguhkan untuk paling lama 2 (dua) tahun. i) Dalam hal yang sedemikian maka waktu penangguhan itu dihitung penuh untuk perhitungan hak atas cuti besar berikutnya. 3) Wewenang. Wewenang pemberian cuti besar PNS AD adalah Pangkotama/Balakpus A.n. Kasad. c. Cuti Sakit. 1) Syarat. Cuti sakit diberikan kepada PNS yang menderita sakit. 2) Ketentuan. a) PNS yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketyentuan bahwa ia harus memberitahukan kepada atasannya. b) PNS yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan 14 (empat belas), berhak atas cuti sakit dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter. c) PNS yang menderita sakit lebih dari 14 ( empat belas ) hari berhak cuti sakit, dengan ketentuan harus mengajukan permintaan cuti sakit secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri kesehatan. d) Surat keterangan dokter sebagaimana dimaksud bagian c) di atas antara lain menyatakan tentang perlunya diberikan cuti, lamanya cvuti dan keterangan lain yang dipandang perlu. e) Cuti sakit yang dimaksud bagian c) diberikan untuk paling lama 1 (satu) tahun. f) PNS yang telah menderita sakit selama 1 (satu) tahun dapat ditambah paling lama 6 (enam) bulan apabila dipandang perlu berdasarkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. g) PNS yang sakit selama 1 (satu) tahun dan ditambah 6 (enam) bulan belum sembuh dari penyakitnya, harus diuji kembali kesehatannya oleh Panitia Penguji Kesehatan yang ditunjuk.

9 9 h) Apabila berdasarkan hasil pengujian kesehatan tersebut PNS yang bersangkutan : (1) Belum sembuh dari penyakitnya tetapi ada harapan untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena sakit, dengan mendapat uang tunggu menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Apabila belum sembuh dari penyakitnya dan tidak ada harapan lagi untuk dapat bekerja kembali sebagai PNS, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. i) PNS Wanita yang mengalami gugur kandungan berhak atas cuti sakit untuk paling lama 1½ (satu setengah) bulan, dengan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter. j) PNS yang mengalamai kecelakaan dalam dan oleh karena menjalankan tugas kewajibannya sehingga ia perlu mendapat perawatan, berhak atas cuti sakit sampai ia sembuh dari penyakitnya. k) Menerima penghasilan penuh selama cuti sakit. 3) Wewenang. Wewenang Pemberian cuti sakit adalah Kaajen Kotama/ Dirbinlem/Sekbalakpus/Dandenma Mabesad A.n. Kasad. d. Cuti Bersalin. 1) Syarat. Diberikan kepada PNS wanita untuk melaksanakan persalinan anaknya yang pertama, kedua dan ketiga. 2) Ketentuan. a) Lamanya cuti bersalin adalah 3 bulan, 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah melahirkan. b) Untuk persalinan anaknya yang keempat dan seterusnya, kepada PNS wanita diberikan cuti di luar tanggungan negara. c) Lamanya cuti bersalin tersebut 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan. d) Untuk mendapatkan cuti bersalin, PNS wanita yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti. e) Cuti bersalin diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti.

10 10 f) Apabila kurang dari satu bulan sebelum melahirkan yang bersangkutan telah melahirkan dianggap telah melaksanakan Cuti bersalin selama satu bulan. g) Selama menjalankan cuti bersalin PNS wanita yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. 3) Wewenang. Wewenang pemberian cuti bersalin adalah Dansatminkal A.n. Kasad. e. Cuti Karena Alasan Penting. 1) Syarat. Diberikan kepada PNS untuk melaksanakan cuti karena alasan penting untuk paling lama 2 (dua) bulan. 2) Ketentuan. Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah : a) Ibu, bapak, isteri/suami, anak, adik, kakak, mertua atau menantu sakit keras atau meninggal dunia. b) Salah seorang anggota keluarga yang dimaksud dalam sub a) diatas meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang meninggal dunia itu. c) Melangsungkan perkawinan yang pertama. d) Alasan penting lainnya yang ditetapkan oleh Presiden. e) Untuk mendapatkan cuti karena alasan penting PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasannya kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti. f) Cuti karena alasan penting diberikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang memberikan cuti. g) Dalam hal yang mendesak, sehingga PNS yang bersangkutan tidak dapat menunggu keputusan dari pejabat yang berwenang memberikan cuti, maka pejabat yang tertinggi di tempat PNS yang bersangkutan bekerja dapat memberikan izin sementara untuk menjalankan cuti karena alasan penting. h) Pemberian sementara sebagaimana dimaksud dalam sub pasal g) harus segera diberitahukan kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti oleh pejabat yang memberikan izin sementara. i) Pejabat yang berwenang memberikan cuti setelah menrima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada sub pasa g) memberikan cuti karena alasan penting kepada PNS.

11 11 j) Selama menjalankan cuti karena alasan penting, PNS yang bersangkutan menerima penghasilan penuh. 3) Wewenang. Wewenang pemberian cuti alasan penting oleh Dansatminkal A.n. Kasad. f. Cuti Diluar Tanggungan Negara. 1) Syarat. Diberikan kepada PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun secara terus menerus karena adanya alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti diluar tanggungan negara. 2) Ketentuan. a) Mempunyai alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak misalnya seorang PNS Wantia yang suaminya bertugas diluar negeri, sehingga mengharuskan PNS wanita tersebut mendampingi suaminya ditempat tugas itu. b) Cuti diluar tanggungan negara dapat diberikan paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-alasan penting untuk memperpanjangnya. c) Cuti di luar tanggungan negara mengakibatkan PNS yang bersangkutan dibebaskan dari jabatannya kecuali cuti diluar tanggungan negara karena PNS wanita untuk persalinan anaknya yang ke empat. d) Jabatan yang lowong karena pemberian cuti di luar tanggungan negara segera diisi. e) Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti disertai dengan alasan-alasannya. f) Cuti diluar tanggungan Negara hanya dapat diberikan dengan Surat Keputusan Pejabat yang berwenang memberikan cuti setelah mendapat persetujuan dari Kepala BKN. g) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara, PNS yang bersangkutan tidak berhak menerima penghasilan dari negara. h) Selama menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja PNS. i) PNS yang melaporkan diri kepada instansi induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara, maka :

