BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penelitian yang membahas tentang dialek sudah sudah ada beberapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penelitian yang membahas tentang dialek sudah sudah ada beberapa"

Transkripsi

1 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian yang Relevan Dalam penelitian yang membahas tentang dialek sudah sudah ada beberapa tahun yang lalu. Penelitian yang dimaksud ialah penelitian yang sudah meneliti bahasa dialek Sunda atau kasus-kasus penelitian hampir mirip dengan penelitian yang akan penulis lakukan, tetapi peneliti meyakini bahwa penelitian yang penulis akan lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah ada atau yang penulis cantumkan sebagai penelitian relevan. Penelitian yang sudah ada yaitu pada tahun 2010 dan 2015 yang mengangkat judul: 1. Penelitian yang diambil sebagai penelitian relevan berjudul: Studi Komparatif Penggunaan Dialek Sunda di Kecamatan Cimanggu dengan Dialek Sunda di Kecamatan Dayeh Luhur (kajian dialektologi) Penelitian diatas adalah penelitian yang ditulis oleh Linawati dari FKIP UMP. Penelitian yang ditulis oleh Linawati merupakan penelitian dialektologi yang membahas bidang fonologis dan semantis, penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Dayeh Luhur. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Linawati dengan penelitian yang penulis ajukan adalah pada bagian tempat penelitian, tempat penelitian yang dilakukan oleh Linawati merupakan tempat yang warga masyarakatnya masih murni menggunakan bahasa Sunda, jika penelitian yang akan penulis ajukan dilakukan di tempat yang warga masyarakatnya mempunyai dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Penulis meyakini penelitian yang dilakukan oleh Linawati dengan Penulis berbeda. 11

2 12 2. Selain penelitian yang ditulis oleh Linawati, peneliti juga mengambil penelitian lainnya dengan judul: Perbedaan Fonologis dan Semantis Dialek Perbatasan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas Penelitian diatas merupakan penelitian yang ditulis oleh Yeni Arista dari FKIP UMP pada tahun Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Arista melakukan penelitian di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas dan dalam penelitiannya hanya meneliti dialek dari segi fonologis dan semantisnya saja. Persamaannya hanya sama-sama membahas bidang fonologis dan semantis, tetapi penulis juga membahas tentang faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dengan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Penulis meyakini bahwa penelitian yang peneliti ajukan ini berbeda dengan penelitian sebelum-sebelumnya yang sudah dilakukan. Jika penelitian sebelumnya melakukan penelitian di tempat yang memliki bahasa yang sama beda lagi dengan penelitian yang penulis ajukan. Tempat yang akan menjadi tempat penelitian itu masih memiliki dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa. Jika penelitian yang sudah ada meneliti daerah yang mempunyai bahasa yang sama, sama-sama bahasa Sunda atau sama-sama bahasa Jawa, tetapi penelitian yang penulis ajukan dilakukan di tempat yang memiliki dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa, tetapi penulis tetap memfokuskan penelitian di bahasa Sunda sesuai judul yang diajukan, dengan begitu penelitian yang penulis ajukan tidak akan mengalami kesamaan isi dengan penelitian yang sebelumnya atau yang sudah ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan diajukan oleh penulis masih original dan belum ada penulis yang meneliti permasalahan tersebut sebelumnya dan penulis mampu mempertanggungjawabkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan..

3 13 B. Bahasa 1. Pengertian Bahasa Menurut Poerwadarminta, (80, 2007) bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat dalam suatu daerah tertentu untuk berinteraksi, bercakap muka dengan masyarakat lain, melakukan tingkah laku yang baik dan mempunyai sifat sopan santun kepada setiap masyarakat lainnya. Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Lyons (dalam Aslinda dan Leni Syafyahya 2010: 1), bahwa bahasa adalah most of them here taken the views that languages are system of symbols, designed, as it were, for the purpose of communications (kebanyakan dari mereka di sini berpandangan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang dirancang untuk berkomunikasi). Berdasarkan pendapat Lyons, dapat dikatakan bahwa bahasa bersistem, berwujud simbol, yang dimaksud berwujud simbol adalah dapat kita lihat dan kita dengar dalam lambang, serta bahasa juga digunakan oleh masyarakat seharihari untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Pada hakekatnya bahasa dipergunakan oleh manusia dalam segala aktivitas kehidupan. Reching Koen (dalam Aslinda dan Leni, 2010:2) menyatakan, bahwa hakikat bahasa bersifat (a) mengganti, (b) individu, (c) kooperatif, dan (d) serta sebagai alat komunikasi sehari-hari. Selain empat hakikat bahasa diatas, Chaer (2004: 11-14) juga mengatakan, bahwa hakikat bahasa itu ada 8 butir. Delapan butir hakikat bahasa itu yaitu: (a) bahasa merupakan sebuah sistem sistem, (b) bahasa terdiri dari lambang-lambang, (c) bahasa bersifat arbitrer, (d) bahasa bersifat konvensional, (e) bahasa bersifat produktif, (f) bahasa bersifat dinamis, (g) bahasa beragam, (h) bahasa dalah

4 14 manusiawi. Delapan butir hakikat bahasa tersebut, dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hal paling penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasa manusia lebih mudah dalam beraktivitas, berinteraksi, bekerja sehari-hari dengan masyarakat lainnya. Chaer (2003:30) juga menambahkan bahwa bahasa itu adalah satu sistem, sama dengan sistem-sistem lain, yang sekaligus bersifat sistematis dan bersifat sistemis. Jadi, bahasa itu bukan merupakan satu sistem tunggal melainkan dibangun oleh sejumlah subsistem, subsitem yang dimaksud adalah (fonologi, sintaksis, dan leksikon). Sistem bahasa ini merupakan sistem lambang, hanya saja sistem lambang bahasa ini berupa bunyi, bukan gambaran atau tanda lain dan bunyi itu adalah bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia yang dituturkan oleh manusia. Bahasa itu bersifat produktif. Bahasa bersifat produktif adalah dengan sejumlah unsur yang terbatas tersebut dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu, (Chaer, 2012:49). Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan tersebut dapat terjadi pada bidang: fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan leksikon. Perubahan tersebut dapat terjadi pada setiap waktu, mungkin saja ada kosa kata baru yang muncul tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam atau sudah disepakati oleh masyarakat didaerah tersebut untuk tidak digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari, (Chaer, 2012: 53). Bahasa bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa seperti manusia, yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi berupa bunyi atau gerak isyarat, itu menandakan tidak bersifat produktif dan tidak

5 15 dinamis. Padahal manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara naluriah, melainkan dengan cara belajar. Tanpa belajar manusia tidak akan bisa berbahasa. Hewan tidak mempunyai kemampuan untuk mempelajari bahasa manusia karena hewan tidak memiliki akal dalam dirinya, Oleh karena itulah dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi, hanya dimiliki oleh manusia, (Chaer, 2012:58). Dengan pengertian-pengertian bahasa menurut para ahli di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa pegertian bahasa secara umum adalah suatu lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi, bahasa juga merupakan suatu sistem, sistem yang dimaksud adalah sistem lambang yang sama dengan lambang lainnya. Hanya yang di maksud dari lambang bahasa ini adalah lambang bunyi bahasa yang dilahirkan oleh alat ucap manusia. Selain itu bahasa juga berifat produktif, dinamis dan manusiawi. 2. Fungsi Bahasa Masyarakat setiap hari sudah pasti menggunakna bahasa untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Pada dasarnya bahasa sudah menyatu dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Bahasa juga merupakan sarana untuk mengungkapkan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang baik pikiran dan perasaan. Melalui bahasa masyarakat mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menerapkan etika-etika dalam berkomunikasi. Dengan begitu jika masyarakat mampu berkomunikasi dengan etika-etika yang baik maka sudah pasti lawan bicara juga dapat memberikan respon yang positif dan dapat dipahami maksud dan tujuan dari tuturan yang dituturkan oleh manusia tersebut.

6 16 Keraf (1979:17) menyatakan bahwa fungsi bahasa dibagi menjadi empat bagian yaitu: a. Untuk tujuan praktis: untuk mengadakan komunikasi atau berhubungan dengan masyarakat lainnya dalam pergaulan sehari-hari. b. Untuk tujuan aristik: dimana manusia mengolah dan mempergunakan bahasa itu dengan cara seindah-indahnya atau sebaik-baiknya guna pemusaran rasa estetis manusia itu sendiri. c. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain. d. Tujuan filologis: untuk mempelajari naskah-naskah tua untuk menyelidiki latar belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan dan adat istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri. 3. Ragam Bahasa Sebagai sebuah langue bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut berada dalam masyarakat tutur yang berbeda-beda menjadikan sebuah ragam bahasa atau tuturan yang dituturkan tidak sama. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi, terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam. Setiap kegiatan memerlukan atau menyebabkan terjadinya keragaman bahasa itu. Keragaman ini akan semakin bertambah kalau bahasa tersebut digunakan oleh penutur yang sangat banyak, serta dalam wilayah yang sangat luas. Misalnya, bahasa Inggris yang digunakan hampir di seluruh dunia; bahasa Arab yang luas wilayahnya dari Jabal Thariq di Afrika Utara sampai ke perbatasan Iran (dan juga sebagai

7 17 bahasa agama Islam dikenal hampir di seluruh dunia); dan bahasa Indonesia yang wilayah penyebarannya dari Sabang sampai Merauke. Ragam bahasa atau variasi bahasa ini terbagi menjadi dua pandangan. Pandangan pertama, variasi bahasa atau ragam bahasa itu dilihat akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa. Kedua, variasai atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi atau berkomunikasi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Hartman dan Stork (dalam, Chaer, 2004: 62) membedakan variasi atau ragam bahasa berdasarkan tiga kriteria, kriteria pertama adalah (a) latar belakang geografi dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, dan (c) pokok pembicaraan. Menurut Haliday membedakan ragam bahasa berdasarkan (a) pemakai yang disebut dialek, dan (b) pemakai yang disebut register. Variasi atau ragam bahasa itu pertama-tama dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaanya, berdasarkan penutur berarti, siapa yang menggunakan bahasa tersebut, di mana penutur tersebut tinggal, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelamin penutur tersebut, dan kapan bahasa itu digunakan oleh penutur. Berdasarkan penggunaanya, berarti bahasa itu digunakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keporfalannya. Menurut (Chaer, 2004: 62) Variasi bahasa dibagi menjadi empat jenis. Keempat jenis variasi tersebut adalah Variasi dari segi penutur yang di dalamnya terdapat idiolek, dialek, sosiolek. Kedua ada variasi dari segi penutur, yang ketiga variasi dari segi pemakaian yang ke empat ada variasi dari segi keformalan dan yang terakhir ada variasi dari segi sarana. Variasi atau ragam bahasa merupakan bahasan

8 18 pokok dalam studi sosiolinguistik. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi bukan hanya penuturnya yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Adapun penjelasan variasi bahasa tersebut adalah sebagai berikut: a. Variasi dari Segi Penutur 1) Idiolek Variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya. Namun yang paling dominan adalah warna suara itu, sehingga jika penutur cukup akrab dengan penutur lainnya, hanya dengan mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat mengenalinya. Warna suara tersebut dimiliki setiap orang dan sudah pasti setiap orang memiliki warna suara yang berbeda-beda, dengan perbedaan tersebut maka penurut yang sudah terbiasa dengan penutur lainnya akan mudah memahami setiap tuturan yang diucapkan. Jadi konsep idiolek merupakan konsep yang menekankan pada ragam bahas yang unik pada seorang individu. Hal ini diwujudkan dengan pola pemilihan kosakata, tata bahasa atau pelafalan yang unik pada setiap orang. 2) Dialek Variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada

9 19 wilayah atau area tempat tinggal penutu, maka dialek ini lazim disebut dialek regional, dialek sosial, dan dialek temporal. Dialek regional, yaitu dialek yang ciricirinya dibatasi oleh tempat. Sering juga dsebut dialek area karena dialek regional biasanya berkembang diatu daerah tertentu, artinya orang luar di wilayah itu tidak akan paham dengan dialek yang dimaksud. Dialek sosial, yaitu dialek yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu. Misalnya, orang yang berada di kalangan keraton pasti memliki dialek yang berbeda dengan orang-orang di luar keraton, orang-orang yang berada di lingkungan kantor pasti berbeda dialeknya dengan dialek yang berada di komunitas pasar. Dialek temporal, yaitu dialek yang berada dari waktu ke waktu. Dialek ini hanya berkembang pada kurun waktu tertentu dan bila sudah berganti masa maka dialek itu sudah tidak ada lagi. Hal ini bisa dilihat dari ejaan, cara penulisan, dan pengucapannya. Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyrakat umum memang seringkali bersifat ambigu. Secara linguistik jika masyarakat tutur masih saling mengerti, maka alat komunikasinya adalah dua dialek dari bahasa yang sama. Namun, secara politis, meskipun dua masyarakat tutur bahasa saling mengerti satu sama lain dan karena kedua laat komunikasi verbalnya mempunyai kesamaan sistem dan subsistem, tetapi keduanya dianggap sebagai dua bahasa yang berbeda. Bidang studi linguistik yang mempelajari dialek-dialek ini adalah dialektologi. Bidang studi ini dalam kerjanya berusaha membuat peta batas-batas dialek dari sebuah bahasa yang ada, yakni dengan cara membandingkan bentuk dan makna kosakata yang digunakan dalam dialek-dialek itu. Peta kebahasaan tersebut yang nantinya akan membedakan antara dialek satu dengan dialek yang lainnya.

10 20 3) Sosiolek Variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua maslah pribadi para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita bisa lihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan orang-orang tergolong lansia (lanjut usia). Perbedaan variasi bahasa di sini bukanlah yang berkenaan dengan isinya, isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi, sintaksis, dan juga kosakata. b. Variasi dari Segi Pemakaian Variasi bahasa ini berkenaan dengan penggunaanya, pemakainnya, atau fungsinya disebut fungsiolek (dalam Chaer, 2004: 68), ragam, atau register. Variasi bahasa ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan apa atau dalam bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan segi pemakaian menyangkut bahsa itu digunakan untuk keperluan atau bidang tertentu seperti, sastra, jurnalistik, militer, pertanian, dan lain sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tampak cirinya adalah dalam hal kosakata yang digunakan oleh setiap manusia dalam pengucapakan kosakata. c. Variasi dari Segi Keformalan Berdasarkan tingkat keformalannya, (dalam Chaer, 2004: 70) menjelaskan bahwa variasi bahasa atas lima macam gaya. Lima macam gaya tersebut yaitu

11 21 (Inggris), yaitu gaya atau ragam baku (frozen) gaya atau ragam bahasa yang paling formal yang digunakan pada siatuasi hikmat. Gaya atau ragam resmi (formal) gaya atau ragam bahasa yang biasa digunakan pada pidato kenegaraan, rapat dinas, surat menyurat, dan lain sebagainya. Gaya atau ragam usaha (konsultatif) variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Gaya atau ragam santai (casual) ragam bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi, dan gaya atau ragam akrab (intimate) merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab atau dalam lingkungan keluarga. d. Variasi dari Segi Sarana Variasi bahasa pertama yang kita lihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis, atau juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana, atau alat tertentu, yakni misalnya dalam bertelpon dan bertelegraf. Adanya ragam bahasa lisan dan ragam dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama. Adanya ketidaksamaan wujud struktur ini adalah karena dalam berbahasa lisan atau dalam menyampaikan informasi secara lisan, kita dibantu oleh unsur-unsur nonsegmental atau unsur nonlinguistik yang berupa nada suara, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan sejumlah gejala-gejala fisik lainnya. (Chaer, 2004, 61-70). C. Bahasa Sunda Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu Polinesia dalam rumpun bahasa Autronesia. Bahasa dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan

12 22 merupakan bahasa ibu dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, serta wilayah barat Jawa Tengah mulai dari kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan kali Serayu (Sungai Ciserayu) di Kabupaten Cilacap, di bagian kawasan Jakarat, serta di seluruh provinsi di Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda. Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa, dalam bahasa Sunda mengenal kata dialek, dialek atau yang dikenal dalam bahasa Sunda adalah basa wewengkon merupakan bahasa Sunda yang mempunyai ragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda Jawa Tengahan yang mulai tercampur Bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya mebedakan enam dialek yang berbeda-beda. Dialek-dialek ini adalah: 1. Dialek Barat (Bahasa Banten) Dialek Barat dituturkan didaerah Banten dan Lampung. 2. Dialek Utara Dialek utara mencakup daerah Sunda utara termasuk Kota Bogor dan sebagian daerah Pantura. 3. Dialek Selatan (Priangan) Dialek Selatan adalah dialek Piangan yang mencakup Kota Bandung dan Sekitarnya. 4. Dialek Tengah Timur Dialek tengah timur adalah dialek yang berada di sekitar Kabupaten Indramayu.

13 23 5. Dialek Timur Laut (termasuk Bahasa Sunda Cirebon) Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, juga sebagian Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal di Jawa Tengah. 6. Dialek Tenggara Dialek tenggara adalah dialek sekitar Kabupaten Ciamis juga Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah. Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Bahasa Sunda terutama ditertuturkan di sebuah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Bahasa Sunda juga dituturkan dibagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap, dikarenakan wilayah ini dahulunya berada dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan menggunakan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturnya sampai disekitar Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama Dieng yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda kuna). Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, Penutur bahasa ini telah menyebar sampai kelaut pulau Jawa. Misalkan di lampung, Sumatra, Selatan,

14 24 Jambi, Riau, Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara dimana penduduk etnis Sunda dengan Jumlah signifikan menetap di daerah luar Pasundan tersebut (dalam, Wikipedia 2016). D. Dialektologi 1. Pengertian Dialektologi Dialektologi berasal dari paduan kata dialek yang berarti variasi bahasa dan logi berarti ilmu. Berdasarkan etimologi, dialektologi adalah ilmu yang mempelajari dialek atau ilmu yang mempelajari variasi bahasa. Dialektologi, yang didefinisikan sebagai ilmu tentang dialek, pada dasarnya merupakan cabang dari lingustik yang lahir sebagai reaksi terhadap hukum perubahan bunyi tanpa kecuali, yang dikemukakan kaum Neogrammarian. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam berbagai literatur pembicaraan tentang dialektologi merupakan salah satu bagian dari pembicara dalam linguistik komperatif (Mahsun 1995: vii). Meillet (dalam Zulaeha, 2010: 3) menyatakan bahwa ciri utama dialek adalah perbedaan atau karangan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan. Selain ciri khusus yang dikemukakan Meillet, ada dua ciri umum yang dimiliki dialek, yaitu (1) dialek merupakan seperangkat bentuk ujaran lokal (setempat) yang berbeda-beda yang memiliki ciri-ciri umum dan masing-masing lebih saling mirip dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama. Dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Pada perkembangannya tersebut, kemudian salah satu dialek yang kedudukannya sederajat itu sedikit demi sedikit bisa diterima

15 25 sebagai bahasa baku oleh seluruh daerah karena masyarakat bisa menerima dan menggunakan bahasa tersebut dengan masyarakat lainnya. 2. Dialektologi dan Geografi Sebagai disiplin ilmu yang mengkaji perbedaan unsur-sunsur kebahasaan yang berkaitan dengan faktor geografis, yang salah satu aspek kajiannya adalah pemetaan perbedaan-perbedaan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di antara daerah-daerah pengamatan dalam penelitian. Dialektologi dalam kajiannya membutuhkan pengetahuan yang berkaitan dengan letak geografi. Dalam hal ini berkaitan dengan pemetaan, fungsi dari pemetaan tersebut adalah sebagai upaya untuk memvisualisasikan letak geografis yang menjadi tempat digunakan suatu bentuk bahasa tertentu. Namun, dengan penyebutan bahwa suatu bentuk bahasa tertentu digunakan pada daerah pengamatan tertentu yang berbeda dengan daerah pengamatan yang lainnya, padahal untuk menyatakan makna yang sama jelas-jelas mengacu kepada dimensi geografi. Oleh karena itu, disinilah letak hubungan atau keterkaitan yang erat antara kajian dialektologi dengan ilmu geografi. (Mahsun, 1995:20). E. Dialek 1. Pengertian Dialek Dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berpandangan dengan logat. Kata dialektos ini mula-mula digunakan untuk menyatakan sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarkat yang berbeda dari mayarakat lainnya yang

16 26 bertetangga tetapi menggunakan sistem yang erat hubungannya. Sementara itu, Keraf (dalam Zulaeha 2010:1) menyatakan dengan menggunakan istilah geografi dialek adalah suatu cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi-variasi bahasa berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon, dan semantik. Dialek suatu daerah bisa diketahui berdasarkan tata bunyinya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda. 2. Pembeda Dialek Perbedaan dialek dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor yang menunjang berbedanya dialek disuatu tempat ialah faktor geografis dan faktor sosial. (Zulaeha, 27:2010) menjelaskan bahwa perbedaan dialek dapat dipenggaruhi oleh faktor geografi, dengan adanya dialek geografi yang merupakan cabang linguistik yang bertujuan mengkaji semua gejala kebahasaan secara cermat yang disajikan berdasarkan peta bahasa yang ada, dan variasi pemakaian bahasa yang ditentukan oleh perbedaan wilayah pemakaian. Faktor sosial, faktor sosial juga bisa disebut sebagai dialek sosial, yang diamksud sebagai dialek sosial adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya. Kelompok itu terdiri atas pekerjaan, usia, kegiatan, jenis kelamin, pendidikan, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, dialek sosial dalam kajian dialektologi mengacu pada dialek yang dituturkan oleh penutur di daerah tertentu dengan variabel sosial yang lain meskipun mereka berada dan berasal di daerah yang sama (Zulaeha, 29: 2010).

