ANALISIS RETRIBUSI BEA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1999/

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RETRIBUSI BEA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1999/"

Transkripsi

1 ANALISIS RETRIBUSI BEA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 1999/ Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajad Sarjana Ahli Madya program studi D III Perpajakan Oleh : EPSILON MAYANG GHATI NIM : F FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2004

2 ABSTRAKSI Judul Tugas Akhir ini adalah Analisis Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk sebagai salah satu sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen Tahun 1999/ Kekurangpahaman masyarakat awam tentang biaya dan prosedur pembuatan Kartu Tanda Penduduk melatarbelakangi Penulis untuk mengambil judul tersebut dalam Tugas Akhir kali ini. Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah mengetahui seberapa besar realisasi penerimaan retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Sragen tahun 1999/ dan seberapa besar sumbangannya bagi keseluruhan penerimaan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penurunan maupun kenaikan Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk, berapa biaya pembuatan Kartu Tanda Penduduk perlembar dan bagaimana prosedur pembuatannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten sragen Tahun 1999/ hanya mampu memberikan kontribusi yang sangat sedikit bagi keseluruhan penerimaan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah. Dari analisis selama 5 Tahun berturut-turut, sumbangan Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk terhadap penerimaan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah, yang paling tinggi terjadi pada tahun Untuk itulah pemerintah daerah bersama-sama dengan aparat yang berwenang dan seluruh lapisan masyarakat harus berusaha untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah, karena tingkat kemandirian suatu daerah dalam membiayai pembangunannya sangat ditentukan oleh Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah perlu mengadakan pembaharuan sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang mengarah pada sistem yang sederhana, adil, efektif dan efisien. Selain itu pemerintah perlu menciptakan aparat yang bersih, jujur dan bertanggungjawab, yang dapat diperoleh dengan jalan memberikan sistem pembinaan kepegawaian secara berkala, pengontrolan atau pengawasan secara teratur, dan pemberian sanksi yang tegas bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh aparat.

3 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Surakarta, Agustus 2004 Telah disetujui dan diterima oleh : Pembimbing Doddy Setiawan, SE, Msi, Ak NIP :

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Yang penting dari segala hal bukanlah mengeahui sesuatu tetapi melaksanakan sesuatu yang diketahui. ( ANONIM ) Tetaplah anda pada pendirian anda agar penghargaan orang lain tetap pada anda. ( ANONIM ) PERSEMBAHAN : 1. Kedua orang tua atas peran serta, dukungan, dan doanya selama ini. 2. Saudara- saudara. 3. Keponakan. 4. Keluarga besar fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. iv

5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL. i ABSTRAKSI.ii PERSETUJUAN PEMBIMBING.iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN.v KATA PENGANTAR.. vi DAFTAR ISI.viii DAFTAR TABEL..x A. BAB I 1. Latar belakang masalah Perumusan masalah 3 3. Tujuan penelitian 4 4. Manfaat penelitian Metode penelitian Gambaran umum Dipenda B. BAB II 1. Landasan teori Pembahasan 28 viii

6 C. BAB III 1. Temuan masalah..37 D. BAB IV 1. Kesimpulan Saran..43 E. DAFTAR PUSTAKA F. DAFTAR LAMPIRAN ix

7 DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Halaman GAMBAR I PROSES PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK 31 TABEL I REALISASI PENERIMAAN RETRIBUSI BEA CETAK KTP DI KAB. SRAGEN TH.1999/ TABEL II KONTRIBUSI RETRIBUSI BEA CETAK KTP TERHADAP PENERIMAAN RETRIBUSI DAERAH DI KAB. SRAGEN TH.1999/ TABEL III KONTRIBUSI RETRIBUSI BEA CETAK KTP TERHADAP PENERIMAAN PAD DI KAB. SRAGEN TH.1999/ x

8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, perlu menempatkan sektor perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab dengan titik berat pada daerah tingkat II. Sumber Pendapatan Asli Daerah berasal dari sisa lebih perhitungan tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah Sendiri ( PADS ), bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, pendapatan dari Pemerintah atau Instansi yang lebih tinggi dan pendapatan lainnya. PADS merupakan pendapatan yang berasal dari wilayah Pemerintah daerah sendiri yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain

9 pendapatan. Pendapatan dari pemerintah atau instansi yang lebih tinggi dapat berupa sumbangan, bantuan, atau pinjaman. Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta pertumbuhan perekonomian di daerah diperlukan penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan tersebut antara lain dapat dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan dan memberikan keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan. Meningkatnya pendapatan asli daerah berarti secara otomatis meningkat pula kemandirian daerah dalam membiayai pembangunannya. Peningkatan tersebut tentu saja karena pembaharuan sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang mengarah pada sistem yang sederhana, adil, efektif, dan efisien yang dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan, kerja keras aparat yang bersangkutan, dan bantuan positif semua pihak yang terkait. Dari uraian sebelumnya dikemukakan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah berasal dari sisa lebih perhitungan tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah sendiri ( PADS ), bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, pendapatan dari pemerintah atau instansi yang lebih tinggi dan pendapatan lainnya. PADS merupakan pendapatan yang berasal dari wilayah pemerintah daerah sendiri yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha daerah, dan lain-lain pendapatan. Ini berarti bahwa meningkatnya penerimaan retribusi

10 daerah berarti meningkatnya penerimaan PADS yang secara otomatis meningkat pula Pendapatan Asli Daerah. Untuk itulah pemerintah daerah bersama-sama dengan aparat yang berwenang dan seluruh lapisan masyarakat harus berusaha untuk meningkatkan penerimaan retribusi daerah. Oleh karena itu perlu bagi Pemerintah untuk menciptakan aparat yang bersih, jujur, dan bertanggungjawab. Penerimaan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran dan tingkat intelektual masyarakat. Kurangpahamnya masyarakat tentang manfaat retribusi dan prosedur pembayarannya bisa mengakibatkan penurunan penerimaannya. Untuk itulah dalam tugas akhir kali ini Penulis mengambil judul Analisis Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk sebagai salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Sragen tahun 1999/ Hal ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya masyarakat awam yang kurang paham tentang prosedur pembuatan Kartu Tanda Penduduk dan biaya penggantiannya perlembar. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang timbul adalah : 1. Seberapa besar realisasi penerimaan retribusi bea cetak KTP di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ ? 2. Seberapa besar kontribusinya bagi penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ ?