12 12 3) Wewenang. (1) Apabila ada lowongan ditempatkan kembali. (2) Apabila tidak ada lowongan, maka pimpinan instansi yang bersangkutan melaporkan kepada Kepala BAKN untuk kemungkinan ditempatkan pada instansi lain. (3) Apabila penempatan yang dimaksud sub pasal (2) tidak mungkin, maka PNS yang bersangkutan diberhentikan dari jabatannya karena kelebihan dengan mendapat hak-hak kepegawaian menurut perundang-undangan yang berlaku. a) Cuti diluar tanggungan negara dan mempekerjakan kembali oleh Panglima TNI. b) Cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan anak ke empat dan seterusnya oleh Dirajenad A.n. Kasad. 12. Evaluasi a. Sebutkan jenis-jenis cuti! b. Jelaskan syarat dan ketentuan cuti tahunan! c. Jelaskan syarat dan ketentuan cuti bersalin! 13. Umum. BAB IV PERKAWINAN / PERCERAIAN a. PNS sebagai aparatur negara wajib memberikan contoh yang baik dan menjadi suri tauladan di masyarakat termasuk dalam kehidupan berkeluarga. b. Dalam rangka meningkatkan disiplin PNS dalam melakukan perkawinan dan perceraian perlu diatur ketentuan-ketentuan tentang izin perkawinan dan perceraian bagi PNS AD. 14. Ketentuan Perkawinan PNS TNI AD. a. Setiap PNS yang akan melangsungkan perkawinan wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari atasannya dan mengirimkan laporan perkawinan menurut ketentuan yang berlaku. b. Setiap PNS AD yang akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh izin terlebih dahulu, dengan persyaratan :

13 13 1) Syarat alternatif : a) Istri menderita penyakit rohaniah atau jasmaniah yang sukar disembuhkan, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai istri, baik secara biologis maupun lainnya yang menurut keterangan dokter sukar disembuhkan. b) Istri mendapat cacat badan atau penyakit lain yang tidak dapat disembuhkan, dalam arti bahwa istri menderita penyakit badan yang menyeluruh yang buktikan dengan surat keterangan dokter. c) Istri tidak dapat melahirkan keturunan setelah menikah sekurangkurangnya 10 (sepuluh) tahun dan dibuktikan dengan surat keterangan dokter. 2) Syarat komulatif. a) Ada persetujuan tertulis yang dibuat secara iklas dari istri terdahulu. b) PNS AD pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai istri-istrinya dan anak-anaknya. c) Pernyataan tertulis dari PNS AD pria yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya. 3) Persyaratan Administrasi Perkawinan. a) Surat permohonan dari yang bersangkutan. b) Surat pernyataan pendapat pejabat agama. c) Foto kopi Akta Kenal Lahir. d) Surat pernyataan kesanggupan calon suami/isteri. e) Surat persetujuan dari orang tua/wali calon. f) Surat keterangan belum pernah kawin. g) Surat keterangan Litsus bagi bukan PNS/TNI. h) Surat keterangan Dokter pemerintah. i) Surat keterangan cerai bagiduda/janda. j) Pas photo ukuran 3 x Ketentuan Perceraian. a. Setiap PNS AD yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin tertulis terlebih dahulu dari yang bersangkutan. b. Setiap PNS AD hanya dapat melakukan perceraian apabila ada alasan yang syah : 1) Salah satu berbuat zinah, yang dibuktikan dengan : a) Keputusan pengadilan.

14 14 b) Surat pernyataan (saksi) minimal 2 orang yang sudah dewasa yang melihat perzinahan tersebut, surat pernyataan diketahui serendah-rendahnya Camat. c) Perzinahan diketahui salah satu pihak (suami/istri) tertangkap basah. 2) Salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat atau penjudi yang sukar disembuhkan dan dibuktikan dengan : a) Pernyataan saksi 2 (dua) orang yang telah dewasa dan diketahui serendah-rendahnya Camat. b) Surat keterangan dokter pemerintah. 3) Salah satu pihak meninggalkan selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa ijin pihak lain atau tanpa alasan yang syah, pernyataan disyahkan serendah-rendahnya Camat. 4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain yang dibuktikan dengan visum etrepertum dari dokter pemerintah. 5) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat secara terus menerus, yang dibuktikan dengan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan/ pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali dalam rumah tangga, surat pernyataan dari kepala desa dan disyahkan serendah-rendahnya oleh Camat. c. Setiap pimpinan yang menerima surat permintaan izin cerai, harus berusaha semaksimal mungkin untuk merukunkan kembali suami istri tersebut dan apabila tidak berhasil baru diteruskan kepada atasan yang berwenang. d. Persyaratan Administrasi Perceraian. 1) Surat permohonan dari yang bersangkutan. 2) Surat keterangan tidak keberatan suami/isteri dicerai. 3) Surat keterangan dari yang berwenang tentang : a) BAP suami/isteri berbuat zinah. b) Suami/Isteri menjadi pemabuk berat. c) Suami/isteri meninggalkan 2 tahun berturut-turut. d) Suami/isteri dipenjara 5 tahun lebih. e) Suami/isteri melakukan penganiayaan. f) Suami/isteri tidak ada kecocokan lagi.. 4) Surat pernyataan dari PNS pria tentang sanggup memberikan bagian penghasilan bagi isteri dan anak-anaknya.

15 Hak Kewajiban Suami/Istri Yang Melaksanakan Perceraian. a. Apabila perceraian kehendak PNS pria, maka ia harus menyerahkan sebagai gaji untuk penghidupan bekas istri dan anak-anaknya dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Apabila anak mengikuti bekas istri. a) Sepertiga gaji untuk PNS pria. b) Sepertiga gaji untuk bekas istrinya. c) Sepertiga gaji untuk anak-anaknya yang diterimakan kepada bekas istrinya. 2) Apabila dalam perkawinan itu tidak mempunyai anak. a) 1/2 gaji untuk PNS pria. b) 1/2 gaji untuk bekas istrinya. 3) Apabila sebagian anaknya mengikuti PNS Pria dan sebagian lagi anaknya mengikuti bekas istrinya : a) 1/3 gaji untuk PNS pria. b) 1/3 gaji untuk bekas istrinya. c) 1/3 gaji untuk jumlah anak dikalikan anak yang mengikuti masing-masing pihak (suami/istri) dan diterimakan gaji tersebut kepada masing-masing pihak yang mengurus anak tersebut. b. Apabila perceraian atas kehendak pihak istri (kecuali dimadu) maka pihak istri tidak berhak mendapat apa-apa. c. Apabila bekas istri kawin lagi ia tidak mendapat hak apa-apa kecuali hak anaknya yang mengikutinya tetap mendapat gaji, dan apabila bekas istrinya tidak kawin lagi ia tetap mendapatkan hak sepertiga gaji. d. Tunjangan anak diberikan sampai usia tahun dan 25 tahun apabila anak tersebut masih sekolah, dan apabila anak tersebut sudah kawin atau sudah mempunyai penghasilan sendikit ia tidak mendapat tunjangan (dihentikan). e. Apabila PNS Pria yang telah menceraikan istrinya dan kemudian kawin lagi dengan wanita lain dan kemudian cerai lagi maka bekas istrinya tersebut berhak menerima : 1) 1/3 dari gaji PNS pria apabila anak-anaknya mengikuti PNS AD yang bersangkutan. 2) 2/3 dari sepertiga PNS pria apabila mengikuti bekas istrinya. 3) Apabila sebagian anak mengikuti PNS pria dan sebagian anaknya mengikuti bekas istrinya maka 1/3 dari 1/3 gaji menjadi hak anak-anaknya dibagi menurut jumlah anak-anaknya.

