Penjelasan tentang Pelaksanaan Amandemen Aturan dan Peraturan
|
|
- Deddy Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penjelasan tentang Pelaksanaan Amandemen Aturan dan Peraturan HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (2002) Penjelasan tentang Pelaksanaan Amandemen Aturan dan Peraturan HKBP (2002)
2 A. Latar Belakang Sinode Godang HKBP, 1-7 September 2008 memutuskan untuk melakukan Amandemen Aturan dan Peraturan HKBP (2002) pada tahun 2010 yang akan datang. Dalam upaya mempersiapkan proses amandemen agar dapat berjalan dengan lancar dan baik, Ephorus HKBP melalui Surat Keputusan Nomor : 152/L08/III/2009 tertanggal 5 Maret 2009 membentuk Tim Amandemen Aturan dan Peraturan HKBP Tim dipimpin oleh Pdt. Ramlan Hutahaean, MTh sebagai Ketua dengan 12 orang anggota. Tim Amandemen AP HKBP (2002) telah mengadakan pertemuan untuk menyusun persiapan kerja dan secara khusus mendengar arahan dari Ephorus HKBP pada tanggal 19 Mei 2009 di Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung. Ephorus HKBP menyampaikan beberapa hal mendasar yang disampaikan sehubungan dengan pemahaman terhadap AP HKBP dan proses amandemen AP HKBP (2002) antara lain : 1. Amandemen yang akan dilaksanakan adalah dalam semangat untuk menyempurnakan (padasiphon) AP HKBP (2002) dan tidak dimaksudkan untuk membentuk AP HKBP yang baru atau mengganti yang sudah ada sekarang (ndang mambahen Aturan dohot Paraturan HKBP na imbaru). 2. Aturan dan Peraturan HKBP (2002) memiliki perbedaan dengan AP HKBP yang pernah ada sebelumnya antara lain menyangkut masa berlaku AP HKBP. Dalam AP HKBP sebelum 2002 setiap 10 (sepuluh) tahun AP HKBP harus ditinjau kembali namun masa berlaku AP HKBP (2002) sudah bersifat permanen dan dapat disempurnakan melalui amandemen bila diperlukan (bandingkan dengan Peraturan HKBP (2002) pasal 28 ayat 2). 3. Dalam kaitan itu, rincian tugas Tim amandemen AP HKBP (2002) adalah sebagai berikut : Memperlancar proses pelaksanaan Amandemen AP HKBP (2002) melalui imbauan kepada huria agar membicarakan amandemen AP HKBP (2002). Mengkompilasi, membuat bandingan dan tanggapan dalam rangka menyempurnakan AP HKBP (2002). Memberikan penjelasan, sosialisasi AP HKBP (2002) sesuai kebutuhan.
3 4. Teks asli dan otentik AP HKBP (2002) adalah bahasa Batak. Oleh sebab itu sekiranya terdapat perbedaan pemahaman atau penafsiran atas teks AP HKBP (2002) maka untuk mendapatkan pemahaman yang sempurna harus dikembalikan secara utuh ke dalam pengertian yang terkandung dalam bahasa Batak sebagai bahasa asli AP HKBP (2002). 5. Amandemen AP HKBP (2002) dilakukan dalam terang semangat dan ruang lingkup dogmatik gerejawi bukan dalam ruang ilmu hukum. Karena yang akan dibicarakan dalam Amandemen AP HKBP (2002) tidak sekadar rumusan teks aturan hukum atau norma hukum saja tetapi jauh lebih dalam dari itu yaitu menyangkut hal-hal yang sifatnya rohaniah dan batiniah. Karena AP HKBP (2002) menyangkut substansi spiritual maka akan sangat sulit dipahami jika hanya dimaknai dalam perspektif ilmu hukum saja. Kendati demikian pengetahuan ilmu hukum bermanfaat terutama untuk membantu memformulasikan rumusan teks AP HKBP (2002) yang akan diamendemen. Dengan demikian hendaknya semangat untuk membicarakan amandemen AP HKBP (2002) harus dilandasi tuntunan roh gerejawi yang menyempurnakan dan dalam dimensi teologis. 6. Perihal pentingnya gereja memiliki aturan gerejawi (di HKBP disebut AP) dalam perkembangannya terdapat dua yaitu : Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa gereja tidak memerlukan AP. Alasannya, gereja adalah Tubuh Kristus, dan Roh Kuduslah yang bekerja dalam gereja. Oleh karena itu, Roh Kudus tidak perlu dikungkung dalam aturan gereja. Karena yang bekerja dalam gereja adalah kasih maka kasih tidak perlu diatur dalam aturan gerejawi. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa AP sangat penting dalam sebuah gereja selama gereja masih hidup di dunia ini. Kalaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa Gereja adalah Tubuh Kristus tetapi belum mencapai perwujudan sebagai Tubuh Kristus yang sempurna. Gereja di dunia ini acap seperti tubuh yang sakit. Kristus yang adalah Kepala Gereja yang sempurna namun gereja di dunia ini masih menjadi tubuh yang sakit. Demikian juga halnya dengan kasih yang belum secara sempurna mendiami hidup kita, maupun Roh Kudus yang