17 27 Nadra dan Reniwati (2009: 23) menjalskan bahwa pada tingkat dialek, perbedaan atau variasi tersebut dapat dibedakan menjadi lima unsur. Kelima unsur perbedaan itu ialah unsur perbedaan fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantis. Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil dua unsur pembeda dialek yaitu unsur fonologis dan semantis. Setiap ragam bahasa dipergunakan di satu daerah tertentu, dan lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan yang berbeda-beda pula, seperti dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti. dalam, (Ayatrohaedi, 1979: 3-5). Perbedaan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan fonetik dan perbedaan semantis. a. Perbedaan fonologis, perbedaan fonologi biasanya si pemakai dialek atau bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut. b. Perbedaan semantis, yaitu dengan terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologis atau geseran bentuk. Dalam peristiwa tersebut, biasanya terjadi pula geseran makna kata itu. Geseran tersebut bertalian dengan dua corak, yaitu sinonim dan homonim. Dalam hal ini, sinonim atau padan kata atau sama makna adalah pemberian nama (penanda) yang berbeda utuk suatu objek (petanda) yang sama dibeberapa tempat yang berbeda. Geseran yang dikenal dengan homonim yaitu pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Pada penelitian perbandingan dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Karangpucung dengan Kecamatan Wanareja, peneliti mengambil dua perbandingan dialek bahasa Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Dua perbandingan tersebut yang nantinya akan menjadi dasar perbandingan yang akan diteliti, perbedaan tersebut meliputi fonologis dan semantis.

18 28 Perbedaan fonologis merupakan perbedaan dalam lafal. Perbedaan lafal dapat disebbkan karena terjadinya gejala bahasa. Gejala bahasa meliputi penambahan fonem, penghilangan fonem, kontraksi, metatesis, dan adaptasi. a. Penambahan fonem adalah gejala bahasa yang berupa bertambahnya satu atau lebih fonem dalam suatu kata. Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu protesis, epentesis, dan paragog. Protesis adalah penambahan fonem di depan kata, contoh: ayuh menjadi hayuh ayuh) gah menjadi egah tidak mau). Epentesis adalah penambahan fonem di tengah kata, contoh: motor menjadi montor sepeda motor). Paragog adalah penambahan fonem di akhir kata, contoh: roko menjadi rokok rokok) nya menjadi nyah ia). b. Penghilangan atau penanggalan fonem merupakan gejala bahasa yang berupa hilangnya satu atau lebih dibedakan menjadi tiga macam, yaitu afaresis, sinkop, dan apokop. Afaresis adalah penghilangan fonem atau penanggalan fonem di awal kata, contoh: hasep menjadi asep asap). Sinkop adalah penghilangan fonem atau penanggalan fonem ditengah kata, contoh: getah menjadi gtah getah). Apokop adalah penghilangan fonem atau penanggalan fonem di akhir kata, contoh: ituh menjadi itu itu). Kontraksi merupakan gejala bahasa yang memeprlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang dihilangkan. Kadang-kadang ada perubahan atau penggantian fonem, contoh: masih aya menjadi aya keneh masih ada). c. Metatesis merupakan gejala bahasa yang memeperlihatkan pertukaran tempat satu atau beberapa fonem, contoh: hujan age menjadi ageng hujana (deras hujan)

19 29 Perbedaan Semantis adalah ilmu yang membicarakan makna atau arti sebuah bahasa, dalam semantis juga membahas tentang kaosakata-kosakata baru berdasarkan perubahan fonologis atau geseran bentuk dan bentuk kata yang berbeda. Perbedaan semantis tersebut masih memiliki pertalian antara makna yang digunakan di daerah pengamatan tertentu dengan makna yang digunakan pada daerah pengamatan yang lainnya. Perbedaan itu terjadi karena pemberian konsep lebih dari satu pada linambang (signifie) yang sama (Ayatrohaedi 1979). Perbedaan semantik mengarah pada relasi makna yang berjenis homonim, Zulaeha, 2010: 41-47). Bidang semantis yang berkonsentrasi pada persoalan makna kata pun tidak jarang memanfaatkan hasil telaah fonologi. Kapan sebuah kata bisa divariasikan ucapannya, dan kapan tidak. Mengapa kata tahu dan teras kalau diucapkan secara bervariasi [tahu], [tau], [teras], dan [t ras] akan bermakna lain, sedangkan kata duduk dan bidik ketika diucapkan secara bervariasi [dudu?], dudu?], [bidi?], [bidi?] tidak membedakan makna? Hasil analisis fonologis lah yang dapat membantunya, Masnur, 2009:3). Perubahan dan penambahan kata-kata baru terjadi karena adanya perubahan fonologis, geseran tersebut berkaitan dengan dua aspek, yaitu sinonim dan homonim. Sinonim atau padan kata atau sama makna adalah pemberian nama (penanda) yang berbeda untuk suatu objek (petanda) yang sama di beberapa tempat yang berbeda. Geseran yang dikenal dengan homonim yaitu pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda. Dalam penelitian ini perbedaan semantis dapat digunakan untuk membandingan kosakata baru dan perubahan kosakata baru yang terdapat dalam dua kecamatan yang diteliti, yaitu Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung.

20 30 F. Dialek Sunda di Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap adalah kabupaten yang mempunyai dua bahasa, kedua bahasa itu dipakai oleh masyarakat Kabupaten Cilacap dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Jawa dan bahas Sunda adalah dua bahasa yang dipakai masyarakat untuk berinteraski sehari-hari dengan masyarakat lainnya, kedua bahasa tersebut terbagi dalam beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap, Bahasa Jawa tersebar di kecamatan-kecamatan dibagian utara, tengah dan selatan, khususnya kecamatankecamatan dibagian barat di dominasi oleh bahasa Sunda. Dapat kita lihat bahwa daerah-daerah bagian barat seperti Kecamatan Karangpucung, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Majenang, Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Dayeuhluhur, hampir seluruh masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda, tetapi dari setiap daerah-daerah yang masyarakatnya berbahasa Sunda tidak semua bahasa Sunda yang digunakan sama karena faktor geografis yang berbeda. Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Kabupaten Cilacap bagian barat memiliki perbedaan yang sangat mencolok dari setiap daerahnya, itu bisa terlihat dari kecamatan yang paling barat adalah Kecamatan Dayeuhluhur dan Kecamatan Wanareja, kedua kecamatan tersebut menggunakan bahasa Sunda yang lebih halus dari pada kecamatan-kecamatan lainnya, itu dikarenakan letak geografis yang dekat dengan perbatasan Jawa Barat, sudah pasti bahasa Sunda yang digunakan oleh kedua kecamatan tersebut berbeda dengan Kecamatan Majenang, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Karangpucung yang sebagian masyarakatnya berbahasa Jawa.

21 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif, karena penelitian ini akan membahas mengenai perbandingan dua dialek bahasa Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Metode deskriptif dalam penelitian ini ialah, peneliti mendeksripsikan atau menjabarkan secara rinci fenomena yang terjadi di tempat penelitian dan menggali data dengan tekhnik wawancara kepada informan dengan sumber koskata yang sudah disiapkan peneliti untuk diajukan kepada informan agara mampu mengahsilkan data yang relevan atau data yang akurat. Setelah data terkumpul peneliti membandingkan dan menganalisis data dari dua tempat yang menjadi tempat penelitian dan dideskripsikan sesuai kaidah yang berlaku dalam penelitian dialektologi. Metode komparatif yang dimaksud peneliti ialah, peneliti mencari tahu sebab akibat terjadinya perbedaan dilaek Sunda yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Peneliti menggunakan tekhnik wawancara kepada informan yang ada di tempat penlitian. Setelah memperoleh data, peneliti langsung menganalisis faktor penyebab terjadinya atau munculnya fenomena perbedaan dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Dialek Sunda Kecamatan Wanareja. Bidang studi Komparatif dapat mencakup kehidupan masyarakat asli daerah tersebut atau masyarakat pendatang dari daerah lain dengan mencari tahu dan membandingkan kosakata baru, 31

22 32 makna dan artinya. Peneliti membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan penemuan perbedaan kosakata yang diperoleh dari setiap tempat penelitian. B. Data dan Sumber Data 1. Data Data penelitian ini diperoleh melalui daftar pertanyaan yang berupa kosakata dasar yang ditanyakan kepada informan. Daftar tanya pada penelitian ini terbagi kedalam beberapa bagian diantaranya: (a) bagian tubuh manusia, (b) kata ganti, (c) sisitem kekerabatan, (d) rumah dan bagian-bagiannya, (e) waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah, (f) pakaian dan perhiasan, (g) jabatan, pemerintahan desa dan pekerjaan, (h) binatang dan hewan, (i) tumbuh-tumbuhan, bagian buah, dan hasil olahannya, (j) aktivitas, (k) penyakit, (l) bilangan dan ukuran, (m) adat istiadat. (Zulaeha, 2010). Daftar tanya diatas merupakan daftar tanya yang akan digunakan peneliti untuk mengambil data dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini yaitu informan dari Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Sumber data yang diperoleh dari informan berupa tuturan yang ditanyakan kepada informan secara langsung yang berjumlah 6 orang. Tiga orang dari Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan tiga orang dari Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data yang diambil dari informan dalam penelitian ini berupa: (a) nama, (b) jenis kelamin, (c) tempat dan tanggal lahir, (d) umur, (e) pendidikan terakhir, (f)

23 33 pekerjaan, (g) tinggal di tempat ini sejak, (h) orang tua berasal dari, (i) bahasa pertama/ bahasa ibu, (j) bahasa yang dikuasai, (k) daerah/ tempat yang pernah dikunjungi, (l) keperluan berkunjung, (m) kedudukan dalam masyarakat, (n) acara TV favorit, dan (o) siaran radio favorit. C. Tahap Penelitian Pada tahap penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang perbedaan fonologis dan semantis dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan dan menganalisis satu persatu kosakata yang sudah didapat dari informan dengan berdasarkan perbedaan secara fonologis dan semantis. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Setelah semua tahap dilakukan barulah masuk tahap kesimpulan dan saran. Peneliti menjabakan keseluruhan hasil dari penelitian yang sudahdilakukan dan dianalisis, sel;anjutnya peneliti memberi saran kepada pembaca dan penulis mengenai kajian dialektologi. 1. Tahap Penyediaan Data Tahap penyediaan data merupakan kegiatan mendata yang benar dan terjamin keasliannya. Data yang diperoleh tentunya sudah diproses dengan teknik yang benar. Pada tahap penyediaan data ini, peneliti menggunakan metode cakap (wawancara) yaitu percakapan antara peneliti dengan informan yang ada di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Pada metode cakap ini, teknik dasar yang digunakan yaitu teknik dasar dan lanjutan. Pada teknik

24 34 ini, peneliti melakukan kegiatan wawancara langsung dengan informan disertai dengan teknik pencatatan (teknik catat dan teknik rekam) hal-hal yang penting dalam data. a. Teknik Dasar Menurut Sudaryanto (dalam Zulaeha, 2010), teknik dasar metode simak adalah teknik pancing. Pada dasaranya peneliti memang memancing terlebih dahulu data yang akan keluar dari alat ucap informan. Dengan sikap dan prilaku informan yang berbeda-beda, peneliti berusaha agar informan mau memberikan data yang diharapkan peneliti. Salah satu alat yang digunakan untuk memancing informan adalah daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, telah disiapkan oleh peneliti. Informan ditanya sesuai dengan daftar pertanyaan tersebut. Pemanfaatan teknik pancing ini diperlukan apa bila informan kaku dalam mengeluarkan data, dalam situasi seperti ini penggunaan teknik pancing mampu memperlancar informan dalam memberikan data yang dibutuhkan sesuai daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. b. Teknik Lanjutan 1) Teknik Lanjut Cakap Semuka Teknik ini merupakan teknik lanjutan dalam menggali data dari informan, teknik lanjut cakap semuka merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara informan bertatap muka langsung dengan peneliti dan peneliti bertanya langsung kepada informan. Bahan atau daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dijawab langsung oleh informan. Dengan teknik ini, peneliti dapat memperhatikan

25 35 cara pelafalan jawaban informan dengan baik dan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan data sangatkecil. 2) Teknik Lanjut Catat Teknik ini digunaka dalam penelitian dialektologi, peneliti mencermati setiap jawaban yang dituturkan oleh informan. Peneliti tidak hanya mencermati dan mendengar setiap jawaban yang dituturkan oleh informan, tatapi peneliti juga mencatat setiap jawan dari koskata yang peneliti tanyakan kepada informan. Teknik ini merupakan teknik yang sangat penting karena hasil pencatatan jawaban dari informan merupakan data mentah yang akan dibawa ke tahap penelitian berikutnya yaitu tahap analisis data. Tempat catatan atau penulisan data tersebut berada disebelah pertanyaan. Jadi, pada lembar daftar pertanyaan ada ruang yang dikosongkan, tuang tersebut disediakan sebagai tempat mencatat jawaban yang dituturkan oleh informan. Jawaban dari informan ditulis atau dicatat oleh peneliti dengan menggunakan lambang fonetis (bukan huruf), dengan demikian transkripsi data bersifat fonetis bukan ortografis. 3) Teknik Lanjut Rekam Teknik ini merupakan teknik lanjut, dengan menggunakan media rekam, peneliti data memperhatikan cara pelafalan jawaban informan dengan baik. Media rekam itu dihidupkan selama wawancara berlangsung. Rekaman itu dapat diputar kembali apabila muncul keraguan ketika mendeskripsikan dan menganalisis data. Peneliti perasumsi bahwa dengan teknik lanjutan rekam akan lebih meyakinkan peneliti terhadap jawaban dari setiap informan dan akan mengurangi terjadinya data

26 36 yang salah atau data yang tertukar. Dapat disimpulkan bahwa teknik lanjut rekam akan lebih membantu dalam tahap analisis data yang harus dilakukan oleh peneliti. 2. Tahap Analisis Data Tahap analisis data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti untuk langsung melakukan analisis hasil penelitian yang sudah dilakukan, analisis data adalah suatu cara mengolah data yang telah terkumpul agar dapat diuraikan. Dalam tahap ini peneliti menggunakan metode padan dan agih. Metode padan merupakan metode yang menggunakan alat bantu referen dan organ wicara (Sudaryanto, 1993: 13-14). Teknik dasar yang diterapkan dalam metode padan yaitu menggunakan teknik Pilih Unsur Penentu (PUP). teknik lanjutan dari teknik pilih unsur penentu, peneliti menggunakan Teknik Hubung Membandingkan (HBB). Metode padan dengan teknik dasar PUP dan teknik lanjutan HBB digunakan untuk mengklasifikasikan data kosakata dasar dan pelafalan dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja yang mempunyai perbedaan dari setiap bagian-bagian daftar tanya. Metode agih, metode agih merupakan metode yang alat penentunya jusru bagian-bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik dasar yang digunakan dalam metode agih yaitu Teknik Bagi Unsur Langsung (BUL), dalam teknik ini peneliti menggunakan teknik berubah wujud, teknik ganti, teknik ulang, dan teknik perluas. Uraian di atas merupakan gambaran dalam langkah-langkah dalam menganalisi data, langkah-langkah dalam menganalisi data adalah sebagi berikut.

27 37 a. Mengklasifikasi data kosakata dasar menurut bagian-bagiannya: (1) bagian tubuh manusia, (2) kata ganti, (3) sisitem kekerabatan, (4) rumah dan bagianbagiannya, (5) waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah, (6) pakaian dan perhiasan, (7) jabatan, pemerintahan desa dan pekerjaan, (8) (binatang dan hewan, (9) tumbuh-tumbuhan, bagian buah, dan hasil olahannya, (10) aktivitas, (11) penyakit, (12) bilangan dan ukuran, (13) adat istiadat. b. Transkripsi dan terjemahan. Pada langkah ini peneliti melakukan pentarnskripsian data dari kosakata dasar yang berebda dan di transkripsikan secara fonetis agar tuturan sesuai dengan ucapan yang diucapkan oleh informan. Setelah itu peneliti menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. c. Tabulasi, tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam pengamatan. 3. Tahap Penyajian Hasil Analisi Data Tahap penyajian hasil analisis data merupakan tahap akhir setelah menganalisi data hasil penelitian atau data yang telah diperoleh. Hasil analisis merupakan bagianbagian yang digunakan untuk menggabungkan runtutan penelitian yang ada. Setelah pengumpulan data selesai, penyajian hasil analisis di dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal dan formal. Penyajian informal adalah penyajian analisis dengan menggunakan kata-kata atau dengan menggunakan kalimat dengan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Kaidah itu berupa prinsip-prinsip kesinambungan wacana yang terdapat dalam wacana berita. Penyajian formal adalah perumusan dengan tanda.

28 38 D. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Karangpucung karena masyarakat bahasa Sunda dan Jawa hidup berdampingan. Sedangkan penelitian dilakukan di Kecamatan Wanareja merupakan pengguna bahasa Sunda yang paling barat (mendekati dengan perbatasan Provinsi Jawa Barat). Desa yang menjadi tempat penelitian di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. 2. Waktu Penelitian Data penelitian ini berupa tuturan kosakata dasar dialek Sunda. Pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti berjalan selama satu bulan, yaitu selama bulan maret 2016 di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.

29 39 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perbedaan Kosakata Dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja Dialek Sunda yang digunakan di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja adalah dialek Sunda bagian barat. Penggunaan dialek Sunda di dua kecamatan tersebut hampir sama tetapi dalam kosakata masih banyak sekali yang berbeda dari dua kecamatan tersebut. Perbedaan kosakata dari dua kecamatan yang menjadi tempat penelitian yaitu Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung mencapai ± 234 kosa kata yang berbeda. Perbedaan-perbedaan kosakata tersebut dianalisi berdasarkan perbedaan fonologis dan perbedaan semantis. 1. Perbedaan Fonologis Perbedaan fonologis pada suatu dialek juga dapat terjadi pada vokal maupun konsosnan, perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya gejala bahasa yang ada. Perbandingan kosakata di Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja telah mengalami gejala fonologis. Gejala fonologis yang terjadi di Kecamatan Karangpucung, meliputi penambahan fonem dan penghilangan fonem. Penamabahan fonem meliputi protesis, epentesis dan paragog. Penghilangan fonem meliputi afaresis, sinkop dan apokop. a. Penambahan Fonem Penambahan fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam. Ketiga macam 39

30 40 penambahan fonem tersebut adalah sebagai berikut: (1) penambahan fonem di depan kata (protesis), (2) penambahan fonem di tengah kata (epentesis), dan (3) penambahan fonem diakhir kata (paragog). Data di bawah merupakan data yang mengalami gejala bahasa penambahan fonem di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. 1) Protesis Berikut ini adalah data Protesis yang telah di analisis terdapat pada dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data Protesis yang disertai dengan penambahan fonem di awal kata, ada pada: Kata [cinggir] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [c dan i]. Kata dasar dari kata [cicinggir] adalah [cinggir], setelah mengalami proses protesis kata [cicinggir] menjadi [cinggir] dalam (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [cinggir] menjadi [cicinggir] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, kata tersebut dapat dilihat pada data (28). Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan. Kata [sikut] terdapat pada data (59) dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [s dan i]. Kata dasar dari kata [sikut] adalah [siku], setelah mengalami proses protesis kata [siku] menjadi [sisikut] dalam (dialek Wanareja).

31 41 Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [sikut] menjadi [sisikut] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan. Data (132) kata [as p] dalam dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [h]. Kata dasar dari kata [asep] adalah [hasep], setelah mengalami proses protesis kata [asep] menjadi [hasep] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [asep] menjadi [hasep] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan. Kosakata [asep] dan [hasep] terdapat pada data (132). Kata [bera ] yang terdapat dalam data (200) dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebeut terdapat pada fonem [t dan i]. Kata dasar dari kata [berang] adalah [tiberang], setelah mengalami proses protesis kata [berang] menjadi [tiberang] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [berang] menjadi [tiberang] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

32 42 Data (219) kosakata [lurah] dalam (dialek Karangpucung) mengalami peroses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [k,a,p, dan a]. Kata dasar dari kata [lurah] adalah [kapalurah] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [lurah] menjadi [kapalurah] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Dalam kata [ngompol] yang terdapat pada data (305) merupakan (dialek Karangpucung) mengalami proses protesis atau penambahan fonem di awal kata. Penamabahan fonem tersebut terdapat pada fonem [n dan g]. Kata dasar dari kata [ngompol] adalah [ompol] (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses protesis yang terjadi pada kosakata [ompol] menjadi [ngompol] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.1 Data Protesis yang disertai penambahan fonem diawal kata No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 28 Kelingking Cinggir cicinggir cici gir cinggir ci gir 59 Siku Siku sikut sikut sisikut sisikut 132 Asap Hasep asep as p hasep has p 200 Siang Berang berang bera tiberang tibera 219 Kepala Lurah lurah lurah kapalurah kapalurah desa 305 Kencing ngompol ngompol ompol ompol ompol

33 43 2) Epentesis Berikut ini adalah data Epentesis yang telah dianalisis terdapat di dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, Data Epentesis dan disertai dengan penambahan fonem di tengah kata, ada pada: Data epentesis yang terdapat pada data (165) kosakata [bledeg] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses epentesis atau penambahan fonem di tengah kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [e]. Kata dasar dari kata [bleged] adalah [beledeg], setelah mengalami proses epentesis kata [bledeg] berubah menjadi [beledeg] dalam (dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses epentesis yang terjadi pada kosakata [bledeg] menjadi [beledeg] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan. Kata [iye] yang terdapat pada data (170) dalam (dailek Wanareja) mengalami proses epentesis atau penamabahan fonem di tengah kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [y]. Kata dasar dari kata [iye] adalah [ie], setelah mengalami proses epentesis kata [ie berubah menjadi [iye] (dalam dialek Karangpucung). Dari data tersebut dapat dilihat proses epentesis yang terjadi pada kosakata [ie] menjadi [iye] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya koskatanya yang mengalami perubahan.