16 16 f. Wewenang. Pemberian izin kawin/cerai PNS AD : 1) Gol IV oleh Kasad A.n. Panglima TNI. 2) Gol III oleh pangkotama/kalakpus A.n. Kasad. 3) Gol II dan I oleh Dansatminkal A.n. Kasad. 17. Evaluasi a. Sebutkan ketentuan perkawinan! b. Sebutkan ketentuan perceraian! c. Sebutkan hak dan kewajiban suami/istri setelah perceraian! BAB V KARTU ISTRI (KARIS) / KARTU SUAMI (KARSU) 18. Umum. Setiap PNS AD sebagai kelengkapan identitas yang bersangkutan akan diberikan identitas yang disebut KTA dan Karpeg yang diberikan kepada PNS AD tetapi tidak termasuk Capeg, kepada istri/suami PNS AD yang sah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai identitasnya harus dibuatkan Karis kepada istri personel dan Karsu (Kartu Suami) kepada suami PNS AD. 19. KARIS/KARSU. Kepada istri/suami PNS AD yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai identitasnya harus dibuatkan Karis kepada istri personel dan Karsu (Kartu Suami) kepada suami PNS AD. 20. Ketentuan. a. Berlaku untuk istri/suami PNS AD termasuk Capeg. b. Berlaku selama menjadi istri/suami PNS AD yang bersangkutan. c. Jika terjadi perceraian tidak berlaku dan diserahkan kepada Pejabat Personalia. d. Jika terjadi Rujuk, Karis/Karsu berlaku kembali. e. Jika terjadi kehilangan, meminta ke Pejabat Personel untuk mengajukan kembali. f. Sebagai data/bahan Administrasi untuk istri yang sah dalam Kep Pensiun.

17 Prosedur. a. Satminkal membuat laporan perkawinan pertama setelah menerima Photokopi surat kawin lengkap dan surat ijin kawin dan dilampirinya. Selanjutnya membuat usul permintaan Karis/karsu kepada Pangkotama/Kabalakpus U.p. Kaajen Kotama Kabalakpus. b. Pangkotama/Kabalakpus. Meneliti kebenaran usul dari Satminkal dan kelengkapan Hanmin untuk selanjutnya membuat usul kepada Ka BKN/Pusat. 22. Bahan Administrasi : a. Satminkal. 1) Laporan perkawinan Pertama. 2) Fhoto kopi surat kawin yang dilegalisir oleh Pejabat Personalia. 3) Surat ijin kawin dan lampirannya. 4) Pas fhoto hitam putih ukuran 3X4 cm dari istri/suami PNS masingmasing rangkap 3 (tiga). 5) Daftar susunan keluarga. b. Kotama/Balakpus. 1) Laporan Perkawinan Pertama. 2) Fhoto Kopi Surat Kawin. 3) Pas Fhoto ukuran 3x4 cm (ditulis nama dibelakangnya). 4) Daftar keluarga/kartu keluarga (masing-masing rangkap 3 (tiga)). 23. Wewenang. Wewenang pemberian Karis/Karsu secara terpusat dikeluarkan oleh Kepala BKN. 24. Evaluasi. a. Jelaskan prosedur pembuatan Karis/Karsu! b. Sebutkan bahan adminstrasi dalam pembuatan Karis/Karsu!

18 18 BAB VI PERUBAHAN NAMA/GANTINAMA, PINDAH AGAMA TAMBAH GELAR DAN GANTI KELAMIN 25. Umum. Bagi PNS AD selain diberikan Perawatan yang meliputi kebutuhan jasmaniah dan rohaniah, juga diberikan pelayanan yang meliputi perubahan nama, pindah agama, tambah gelar dan ganti kelamin. 26. Ganti Nama. Ganti nama adalah tindakan mengganti nama semula menjadi nama lain (nama baru) yang menyebabkan perubahan secara menyeluruh atau sebagian unsur kata yang terdapat pada nama semula, sehingga mengakibatkan harus ada perubahan data tersebut secara sah oleh pejabat yang berwenang. 27. Perubahan Nama. a. Tindakan menambah atau mengurangi nama tanpa mengubah salah satu unsur nama atau lebih dari nama semula menjadi nama baru, sehingga mengakibatkan harus ada perubahan data tersebut secara sah oleh pejabat yang berwenang. b. Tindakan menambah atau mengurangi nama yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan masalah adat, marga, kebangsawanan, agama dan penghargaan dari negara asing sehingga mengakibatkan harus ada perubahan pada data tersebut secara sah oleh pejabat yang berwenang. 28. Ganti Agama. Ganti agama adalah tindakan berganti agama dari yang dianutnya semula menjadi agama lain melaui prosedur dan bukti yang sah, sehingga mengakibatkan harus ada perubahan pada data tersebut secara sah oleh pejabat yang berwenang. 29. Ganti Kelamin. Ganti kelamin adalah tindakan berganti kelamin dari pria menjadi wanita atau sebaliknya, sehingga mengakibatkan harus ada perubahan pada data tersebut secara sah oleh pejabat yang berwenang. 30. Penambahan Gelar. Penambahan gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi adalah predikat yang dimiliki oleh seseorang dari suatu prestasi yang telah dicapai dalam bidang ilmiah, sehingga perlu diadakan penyesuaian pada penulisan nama yang bersangkutan secara sah oleh pejabat yang berwenang.

