Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial"

Transkripsi

1 Pembangunan Sistem Zona Agroekologi (ZAE) menggunakan Logika Fuzzy pada Wilayah Pertanian Kabupaten Semarang Berbasis Data Spasial 1) Yerymia Alfa Susetyo, 2) M. A. Ineke Pakereng, 3) Sri Yulianto J. Prasetyo Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia 1) 2) 3) Abstract Agroecology zone is the result of grouping the soil characteristics and climate in a region. The groupings of soil and climate characteristics are helpful in establishing an area of agricultural systems. Semarang District as a district which has decreased the conversion of agricultural land is requires the handling of agricultural planning. Fuzzy logic as a method to determine the zoning based on the degree of membership. The output of fuzzy logic is an agroecology zone of the region. By knowing the agroecology zone of a region and presented in spatial data, then the planning of agricultural development will be more planned carefully. Keywords: Agroecology Zone, Fuzzy Logic, Spatial Data 1. Pendahuluan Pembangunan pertanian sebagai salah satu dasar bagi pembangunan nasional, tidak hanya cukup menjadi sektor yang berperan tangguh pada persoalan pembangunan perekonomian, akan tetapi juga harus berperan dalam pembangunan lingkungan dan sosial masyarakat. Dalam bidang pertanian terdapat hubungan yang erat antara faktor klimatologis, bentuk kewilayahan, dan tanah. Pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama, dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak ada perbedaan secara nyata, disebut sebagai Agroekologi. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Tujuan yang hendak dicapai pada penetapan zona agroekologi (ZAE) adalah untuk menetapkan komoditas potensial berskala ekonomi agar sistem usaha tani dapat berkelanjutan.[1] Untuk tujuan perencanaan pembangunan pada wilayah pertanian, saat ini belum mampu menjangkau sampai skala aplikatif di lapangan. Oleh karena itu diperlukan karakterisasi potensi sumber daya lahan zona agroekologi (ZAE) tingkat semi detail di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka muncullah keinginan untuk melakukan karakterisasi, deliniasi, dan penyusunan database sumber daya lahan, serta menyusun pola pewilayahan komoditas pertanian berdasar zona 61

2 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : agroekologi dengan menggunakan logika fuzzy dan diimplementasikan dalam data spasial berbasis web.logika fuzzy merupakan logika yang mampu mengatasi ketidakpastian dalam menentukkan zona agroekologi di suatu wilayah. Logika fuzzy merupakan pengembangan dari logika boolean atau klasik, dimana logika boolean menyatakan bahwa segala hal diekspresikan dalam istilah, sedangkan logika fuzzy menyatakan segala hal diekspresikan dalam istilah derajat keanggotaan. Kabupaten Semarang mengalami permasalahan berkaitan dengan konversi lahan pertanian. Luas lahan sawah Kabupaten Semarang tahun 2009 tercatat seluas ,46 Ha dibandingkan tahun 2008 terjadi penurunan konversi lahan sawah seluas 3,54 Ha. Keprihatinan akan cepatnya penurunan konversi lahan di Kabupaten Semarang ini benar-benar membutuhkan perhatian serta penanganan yang komprehensif dari semua kalangan. Hal ini mengingat posisi Kabupaten Semarang yang merupakan daerah penunjang ketersediaan pangan di Jawa Tengah pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Selain itu juga mengingat semakin gencarnya isu penanganan pemanasan global. [2] Pembangunan sistem zona agroekologi ini, diimplementasikan di wilayah Kabupaten Semarang.Wilayah Kabupaten Semarang dipilih karena merupakan salah satu pendukung lumbung pangan Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi yang cukup besar di bidang pertanian. Di samping itu, pada saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. 2. Kajian Pustaka Dalam jurnal lain yang berjudul Penggunaan Metode Fuzzy dalam Penentuan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Subdas Cipeles dinyatakan bahwa SIG adalah sistem yang dapat digunakan untuk memasukkan,menyimpan,memeriksa,mengintegrasikan,memanipulasi, menganalisis,dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi permukaan bumi. Kemampuan SIG yang paling menonjol adalah dalam pengolahan data spasial antara lain teknik overlay (tumpang-susun). Dalam jurnal yang sama pula, dituliskan bahwa hasil interpretasi data melalui metode fuzzy dengan defuzzifikasi Centre of Grafity (COG) menunjukkan bahwa metode fuzzy mampu mengatasi ketidakpastian dalam klasifikasi data lahan kritis yang disajikan dalam bentuk diskrit, dimana dari hasil uji Wilcoxon interpretasi hasil analisis fuzzy mendekati kondisi yang sebenarnya di lapangan. [3] Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem yang dapat mengintegrasikan data spasial (pada vektor dan citra digital),atribut (sistem basis data),dan properties lainnya. [4] Fungsionalitas dari sistem informasi geografis adalah kemampuan dalam menjawab hal-hal terkait analisis (query). SIG dapat memecahkan masalah-masalah analisis spasial, atribut, dan kombinasinya.sistem informasi geografis, menghubungkan unsur-unsur yang terdapat dalam peta dengan atribut-atributnya ke dalam sebuah satuan yang disebut layer. Layer dapat berupa batas-batas administrasi atau kondisi alam. Sistem informasi yang dirancang akan menggabungkan layer-layer tersebut beserta atributnya sehingga membentuk suatu basis data. Sistem juga melakukan analisis spasial sehingga dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Pada sistem informasi geografis, terdapat beberapa sub sistem yang masing masing 62