4 belum kita terima dengan sempurna untuk diam dan bekerja dalam hidup kita dengan sempurna. HKBP mengacu pada pendapat kedua. Aturan dan Peraturan masih diperlukan dan sangat penting demi terciptanya gereja yang tertib dan tersusun rapih sebagaimana layaknya Tubuh Kristus yang sempurna. 7. AP HKBP (2002) memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. HKBP memiliki identitas khusus yang berbeda dan tidak bergantung kepada bentuk organisasi gereja manapun di dunia ini. Dalam pemahaman formal terdapat beberapa bentuk organisasi gereja yakni : Papal: bentuk organisasi gereja Katolik. Paus adalah pemimpin gereja tertinggi. Sinodal: sinode gereja adalah organisasi tertinggi. Episkopal: para pendeta, rapat pendeta adalah pemimpin tertinggi. Presbiterial: majelis gereja, sintua adalah pemimpin tertinggi. Kongregasional : jemaat setempat adalah organisasi tertinggi. Gereja HKBP tidak dapat dikategorikan kepada salah satu bentuk organisasi gereja tersebut di atas. Karena bagi gereja HKBP, Kristus adalah tertinggi dan di atas segalanya, HKBP bukan pengikut manusia, HKBP bukan pengikut Martin Luther, Calvin, atau Nommensen. HKBP telah mendeklarasikan keyakinan iman yang kokoh dan tetap berpegang teguh bahwa HKBP adalah pengikut Kristus sesuai dengan Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Hal inilah yang menjadi alasan lahirnya semboyan HKBP do HKBP. 8. Aturan dan Peraturan HKBP (2002) dikembangkan dari 3 (tiga) pemahaman dasar, sebagai berikut: Pertama, organisasi HKBP terpusat. Kedua, organisasi HKBP dikembangkan dari pemahaman terhadap tiga tugas panggilan gereja yaitu Koinonia, Marturia, Diakonia. 9. Ketiga, organisasi HKBP berawal dari huria (jemaat setempat), resort, distrik dan pusat (hatopan). Amandemen Aturan dan Peraturan HKBP (2002) dilakukan adalah untuk dan hanya demi kepentingan jemaat/huria saja bukan kepentingan orang perseorangan. Disadari bahwa AP HKBP (2002) tidak mungkin dapat menampung semua pendapat, oleh sebab itu hendaknya amandemen AP HKBP
5 (2002) dilakukan dalam kebersamaan jemaat demi kemajuan dan kesempurnaan pelayanan gereja. Dalam melakukan amandemen AP HKBP (2002) jangan terjadi amandemen yang dipaksakan yang pada akhirnya justru menjadi beban yang tidak mampu dilaksanakan gereja secara utuh. 10. Melalui Aturan dan Peraturan HKBP (2002) maupun amandemennya hendaklah jati diri dan kebanggaan HKBP tetap terpelihara. AP HKBP (2002) hendaknya dapat membawa HKBP menjadi gereja yang semakin dewasa dan sempurna sebagai Tubuh Kristus. B. Pemahaman Substansial Aturan dan Peraturan HKBP (2002) Sesungguhnya dalam AP HKBP (2002) terdapat aspek-aspek yang secara mendasar menjadi kelebihan AP HKBP (2002) dibanding dengan AP HKBP yang pernah ada sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah : 1. Pemberdayaan anggota jemaat (ruas ni huria) Secara nyata barulah dalam AP HKBP (2002) diatur dengan jelas pemberdayaan anggota jemaat pada semua kegiatan di huria. Hal ini dapat dilihat dari terbukanya partisipasi (parsidohoton) anggota jemaat dalam setiap pengambilan keputusan mulai dari rapat huria, seksi, dewan. Dalam AP HKBP (2002) pasal 4, posisi sebagai bendahara dimungkinkan dijabat oleh anggota jemaat biasa (bukan pelayan tahbisan/partohonan). Selain itu, keterlibatan anggota jemaat terbuka lebih luas dalam kelembagaan Dewan dan Seksi (lihat Petunjuk Pelaksanaan Aturan Dan Peraturan HKBP 2002 mengenai Seksi). Berdasarkan hal itu maka parameter maju mundurnya jemaat menurut AP HKBP (2002) ini tidak lagi hanya ditentukan oleh majelis tahbisan (parhalado partohonan) saja tetapi jauh lebih besar adalah oleh peranan anggota jemaat. 2. Pemberdayaan Jemaat (Huria) Sejalan dengan partisipasi anggota jemaat, peranan Jemaat (huria) juga jauh lebih besar dalam AP HKBP (2002) dibanding dengan AP HKBP sebelumnya. Jemaat adalah pelaksana teknis setiap keputusan di HKBP karena melalui jemaatlah dilaksanakan Keputusan Sinode Godang, Keputusan MPS, Keputusan Pimpinan HKBP, Keputusan Sinode Distrik, Rapat Ressort (lihat Peraturan HKBP, Bab VII, pasal 26).