34 44 Tabel 4.2 Data Epentesis yang disertai penambahan fonem di tengah kata No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 165 Guntur Beledeg bledeg bl deg Beledeg b l deg 170 Ini Ie ie Ie iye Iye 3) Paragog Berikut ini adalah data Paragog yang telah dianalisis terdapat di dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, Data Paragog hanya terdapat di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja.: Data Paragog yang terdapat pada kata (171) kosakata [itu] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses paragog atau penambahan fonem di akhir kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada kata [h]. Kata dasar dari kata [ituh] adalah [itu], setelah mengalami proses paragog fonem [itu] berubah menjadi [ituh] (dalam dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada kosakata [itu] menjadi [ituh] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (183) kosakata [lapa ] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses paragog atau penambahan fonem di akhir kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [a dan n]. Kata dasar dari [lapangan] adalah [lapang], setelah mengalami proses paragog kata [lapang] berubah menjadi [lapangan] (dalam dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada kosakata [lapang] menjadi [lapangan] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa

35 45 Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (300) kosakata [nyeseh] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses paragog atau penambahan fonem di akhir kata. Penambahan fonem tersebut terdapat pada fonem [a dan n]. Kata dasar dari kata [nyesehan] adalah [nyeseh], setelah mengalami proses paragog kata [nyeseh] berubah menjadi [nyesehan] (dalam dialek Wanareja). Dari data tersebut dapat dilihat proses paragog yang terjadi pada kosakata [nyeseh] menjadi [nyesehan] yang terjadi di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.3 Data Paragog yang disertai penambahan fonem di akhir kata No Bahasa Kosakat Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 171 Itu Itu itu itu ituh ituh 183 Lapangan Lapang lapang lapa lapangan lapa an 300 Cuci Nyeseh nyeseh nyeseh nyesehan nyesehan b. Penghilangan Fonem Penghilangan fonem yang terjadi dalam dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja meliputi: Afaresis (penghilangan fonem di awal kata), sinkop (penghilangan fonem di tengah kata) dan apokop (penghilangan fonem di akhir kata). Data Afaresis terdapat tiga data, data sinkop ada tiga data dan apokop terdapat satu data, apokop dibagi menjadi dua bagian yaitu kontraksi terdapat satu data dan matatesis terdapat satu data, Analisisnya tersebut adalah sebagai berikut:

36 46 1) Afaresis Berikut adalah data Afaresis yang terdapat di dialek Sunda di desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data afaresis terdapat pada: Kata [jajantung] yang terdapat pada data (22) dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [j dan a]. Kata dasar dari kata [jajantung] adalah [jantung], setelah mengalami proses afaresis kata [jajantung] berubah menjadi kata [jantung] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses afaresis yang terjadi pada kata [jajantung] menjadi [jantung] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Kata [tulang iga] yang terdapat pada data (58) dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [t,u,l,a,n,g]. Kata dasar dari kata [tulang iga] adalah [iga], setelah mengalami proses afaresis kata [tulang iga] berubah menjadi [iga] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses afaresis yang terjadi pada kata [tulang iga] menjadi [iga] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan.

37 47 Kata [cai mocor] yang terdapat pada data (335) dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses afaresis atau penghilangan fonem di awal kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat oada fonem [c,a,i]. Kata dasar dari kata [cai mocor] adalah [mocor] (dalam dialek Wanareja). data tersebut dapat dilihat bahwa proses afaresis yang terjadi pada kata [cai mocor] menjadi [mocor] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.4 Data Afaresis (Penghilangan fonem di awal kata) No Koskata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 22 Jantung jajantung Jajantung jajantu jantung jantung 58 Rusuk Iga tulang iga tula iga Iga iga 335 Air (mengalir) Mocor cai mocor cai mocor mocor mocor 2) Sinkop Berikut ini adalah data Sinkop yang telah di analisis terdapat di dialek Sunda di desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data Sinkop terdapat pada: Kata [getah] yang terdapat pada data (267) dalam (dialek Wanareja), mengalami proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [t]. Kata dasar dari kata [getah] menjadi [gtah] (dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop yang terjadi pada kata [getah] menjadi [gtah] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan

38 48 Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (273) kosakata [minyak klentik] dalam (dialek Wanareja), mengalami proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [k]. Kata dasar dari kata [minyak klentik] adalah [minyak lentik] (dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop yang terjadi pada kata [minyak klentik] menjadi [minyak lentik] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Kata [garelut] yang terdapat pada data (289) dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses sinkop atau penghilangan fonem di tengah kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [a dan r]. Kata dasar dari kata [garelut] adalah [gelut] (dalam dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses sinkop yang terjadi pada kata [garelut] menjadi [gelut] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.5 Data Sinkop (Penghilangan fonem di tengah kata) No Bahasa Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Data Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 267 Getah Getah gtah gtah getah getah Minyak minyak minyak minyak minyak minyak 273 kelapa lentik lentik lentik klentik klentik 289 Berkelahi Gelut garelut gar lut gelut g lut dengan tangan

39 49 3) Apokop Berikut adalah data Apokop yang telah dianalisis hanya terdapat di dialek Sunda di desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Kata [embun-embunen] yang terdapat pada ata (14) dalam (dialek Wanareja), mengalami proses apokop atau penghilangan fonem di akhir kata. Penghilangan fonem tersebut terdapat pada fonem [e dan n]. Kata dasar dari kata [embun-embunen] adalah [embun-embun] (dalam dialek Karangpucung). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses apokop yang terjadi pada kata [embun-embunen] menjadi [embunembun] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.6 Data Apokop (Penghilangan fonem di akhir kata) No Bahasa Data Indonesia 14 Embunembun Kosakata dasar embunembun Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis embunembuembuembunen embun- embun- embunembunen a) Kontraksi Berikut ini adalah data Kontraksi yang telah di analisis terdapat di dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Data Kontraksi tersebut terdapat pada: Data (18) kosakata [hati] dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada fonem [i] berubah menjadi [e]. Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [hati] menjadi [hate] yang terjadi di Desa

40 50 Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Kata [jejenggot] yang terdapat pada data (23) dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada fonem [j,e] [jejenggot] (dialek Surusunda) dan fonem [m,a] [majanggot] (dialek Majingklak). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [jejenggot] menjadi [majenggot] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (110) kosakata [gendeng] dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada fonem [g] [gendeng] (dialek Karangpucung) dan fonem [k] [kenteng] (dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [gendeng] menjadi [kenteng] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (209) kosakata [sendal] dalam (dialek Karangpucung), mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem

41 51 yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada fonem [e] berubah menjadi [a] [sandal]. Setelah mengalami proses kontraksi, kata [sendal] berubah menjadi [sandal] (dialek Wanareja. Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [sendal] menjadi [sandal] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Kata [kangkalung] yang terdapat pada data (211) dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada beberapa fonem yang dihilangkan, fonem yang mengalami penghilangan yaitu [k,a,n,g]. Setelah mengalami penghilangan fonem, kata [kangkalung] berubah menjadi [kalung] (dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [kangkalung] menjadi [kalung] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (259) pada kata [cabe berem] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada pergantian beberapa fonem di awal kata, fonem yang mengalami pergantian yaitu, [c,a,b,e] menjadi [s,a,b,r,a,n,g]. Setelah mengalami

42 52 pergantian beberapa fonem, kata [cabe berem] berubah menjadi [sabrang berem]. Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [cabe berem] menjadi [sabrang berem] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Data (268) pada kata [jerami] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses kontraksi atau proses yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang di hilangkan dan juga perubahan atau pergantian fonem. Proses kontraksi tersebut terdapat pada perubahan fonem di tengah kata, fonem yang mengalami perubahan yaitu, [e] menjadi [a]. Setelah mengalami perubahan fonem, kata [jerami] menajdi [jarami] (dialek Wanareja). Data tersebut dapat dilihat bahwa proses kontaksi yang terjadi pada kata [jerami] menjadi [jarami] yang terjadi di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. No Data Bahasa Indonesia Kosakata Dasar Tabel 4.7 Data kontraksi Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 18 Hati Hate hati hati hate hate 23 Janggut Jenggot jejenggot jeje got majenggot maje got 110 Genting Gendeng gendeng gend kenteng kent 209 Alas kaki Sandal Sendal sendal sandal sandal 211 Kalung Kalung kangkalung ka kalu kalung kalu 259 Cabai merah sabrang berem cabe berem cabe berem sabrang berem sabrang berem

43 53 b) Matatesis Data matatesis terdapat pada data (147) yaitu kata [hujana ageng] dalam (dialek Karangpucung) mengalami proses matatesis atau proses pertukaran tempat satu atau beberapa fonem. Proses matatesis tersebut terdapat pada kata [hujan ageng] dan [ageng hujana] yang mempunyai arti (deras hujan). Pada dialek Sunda Karangpucung deras hujan mempunyai arti [hujan ageng] dan pada dialek Sunda Wanareja mempunyai arti [ageng hujana], sudah bisa dibuktikan bahwa ada pertukaran tempat pada kata [hujan ageng] dan [ageng hujana]. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi proses matatesis yang terjadi pada kata [ageng hujana] menjadi [hujan ageng] di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perubahan kosakata tersebut tidak merubah arti katanya, melainkan hanya kosakatanya yang mengalami perubahan. Tabel 4.8 Data Matatesis No Data Bahasa Indonesia 147 Deras hujan Kosakata Dasar ageng hujana Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis hujan ageng hujan age ageng hujana age hujana 2. Perbedaan Semantis Perbedaan semantis dalam penelitian ini ialah perbandingan penggunaan kosakata dasar dalam penelitian yang dilakasanakan di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbendingan semantis yang dimaksud ialah, terciptanya kata-kata baru berdasarkan fonologi atau gesekan bentuk dan bentuk kata yang berbeda. Perbandingan semantis dibagi menjadi dua

44 54 gejala, yaitu gejala sinonim dan gejala homonim. Gejala sinonim yaitu menganalisis pemberian nama untuk lambang yang sama dibeberapa tempat yang berbeda. Gejala homonim menganalisis pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempa yang berbeda. Berikut adalah analisis data dari segai semantis yang ada dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. a. Sinonim (Pemberian nama yang berbeda untuk lambang yang sama di beberapa tempat yang berbeda) Sinonim adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki arti atau pengertian yang sama atau mirip. Sinomin bisa disebut juga dengan persamaan kata atau padanan kata. Data sinonim dalam penelitian ini ialah kosakata yang mengalami perbedaan pemberian nama yang berbeda untuk lambang yang sama di beberapa tempat berbeda. Data sinonim yang terdapat di tempat penelitian merupakan data yang diperoleh langsung dari tuturan informan selama peneliti melakukan penelitian. Peneliti menyimpulkan data yang termasuk data sinonim jika telah melakukan penelitian di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dengan cara membandingan kosakata di setiap tempat penelitian. Kosakata dasar dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja yang bersifat sinonim salah satunya ialah kata [gupis] menjadi [keesen]. Untuk lebih jelasnya analisis data sinonim dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

45 55 1. Sinonim Data sinonim yang terdapat di Dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja terdapat pada data: Data (5) pada kata [Bulu dada] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bulu dada] memiliki arti [bulu kiang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bulu]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan kata [kiang] pada dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [dada] menjadi [kiang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bulu dada] dan [bulu kiang] mempunyai arti yang sama. Kata [Bulu Kuduk] pada data (6) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bulu kuduk] memiliki arti [bulu kiang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bulu beheng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [kuduk] menjadi [beheng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bulu kuduk] dan [bulu beheng] mempunyai arti yang sama.

46 56 Kata [Dagu] pada kata Data (9) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dagu] memiliki arti [janggot], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gado]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [dagu] menjadi [janggot] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dagu] dan [janggot] mempunyai arti yang sama. Data (14) kata [Gigi Seri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [gigi seri] memiliki arti [gingsul], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [huntu seri]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [gigi seri] menjadi [gingsul] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gigi seri] dan [gingsul] mempunyai arti yang sama. Data (15) kata [Gigi yang tumbuhnya bertumpuk] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [gigi yang tumbuhnya bertumpuk] memiliki arti [gingsul], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [karehol]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan

47 57 bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [gingsul] menjadi [karehol] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hingsul] dan [karehol] mempunyai arti yang sama. Data (16) kata [Gigi rusak berwarna hitam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [gigi rusak berwarna hitam] memiliki arti [gupis], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [keesen]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [gupis] menjadi [keesen] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gupis] dan [keesen] mempunyai arti yang sama. Data (18) kata [Hati] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [hati] memiliki arti [hati], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hate]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem [i] menjadi fonem [e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan terdapat pada fonem [i] menjadi [e] walau fonem mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hati] dan [hate] mempunyai arti yang sama. Data (21) kata [Isi tulang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [isi tulang] memiliki arti [polo], Sedangkan dalam dialek Desa

48 58 Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sum-sum]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [polo] menjadi [su-sum] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [polo] dan [sum-sum] mempunyai arti yang sama. Data (22) kata [Jantung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jantung] memiliki arti [jajantung], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jantung]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti penghilangan dua fonem yaitu pada fonem [j,a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan ada beberapa fonem yang mengalami penghilangan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan terdapat pada fonem [j dan a] menjadi [jantung] walau mengalami perubahan beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jajantung] dan [jantung] mempunyai arti yang sama. Pada data (23) kata [Janggut] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [janggut] memiliki arti [jejenggot], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [majanggot]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah fonem [j,e] menjadi [m,a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan beberapa fonem yang mengalami perubahan. Dapat

49 59 disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa fonem, setelah mengalami perubahan beberapa fonem kata [jejenggot] menjadi [majenggot] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jejenggot] dan [majenggot] mempunyai arti yang sama. Data (26) kata [Jari Manis] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jari manis] memiliki arti [cicinggir], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jariji]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [cicinggir] menjadi [jariji] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicinggir] dan [jariji] mempunyai arti yang sama. Kata [Jari Tengah] yang terdapat pada data (27) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jari tengah] memiliki arti [ramo nu tengah], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jajangkung]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [ramo nu tengah] menjadi [jajangkungl] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat

50 60 sudah mensepakati bahwa [ramo nu tengah] dan [jajngkung] mempunyai arti yang sama. Kata [Kelingking] yang terdapat pada data (28) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kelingking] memiliki arti [cicinggir], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cinggir]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan ada beberapa fonem yang di hilangan, fonem yang mengalami penghilangan adalah fonem [c dan i] dalam dialek Sunda kecamatan Karangpucung. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan beberapa fonem, setelah mengalami penghilangan beberapa fonem kata [cicinggir] menjadi [cinggir] walau beberapa fonem mengalami penghilangan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicinggir] dan [cinggir] mempunyai arti yang sama. Data (32) pada kata [Ketiak] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ketiak] memiliki arti [kelek], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ketek]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem ditengah kata, fonem yang mengalami perubahan adalah fonem [l] menjadi [t]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan yang mengalami perubahan fonem di tengah kata, setelah mengalami perubahan fonem kata [kelek] menjadi [ketek]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem di tengah kata saja. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kelek] dan [ketek] mempunyai arti yang sama.

51 61 Kata [Mata Kaki] yang terdapat pada data (42) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mata kaki] memiliki arti [mata suku], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cecekolen]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [mata suku] menjadi [cecekolen] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mata suku] dan [cecekolen] mempunyai arti yang sama. Data (47) pada kata [Pantat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pantat] memiliki arti [bokong], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bujur]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [bokong] menjadi [bujur] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bokong] dan [bujur] mempunyai arti yang sama. Data (48) pada kata [Paru-paru] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [paru-paru] memiliki arti [paru], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [paru-paru]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

52 62 pada [paru] menjadi [paru-paru] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [paru] dan [paru-paru] mempunyai arti yang sama. Data (49) pada kata [Pelipis] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pelipis] memiliki arti [plipis], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pipis]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan fonem ditengah kata, fonem yang mengalami penghilangan adalah fonem [l]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan mengalami penghilanagn fonem di tengah kata, setelah mengalami penghilangan fonem di tengah kata, kata [plipis] menjadi [pipis]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan fonem di tengah kata saja. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [plipis] dan [pipis] mempunyai arti yang sama. Kata [Pusar] yang terdapat pada data (55) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pusar] memiliki arti [puser], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bujal]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [puser] menjadi [bujal] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [puser] dan [bujal] mempunyai arti yang sama.

53 63 Kata [Rusuk] yang terdapat pada data (59) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [rusuk] memiliki arti [tulang iga], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [iga]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [t,u,l,a,n,g]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami penghilangan beberapa fonem saja. Setelah mengalami perubahan beberapa fonem kata [tulang iga] menjadi [iga]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tulang iga] dan [iga] mempunyai arti yang sama. Data (62) pada kata [Tulang Rahang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [tulang rahang] memiliki arti [careham], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [rahang]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [careham] menjadi [rahang]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [careham] dan [rahang] mempunyai arti yang sama. Kata [Ubun-ubun] yang terdapat pada data (64) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ubun-ubun] memiliki arti [embun-embun], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [embun-embunen]. Perbedaan tersebut terdapat pada penamabahan fonem [e,n] dalam dialek sunda Kecamatan Wanareja. Perbedaan kedua kata tersebut tidak

54 64 merubah arti dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami penambahan fonem saja. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penambahan fonem saja, setelah mengalami perubahan kata [embun-embun] menjadi [embunembun]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [embun-embun] dan [embunembunen] mempunyai arti yang sama. Data (67) pada kata [Warna hitam sejak lahir] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [warna hitam sejak lahir] memiliki arti [karang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tanda]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [karang] menjadi [tanda]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [karang] dan [tanda] mempunyai arti yang sama. Data (68) pada kata [Saya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [saya] memiliki arti [urang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [abi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [urang] menjadi [abi]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [urang] dan [abi] mempunyai arti yang sama. Data (69) pada kata [Kamu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kamu] memiliki arti [maneh], Sedangkan dalam dialek Desa

55 65 Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sia]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [maneh] menjadi [sia] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [maneh] dan [sia] mempunyai arti yang sama. Kata [Kita] yang terdapat pada data (71) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kita] memiliki arti [urang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sarerea]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [urang] menjadi [sararea] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [urang] dan [sararea] mempunyai arti yang sama. Data (72) pada kata [Panggilan untuk anak laki-laki kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki kecil] memiliki arti [endo], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ceng]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

56 66 pada [endo] menjadi [ceng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [endo] dan [ceng] mempunyai arti yang sama. Data (73) pada kata [Panggilan untuk gadis kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk gadis kecil] memiliki arti [enong], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan mengalami perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan terdapat pada [o] menjadi [e]. Setelah mengalami perubahan fonem kata [enong] menjadi [neng] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [enong] dan [eneng] mempunyai arti yang sama. Data (74) pada kata [Panggilan untuk gadis remaja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pangghilan untuk gadis remaja] memiliki arti [eneng], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan fonemnya, setelah mengalami perubahan fonem kata [eneng] menjadi [neng] walau fonemnya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [eneng] dan [neng] mempunyai arti yang sama. Data (75) pada kata [Panggilan untuk laki-laki remaja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki remaja] memiliki

57 67 arti [ujang], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [aa]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [ujang] menjadi [aa] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ujang] dan [aa] mempunyai arti yang sama. Kata [Panggilan untuk laki-laki tua] yang terdapat pada data (76) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk laki-laki tua] memiliki arti [ua], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mamang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [ua] menjadi [mamang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ua] dan [mamang] mempunyai arti yang sama. Kata [Panggilan untuk perempuan tua] yang terdapat pada data (77) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [panggilan untuk perempuan tua] memiliki arti [ibu/teteh], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bibi]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

58 68 kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [ibu/teteh] menjadi [bibi] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ibu/teteh] dan [bibi] mempunyai arti yang sama. Data (80) pada kata [Adik dari suami] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [adik dari suami] memiliki arti [adi ipar], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [adi]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [ i,p,a,r]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan mengalami penghilangan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan fonem, fonem yang mengalami perubahan terdapat pada kata [adi ipar] menjadi [adi] walau mengalami penghilanagn fonem, tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [adi ipar] dan [adi] mempunyai arti yang sama. Data (83) pada kata [Anak tiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak tiri] memiliki arti [anak pulung], Sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anak tere]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [anak pulung] menjadi [anak tere] walau koskatanya mengalami perubahan

59 69 tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [anak pulung] dan [anak tere] mempunyai arti yang sama. Data (85) pada kata [Anak dari cucu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dari cucu] memiliki arti [cicit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [buyut]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [cicit] menjadi [buyut] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cicit] dan [buyut] mempunyai arti yang sama. Data (86) pada kata [Anak dari saudara kandung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dari saudara kandung] memiliki arti [alo], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ponakan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [alo] menjadi [ponakan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [alo] dan [ponakan] mempunyai arti yang sama. Kata [Anak yang tertua] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak yang tertua] memiliki arti [yayu], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaka] kata tersebut terdapat pada

60 70 data (88). Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [yayu] menjadi [kaka] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [yayu] dan [kaka] mempunyai arti yang sama. Data (89) menjelaskan kata [Anak dari saudara ayah/ ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dari sudara ayah/ibu] memiliki arti [kaka/yayu], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ponakan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kaka/yayu] menjadi [ponakan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaka/yayu] dan [ponakan] mempunyai arti yang sama. Kata [Anak yang termuda] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak yang termuda] memiliki arti [bontot], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bungsu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [bontot] menjadi [bungsu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

61 71 mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bontot] dan [bungsu] mempunyai arti yang sama. Data tersebut terdapat pada data (90). Kata [Ayah dari ayah/ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ayah dari ayah/ibu] memiliki arti [bapung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [aki]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [bapung] menjadi [aki] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bapung] dan [aki] mempunyai arti yang sama. Dapat tersebut terdapat pada data data (92). Kata [Ayah tiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ayah tiri] memiliki arti [bapa tere], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bapa]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [t,e,r,e] terdapat pada data (93). Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan hanya mengalami penghilangan beberapa fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penghilangan beberapa fonem, setelah mengalami perubahan fonem kata [bapa tere] menjadi [bapa] walaupun mengalami penghilangan beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dagu] dan [janggot] mempunyai arti yang sama.

62 72 Data (94) pada kata [Ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ibu] memiliki arti [embok], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ema]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [embok] menjadi [ema] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [embok] dan [ema] mempunyai arti yang sama. Kata [Ibu dari ayah/ibu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ibu dari ayah/ibu] memiliki arti [nini], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [eneh]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, data tersebut terdapat pada data (95). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [nini] menjadi [aneh] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nini] dan [aneh] mempunyai arti yang sama. Kata [Istri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [istri] memiliki arti [pamajikan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [awewe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya,

63 73 koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pamajikan] menjadi [awewe] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pamajikan] dan [awewe] mempunyai arti yang sama. Bisa dilihat pada data (97). Kata [Istri/suami dari saudara kandung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [istri/suami dari saudara kandung] memiliki arti [bibi], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [neng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [bibi] menjadi [neng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bibi] dan [neng] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (98). Kata [Istri/suami saudara suami/ istri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Istri/suami saudara suami/istri] memiliki arti [bibi], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [adi ipar]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut dapat dilihat pada data (99). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [bibi] menjadi [adi ipar] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bibi] dan [adi ipar] mempunyai arti yang sama.