3 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) memiliki fungsi yang spesifik. Sub sistem dalam sistem informasi geografis yaitu a).input data, adalah sub sistem yang bertugas untuk mengelola input atau masukan data spasial yang ada; b).output data, adalah menampilkan informasi, baik berupa peta, tabel, atau laporan lain; c).manajemen data, adalah sub sistem yang mengorganisasikan data spasial maupun atribut ke dalam basis data; d).manipulasi data, adalah sub sistem yang berfungsi untuk menentukan informasi-informasi apa saja yang akan dihasilkan dan ditampilkan. Selain itu, sub sistem ini bertugas untuk manipulasi dan pemodelan data, sehingga menjadi informasi yang diharapkan. Secara skema, sub sistem dalam sistem informasi geografis ditunjukkan pada Gambar 1. Manipulasi Data Input Data Sistem Informasi Geografis (SIG) Output Data Manajemen Data Gambar 1 Sub Sistem dalam SIG [5] MapServer adalah lingkungan pengembangan software yang bersifat open source yang dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi internetbased yang melibatkan data spasial atau peta digital. Aplikasi yang dibangun menggunakan MapServer memiliki tipikal arsitektur seperti yang ditunjukkan Gambar 2. HTTP/CGI request Internet File HTML HTTP Server (Apache, IIS, etc) MapServer Browser MapServ CGI,or MapScript + PHP Or MapScript + Perl, or etc Map File HTML Tempate Map Data External Data Gambar 2 Arsitektur Web SIG dengan MapServer [4] Pada mulanya, browser (client) mengirimkan request (melalui jaringan internet atau intranet) ke web server dalam bentuk request terkait spasial. Kemudian, oleh web 63

4 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : server, request terkait spasial ini dikirimkan ke server aplikasi (yang dibangun dengan menggunakan pemrograman script yang telah tersedia) dan MapServer. Setelah itu, MapServer akan membaca mapfile, data peta, dan data eksternal (jika ada) untuk membentuk gambar yang sesuai dengan request. Setelah gambar ini di-render, file images yang bersangkutan akan dikirimkan ke web server, dan akhirnya ke browser milik client sesuai dengan format tampilan template-nya. Arsitektur MapServer ini cenderung bersifat thin-client atau fokus pada server side hingga prosedur-prosedur yang terkait pengelolaan data dan analisis diproses di server, sementara browser hanya menerima hasil request dalam bentuk file HTML beserta file images-nya. [4] Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah.sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila lahan tidak gunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai pada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk generasi penerus di masa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat dapat ditentukan.metode penyusunan Zona Agroekologi (ZAE) dilakukan melalui penggabungan antara karakteristik fisiografi lahan (kelerengan, drainase, tinggi tempat) dan iklim (curah hujan dan suhu). Data karakteristik fisiografi lahan dan iklim diperoleh melalui pengolahan peta kontur, peta ketinggian tempat, dan data curah hujan menjadi peta digital kemiringan, kelembaban, rejim suhu, dan drainase. Peta-peta digital yang telah dihasilkan tersebut ditumpang-susunkan sehingga diperoleh Zona Agroekologi (ZAE) sebagai satuan pemetaan. Struktur Zona Agroekologi dapat dilihat pada Gambar 3. Tahap-tahap dalam menentukan Zona Agroekologi (ZAE) adalah: 1. Pengelompokan zona utama, yang didasarkan pada peta digital kemiringan lereng. Wilayah dikelompokkan dalam empat zona berdasarkan kemiringan lereng, yaitu a) Zona Satu : Kemiringan < 8%, dengan fisiografi datar hingga agak datar; b) Zona Dua : Kemiringan 8-15%, dengan fisiografi berombak dan lereng agak curam; c) Zona Tiga : Kemiringan 15-40%, dengan fisiografi berbukit dan lereng curam; d) Zona Empat : Kemiringan > 40%, dengan fisiografi bergunung dan lereng sangat curam. 2. Pengelompokan atas dasar rejim suhu udara maka wilayah terbagi menjadi tiga kelompok yaitu a).panas (simbol A) yaitu daerah pada ketinggian 500 mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan > 26 C; b).sejuk (simbol B) yaitu daerah pada ketinggian mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan 26 C-23 C; c).dingin (simbol C) yaitu daerah pada ketinggian >1000 mdpl atau memiliki rataan suhu udara tahunan < 23 C. 3. Pengelompokan sub zona rejim kelembaban, dibedakan berdasarkan jumlah bulan kering (curah hujan<60 mm) dalam satu tahun atau didasarkan pada 64