6 3. Pemberdayaan Distrik Dalam AP HKBP (2002) pelayanan Distrik HKBP memegang peranan yang lebih strategis. Menurut AP HKBP (2002), Distrik adalah pemegang kendali operasional setiap kebijakan yang ditetapkan HKBP. Distriklah yang menerjemahkan kebijakan-kebijakan HKBP secara strategis untuk disampaikan ke tingkat Ressort agar dilaksanakan di tingkat jemaat (huria). Untuk mencapai hal inilah maka diadakan Sinode Distrik. Dengan demikian, sesungguhnya menurut AP HKBP (2002) tingkat Pusat adalah pembuat kebijakan, Distrik merumuskan strategi operasionalisasinya, Ressort sebagai koordinasi teknis dan Jemaat (huria) sebagai pelaksana teknisnya. Berkaitan dengan itu maka semua program maupun kegiatan di HKBP adalah satu kesatuan yang telah dirumuskan secara jelas dalam AP HKBP (2002) ini. 4. Sinode Godang Menurut AP HKBP (2002), Sinode Godang dilaksanakan setiap 4 (empat) tahun. Dalam Sinode Godang diputuskan Rencana Induk Pengembangan Pelayanan (RIPP) dan Rencana Strategis (Renstra) HKBP, Pemilihan Praeses dan Pemilihan Pimpinan HKBP. Dalam AP HKBP (2002) tidak dikenal lagi adanya Sinode Godang Istimewa. Pimpinan HKBP dapat mengerjakan pelayanan dengan baik sesuai RIPP dan Renstra HKBP selama masa pelayanannya dan tidak lagi terbuka jalan pergantian Pimpinan HKBP sebelum masa pelayanannya berakhir. Sinode Kerja juga tidak dikenal lagi karena sudah terdistribusi sebagian dalam Sinode Distrik dan sebagian lagi kepada Ephorus. Dengan melaksanakan Sinode Godang setiap empat tahun sekali, biaya yang cukup besar untuk pelaksanaan Sinode Godang dapat dikurangi dengan pemberdayaan Sinode Distrik. Satu hal yang mendasar ketika AP HKBP (2002) dirumuskan adalah pemikiran yang mengharapkan agar Sinode Godang terlaksana secara efektif, efisien dan berkualitas. 5. Majelis Pekerja Sinode Dalam AP HKBP (2002) tidak terdapat lagi Majelis Pusat (Parhalado Pusat). Dalam AP HKBP (2002) dikenal adanya Majelis Pekerja Sinode (MPS). Tetapi MPS tidak dapat disamakan dengan Majelis Pusat. Tugas dan wewenang Majelis Pusat
7 terdistribusi sebagian kepada MPS dan sebagian lagi didistribusikan kepada Rapat Pimpinan HKBP. Dalam AP HKBP sebelumnya, Parhalado Pusat terdiri dari 11 (sebelas) orang Pendeta, 11 (sebelas) orang Sintua dan 5 (lima) orang tenaga ahli. Dasar pemikirannya adalah disesuaikan dengan jumlah distrik HKBP yang dahulu berjumlah 11 sehingga jumlah 11 orang dapat dianggap akan mewakili setiap distrik yang ada di HKBP. Namun dalam perkembangannya keterwakilan distrik ini tidak lagi terjadi sebab dalam kenyataannya bisa saja terpilih 5 (lima) orang dari satu distrik menjadi anggota Majelis Pusat HKBP. Saat ini distrik di HKBP berjumlah 26. Dengan pertambahan jumlah distrik akan semakin menambah beban pusat paling sedikit dua kali lipat. Maka dalam rangka efisiensi dan efektivitasnya, dibentuk MPS yang secara representatif mewakili distrik-distrik di HKBP. Biaya perongkosan dalam setiap sidang MPS tidak lagi menjadi beban pusat HKBP tetapi menjadi tanggungan distrik masing-masing. Dengan demikian, MPS akan menjadi semacam perpanjangan tangan pusat HKBP dalam melaksanakan Rencana Kerja HKBP pada setiap distrik yang diwakilinya. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dalam setiap perumusan Rencana Kerja Distrik, anggota MPS yang mewakili Distrik tersebut harus secara aktif terlibat untuk memberikan penjelasan-penjelasan setiap kebijakan yang telah diputuskan dalam Rapat MPS. C. Amandemen Aturan dan Peraturan HKBP (2002) Sebelum diuraikan pengertian amandemen maka terlebih dahulu dikemukakan pengertian yang berkaitan dengan amandemen yaitu pengertian tentang Aturan dan Peraturan HKBP. 1. Pangantusion taringot tu Aturan dohot Paraturan HKBP Aturan i ma angka buhu ni hatontuan na mandasar di HKBP Paraturan i ma angka hatontuan na dipahembang sian Aturan HKBP Aturan dohot Paraturan HKBP na dipajempek gabe AP-HKBP, i ma angka buhu ni hatontuan na mendasar dohot angka hatontuan naung dipahembang di HKBP (Aturan HKBP Ponggol Parjolo Bindu 1 ayat 1, 2 dohot 3)
8 2. Pengertian Amandemen AP HKBP (2002) tidak memuat definisi yang jelas mengenai amandemen. Istilah amandemen sendiri ditemukan dalam Paraturan HKBP yang menjelaskan Na boi do dipatupa Sinode Godang amandemen ni Aturan dohot Paraturan on hombar tu ringkotna di HKBP molo didohoti 2/3 ruas ni Sinode Godang jala sah do haotusan nolo ditolopi 2/3 sian ruas ni Sinode Godang na ro (Paraturan HKBP bindu 28 ayat 2). Namun untuk membantu pemahaman pengertian, istilah amandemen secara umum adalah perubahan resmi atas sebuah dokumen resmi atau catatan tertentu, terutama untuk memperbaiki. Perubahan ini dapat berupa penambahan atau juga penghapusan catatan yang salah, tidak sesuai lagi. Secara epistimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris, to amend diartikan sebagai to make better, to remove the faults. Selanjutnya amandemen diartikan sebagai a change for the better; a correction of error, faults etc. Sementara itu, dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US Convention) amendment adalah an addition to, or a change of a constitution or an organic act which is a pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher 1966:14). 3. Prinsip pokok Amandemen AP HKBP (2002) 3.1 Perubahan terhadap AP HKBP hanya mungkin dapat dilakukan melalui mekanisme Amandemen. 3.2 Amandemen AP HKBP harus dilakukan melalui mekanisme yang diatur dan berdasarkan AP HKBP itu sendiri. 3.3 Amandemen AP HKBP dilakukan secara teratur, tidak serampangan dan atas hal yang prinsip. 3.4 Amandemen AP HKBP dilakukan berdasarkan kenyataan bahwa AP yang dilakukan dalam perjalanannya menghadapi kesulitan, hambatan untuk dilaksanakan atau terhadap adanya perkembangan baru yang belum terakomodasi dalam AP HKBP. 3.5 Sebagai aturan yang dibuat oleh manusia disadari bahwa AP HKBP belum sepenuhnya sempurna terutama untuk menghadapi berbagai perkembangan baru. Berdasarkan kenyataan itulah maka jika ingin menyempurnakan AP HKBP satusatunya pilihan ialah amandemen.