19 Ketentuan. a. Berstatus PNS AD. b. Berlaku untuk semua pangkat dan golongan. c. Ganti agama yaitu dari/ke Islam, Katholik, Protestan, Hindu dan Budha. d. Ganti agama bagi PNS yang telah beristeri/suami harus melampirkan surat ijin dari isteri/suami yang bersangkutan, kecuali ganti agama tersebut sebelum menikah. e. Untuk memperoleh data yang akurat maka data nama, tanggal lahir dan NIP yang tercantum pada Skep pengangkatan PNS, harus dijadikan dasar/pedoman penulisan, pada setiap bahan administrasi yang diajukan. f. Bahan administrasi yang tidak lengkap, akan dikembalikan kepada satuan pengusul. 32. Bahan Administrasi. a. Ganti Nama. 1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan, diketahui oleh Dansatminkal. 2) Surat usul dari Pangkotama/Kabalakpus. 3) Salinan/fotokopi surat keputusan pengadilan negeri setempat tentang ganti nama yang bersangkutan, disahkan oleh pejabat pengadilan yang berwenang. 4) Fotokopi Keputusan Pengangkatan PNS. 5) Fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir. b. Perubahan Nama. 1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan diketahui oleh Dansatminkal. 2) Surat usul dari Pangkotama/Kabalakpus. 3) Fotokopi surat bukti perubahan nama dari pengadilan negeri/pemangku adat/istana/keraton/pejabat agama/pejabat yang berwenang lainya, disahkan oleh pejabat yang menerbitkn surat perubahan tersebut. 4) Fotokopi keputusan Pengangkatan PNS. 5) Fotokopi keputusan Kenaikan Pangkat terakhir.

20 20 c. Ganti Agama. 1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan diketahui oleh Dansatminkal. 2) Surat usul dari Pangkotama/Kabalakpus. 3) Fotokopi surat pernyataan ganti agama yang di keluarganya masingmasing lembaga yang berwenang atau pejabat agama (Bintal) masing-masing satuan, disahkan oleh Dansatminkal. 4) Surat ijin dari suami/isteri yang bersangkutan bagi PNS yang telah bersuami/isteri. 5) Fotokopi Keputusan Pengangkatan PNS. 6) Fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir. d. Ganti Kelamin. 1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan diketahui oleh Dansatminkal. 2) Surat usul dari Pangkotama/Kabalakpus. 3) Fotokopi surat pengesahan ganti kelamin dari pengadilan negeri yang disahkan oleh pejabat pengadilan negeri yang berwenang. 4) Surat keterangan yang menjelaskan secara kronologis tentang asal usul ganti kelamin dari Dansatminkal. 5) Surat keterangan pelaksanaan/pemeriksaan ganti kelamin dari Dokter Rumah Sakit Negeri/Swasta. 6) Fotokopi Keputusan Pengangkatan PNS. 7) Fotokopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir. e. Tambah Gelar dan sebutan lulusan Perguruan Tinggi. 1) Asli surat permohonan dari yang bersangkutan diketahui oleh Dansatminkal. 2) Surat usul dari Pangkotama/Kabalakpus. 3) Foto kopi ijasah kesarjanaan/bukti gelar lainya yang disahkan oleh pejabat yang berwenang. 4) Foto kopi Keputusan Pengangkatan PNS. 5) Foto kopi Keputusan Kenaikan Pangkat terakhir.

21 21 f. Semua bahan administrasi tersebut disahkan oleh pejabat personel yang bersangkutan dan dibuat rangkap dua : 1) Satu rangkap untuk Kotama/Balakpus. 2) Satu rangkap untuk Ditajenad. 33. Prosedur. Cara pengajuan usul untuk mendapatkan Keputusan pengesahan Ganti/Perubahan Nama, Ganti Agama, Ganti Kelamin, Penambahan Gelar dan sebutan Lulusan Perguruan Tinggi ditentukan sebagai berikut : a. Yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Dirajenad U.p Kasubditbinmin PNS melalui Dansatminkal dengan melampirkan bahan administrasi yang telah ditentukan. b. Dansatminkal meneliti kelengkapan dan kebenaran bahan administrasi yang bersangkutan selanjutnya mengajukan usul kepada Pangkotama/Kabalakpus U.p. Kaajen/Ses/Dirbinlem. c. Pejabat personel yang berwenang di Kotama/Balakpus meneliti kelengkapan dan kebenaran bahan administrasi usul dari Dansatminkal selanjutnya Kaajen/Ses/Dirbinlem atas nama Pangkotama/Kabalakpus mengajukan usul beserta kelengkapan bahan administrasi kepada Dirajenad U.p. Kasubditbinmin PNS. 34. Mekanisme. a. Satminkal. 1) Mengadakan penelitian terhadap surat permohonan dari yang bersangutan atas kebenaran, kelengkapan, keabsahan dan kemutakhiran data pada bahan administrasi sesuai ketentuan yang berlaku. 2) Mengajukan/meneruskan permohonan tersebut dengan membuat surat usul lengkap dengan bahan administrasinya rangkap dua kepada Pangkotama/Kabalakpus U.p. Kaajen/Ses/Dirbinlem. 3) Menyimpan Foto kopi petikan Keputusan tersebut pada dosir yang bersangkutan dan dicacat dalam buku catatan personel di Satminkal. 4) Menyampaikan surat keputusan kepada yang bersangkutan. b. Kotama/Balakpus. 1) Mengadakan penelitian terhadap usul dari Satminkal atas kebenaran, kelengkapan dan kemutakhiran data pada bahan administrasi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

22 22 2) Kaajen/Ses/Dirbinlem mengajukan usul dari Satminkal dengan membuat dan menandatangani surat usul atas nama Pangkotama/ Kabalakpus yang dielengkapi dengan bahan administrasi yang bersangkutan rangkap satu kepada Dirajenad U.p. Kasubditbinmin PNS. 3) Menyimpan salinan/foto kopi/petikan Keputusan tersebut lengkap dengan bahan administrasinya rangkap satu pada dosir yang bersangkutan dan dicatat dalam buku catatan personel di Kotama/Balakpus. 4) Menyampaikan petikan surat keputusan kepada yang bersangkutan melalui Dansatminkal masing-masing. c. Ditajenad. 1) Menerima usul dan meneliti kelengkapan bahan administrasi yang diterima Kotama/Balakpus. 2) Memproses usul dari Kotama/Balakpus setelah ada persetujuan dari BKN. 35. Evaluasi. a. Apa yang menjadi dasar pertimbangan perubahan nama, pindah agama dan tambah gelar dan ganti kelamin? b. Sebutkan bahan administrasi untuk kelengkapan ganti nama! c. Sebutkan bahan administrasi untuk ganti agama! d. Sebutkan bahan administrasi untuk tambah gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi! e. Sebutkan prosedur untuk mendapatkan surat keputusan perubahan nama, pindah agama dan tambah gelar dan ganti kelamin! BAB VI TANDA KEHORMATAN NEGARA 36. Umum. Dalam rangka meningkatkan pengabdian PNS kepada Negara dan Bangsa, maka setiap personel PNS dirawat dan dipelihara baik personel itu sendiri maupun keluarganya sehingga dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, efektif, efisien dan memuaskan serta diberikan tanda jasa atau tanda kehormatan negara.