64 74 Data (102) kata [Kaka laki-laki] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaka laki-laki] memiliki arti [kaka], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [aang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [kaka] menjadi [aang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaka] dan [aang] mempunyai arti yang sama. Data (103) Kata [Kaka perempuan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaka perempuan] memiliki arti [yayu], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cece]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [yayu] menjadi [cece] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ramo nu tengah] dan [jajngkung] mempunyai arti yang sama. Data (104) kata [Kaka laki-laki ayah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaka laki-laki ayah] memiliki arti [mamang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [uwa]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

65 75 tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [mamang] menjadi [uwa] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mamang] dan [uwa] mempunyai arti yang sama. Kata [Atap] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [atap] memiliki arti [atep], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gendeng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut dapat dilihat pada data (105). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [atep] menjadi [genteng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [atep] dan [genteng] mempunyai arti yang sama. Data (106) pada kata [Atap dari bambu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [atap dari bambu] memiliki arti [pyan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hatep]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [pyan] menjadi [hatep] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pyan] dan [hatep] mempunyai arti yang sama. Kata [Dapur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dapur] memiliki arti [pedangan/goa], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

66 76 Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dapur]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pedangan/goa] menjadi [dapur] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut dapat dilihat pada data (107). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pedangan/goa] dan [dapur] mempunyai arti yang sama. Kata [Dinding dari bambu] yang terdapat pada data (108) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dinding dari bambu] memiliki arti [pager], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bilik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pager] menjadi [bilik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pager] dan [bilik] mempunyai arti yang sama. Kata [Dinding dari kayu] yang terdapat pada data (109) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dinding dari kayu] memiliki arti [blagbag], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [papan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [blagbag] menjadi [papan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [blagbag] dan [papan] mempunyai arti yang sama.

67 77 Kata [Genting] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [genting] memiliki arti [gendeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kenteng]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah [g] menjadi [k]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkanmengalami beberapa perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa fonem, setelah mengalami perubahan fonem kata [kenteng] menjadi [genteng] walau koskatanya mengalami perubahan beberapa fonem tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kenteng] dan [genteng] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (110). Data (112) pada kata [Halaman belakang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [halaman belakang] memiliki arti [buruan tukang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ditukang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [buruan tukang] menjadi [ditukang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [buruan tukang] dan [ditukang] mempunyai arti yang sama. Data (113) pada kata [Jendela] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jendela] memiliki arti [jendela], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jndela]. Perbedaan kedua kata

68 78 tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang penghilangan satu fonem, fonem yang hilang adalah fonem [e]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [jendela] menjadi [jndela] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jendela] dan [jndela] mempunyai arti yang sama. Data (114) pada kata [Kamar tidur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kamar tidur] memiliki arti [sentong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tempat sare]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [sentong] menjadi [tempat sare] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sentong] dan [tempat sare] mempunyai arti yang sama. Data (115) pada kata [Kamar Mandi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kamar mandi] memiliki arti [kamar mandi], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cai]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kamar mandi] menjadi [cai] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kamar mandi] dan [cai] mempunyai arti yang sama.

69 79 Kata [Kandang Kambing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kandang kambing] memiliki arti [paranje embe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kandang embe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [paranje embe] menjadi [kandang embe] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [paranje embe] dan [kendang embe] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (117). Data (118) Kata [Kain penutup jendela kaca] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kain penutu jendela kaca] memiliki arti [reregan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hordeng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [reregan] menjadi [hordeng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [reregan] dan [hordeng] mempunyai arti yang sama. Data (119) pada kata [Langit-langit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [langit-langit] memiliki arti [lalamuk], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lalangit]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

70 80 yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [lalamuk] menjadi [lalangit] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lalamuk] dan [lalangit] mempunyai arti yang sama. Data (121) pada kata [Parit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [parit] memiliki arti [lebak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [solokan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [lebak] menjadi [solokan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lebak] dan [solokan] mempunyai arti yang sama. Data (123) pada kata [Ruang tamu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ruang tamu] memiliki arti [bale], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ruang tamu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [bale] menjadi [ruang tamu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bale] dan [ruang tamu] mempunyai arti yang sama.

71 81 Data (124) pada kata [Teras] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [teras] memiliki arti [emper], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [teras]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [emper] menjadi [teras] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [emper] dan [teras] mempunyai arti yang sama. Data (127) pada kata [Lantai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [lantai] memiliki arti [pelester], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kramik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [pelester] menjadi [kramik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pelester] dan [kramik] mempunyai arti yang sama. Data (132) pada kata [Asap] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [asap] memiliki arti [asep], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hasep]. Perbedaan tersebut terdapat pada penambahan fonem [h] pada dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

72 82 kosakatanya yang mengalami penambahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami penambahan satu fonem, setelah mengalami penambahan fonem kata [asep] menjadi [hasep] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [asep] dan [hasep] mempunyai arti yang sama. Data (135) pada kata [Bara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bara] memiliki arti [ruhak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [areng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [ruhak] menjadi [areng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ruhak] dan [areng] mempunyai arti yang sama. Data (137) pada kata [Batu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [batu] memiliki arti [mungkal], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [batu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [mungkal] menjadi [batu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mungkal] dan [batu] mempunyai arti yang sama.

73 83 Data (138) pada kata [Bawah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bawah] memiliki arti [teoh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [handap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [teoh] menjadi [handap] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [teoh] dan [handap] mempunyai arti yang sama. Data (140) pada kata [Besok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [besok] memiliki arti [isuk], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [enjing]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [isuk] menjadi [enjing] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [isuk] dan [enjing] mempunyai arti yang sama. Pada kata [Bukti] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bukti] memiliki arti [bukti], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyata]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kata tersebut terdapat pada data (141). Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

74 84 pada [bukti] menjadi [nyata] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bukti] dan [nyata] mempunyai arti yang sama. Data (144) pada kata [Bulan terbit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bulan terbit] memiliki arti [bulan keluar], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [erek peting]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [bulan keluar] menjadi [erek peting] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [bulan keluar] dan [erek peting] mempunyai arti yang sama. Kata [Deras] (hujan, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [deras (hujan)] memiliki arti [hujan ageng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ageng hujana]. Perbedaan tersebur dikarenakan ada pertukaran tempat beberapa fonem atau yang biasa kita kenal matatesis. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami pertukaran tempat. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami pertukaran tempat, setelah mengalami pertukaran tempat beberapa fonem kata [hujan ageng] menjadi [ageng hujana] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hujan ageng] dan [ageng hujana] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (147).

75 85 Kata [Deras] (arus sungai) dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Deras (arus sungai)] memiliki arti [tarik], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cai tarik]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah [c,a dan i]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan penghilangan beberapa fonem, setelah mengalami penghilanagan beberapa fonem kata [tarik] menjadi [cai tarik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tarik] dan [cai tarik] mempunyai arti yang sama. Terdapat pada data Data (148). Kata [Desa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Desa] memiliki arti [kampung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [desa]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kampung] menjadi [desa] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kampung] dan [desa] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut terdapat pada data (149). Kata [Di bawah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [di bawah] memiliki arti [di teoh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [di handap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

76 86 disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [di teoh] menjadi [di handap] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [di teoh] dan [di handap] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut terdapat pada data (151). Kata [DI Samping] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [di samping] memiliki arti [di gigir], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [di sisi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [di gigir] menjadi [di sisi] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [di gigir] dan [di sisi] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (152). Kata [Dua hari mendatang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua hari mendatang] memiliki arti [pageto], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua poe nu erek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [pageto] menjadi [dua poe nu erek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pageto] dan [dua poe nu erek] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (155).

77 87 Kata [Dua hari yang lalu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua hari yang lalu] memiliki arti [dua poe nu kamari], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kamari]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [dua poe nu kamari] menjadi [kamari] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dua poe nu kamari] dan [kamari] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (156). Data (157) kata [Dusun] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Dusun] memiliki arti [desa], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kadus]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [desa] menjadi [kadus] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [desa] dan [kadus] mempunyai arti yang sama. Data (158) pada kata [Embun] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [embun] memiliki arti [ibun], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [remis]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang

78 88 mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [ibun] menjadi [remis] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ibun] dan [remis] mempunyai arti yang sama. Data (159) pada kata [Empat hari mendatang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [empat hari mendatang] memiliki arti [opat poe kaharep], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [opat poe nu erek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [opat poe nu kaharep] menjadi [opat poe nu erek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat poe kaharep] dan [opat poe nu erek] mempunyai arti yang sama. Data (160) pada kata [Empat hari yang lalu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [empat hari yang lalu] memiliki arti [opat poe nu kamari], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kamari]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [opat poe nu kamari] menjadi [kamari] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat poe nu kamari] dan [kamari] mempunyai arti yang sama.

79 89 Data (161) pada kata [Fajar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [fajar] memiliki arti [mata poe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [isuk-isuk]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [mata poe] menjadi [isuk-isuk] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mata poe] dan [isuk-isuk] mempunyai arti yang sama. Data (163) pada kata Gerhana, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [gerhana] memiliki arti [gerhana], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [samagaha]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [gerhana] menjadi [samagaha] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gerhana] dan [samagaha] mempunyai arti yang sama. Data (167) kata [Hari] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [hari] memiliki arti [poe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dinten]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [poe] menjadi

80 90 [dinten] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [poe] dan [dinten] mempunyai arti yang sama. Data (170) pada kata [Ini] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ini] memiliki arti [ie], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [iye]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami penambahan fonem, fonem yang mengalami penambahan adalah fonem [y]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya dengan melalui penambahan satu fonem, setelah mengalami perubahan kata [ie] menjadi [iye] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ie] dan [iye] mempunyai arti yang sama. Data (171) pada kata [Itu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [itu] memiliki arti [ituh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [itu]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan fonem di akhir kata, fonem yang mengalami penghilangan adalah fonem [h]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya dengan melalui penghilangan satu fonem, setelah mengalami perubahan kata [ituh] menjadi [itu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ituh] dan [itu] mempunyai arti yang sama.

81 91 Data (173) pada kata [Jalan Sempit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jalan sempit] memiliki arti [gang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jalan polosok]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [gang] menjadi [jalan polosok] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gang] dan [jalan polosok] mempunyai arti yang sama. Data (174) pada kata [Jurang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jurang] memiliki arti [jurang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jungkrang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [jurang] menjadi [jungkrang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jurang] dan [jungkrang] mempunyai arti yang sama. Data (175) pada kata [Kabut] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kabut] memiliki arti [ibun], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hasep]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

82 92 pada [ibun] menjadi [hasep] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ibun] dan [hasep] mempunyai arti yang sama. Data (176) pada kata [Kanan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kanan] memiliki arti [kanan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [katuhu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [kanan] menjadi [katuhu] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kanan] dan [katuhu] mempunyai arti yang sama. Data (178) pada kata [Kilat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kilat] memiliki arti [gelap], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [singkaban]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [gelap] menjadi [singkaban] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gelap] dan [singkaban] mempunyai arti yang sama. Data (179) pada kata [Kiri] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kiri] memiliki arti [kede], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

83 93 Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kenca]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kede] menjadi [kenca] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kede] dan [kenca] mempunyai arti yang sama. Data (184) pada kata [Lereng] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [lereng] memiliki arti [gunung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gagawir]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [gunung] menjadi [gagawir] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gunung] dan [gagawir] mempunyai arti yang sama. Data (185) pada kata [Malam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [malam] memiliki arti [peting], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [wengi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [peting] menjadi [wengi] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

84 94 mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [peting] dan [wengi] mempunyai arti yang sama. Data (186) pada kata [Mata air] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mata air] memiliki arti [entuk], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [liang cai]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [entuk] menjadi [liang cai] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [entuk] dan [liang cai] mempunyai arti yang sama. Data (187) kata [Mega hitam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mega hitam] memiliki arti [kabut], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [reek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [kabut] menjadi [reek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kabut] dan [reek] mempunyai arti yang sama. Data (188) kata [Mega putih] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mega putih] memiliki arti [ampak-ampak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pepedut]. Perbedaan kedua

85 95 kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [ampak-ampak] menjadi [pepedut] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ampak-apmak] dan [pepedut] mempunyai arti yang sama. Kata [Musim hujan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [musim hujan] memiliki arti [rendeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [musim hujan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [rendeng] menjadi [musim hujan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rendeng] dan [musim hujan] mempunyai arti yang sama. Kata tersebut dapat dilihat pada data (190). Kata [Pagi sekali] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pagi sekali] memiliki arti [uput-uput], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [janari]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [uput-uput] menjadi [janari] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata

86 96 tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (193). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [uput-uput] dan [janari] mempunyai arti yang sama. Kata [Pasir] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pasir] memiliki arti [pasir], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kesik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [pasir] menjadi [kesik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (194). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pasir] dan [kesik] mempunyai arti yang sama. Kata [Pematang sawah/ladang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pematang sawah/ladang] memiliki arti [tampingan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [galengan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [tampingan] menjadi [galengan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (196). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tampingan] dan [galengan] mempunyai arti yang sama. Kata [Sebentar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [sebentar] memiliki arti [sakedeng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

87 97 Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sakedap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [sakedeng] menjadi [sakedap] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (197). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sakedeng] dan [sakedap] mempunyai arti yang sama. Kata [Senja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [senja] memiliki arti [burit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sarepna]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [burit] menjadi [sarepna] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data data (199). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [burit] dan [sarepna] mempunyai arti yang sama. Kata [Siang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [siang] memiliki arti [berang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tiberang]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang hilang adalah fonem [t.i]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

88 98 pada [berang] menjadi [tiberang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (200). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [berang] dan [tiberang] mempunyai arti yang sama. Kata [Sore] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [sore] memiliki arti [burit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sarepna]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [burit] menjadi [sarepna] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata dapat dilihat pada data (201). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [burit] dan [sarepna] mempunyai arti yang sama. Data (202) pada kata [Sungai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Sungai] memiliki arti [cai], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lebak]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [cai] menjadi [lebak] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cai] dan [lebak] mempunyai arti yang sama. Data (207) Pada kata [Utara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [utara] memiliki arti [lor], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak

89 99 Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaler]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [lor] menjadi [kaler] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lor] dan [kaler] mempunyai arti yang sama. Data (208) pada kata [Anting] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anting] memiliki arti [suweng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anting]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [suweng] menjadi [anting] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [suweng] dan [anting] mempunyai arti yang sama. Data (209) pada kata [Alas Kaki] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [alas kaki] memiliki arti [sendal], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sandal]. Perbedaan tersebut terdapat pada peruabahan fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah fonem [e] menjadi [a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [sandal] menjadi [sendal] walau koskatanya mengalami

90 100 perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sandal] dan [sendal] mempunyai arti yang sama. Data (210) pada kata [Jarik] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jarik] memiliki arti [samping], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sinjang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [samping] menjadi [sinjang] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [samping] dan [sinjang] mempunyai arti yang sama. Data (211) pada kata [Kalung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kalung] memiliki arti [kangkalung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kalung]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan beberapa fonem, fonem yang mengalami penghilangan adalah, [k,a,n,g]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kangkalung] menjadi [kalung] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kangkalung] dan [kalung] mempunyai arti yang sama. Data (213) pada kaya [Kebaya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kebaya] memiliki arti [kebaya], sedangkan dalam dialek Desa

91 101 Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kabaya]. Perbedaan tersebut terdapat pada peruabahan fonem [e] menjadi [a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kebaya] menjadi [kabaya] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kebaya] dan [kabaya] mempunyai arti yang sama. Data (214) pada kata [Kopiah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kopiah] memiliki arti [peci], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kopiah]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [peci] menjadi [kopiah] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [peci] dan [kopiah] mempunyai arti yang sama. Data (217) pada kata [Dukun Sunat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dukun sunat] memiliki arti [tukang nyunatan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [paraji]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [tukang nyunatan] menjadi [paraji] walau koskatanya

92 102 mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tukang nyunatan] dan [paraji] mempunyai arti yang sama. Data (218) pada kata [Juragan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [juragan] memiliki arti [juragan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [benghar]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [juragan] menjadi [benghar] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [juragan] dan [benghar] mempunyai arti yang sama. Pada kata [Kepala desa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kepala desa] memiliki arti [lurah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kapalurah]. Perbedaan tersebut terdapat pada penambahan beberapa fonem, fonem yang mengalmai penmabahan adalah fonem [k,a,p,a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [lurah] menjadi [kapalurah] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut, kata tersebut dapat dilihat pada data (219). Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lurah] dan [kapalurah] mempunyai arti yang sama. Data (220) pada kat [Kaur pemerintah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaur pemerintah] memiliki arti [kaur], sedangkan dalam

93 103 dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaur] dan [carik] mempunyai arti yang sama. Data (221) pada kata [Kaur kesejahteraan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaur kesejahteraan] memiliki arti [kaur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaur] dan [carik] mempunyai arti yang sama. Data (222) Pada kata [Kaur Pembangunan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kaur Pembangunan] memiliki arti [kaur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [carik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [kaur] menjadi [carik] walau koskatanya mengalami

94 104 perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kaur] dan [carik] mempunyai arti yang sama. Data (224) pada kata [Makelar kambing/sapi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [makelar kambing/sapi] memiliki arti [calo], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyalo]. Perbedaan tersebut terdapat perubahan fonem, fonem yang mengalami perubahan adalah [c] menjadi [n,y]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [calo] menjadi [nyalo] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [calo] dan [nyalo] mempunyai arti yang sama. Data (226) pada kata [Pedagang Besar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pedagang besar] memiliki arti [toko], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [warung ageng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [toko] menjadi [warung ageng] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [toko] dan [warung ageng] mempunyai arti yang sama.

95 105 Data (227) pada kata [Pedagang Kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pedagang kecil] memiliki arti [warung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [watung alit]. Perbedaan tersebut terdapat pada penambahan beberapa fonem, fonem yang mengalami penambahan adalah [a,l,i,t]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [warung] menjadi [warung alit] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [warung] dan [warung alit] mempunyai arti yang sama. Data (229) pada kata [Orang memanen padi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [orang memanen padi] memiliki arti [dibuat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [panen]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [dibuat] menjadi [panen] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dibuat] dan [panen] mempunyai arti yang sama. Data (230) pada kata [Anak anjing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak anjing] memiliki arti [anjing], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [anak anjing]. Perbedaan tersebut

96 106 terdapat pada penambahan fonem [a,n,a,k]. Perbedaan tersebut terdapat pada arti katanya. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [anjing] menjadi [anak najing] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [anjing] dan [anak najing] mempunyai arti yang sama. Data (231) pada kata [Ayam Jantan Muda] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ayam jantan muda] memiliki arti [jajanggar], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [hayam jago]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [jajanggar] menjadi [hayam jago] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jajanggar] dan [hayam jago] mempunyai arti yang sama. Data (232) pada kata [Ayam betina dewasa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ayam betina dewasa] memiliki arti [danten], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [indungna]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [danten] menjadi [indungna] walau koskatanya mengalami

97 107 perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [danten] dan [indungna] mempunyai arti yang sama. Data (234) pada kata [Itik jantan muda] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [itik jantan muda] memiliki arti [entog], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [meri]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [entog] menjadi [meri] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [entog] dan [meri] mempunyai arti yang sama. Data (235) pada kata [Itik betina muda] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [itik betina muda] memiliki arti [basur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [meri]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [basur] menjadi [meri] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [basur] dan [meri] mempunyai arti yang sama. Data (236) pada kata [Ikan laut/tambak] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ikan laut/tambak] memiliki arti [gesek], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lauk laut].

98 108 Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [gesek] menjadi [lauk laut] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gesek] dan [lauk laut] mempunyai arti yang sama. Data (237) pada kata [Ikan sungai] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ikan sungai] memiliki arti [lauk lebak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [benter]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [lauk lebak] menjadi [benter] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lauk lebak] dan [benter] mempunyai arti yang sama. Data (245) pada kata [Anak tikus] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak tikus] memiliki arti [cucurut], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [berit]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [cucurut] menjadi [berit] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak

99 109 mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cucurut] dan [berit] mempunyai arti yang sama. Data (247) pada kata [Bunglon] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bunglon] memiliki arti [londok], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bunglon]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [londok] menjadi [bunglon] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [londok] dan [bunglon] mempunyai arti yang sama. Data (250) pada kata [Anak dahan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [anak dahan] memiliki arti [pang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sirung]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [pang] menjadi [sirung] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pang] dan [srung] mempunyai arti yang sama. Data (252) pada kata [Batang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [batang] memiliki arti [tangkal], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dahan]. Perbedaan kedua kata

100 110 tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [tangkal] menjadi [dahan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tangkal] dan [dahan] mempunyai arti yang sama. Data (259) pada kata [Cabai merah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [cabai merah] memiliki arti [cabe berem], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sabrang berem]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kosakata awal yang mengalami perubah yaitu pada kata [cabe] menjadi [sabrang]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami perubahan kosakata kata [cabe berem] menjadi [sabrang berem]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cabe berem] dan [sabrang berem] mempunyai arti yang sama. Data (260) pada kata [Cabai hijau] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [cabai hijau] memiliki arti [cabe hijau], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sabrang hejo]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan, kosakata awal yang mengalami perubah yaitu pada kata [cabe] menjadi [sabrang]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami perubahan kosakata kata [cabe hijau] menjadi [sabrang hejo]. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cabe hijau] dan [sabrang hejo] mempunyai arti yang sama.

101 111 Data (261) pada kata [Cabai Kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [cabai kecil] memiliki arti [rawit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cengek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [rawit] menjadi [cengek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rawit] dan [cengek] mempunyai arti yang sama. Data (262) pada kata [Cabang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [cabang] memiliki arti [pang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dahan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [pang] menjadi [dahan] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pang] dan [dahan] mempunyai arti yang sama. Data (265) pada kata [Daun ketela] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [daun ketela] memiliki arti [daun budin], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [daun sampe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

102 112 pada [daun budin] menjadi [daun sampe] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [daun sampe] dan [daun sampe] mempunyai arti yang sama. Data (267) pada kata [Getah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [getah] memiliki arti [gtah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [getah]. Perbedaan tersebut terdapat pada penghilangan fonem di tengah kata, fonem yang mengalami penghilangan adalah [e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya dengan mengalami penghilangan fonem di tengah kata, setelah mengalami penghilangan fonem di tengah kata, kata [getah] menjadi [gtah] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [getah] dan [gtah] mempunyai arti yang sama. Data (268) pada kata [Jerami] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [jerami] memiliki arti [jerami], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [jarami]. Perbedaan tersebut terdapat perubahan fonem [e] menjadi fonem [a]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan dengan perubahan fonem di tengah kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami perubahan fonem di tengah kata, kata [jerami] menjadi [jarami] walau koskatanya

103 113 mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [jerami] dan [jarami] mempunyai arti yang sama. Data (271) pada kata [Kelapa] (buah) yang masih kecil, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kelapa (buah) yang masih kecil] memiliki arti [dawegan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [cengkir]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [maneh] menjadi [sia] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [maneh] dan [sia] mempunyai arti yang sama. Data (279) pada kata [Ubi Kayu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ubi kayu] memiliki arti [budin], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [sampe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [budin] menjadi [sampe] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [budin] dan [sampe] mempunyai arti yang sama. Data (291) pada kata [Sayuran] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [sayuran] memiliki arti [dengen], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [angen]. Dapat disimpulkan bahwa

104 114 kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada [dengen] menjadi [angen] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dengen] dan [angen] mempunyai arti yang sama. Data (282) pada kata [Buah-buahan yang diberi sambal] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [buah-buahan yang diberi sambal] memiliki arti [rujak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lotek]. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada [rujak] menjadi [lotek] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [rujak] dan [lotek] mempunyai arti yang sama. Data (283) pada kata [Bangun tidur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bangun tidur] memiliki arti [hudang pineh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gugah bobo]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [hudang pineh] menjadi [gugah bobo]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hudang pineh] dan [gugah bobo] mempunyai arti yang sama.