5 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) besarnya curah hujan. Sedangkan rejim suhu didasarkan pada ketinggian tempat dari permukaan laut yang mengikuti proses lapse rate adiabatic. Berdasarkan data rejim kelembaban yang didasarkan pada data bulan kering atau curah hujan, maka wilayah dibagi menjadi tiga kelompok yaitu a) Kering (X) yaitu jika bulan kering>7 bulan dalam satu tahun atau curah hujan tahunan <1500 mm; b).lembab (Y) yaitu jika bulan kering antara empat sampai tujuh bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan antara mm; c).basah (Z) yaitu bulan kering < 3 bulan dalam setahun atau curah hujan tahunan >3000 mm. 4. Pengelompokan sub zona Drainase. Berdasarkan keadaan drainase tanah (mudah tidaknya air hilang dari tanah) maka wilayah dikelompokkan atas a) Drainase baik (simbol satu) yaitu daerah yang tanahnya tidak tergenang; b) Drainase buruk (simbol dua) yaitu daerah yang tanahnya selalu tergenang. Zona Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 KELERENGAN DRAINASE Sub Zona 1. Baik 2. Buruk Sub Zona A. Panas B. Sejuk Zona Agroekologi Sub Zona X. Basah Y. Lembab C. Dingin SUHU KELEMBABAN Z. Kering Gambar 3 Struktur Zona Agroekologi [6] Lotfi A. Zadeh memperkenalkan teori himpunan fuzzy, yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa tidak hanya teori probabilitas saja yang dapat digunakan mempresentasikan masalah ketidakpastian.namun demikian,teori himpunan fuzzy bukanlah pengganti dari teori probabilitas. Pada teori himpunan fuzzy, komponen utama yang sangat berpengaruh adalah fungsi keanggotaan. Fungsi keanggotaan merepresentasikan derajat kedekatan suatu objek terhadap atribut tertentu, sedangkan pada teori probabilitas lebih pada penggunaan frekuensi relatif. [6] Proses dalam logika fuzzy dapat dilihat pada Gambar 4. Input fuzzy adalah berupa bilangan crisp (bilangan tegas) yang dinyatakan dalam himpunan input. Fuzzifier merupakan proses untuk mengubah bilangan crisp menjadi nilai keanggotaan dalam himpunan fuzzy. Fuzzy inference system merupakan bagian pengambilan kesimpulan (reasoning) dan keputusan.knowledge/ rule base berisi aturan-aturan yang biasanya dinyatakan dengan perintah IF THEN.Defuzzifier merupakan proses untuk merubah nilai output fuzzy menjadi nilai crisp. Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya.salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. 65

6 Gambar 4 Skema Dasar Fuzzy Logic [7] Ada beberapa representasi kurva dalam fungsi keanggotaan, antara lain Representasi Linear Pemetaan input dimana derajat keanggotaannya digambarkan sebagai suatu garis lurus. Persamaan 1 menunjukkan fungsi keanggotaan untuk representasi liniear. (1) Representasi Kurva Segitiga, pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis (linear), seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 5 Representasi Kurva Segitiga [7] Fungsi keanggotaan menggunakan rumus pada Persamaan 2. (2) Representasi Bentuk Bahu. Kurva bahu merupakan daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun.representasi bentuk bahu ditunjukkan pada Gambar 6.

7 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) Gambar 6 Representasi Kurva Bahu 3. Perancangan Sistem Dalam sistem ini,terdapat dua pengguna yakni, admin dan user.untuk masuk ke dalam sistem, admin harus login terlebih dahulu. Sedangkan, untuk user tida perlu login. User di sini adalah pegawai Bappeda Kabupaten Semarang,atau pegawai Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. Sedangkan admin adalah pegawai Bappeda Kabupaten Semarang, atau pegawai Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang yang diberi otoritas untuk mengolah atau me-manage database. Secara umum, use case diagram untuk sistem ini ditunjukkan pada Gambar 7. User Sistem ZAE <<include>> Admin Login Manage Database Gambar 7 Use Case Diagram Sistem Use Case Diagram untuk user dan admin secara detail ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8 dalam use case diagram untuk user, terdapat lima fungsi yang dapat dilakukan oleh user. Fungsi lihat informasi pembagian wilayah Kabupaten Semarang berfungsi untuk melihat peta pembagian wilayah Kabupaten Semarang per kecamatan, serta untuk mendapatkan informasi berupa batas-batas wilayah Kabupaten Semarang, dan luas wilayah masing-masing kecamatan. Fungsi lihat informasi kelerengan Kabupaten Semarang berfungsi untuk melihat peta kelerengan wilayah dan melihat informasi kelerengan minimal dan maksimal di masing-masing

8 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : kecamatan. Fungsi lihat informasi ketinggian dan fungsi lihat informasi curah hujan Kabupaten Semarang pada intinya sama dengan fungsi lihat informasi kelerengan Kabupaten Semarang, bedanya dalam fungsi ini, sebagai data yang diolah adalah data ketinggian atau curah hujan. Fungsi lihat hasil ZAE berfungsi untuk melihat peta zona agroekologi pada suatu kecamatan dengan satuan per desa, kemudian juga untuk melihat gambaran umum zona tersebut dan melihat komoditas pertanian yang cocok dibudidayakan pada daerah tersebut. Fungsi untuk admin pada use case diagram Gambar 8, terdapat enam fungsi. Fungsi-fungsi tersebut sama dengan fungsi milik user akan tetapi, untuk admin, ada tambahan, yakni fungsi edit data kelerengan, ketinggian, dan curah hujan. Edit Data Kelerengan, Ketinggian dan Curah Hujan Lihat Informasi Pembagian WilayahKab. Semarang User Lihat Informasi Kelerengan Kab. Semarang Admin Lihat Informasi Ketinggian Kab. Semarang Lihat Informasi Curah Hujan Kab. Semarang Lihat Hasil Zona Agroekologi Gambar 8 Use Case Diagram untuk User dan Admin 4. Perancangan Algoritma dangan Logika Fuzzy Algoritma yang digunakan dalam sistem ini adalah logika fuzzy. Logika fuzzy digunakan untuk menentukan zona agroekologi dari suatu wilayah desa di Kabupaten Semarang. Indikator atau komponen yang digunakan adalah kelerengan atau kemiringan lahan, ketinggian tempat, dan curah hujan. Fungsi keanggotaan fisiografi lahan Domain himpunan fuzzy yang terdiri dari Fisiografi Datar (<8%); Fisiografi Agak Curam (8%-15%); Fisiografi Curam (15%-40%); Fisiografi Sangat Curam (>80%). Sedangkan kurva untuk fungsi keanggotaan fisiografi lahan ditunjukkan pada Gambar 9. 68