23 Tanda Penghargaan. Tanda penghargaan yang diberikan kepada PNS berupa a. Satyalancana Karya Satya. 1) Klasifikasi. a) Satyalancana sepuluh tahun. b) Satyalancana dua puluh tahun. c) Satyalancana tiga puluh tahun. 2) Persyaratan. Satyalancana Karya Satya diberikan kepada PNS AD yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Telah mempunyai masa kerja minimal sepuluh tahun, dua puluh tahun dan/atau tiga puluh tahun secara terus menerus sebagai PNS. b) Setia terhadap negara, cakap dan rajin dalam melakukan tugasnya sehingga dapat dijadikan teladan bagi PNS TNI lainya. c) Berakhlak dan berbudi pekerti yang baik. d) Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang/berat. e) Semua unsur penilaian dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP-3) sekurang-kurangnya bernilai Baik (76 ke atas) dan khusus nilai kesetiaan sekurang-kurangnya bernilai amat baik (91 ke atas). f) PNS AD yang pada saat PP No. 25 Tahun 1994 telah memiliki Masa Kerja 10 S.D. 19 tahun dan memenuhi syarat dapat dianugerahi SLKS 10 tahun, bila Ybs pada Masa kerja 20 Tahun dapat diusulkan penganugerahan SLKS 20 tahun. g) PNS AD yang pada saat PP N0. 25 Tahun 1994 telah memiliki masa kerja 20 S.D. 29 tahun dan memenuhi syarat dapat diusulkan SLKS 20 tahun, dan dalam hal Ini ybs tidak perlu diusulkan SLKS 10 tahun. h) PNS AD yang pada saat PP No. 25 tahun 1994 telah memiliki masa kerja 30 tahun atau lebih dan memenuhi syarat dapat dianugerahi SLKS 30 tahun, dan dalam hal ini ybs tidak perlu diusulkan SLKS 10 tahn dan 20 tahun. i) PNS AD yang pada saat PP. No. 25 tahun 1994 teleh memiliki masa kerja 20 atau lebih tetapi pada masa 10 tahun tahap pertama tidak memenuhi syarat, sedangkan masa 10 tahun tahap ke dua memenuhi syarat, maka ybs dapat diusulkan SLKS 10 thn.

24 24 j) PNS AD yang pada saat PP No. 25 tahun 1994 telah memiliki masa kerja 20 atau lebih tetapi pada masa 10 tahun tahap kedua tidak memenuhi syarat, maka ybs tidak dapat diusulkan SLKS baik 10 tahun maupun 20 tahun. b. Piagam Pernyataan Penghargaan. PNS TNI yang ternyata telah menunjukkan jasa-jasa, kerajinan, kejujuran dan ketaatan kepada negara dan tugas kewajibanya secara luar biasa sehingga patut dijadikan teladan pada tingkat nasional dapat diberikan Piagam Pernyataan Penghargaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Penghargaan Lain-lain. 1) PNS AD dapat diberikan tanda penghargaan yang berlaku bagi prajurit TNI apabila memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2) Tanda penghargaan tersebut dapat berupa Bintang Jasa, Satyalancana dan pemberian Gelar Kehormatan Veteran. 38. Macam dan Bentuk Medali SLKS a. Medali SLKS dibedakan dalam 3 macam yaitu : 1) SLKS 10 tahun berwarna perunggu 2) SLKS 20 tahun berwarna perak. 3) SLKS 30 tahun berwarna emas b. Medali SLKS dibuat dari logam berbentuk lingkaran dengan relief sebagai berikut : 1) Pada sisi bagian depan berupa setangkai kapas dan setangkai padi masing-masing terdiri dari 17 daun dan 8 bunga kapas serta 45 butir padi, ditengah-tengah lingkaran terdpat gambar perisai Pancasila yang di atasnya terdapat bintang persegi lima dan tulisan karya satya serta angka romawi X untuk SLKS10 tahun, romawi XX untuk SLKS20 dan romawi XXX untuk SLKS 30 tahun 2) pada sisi bagian belakang tertera tulisan republik indonesia c. SLKS tersebut digantung pada pita berwarna dasar biru dengan lima lajur berwarna abu-abu 39. Penganugerahan, penyematan, pemakaian dan pencabutan SLKS. a. Penganugerahan. SLKS dianugerahkan dengan keputusan Presiden setelah mendapat pertimbangan dari dewan TKN RI atas usul mentri yang dikoordinasikan dengan KBKN dan setiap SLKS disertai Piagam Tanda Kehormatan yang di tangdatangani oleh Presiden.

25 25 b. Penyematan SLKS. Oleh Pejabat yang ditunjuk serendah-rendahnya menduduki jabatan eselon IV/gol V atau setingkat A.n. presiden pada upacara peringatan : 1) HUT proklamasi RI tanggal 17 Agustus. 2) Hari besar nasional 3) HUT kesatuan. 4) HUT Korpri. c. Pemakaian : 1) Medali besar SLKS dipakai pada upacara resmi, hari-hari besar nasional yaitu upacara HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus, Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktber, Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, Hari Pahlawan 10 Nopember, Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei dan upacara resmi lainnya. 2) Ketentuan pemakaian : a) Dipakai pada dada/di atas saku sebelah kiri b) Bila memiliki Tanda Kehormatan Bintang, maka pemakaian berurutan dari kanan ke kiri setelah Tanda Kehormatan Bintang. c) Dalam hal memiliki SLKS lebih dari satu macam, maka yg dipakai hanya satu yang tinggi derajatnya 3) Pakaian yang dikenakan : a) Pakaian sipil lengkap bagi PNS pria/pakaian nasioanl bagi PNS wanita. b) Pakaian Sipil Resmi (PSR) c) Pakaian Seragam Korpri d) Pakaian upacara instansi 4) Pensiunan yang diundang pada upacara resmi wajib memakai SLKS tertinggi yang dimilikinya. 5) Bila penerima SLKS meninggal dunia, hak memakai SLKS tidak dapat beralih kepada isteri/suami atau anaknya isteri/suami/anaknya hanya bisa menyimpannya tanpa ada hak utk menjual belikannya. d. Pencabutan : 1) Dijatuhi hukuman disiplin berat berupa henti tidak dengan hormat sebagai PNS.