105 115 Data (284) pada kata [Bekerja] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bekerja] memiliki arti [gagawe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [damel]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [gagawe] menjadi [damel]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gagwe] dan [damel] mempunyai arti yang sama. Data (285) pada kata [Berbicara] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berbicara] memiliki arti [ngomong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyarios]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [nyarios] menjadi [ngomong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyarios] dan [ngomong] mempunyai arti yang sama. Data (286) pada kata [Berenang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berenang] memiliki arti [renang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngojay]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

106 116 pada kata [renang] menjadi [ngojay]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [renang] dan [ngojay] mempunyai arti yang sama. Data (287) pada kata [Berjalan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berjalan] memiliki arti [lempang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mapah]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [lempang] menjadi [mapah]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lempang] dan [mapah] mempunyai arti yang sama. Data (288) pada kata [Berjongkok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berjongkok] memiliki arti [totongkrong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nagog]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [totongkrong] menjadi [nagog]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [totongkrong] dan [nagog] mempunyai arti yang sama.

107 117 Data (289) pada kata [Berkelahi dengan tangan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berkelahi dengan tangan] memiliki arti [garelut], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gelut]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [garelut] menjadi [gelut]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [garelut] dan [gelut] mempunyai arti yang sama. Data (290) pada kata [Berkelahi dengan kata-kata] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berkelahi dengan kata-kata] memiliki arti [pagolok-golok omong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pasea]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [pagolok-golok omong] menjadi [pasea]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pagolok-golok omong] dan [pasea] mempunyai arti yang sama. Data (291) pada kata [Berkembang (pohon)] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berkembang (pohon)] memiliki arti [sirungan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

108 118 [jadi]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [sirungan] menjadi [jadi]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sirungan] dan [jadi] mempunyai arti yang sama. Data (293) pad akata [Berlari] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berlari] memiliki arti [lumpat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lulumpatan]. Perbedaan tersebut terdapat penambahan fonem diawal dan diakhir kata. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [lumpat] menjadi [lulumpatan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lumpat] dan [lulumpatan] mempunyai arti yang sama. Data (295) pada kata [Berubah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berubah] memiliki arti [robah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [beda]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

109 119 pada kata [robah] menjadi [beda]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [robah] dan [beda] mempunyai arti yang sama. Data (296) pada kata [Berobat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [berobat] memiliki arti [berobat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ditambaan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [berobat] menjadi [ditambaan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [berobat] dan [di tambaan] mempunyai arti yang sama. Data (297) pada kata [Bertanya] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bertanya] memiliki arti [nanyaken], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [narosken]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [nanyaken] menjadi [narosken]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nanyaken] dan [narosken] mempunyai arti yang sama. Data (298) pada kata [Bertemu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bertemu] memiliki arti [patimu], sedangkan dalam dialek Desa

110 120 Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [pependak]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [petimu] menjadi [pependak]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [patimu] dan [pependak] mempunyai arti yang sama. Data (300) pada kata [Cuci Pakaian] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [cuci pakaian] memiliki arti [nyeseh], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyesehan]. Perbedaan tersebut terdapat penambahan fonem diakhir kata, yaitu fonem [a,n]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penambahan fonem kata [nyeseh] menjadi [nyesehan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyeseh] dan [nyesehan] mempunyai arti yang sama. Data (301) pada kata [Datang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [datang] memiliki arti [datang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dongkap]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

111 121 pada kata [datang] menjadi [dongkap]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [datang] dan [dongkap] mempunyai arti yang sama. Data (302) pada kata [Duduk] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [duduk] memiliki arti [diuk], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [calik]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [diuk] menjadi [calik]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [diuk] dan [calik] mempunyai arti yang sama. Data (303) pada kata [Ingat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ingat] memiliki arti [inget], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [emut]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [inget] menjadi [emut]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [inget] dan [emut] mempunyai arti yang sama. Data (305) pada kata [Kencing] dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [kencing] memiliki arti [ngompol], sedangkan dalam dialek Desa

112 122 Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ompol]. Perbedaan tersebut terdapat penghilangan fonem di awal kata, yaitu fonem [n,g]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan dengan menghilangkan dua fonem di awal kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penghilangan fonem di awal kata, kata [ngompol] menjadi [ompol]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngompol] dan [ompol] mempunyai arti yang sama. Data (306) pada kata [Lari-lari Kecil] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [lari-lari kecil] memiliki arti [lelempangan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lulumpatan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [lelempangan] menjadi [lulumpatan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lelempangan] dan [lulumpatan] mempunyai arti yang sama. Data (307) pada kata [Makan] (nasi), dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [makan (nasi)] memiliki arti [madang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [emam]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya

113 123 yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [madang] menjadi [emam]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [madang] dan [emam] mempunyai arti yang sama. Data (308) pada kata [Marah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [marah] memiliki arti [amarah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngambek]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [amarah] menjadi [ngambek]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [amarah] dan [ngambek] mempunyai arti yang sama. Data (309) pada kata [Melempar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [melempar] memiliki arti [mabit], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [alung]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [mabit] menjadi [alung]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mabit] dan [alung] mempunyai arti yang sama.

114 124 Data (310) pada kata [Melihat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [melihat] memiliki arti [nyele], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ningali]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [nyele] menjadi [ningali]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyele] dan [ningali] mempunyai arti yang sama. Data (311) pada kata [Memasak nasi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memasak nasi] memiliki arti [ngejo], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyangu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [ngejo] menjadi [nyangu]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngejo] dan [nyangu] mempunyai arti yang sama. Data (312) pada kata [Memasak sayur] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memasak sayur] memiliki arti [nyelem], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngangen]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata

115 125 tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nyelem] menjadi [ngangen]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyelem] dan [ngangen] mempunyai arti yang sama. Data (314) pada kata [Membawa] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa] memiliki arti [mawa], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyandak]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [mawa] menjadi [nyandak]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mawa] dan [nyandak] mempunyai arti yang sama. Data (316) pada kata [Membawa dengan punggung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa dengan punggung] memiliki arti [digandong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dipanggul]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [digandong] menjadi [dipanggul]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [digandong] dan [dipanggul] mempunyai arti yang sama.

116 126 Data (318) pada kata [Membawa dengan tangan di depan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa dengan tangan] memiliki arti [ditampek], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bopong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ditampek] menjadi [bopong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ditampek] dan [bopong] mempunyai arti yang sama. Data (320) pada kata [Membawa di pinggang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa di pinggang] memiliki arti [diasi], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [digondong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [diais] menjadi [digondong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [diais] dan [digondong] mempunyai arti yang sama. Data (321) pada kata [Membawa di punduk] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membawa di punduk] memiliki arti [panggul], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tanggung]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan

117 127 kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [panggul] menjadi [tanggung]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [panggul] dan [tanggung] mempunyai arti yang sama. Data (322) pada kata [Membersihkan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [membersihkan] memiliki arti [ngaresikan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bebersih]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngaresikan] menjadi [bebersih]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngaresikan] dan [bebersih] mempunyai arti yang sama. Data (323) pada kata [Memberi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memberi] memiliki arti [mere], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dipasihan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [mere] menjadi [dipasihan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mere] dan [dipasihan] mempunyai arti yang sama.

118 128 Data (324) pada kata [Memberi tahu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memberi tahu] memiliki arti [mere nyaho], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dibejaan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [mere nyaho] menjadi [dibejaan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mere nyaho] dan [dibejaan] mempunyai arti yang sama. Data (327) pada kata [Memotong kayu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memotong kayu] memiliki arti [nuar], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngagorok]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nuar] menjadi [ngagorok]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nuar] dan [ngagorok] mempunyai arti yang sama. Data (328) pada kata [Memproleh hadiah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memperoleh hadiah] memiliki arti [menang hadiah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kenging]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

119 129 kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [menang hadiah] menjadi [kenging]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [menang hadiah] dan [kenging] mempunyai arti yang sama. Data (329) pada kata [Mencium bau] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mencium bau] memiliki arti [ngambean], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kaambe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngambean] menjadi [kaambe]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngambean] dan [kaambe] mempunyai arti yang sama. Data (330) pada kata [Menarik benda dengan hewan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menarik benda dengan hewan] memiliki arti [nyered], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [betot]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nyered] menjadi [betot]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyered] dan [betot] mempunyai arti yang sama.

120 130 Data (331) pada kata [Mendengar] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mendengar] memiliki arti [kakuping], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kadangu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [kakuping] menjadi [kadenge]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [kakuping] dan [kadenge] mempunyai arti yang sama. Data (333) pada kata [Memegang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memegang] memiliki arti [nyekel], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyepeng]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [nyekel] menjadi [nyepeng]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyekel] dan [nyepeng] mempunyai arti yang sama. Data (334) pada kata [Mengambil daging sekerat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengambil daging sekerat] memiliki arti [nyokot daging], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [nyandak daging]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat

121 131 disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nyokot daging] menjadi [nyandak daging]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyokot daging] dan [nyandak daging] mempunyai arti yang sama. Data (335) pada kata [Mengalir air] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengalir air] memiliki arti [cai mocor], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mocor]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [cai mocor] menjadi [mocor]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [cai mocor] dan [mocor] mempunyai arti yang sama. Data (336) pada kata [Menggali] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menggali] memiliki arti [ngeduk], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngali]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [ngeduk] menjadi [ngali]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngeduk] dan [ngali] mempunyai arti yang sama.

122 132 Data (337) pada kata [Menggaruk kepala] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menggaruk kepala] memiliki arti [gagaro hulu], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [gagaro]. Perbedaan tersebut terdapat penghilangan fonem diakhir kata, fonem yang mengalami penghilangan yaitu [h,u,l,u]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami penghilangan fonem diakhir kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penghilangan fonem di akhir kata, kata [gagro hulu] menjadi [gagaro]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gagaro hulu] dan [gagaro] mempunyai arti yang sama. Data (338) pada kata [Mengenggam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengenggam] memiliki arti [nyenggem], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngepel]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [nyanggem] menjadi [ngepel]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyanggem] dan [ngepel] mempunyai arti yang sama. Data (339) pada kata [Mongotori lantai/baju] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengotori lantai/baju] memiliki arti [ngabelokan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti

123 133 [kokotoran]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngabelokan] menjadi [kokotoran]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngabelokan] dan [kokotoran] mempunyai arti yang sama. Data (340) pada kata [Mengulangi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [mengulangi] memiliki arti [ngulang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mulai dei]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [ngulang] menjadi [mulai dei]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngulang] dan [mulai dei] mempunyai arti yang sama. Data (342) pada kata [Menjemur (baju, jagung, kayu)] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menjemur (baju,jagung, kayu)] memiliki arti [moe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [moeken]. Perbedaan tersebut terdapat penambahan fonem di akhir kata, yaitu fonem [k,e,n]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan dengan mengalami penambahan fonem di akhir kata. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, setelah mengalami penambahan fonem, kata [moe] menjadi

124 134 [moeken]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [moe] dan [moeken] mempunyai arti yang sama. Data (343) pada kata [Memeras (kelapa, susu sapi)] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [memeras (kelapa, susu sapi] memiliki arti [meret], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [diperes]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [hudang pineh] menjadi [gugah bobo]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hudang pineh] dan [gugah bobo] mempunyai arti yang sama. Data (344) pada kata [Menggosok gigi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menggosok gigi] memiliki arti [nyikat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [disikat]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [nyikat] menjadi [disikat]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [nyikat] dan [disikat] mempunyai arti yang sama.

125 135 Data (345) pada kata [Menguburkan bangkai binatang] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menguburkan bangkai binatang] memiliki arti [ngubur bangke], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [ngubur bugang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngubur bangke] menjadi [ngubur bugang]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngubur bangke] dan [ngubur bugang] mempunyai arti yang sama. Data (346) pada kata [Menguburkan jeanzah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menguburkan jenazah] memiliki arti [mendem mayid], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dikuburken]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [mendem mayid] menjadi [dikuburken]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mendem mayid] dan [dikuburken] mempunyai arti yang sama. Data (347) pada kata [Menghitung] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [Menghitung] memiliki arti [ngetung], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [milang]. Perbedaan kedua kata

126 136 tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [ngetung] menjadi [milang]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngetung] dan [milang] mempunyai arti yang sama. Data (348) pada kata [Menyuruh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [manyuruh] memiliki arti [marentah], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [miwarang]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [marentah] menjadi [miwarang]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [marentah] dan [miwarang] mempunyai arti yang sama. Data (349) pada kata [Menghidupkan api] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [menghidupkan api] memiliki arti [mirun api], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mirun sene]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan beberapa fonem, fonem yang mengalami perubahan yaitu [a,p,i] menjadi [s,e,n,e]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami beberapa fonem yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan beberapa fonem saja, setelah mengalami perubahan

127 137 fonem, kata [mirun api] menjadi [mirun sene] walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [mirun api] dan [mirun sene] mempunyai arti yang sama. Data (350) pada kata [Merumputi tanaman] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [merumputi tanaman] memiliki arti [ngaresikan tatangkalan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [babala]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [ngaresikan tatangkalan] menjadi [babala]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [ngaresikan tatangkalan] dan [babala] mempunyai arti yang sama. Data (354) pada kata [Bisu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [bisu] memiliki arti [pire], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [epe]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [pire] menjadi [epe]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pire] dan [epe] mempunyai arti yang sama.

128 138 Data (356) pada kata [Luka yang infeksi] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [luka yang infeksi] memiliki arti [doklok], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [bareh]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [doklok] menjadi [labuh]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [doklok] dan [labuh] mempunyai arti yang sama. Data (357) pada kata [Buta] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [buta] memiliki arti [lolong], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [baong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [lolong] menjadi [baong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lolong] dan [baong] mempunyai arti yang sama. Data (359) pada kata [Gondok] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [gondok] memiliki arti [gondok], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [mendol]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya

129 139 pada kata [gondok] menjadi [mendol]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [gondok] dan [mendol] mempunyai arti yang sama. Data (361) pada kata [Obat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [obat] memiliki arti [obat], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [landong]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [obat] menjadi [landong]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [obat] dan [landong] mempunyai arti yang sama. Data (362) pada kata [Panu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [hapur] memiliki arti [hapur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [panu]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [hapur] menjadi [panu]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [hapur] dan [panu] mempunyai arti yang sama.

130 140 Data (363) pada kata [Pingsan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pingsan] memiliki arti [te eling], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [semaput]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [te eling] menjadi [semaput]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [te eling] dan [sempaut] mempunyai arti yang sama. Data (364) pada kata [Pusing] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [pusing] memiliki arti [pusing], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [riet]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [pusing] menjadi [riet]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pusing] dan [riet] mempunyai arti yang sama. Data (365) pada kata [Sembuh dari sakit] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [sembuh dari sakit] memiliki arti [beteng], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [waras]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami

131 141 perubahan terdapat pada kata [beteng] menjadi [waras]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [beteng] dan [waras] mempunyai arti yang sama. Data (367) pada kata [Empat Belas] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [empat belas] memiliki arti [opat welas], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [opat belas]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan satu fonem, kata [opat belas] menjadi [opat welas]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat belas] dan [opat welas] mempunyai arti yang sama. Data (369) pada kata [Lima belas] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [lima belas] memiliki arti [lima welas], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lima belas]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan satu fonem, kata [lima belas] menjadi [lima welas]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [lima belas] dan [lima welas] mempunyai arti yang sama.

132 142 Data (373) pada kata Depan belas, dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [delapan belas] memiliki arti [dalapan welas], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [delapan belas]. Perbedaan tersebut terdapat pada perubahan fonem [w] menjadi [b]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan satu perubahan fonem. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan satu fonem saja, setelah mengalami perubahan satu fonem, kata [delapan belas] menjadi [delapan welas]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [delapan belas] dan [delapan welas] mempunyai arti yang sama. Data (374) pada kata [Duapuluh satu] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [duapuluh satu] memiliki arti [salikur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh hiji]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [salikur] menjadi [dua puluh hiji]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [salikur] dan [dua puluh hiji] mempunyai arti yang sama. Data (375) pada kata [Duapuluh dua] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [duapuluh dua] memiliki arti [dua likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh

133 143 dua]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [pusing] menjadi [riet]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [pusing] dan [riet] mempunyai arti yang sama. Data (376) pada kata [Dua puluh tiga] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [duapuluh tiga] memiliki arti [tilu likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [tilu puluh hiji]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [tilu likur] menjadi [tilu puluh hiji]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tilu likur] dan [tilu puluh hiji] mempunyai arti yang sama. Data (377) pada kata [Dua puluh empat] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh empat] memiliki arti [opat likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh opat]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [opat likur] menjadi [dua puluh opat]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut.

134 144 Masyarakat sudah mensepakati bahwa [opat likur] dan [dua puluh opat] mempunyai arti yang sama. Data (378) pada kata [Dua puluh lima] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh lima] memiliki arti [salawe], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh lima]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [salawe] menjadi [dua puluh llima]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [salawe] dan [dua puluh lima] mempunyai arti yang sama. Data (379) pada kata [Dua puluh enam] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh enam] memiliki arti [genep likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh genep]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [genep likur] menjadi [dua puluh genep]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [genep likur] dan [dua puluh genep] mempunyai arti yang sama. Data (380) pada kata [Dua puluh tujuh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh tujuh] memiliki arti [tujuh likur], sedangkan

135 145 dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh tujuh]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [tujuh likur] menjadi [dua puluh tujuh]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [tujuh likur] dan [dua puluh tujuh] mempunyai arti yang sama. Data (381) pada kata [Dua puluh delapan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh delapan] memiliki arti [dalapan likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh delapan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [dalapan likur] menjadi [dua puluh dalapan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [dalapan likur] dan [dua puluh dalapan] mempunyai arti yang sama. Data (382) pada kata [Dua puluh sembilan] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [dua puluh sembilan] memiliki arti [salapan likur], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dua puluh salapan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua

136 146 kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [salapan likur] menjadi [dua puluh salapan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [salapan likur] dan [dua puluh salapan] mempunyai arti yang sama. Data (383) pada kata [Enam puluh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [enam puluh] memiliki arti [sawidak], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [genep puluh]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya pada kata [sawidak] menjadi [genep puluh]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sawidak] dan [genep puluh] mempunyai arti yang sama. Data (385) pada kata [Satu petak besar (sawah, ladang)] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [satu petak besar (sawah, ladang)] memiliki arti [salolombang], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [lega]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [sawah, ladang] menjadi [lega]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [sawah, ladang] dan [lega] mempunyai arti yang sama.