11 3. Seberapa besar kontribusinya bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ ? C. Tujuan Penelitian Dalam Penulisan tugas akhir kali ini, tujuan yang hendak dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar realisasi peneriman retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ Untuk mengetahui seberapa besar sumbangannya bagi keseluruhan penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ Untuk mengetahui seberapa besar sumbangannya bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sragen untuk tahun anggaran 1999/ D. Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Sragen dalam upaya peningkatan penerimaan Retribusi Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 2. Untuk mengetahui seberapa besar realisasi yang di dapat dari retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk dan seberapa besar sumbangannya bagi keseluruhan penerimaan retribusi daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen.

12 E. Metode Penelitian Adalah suatu cara yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data di dalam penelitian sesuai dengan kehendak peneliti. 1. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah : a. Wawancara Yaitu : cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dalam jajaran Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil, UPT dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen. b. Observasi Yaitu : cara pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan materi tugas akhir. 2. Teknik analisis data Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah : a. Analisis kualitatif Adalah : Proses analisis data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angka. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan retribusi bea cetak kartu tanda penduduk. Misalnya : Informasi mengenai faktor-faktor penyebab penurunan atau kenaikan penerimaan retribusi bea cetak kartu tanda penduduk terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Sragen.

13 b. Analisis kuantitatif Adalah : Proses analisis data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Analisis ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai realisasi penerimaan retribusi bea cetak kartu tanda penduduk dan kontribusinya terhadap seluruh penerimaan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah Kabupaten Sragen. F. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah 1. Sejarah berdirinya Dinas Pendapatan Daerah Pada awalnya keberadaan Dinas Pendapatan Daerah bermula dari didirikannya Dinas Urusan Perusahaan pada tahun 1952 yang hanya berumur lima belas tahun. Pada tahun 1970 Dinas Urusan Perusahaan di ganti menjadi administrasi keuangan yang berlaku hanya untuk tiga bulan sebelum akhirnya dibagi menjadi dua, yaitu administratur keuangan dan administratur pendapatan. Mulai tahun 1971 strukturnya disempurnakan lagi menjadi dua bagian, yaitu bagian dinas dan bagian tata usaha. Struktur ini diatur dalam Perda No. 4 Tahun Seiring dengan semakin meningkatnya tugas dari perangkat pelaksanaan pemungut dan penggali sumber-sumber pendapatan daerah guna menyediakan dana dalam rangka pembiayaan pembangunan, sehingga sejalan dengan itu perlu diambil kebijaksanaan untuk meningkatkan status dari perangkat

14 pelaksanaan sumber-sumber pendapatan daerah yang ada pada saat itu, maka seksi pendapatan daerah diganti menjadi Dinas Pendapatan Daerah. Dasar hukum yang melandasi kenaikan status tersebut yaitu Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Sragen Nomor : 29/HPP/1974 tanggal 24 September 1974 yang mengatur tentang tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen dan disahkan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah dengan Surat Keputusan tanggal 21 Mei 1980 No. 1983/104/1980. Peraturan Daerah yang mengatur tentang pembentukan pendapatan daerah tersebut, selanjutnya diundangkan dalam lembaran daerah Kabupaten Sragen No. 7 Tahun 1980 tanggal 10 juni 1980 Seri D No. 3 Dengan perkembangan alih teknologi yang mengikuti perkembangan pembangunan, maka organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah disempurnakan dari sistem MAPEDA ( Manual Pendapataan Daerah ) menjadi sistem MAPATDA ( Matrik Pendapatan Daerah ), sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 1989 tanggal 15 Juli 1989 serta Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 970/1458/PUOD tanggal 1 Mei 1990, perihal pemberlakuaan sistem Mapatda, sehingga dasar hukum pembentukan Dinas Pendapatan Daerah juga mengalami perubahan, yaitu Perda No. 10Tahun 1991 tanggal 16 Mei 1991

15 yang mengatur tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen. 2. Tugas-tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah `Sesuai dengan Perda No. 10 Tahun 1991 tentang susunan dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : a. Tugas Pokok Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas melaksanakan tugas-tugas urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan dan tugas-tugas lainnya yang diserahkan oleh Kepala Daerah. b. Fungsi Agar dapat menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dinas Pendapatan Daerah mempunyai fungsi : 1) Melakukan perumusan kebijaksanaan teknis, memberikan bimbingan pembinaan koordinasi teknis dan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 2) Melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah. menyampaikan 3) Membantu melakukan pekerjaan pendataan objek dan subjek PBB yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau Direktorat PBB, dalam hal dan menerima kembali SPOP dari Wajib Pajak.

16 4) Melakukan penetapan besarnya pajak daerah. 5) Membantu melaksanakan penyampaian SPPT, SKP, SPT, dan sarana administrasi PBB lainnya yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak kepada Wajib Pajak PBB serta membantu melaksanakan DDHP PBB yang di buat Dirjen Pajak kepada petugas pemungut PBB yang ada dibawah pengawasannya. 6) Melaksanakan pembukuan dan pelaporan atas pemungutan dan penyetoran pajak daerah dan retribusi daerah serta pendapatan lainnya. 7) Melakukan koordinasi dan pengawasan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah, dan penerimaan asli daerah lainnya serta penagihan PBB yang dilimpahkan oleh Menteri Keuangan kepada daerah. 8) Melakukan tugas perencanaan dan pengendalian operasional bidang pendataan, penetapan, penagihan pajak daerah, retribusi daerah serta pendapatan asli daerah lainnya. 9) Melakukan penyuluhan mengenai pajak daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB 10) Melakukan urusan Tata Usaha.

17 3. Sistem Pembinaan Kepegawaian Sistem pembinaan kepegawaian dalam Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen sangat penting bagi pegawai yang sudah mempunyai jabatan tertentu. Untuk meningkatkan sumber daya manusia seperti sekarang ini, pemerintah selalu memberi pembinaan baik berupa training maupun ADUM. Di dalam Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen masingmasing mempunyai jabatan yang berbeda-beda. Tentu saja tidak sembarang orang bisa menempati jabatan tersebut, tergantung dari kemampuan masing-masing orang. Untuk menempati jabatan tertentu, pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen harus mengikuti training, penataran atau ADUM. Berikut ini adalah pegawai-pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen yang mengikuti kegiatan di atas : 1. Kepala Dinas 2. Kasi/Kasub Bagian Tata Usaha 3. Kasi pendaftaran dan Pendataan 4. Kasi Penetapan 5. Kasi Pembukuan dan Pelaporan 6. Kasi Penagihan 7. Kasi Perencanaan dan Pengendalian Operasional Disamping para kasi, para pegawai lainnya pun banyak juga yang mendapatkan pendidikan agar terjadi keharmonisan antara pemimpin