9 3.6 Dari beberapa referensi, amandemen AP HKBP haruslah dipahami sebagai penambahan, atau perubahan pada sebuah AP HKBP yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah aslinya, dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah amandemen bukan sekadar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain, amandemen bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan merumuskan AP baru. Padahal jelas bahwa AP HKBP sendiri menutup peluang terhadap maksud-maksud mengganti AP HKBP tetapi memberi peluang perubahan melalui amandemen. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus mendasari Amandemen AP HKBP adalah semangat menyempurnakan, memperjelas dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam AP HKBP. 3.7 Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari amandemen AP HKBP ialah untuk menyempurnakan AP HKBP yang sudah ada agar tetap sesuai dengan perkembangan, kebutuhan pelayanan gereja yang makin sempurna dan lebih baik di berbagai bidang pelayanan dengan senantiasa memperhatikan kepentingan persekutuan, kesaksian dan pelayanan HKBP. 4. Dasar Amandemen AP HKBP (2002) 4.1. Ojahan ni Amandemen : a. Aturan HKBP : Ponggol Pasampulutoluhon Bindu 22 b. Paraturan HKBP : Ponggol Papituhon Bindu 28 ayat (1) dohot ayat (2) c. Haputusan Sinode Godang HKBP 2008 d. Petunjuk Pelaksanaan Aturan dan Peraturan HKBP (2002): Ponggol Papituhon Bagian Panutup 4.2. Ise na Marhak Mangajuhon Amandemen a. Rapot Huria b. Rapot Ressort c. Rapot MPSD (timbangan dohot panolopion) d. Rapot MPS mamboan tu Sinode Godang laho mambuat haputusan e. Sinode Godang (Haputusan)
10 5 Proses/Tahapan Amandemen AP HKBP (2002) Molo naeng adong siusulhonon ni huria tu amandemen Aturan dohot Paraturan HKBP (2002), songon on ma partordingna: 1. Dung dos tahi ni Huria i di rapot Huria, pasahaton ma usul i tu Rapot Ressort. 2. Dung dos pangantusion di rapot Ressort taringot tu usul amandemen i, pasahaton ni Pandita Ressort ma usul i tu Praeses asa dipasahat timbangan ni MPSD. 3. Usul naung tinolopan ni MPSD, i ma usul amandemen sipasahaton ni Praeses tu Ephorus HKBP 4. Sipasahaton ma usul i di Rapot MPS na jumonok asa diboan tu Sinode Godang laho mambuat haputusan. (Petunjuk Pelaksanaan Aturan Paraturan HKBP (2002): Ponggol Papituhon Bagian Panutup) 6. Tahapan Pengajuan Usul Amandemen AP HKBP (2002) 6.1 Rapot Huria a.rapot Parhalado Partohonan na niuluhon ni Uluan ni Huria di Huria Pagaran jala Pandita Ressort di Huria Sabungan patupahon Rapot laho manontuhon torop ni utusan ni ruas siontangon tu Rapot Huria. Diusahahon ma asa saimbang torop ni ruas baoa dohot parompuan na dohot tu rapot huria i. (Petunjuk Pelaksanaan Aturan Paraturan HKBP (2002) Ponggol Papituhon Rapot Huria ayat 3). b. Uluan ni Huria di Huria Pagaran jala Pandita Ressort di Huria Sabungan mangundang manang manjou ruas ni rapot huria i dohot manguluhon Rapot Huria jala acara ni rapot i ma pados tahi ni huria laos pasahaton usul tu Rapot Ressort taringot tu amandemen AP HKBP (2002). Undangan panjouon tu rapot huria i nunga sahat na lumambatna 3 (tolu) ari andorang so dipatupa rapot huria. c. Harentaon ni rapot huria ingkon marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP taringot tu ragam ni rapot (Ponggol Papituhon, Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot).