26 26 2) Berdasarkan Keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, dikenakan hukuman tambahan berupa pencabutan hak menerima dan memakai SLKS. 3) Pencabutan hak memakai SLKS di tetapkan dengan Keputusan Presiden setelah mendengar pertimbangan dari Dewan Tanda-tanda Kehormatan RI atas usul mentri. 4) Prosedur pencabutan sama dengan prosedur pengusulan dengan dilampiri Keputusan penjatuhan Kumplin dan daftar riwayat hidup. 40. Persyaratan Administrasi. a. Surat usul dari Kotama/Balakpus/Dandenma Mabesad. b. DRH (Dafat Riwayat Hidup Singkat) c. Fotokopi Skep/kep pengangkatan pertama d. Fotokopi Skep/kep kenaikan pangkat terakhir. e. Fotokopi Skep/Kep/Sprin jabatan terakhir. f. Untuk usul SLKS 20 tahun melampirkan Foto kopi Petikan SLKS 10 tahun dan untuk SLKS 30 tahun melampirkan petikan SLKS 10 dan 20 tahun. g. Masing-masing rangkap 2 dan dilegalisir olh pejbt pers. h. Map warna hijau masing-masing 1 org 1 map. 41. Prosedur Usul. a. Dansatminkal mengajukan usul kepada PDW/Dandenma Mabesad dengan dilampiri persyaratan administrasi. b. PDW/Dandenma Mabesad atas dasar sidang tingkat. Kotama/Balakpus/PDW/ Dandenma Mabesad mengajukan usul kepada kasad u.p. dirajenad dgn dilampiri persyaratan administrasi. c. Kasad (dalam hal ini Dirajenad) atas dasar hassil sidang tingkat Mabesad mengajukan usul kepada Panglima TNI U.p. Aspers Kasum TNI deagan dilampiri persyaratan administrasi. d. Persyaratan administrasi dari PDW/Dandenma Mabesad harus sudah diterima Ditajenad selambat-lambatnya : 1) Akhir Desember untuk periode sidang Pebruari di Tk. Mabesad. 2) Akhir bulan Mei utk periode sidang Juli Tk.. Mabesad 42. Wewenang. Wewenang penganugerahan tanda penghargaan adalah sebagai berikut : 1) Satyalancana Karya Satya (untuk semua golongan) wewenangnya adalah Presiden dan penanda tangannya oleh Presiden.

27 27 2) Piagam Pernyataan Penghargaan (untuk semua golongan) wewenangnya adalah Presiden dan penanda tangannya oleh Presiden. 3) Piagam/Hadiah (untuk semua golongan) wewenangnya adalah Panglima TNI didelegasikan kepada Kasad. 4) PNS yang berhak atas tanda penghargaan yang diberikan kepada prajurit TNI sepanjang yang bersangkutan memenuhi persyaratan wewenangnya adalah Panglima TNI didelegasikan kepada Kasad. 43. Evaluasi. a. Sebutkan tanda penghargaan yang diberikan kepada PNS! b. Jelaskan wewenang penganugerahan tanda penghargaan! BAB VIII EVALUASI AKHIR PELAJARAN 44. Evaluasi Akhir. a. Jelaskan tujuan pemberian cuti kepada PNS! b. Jelaskan cara penyelesaian cuti besar! c. Jelaskan tentang ketentuan tentang cuti tahunan! d. Jelaskan secara singkat PNS TNI AD yang akan beristri lebih dari satu orang! e. Apa yang menjadi dasar pertimbangan penentuan besar atau kecilnya gaji PNS? f. Penghasilan gaji PNS disamping berupa gaji pokok juga ditambah beberapa tunjangan. Sebutkan jenis tunjangan yang diterima PNS! g. Jelaskan secara singkat PNS TNI AD yang akan melakukan perceraian dengan alasan yang sah! h. Apa yang menjadi dasar pertimbangan perubahan nama, pindah agama dan tambah gelar dan ganti kelamin? i. Sebutkan bahan administrasi untuk kelengkapan ganti nama! j. Sebutkan bahan administrasi untuk ganti agama!

28 RAHASIA k. Sebutkan bahan administrasi untuk tambah gelar dan sebutan lulusan perguruan tinggi! l. Sebutkan prosedur untuk mendapatkan surat keputusan perubahan nama, pindah agama dan tambah gelar dan ganti kelamin! BAB IX P E N U T U P 45. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar perawatan PNS pada pendidikan dasar kecabangan Ajen. Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal Didik Hartanto, S. IP. Kolonel Caj NRP RAHASIA

29 RAHASIA 29 KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran II Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2008 Tanggal 2008 PETUNJUK UMUM ( Khusus Untuk Tenaga Pendidik ) 1. Mata Pelajaran : Perawatan PNS. Untuk jenis/macam pendidikan : Sesarcab Ajen. 2. Jumlah Jam Pelajaran : 35 Jam Pelajaran. a. Teori : 13 Jam Pelajaran. b. Praktek Siang : 20 Jam Pelajaran. c. Praktek Malam : - d. Ujian Teori : 2 Jam Pelajaran. 3. Isi Pelajaran : a. Pendahuluan. b. Tanda Jasa. c. Cuti PNS. d. Perkawinan/Perceraian. e. KTA/Karpeg/Karis/Karsu. f. Perubahan Nama, Pindah Agama dan Tambah Gelar dan Ganti Kelamin. g. Praktek. h. Penutup. i. Evaluasi. 4. Tujuan Pelajaran : a. Tujuan Kurikuler : Agar Perwira Basis mengerti tentang Pelayanan PNS dan dapat menerapkanya dalam pelaksanaan tugas. b. Tujuan Instruksional : 1) Pendahuluan. (15 menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang Pelayanan PNS. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Pelayanan PNS serta menunjukan antusias/minat dalam menerima pelajaran. 2 RAHASIA 2) Tanda Jasa. ( 105 Menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang Tanda Jasa. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Tanda Penghargaan dan Wewenang. 3) Cuti. ( 90 Menit ).