18 dan stafnya. Selain itu demi kelancaran tugas kepegawaiannya, sebelum diangkat sebagai pegawai harus di sumpah dahulu. Jadi, orang yang menjadi pegawai harus mengikuti peraturan yang telah disetujui dalam sumpah jabatan. 4. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen mempunyai struktur organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Dinas Kepala Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas dan tanggungjawab antara lain : a. Mengadakan pembagian kerja di dalam melaksanakan tugas Dinas Pendapatan Daerah. b. Memelihara dan membina organisasi, koordinasi staf serta mengadakan koordinasi terhadap petugas pemungut pendapatan daerah. c. Mengadakan koordinasi integrasi dan sinkronisasi dengan instansi yang terkait. d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati Kepala Daerah. e. Bersama-sama dengan instansi yang terkait, menyelesaikan masalah yang timbul akibat pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah.

19 f. Melaksanakan sanksi terhadap pelanggaran pembayaran pemungutan pendapatan daerah. g. Secara periodik memberikan laporan kepada Bupati Kepala Daerah mengenai pelaksanan pemungutan pendapatan daerah. 2. Sub Bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha pada kantor Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. Melaksanakan Urusan Umum Dinas b. Melaksanakan Urusan Kepegawaian Daerah c. Melaksanakan Urusan Keuangan Dinas Perincian tugas sub bagian tata usaha dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh beberapa kepala urusan yang masing-masing urusan tugasnya adalah sebagai berikut : 1) Urusan Umum : a) Menentukan kebersihan kantor dan lingkungannya b) Menyiapkan dan menyelenggarakan rapat dinas c) Mengetahui atau menjaga keamanan kantor 2) Urusan Kepegawaian : a) Penerimaan surat laporan kepegawaian b) Seleksi atau test calon karyawan atau para pelamar c) Mengusulkan dan menyesuaikan gaji berkala

20 3) Urusan Keuangan Tugasnya mencakup kegiatan yang menyangkut keuangan dinas yang pelaksanaannya ditangani oleh bendaharawan. 3. Seksi Pendaftaran dan pendataan Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pendataan terhadap Wajib Pajak dan Wajib retribusi daerah serta membantu pelaksaan pendaftaran dan pendataan, di bantu oleh beberapa Kasubsi, yaitu : a. Sub Seksi Pendaftaran Yang tugasnya meliputi : mendistribusikan formulir pendaftaran yang telah di isi Wajib Pajak dan Wajib Retribusi daerah, membuat laporan tentang formulir pendaftaran menerima kembali Wajib Pajak dan Wajib Retribusi dalam formulir, menetapkan Nomor Wajib Pajak Daerah (NPWPD). b. Sub Seksi Pendataan Yang tugasnya meliputi : menghimpun, mengelola, dan mencatat data objek dan sifat subjek pajak serta retribusi daerah, melakukan pemeriksaan lapangan atau lokasi dan melaporkan hasilnya serta membuat daftar mengenai formulir SPT yang belum diterima. c. Sub Seksi Dokumentasi dan Pengelolaan Data Yang tugasnya meliputi : membuat dan memelihara daftar indek Wajib Pajak Wajib Retribusi Daerah, memberikan kartu pengenal

21 NPWPD, menyimpan arsip surat perpajakan dan retribusi daerah dengan pendaftaran dan pendataan, membantu melakukan penyampaian SPOP PBB dari Wajib Pajak yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 4. Seksi Penetapan Seksi penetapan mempunyai tugas melaksanakan penghitungan dan penetapan jumlah pajak dan retribusi daerah yang terutang sejak menghitung besarnya angsuran atas permohonan Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah, serta menatausahakan jumlah ketetapan PBB yang penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT ) dan Daftar Himpunan Pokok Pembayaran ( DHPP ). Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, seksi penetapan mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Melakukan penghitungan, penetapan pajak, dan retribusi daerah. b. Melakukan penghitungan jumlah angsuran pemungutan atau pembayaran atau penyetoran atas permohonan Wajib Pajak dan Retribusi Daerah yang disetujui. c. Menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan dan retribusi yang berkaitan dengan penetapan. d. Membantu penerimaan SPPT PBB beserta DHPP PBB dan dokumen lainnya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak serta

22 mendistribusikan kepada para Wajib Pajak dan kepada kepala unit terkait. Seksi Penetapan terdiri dari : a. Sub Seksi Perhitungan Yang tugasnya melaksanakan perhitungan penetapan-penetapan serta jabatan dan penetapan tambahan pajak dan retribusi daerah. b. Sub Seksi Penerbitan Ketetapan Yang tugasnya meliputi : menerbitkan Surat Ketetapan Pajak ( SPT ), Surat Ketetapan Retribusi ( SKR ), Surat Perjanjian Angsuran dan surat-surat ketetapan pajak lainnya, mendistribusikan dan menyimpan arsip surat perpajakan dan retribusi daerah serta arsip SPPT PBB serta dokumen PBB lainnya. c. Sub Seksi Angsuran Yang tugasnya meliputi : menerima surat permohonan angsuran, menyiapkan surat perjanjian dan surat penolakan angsuran pemungutan atau pembayaran atau penyetoran pajak dan retribusi daerah. 5. Seksi Pembukuan dan pelaporan Seksi ini tugasnya melaksanakan pembukuan dan penetapan mengenai realisasi penerimaan dan tunggakan pajak dan retribusi daerah, PBB serta

23 pengelolaan benda-benda berharga. Seksi pembukuan dan pelaporan mempunyai fungsi : a. Melakukan pencataan penetapan dan penerimaan dari pemungutan atau pembayaran atau penyetoran pajak daerah dan retribusi daerah ke dalam kartu jenis pajak dan retribusi daerah ke dalam kartu pengawasan PBB ( KPPBB ) dan DHPP. b. Melakukan pencataan mengenai penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta penerimaan uang dari hasil pemungutan benda berharga ke dalam Kartu Penyediaan Benda Berharga. c. Menyiapkan laporan realisasi penerimaan dari tunggakan pemungutan atau pembayaran atau penyetoran pajak dan retribusi daerah, realisasi penerimaan, pengeluaran dan persediaan benda berharga secara bulanan, triwulan dan tahunan serta realisasi penerimaan dari tunggakan PBB. Seksi pembukuan dan pelaporan terdiri dari : a. Sub Seksi Pembukuan dan Penerimaan Yang tugasnya meliputi : menerima dan mencatat semua SKP, SKR, surat-surat ketetapan pajak lainnya, serta SPT PBB, menerima dan mencatat semua SKP, SKR, surat-surat ketetapan pajak lainnya yang di bayar lunas, mencatat penerimaan atau pembayaran atau penyetoran PBB serta menghitung tunggakan.