137 147 Data (386) pada kata [Ukuran kacang tanah] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung [ukuran kacang tanah] memiliki arti [parapatan], sedangkan dalam dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [kiloan]. Perbedaan kedua kata tersebut tidak merubah arti dari kata dasarnya, melainkan kosakatanya yang mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa kedua kata tersebut hanya mengalami perubahan kosakatanya, koskata yang mengalami perubahan terdapat pada kata [parapatan] menjadi [kiloan]. Walau koskatanya mengalami perubahan tetapi tidak mengubah arti dari kata tersebut. Masyarakat sudah mensepakati bahwa [parapatan] dan [kiloan] mempunyai arti yang sama. Data di atas adalah data hasil analisis dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karanpucung dan dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dari segi perbedaan semantis yang mengalami gejala sinonim. Peneliti menemukan banyak sekali kosakata yang masuk kedalam perbedaan semantis dari segi gejala sinonim. Analisis selanjutnya adalah perbedaan semantis dari segi gejala homonim. b. Homonim (pemberian nama yang sama untuk hal yang berbeda di beberapa tempat yang berbeda) Homonim yang ditemukan dalam penelitian dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, yaitu kata [beteng, maneh, sarepna]. 1) Kata [bete ] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung mempunyai arti (perut dan sembuh dari sakit), sedangkan dalam dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai dua arti (perut). Data tersebut sudah terlihat bahwa kata [bete ] dalam dialek Desa Surusunda

138 148 Kecamatan Karangpucung mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata [bete ] mempunyai arti (perut dan sembuh dari sakit). 2) Kata [man h] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung mempunyai arti [kamu] sedangkan dalam dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [dia]. Data tersebut sudah terlihat bahwa kata [maneh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata [maneh] mempunyai arti (kamu dan dia) 3) Kata [sarepna] dalam dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung mempunyai arti [sore] sedangkan dalam dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja mempunyai arti [senja]. Data tersebut sudah terlihat bahwa kata [maneh] dalam dialek Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung mempunyai arti yang berbeda dengan dialek Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kata [maneh] mempunyai arti (sore dan senja) B. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Kosakata dan Pelafalan Dialek Sunda di Desa Surusunda, Kecamatan Karangpucung dan Di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja Faktor geografis Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dalam peta Kabupaten Cilacap dapat dilihat bahwa perbedaan penggunaan kosakata dasar dilek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan

139 149 Wanareja dan Desa Majingklak Kecamatan Karangpucung dipengaruhi oleh faktor geografis. Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung berada di Kabupaten Cilacap bagian barat dan mempunyai jarak yang jauh sekitar ± 36 km antara dua kecamatan tersebut, itu salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan penggunaan dialek Sunda di anatara dua kecamatan tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dalam peta Kabupaten Cilacap. Letak geografis dari kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja memang tidak terlalu jauh dengan kecamatan-kecamatan yang mayoritas masyarakatnya berbahasa Jawa, beberapa kecamatan yang penggunan bahasa Sunda dan bahasa Jawa nya berdampingan yang hanya dipisahkan oleh jalan utama, sungai dan batas daerah. Dengan demikian, budaya Sunda di Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung sudah pasti memiliki perbedaan karena wilayah Kecamatan Wanareja yang berdampingan langsung dengan perbatasan Jawa Barat, sudah pasti bahasa Sunda yang dipakai lebih terpengaruh oleh bahasa Sunda Jawa Barat, seperti kata [pineh] dalam dialek Sunda Kabupaten Cilacap mengalami perubahan menjadi kata [sare], kata [sare] dalam dialek Sunda Jawa Barat mempunyai arti sama yaitu [tidur], kata [sare] sering digunakan oleh masyarakat Kecamatan Wanareja karena jarak yang berdekatan antara Kecamatan Wanareja dan kota Banjar yang sudah masuk pada Provinsi Jawa Barat serta minimnya penggunaan bahasa Jawa di Kecamatan Wanareja, jika dibandingkan dengan Kecamatan Karangpucung yang sebagian masyarakatnya sudah mengenal bahasa Jawa, sudah pasti penggunaan bahasa Sundanya sudah mengalami perubahan. Perubahan penggunaan dialek Sunda yang sudah terpengaruh oleh bahasa Jawa dapat di lihat

140 150 dari pengunaan bahasa Sunda Kecamatan Karangpucung khsuusnya di Desa Surusunda yang sudah mengalami perbedaan dengan bahasa Sunda di Kecamatan Wanareja. Keadaan dialek Sunda Kecamatan Karangpucung yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Cimanggu dan Kecamatan Majenang yang hampir setengah dari dua kecamatan tersebut masyaraktnya menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehati-hari. Peneliti menemukan banyak kosakata yang sudah mengalami percampuran bahasa Sunda dan Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Percampuran kosakata tersebut dipengaruhi oleh letak geografis dan faktor sosial masyarakat kedua daerah. Faktor geografis dipengaruhi oleh berdekatannya daerah atau kecamatan yang menggunakan bahasa Jawa dan dengan faktor sosial dipengaruhi oleh masyarakat yang sering berkomunikasi masyarakat diluar daerah penelitian. Kosakata-kosakata yang sudah mengalami percampuran anatara bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. 1. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran dengan bahasa Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung Letak geografis wilayah Kecamatan Wanareja sangat jauh sekitar ± 75 km dengan kota Kabupaten Cilacap yang masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa, masyarakat Kecamatan Wanareja yang letaknya berdekatan dengan perbatasan Jawa Barat membuat masyarakat sering berinteraksi dengan orang-orang yang berada di kota Banjar Patroman dan Ciamis yang letak geografisnya sudah masuk dalam

141 151 wialayah Jawa Barat, dengan begitu masyarakat Kecamatan Wanareja tidak banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Cilacap, melainkan penggunaan kosakata dan pelafalan cenderung ke dialek Sunda Banjar Patroman dan Ciamis, seperti kata [tidur] dalam bahasa Indonesia menjadi [sare] dalam dialek Kecamatan Wanareja dan dialek sunda kota Banjar Patroman yang letak geografisnya masuk dalam wilayah Jawa Barat. Kecamatan Wanareja adalah Kecamatan yang penggunaan dialek Sundanya terbanyak kedua setelah Kecamatan Dayeuhluhur. Kecamatan Wanareja berdampingan langsung dengan Kecamatan Dayeuhluhur yang penggunaan dialek Sundanya hampir sama karena masyarakat Dayeuhluhur dan Wanareja sangat sering berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Itu semua disebabkan tempatnya berdekatan dan banyak dari masayarakat kedua kecamatan tersebut yang masih mempunyai sodara ataupun kerabat di Kecamatan Wanareja maupun Dayeuhluhur. Jadi budaya dan penggunaan dialek Sunda di Kecamatan Wanareja masih sangat kental. Jika dibandingkan dengan penggunaan dialek Sunda Kecamatan Karangpucung sudah pasti memiliki banyak perbedaan dari mulai penggunaan kosakata dan pelafalan, seperti kata [jari manis] dalam bahasa Indonesia, dalam dialek Sunda Kecamatan Wanareja [jariji] dan dalam dialek Sunda Kecamatan Karangpucung menjadi [cinggir]. Penggunaan dialek Sunda Kecamatan Wanareja lebih terpengaruh pada dialek Sunda Jawa Barat dari pada dialek Sunda Kecamatan Karangpucung, hal ini disebabkan karena campuran Sunda dari Dayeuhluhur, Banjar Patroman dan Ciamis lebih kuat dari pada campuran-campuran bahasa Jawa yang digunakan oleh

142 152 sebagian orang Kecamatan Wanareja. Penggunaan kosakata dialek Sunda Kecamatan Wanareja yang sudah mengalami campuran dari Bahasa Jawa dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. 2. Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran dengan Bahasa Jawa di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja Jadi dapat ditarik simpulan bahwa perbedaan penggunaan kosakata dasar dan pelafalan dialek Sunda Kecamatan Wanareja dan Kecamatan Karangpucung dibedakan oleh letak geografisnya, serta perbedaan kosakata dan pelafalan dibedakan oleh percampuran antara bahasa Jawa yang ada di Kabupaten Cilacap dan percampuran bahasa Sunda dari Kecamatan Dayuehluhur, Kota Banjar dan Kota Ciamis. Perbedaan-perbedaan dari dua tempat yang diteliti yaitu Kecamatan Karangpucung dan Kecamatan Wanareja mempunyai ciri pembeda masing-masing dari setiap kosakata dasarnya maupun dari pengucapanya yang sudah di bahas di atas, dengan begitu kedua Kecamatan yang diteliti memilki perbedaan dalam penggunaan dialek Sunda.

143 153 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini membahas tentang Perbedaan Dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja dengan Dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung. Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Perbedaan kosakata dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologis dan perbedaan semantis a. Perbedaan fonologis ditemukan dalam dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja. Perbedaan tersebut mengliputi penambahan fonem terdiri atas protesis, epentesis, dan paragog, dan penghilangan fonem terdiri atas afaresis, sinkop, dan apokop. b. Perbedaan semantis yang terdapat dalam data yang telah dianalisis terdapat pada dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, meliputi sinonim dan homonim. 2. Faktor yang mempengaruhi perbedaan kosakata dan pelafalan dialek Sunda di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung, dan Dialek Sunda di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, meliputi beberapa faktor a. faktor geografis (daerah penelitian berdekatan dengan Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Barat). b. faktor sejarah turun temurunnya adat istiadat Sunda dari jaman dahulu sampai sekarang. 153

144 154 c. faktor perubahannya kependudukan warga Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah (mengalami migrasi) B. Saran 1. Penelitian mengenai perbedaan dialek yang meneliti penggunaan kosakata dasar dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja, dan Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung masih harus terus di kembangkan lagi dengan permasalahan-permasalahan baru dan fenomena baru yang belum diteliti pada karya tulis ini. 2. Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai penggunaan dialek Sunda, penelitian ini bisa menjadi sebuah referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Peneliti berharap penelitian selanjutnya mencoba untuk menganalisi pembeda dialek lainya seperti morfologis, leksikal dan sintaksis agar lebih meningkatkan pengetahuan mengenai bidang dialek.

145 155 DAFTAR PUSTAKA Arikuntoro, Khaidri Fungsi dan Sikap Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Chaer, Abdul Linguistik Umum. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.. & Leonie Agustina Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Cipta. Rineka Kridalaksana, Harirmuti. Fungi Bahasa dan Sikap Bahasa. PT Gramedia. Mahsun Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Maslich, Masnur Fonologi bahasa Indonesia tinjauan deskriptif sistem bunyi bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir Metode Penelitian. Bogor: Gahalia Indonesia. Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Soegijo Morfologi Bahasa Indonesia. FPBS IKIP Semarang. Uddin, kamal Mei Kompas.com Widya. Wendi Ratna Dewi Fonologi Bahasa Indonesia. Klaten: PT Intan Pariwara. Zulaeha, Ida Dilaektologi Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wikipedia, 31 Maret April 2016.

146 156 LAMPIRAN

147 157 Lampiran 1 Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) A. Bagian Tubuh No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 1 Alis halis halis halis halis halis 2 Bahu Tak-tak tak-tak tak-tak tak-tak tak-tak 3 Betis bitis bitis bitis bitis bitis 4 Bibir biwir biwir biwir biwir biwir 5 Bulu dada Bulu bulu kiang bulu bulu bulu kiyang kiya 6 Bulu kuduk Bulu beheng bulu kiang bulu kiya bulu beheng bulu b h 8 Dada dada dada dada dada dada 9 Dagu gado janggot ja got gado gado 10 Dahi tarang tarang tara tarang tara 11 Darah Getih getih g tih getih g tih 12 Geraham careham careham car ham careham car ham 13 Gigi huntu huntu huntu huntu huntu 14 Gigi seri gingsul gingsul gi sul huntu seri huntu s ri 15 Gigi yang karehol gingsul gi sul karehol kar hol tumbuhnya bertumpuk 16 Gigi rusak keesen gupis gupis keesen k sen berwarna hitam 17 Gusi gusi gusi gusi gusi gusi 18 Hati hate hati h ti hate h t 19 Hidung Irung irung iru irung iru 20 Ibu jari Jempol jempol j mpol jempol j mpol 21 Isi tulang polo polo polo sum-sum sum-sum 22 Jantung jantung jajantung jajantu jantung jajantu 23 Janggut jenggot jejenggot j j got majanggot maja got 24 Jari ramo ramo ramo ramo ramo 25 (Jari) curuk curuk curuk curuk curuk penunjuk 26 Jari manis cinggir cinggir ci gir jariji jariji 27 Jari tengah jajangkung ramo nu ramo nu tengah te ah jajangkung jaja ku 28 Kelingking Cinggir cicinggir cici gir cinggir ci gir

148 158 Lampiran 1 (lanjutan 1) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) No Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 29 Kaki suku suku suku suku suku 30 Kepala hulu hulu hulu hulu hulu 31 Kerongko tikoro tikoro tikoro tikoro tikoro ngan 32 Ketiak kelek kelek k l k ketek k t k 33 Kuku kuku kuku kuku kuku kuku 34 Kulit kulit kulit kulit kulit kulit 35 Kumis kumis kumis kumis kumis kumis 36 Kutu kutu kutu kutu kutu kutu 37 Leher beheng beheng b h beheng b h 38 Lemak lemak lemak l mak lemak l mak 39 Lidah letah letah l tah letah l tah 40 Lutut tuur tu-ur tuur tu-ur tuur 41 Mata mata mata m t mata m t 42 Mata kaki cecekolen mata m t suku cecekolan c c kol n suku 43 Muka benget benget b t benget b t 44 Mulut sungut sungut su ut sungut su ut 45 Otak otak otak otak otak otak 46 Paha Ping-ping pingping pi -pi ping-ping pi -pi 47 Pantat Bokong bokong boko bujur bujur 48 Paru-paru Paru-paru paru paru paru-paru paru-paru 49 Pelipis plipis plipis plipis pipis pipis 50 Pelupuk mata - mata mata m t 51 Pergelang lengen lengen l n lengen l n an tangan 52 Perut beteng beteng b t beteng b t 53 Pinggang cangkeng cangken g c k cangkeng c k 54 Punggung tonggong tonggong to go tonggong to go 55 Pusar Bujal puser pus r bujal bujal 56 Payudara susu susu susu susu susu 57 Rambut buuk buuk buuk buuk buuk 58 Rusuk iga tulang tula iga iga iga iga 59 Siku sisiku siku siku sisiku sisiku

149 159 Lampiran 1 (lanjutan 2) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Kosakata (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 61 Telinga Celi celi celi celi celi 62 Tulang careham careham car ham rahang raha rahang 63 Tumit Dampal suku dampal suku dampal suku dampal suku d mp l suku 64 Ubunubun Embunembunen embunembun mbun- mbun embunembunen mbun- mbun 65 Urat urat urat urat urat urat 66 Usus pejit pejit p jit pejit p jit 67 Warna tanda karang kara tanda tanda hitam di kulit sejak lahir B. Kata ganti 68 Saya abi urang ura abi abi 69 Kamu maneh maneh man h sia sia 70 Kami urang urang urang urang ura 71 Kita sarera urang ura sarerea sar r a 72 Panggilan endo endo ndo ceng untuk anak c laki-laki kecil 73 Penggilan neng enong no neng untuk gadis n kecil 74 Panggilan Neng eneng n neng untuk gadis n remaja 75 Panggilan Aa ujang uja aa aa untuk lakilaki remaja 76 Panggilan untuk lakilaki Ua ua ua mamang mama tua 77 Panggilan untuk perempuan tua Bibi ibu/teh ibu/t h bibi bibi

150 160 Lampiran 1 (lanjutan 3) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) C. Sistem Kekerabatan No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 78 Adik adi adi adi adi adi 79 Adik dari istri Adi ipar adi ipar adi ipar adi ipar adi ipar 80 Adik dari Adi adi ipar adi ipar adi adi suami 81 Adik laki-laki mamang mamang mama mamang mama ayah/ibu 82 Anak Anak anak anak anak nak kandung 83 Anak tiri Anak tere anak pulung anak anak tere anak t r pulu 84 Anak dari incu incu incu incu incu anak 85 Anak dari buyut cicit cicit buyut buyut cucu 86 Anak dari alo alo alo ponakan ponakan saudara kandung Anak dari alo Alo alo ponakan ponakan 87 saudara ayah/ibu 88 Anak yang yayu Yayu yayu kaka kaka tertua 89 Anak dari kaka kaka/ yayu kaka/yayu ponakan ponakan saudara ayah/ibu 90 Anak yang bungsu bontot bontot bungsu bu su termuda 91 Anak lakilaki lalaki lalaki lalaki lalaki lalaki 92 Ayah dari bapung bapung bapu aki aki ayah/ibu 93 Ayah tiri Bapa tere bapa tere bapa t r bapa bapa 94 Ibu Embok embok mbok ema ma 95 Ibu dari nini nini nini eneh neh ayah/ibu 96 Ibu tiri Ibu tere ibu tere ibu t r ibu tere ibu t r 97 Istri pamajikan pamajikan pamajikan awewe aw w 98 Istri/suami dari saudara kandung Neng bibi bibi neng n

151 161 Lampiran 1 (lanjutan 4) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia 99 Istri/suami saudara suami/istri 100 Istri kakak lakilaki/perempua n ayah/ibu 101 Istri/suami dari anak 102 Kakak lakilaki 103 Kakak perempuan 104 Kakak lakilaki ayah Kosakata Dasar Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis bibi bibi bibi adi ipar adi ipar Kaka ipar bude untuk bud /ua kaka ipar kaka ipar perempuan dan ua untuk laki-laki Minantu minantu minantu minantu minantu Kaka kaka kaka aang aa Yayu yayu yayu cece c c Mamang mamang mama uwa uwa D. Rumah dan Bagian-bagiannya No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Fonemis Indonesia Dasar (Desa Surusunda) Ortografis Fonemis (Desa Majingklak) Ortografis 106 Atap dari mambu pyan pyan pyan hatep hat p dapur 107 Dapur Pedangan pedangan/ goa p da an/goa dapur 108 Dinding Pager pager pag r bilik bilik dari mambu 109 Dinding Blagbag blagbag blagbag papan papan dari kayu 110 Genting Gendeng gendeng g nd kenteng k nt 111 Halaman depan Buruan buruan buruan buruan buruan 112 Halaman Ditukang buruan buruan ditukang belakang tukang tuka dituka 113 Jendela Jendela jendela j nd la jndela jnd la 114 Kamar Sentong sentong s nto tempat sare t mpat tidur sare 115 Kamar mandi Cai kamar mandi kamar mandi cai cai 116 Kandang Kandang kandang kanda kandang ayam hayam hayam hayam kanda 117 Kandang Paranje paranje paranj kandang kanda kambing embe embe mb embe mb

152 162 Lampiran 1 (lanjutan 5) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia Kosakata Dasar Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis hordeng reregan r r gan hordeng hord 118 Kain penutup jendela kaca 119 Langit-langit lalamuk Lalamuk lalamuk lalangit lala it 120 Pagar pager pager pag r pager pag r 121 Parit lebak lebak l bak solokan solokan 122 Pelimbahan jarian jarian jarian jarian jarian 123 Ruang tamu Bale Bale bal ruang tamu rua tamu 124 Teras emper emper mp r teras t ras 125 Tiang tihang tihang tiha tihang tiha 126 Tungku hawu hawu hawu hawu hawu 127 Lantai Pelester pelester p l st r kramik kramik E. Waktu, Musim, Keadaan Alam, Benda Alam, dan Arah 128 Air Cai cai cai cai cai 129 Api Sene api api sene api 130 Arang Areng Areng ar areng ar 131 Arus Ca ah ca ah ca ah ca ah ca ah 132 Asap Hasep asep as p hasep has p 133 Atas Luhur luhur luhur luhur luhur 134 Awan Awan awan awan awan awan 135 Bara Ruhak ruhak ruhak areng ar 136 Barat Kulon kulon kulon kulon kulon 137 Batu mungkal mungkal mu kal batu batu 138 Bawah Teoh teoh teoh handap handap 139 Besi Besi besi b si besi b si 140 Besok Isuk isuk isuk enjing enji 141 Bukti Bukti bukti bukti nyata nyata 142 Bulan Bulan bulan bulan bulan bulan (dalam tahun) 143 Bulan purnama Bulan purnama bulan purnama bulan purnama bulan purnama bulan purnama 144 Bulan terbit Erek bulan bulan kaluar erek r k p ti peting kaluar peting 145 Darat Darat darat darat darat darat 146 Datar Datar datar datar datar datar 147 Deras (hujan) Ageng hujana hujan ageng hujan age ageng hujana age hujana

153 163 Lampiran 1 (lanjutan 6) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia 148 Deras (arus sungai/mata air) Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Kosakata (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis tarik tarik tarik cai tarik cai tarik 149 Desa Desa kampung kampu desa d sa 150 Di atas Di luhur di luhur di luhur di luhur di luhur 151 Di bawah Di handap di teoh di t oh di handap di handap 152 Di samping Di gigir di gigir di gigir di sisi di sisi 153 Di sana Di ditu di ditu di ditu di ditu di ditu 154 Di sini Di die di die di di di die di di 155 Dua hari mendatang pageto pageto pag to dua poe nu erek dua po nu r k 156 Dua hari kamari dua poe nu dua po kamari kamari yang lalu kamari nu kamari 157 Dusun desa desa d sa kadus kadus 158 Embun remis ibun ibun remis r mis 159 Empat hari mendatang Opat poe nu erek opat poe kaharep opat po kahar p opat poe nu erek opat po nu r k 160 Empat hari kamari opat poe opat po kamari kamari yang lalu katukang katuka 161 Fajar Isuk-isuk mata poe mata po isuk-isuk isuk-isuk 162 Garam uyah uyah uyah uyah uyah 163 Gerhana Samagaha gerhana g rhana samagaha samagaha 164 Gunung Gunung gunung gunu gunung gunu 165 Guntur Bledeg bledeg bl d g beledeg b l d g 167 Hari Dinten poe po dinten dint n 168 Hujan Hujan hujan hujan hujan hujan 169 Hutan Leweng leweng l w leweng l w 170 Ini ie ie i iye iy 171 Itu Itu ituh ituh itu itu 172 Jalan (lebar) Jalan raya jalan raya jalan raya jalan raya jalan raya 173 Jalan Gang gang ga jalan jalan (sempit) polosok polosok 174 Jurang Jungkrang jurang jura jungkrang ju kra 175 Kabut hasep ibun ibun hasep has p 176 Kanan Katuhu kanan kanan katuhu katuhu 177 Kemarin Kamari kamari kamari kamari kamari 178 Kilat Singkaban gelap g lap singkaban si kaban 179 Kiri Kede kede k d kenca k nca

154 164 Lampiran 1 (lanjutan 7) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia 180 Kolam (renang/ pancing) Kosakata Dasar Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis Balong balong balo balong balo 181 Ladang Kebon kebon k bon kebon k bon 182 Langit Langit langit la it langit la it 183 Lapangan Lapang lapang lapa lapangan lapa an 184 Lereng Gunung gunung gunu gagawir gagawir 185 Malam Peting peting p ti wengi w i 186 Mata air Entuk entuk ntuk liang cai lia cai 187 Mega (hitam) Kabut kabut kabut reek r k 188 Mega (putih) Ampakampaampaampak ampak- ampak- pepedut p p dut 189 Putih Bodas bodas bodas bodas bodas 190 Musim hujan Rendeng rendeng r nd musim musim hujan 191 Musim Halodo halodo halodo halodo halodo kemarau 192 Pagi Isuk-isuk isuk-isuk isuk-isuk enjingenjing nji 193 Pagi sekali Janari uput-uput uput-uput janari janari 194 Pasir Pasir pasir pasir kesik k sik (halus/kasar) 195 Pelangi Pelangi pelangi p la i pelangi p la i 196 Pematang Tampingan tampingan tampi an galengan gal an (sawah/ladang) 197 Sebentar sakedeng sakedeng sak d sakedap sak dap 198 Selatan Kidul kidul kidul kidul kidul 199 Senja Sarepna burit burit sarepna sar pna 200 Siang Berang berang b ra tiberang tib ra 201 Sore Burit burit burit sore sor 202 Sungai Cai cai cai lebak l bak 203 Tanah Taneh taneh tan h taneh tan h 204 Tebing Gagwir gagawir gagawir gagawir gagawir 205 Tenggara lor lor lor Lor lor 206 Timur weran wetan w tan wetan w tan 207 Utara Kaler lor lor kaler kal r