11 d.laho mangurupi asa mardalan panghataion padostahi taringot tu amandemen AP HKBP (2002) di rapot i hombar tu tujuanna denggan do taihuthon prosedur panghataion na di toru on: Bindu na diusulhon asa di Amandemen Isi redaksional na tarsurat di AP HKBP (2002) hombar tu bindu na diusulhon Alasan Amandemen Isi usulan redaksional ni bindu na diusulhon amandemen Tujuan Amandemen. Na lumambatna 7 (pitu) ari dung sidung rapot huria i, dipasahat uluan ni huria ma usul i marhite surat resmi tu Pandita Ressort asa diboan Pandita Resort usul i laho dihatai di Rapot Resort. Surat sipasahaton ni uluan ni huria asa dumenggan jala torang diihuthon ma format songon naung tarsurat di poin d di dinjang manang ida lampiran tabel Rapot Ressort a. Na lumambatna 7 (pitu) ari dung sidung rapot huria i dipasahat uluan ni huria ma usul i tu Pandita Ressort asa diboan Pandita Resort usul i laho dihatai di Rapot Ressort. b. Na lumambatna 14 (sampuluopat) ari dung sude huria na mangusulhon amandemen pasahat usulna tu pandita ressort, pandita ressort manjou Rapot Ressort laho pados pangantusion dohot mambuat haputusan taringot tu usul amandemen i. Ulaon ni Rapot Ressort holan pados pangantusion dohot mambuat haputusan do jadi ndang be mambahen usul na imbaru. Pokok sihataan di Rapot Ressort marojahan tu usul na ro sian huria na adong di Ressort i. c. Harentaon ni Rapot Ressort ingkon marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP taringot tu ragam ni rapot (Ponggol Papituhon Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot). d. Laho mangurupi asa mardalan pangkataion di Rapot Ressort taringot tu usulan amandemen AP HKBP na ro sian huria hombar tu tujuanna denggan do taihuthon prosedur panghataion na di toru on:
12 Bindu na diusulhon asa di Amandemen na ro sian huria (ida tabel 1) Haputusan Rapot Ressort, satolop, ndang satolop, perbaikan redaksi Alasan satolop manang alasan ndang satolop, alasan perbaikan redaksi Tujuan Amandemen. e. Na lumambatna 7 (pitu) ari dung sidung rapot ressort i dipasahat pandita ressort ma usul amandemen naung tinolopan ni Rapot Ressort i marhite surat resmi tu Praeses asa dipasahat Praeses usul i laho manjalo panimbangion dohot panolopion ni MPSD. Surat sipasahaton ni Pandita Ressort asa dumenggan jala torang diihuthon ma format songon naung tarsurat di poin 6.1.d manang ida lampiran tabel Rapot MPSD a. Na lumambatna 7 (pitu) ari dung sidung rapot ressort i dipasahat pandita ressort ma usul amandemen naung tinolopan ni Rapot Ressort i tu Praeses asa dipasahat Praeses usul i laho manjalo panimbangion dohot panolopion ni MPSD. b. Na lumambatna 14 (sampuluopat) ari dung sude resort na mangusulhon amandemen pasahat usulna tu Praeses, Praeses manjou Rapot MPSD laho manimbangi jala mangalehon panolopion huhut mambuat haputusan taringot tu usul amandemen na ro sian ressort i. Ulaon ni Rapot MPSD holan pasahat panimbangion, manolopi manang ndang manolopi angka usulan na ro sian Rapot Ressort. Rapot MPSD ndang be mambahen usul na imbaru, pokok sihataon di Rapot MPSD ingkon marojahan tu usul na ro sian Rapot Ressort na adong di Distrik i. c. Harentaon ni Rapot MPSD/Distrik ingkon marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP taringot tu ragam ni rapot (Ponggol Papituhon Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot). d. Laho mangurupi asa mardalan panghataion di Rapot MPSD taringot tu usulan amandemen AP HKBP (2002) na ro sian Rapot Ressort hombar tu tujuanna denggan do taihuthon prosedur pangahataion na di toru on: Bindu na diusulhon asa di amandemen na ro sian Ressort
13 Panimbangion MPSD taringot tu usulan amandemen na ro sian Ressort. Haputusan Rapot MPSD ditolopi manang ndang ditolopi, perbaikan redaksi Alasan ditolopi manang alasan ndang ditolopi, alasan perbaikan redaksi Tujuan Amandemen. e. Na lumambatna 7 (pitu) ari dung sidung rapot MPSD i dipasahat Praeses ma usul amandemen naung tinolopan ni MPSD i marhite surat resmi tu Ephorus, asa dipasahat Ephorus usul i tu Rapot ni MPS na jumonok. Surat sipasahaton ni Praeses asa dumenggan jala torang diihuthon ma format songon naung tarsurat di poin 6.1.d manang ida lampiran tabel Ephorus a. Ephorus na niurupan ni Tim amandemen AP HKBP (2002) ma na padomuhon sude usul amandemen naung tinolopan ni angka Distrik asa une jala taratur sude usul i. Ephorus mambahen panimbangion tu ganup usulan amandemen i. b. Dung sidung dipadomu dohot dibahen Ephorus panimbangion ni usulan Amandemen na ro sian Distrik, hombar tu tingki na ampit Ephorus mangundang Rapot MPS, di rapot MPS i ma dipasahat Ephorus ma usulan amandemen AP HKBP c. Harentaon ni Rapot MPS marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP (Ponggol Papituhon Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot) Rapot MPS a. Rapot MPS pasahaton sude usul amandemen naung tinolopan ni ganup distrik marhite MPSD jala naung dipasahat Ephorus tu rapot MPS rap dohot panimbangion ni Ephorus tu Sinode Godang laho mambuat haputusan. b. Harentaon ni Rapot MPS marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP (Ponggol Papituhon, Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot).