24 b. Sub Seksi Pembukuan Persediaan Yang tugasnya meliputi : mencatat tanda terima benda berharga, bukti penerimaan benda berharga, penerimaan uang hasil pungutan dengan benda berharga serta menghitung dan merinci sisa persediaan benda berharga. c. Sub Seksi Pelaporan Yang tugasnya meliputi : menyiapkan laporan perihal realisasi penerimaan dan tunggakan pajak dan retribusi daerah serta PBB, menyiapkan laporan berkala mengenai realisasi penerimaan dan persediaan benda berharga. 6. Seksi Penagihan Mempunyai tugas melaksanakan penagihan pajak dan retribusi daerah yang telah melampaui batas waktu jatuh tempo, melayani keberatan dan permohonan banding serta mengumpulkan dan mengelola data sumbersumber penerimaan daerah lainnya di luar pajak dan retribusi daerah. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, seksi penagihan mempunyai fungsi : a. Melakukan kegiatan penagihan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Mengumpulkan dan mengelola data sumber-sumber penerimaan lainnya.

25 Seksi Penagihan terdiri dari : a. Sub Seksi Penagihan Tugasnya adalah menyiapkan dan mendistribusikan surat menyurat serta dokumentasi yang berhubungan dengan penagihan. b. Sub Seksi Keberatan Tugasnya meliputi : menerima dan melayani surat keberatan dan surat permohonan banding atas meterai penetapan pajak dan retribusi daerah, menyiapkan keputusan menerima atau menolak keberatan dan meneruskan penyelesaian permohonan banding ke Majelis Pertimbangan Pajak. c. Sub Seksi Pengelolaan Sumber Lain-lain Tugasnya meliputi : mengumpulkan dan mengolah data sumber-sumber penerimaan lainnya di luar pajak dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 7. Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana pembinaan teknis pungutan, pemantauan, pengendalian, dan peningkatan daerah. Untuk menyelenggarakan tugasnya seperti tersebut di atas, seksi perencanaan dan pengendalian operasional ini mempunyai fungsifungsi sebagai berikut :

26 a. Melaksanakan perencanaan pendapatan daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah lainnya serta dari PBB, melakukan pembinaan teknisi operasional, memberikan bimbingan dan petunjuk kepada semua unit kerja daerah yang melaksanakan pungutan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta pungutan PBB. b. Melakukan kerjasama dengan intansi partikal dan dinas lainnya. Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional terdiri dari : a. Sub Seksi Perencanaan dan Pembinaan Teknis Pungutan Tugasnya meliputi : menyusun rencana pendapatan daerah dan rencana instansi pungutan pendapatan daerah, melakukan pembinaan pelaksanaan tata kerja dan hubungan tata kerja serta pembinaan laporan dan prasarana perpajakan daerah, retribusi dan pendapatan daerah lainnya. b. Sub Seksi Penggalian dan Peningkatan Tugasnya meliputi : mengumpulkan dan mengelola data semua sumber pendapatan daerah, merumuskan rencana peraturan daerah tentang perpajakan, retribusi, dan pendapatan daerah. 8. Unit Penyuluhan Bertugas menyusun bahan penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan, informasi dan penerangan perpajakan dan retribusi daerah lainnya, PBB serta mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan di Dinas Pendapatan Daerah.

27 9. Unit Pelaksana Teknis Data Merupakan unsur pelaksana koordinasi kegiatan dinas di bidang pengelolaan terminal dan pemungutan retribusi daerah, di pimpin oleh seorang Kepala unit pelaksana teknis dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala dinas.

28 23 BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN A. LANDASAN TEORI Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab dengan titik berat pada daerah tingkat II. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, daerah otonom, yang selanjutnya di sebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang, dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 ditetapkan bahwa retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan daerah tentang retribusi dapat mengatur ketentuan mengenai : a. Masa retribusi. b. Pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok retribusi dan atau sanksinya. c. Tata cara penghapusan piutang retribusi yang kadaluwarsa.

29 24 Pengurangan dan keringanan dikaitkan dengan kemampuan Wajib Retribusi, misalnya : dalam retribusi tempat rekreasi, pengurangan dan keringanan diberikan untuk orang jompo, orang cacat, dan anak sekolah. Pembebasan retribusi dikaitkan dengan fungsi objek retribusi, misalnya : pelayanan kesehatan bagi korban bencana alam. Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat di pungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan ke dalam 3 golongan, yaitu : a. Retribusi Jasa Umum Jenis- jenis retribusi jasa umum : 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; 3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; 4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat; 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum; 6. Retribusi Pelayanan Pasar; 7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran; 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

30 Retribusi Pengujian Kapal Perikanan. b. Retribusi Jasa Usaha Jenis-jenis retribusi jasa usaha : 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan; 3. Retribusi Tempat Pelelangan; 4. Retribusi Terminal; 5. Retribusi Tempat Khusus Parkir; 6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa; 7. Retribusi Penyedotan Kakus; 8. Retribusi Rumah Potong Hewan; 9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal; 10. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; 11. Retribusi Tempat Penyeberangan di Atas Air; 12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair; 13. Retribusi Penjualan Produksi Daerah. c. Retribusi Perijinan Tertentu Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu : 1. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; 2. Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3. Retribusi Ijin Gangguan; 4. Retribusi Ijin Trayek.

31 26 Retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk merupakan salah satu dari beberapa jenis retribusi jasa umum. Dalam menetapkan jenis-jenis retribusi ke dalam golongan retribusi jasa umum dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : 1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perijinan tertentu. 2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. 4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi. Di anggap layak apabila jasa tersebut hanya disediakan atau diberikan kepada orang pribadi atau badan yang membayar retribusi. 5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya. 6. Retribusi tidak di pungut secara efektif dan efisien serta merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang potensial. 7. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

32 27 Yang di maksud dengan kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria aspek keadilan antara lain adalah objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat diawasi pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Daerah mempunyai kewenangan untuk menetapkan prinsip dan sasaran yang akan dicapai dalam menetapkan tarif retribusi jasa umum, seperti untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan. Dengan demikian, prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan yang diberikan dan golongan pengguna jasa, sebagai contoh : a. Tarif retribusi persampahan untuk golongan masyarakat yang mampu dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat menutup biaya pengumpulan, transportasi, dan pembuangan sampah, sedangkan untuk golongan masyarakat kurang mampu, tarifnya ditetapkan lebih rendah. b. Tarif rawat inap kelas tinggi bagi retribusi pelayanan rumah sakit umum daerah dapat ditetapkan lebih besar daripada biaya pelayanannya, sehingga memungkinkan adanya subsidi silangbagi tarif rawat inap kelas yang lebih rendah.