9 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) Gambar 9 Kurva Fungsi Keanggotaan Fisiografi Lahan Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan datar ditunjukkan pada Persamaan 3. (3) Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan agak curam ditunjukkan pada Persamaan 4. (4) Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan curam ditunjukkan pada Persamaan 5. (5) Fungsi keanggotaan untuk fisiografi lahan sangat curam ditunjukkan pada Persamaan 6. (6) Fungsi keanggotaan ketinggian tempat. Domain himpunan fuzzy terdiri dari suhu panas (<500 mdpl); suhu sejuk (500 mdpl-1000 mdpl) dan suhu dingin (> 1000 mdpl). Kurva untuk fungsi keanggotaan ketinggian tempat ditunjukkan pada Gambar 10. Gambar 10 Kurva Fungsi Keanggotaan Ketinggian Tempat 69

10 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu panas ditunjukkan pada Persamaan 7. (7) Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu sejuk ditunjukkan pada Persamaan 8. (8) Fungsi keanggotaan untuk ketinggian tempat dengan suhu dingin ditunjukkan pada Persamaan 9. (9) Fungsi Keanggotaan Curah Hujan. Domain himpunan fuzzy terdiri dari kelembaban kering (<1500 mm); kelembaban lembab (1500 mm-3000 mm); kelembaban basah (>3000 mm). Kurva untuk fungsi keanggotaan curah hujan ditunjukkan pada Gambar 11. Gambar 11 Kurva Fungsi Keanggotaan Curah Hujan Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban kering ditunjukkan pada Persamaan 10. (10) Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban lembab ditunjukkan pada Persamaan 11. (11) 70

11 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) Fungsi keanggotaan untuk curah hujan dengan kelembaban basah ditunjukkan pada Persamaan 12. (12) 5. Hasil Pembahasan dan Implementasi Dalam Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang ini, terdapat lima menu utama, yaitu: Home, Informasi, ZAE, Data, dan Help. Tampilan Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12 Tampilan Halaman Home Halaman informasi pembagian wilayah memiliki tiga navigasi yaitu: pembagian wilayah kecamatan, pembagian wilayah Kabupaten Semarang per kecamatan, dan pembagian wilayah per desa. Halaman informasi kelerengan/kemiringan lahan memiliki dua navigasi yaitu: kelerengan wilayah kecamatan, dan kelerengan wilayah Kabupaten Semarang. Gambar 13 Tampilan Peta Kelerengan Lahan 15,1% - 25% Kabupaten Semarang 71

12 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : Dalam halaman informasi kelerengan wilayah Kabupaten Semarang terdapat combo box yang berisi klasifikasi kelerengan (kemiringan <8%, kemiringan 8%-15%, kemiringan 15,1%-25%, kemiringan 25,1%-40%, dan kemiringan >40%).Keti ka user memilih salah satu item dari combo box tersebut, maka akan ditampilkan peta kelerengan berdasarkan item yang dipilih. Misalkan user memilih kelerengan 15,1%- 25%, maka tampilan peta kelerengan adalah seperti yang ditunjukkan Gambar 13. Halaman zona agroekologi merupakan halaman utama dari Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang. Dalam halaman ini, pertama kali akan ditampilkan peta Kabupaten Semarang, kemudian user memilih salah satu kecamatan untuk ditampilkan ZAE kecamatan tersebut. Gambar 14 Tampilan Peta Zona Agroekologi Kecamatan Getasan Misalkan user memilih Kecamatan Getasan untuk diketahui zona agroekologinya, maka setelah proses pemilihan kecamatan, sistem akan melakukan perhitungan algoritma dengan logika fuzzy. Hasil perhitungan logika fuzzy akan ditampilkan dalam data spasial seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14. Selain ditampilkan peta zona agroekologi tersebut, juga ditampilkan dalam bentuk tabel, keterangan zona agroekologi dari masing-masing desa di Kecamatan Getasan. Tampilan tabel zona agroekologi ditunjukkan pada Gambar 15. Sistem Pertanian dan kesesuaian komoditas di suatu daerah direkomendasikan berdasarkan kelerengan atau kemiringan tanah (fisiografi), akan menentukan sistem pertanian yang layak diusahakan. Karakteristik iklim (curah hujan, bulan basah-bulan kering, suhu udara) dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian jenis tanaman yang dapat dikembangkan diwilayah ZAE.Hal-hal yang dijelaskan dalam detail zona agroekologi setiap desa adalah kelerengan/kemiringan, etinggian tempat, curah hujan, semua zona agroekologi yang ada di desa tersebut, penjelasan umum masing-masing zona, sistem pertanian yang direkomendasikan berdasarkan ZAE.Penerapan logika fuzzy dalam Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang adalah dengan mengambil nilai kelerengan, ketinggian, dan curah hujan dari database kemudian nilai tersebut 72