14 6.6. Sinode Godang a. Ephorus manjou sude ruas ni Sinode Godang patupa agenda tunggal amandemen AP HKBP (2002) sipatupaon na lumambatna bulan Oktober b. Harentaon ni Sinode Godang marojahan tu na niaturhon di Paraturan HKBP (Ponggol Papituhon, Bindu 26 dohot ponggol Papituhon Bindu 27 taringot tu harentaon ni angka rapot). c. Sinode godang amandemen Aturan dohot Paraturan HKBP sah molo didohoti 2/3 ruas ni Sinode Godang jala sah do haputusan molo ditolopi 2/3 sian ruas ni Sinode Godang na ro. Na boi do dipatupa Sinode Godang amandemen ni Aturan dohot Paraturan on hombar tu ringkotna di HKBP molo didohoti 2/3 ruas ni Sinode Godang jala sah do haputusan molo ditolopi 2/3 sian ruas ni Sinode Godang na ro. (Bindu 28 Panutup ayat 2). d. Dung ditolopi Sinode Godang amandemen Aturan dohot Paraturan, disurat ma redaksi ni bindu na diamandemen i di bagian partoru sahali. Cara manurathon songon on ma bindu ----, tarsurat nunga di amandemen hombar tu haputusan Sinode Godang taon 2010 laos disurathonma redaksi na imbaru hasil amandemen i. e. Sude hasil ni amandemen dibahenma gabe sada dokumen na imbaru na dipasada tu naskah ni AP HKBP 2002, jala pintor hatop ma dikirimhon tu sude huria, ressort, distrik asa dipadalan. Pearaja Tarutung, Juni 2009 Tim amandemen Aturan dan Peraturan HKBP (2002) Ketua, Pdt Ramlan Hutahaean, MTh
Page 1 of 34 PAMONAI
Page 1 of 34 PAMONAI Mamungka sian taon 1861, i ma taon hajongjongan ni HKBP, sai maruba do Aturan dohot Paraturan ala parubaan ni angka tingki na niadopan ni huria i di portibi on songon pamatang ni Kristus.
Lebih terperinciKONSEP AMANDEMEN ATURAN DAN PERATURAN HKBP UNTUK DISAMPAIKAN KEPADA EPHORUS HKBP GUNA DIBAWAKAN KE SINODE GODANG 14-18 OKTOBER 2014
KONSEP AMANDEMEN ATURAN DAN PERATURAN HKBP UNTUK DISAMPAIKAN KEPADA EPHORUS HKBP GUNA DIBAWAKAN KE SINODE GODANG 14-18 OKTOBER 2014 Komisi Aturan Peraturan HKBP komisiaphkbp@gmail.com Salam sejahtera,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misinya. Karena itu organisasi mempunyai sistem dan mekanisme yang diterapkan sebagai upaya
Lebih terperinciTATA GEREJA PEMBUKAAN
TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke
Lebih terperinciPERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)
PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI) Nomor. Tahun 2016 Tentang : Pengelolaan Keuangan Sentralisasi HKI Dengan Kasih dan Karunia Tuhan Jesus Kristus, Pucuk Pimpinan Huria Kristen Indonesia, M e n i m
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,
Lebih terperinciKEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)
TATA GEREJA GKPS 1 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih, STh, MSc, PhD Sekretaris Jenderal : Pdt. El Imanson Sumbayak,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dan masih akan terus berkembang dengan pesat. yakni Huta Dame, yang artinya desa-atau-kampung damai.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Perkembangan agama Kristen Protestan setelah Injil masuk ke daerah Tarutung sangat cepat, tepat dan bermanfaat. Proses pertumbuhan agama ini sudah berlangsung lebih dari seratus
Lebih terperinciDaftar Isi. Hata Patujolo... Kata Sambutan Dari Dirjen Bimas Kristen... Daftar Isi... Bagian Parjolo : Ngolu Di Keluarga Na Paradoks
Daftar Isi Hata Patujolo... Kata Sambutan Dari Dirjen Bimas Kristen... Daftar Isi... i iii v Bagian Parjolo : Ngolu Di Keluarga Na Paradoks 1. Ngolu Parsaripeon Di Halak Kristen... 1 2. Hape Si Kapolda...
Lebih terperinciPERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1
PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota GKPS adalah orang-orang yang terdaftar di jemaat GKPS terdiri dari: a. Anggota Baptis b. Anggota Sidi c. Anggota Siasat d. Anggota Persiapan. Pasal
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat Batak Toba sudah mempunyai sistem kepercayaan tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN GEREJA HKBP Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia
BAB II TINJAUAN GEREJA HKBP 2.1. Tinjauan Umum Gereja Protestan di Indonesia 2.1.1. Pengertian Gereja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gereja adalah rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Teori Uses and Gratifications ini mengenai bagaimana individu memenuhi kebutuhan dalam menggunakan media. Uses and Gratification menurut Nurudin (2007:192),
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan
Lebih terperinciBAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP. 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan
BAB II SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP 2.1 Sejarah Gereja Huria Kristen Batak Protestan Gereja Huria Kristen Batak Protestan lahir pada tanggal 7 Oktober 1861 yang ditetapkan melalui Sinode Pertama. Gereja
Lebih terperinciPUNGUAN RAJAGUKGUK DOHOT BORUNA SE-JABODETABEK A N G G A R A N D A S A R / A N G G A R A N R U M A H T A N G G A
PUNGUAN RAJAGUKGUK DOHOT BORUNA SE-JABODETABEK A N G G A R A N D A S A R / A N G G A R A N R U M A H T A N G G A 2013-2017 MEI 2013 1 D A F T A R I S I Halaman BAB I HATA HUHUASI 3 BAB II GOAR, TINGKI
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian
Lebih terperinciHUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM MAJEMUK BAHASA BATAK
HUBUNGAN SEMANTIS ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH TIFFANI ROTUA PANJAITAN 110703014 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK DEPARTEMEN SASTRA DAERAH FAKULTAS
Lebih terperinciPerencanaan Strategis Panitia Ad.hoc Tata Gereja GKSBS
SINODE GEREJA KRISTEN SUMATERA BAGIAN SELATAN PANITIA AD HOC AMANDEMEN TATA GEREJA Jl. Yos Sudarso 15 Polos, Metro Pusat - LAMPUNG 34111 Telp. (0725) 42598, email : sinode@gksbs.org website : www.gksbs.org
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Bagian Pertama PEMBUKAAN
DAFTAR ISI Bagian Pertama PEMBUKAAN Bagian Kedua ATURAN Bab I Ketentuan Umum Bab II Nama, Tempat, dan Pendirian Bab III D a s a r Bab IV Kesaksian Bab V Peribadahan Bagi Tuhan Bab VI Oikumene Bab VII Maksud
Lebih terperinciPendeta Perempuan dalam Kepemimpinan. di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis. Diajukan kepada
Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Sosiologi Agama untuk Memperoleh Gelar Magister Sosiologi Agama oleh
Lebih terperinciJakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat
Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB
Lebih terperinciTRANSLITERASI NASKAH NO:07.8 KOLEKSI MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI DISUSUN OLEH : SRI ELSITA SILALAHI
TRANSLITERASI NASKAH NO:07.8 KOLEKSI MUSEUM NEGERI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI DISUSUN OLEH : SRI ELSITA SILALAHI 120703006 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.