33 28 c. Tarif retribusi parkir di tepi jalan umum yang rawan kemacetan dapat ditetapkan lebih tinggi daripada di tepi jalan umum yang kurang rawan kemacetan dengan sasaran mengendalikan tingkat penggunaan jasa parkir sehingga tidak menghalangi kelancaran lalu lintas. Objek retribusi jasa umum adalah setiap pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

34 29 B. PEMBAHASAN Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akta Catatan Sipil di atur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 12 tahun Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 12 tahun 2000, yang dimaksud dengan Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya di singkat dengan nama KTP adalah Kartu sebagai tanda bukti diri pribadi yang sah bagi setiap penduduk dalam wilayah Kabupaten Sragen dan telah berumur 17 tahun dan atau pernah/telah kawin. Penduduk adalah setiap orang baik warga negara Indonesia maupun warga negara Asing yang bertempat tinggal dalam wilayah negara Republik Indonesia dan telah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akta Catatan Sipil adalah Akta otentik yang berisi catatan lengkap seseorang mengenai kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan pengesahan anak, pengangkatan anak dan perubahan nama yang diterbitkan dan di simpan oleh kantor Catatan Sipil sebagai dokumen negara. Akta Catatan Sipil meliputi Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Perubahan atau Ganti Nama dan Akta Kematian serta kutipan ke II yang diterbitkan oleh kantor Catatan Sipil. Kutipan ke II dan seterusnya adalah kutipan akta Catatan Sipil yang ke II dan seterusnya yang dapat diterbitkan oleh kantor Catatan sipil karena kutipan Akta yang asli atau yang pertama hilang, rusak atau musnah setelah dibuktikan dengan surat keterangan dari pihak yang berwajib. Dalam bab II Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 12 Tahun 2000, yang di maksud dengan subjek retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh

35 30 jasa percetakan KTP dan atau Akta Catatan Sipil. Tingkat penggunaan jasa KTP atau Akta Catatan Sipil di ukur berdasarkan jumlah KTP atau Akta Catatan Sipil yang di cetak. Dalam bab VI pasal 8 Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 12 tahun 2000 ditetapkan bahwa penggantian biaya cetak KTP untuk WNI sebesar Rp ;- perlembar sedangkan untuk WNA sebesar Rp ;- perlembar. Masa retribusi untuk KTP adalah jangka waktu yang lamanya 3 tahun sedangkan masa retribusi untuk Akta Catatan sipil berlaku seumur hidup. Besarnya tarif retribusi penggantian bea cetak KTP yang berlaku yaitu sebesar Rp ;- untuk WNI atau Rp ;- untuk WNA di anggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan penyelenggaraan pendaftaran penduduk di Kabupaten Sragen. Oleh karena itulah Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sragen menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 24 tahun Dalam pasal I Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 24 Th tentang perubahan pertama Peraturan Daerah Kabupaten Sragen No. 12 Th tentang retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil ditetapkan bahwa penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil untuk warga negara Indonesia sebesar Rp. 5000;- sedangkan untuk warga negara asing sebesar Rp ;-. Sejak diundangkannya Peraturan Daerah No. 24 Th tersebut atau tepatnya sejak tanggal 18 November 2003, Kabupaten Sragen sudah menerapkan sistem pembuatan KTP nasional.

36 31 Berbeda dari proses pembuatan KTP sebelumnya, proses pembuatan KTP nasional sangat memudahkan kita karena sangat menghemat waktu. Proses pembuatan KTP sebelumnya membutuhkan waktu kurang lebih 2 hari, sedangkan pembuatan KTP nasional langsung jadi dalam 1 hari. Perbedaan lainnya dalam pembuatan KTP sebelumnya kita harus membawa foto diri yang kemudian akan ditempelkan pada KTP, sedangkan dalam pembuatan KTP nasional prosesnya hampir sama dengan proses pembuatan SIM dimana kita akan di foto dengan sistem komputer yang secara otomatis akan langsung menjadi satu dengan KTP. Langkah-langkah pembuatan KTP nasional : 1. Mencari surat pengantar dari RT/RW dimana orang yang bersangkutan tercatat sebagai warga dengan membawa bukti fotocopy Kartu Keluarga. 2. Setelah mendapat Surat Pengantar dari RT/RW dilanjutkan dengan mencari Surat Pengantar dari Kelurahan dengan membawa bukti fotocopy Kartu Keluarga dan Surat Pengantar dari RT/RW. 3. Langkah selanjutnya pergi ke UPT dengan membawa bukti fotocopy Kartu keluarga dan Surat Pengantar dari Kelurahan. Fotocopy Kartu Keluarga dan surat pengantar dari kelurahan diserahkan ke bagian administrasi dengan membayar biaya penggantian sebesar Rp ;- untuk WNI atau Rp ;- untuk WNA. Selanjutnya kita akan di foto dengan sistem komputer dan KTP akan langsung jadi.

37 32 Tabel I Realisasi Penerimaan Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk Di Kabupaten Sragen Th. 1999/ TAHUN TARGET REALISASI % 1999/2000 Rp ,- Rp ,- 115,9% 2000 Rp ,- Rp ,- 100,14% 2001 Rp ,- Rp ,- 104,58% 2002 Rp ,- Rp ,- 126,90% 2003 Rp ,- Rp ,- 84,28% Dari Tabel I di atas dapat di lihat bahwa realisasi penerimaan retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk di Kabupaten Sragen pada tahun anggaran 1999/2000 hanya sebesar Rp ,- sehingga naik sebesar Rp ,- dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp ,- ; Pada tahun 2000 realisasi penerimaan sebesar Rp ,- sehingga naik sebesar Rp ,- dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp ,- ; Pada tahun 2001 realisasi penerimaannya sebesar Rp ,- sehingga ada kenaikan sebesar Rp ,- dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,- ; Kenaikan ini disebabkan karena Kartu Tanda Penduduk sejak tanggal 23 juli 2001 telah diproses di