13 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) akan diproses pada fungsi untuk menghitung derajat keanggotaan. Gambar 15 Tampilan Tabel Zona Agroekologi Kecamatan Getasan Contoh perintah untuk menghitung derajat keanggotaan ditunjukkan pada Kode Program 1 dimana merupakan salah satu fungsi/ method untuk menentukan derajat keanggotaan. Dalam baris enam sampai dengan baris tiga belas merupakan blok kondisi untuk menghitung nilai crisp sesuai dengan klasifikasi nilai tersebut. Setelah dihasilkan nilai derajat keanggotaan, kemudian nilai-nilai tersebut akan masuk ke dalam proses fuzzy inference system dengan menggunakan operasi Zadeh min yaitu mencari nilai paling kecil. Kode Program 1 Perintah untuk Menghitung Derajat Keanggotaan... 1 function DKRendah($x,$y,$n){ 2 $f=new fuzzymachine(); 3 $bawah=$f->nilaibawah($x,$y); 4 $tengah=$f->nilaitengah($x,$y); 5 $atas=$f->nilaiatas($x,$y); 6 if($n<=$bawah){ 7 return 1; 8 } 9 else if(($n>=$bawah)&&($n<=$tengah)){ 9 return (($tengah-$n)/($tengah-$bawah)); 10 } 11 else { 12 return 0; 13 } 14 }... Kode program untuk menghitung nilai minimal ditunjukkan pada Kode Program 2. Kode Program 2 Kode Program untuk Menghitung Nilai Minimal 73

14 Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 8. No.1, Februari 2011 : function operatormin($n1,$n2,$n3) 2 { 3 return min($n1,$n2,$n3); 4 } Proses terakhir adalah proses deffuzifikasi menggunakan metode MOM (Mean Of Maximum) dengan mencari nilai rata-rata terbesar. Kode program untuk mencari nilai maksimum ditunjukkan pada Kode Program 3. Kode Program 3 menunjukkan proses pencarian nilai tertinggi menggunakan perintah sorting yang ditunjukkan pada baris satu. Baris kedua sampai baris tujuh merupakan pengisian nilai-nilai yang telah diurutkan dari tertinggi ke terendah ke dalam array. Setelah diketahui zona agroekologi dari suatu wilayah, maka sistem akan menampilkan peta zona agroekologi, beserta penjelasan-penjelasan sistem pertanian yang cocok diusahakan dan beberapa komoditas pertanian yang layak dibudidayakan. Kode Program 3 Kode Program untuk Mencari Nilai Maksimum 1 array_multisort($dk, SORT_DESC, $zona, SORT_ASC, $data); 2 for ($x=0;$x<count($zona);$x++) 3 { 4 $res[$x][0]=$zona[$x]; 5 $res[$x][1]=$dk[$x]; 6 $res[$x][2]=$x+1; 7 } 8 return $res; 6. Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Dengan pembangunan Sistem Zona Agroekologi Kabupaten Semarang, dapat diketahui karakteristik suatu daerah hingga tingkat desa baik kondisi tanah maupun iklim sehingga dapat direkomendasikan sistem pertanian yang cocok diusahakan dan komoditas pertanian yang cocok dibudidayakan. Melalui identifikasi zona agroekologi di suatu wilayah, pembangunan sektor pertanian juga dapat lebih terencana sehingga dapat menghasilkan sistem usaha tani yang berkelanjutan di setiap desa demi kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Semarang. Banyaknya jumlah data kelerengan, ketinggian, dan curah hujan di seluruh Kabupaten Semarang memungkinkan terjadinya ketidakjelasan atau kekaburan informasi yang bersifat subjektif. Dengan penerapan logika fuzzy, informasi yang dihasilkan lebih akurat karena logika fuzzy mengenal derajat keanggotaan suatu nilai terhadap informasi tertentu. Data-data tentang kelerengan, ketinggian, dan curah hujan, serta hasil akhir proses perhitungan logika fuzzy disajikan dalam data spasial sehingga lebih interaktif dan user lebih mudah memahami informasi yang disampaikan. Selain itu dengan proses pewarnaan pada data spasial user dapat mengetahui dan membandingkan pola kelerengan, ketinggian, curah hujan, serta zona agroekologi suatu daerah dengan daerah di sekitarnya. 74

15 Pembangunan Sistem (J. Prasetyo, dkk) 7. Daftar Pustaka [1] Balitbang Pertanian.1999.Panduan Metodologi Analisis Zone Agro Ekologi. Diakses tanggal 4 Februari [2] BPS Kab. Semarang.2010.Kabupaten Semarang Dalam Angka Tahun 2010.Semarang: Badan Pusat Statistik Kab. Semarang. [3] Kastaman, Roni, 2007, Penggunaan Metode Fuzzy dalam Menentukan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Subdas Cipeles. publikasi_dosen/no.16%20jurnal%20ftip-roni%20vol.1%20no pdf. Diakses tanggal 10 Februari [4] Prahasta, Eddy.2002.Sistem Informasi Geografis: Tutorial Arc View. Bandung: Informatika [5] Papilaya, Frederik Samuel.2006.Sistem Informasi Geografis Pemilihan Umum (Studi Kasus Pilpres Tahap II di Jawa Tengah).AITI Jurnal Teknologi Informasi (3/2), [6] Simanjuntak, Bistok.2009.Penyusunan Indikator dan Pemetaan Rawan Pangan Kabupaten Semarang Tahun 2009.Semarang: Bappeda Kab. Semarang. [7] Kusumadewi, Sri, Sri Hartati, Agus Harjoko, dkk Fuzzy Multi- Attribute Decission Making (Fuzzy MADM).Yogyakarta: Graha Ilmu. 75

1. Pendahuluan Sejak diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah secara mandiri wajib untuk memaksimalkan potensi masing-masing.

1. Pendahuluan Sejak diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah secara mandiri wajib untuk memaksimalkan potensi masing-masing. 1. Pendahuluan Sejak diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah secara mandiri wajib untuk memaksimalkan potensi masing-masing. Pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan wilayah di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembangunan Sistem Sesuai dengan target penelitian capaian tahun ke 1 dari penelitian Model Pemetaan Lahan Pertanian Dengan Sistim Informasi Geografis Sebagai Landasan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Principal Component Analysis (PCA) merupakan metode dalam statistika yang digunakan untuk mereduksi dimensi input dengan kehilangan informasi yang minimum,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Denny Cristiono T.S., Yugowati P.,Sri Yulianto J.P. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 2, November 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 1.1 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 5 referensi dan 1 referensi dari penulis sebagai berikut: Tabel 2.1 Perbandingan Metode Penelitian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Geografis pada suatu wilayah sangatlah berpengaruh pada kegiatan masyarakat pada sektor-sektor tertentu terutama di bidang pertanian, dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

SISTEM PEMETAAN AREA PERSAWAHAN DESA GANTUNG KABUAT EN BELITUNG TIMUR BERBASIS GEORAPHICAL INFORMATION SYSTEM

SISTEM PEMETAAN AREA PERSAWAHAN DESA GANTUNG KABUAT EN BELITUNG TIMUR BERBASIS GEORAPHICAL INFORMATION SYSTEM SISTEM PEMETAAN AREA PERSAWAHAN DESA GANTUNG KABUAT EN BELITUNG TIMUR BERBASIS GEORAPHICAL INFORMATION SYSTEM Uning Lestari1), Joko Triyono2), Jepri Ardianto3) 1,2, 3) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno dalam Menentukan Kesesuaian Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung

Analisis Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno dalam Menentukan Kesesuaian Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Analisis Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno dalam Menentukan Kesesuaian Lahan Tembakau di Kabupaten Temanggung Dewi Imawati, Agus Maman Abadi Program

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK AKUISI DATA BERBASIS WEB SERVER. Jl. Raya Kaligawe KM 4, PO BOX 1054, Semarang 50142

IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK AKUISI DATA BERBASIS WEB SERVER. Jl. Raya Kaligawe KM 4, PO BOX 1054, Semarang 50142 IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK AKUISI DATA BERBASIS WEB SERVER Munaf Ismail 1*, Muhamad Haddin 1, Agus Suprajitno 1 1 Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe KM 4, PO BOX 1054, Semarang 50142

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS WEB PEMILIHAN OBYEK PARIWISATA DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE TAHANI

APLIKASI BERBASIS WEB PEMILIHAN OBYEK PARIWISATA DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE TAHANI APLIKASI BERBASIS WEB PEMILIHAN OBYEK PARIWISATA DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE TAHANI Hafsah1), Wilis Kaswidjanti2), Tendi R. Cili3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Rekomendasi Pemilihan Lokasi Rumah dengan Memanfaatkan Fuzzy Database Metode Tahani

Perancangan Aplikasi Rekomendasi Pemilihan Lokasi Rumah dengan Memanfaatkan Fuzzy Database Metode Tahani Perancangan Aplikasi Rekomendasi Pemilihan Lokasi Rumah dengan Memanfaatkan Fuzzy Database Metode Tahani 23 Sathya Adi Dharma Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Informatika

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem yang Sedang Berjalan Proses yang sedang berjalan dalam penginformasian Lokasi Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), masih bersifat manual, yaitu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT

IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT IMPLEMENTASI FUZZY TSUKAMOTO DALAM PENENTUAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KARET DAN KELAPA SAWIT Maya Yusida 1, Dwi Kartini 2, Andi Farmadi 3, Radityo Adi Nugroho 4, Muliadi 5 123Prodi Ilmu Komputer

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) ( X Print) 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Perancangan Sistem Pakar Fuzzy Sebagai Pendukung Keputusan Manajemen Pola Tanam Tanaman Pangan Berdasarkan Ketersediaan Air

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria

PERANCANGAN SISTEM. Kelas Kriteria Kelas Kriteria Lahan S2 Unit lahan memiliki lebih dari 4 pembatas ringan, dan/atau memiliki tidak lebih dari 3 pembatas sedang S3 Unit lahan memiliki lebih dari 3 pembatas sedang, dan/atau 1 atau lebih

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENANGANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN Ika Arum Puspita, Budi Sulistyo, Devi Pratami Program Studi Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University, Bandung,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO

PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO PENDAPATAN MASYARAKAT DENGAN ADANYA KAMPUS MENGGUNAKAN FUZZY TSUKAMOTO Asrianda 1 asrianda@unimal.ac.id Abstrak Bertambahnya permintaan mahasiswa atas kebutuhan makan seharihari, berkembangnya usaha warung

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS: INSTANSI XYZ) Dimas Wahyu Wibowo 1, Eka Larasati Amalia 2 1,2 Teknik Informatika, Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Informasi II.1.1. Sistem Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY Jamaludin Malik 1), Arik Sofan Tohir 2), Jl Ring road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55281 Email: 1) malixjams@gmail.com,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Oleh: ABDUL AZIS JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Oleh: ABDUL AZIS JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 Oleh: ABDUL AZIS 1209 100 073 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 Sektor pertanian merupakan salah satu penopang perekonomian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... KATA PENGANTAR... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... KATA PENGANTAR... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... KATA PENGANTAR... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR MODUL...