Lebih terperinciPROPOSAL JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA ( ) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016
JUBILEUM 70 TAHUN HKBP YOGYAKARTA (1946-2016) DAN TAHUN KELUARGA HKBP 2016 PROPOSAL Jl. I Dewa Nyoman Oka 22 Kotabaru Yogyakarta 55224 Tlp. 548740; 513080; Fax. (0274) 548740 Website: hkbpjogja.org Email:
Lebih terperinciKEPUTUSAN BADAN PEKERJA HARIAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : 22/KEP/VII/2009 LAMPIRAN 1 (SATU)
KEPUTUSAN BADAN PEKERJA HARIAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : 22/KEP/VII/2009 LAMPIRAN 1 (SATU) tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN JEMAAT DAN RESORT BADAN PEKERJA HARIAN MAJELIS SINODE BNKP Menimbang
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020
PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 I. Dasar Pelaksanaan Tata Gereja GPIB tahun 2015 1. Tata Dasar, Bab IV ttg Penatalayanan Gereja 2. Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 03/BPMS-BNKP/2008 tentang R E S O R T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam mempertahankan eksistensi sebuah organisasi keagamaan (gereja) bukanlah tanpa perjuangan. Perjuangan tersebut sangat memerlukan daya agar tetap bertahan (survive) ditengah
Lebih terperinciPROPOSAL PEMBANGUNAN GEREJA HKBP TEBING TINGGI RESSORT TEBING TINGGIPROPOSAL PEMBANGUNAN GEREJA HKBP TEBING TINGGIRESSORT TEBING TINGGI
DAFTAR ISI 1. Daftar Isi...1 2. Surat Permohonan...2 3. Proposal Panitia...3 4. Bab I Pendahuluan...4 1. Latar Belakang...4 2. Tujuan...4 5. Bab II Permasalahan...5 1. Gambaran Umum... 5 2. Rencana Kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan internet saat ini memberikan banyak kemudahan bagi para penggunanya. Internet memungkinkan penggunanya mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cepat,
Lebih terperinciPANINDANGION HAPORSEAON HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN ( H K B P ) TAHUN 1996
PANINDANGION HAPORSEAON HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN ( H K B P ) TAHUN 1996 Pinaruar ni Kantor Pusat HKBP Percetakan HKBP Jl. Jend. A. Yani 63 P. Siantar PANINDANGION HAPORSEAON NI HKBP a) Huasona 1.
Lebih terperinciPERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON)
PERATURAN SIASAT GEREJA DI GKPS (RUHUT PAMINSANGON) 76 Ketetapan Synode Bolon GKPS ke-32 Tahun 1994 No. 5/1 Tahun 1994 Tentang RUHUT PAMINSANGON DI GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN SYNODE BOLON GEREJA
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan
Lebih terperinciBAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI
BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi
Lebih terperinciMINGGU QUASIMODOGENITI TANGGAL : 08 APRIL 2018
Grand Wisata Tambun Bekasi Pimpinan Pos Parmingguon : Pdt Benni H Sihombing, STh (08396353485) Sekretaris CSt H Hutapea : 0887097 Parartaon St S Limbong : 0800844; Bendahara CSt H Pasaribu : 089470305;
Lebih terperinciMENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10
MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian 1:26; I Petrus
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciHatorangan Sub Thema GKPS Tahun Sub Thema:
Hatorangan Sub Thema GKPS Tahun 2017 Sub Thema: Perlengkapilah Jemaat Menjadi Pelayan yang Berhikmat, Beriman dan Berhati Tulus Agar Semakin Sempurna serta Membawa Kesejahteraan dan Kebaikan bagi Gereja,Masyarakat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab pertama serta hasil analisis pada bab empat. Ada empat hal penulis simpulkan sehubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan dipaparkan: latarbelakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. 1. Latarbelakang Kehadiran gereja di tengah dunia ini
Lebih terperinciANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BAB I PEMBUKAAN Mahasiswa Kristen Institut Teknologi Bandung sebagai bagian dari umat Allah di Indonesia memiliki tugas dan tanggung
Lebih terperinciBAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan
BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya dengan disertai data-data yang akurat serta kepustakaan yang lengkap sebagai buku acuan
Lebih terperinciPARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9
PARA PENDETA DAN PARA PELAYAN JEMAAT LAINNYA PELAJARAN 9 PERTANYAAN YANG PERLU DIPIKIRKAN Bagaimanakah orang-orang yang dipilih dalam organisasi GMAHK itu menjalankan wewenangnya? SUATU PELAYANAN YANG
Lebih terperinciPandangan INJIL terhadap UPACARA ADAT BATAK
Pandangan INJIL terhadap UPACARA ADAT BATAK BAB I PENDAHULUAN Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di belahan dunia Timur dengan di belahan dunia Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP
Menelaah PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP : Matius 16:21-28;
Lebih terperinciLOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA
LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS
Lebih terperinciPOKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP
Rumusan Amandemen P2P MAMRE GBKP POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP 2015 2020 BAB I HAKEKAT, KEDUDUKAN DAN TUGAS PANGGILAN Pasal 1 Nama dan Kedudukan 1. Perbapan (Kaum Bapak) merupakan salah satu Lembaga
Lebih terperinciPasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara
TATA TERTIB MUSYAWARAH PIMPINAN PARIPURNA AMGPM BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Musyawarah Pimpinan Paripurna Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku dilaksanakan berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar Bab
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.
BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan
Lebih terperinciPERATURAN PENATALAYANAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)
PERATURAN PENATALAYANAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) 35 GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS) Simalungun Protestant Christian Church Pimpinan Pusat : Pdt. Jaharianson Saragih,
Lebih terperinciAcara Syukuran Memasuki Kantor di Gedung Sopo Marpingkir
Acara Syukuran Memasuki Kantor di Gedung Sopo Marpingkir Acara Syuku ran memas uki kanto r di gedun g Sopo Marpi ngkir Selam a ini distrik 19 Bekasi bekantor di HKBP rawa lumbu. 39 Gereja yang menjadi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:
IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kedaton, (2) Kelurahan Surabaya, (3) Kelurahan Sukamenanti, (4) Kelurahan Sidodadi, (5) Kelurahan Sukamenanti
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Matius 16:21-28;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam organisasi 1 setiap individu mendapatkan peranan. Paling tidak ada dua peran individu dalam organisasi, yaitu peran sebagai pemimpin dan peran
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Warga jemaat HKBP adalah orang Kristen yang namanya tercatat dalam buku register warga jemaat HKBP dan menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di HKBP. Lebih jelasnya
Lebih terperinciIII. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK
III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya
Lebih terperinci3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba
3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Suku Batak memiliki lima sub suku, yaitu suku Toba, Simalungun, Karo, Pak-Pak atau Dairi, dan Angkola-Mandailing. Setiap sub suku tersebut memiliki ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja di Papua yang dikenal sebagai Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI TP) mulai disebut sebagai suatu gereja mandiri yaitu melalui sidang sinode umum yang
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN
PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk mengambarkan dan menjelaskan analisis kebijakan pimpinan pada pengelolaan tenaga
Lebih terperinciADAT PERKAWINAN BATAK TOBA
ADAT PERKAWINAN BATAK TOBA DAFTAR ISI: Uraian 1. PATUA HATA ( MARHORI HORI DINGDING) 2. MARHUSIP 3. MARTUMPOL 4. MARHATA SINAMOT - MARSIPANGANON - MASISESAN 5. MARTONGGO RAJA / MARRIA RAJA 6. MARUNJUK
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada
Lebih terperinciPERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP
Menelaah PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP : Luk.19:8-9; Mat.6:19-21,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah
Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian
Lebih terperinciHAJAJADI NI BATU SIGADAP. dilehon Raja Silahi Sabungan tu boru Padang Batanghari. Dung di inum Raja
Lampiran 1: SINOPSIS CERITA HAJAJADI NI BATU SIGADAP Najolo Raja Silalahi Sabungan dohot parsonduk bolonna ima siboru Padang Batanghari lao tu huta Balna, alani daona dohot mansai loja pardalanan ni nasida,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki keterbatasan sehingga manusia dapat melakukan ritual - ritual atau kegiatan keagamaan lain
Lebih terperinciUKDW BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas
Lebih terperinciBAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian
BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 09 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 09 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDENRENG
Lebih terperinciTATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP)
TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) MUKADIMAH Tuhan, Allah Yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi, telah menyatakan kasih- Nya yang begitu besar kepada dunia ini, dengan mengaruniakan Anak-Nya
Lebih terperinciTATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL
TATA GEREJA (TATA DASAR, TATA LAKSANA, DAN TATA ATURAN TAMBAHAN) SERTA PENGAKUAN-PENGAKUAN IMAN GEREJA KRISTEN IMMANUEL Sinode Gereja Kristen Immanuel BANDUNG 2017 DAFTAR ISI Halaman I. 1 PEMBUKAAN Pembukaan...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa
Lebih terperinciANGGARAN RUMAH TANGGA
ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I ORGANISASI PASAL 1 Wilayah Pelayanan Wilayah pelyanan yang dimaksud adalah wilayah pelayanan PP. Kristiyasa yang tidak harus sama dengan pembagian
Lebih terperinciPROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Perlu adanya Peraturan Tata tertib yang ditetapkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTATA DASAR TATA DASAR
TATA DASAR PEMBUKAAN TUHAN itu Allah yang Esa (Ul. 6:4),pencipta alam semesta beserta segenap isinya dan yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-nya (Kej. 1). Semua manusia telah menyalahgunakan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016
KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016 MAKNA KONGRES Kongres MPK adalah kegiatan lima tahunan yang dilakukan oleh MPK bersama anggota-anggota dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya
Lebih terperinciPEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)
PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan
Lebih terperinci