38 33 Kecamatan sehingga warga masyarakat lebih dekat dan efektif dalam mencari Kartu Tanda Penduduk. Pada tahun 2002 realisasi penerimaannya sebesar Rp ,- sehingga ada kenaikan sebesar Rp ,- dari target yang semula ditetapkan yaitu sebesar Rp ,- ; Kenaikan ini disebabkan oleh proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk di Kecamatan lebih dekat dan efektif, dan pada saat itu Pemerintah daerah melaksanakan pemotretan massal di desa-desa atau kelurahan. Pada tahun 2003 realisasi penerimaannya sebesar Rp ,- sehingga turun sebesar Rp ,- dari target yang semula ditetapkan yaitu sebesar Rp ,- ; Penurunan ini dikarenakan : 1. Jumlah pemohon Kartu Tanda Penduduk yang habis masa berlakunya pada bulan Desember 2003 sebanyak pemohon. 2. Uang masuk dari pembuatan Kartu Tanda Penduduk yang dilakukan pada bulan Desember 2003 sebagian ada yang disetorkan pada bulan Januari 2004.

39 34 Tabel II Kontribusi Retribusi Bea Cetak KTP terhadap Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Th. 1999/ Tahun Anggaran Realisasi Penerimaan Kontribusi Retr. Bea cetak KTP Retr. Daerah 1999/2000 Rp ,- Rp ,- 3,7% 2000 Rp Rp ,- 3,6% 2001 Rp ,- Rp ,- 6,5% 2002 Rp ,- Rp ,- 4,4% 2003 Rp ,- Rp ,- 2,4% Dari Tabel II di atas dapat kita lihat bahwa retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit terhadap seluruh penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Sragen. Pada tahun anggaran 1999/2000 retribusi jenis ini hanya memberikan kontribusi sebesar 3,7%. Pada tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 0,1%, artinya retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk pada tahun 2000 hanya memberikan kontribusi sebesar 3,6% terhadap seluruh penerimaan retribusi daerah. Pada tahun 2001 ada peningkatan sebesar 2,9% dari tahun 2000, artinya mampu memberikan kontribusi sebesar 6,5%. Pada tahun

40 mengalami penurunan menjadi sebesar 4,4%. Dan untuk tahun 2003 mengalami penurunan lagi menjadi sebesar 2,4 %. Dari survey yang dilakukan oleh Penulis, retribusi bea cetak KTP yang merupakan salah satu jenis retribusi jasa umum merupakan retribusi yang penerimaannya di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil paling tinggi, akan tetapi kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen sangat sedikit. Hal ini dapat di lihat pada tabel III berikut ini : Tabel III Kontribusi Retribusi Bea Cetak KTP terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen Tahun 1999/ Tahun Realisasi Penerimaan Kontribusi Anggaran Retr. Bea Cetak KTP PAD 1999/2000 Rp ,- Rp ,- 1,49% 2000 Rp ,- Rp ,- 1,27% 2001 Rp ,- Rp ,- 2,60% 2002 Rp ,- Rp ,- 1,55% 2003 Rp ,- Rp ,- 0,90%

41 36 Dari Tabel III di atas dapat kita lihat bahwa retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Sragen. Pada tahun anggaran 1999/2000 kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah hanya sebesar 1,49%. Pada tahun 2000 menurun menjadi 1,27%. Pada tahun 2001 mampu memberikan kontribusi sebesar 2,60%, sehingga ada kenaikan sebesar 1,33% dari tahun Pada tahun 2002 mengalami penurunan menjadi sebesar 1,55%, sehingga ada penurunan sebesar 1,05% dari tahun Pada tahun 2003 menurun lagi sehingga hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,90%.

42 37 BAB III TEMUAN 1. Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk merupakan retribusi yang penerimaannya di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Sragen paling tinggi jika dibandingkan dengan retribusi lainnya, seperti : retribusi untuk pengadaan KK, pencatatan atau penerbitan Akta kelahiran, pencatatan atau penerbitan Akta perkawinan, pencatatan atau penerbitan Akta perceraian, pencatatan atau penerbitan Akta pengakuan atau pengesahan anak, pencatatan atau penerbitan Akta perubahan atau ganti nama, pencatatan atau penerbitan Akta kematian, pencatatan atau penerbitan Akta kutipan ke II, pencatatan atau penerbitan Akta pengangkatan anak, Leges, dan SP3. 2. Dari analisis selama 5 tahun berturut-turut, selama 4 tahun anggaran realisasi penerimaan lebih besar dari target. Pada tahun anggaran 1999/2000 realisasi penerimaan retribusi bea cetak kartu tanda penduduk sebesar Rp ; sehungga ada kenaikan sebesar Rp ; dari target yang hanya sebesar Rp ;. Pada tahun 2000 realisasinya meningkat menjadi Rp ; sehingga ada kenaikan sebesar Rp ;dari target semula yang hanya sebesar Rp ;. Tahun 2001 realisasi penerimaan sebesar Rp ; sehingga naik sebesar Rp ; dari target yang ditetapkan sebesar Rp ;. Lebih tingginya realisasi penerimaan dari target ini disebabkan

43 38 Kartu Tanda Penduduk sejak tanggal 23 juli 2001 telah di proses di kecamatan, sehingga warga masyarakat lebih dekat dalam mencari kartu tanda penduduk. Lebih dekat dan mudahnya proses pembuatan kartu tanda penduduk secara otomatis akan menambah jumlah pemohon KTP yang habis masa berlakunya. Bertambahnya jumlah pemohon KTP secara otomatis akan menambah jumlah penerimaan retribusi dari pembuatan kartu tanda penduduk. Pada tahun 2002 realisasi penerimaan retribusi bea cetak kartu tanda penduduk sebesar Rp ; sehingga ada kenaikan sebesar Rp ; dari target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp ;. Peningkatan ini disebabkan proses pembuatan kartu tanda penduduk di kecamatan dirasa lebih dekat dan efektif, dan pada saat itu dilaksanakan pemotretan massal di desa-desa atau kelurahan, sehingga banyak warga masyarakat yang memanfaatkan kesempatan ini. Pada tahun 2003 realisasi penerimaannya sebesar Rp ; sehingga turun sebesar Rp ; dari target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp ;. Turunnya realisasi penerimaan ini disebabkan 2 hal, yaitu : a. Jumlah pemohon kartu tanda penduduk yang habis masa berlakunya pada bulan Desember 2003 sebanyak pemohon. b. Penyetoran biaya cetak kartu tanda penduduk pada bulan desember 2003 sebagian disetorkan pada bulan januari Bila dilihat ada sebanyak pemohon kartu tanda penduduk pada akhir tahun 2003 seharusnya menambah realisasi penerimaannya.