155 165 Lampiran 1 (lanjutan 8) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) F. Pakaian dan Perhiasan No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Kosakata (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 208 Anting suweng suweng suw anting anti 209 Alas kaki Sandal sendal s ndal sandal sandal 210 Jarik Samping samping sampi sinjang sinja 211 Kalung Kalung kangkalung ka kalu kalung kalu 212 Kaos kaki Kaos kaki kaos kaki kaos kaki kaos kaki kaos kaki 213 Kebaya Kabaya kebaya k baya kabaya kabaya 214 Kopiah Peci peci p ci kopiah kopiah 215 Sanggul Gelung gelung g lu gelung g lu 216 Sarung Sarung sarung saru sarung saru G. Jabatan Pemerintah Desa dan Pekerjaan 217 Dukun sunat paraji tukang tuka paraji paraji nyunatan nyunatan 218 Juragan Benghar juragan juragan benghar b har 219 Kepala desa lurah lurah lurah kapalurah kapalurah 220 Kaur kaur kaur kaur carik carik pemerintah 221 Kaur Carik kaur kaur carik carik kesejahteraa n 222 Kaur Carik kaur kaur carik carik pembanguna n 223 Mekelar Calo calo calo nyalo nyalo (rumah, kendaraan) 224 Makelar Calo calo calo nyalo nyalo (kambing, sapi) 225 Penghulu Penghulu penghulu p hulu penghulu pe hulu 226 Pedagang Toko toko toko warung waru besar ageng ag (grosir) 227 Pedagang Warung warung waru warung alit waru alit kecil (eceran) 228 Orang yang Ulu-ulu ulu-ulu ulu-ulu mengatur perairan di sawah 229 Orang yang Dibuat dibuat dibuat panen pan n memanen padi

156 166 Lampiran 1 (lanjutan 9) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) H. Bintang dan Hewan No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 230 Anak anjing anjing anjing anji anak anjing anak anji 231 Ayam jantan muda Jajanggar jajanggar jaja gar hayam jago hayam jago 232 Ayam betina Danten danten dant n hayam hayam muda danten 231 Ayam jantan Jago jago Jago jago jago dewasa 232 Ayam betina Danten danten dant n indungna indu na dewasa 234 Itik jantan Entog entog ntog meri m ri muda 235 Itik betina Basur basur basur meri m ri muda 236 Ikan Gesek gesek g s k lauk laut lauk laut laut/tambak 237 Ikan Benter lauk lebak lauk benter b nt r sungai/tambak l bak 238 Kucing Meong meong m o meong m o 239 Tupay Bajing bajing baji bajing baji 240 Ular Ula ula Ula ula ula 241 Nyamuk rengit rengit r it rengit r it 242 Serangga Jangkrik jangkrik ja krik jangkrik ja krik 243 Burung Manuk manuk manuk manuk manuk 244 Tikus Berit berit b rit berit b rit 245 Anak tikus Cucurut cucurut cucurut berit b rit 246 Kaki seribu Titinggi titinggi titi gi titinggi titi gi 247 Bunglon Londok londok londok bunglon bu lon 248 Kerbau Munding munding mundi munding mundi I. Tumbuhan, Bagian-bagian, Buah, dan Hasil Olahragnya 249 Akar Akar akar Akar akar akar 250 Anak dahan Sirung pang pa sirung siru 251 Bambu Awi awi Awi awi awi 252 Batang Tangkal tangkal ta kal dahan dahan 253 Bawang merah bawang bawang berem bawa berem bawang berem bawa b rem

157 167 Lampiran 1 (lanjutan 10) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) Bahasa Indonesia Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) No KosakataDasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 254 Bawang Bawang bodas bawang bawa bawang bawa putih bodas bodas bodas bodas 255 Benih Binih binih Binih binih binih 256 Beras Beas beas b as beas b as 257 Beras Benyer benyer b ny r benyer b ny r (Kecil-kecil) 258 Bunga Kembang kembang k mba kembang k mba 259 Cabai merah Sabrang berem cabe berem cab sabrang sabra b r m berem b r m 260 Cabai hijau Sabrang hejo cabe hijau cab hijau sabrang sabra hejo h jo 261 Cabai kecil Sengek rawit Rawit cengek c k 262 Cabang Dahan pang pa dahan dahan 263 Daun Daun daun Daun daun daun 264 Daun kacang Daun kacang daun daun daun daun panjang kacang kaca kacang kaca 265 Daun ketela Daun sampe daun budin daun budin 266 Daun kangkung Kangkung daun kangkung daun ka ku daun sampe kangkung daun samp ka ku 267 Getah Getah gtah Gtah getah g tah 268 Jerami Jarami jerami j rami jarami jarami 269 Jambu monyet Jambu mede jambu mede jambu m d jambu mede jambu m d 270 Kulit kayu Kulit kai kulit kai kulit kai kulit kai kulit kai 271 Kelapa Cengkir dawegan daw gan cengkir ce kir (buah) yang masih kecil 272 Labu siam Waluh siem waluh siem waluh si m waluh waluh 273 Minyak kelapa 274 Minyak tanah Minyak klentik minyak lentik minyak l ntik minyak klentik Latung latung latu minyak latung minyak kl ntik minyak latu

158 168 Lampiran 1 (lanjutan 11) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 275 Peta cina Petey selong petey selong p t y s lo petey selong p t y s lo 276 Sisir pisang Sasikat sasikat sasikat sasikat sasikat 277 Tempurung Batok batok batok batok batok 278 Ubi jalar Boled boled bol d boled bol d 279 Ubi kayu Sampe budin budin sampe samp 280 Nasi Kejo kejo k jo kejo k jo 281 Sayuran Angen dengen d n angen a n 282 Buah-buahan yang diberi sambal Lotek rujak rujak lotek lot k J. Aktivitas 283 Bangun tidur Gugah bobo hudang pineh huda pin h gugah bobo gugah bobo 284 Bekerja damel gagawe gagaw damel dam l 285 Berbicara Nyarios ngomong omo nyarios nyarios 286 Berenang Renang renang r na ngojay ojay 287 Berjalan Mapah lempang l mpa mapah mapah 288 Berjongkok Nagog totongkrong toto kro nagog nagog 289 Berkelahi (dengan Gelut garelut gar lut gelut g lut Pasea tangan) 290 Berkelahi (dengan katakata) pagolokgolok omong pagolokgolok omo pasea pas a 291 Berkembang (pohon) Sirungan sirungan siru an jadi jadi 292 Berkembang (binatang) Hirup hirup hirup hirup hirup 293 Berlari Lumpat lumpat lumpat lulumpata n lulumpatan 294 Berludah Nyiduh nyiduh nyiduh nyiduh nyiduh 295 Berubah Beda robah robah beda b da 296 Berobat Ditambaan barobat barobat ditamba an ditambaan 297 Bertanya Narosken nanyaken nanyak n narosken narosk n

159 169 Lampiran 1 (lanjutan 12) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia Kosakata Dasar Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 298 Bertemu Pependak patimu patimu pependak p p ndak 299 Cuci (tangan) Ngumbah lengen ngumbah lengen umbah l n ngumbah lengen umbah l n 300 Cuci Nyeseh nyeseh ny s h nyesehan ny s han (pakaian) 301 Datang Dongkap datang data dongkap do kap 302 Duduk Calik diuk diuk calik calik 303 Ingat Emut inget i et emut mut 304 Jatuh (daun, buah, dan Murag Lagrag murag lagrag murag lagrag murag lagrag murag lagrag lain-lain) Jatuh (orang) 305 Kencing Ngompok ngompol/ ompol/kii ompol ompol kiih h 306 Lari-lari kecil Lelempangan lelempangan l l mpa an lulumpatan lulumpatan 307 Makan Emam madang mada emam nam (nasi) 308 Marah Amarah amarah amarah ngambek amb k 309 Melempar Mabit mabit mabit alung alu 310 Melihat Nyele nyele ny l ningali ni ali 311 Memasak Ngejo ngejo jo nyangu nya u (nasi) 312 Mamasak Ngangen nyelem ny l m ngangen a en (sayur) 313 Membakar (ikan) Melem lauk melem lauk m l m lauk melem lauk m l m lauk 314 Membawa Nyandak mawa mawa nyandak nyandak 315 Membawa Dikelek dikelek dik l k dikelek dik l k dengan ketiak 316 Membawa Dipanggul digandong digando dipanggul dipa gul dengan punggung 317 Membawa Jinjing jinjing jinji jinjing jinji dengan tangan (jinjing) 318 Membawa dengan tangan di depan Ditampek ditampek ditamp k bopong bopo

160 170 Lampiran 1 (lanjutan 13) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Kosakata (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Dasar Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 319 Membawa di Suhun Suhun suhun suhun suhun kepala 320 Membawa di Diais diais diais digondong digondo pinggang 321 Membawa di punduk Tanggung Panggul pa gul tanggung ta gu 322 Membersihkan Ngaresikan ngaresikan ar sikan bebersih b b rsih 323 Memberi Mere mere m r dipasihan dipasihan 324 Memberi tahu Dibejaan mere nyaho m r dibejaan dib jaan nyaho 325 Membunuh Maehan maehan ma han maehan ma han 326 Mencangkul Macul macul macul macul macul 327 Memotong Nuar nuar nuar ngagorok agorok (kayu) 328 Memperoleh (sesuatu, hadiah) Kenging menang hadiah m na hadiah kenging k i 329 Mencium (bau) Kaambe ngambean amb an kaambe kaamb 330 Menarik benda Nyered nyered ny r d betot b tot dengan hewan 331 Mendengar Kadangu kakuping kakupi kadangu kada u 332 Memejamkan Perem perem p r m perem p r m mata 333 Memegang Nyepeng nyekel ny k l nyepeng ny p 334 Mengambil daging sekerat Nyandak nyokot daging nyokot dagi nyandak daging nyandak dagi 335 Mengalir (air) Mocor cai mocor cai mocor mocor mocor 336 Menggali Ngali ngeduk duk ngali gali 337 Menggaruk Gagaro gagaro hulu gagaro gagaro gagaro (kepala, kulit) hulu 338 Menggenggam Ngepel nyanggem nya gg ngepel p l m 339 Mengotori kotoran ngabelokan ab loka kokotoran kokotoran (lantai, baju) n 340 Mengulangi Ngulang ngulang ula mulai dei mulai d i 341 Menggigit Ngegel ngegel g l ngegel g l 342 Menjemur (baju, jagung, kayu) Moe moe mo moeken mo k n

161 171 Lampiran 1 (lanjutan 14) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Bahasa Indonesia 343 Memeras (kelapa, susu sapi) 344 Menggosok (gigi, lain) 345 Menguburka n (bangkai binatang) 346 Menguburka n (jenazah) Kosakata Dasar Dialek Karangpucung (Desa Surusunda) Dialek Wanareja (Desa Majingklak) Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis Meret meret m r t diperes dip r s Nyikat nyikat nyikat disikat disikat Ngubur bugang ngubur bangke ubur ba k ngubur bugang ubur buga Mendem mendem m nd m dikuburken mayid mayid mayid dikuburk n 347 Menghitung Milang ngetung tu milang mila 348 Menyuruh Miwarang marentah mar ntah miwarang miwara 349 Menghidupk Mirun sene mirun api mirun api mirun sene mirun sene an (api) 350 Merumputi (tanaman) Ngaresikan ngaresikan tatangkalan ar sikan tata kalan babala babala K. Penyakit 351 Batuk batuk batuk batuk batuk batuk 352 Bekas luka ceda ceda c da ceda c da 354 Bisu epe pire pir epe p 355 Bisul bisul bisul bisul bisul bisul 356 Luka yang bareh doklok doklok bareh bar h infeksi 357 Buta lolong lolong lolo baong bao 358 Demam panas panas panas panas panas 359 Gondok mendol gondok gondok mendol m ndol 360 Nanah nanah nanah nanah nanah nanah 361 Obat Landong obat obat landong lando 362 Panu Hapur hapur hapur panu panu 363 Pingsan Te eling te eling t li semaput s maput 364 Pusing Riet pusing pusi riet ri t 365 Sembuh dari sakit Waras beteng b t waras waras L. Bilangan dan Ukuran 366 Empat Opat opat opat opat opat 367 Empat Opat opat welas opat w las opat opat b las belas welas belas

162 172 Lampiran 1 (lanjutan 15) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 368 Lima lima lima lima lima lima 369 Lima belas Lima lima welas lima w las limba belas lima b las welas 370 Enam Genep genep g n p genep g n p 371 Enam puluh Genep puluh genep puluh genep genep puluh g n p puluh 372 Delapan Dalapan delapan d lapan dalapan dalapan 373 Delapan belas Dalapan belas delapan welas d lapan w las dalapan belas dalapan b las 374 Dua puluh satu Sa likur Sa likur Sa likur dua puluh hiji du apuluh hiji 375 Dua puluh dua dualikur Dua likur Dua likur dau puluh dua dua puluh dua 376 Dua puluh tiga Tilulikur Tilu likur Tilu likur dau puluh tilu dua puluh tilu 377 Dua puluh empat Opatlikur Opat likur Opat likur dua puluh opat dua puluh opat 378 Dua puluh lima Salawe salawe salaw dua puluh lima dua puluh lima 379 Dua puluh enam Genep likur geneplikur g n plikur dua puluh genep dua puluh g n p 380 Dua puluh tujuh Tujuh likur tujuhlikur tujuhlikur dua puluh tujuh dua puluh tujuh 381 Dua puluh delapan Dalapan likur Dalapan likur Dalapn likur dua puluh dalapan dua puluh salapan 382 Dua puluh sembilan Salapan likur Salapan likur Salapan likur dua puluh salapan dua puluh salapan 383 Enam puluh Sawidak sawidak sawidak genep puluh g n p puluh 384 Satu betak Sakotak sakotak sakotak sakotak sakotak kecil (sawah, ladang) 385 Satu petak Lega sololombang salolomba lega l ga besar (sawah, ladang) 386 Ukuran kacang tanah Kiloan parapatan parapatan kiloan kiloan

163 173 Lampiran 1 (lanjutan 16) Tabel Kosakata Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja (Data Hasil Penelitian) M. Adat istiadat No Kosakata Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa Dasar (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 387 Syukuran hamin hamin hamin hamin hamin 389 Memberi doa kepada almarhum yang sudah meninggal reewah rewah r wah ngarewahken ar wahk n 390 Acara memperingati bumi Sedekah bumi sedekah bumi s d kah bumi sedekah bumi s d kah bumi

164 174 Lampiran 2 Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 5 Bulu dada bulu kiang bulu kiya bulu bulu 6 Bulu kuduk bulu kiang bulu kiya bulu bulu b h beheng 9 Dagu janggot ja got gado gado 14 Gigi seri gingsul gi sul huntu seri huntu s ri 15 Gigi yang gingsul gi sul karehol kar hol tumbuhnya bertumpuk 16 Gigi rusak gupis gupis keesen k sen berwarna hitam 18 Hati hati h ti hate h t 21 Isi tulang polo polo sum-sum sum-sum 22 Jantung jajantung jajantu jantung jajantu 23 Janggut jejenggot j j got majanggot maja got 26 Jari manis cinggir ci gir jariji jariji 27 Jari tengah ramo nu ramo nu te ah jajangkung jaja ku tengah 28 Kelingking cicinggir cici gir cinggir ci gir 32 Ketiak kelek k l k ketek k t k 42 Mata kaki mata suku m t suku cecekolan c c kol n 43 Muka benget b t benget b t 47 Pantat bokong boko bujur bujur 48 Paru-paru paru Paru paru-paru paru-paru 49 Pelipis plipis plipis pipis pipis 55 Pusar puser pus r bujal bujal 58 Rusuk tulang iga tula iga iga iga 59 Siku siku Siku sisiku sisiku 62 Tulang rahang careham car ham rahang raha mbun- mbun 64 Ubun-ubun embunembun embunembunen mbun- mbun 65 Urat urat Urat urat urat 66 Usus pejit p jit pejit p jit

165 175 Lampiran 2 (Lanjutan 1) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 68 Saya urang ura abi Abi 69 Kamu maneh man h sia Sia 71 Kita urang ura sarerea sar r a 72 Panggilan endo ndo ceng untuk anak c laki-laki kecil 73 Penggilan enong no neng untuk gadis n kecil 74 Panggilan eneng n neng untuk gadis n remaja 75 Panggilan ujang uja aa Aa untuk lakilaki remaja 76 Panggilan ua ua mamang untuk lakilaki mama tua 77 Panggilan ibu/teh ibu/t h bibi Bibi untuk perempuan tua 80 Adik dari adi ipar adi ipar adi Adi suami 83 Anak tiri anak pulung anak pulu anak tere anak t r 85 Anak dari cicit cicit buyut Buyut cucu 86 Anak dari saudara kandung alo alo ponakan Ponakan 87 Anak dari saudara ayah/ibu 88 Anak yang tertua 89 Anak dari saudara ayah/ibu 90 Anak yang termuda 92 Ayah dari ayah/ibu alo alo ponakan Ponakan yayu yayu kaka Kaka kaka/ yayu kaka/yayu ponakan Ponakan bontot bontot bungsu bu su bapung bapu aki Aki

166 176 Lampiran 2 (Lanjutan 2) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 92 Ayah dari bapung bapu aki Aki ayah/ibu 93 Ayah tiri bapa tere bapa t r bapa Bapa 94 Ibu embok mbok ema ma 95 Ibu dari nini nini eneh ayah/ibu neh 96 Ibu tiri ibu tere ibu t r ibu tere ibu t r 97 Istri pamajikan pamajikan awewe aw w 98 Istri/suami bibi bibi neng dari saudara n kandung 99 Istri/suami saudara suami/istri bibi Bibi adi ipar adi ipar 100 Istri kakak bude untuk bud /ua kaka ipar kaka ipar lakilaki/perempu perempuan an ayah/ibu dan ua untuk lakilaki 102 Kakak lakilaki kaka kaka aang aa 103 Kakak yayu yayu cece perempuan c c 104 Kakak lakilaki ayah mamang mama uwa Uwa 105 Atap atep at p genteng g nt 106 Atap dari pyan pyan hatep mambu hat p 107 Dapur pedangan/ p da an/goa dapur Dapur goa 108 Dinding dari pager pag r bilik Bilik mambu 109 Dinding dari blagbag blagbag papan Papan kayu 110 Genting gendeng g nd kenteng k nt 112 Halaman buruan buruan ditukang belakang tukang dituka 113 Jendela jendela j nd la jndela jnd la 118 Kain penutup reregan r r gan hordeng jendela kaca hord 119 Langit-langit lalamuk lalamuk lalangit lala it 121 Parit lebak l bak solokan Solokan

167 177 Lampiran 2 (Lanjutan 3) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 123 Ruang tamu bale bal ruang tamu rua tamu 124 Teras emper mp r teras t ras 127 Lantai pelester p l st r kramik Kramik 132 Asap asep as p hasep has p 135 Bara ruhak ruhak areng ar 137 Batu mungkal mu kal batu Batu 138 Bawah teoh teoh handap Handap 139 Besi besi b si besi b si 140 Besok isuk isuk enjing enji 141 Bukti bukti bukti nyata Nyata 142 Bulan (dalam tahun) bulan bulan bulan Bulan 143 Bulan purnama bulan purnama bulan purnama bulan purnama bulan purnama 144 Bulan terbit bulan kaluar bulan kaluar erek peting r k p ti 147 Deras (hujan) hujan ageng hujan age ageng hujana age hujana 148 Deras (arus tarik tarik cai tarik cai tarik sungai/mata air) 149 Desa kampung kampu desa d sa 151 Di bawah di teoh di t oh di handap di handap 152 Di samping di gigir di gigir di sisi di sisi 153 Di sana di ditu di ditu di ditu di ditu 155 Dua hari pageto pag to dua poe nu dua po nu mendatang erek r k 156 Dua hari yang dua poe nu dua po nu kamari Kamari lalu kamari kamari 157 Dusun desa d sa kadus Kadus 158 Embun ibun ibun remis r mis 159 Empat hari opat poe opat po opat poe nu opat po nu mendatang kaharep kahar p erek r k 160 Empat hari opat poe opat po kamari Kamari yang lalu katukang katuka 161 Fajar mata poe mata po isuk-isuk isuk-isuk 163 Gerhana gerhana g rhana samagaha Samagaha 167 Hari poe po dinten dint n 170 Ini ie i iye iy 171 Itu ituh ituh itu Itu 173 Jalan (sempit) gang ga jalan jalan polosok polosok

168 178 Lampiran 2 (Lanjutan 4) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 174 Jurang jurang jura jungkrang ju kra 175 Kabut ibun ibun hasep has p 176 Kanan kanan kanan katuhu katuhu 178 Kilat gelap g lap singkaban si kaban 179 Kiri kede k d kenca k nca 180 Kolam balong balo balong balo (renang/pancing) 181 Ladang kebon k bon kebon k bon 184 Lereng gunung gunu gagawir gagawir 185 Malam peting p ti wengi w i 186 Mata air entuk ntuk liang cai lia cai 187 Mega (hitam) kabut kabut reek r k 188 Mega (putih) ampak-ampak ampakampak pepedut p p dut 190 Musim hujan rendeng r nd musim musim hujan 192 Pagi isuk-isuk isuk-isuk enjingenjing nji 193 Pagi sekali uput-uput uput-uput janari janari 194 Pasir pasir pasir kesik k sik (halus/kasar) 196 Pematang tampingan tampi an galengan gal an (sawah/ladang) 197 Sebentar sakedeng sak d sakedap sak dap 199 Senja burit burit sarepna sar pna 200 Siang berang b ra tiberang tib ra 201 Sore burit burit sore sor 202 Sungai cai cai lebak l bak 207 Utara lor lor kaler kal r 208 Anting suweng suw anting anti 209 Alas kaki sendal s ndal sandal sandal 210 Jarik samping sampi sinjang sinja 211 Kalung kangkalung ka kalu kalung kalu 213 Kebaya kebaya k baya kabaya kabaya 214 Kopiah peci p ci kopiah kopiah 217 Dukun sunat tukang tuka paraji paraji nyunatan nyunatan 218 Juragan juragan Juragan benghar b har

169 179 Lampiran 2 (Lanjutan 5) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 219 Kepala desa lurah Lurah kapalurah kapalurah 220 Kaur pemerintah kaur Kaur carik carik 221 Kaur kaur Kaur carik carik kesejahteraan 222 Kaur kaur Kaur carik carik pembangunan 223 Mekelar (rumah, calo Calo nyalo nyalo kendaraan) 224 Makelar calo Calo nyalo nyalo (kambing, sapi) 226 Pedagang besar (grosir) toko Toko warung ageng waru ag warung waru warung waru alit alit dibuat Dibuat panen pan n 227 Pedagang kecil (eceran) 229 Orang yang memanen padi 230 Anak anjing anjing anji anak anak anjing anji 231 Ayam jantan jajanggar jaja gar hayam hayam muda jago jago 232 Ayam betina danten dant n hayam hayam muda danten dant n 232 Ayam betina danten dant n indungna indu na dewasa 234 Itik jantan muda entog ntog meri m ri 235 Itik betina muda basur basur meri m ri 236 Ikan laut/tambak gesek g s k lauk laut lauk laut 237 Ikan lauk lebak lauk l bak benter b nt r sungai/tambak 245 Anak tikus cucurut cucurut berit b rit 247 Bunglon londok londok bunglon bu lon 250 Anak dahan pang pa sirung siru 252 Batang tangkal ta kal dahan dahan 258 Bunga kembang k mba kembang k mba 250 Anak dahan pang pa sirung siru

170 180 Lampiran 2 (Lanjutan 6) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 258 Bunga kembang k mba kembang k mba 259 Cabai merah cabe berem cab b r m sabrang berem sabra b r m 260 Cabai hijau cabe hijau cab hijau sabrang hejo sabra h jo 261 Cabai kecil rawit rawit cengek c k 262 Cabang pang pa dahan dahan 264 Daun kacang daun daun kaca daun panjang kacang kacang daun kaca 265 Daun ketela daun budin daun budin daun daun samp sampe 267 Getah gtah gtah getah g tah 268 Jerami jerami j rami jarami jarami 271 Kelapa dawegan daw gan cengkir ce kir (buah) yang masih kecil 279 Ubi kayu budin budin sampe samp 281 Sayuran dengen d n angen a n 282 Buah-buahan yang diberi sambal rujak rujak lotek lot k 283 Bangun tidur hudang huda pin h gugah gugah bobo pineh bobo 284 Bekerja gagawe gagaw damel dam l 285 Berbicara ngomong omo nyarios nyarios 286 Berenang renang r na ngojay ojay 287 Berjalan lempang l mpa mapah mapah 288 Berjongkok totongkron toto kro nagog nagog g 289 Berkelahi (dengan tangan) garelut gar lut gelut g lut 290 Berkelahi pagolokgolok omo pagolok-golok pasea (dengan katakata) pas a omong 291 Berkembang sirungan siru an jadi jadi (pohon) 293 Berlari lumpat lumpat lulumpatan lu-lumpatan 295 Berubah robah robah beda b da 296 Berobat barobat barobat ditambaan ditambaan

171 181 Lampiran 2 (Lanjutan 7) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 298 Bertemu patimu patimu pependak p p ndak 300 Cuci (pakaian) nyeseh ny s h nyesehan ny s han 301 Datang datang data dongkap do kap 302 Duduk diuk diuk calik calik 303 Ingat inget i et emut mut 305 Kencing ngompol/ ompol/kii ompol ompol kiih h 306 Lari-lari kecil lelempanga l l mpa an lulumpatan lu-lumpatan n 307 Makan (nasi) madang mada emam nam 308 Marah amarah amarah ngambek amb k 309 Melempar mabit mabit alung alu 310 Melihat nyele ny l ningali ni ali 311 Memasak ngejo jo nyangu (nasi) nya u 312 Mamasak nyelem ny l m ngangen (sayur) a en 314 Membawa mawa mawa nyandak nyandak 316 Membawa digandong digando dipanggul dengan dipa gul punggung 318 Membawa ditampek ditamp k bopong dengan tangan bopo di depan 320 Membawa di diais diais pinggang digondong digondo 321 Membawa di panggul pa gul tanggung punduk ta gu 322 Membersihkan ngaresikan ar sikan bebersih b b rsih 323 Memberi mere m r dipasihan dipasihan 324 Memberi tahu mere nyaho m r nyaho dibejaan dib jaan 327 Memotong nuar nuar ngagorok agorok (kayu) 328 Memperoleh (sesuatu, hadiah) menang hadiah m na hadiah kenging k i 329 Mencium (bau) ngambean amb an kaambe kaamb 330 Menarik benda nyered ny r d betot b tot dengan hewan 331 Mendengar kakuping kakupi kadangu kada u 332 Memejamkan perem p r m perem p r m mata

172 182 Lampiran 2 (Lanjutan 8) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 334 Mengambil nyokot nyokot dagi nyandak nyandak daging sekerat daging daging dagi 335 Mengalir (air) cai mocor cai mocor mocor mocor 336 Menggali ngeduk duk ngali gali 337 Menggaruk (kepala, kulit) gagaro hulu gagaro hulu gagaro gagaro 338 Menggenggam nyanggem nya gg m ngepel p l 339 Mengotori ngabelokan ab lokan kokotoran kokotoran (lantai, baju) 340 Mengulangi ngulang ula mulai dei mulai d i 342 Menjemur moe mo moeken (baju, jagung, mo k n kayu) 343 Memeras meret m r t diperes (kelapa, susu dip r s sapi) 344 Menggosok (gigi, lain) nyikat nyikat disikat disikat 345 Menguburkan ngubur ubur ba k ngubur ubur (bangkai bangke bugang buga binatang) 346 Menguburkan mendem m nd m dikuburken (jenazah) mayid mayid dikuburk n 347 Menghitung ngetung tu milang mila 348 Menyuruh marentah mar ntah miwarang miwara 349 Menghidupka n (api) mirun api mirun api mirun sene mirun sene 350 Merumputi ngaresikan ar sikan babala babala (tanaman) tatangkalan tata kalan 354 Bisu pire pir epe p 356 Luka yang doklok doklok bareh infeksi bar h 357 Buta lolong lolo baong bao 359 Gondok gondok gondok mendol m ndol 361 Obat obat obat landong lando 362 Panu hapur hapur panu panu 363 Pingsan te eling t li semaput s maput 364 Pusing pusing pusi riet ri t 365 Sembuh dari beteng b t waras waras sakit 367 Empat belas opat welas opat w las opat belas opat b las

173 183 Lampiran 2 (Lanjutan 9) Data Sinonim kosakata dasar dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung dan Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Dialek Karangpucung Dialek Wanareja Bahasa (Desa Surusunda) (Desa Majingklak) Indonesia Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 371 Enam puluh genep puluh genep genep puluh g n p puluh 373 Delapan delapan d lapan w las delapan d lapan b las belas welas belas 374 Dua puluh satu salikur salikur dua puluh hiji du apuluh hiji 375 Dua puluh dua dualikur dalikur dau puluh dua dua puluh dua 376 Dua puluh tiga tilulikur tilulikur dau puluh tilu dua puluh tilu 377 Dua puluh empat opatlikur opatlikur dua puluh opat dua puluh opat 378 Dua puluh lima salawe salaw dua puluh lima dua puluh lima 379 Dua puluh enam geneplikur g n plikur dua puluh genep dua puluh g n p 380 Dua puluh tujuh tujuhlikur tujuhlikur dua puluh tujuh dua puluh tujuh 381 Dua puluh delapan dalapanlikur dalapnlikur dua puluh dalapan dua puluh salapan 382 Dua puluh sembilan salapanlikur salapanlikur dua puluh salapan dua puluh salapan 383 Enam puluh sawidak sawidak genep puluh g n p puluh 385 Satu petak besar (sawah, ladang) sololombang salolomba lega l ga 386 Ukuran kacang tanah parapatan parapatan kiloan kiloan

174 184 Lampiran 3 Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran dengan bahasa Jawa di Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung No Bahasa Indonesia Kosakata Dasar Bahasa Jawa Dialek Sunda Desa Surusunda Kecamatan Karangpucung Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 9 Dagu jenggot jenggot j got janggot ja got 11 Darah getih getih getih getih getih 26 Jari manis cinggir cinggir ci gir cinggir ci gir 32 Ketiak kelek kelek kelek kelek kelek 47 Pantat bokong bokong boko bokong boko 59 Sikut sikut sikut sikut sikut sikut 90 Anak yang bontot bontot bontot bontot bontot termuda 108 Dinding dari pager pager pag r pager pag r bambu 110 Genting gendeng gendeng g nd gendeng g nd 124 Teras emper emper mp r emper emp r 129 Api api api api api api 132 Asap asep asep asep asep asep 140 Besok isuk ngesuk esuk isuk isuk 165 Guntur bledeg bledeg bledeg beledeg beledeg 174 Jurang jurang jurang jura jurang jura 181 Ladang kebon kebon kebon kebon kebon 192 Pagi Isuk-isuk esuk-esuk suk- isuk-isuk isuk-isuk suk 198 Selatan kidul kidul kidul kidul kidul 205 Tenggara lor lor lor lor lor 209 Alas kaki sendal sendal sendal sendal sendal 213 Kebaya kebaya kebaya kebaya kebaya kebaya 237 Ikan laut gesek gesek g s k gesek g s k 246 Anak tikus cucurut curut curut cucurut cucurut 268 Getah getah getah g tah getah g tah 269 Jerami jerami jerami j rami jerami j rami 286 Berbicara ngomong ngomong omo ngomong omo 348 Menghitung ngetung ngetung etu ngetung etu 349 Menyuruh marentah marentah marentah marentah marentah 374 Dua puluh salikur slikur slikur salikur salikur satu 378 Dua puluh salawe slawe slawe salawe salawe lima 371 Enam puluh sawidak sewidak sewidak sawidak Sawidak

175 185 Lampiran 3 (lanjutan 1) Penggunaan kosakata dialek Sunda yang sudah mengalami percampuran dengan Bahasa Jawa di Desa Majingklak Kecamatan Wanareja No Bahasa Indonesia Kosakata dasar Bahasa Jawa Dialek Sunda Desa Majingklak Kecamatan Wanareja Ortografis Fonemis Ortografis Fonemis 56 Payu darah susu susu susu susu susu 107 Dapur dapur dapur dapur dapur dapur 135 Bara areng areng ar areng ar 137 Batu batu watu watu batu batu 214 Kopiah kopiah kopiah kopiah kopiah kopiah 232 Ayam jantan muda Hayam jago ayam jago ayam jago hayam jago ayam jago 235 Itik jantan meri meri meri meri meri muda 274 Minyak kelapa Minyak kelntik minyak klentik minyak klentik minyak klentik minyak klentik 279 Ubi jalar boled boled bol d boled bol d 290 Berkelahi dengan tangan gelut gelut gelut gelut Gelut 363 Pingsan Semaput semaput semaput semaput Semaput

176 186 Lampiran 4 Peta Kabupaten Cilacap Keterangan: 1. Kecamatan Dayeuhluhur 2. Kecamatan Wanareja (kolom yang berwarna merah) 3. Kecamatan Majenang 4. Kecamatan Cimanggu 5. Kecamatan Cipari 6. Kecaamatan Karangpucung (kolom yang berwarna kuning) 7. Kecamatan Sidareja 8. Kecamatan Gandrungmangu 9. Kecamatan Kedungreja 10. Kecamatan Patimuan 11. Kecamatan Bantarsari 12. Kecamatan Kawunganten 13. Kecamatan Jeruklegi 14. Kecamatan Maos 15. Kecamatan kampung laut 16. Kecamatan Cilacap Selatan 17. Kecamatan Cilacap Tengah 18. Kecamatan Cilacap Utara 19. Kecamatan Adipala 20. Kecamatan Sampang 21. Kecamatan Kroya 22. Kecamatan Binangun 23. Kecamatan Nusawungu

177 187 Lampiran 5 Peta Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap

178 188 Lampiran 5 (Lanjutan 1) Peta Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap

179 189 Lampiran 6 Biodata Informan 1. Nama : Mimin 2. Jnis Kelamain : Perempuan 3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 12 September Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar) 5. Pekerjaan : Buruh Tani 6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir 7. Asal Orang Tua : Desa Timbang 8. Bahasa Pertama. Bahasa Ibu : Bahasa Sunda 9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia 10. Daerah / tempat yang pernah dikunjungi : Bandung dan Cilacap 11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara 12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat 13. Bacaan (setiap hari /yang pernah dibaca) : Apakah (pernah / bisa menonton acara TV)? : Pernah 15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan Siaran radio? : Pernah

180 190 Lampiran 6 (Lanjutan 1) Biodata Informan 1. Nama : Nasriah 2. Jnis Kelamain : Perempuan 3. Tempat, tgl. lahir : Surusunda, 8 Maret Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar) 5. Pekerjaan : Buruh Tani 6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir 7. Asal Orang Tua : Desa Surusunda 8. Bahasa Pertama. Bahasa Ibu : Bahasa Sunda 9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia 10. Daerah / tempat yang pernah dikunjungi : Cilacap. Jakarta, Bogor 11. Keperluan Berkunjung : Bekerja 12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat 13. Bacaan (setiap hari /yang pernah dibaca) : Apakah (pernah / bisa menonton acara TV)? : Pernah 15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan Siaran radio? : Pernah

181 191 Lampiran 6 (Lanjutan 2) Biodata Informan 1. Nama : Sudirno 2. Jnis Kelamain : Laki Laki 3. Tempat, tgl. lahir : Surusunda, 16 Oktober Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar) 5. Pekerjaan : Buruh Tani 6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir 7. Asal Orang Tua : Desa Surusunda 8. Bahasa Pertama. Bahasa Ibu : Bahasa Sunda 9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia 10. Daerah / tempat yang pernah dikunjungi : Cilacap, Cianjur, Banjar dan Tasik 11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara 12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat dan Kuncen 13. Bacaan (setiap hari /yang pernah dibaca) : Apakah (pernah / bisa menonton acara TV)? : Pernah 15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan Siaran radio? : Pernah

182 192 Lampiran 6 (Lanjutan 3) Biodata Informan 1. Nama : Martadireja 2. Jnis Kelamain : Laki-laki 3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 22 Januari Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar) 5. Pekerjaan : Buruh Tani 6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir 7. Asal Orang Tua : Desa Majingklak 8. Bahasa Pertama. Bahasa Ibu : Bahasa Sunda 9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia 10. Daerah / tempat yang pernah dikunjungi : Cirebon, Tasik, dan Ciamis 11. Keperluan Berkunjung : Bekerja dan pergi ke tempat saudara 12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat 13. Bacaan (setiap hari /yang pernah dibaca) : Apakah (pernah / bisa menonton acara TV)? : Pernah 15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan Siaran radio? : Pernah

183 193 Lampiran 6 (Lanjutan 4) Biodata Informan 1. Nama : Naedi 2. Jnis Kelamain : Laki-laki 3. Tempat, tgl. lahir : Majingklak, 10 Maret Pendidikan Terakhir : SD (Sekolah Dasar) 5. Pekerjaan : Buruh Tani 6. Tinggal di tempat ini sejak : Lahir 7. Asal Orang Tua : Desa Majingklak 8. Bahasa Pertama. Bahasa Ibu : Bahasa Sunda 9. Bahasa lain yang dikuasai : Bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia 10. Daerah / tempat yang pernah dikunjungi : Yogyakarta, Banyumas dan Jakarta 11. Keperluan Berkunjung : Pergi ke tempat saudara 12. Kedudukan dalam masyarakat : Masyarakat 13. Bacaan (setiap hari /yang pernah dibaca) : Apakah (pernah / bisa menonton acara TV)? : Pernah 15. Apakah (pernah / bisa) mendengarkan Siaran radio? : Pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makhluk hidup yang paling sempurna derajatnya adalah manusia, manusia lahir sudah dibekali akal yang makhluk hidup lain tidak memilikinya serta manusia dibekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialektos. Dialektologi merupakan

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi sangat penting bagi masyarakat. Bahasa merupakan ciri yang paling khas dari manusia yang mampu membedakan dari

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH 47-51 ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH Asriani, Harunnun Rasyid dan Erfinawati Universitas Serambi Mekkah Email : asrianiusm82@gmail.com Diterima 14 Oktober 2017/Disetujui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan metodologi penelitian yang mencakup desain penelitian, partisipasi dan tempat penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Adapun pemaparan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian mengenai isoglos dialek bahasa Jawa di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur ini termasuk dalam penelitian lapangan (field study) baik penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Berbagai status sosial dan budaya dalam masyarakat sangat memengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut. 1.1

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berikut beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini. 2.1.1 Dialek Dialek berasal dari bahasa Yunani yaitu dialekto syang berarti varian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI

PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI PERBEDAAN KOSAKATA BAHASA JAWA DI KABUPATEN NGAWI DAN BAHASA JAWA DI KABUPATEN MAGETAN (SUATU TINJAUAN DIALEKTOLOGI) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.

BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA. Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. BAB 3 OBJEK LINGUISTIK : BAHASA Linguistik adalah ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. 1. Pengertian Bahasa Kridalaksana (1983) : bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pendukungnya. Dalam perubahan masyarakat Indonesia telah terjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan bahasa sangat penting untuk manusia. Bahasa juga mencerminkan identitas suatu negara. Masalah kebahasaan di Indonesia tidak terlepas dari kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. semangat kebangsaan dan semangat perjuangan dalam mengantarkan rakyat 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki peran yang sangat menentukan dalam perkembangan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam masa perjuangan kemerdekaan, bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting digunakan oleh masyarakat di suatu daerah tertentu untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Anggota masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah bangsa Indonesia berhasil lepas dari belenggu penjajahan dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahasa Indonesia memiliki peran yang lebih

Lebih terperinci

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bentuk komunikasi masyarakat untuk saling berinteraksi sosial. Berbagai macam kelas sosial memengaruhi perkembangan bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH Asriani, S.Pd, M. Pd Dan Erfinawati, S.Pd, M.Pd. Program Studi Pendidikan B.Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BSNIS Drs. SUMARDI, M. Pd. RAGAM BAHASA Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian

Lebih terperinci

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN

FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN FILSAFAT BAHASA DAN BAHASA MENURUT LUDWIG WITTGENSTEIN > Pengertian Filsafat Bahasa Filsafat bahasa adalah ilmu gabungan antara linguistik dan filsafat.ilmu ini menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat untuk membentuk hidup masyarakat. Bahasa merupakan sarana pikir bagi manusia. Berbagai unsur kelengkapan hidup manusia seperti kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 42 5.1 KESIMPULAN... 42 5.2 SARAN... 43 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan sebuah sarana untuk berinteraksi satu sama lain. Meskipun terdapat begitu banyak sarana yang dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian terhadap ekspresi kesantunan dalam tuturan bahasa Indonesia yang difokuskan pada cara berunjuk santun dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa bervariasi karena anggota masyarakat penutur itu pun beragam. Banyak faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna, bahasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi antar sesama, baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun di lingkungan masyarakat tempat

Lebih terperinci

Tugas bahasa indonesia

Tugas bahasa indonesia Tugas bahasa indonesia Nama:sidiq pratista hadi Nim:1402408252 BAB III OBJEK LINGUSTIK BAHASA 3.1 PENGERTIAN BAHASA Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2) fokus masalah; (3) rumusan masalah; (4) tujuan penelitian; (5) manfaat penelitian; dan (6) definisi operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya adalah komunitas waria. Sebuah komunitas dapat memunculkan variasi bahasa yang terbentuk untuk memudahkan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA

PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA PEMAKAIAN BAHASA GAUL PENYIAR RADIO JPI FM DALAM ACARA POPIKU PADA BULAN FEBRUARI MINGGU PERTAMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia

Penting Tidaknya Bahasa Indonesia Penting Tidaknya Bahasa Indonesia 1. Jumlah Penutur 2. Luas Penyebarannya 3. Keterpakaian sebagai Sarana Ilmu, Budaya, dan Sastra Ragam bahasa apa yang Anda tahu??? Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana atau alat komunikasi yang sangat menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat penting sebagai sarana ilmu dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjalin sebuah kerjasama atau untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA. Karakteristik Bahasa Indonesia. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

BAHASA INDONESIA. Karakteristik Bahasa Indonesia. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi Modul ke: BAHASA INDONESIA Karakteristik Bahasa Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Program Studi Akuntansi http://www.mercubuana.ac.id Secara umum bahasa Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu dari unsur kebudayaan yang juga sebagai alat komunikasi. Bahasa dijadikan sebagai ciri atau identitas diri oleh masyarakat, dan juga

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU Oleh GAGA RUKI NPM 1110013111061 Ditulis untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf

BAB I PENDAHULUAN. (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari bahasa Proto (bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan 522 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab 5 ini, peneliti memaparkan hasil simpulan dan saran. Simpulan dan saran dipaparkan berdasarkan temuan penelitian dalam menjawab rumusan masalah yang dijabarkan melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn: PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA UNSWAGATI Ratna Prasasti Suminar (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK FONOLOGI DAN LEKSIKON DIALEK BAHASA JAWA DESA JOGOPATEN KECAMATAN BULUSPESANTREN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Asih Kurniawati pendidikan bahasa dan sastra jawa acih_kurnia@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian mengenai penggunaan bahasa Jawa dialek Cirebon di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon dalam bidang fonologi, morfologi, dan leksikal dengan memanfaatkan tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional. 1.4.2 Manfaat Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pemakaian kata sapaan dalam bahasa Batak Toba. b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini keberadaan talk show atau dialog interaktif sebagai sarana dalam berkomunikasi menjadi sangat penting. Hal ini ditunjukkan dengan semakin beragamnya talk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu dari empat ratus bahasa daerah dan dialek yang terdapat di Indonesia. Sebagai salah satu bahasa daerah, bahasa Jawa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua

BAB I PENDAHULUAN. campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersosial atau hidup bermasyarakat tidak pernah meninggalkan bahasa, yaitu sarana untuk berkomunikasi satu sama lain. Dengan berbahasa kita memahami apa yang orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno

BAB I PENDAHULUAN. pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Demikian pula bahasa Jawa juga mengalami perkembangan. Dari bahasa Jawa kuno berkembang menjadi bahasa Jawa tengahan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu digilib.uns.ac.id 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan adanya metode, karena metode merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan Penelitian campur kode dalam tuturan yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Resti Wahyu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan penduduk asli suatu daerah, biasanya dalam wilayah yang multilingual, dipertentangkan dengan bahasa persatuan, bahasa nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY), dan Jawa Timur. Anggota masyarakat bahasa biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia (Chaer dan Agustina,2010:11). Bahasa Jawa (BJ) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama, dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat bahasa. Anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Daerah pengamatan yang akan dijadikan objek penelitian adalah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode 1 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan variasi dialek dan hubungan

Lebih terperinci

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill Review Buku Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill Dosen Pengampu: Dr. Inyo Yos Fernandez Oleh Intan Rawit Sapanti 12 / 339581 / PSA / 07324

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing

Lebih terperinci