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW PERANCANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAERAH BANJIR DI DKI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ARC VIEW Created by : Adeline Narwastu, Eri Prasetyo Sistem Informasi / Universitas Gunadarma Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KAWASAN RAWAN BENCANA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KAWASAN RAWAN BENCANA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KAWASAN RAWAN BENCANA 1) Dedy Kurnia Sunaryo 1 Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy Dia Bitari Mei Yuana Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip PO Box 164, Jember,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK)

PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK) PENERAPAN METODE FUZZY TSUKAMOTO UNTUK MEMPREDIKSI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS : PT. AMAL TANI PERKEBUNAN TANJUNG PUTRI BAHOROK) Andrian Juliansyah ( 1011287) Mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI ABSTRAK Pembuatan Aplikasi denah kampus Maranatha ini dibangun dengan menggunakan teknologi Web Mapping, yang artinya hasil implementasi peta mulai dari tahap pengumpulan data, pemrosesan data, dan penyimpanan

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Journal of Informatics and Technology, Vol 2, No 1, Tahun 2013, p

Journal of Informatics and Technology, Vol 2, No 1, Tahun 2013, p Journal of Informatics and Technology, Vol 2, No 1, Tahun 2013, p 95-101 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/joint SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAN ANALISIS LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN PEKALONGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widoyono, 2008: 59).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widoyono, 2008: 59). A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI Ahmad Mufid Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telpon

Lebih terperinci

: Sistem Pendukung Keputusan, Siswa berprestasi, Tsukamoto

: Sistem Pendukung Keputusan, Siswa berprestasi, Tsukamoto SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA BERPRESTASI BERBASIS WEB DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA SMA INSTITUT INDONESIA Eko Purwanto Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan oleh 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan dalam sistem kali ini berupa rancangan untuk mendapatkan input, melakukan proses, dan menghasilkan output yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI Nofriadi * 1), Havid Syafwan 2) 1) Program Studi Sistem Informasi, STMIK Royal Kisaran Jl. Prof. M. Yamin 173 Kisaran, Sumatera

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisa Sistem Yang Sedang Berjalan Dalam mengevaluasi suatu proses diperlukan tahap analisis untuk menguji tingkat kelayakan terhadap proses perancangan sistem

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN SOFTWARE OPEN SOURCE UNTUK MEMETAKAN KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS DALAM MEMENUHI KETAHANAN PANGAN Hendy Hendro H 1), Zed Nahdi 2), Hadi Supriyo

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 13-26 ISSN: 0854-4743 APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP M. Irfan Ashshidiq, M. Andri Setiawan, Fathul Wahid Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1. Analisis Sistem yang Sedang Berjalan Pada bab ini dijelaskan mengenai prosedur yang berjalan dan yang diusulkan dari sistem yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Implementasi Sistem Tahap Implementasi dan Pengujian Sistem, Dilakukan setelah tahap analisis dan Perancangan Selesai dilakukan. Pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dengan Menggunakan Logika Fuzzy Tsukamoto Berbasis Sistem Informasi Geografis. Puguh Sulistyo Pambudi

Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dengan Menggunakan Logika Fuzzy Tsukamoto Berbasis Sistem Informasi Geografis. Puguh Sulistyo Pambudi Pemetaan Daerah Rawan Banjir Dengan Menggunakan Logika Fuzzy Tsukamoto Berbasis Sistem Informasi Geografis Puguh Sulistyo Pambudi Program Studi Teknik Komputer Jurusan Teknologi Informasi ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI Much. Djunaidi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: joned72@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY Hafsah, Heru Cahya Rustamaji, Yulia Inayati Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari No 2 Tambakbayan Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL FUZZY UNTUK SISTEM PAKAR PENDETEKSI TINGKAT KESUBURAN TANAH DAN JENIS TANAMAN

ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL FUZZY UNTUK SISTEM PAKAR PENDETEKSI TINGKAT KESUBURAN TANAH DAN JENIS TANAMAN ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL FUZZY UNTUK SISTEM PAKAR PENDETEKSI TINGKAT KESUBURAN TANAH DAN JENIS TANAMAN Amiril Mukminin 1, Heru Agus Santoso 2, Catur Supriyanto 3 123 Pascasarjana Teknik Informatika

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH 68 REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH Septiani Nur Hasanah 1, Nelly Indriani Widiastuti 2 Program Studi Teknik Informatika. Universitas Komputer Indonesia. Jl.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI ONLINE MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN

APLIKASI ONLINE MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN APLIKASI ONLINE MENGGUNAKAN BASIS DATA FUZZY UNTUK MENENTUKAN KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN Wilis Kaswidjanti Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2, Tambakbayan 55281 Telp (274)

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH. Hamidi

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH. Hamidi Hamidi APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB PENYEBARAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH Hamidi Jurusan Matematika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru hamidi_saja@yahoo.com Abstrak Geographic Information

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBASIS WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Bagus Satria Aditama 1, Slamet Sudaryanto N. 2 Jurusan Tehnik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro Jl.

Lebih terperinci

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN: PENERAPAN LOGIKA FUZZY UNTUK MENENTUKAN MAHASISWA BERPRESTASI DI STMIK CIKARANG MENGGUNAKAN JAVA NETBEANS DAN MYSQL Ema Dili Giyanti 1), Ali Mulyanto 2) 1) Program Studi Teknik Informatika, STMIK Cikarang

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy

Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Pendapatan Masyarakat Disekitar Kampus dengan Adanya Mahasiswa Menggunakan Fuzzy Asrianda 1 Teknik Informatika Kampus Bukit Indah Lhokseumawe email : asrianda@unimal.ac.id ABSTRAK Bertambahnya permintaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI Fie Jannatin Aliyah Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit SISTEM INFORMASI GIOGRAFIS PEMETAAN PABRIK SAWIT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR R. Zulkarnain, Abdullah Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI)

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

Aplikasi Pendukung Keputusan Dengan Menggunakan Logika Fuzzy (Studi Kasus : Penentuan Spesifikasi Komputer Untuk Suatu Paket Komputer Lengkap)

Aplikasi Pendukung Keputusan Dengan Menggunakan Logika Fuzzy (Studi Kasus : Penentuan Spesifikasi Komputer Untuk Suatu Paket Komputer Lengkap) Aplikasi Pendukung Keputusan Dengan Menggunakan Logika Fuzzy (Studi Kasus : Penentuan Spesifikasi Komputer Untuk Suatu Paket Komputer Lengkap) Sri Yulianto J.P., Indrastanti R.W., Martha Oktriani Fakultas

Lebih terperinci

SKRIPSI. MERANCANG SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY UNTUK PRA PENGUJIAN JUDUL SKRIPSI (Studi Teknik Informatika)

SKRIPSI. MERANCANG SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY UNTUK PRA PENGUJIAN JUDUL SKRIPSI (Studi Teknik Informatika) SKRIPSI MERANCANG SISTEM PAKAR BERBASIS FUZZY UNTUK PRA PENGUJIAN JUDUL SKRIPSI (Studi Teknik Informatika) Diajukan Sebagai Syarat Untuk Kelulusan Program Studi Strata Satu (S1) di Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Ahmad Hasanuddin, Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI) Jl.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR

HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika Fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasipikiran manusia

Lebih terperinci

Geographics Information System

Geographics Information System Geographics Information System APA ITU GIS? GIS adalah GIS merupakan kependekan dari Geographic Information System atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Informasi Geografis atau SIg. Teknologi ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis 2.1.1 Model Sekuensial Linear Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur agar sistem yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA 56 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Hasil rancangan sistem informasi geografis letak akademi kebidanan di Kota Medan yang penulis buat sudah selesai dimana tampilan terdiri dari 2 sbagian

Lebih terperinci

Muhammad Yudin Ritonga ( )

Muhammad Yudin Ritonga ( ) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRODUKSI MAKANAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY DENGAN METODE TSUKAMOTO (STUDI KASUS : PT. INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR MEDAN) Muhammad Yudin Ritonga (0911555) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Bagian-bagian yang memiliki keterkaitan pengoperasian dalam mencapai suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem informasi dapat dibuat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hutan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Klasifikasi Sumber Daya Alam

Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hutan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Klasifikasi Sumber Daya Alam Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Sistem Informasi Geografis Pemetaan Hutan Rakyat Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Klasifikasi Sumber Daya Alam Fitri Nuraeni

Lebih terperinci

Bab Implementasi Sistem

Bab Implementasi Sistem 37 Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Implementasi Sistem Basis Data Implementasi model sistem basis data merupakan implementasi dari perancangan basis data yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN DAN ANALISADAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN PONOROGO Sugianto 1, Arna Fariza 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Informasi 1, Dosen Pembimbing 2 Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir... iii Lembar Pengesahan Penguji... iv Halaman Persembahan... v Motto... vi Kata Pengantar... vii

Lebih terperinci

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang

Rima Ayuningtyas NIM Jurusan Teknik Informatika, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Jl. Politeknik Senggarang, Tanjungpinang Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Jenis Budidaya Ikan Dengan Mengukur Kualitas Air Menggunakan Metode Fuzzy Tsukamoto (Studi Kasus : Balai Benih Ikan di Pengujan Kabupaten Bintan) Rima Ayuningtyas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB I PERSYARATAN PRODUK BAB I PERSYARATAN PRODUK 1. Pendahuluan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang selalu ada dalam setiap perusahaan. SDM sangatlah penting dalam suatu perusahaan karena SDM mempengaruhi nilai

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani

Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Laptop Menggunakan Fuzzy Tahani Eddy Triswanto S., ST., M.Kom. Jurusan Sistem Informasi Institut Informatika Indonesia Jl. Raya Sukomanunggal Jaya 3, Surabaya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai Sistem Informasi Geografis Lokasi Taman Kanak kanak Di Daerah Medan Marelan yang meliputi analisa sistem yang sedang berjalan dan desain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistem yang digunakan untuk menggambarkan aliran data secara keseluruhan

BAB III METODE PENELITIAN. sistem yang digunakan untuk menggambarkan aliran data secara keseluruhan 30 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada tugas akhir ini mencakup beberapa tahapan pengerjaan antara lain : 3.1. Perancangan Sistem Perancangan sistem pada penelitian tugas akhir ini terdiri

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy

Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Logika Fuzzy Scientific Journal of Informatics Vol. 2, No. 1, Mei 2015 p-issn 2407-7658 http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/sji e-issn 2460-0040 Analisis Hubungan Proses Pembelajaran dengan Kepuasan Mahasiswa

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Activity Diagram

DAFTAR ISTILAH. Activity Diagram DAFTAR ISTILAH Activity Diagram Actor Admin Adobe Dreamweaver AIX Analysis Apache Aplikasi ASP diagram yang digunakan untuk memodelkan aktivitas bisnis pada suatu sesuatu untuk mewakili peran yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 LOGIKA FUZZY Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah paper yang dibuat oleh Lofti A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang memiliki obyek-obyek dari

Lebih terperinci

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN Khairul Saleh Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara Jalan Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini. Secara garis besar teori penjelasan akan dimulai dari definisi logika fuzzy,

Lebih terperinci