44 39 Namun dari data yang sudah diperoleh dari Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen diketahui bahwa realisasi lebih kecil dari targetnya atau realisasi penerimaannya turun sebesar Rp ; dari realisasi penerimaan pada tahun Hal ini karena penggantian bea cetak KTP yang masuk di UPT pada bulan Desember 2003 tidak semuanya disetorkan pada bulan itu juga, sebagian uang masuk disetorkan pada bulan Januari 2004, dalam hal ini Penulis tidak berhasil mendapatkan alasan khusus dari pihak yang bersangkutan, kenapa penggantian bea cetak KTP yang masuk di UPT pada bulan Desember 2003 hanya sebagian yang disetorkan ke Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil pada bulan itu juga. 3. Retribusi Bea Cetak Kartu Tanda Penduduk hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit bagi keseluruhan penerimaan retribusi daerah di Kabupaten Sragen. Hal ini dapat dilihat dari tabel II, dari tahun ke tahun tidak ada peningkatan yang cukup baik bahkan cenderung menurun. Pada tahun anggaran 1999/2000 retribusi ini hanya memberikan kontribusi sebesar 3,7 % bagi retribusi daerah di Kabupaten Sragen. Pada tahun 2000 justru menurun 0,1 % atau hanya memeberikan kontribusi sebesar 3,6 %. Pada tahun 2001 ada peningkatan sebesar 2,9 % atau meningkat menjadi 6,5 %. Tahun 2002 terjadi penurunan sebesar 2,1 % atau menurun menjadi 4,4 %. Dan pada tahun 2003 turun lagi menjadi 2,4 % sehingga ada penurunan sebesar 2,0 % dari tahun 2002.

45 40 4. Meskipun penerimannya di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil paling tinggi tetapi kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen sangat kecil. Hal ini dapat di lihat dari tabel III, pada tahun anggaran 1999/2000 hanya memberikan kontribusi sebesar 1,49 %. Pada tahun 2000 kontribusinya hanya sebesar 1,27 %. Tahun 2001 memberikan kontribusi sebesar 2,60 %. Peningkatan ini dikarenakan Kartu Tanda Penduduk sejak tanggal 23 juli 2001 telah diproses di kecamatan sehingga warga masyarakat lebih dekat dan efektif dalam mencari Kartu Tanda Penduduk. Pada tahun 2002 kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen menurun menjadi sebesar 1,55 %. Tahun 2003 menurun lagi menjadi 0,90 %.

46 41 BAB IV REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari uraian-uraian sebelumnya dapat di tarik kesimpulan bahwa : 1. Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen. Hal ini mengingat bahwa masa berlaku KTP adalah 3 tahun dan biaya pembuatan KTP yang kecil. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jangka waktu pembayaran retribusi sangat menentukan besar kecilnya penerimaan retribusi daerah. 2. Sejak tanggal 23 Juli 2001 Kartu Tanda Penduduk telah di proses di Kecamatan. Hanya dalam waktu 5 bulan mampu meningkatkan realisasi penerimaan menjadi sebesar Rp ;- Artinya pada tahun 2001 ada peningkatan sebesar Rp ;- dari penerimaan pada tahun 2000 yang hanya sebesar Rp ;- dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa jauh-dekatnya letak pembuatan Kartu Tanda Penduduk akan mempengaruhi jumlah pemohon Kartu Tanda Penduduk dan jumlah pemohon KTP akan sangat mempengaruhi jumlah realisasi penerimaan retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk.

47 42 3. Pada tahun 2001 diadakan pemotretan massal di desa-desa atau Kelurahan dan pada tahun itu juga realisasi penerimaannya lebih besar dari target atau ada kenaikan sebesar Rp ,- dari target. Karena adanya pemotretan massal itu pula, maka penerimaan pemerintah daerah dari retribusi ini naik sebesar Rp ,- dari penerimaan pada tahun 2000 yang hanya sebesar Rp ,- atau naik hampir 200%. Dari hal ini dapat di tarik kesimpulan bahwa rendahnya biaya dan efektifnya proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk juga sangat mempengaruhi realisasi penerimaan retribusi bea cetak Kartu Tanda Penduduk. 4. Dari uraian nomor 3 di atas disebutkan bahwa pemotretan massal dilakukan di desa-desa atau kelurahan dan realisasi penerimaan pun naik. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah daerah juga merupakan faktor penentu naik tidaknya realisasi penerimaan retribusi. 5. Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tingkat kemandirian daerah dalam membiayai pembangunannya sangat ditentukan oleh Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS ), bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, pendapatan dari pemerintah atau instansi yang lebih tinggi dan pendapatan lainnya tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan sstem perpajakan daerah dan retribusi daerah, tetapi lebih kepada partisipasi dan peran serta seluruh lapisan

48 43 masyarakat, kerja keras dari aparat yang bersangkutan, dan bantuan positif semua pihak yang terkait. Artinya, bahwa tingkat kemandirian suatu daerah adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah daerah, aparat yang bersangkutan, dan seluruh lapisan masyarakat. B. SARAN Dari kesimpulan di atas dikatakan bahwa tingkat kemandirian suatu daerah dalam membiayai pembangunannya sangat ditentukan oleh Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah sangat ditentukan oleh pembaharuan sistem perpajakan daerah dan retribusi daerah yang mengarah pada sistem yang sederhana, adil, efektif, dan efisien, peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, kerja keras aparat yang bersangkutan, dan bantuan positif dari semua pihak yang terkait, maka perlu bagi pemerintah daerah untuk menciptakan aparat yang bersih, jujur, dan bertanggungjawab. Aparat yang bersih, jujur, dan bertanggungjawab ini dapat diperoleh dengan jalan memberikan sistem pembinaan kepegawaian secara berkala, pengontrolan atau pengawasan secara teratur, dan pemberian sanksi yang tegas bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh aparat. Selain itu Pemerintah Daerah perlu menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahannya. Karena tanpa kepercayaan, mustahil bila masyarakat mau berperan serta dalam programprogram Pemerintah Daerah. Untuk menumbuhkan kepercayaan

49 44 masyarakat bisa di mulai dengan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat sebagai bukti pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat.