30 30 a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang Cuti. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Jenis Cuti. 4) Perkawinan/Perceraian. ( 120 Menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang Perkawinan/Perceraian. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Ketentuan Perkawinan, Ketentuan Perceraian, Hak dan Kewajiban Suami/Isteri. 5) KTA/Karpeg/Karis/Karsu. ( 105 Menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang KTA/Karpeg/Karis/Karsu. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Tatacara Pengajuan Karpeg, Wewenang, KARIS/KARSU, Ketentuan, Prosedur, Bahan Administrasi dan Wewenang. 6) Perubahan Nama, Pindah Agama dan Tambah Gelar dan Ganti Kelamin. (135 Menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang Perubahan Nama, Pindah Agama dan Tambah Gelar dan Ganti Kelamin. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan tentang Ganti Nama, Perubahan Nama, Ganti Agama, Ganti Kelamin, Penambahan Gelar, Ketentuan, Bahan Administrasi, Prosedur dan Mekanisme. 3 7) Praktek Pelayanan PNS. ( 20 Jam Pelajaran ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis dapat melaksanakan Garmin Pelayanan PNS. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat mengerjakan/ membuat usul Tanda Jasa, Permohonan Cuti dan membuat surat ijin jalan, Permohonan Kawin, usul KTA/Karpeg/Karis/Karsu dan usul Ganti Nama, Pindah Agama dan Tambah Gelar. 8) Penutup. ( 15 menit ). a) Tujuan Instruksional Umum. Agar Perwira Basis mengerti tentang pentingnya pelajaran Pelayanan PNS dalam menunjang pelaksanaan tugas. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjelaskan seluruh pelajaran yang telah diberikan. 9) Evaluasi. ( 2 Jam Pelajaran ).

31 31 a) Tujuan Instruksional Umum. Agar tingkat pengetahuan Perwira Basis dapat diukur/diketahui sesuai pelajaran Pelayanan PNS yang telah diberikan. b) Kriteria Keberhasilan. Perwira Basis dapat menjawab pertanyaan maupun dapat melaksanakan tugas praktek dengan baik dan benar. 5. Metode. a. Metode Utama : Ceramah dan Aplikasi. b. Metode Penunjang : Tanya Jawab dan Pemberian Tugas. 6. Alins/Alongins : a. OHP dan Transparansi. b. White Board. c. Board Marker. d. Laser Point. e. LCD In Focus. f. Laptop/Note Book Proses Belajar Mengajar: NO KEGIATAN TENAGA PENDIDIK PERWIRA BASIS Pendahuluan. a. Menjelaskan secara umum a. Memperhatikan, mendengarkan dan tentang maksud dan tujuan mencatat hal-hal yang penting. diberikannya pelajaran Pelayanan PNS. b. Memberikan penugasan belajar melalui lembar persoalan. 2. Tanda Jasa. a. Menjelaskan secara rinci tentang Tanda Penghargaan dan Wewenang. b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi terhadap pelajaran yang diberikan dengan melemparkan pertanyaan dan menjawab pertanyaan ke/dari Perwira Basis. 3. Cuti. a. Menjelaskan secara rinci tentang Jenis Cuti. b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi terhadap pelajaran yang diberikan dengan melemparkan pertanyaan dan menjawab b. Mendiskusikan materi Pelayanan PNS. a. Memperhatikan, mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting. b. Menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan dari dan kepada Gadik. a. Memperhatikan, mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting. b. Menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan dari dan kepada Gadik.

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL RAHASIA Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / / 2010 Tanggal 2010 PEMISAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pemisahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penganugerahan Satyalancana Karya Satya merupakan

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB II PEMBERHENTIAN DAN PENSIUN PEGAWAI A. PEMBERHENTIAN PEGAWAI 1. Pengertian Pemberhentian Pegawai Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian

Lebih terperinci

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PENGERTIAN IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Perkawinan sah ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019); 2. Und

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019); 2. Und No.476, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Izin. Perkawinan. Peceraian. Pegawai. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN PERKAWINAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA - 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan tugas pokok pegawai Lembaga Sandi Negara dibutuhkan kehidupan keluarga yang harmonis dan serasi agar dapat menciptakan suasana

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS. Adapun jenis-jenis cuti adalah sebagai berikut : A. Cuti Tahunan Setiap Calon Pegawai Negeri Sipil / Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013 KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / 413.032 / 2013 TENTANG PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 25 TAHUN 1994 (25/1994) Tanggal: 29 AGUSTUS 1994 (JAKARTA) Sumber: LN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa penganugerahan Satyalancana Karya Satya merupakan

Lebih terperinci

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017 MODUL KEPEGAWAIAN Jakarta, 18 Juli 2017 PERATURAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN MATERI 1. Konsep-konsep dan Istilah-istilah Kepegawaian, Kedudukan, Kewajiban dan Hak PNS 2. Pengadaan PNS 3. Pembinaan dan Kesejahteraan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang sekarang berlaku, diatur dalam berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten No.13, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Perkawinan, Perceraian, dan Rujuk bagi Pegawai. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG PERKAWINAN, PERCERAIAN,

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N. Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

M E M U T U S K A N. Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 1

Lebih terperinci

b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan, Pernikahan PNS Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara No.755, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMSANEG. Pegawai. Perkawinan. Perceraian. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen.

a. Maksud. Naskah departemen ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu bahan ajaran bagi pendidikan dasar kecabangan Ajen. RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 LAPORAN KEKUATAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Tata cara laporan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan. NOMOR: 23 TAHUN 2008 TENTANG PERKAWINAN, PERCERAIAN DAN RUJUK BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang

Lebih terperinci

JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN

JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN JENIS, PROSEDUR DAN PERSYARATAN PELAYANAN DI BIDANG KEPEGAWAIAN Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi serta untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang kepegawaian, agar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1600,2014 KEMENHAN. Pegawai. Cuti. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PEMBERIAN KUASA BIDANG KEPEGAWAIAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL Presiden Republik

Lebih terperinci

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT SUMBERDAYA MANUSIA PROSEDUR OPERASIONAL BAKU CUTI PNS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT SUMBERDAYA MANUSIA PROSEDUR OPERASIONAL BAKU CUTI PNS 1. TUJUAN Prosedur ini bertujuan untuk memberikan prosedur tentang pelayanan cuti kepada tenaga pendidik (dosen) maupun tenaga kependidikan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berhak menerimanya.

Lebih terperinci

CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL A. JENIS CUTI 1. Cuti Tahunan 2. Cuti Besar 3. Cuti Sakit 4. Cuti Bersalin 5. CKAP 6. Cuti diluar tanggungan Negara 1. Cuti Tahunan Setiap PNS yang telah bekerja sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 45 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. No.175, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. PNS. Pokok- Pokok. Pembinaan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PEMBINAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Landasan Yuridis Perceraian Dalam bahasa Indonesia kata perceraian berasal dari kata cerai yang berarti pisah.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. No.166, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. PNS. Pemberhentian. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-26.KP.10.09

Lebih terperinci

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. batan. Menimbang : a Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. batan. Menimbang : a Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik batan PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil BAB III POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN 1990 1. Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 mengatur tentang perubahan atas PP No. 10 Tahun

Lebih terperinci

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015

RAHASIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT PANITIA PUSAT SELEKSI CASIS DIKTUKPA/BA TNI AD TA 2015 UJIAN AKADEMIK DIKTUKPA TNI AD TA 2015 MATA UJIAN : PENGMILCAB CAJ WAKTU : 2 X 45 MENIT TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2014 PETUNJUK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 6 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON

Lebih terperinci

SURAT EDARAN NOMOR : 08/SE/1983 TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

SURAT EDARAN NOMOR : 08/SE/1983 TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL Jakarta, 26 April 1983 Kepada Yth. 1. Semua Menteri Kabinet Pembangunan IV 2. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 3. Jaksa Agung 4. semua Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA,

B U P A T I B I M A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENEMPATAN, PEMBERHENTIAN, PENGEMBANGAN KARIER, DAN DISIPLIN TENAGA HONORER DAERAH LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN PERKAWINAN, PERCERAIAN, DAN RUJUK BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PERTAHANAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK BADAN PENGAWAS, DIREKSI DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 A TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 15 A TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGANGKATAN, PENEMPATAN, PEMBERHENTIAN DAN DISIPLIN TENAGA HONORER DAERAH LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I

PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN ADMINISTRASI PEMBERHENTIAN DENGAN HAK PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI SUBBAGIAN KEUANGAN DAN KEPEGAWAIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010

RAHASIA. KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep/ / /2010 Tanggal 2010 PAPAN NAMA BADAN/JABATAN DAN CAP DINAS BAB I PENDAHULUAN 1. Umum.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 511 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN HAK CUTI DAN PERATURAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI TIDAK TETAP DAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL Tanggal: 6 SEPTEMBER 1990 (JAKARTA)

Lebih terperinci

1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT

1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT 1. BIDANG MUTASI 1.1 KENAIKAN PANGKAT Kenaikan Pangkat adalah salah satu layanan Kantor Regional XII BKN Pekanbaru yang telah memenuhi standar ISO 9001:2008. Layanan ini merupakan layanan Bidang Mutasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 1

Lebih terperinci

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara No. 453, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Cuti. Jam Kerja. Disiplin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG DISIPLIN JAM KERJA DAN CUTI PEGAWAI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBINAAN TENAGA KONTRAK KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN

INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN INDEKSPERATURANPERUNDANG-UNDANGAN BIDANGKEPEGAWAIAN MAHKAMAH AGUNGRI November2015 INDEKS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG KEPEGAWAIAN POKOK BAHASAN URAIAN DASAR HUKUM KETERANGAN 1 2 3 4 FORMASI 1.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL. kepada masyarakat yang berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Pengertian Pegawai Negeri Sipil Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai kedudukan yang makin penting, meskipun negara

Lebih terperinci

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENGADAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 Tanggal 18 Pebruari 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa untuk mengisi formasi serta menjamin keseragaman dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP. 08 TAHUN 2012

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR: KEP. 08 TAHUN 2012 PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 08 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DI LINGKUNGAN BADAN

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI

PROSEDUR MUTU PERMINTAAN DAN PEMBERIAN CUTI 6..05 1/ 1. Tujuan Prosedur ini memberikan pedoman bagi pejabat yang bersangkutan dalam menetapkan pemberian cuti dan pegawai yang bersangkutan dalam mengajukan permintaan cuti dilingkungan Politeknik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1988 tentang Prajurit Angkatan Bersenjata

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa ketentuan-ketentuan mengenai cuti Pegawai Negeri Sipil yang

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1056, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN METEOROLOGI. KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Cuti PNS. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR KEP. 08 TAHUN 2012

Lebih terperinci

Cuti Tahunan. Cuti Sakit. Syarat-syarat Mengajukan Cuti Tahunan

Cuti Tahunan. Cuti Sakit. Syarat-syarat Mengajukan Cuti Tahunan Cuti Tahunan Syarat-syarat Mengajukan Cuti Tahunan 1. Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun secara terus menerus. 2. Lamanya cuti tahunan adalah 12 (dua belas) hari

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/KU.060/2/2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 37 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN MUTASI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN

RAHASIA POSMIL BAB I PENDAHULUAN RAHASIA KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Lampiran III Keputusan Danpusdikajen Nomor Kep / / / 2010 Tanggal 2010 POSMIL BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pembinaan administrasi umum

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014 RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG 2 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN 20092010 TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil Perkawinan adalah bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal abadi berdasarkan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

PETUNJUK TEKNIS IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 79 Tahun 2016 TANGGAL 28 Nopember 2016 PETUNJUK TEKNIS IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.429, 2014 KEMENTAN. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Pedoman. RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Neger

2015, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Neger BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.998, 2015 KEMENDAGRI. Mutasi. Pegawai Negeri Sipil. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN MUTASI PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Lebih terperinci

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P No. 1177, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Tanda Kehormatan. Satyalancana Karya Satya. Penganugerahan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA

Lebih terperinci

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 35 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 35 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.32, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bidang Kepegawaian. Pemberian Kuasa. Pendelegasian Wewenang. Wewenang. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 2 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 03 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA TETAP PELAKSANAAN PENGAJUAN KENAIKAN PANGKAT BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI,

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR KEPEGAWAIAN BADAN USAHA KREDIT PEDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN DAN PERPANJANGAN TENAGA KONTRAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

INSTANSI : DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROVINSI NTB

INSTANSI : DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROVINSI NTB 1 INSTANSI : DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH PROVINSI NTB 2 BAGIAN/BIDANG/SEKRETARIS/ : SEKRETARIAT 3 INSPEKTUR PEMBANTU/ WADUR RSUP/UPTD/UPTB SUB BAGIAN/SUBBID/SEKSI : SUB BAGIAN UMUM DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 54, 2017 KEMEN-KOMINFO. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BUKU SAKU PENGELOLAAN ADMINISTRASI PENSIUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, Copyright 2000 BPHN PP 32/1979, PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL *28126 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1979 (32/1979) Tanggal: 29 SEPTEMBER 1979 (JAKARTA)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PEGAWAI NON PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 123 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BEBERAPA PERATURAN YANG HARUS DIPERHATIKAN DOSEN DAN TINDIK (SUMBER:

BEBERAPA PERATURAN YANG HARUS DIPERHATIKAN DOSEN DAN TINDIK (SUMBER: BEBERAPA PERATURAN YANG HARUS DIPERHATIKAN DOSEN DAN TINDIK (SUMBER: http://simpeg.unsyiah.ac.id/simpeg-unsyiah/index.php/halamanutama/ketentuan) Batasan Waktu Pengusulan Pangkat Berdasarkan Surat Kepala

Lebih terperinci