50 DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Yogyakarta, Andi. Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 12 Tahun 2000 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil. Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 24 Tahun 2003 tentang Penggantian Pertama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 entang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Analisis retribusi pelayanan kesehatan sebagai salah satu bagian dari pendapatan asli daerah di kabupaten Sragen. Oleh: Vivi Ika Maruti BAB I

Analisis retribusi pelayanan kesehatan sebagai salah satu bagian dari pendapatan asli daerah di kabupaten Sragen. Oleh: Vivi Ika Maruti BAB I Analisis retribusi pelayanan kesehatan sebagai salah satu bagian dari pendapatan asli daerah di kabupaten Sragen Oleh: Vivi Ika Maruti BAB I PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002) Oleh: A. Bervian Sonny W F3400001 BAB I GAMBARAN UMUM DIPENDA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, Pasal 25 ayat (6) dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH UMUM Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : 1. 2. 3. 4. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3),

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, Pasal 25 ayat (6) dan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2004 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TGL. 21 MEI 1992 SERI D NO. 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TGL. 21 MEI 1992 SERI D NO. 7 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 9 TGL. 21 MEI 1992 SERI D NO. 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 7 TAHUN : 1992 SERI : D2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 7 TAHUN : 1992 SERI : D2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 7 TAHUN : 1992 SERI : D2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 7 TAHUN : 1991 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendapatan Asli Daerah 2.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

Perda No. 5/1991 tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Dati II Magelang.

Perda No. 5/1991 tentang Susunan Organisasi dan tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Dati II Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 1991 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 1991 SERI D NO : 2 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 1991 SERI D NO : 2 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 1991 SERI D NO : 2 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DARRAH TINGKAT II YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DARRAH TINGKAT II YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta) Nomor 11 Tahun 1991 Seri D ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTAMADYA

Lebih terperinci

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama. Dinas. Pasal 172

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama. Dinas. Pasal 172 DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 172 Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam nelaksanakan sebagian urusan pilihan yang menjadi kewenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah memberikan konsekuensi

Lebih terperinci

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH RETRIBUSI DAERAH HAPOSAN SIMANJUNTAK,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A B U P A T I TASIKMALAY A KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH/PASEDAHAN AGUNG KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI BULUNGAN DIBIDANG PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan daerah adalah komponen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT A. SEJARAH SINGKAT DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.061/7200/SJ Tanggal 21 Maret

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 29 BAB III RETRIBUSI DAERAH A. Konsep Pemungutan Retribusi Daerah Pemungutan retribusi daerah yang saat ini didasarkan pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sumber Penerimaan Daerah Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya. Menurut Adam Smith peranan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam :

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 memiliki semangat pemberlakuan asas desentralisasi dan otonomi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA CABANG DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUTAI PADA KECAMATAN MUARA BADAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN Tempat penelitian ini terlebih dahulu dipilih pada saat peneliti sedang melakukan praktek kerja lapangan, disini peneliti memilih pada instansi Kantor Dinas Pendapatan

Lebih terperinci

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan PENGATURAN MENGENAI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH www.kaltimpost.co.id I. PENDAHULUAN Dalam rangka

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Diubah dengan Perwal Nomor 93Tahun 2012 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 63 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PENDAPATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pendapatan Asli Daerah II.1.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1) Pengertian Retribusi Daerah Retribusi Daerah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi daerah, adalah pungutan daerah sebagai

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali Pada awalnya kantor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Menurut Halim (2004:15-16) APBD adalah suatu anggaran daerah, dimana memiliki unsur-unsur

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah Sistem administrasi keuangan daerah di Indonesia ditandai dengan dua pendekatan, yaitu dekonsentarsi dan desentralisasi. Dekonsentrasi adalah administrasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Di masa orde baru pengaturan pemerintahan daerah ditetapkan dengan Undang-Undang No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, tapi belum memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SANGGAU Menimbang :

Lebih terperinci

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 JENIS DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Satuan Data XIX. RINGKASAN APBD I. Pendapatan Daerah - 584244829879

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan pajak dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut secara logis dinilai wajar karena jumlah peningkatan pajak berbanding lurus

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3), Pasal 22, dan Pasal 33

Lebih terperinci

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK 65 RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA Oleh Zainab Ompu Zainah ABSTRAK Keywoods : Terminal, retribusi. PENDAHULUAN Membicarakan Retribusi Terminal sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung pada konsep-konsep

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

Ketentuan Formal Retribusi Daerah MATA KULIAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA

Ketentuan Formal Retribusi Daerah MATA KULIAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA Ketentuan Formal Retribusi Daerah MATA KULIAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA PENDAHULUAN Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN MOJOKERTO DENGAN

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com DASAR HUKUM Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Dirubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah kota Medan Pada mulanya Dinas Pendapatan Daerah kota medan adalah sub bagian pada bagian keuangan yang

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari 19 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari Pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU, PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. pemerintah pusat menyerahkan wewenang untuk melakukan pemungutan,

BAB II DESKRIPSI UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. pemerintah pusat menyerahkan wewenang untuk melakukan pemungutan, BAB II DESKRIPSI UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. SEJARAH SINGKAT ORGANISASI Karena belum terbentuknya kantor IPEDA di Daerah TK II Simalungun maka pemerintah pusat menyerahkan wewenang untuk

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si PENGANTAR PERPAJAKAN 1 DASAR-DASAR PERPAJAKAN Pengertian Pajak Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan UU (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa bangunan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut ketentuan Pasal 40 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI A. Tinjauan Umum Tentang Retribusi Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN DENGAN

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN FUNGSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Pada mulanya DISPENDA Kota Medan adalah suatu suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Halim (2008:96) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok PAD dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 20 DESEMBER 2012 NOMOR : 18 TAHUN 2012 TENTANG : PENYELENGGARAAN RETRIBUSI DAERAH Sekretariat Daerah Kota Sukabumi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat seutuhnya. Untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak hanya mengejar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Otonomi Daerah Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK

Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke Agus Nur Hayanto NIM : F.3400005 UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I GAMBARAN UMUM OBYEK A. Sejarah Singkat Dinas Pengelolaan Pasar Pemerintah Kota

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PAJAK DAERAH DAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Pada awalnya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) 802596 B L I T A R KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR : 188.4 /16 / 409.203.1 / KPTS

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN PAJAK DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA PENCATATAN SIPIL BUPATI KATINGAN Menimbang Mengingat : a. b. c. d. 1. 2.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pendapatan Asli Daerah 1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PPK A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KABUPATEN SERDANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PPK A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KABUPATEN SERDANG BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PPK A. GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Dalam rangka Penyelengaraan Pemerintahan, Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci