Ikhtisar tentang Undang-Undang yang Mengatur Transaksi Penjualan Internasional

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ikhtisar tentang Undang-Undang yang Mengatur Transaksi Penjualan Internasional"

Transkripsi

1 Ikhtisar tentang Undang-Undang yang Mengatur Transaksi Penjualan Internasional Oleh Rubab Razvi, USC Law School LLM Kontrak penjualan internasional merupakan hal penting untuk transaksi komersial internasional. Oleh karena itu secara alamiah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penjualan tersebut telah lama menjadi pusat perhatian. Selama tahun 1800-an dan 1900-an para pedagang untuk segala macam jeperluan harus bergantung pada apa yang berhasil mereka setujui secara jelas, dan mengisi celah-celah dalam kontrak-kontrak mereka dengan kebiasaan internasional dan apa yang biasanya disebut dengan hukum pedagang atau lex mercatoria. Serangkaian peraturan umum yang memudahkan kegiatan komersial ini sejak dulu telah memuat benih untuk pengembangan rangkaian perundang-undangan dan prinsip-prinsip hukum untuk pengaturan urusan perdagangan dan usaha internasional. Dengan sejarah lex mercatoria melekat pada sejarah pengembangan dari sejarah hukum perdata internasional, yang tumbuh subur dari transaksi-transaksi diantara negara-negara yang berbeda. Meningkatnya kerumitan dan internasionalisasi perdagangan modern telah mengarahkan beberapa pengacara untuk menyimpulkan bahwa apa yang dibutuhkan untuk mengatur hubungan berdasarkan perjanjian bukanlah suatu sistem hukum nasional yang khusus tetapi sebuah hukum perdagangan atau lex mercatoria. Hukum perdagangan modern ini memiliki berbagai bentuk, termasuk hukum transnasional, hukum kontrak internasional, lex mercatoria internasional dan hukum perdagangan internasional. Apapun ma,amya, tujuannya jelas, untuk mengatur transaksi internasional dengan sistem hukum yang seragam. Lex Mercatoria juga telah dijelaskan sebagai sistem prinsip dan peraturan nasional yang umumnya diterima dalam perdagangan internasional. Hal ini termasuk kebiasaan perdagangan secara internasional, karena mereka sudah menjadi bagian dari kontrak perdagangan internasional baik karena implikasi atau karena pencantuman. Dalam konteks yang sama ketentuan kontrak standar jika secara konsisten digunakan dalam perdagangan tersebut dapat dianggap sebagai limpahan dari lex mercatoria. Hukum perdata internasional dibutuhkan saat terjadinya konflik yang berhubungan dengan lebih dari satu negara, misalnya kontrak penjualan antara penjual dari Perancis dan pembeli dari Amerika. bagian dari hukum domestik inilah yang menyediakan peraturan tentang bagaimana menangani kasus-kasus yang melibatkan elemen asing yang berarti beberapa kontak dengan sistem hukum selain dari negara tempat pembuatan kontrak (forum state). Keanekaragaman sistem hukum di masyarakat dunia telah mengedepankan kebutuhan akan hukum perdata internasional. Kerangka hukum ini mungkin tidak akan diperlukan jika semua sistem hukum memiliki peraturan perundang-undangan yang sama tentang semua topik. Penyatuan hukum domestik di seluruh dunia akan membuat hukum perdata internasional tidak penting. Penyatuan hukum domestik untuk melengkapi sistem hukum nasional agar dapat secara efektif mengatasi permasalahan yang muncul dari cabang perdagangan antar negara yang terus menerus berkembang telah menjadi salah satu langkah penting yang mengarah pada

2 penyelerasan arus transaksi perdagangan internasional. Pertentangan tentang sudut pandang dan norma-norma hukum yang didasarkan pada loyalitas para pihak yang berkepentingan terhadap sistem dan norma-norma hukum yang berbeda dalam proses persetujuan dagang senantiasa terjadi. Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh transaksi perdagangan internasional memerlukan penerapan serangkaian peraturan yang telah disetujui untuk tujuan mengatur masalah-masalah yang ditimbulkan oleh persetujuan lintas batas tersebut. Transaksi perdagangan internasional memerlukan kesamaan sudut pandang para pihak tentang hukum yang berlaku untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dari hubungan yang berdasarkan kontrak tersebut. Masyarakat internasional yang terlibat dalam perdagangan internasional telah berulangkali mengakui serangkaian peraturan perundang-undangan yang telah diterima dan dimengerti secara umum untuk mengatur berbagai segi perdagangan internasional. Alasan yang dominan dari pengakuan tersebut dalam transaksi perdagangan internasional atas kebutuhan yang selalu saja muncul akan keseragaman hukum yang mengatur transaksi tersebut dikemukakan sebagai akibat dari kompleksitas dalam transaksi tersebut yang melebihi kompleksitas yang terdapat dalam transaksi penjualan domestik/dalam negeri. Komplikasi terjadi karena banyak faktor termasuk faktor-faktor nyata seperti budaya, bahasa dan hukum yang berbeda yang mempengaruhi pelaksanaan dan pemberlakuan kontrak, serta faktor-faktor yang tidak terlalu nampak, seperti kontrol ekspor dan impor, undang-undang tentang praktek perdagangan asing, kontrol mata uang, dan konvensi dan perjanjian internasional yang berlebihan yang dapat mempengaruhi beberapa aspek dari transaksi. Pada saat ini, transaksi internasional tunduk kepada hukum nasional yang dapat sangat berbeda isinya dan seringkali kurang sesuai untuk kebutuhan khusus dari perdagangan internasional. Bahkan instrumen-instrumen yang cukup netral seperti Incoterms, atau Uniform Customs Practice for Documentary Credits yang disusun oleh Kamar Dagang Internasional (ICC) hanya menawarkan solusi parsial karena ruang lingkup mereka yang parsial. [1] Sebagian besar aspek transaksi penjualan internasional mencakup ketentuan dan persyaratan yang beragam yang berhubungan dengan kontrak penjualan, pengepakan, transportasi, asuransi dan transaksi keuangan. Seringkali para pihak, yaitu pembeli dan penjual, mungkin tidak memiliki pemahaman yang sama tentang ketentuan hukum yang mengatur kontrak penjualan, karena mereka tunduk pada sistem hukum yang berbeda. Sehingga, semua ketentuan utama dalam transaksi penjualan internasional harus dispesifikasikan secara hati-hati. [2] Kebutuhan agar pembeli dan penjual dalam hubungan dagang internasional memiliki pemahaman yang sama telah menimbulkan pengembangan berbagai macam peraturan, konvensi dan Undang-Undang untuk mengatur berbagai aspek dari transaksi perdagangan internasional. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembentukan dan pemenuhan penjualan barang muncul dalam banyak sekali peraturan perundang-undangan di Eropa, dan juga di Inggris dalam Undang-Undang Penjualan Barang Tahun 1893 (kini Undang- Undang tahun 1979 dengan Perubahan-perubahan pada tahun 1994 dan 1995). Selain itu, UU Penjualan Barang di negara-negara Skandinavia mulai berlaku sejak awal tahun an (masing-masing UU Penjualan Barang Tahun 1905, 1906 dan 1907 di Swedia, Denmark dan Norwegia). Namun, undang-undang tersebut didasari oleh prinsip-prinsip yang berbeda, khususnya antara Penjualan Barang Kontinental dan Skandinavia dan UU Seragam tentang Pembentukan Kontrak Penjualan Barang Internasional (masing-masing ULIS dan ULFIS). Akan tetapi, konvensi-konvensi internasional tersebut hanya menjadi keberhasilan parsial

3 dan upaya-upaya untuk mendapatkan penerimaan yang lebih luas oleh masyarakat perdagangan internasional diperbarui setelah perang dunia kedua, yang mengarah pada Konvensi PBB tentang Penjualan Barang International (CISG) di tahun 1980 yang kini telah diratifikasi oleh sekitar enampuluh dua negara hingga Maret [3] Konvensi Tentang Penjualan Barang Internasional (CISG): CISG adalah serangkaian peraturan internasional yang dirancang untuk memberikan kejelasan bagi sebagian besar transaksi internasional. Peraturan tersebut mulai berlaku sejak tahun Sebagian besar negara-negara barat termasuk AS merupakan peserta penandatangan peraturan tersebut. CISG dapat menjadi serangkaian peraturan yang bersifat bebas dan wajib. Peraturan tersebut bersifat bebas jika kedua belah pihak setuju untuk diikat dengan peraturan-peraturannya; peraturan tersebut menjadi ketentuan wajib jika kedua belah pihak tidak memilih untuk menggunakannya tetapi menjadi terikat oleh peraturan tersebut berdasarkan pelaksanaannya secara otomatis. Hasilnya, sebagian besar kontrak penjualan barang internasional dengan para pihak dari negara-negara barat akan tunduk kepada CISG, kecuali secara spesifik ditiadakan sesuai dengan ketentuan CISG. Untuk menentukan apakah CISG berlaku terhadap perjanjian penjualan barang internasional atau tidak, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan tidak hanya pemilihan ketentuan UU yang terkandung dalam perjanjian, tetapi juga metode dimana CISG diterapkan di tiap negara pembeli dan penjual. Peraturan CISG sudah diterima secara luas untuk mengatur transaksi penjualan internasional, khususnya di negara-negara barat. Hingga beberapa tahun yang lalu para pengacara dapat dengan mudah meniadakan penerapan CISG dari transaksi penjualan internasional. Namun, luasnya penerimaan peraturan perundang-undangan ini telah mempersulit para pengacara atau para pihak di kebanyakan negara barat untuk membuat perjanjian penjualan internasional dengan meniadakan penerapan CISG.

4 CISG adalah peraturan perundang-undangan tentang penjualan internasional yang seragam dari negara-negara yang menguasai lebih dari dua-pertiga dari semua perdagangan dunia. Pada Konferensi Diplomatik PBB yang menyetujui CISG, 62 negara ikut serta: 22 negara dari Eropa dan negara maju lainnya di Barat, 11 negara sosialis, 11 negara Amerika Selatan, 7 negara Afrika dan 11 negara Asia; dengan kata lain, kasarnya 22 negara Barat, 11 negara sosialis dan 29 negara dunia ketiga. Berikut ini adalah daftar lengkap negara penandatangan CISG: Argentina, Australia, Austria, Belarusis, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Bulgaria, Burundi, Kanada, Cile, Cina (RRC), Kolombia, Kroasia, Kuba, Republik Ceko, Denmark, Ekuador, Mesir, Estonia, Finlandia, Perancis, Georgia, Jerman, Yunani, Guinea, Honduras, Hungaria, Islandia, Irak, Israel, Italia, Kyrgyzstan, Latvia, Lesotho, Lithuania, Luxembourg, Mauritania, Meksico, Moldova, Mongolia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Peru, Polandia, Rumania, Federasi Rusia, Saint Vincent &Grenadines, Singapura, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Syria, Uganda, Ukraina, Amerika Serikat, Uruguay, Uzbekistan, Yugoslavia, Zambia. Menurut suatu studi banding oleh cendekiawan Common Law (Hukum Kasus) A.F.M. Maniruzzaman tentang ketentuan-ketentuan pilihan dalam Hukum Inggris dan CISG dan ketentuan hukum kontrak lainnya, Kerajaan Inggris belum meratifikasi CISG, mungkin karena kebanggaannya yang telah ada sejak lama atas imperialisme hukum oleh common law atau perasaan yang telah lama terpendam akan keunggulan hukum Inggris dibanding sistem hukum lainnya yang dapat menentangnya tanpa memperhatikan kenyataan bahwa negara-negara perdagangan yang paling berpengaruh, seperti negara-negara Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa adalah para pihak dalam CISG. [4] Penerapan CISG: CISG adalah hukum domestik dari masing-masing Negara yang penandatangan yang disebutkan di atas. CISG berlaku terhadap kontrak penjualan antara para pihak dalam situasi berikut ini: CISG berlaku untuk kontrak penjualan barang antara para pihak yang memiliki lokasi usaha di Negara Penandatangan yang berbeda. Apabila kontrak mereka masuk dalam ruang lingkup CISG, kontrak tersebut secara otomatis diatur oleh CISG, kecuali apabila para pihak menghendaki lain. Oleh karena itu, CISG berlaku untuk kontrak penjualan antara para pihak yang berdomisili di Negara-negara yang berbeda pertama jika Negara-negara tersebut telah meratifikasi CISG dan kedua saat, sesuai dengan pilihan hukum, UU di Negara yang menjadi Pihak dalam konvensi tersebut mulai berlaku (CISG Pasal 1). Dengan kata lain, apabila tidak ada acuan kepada CISG, para pihak menyatakan bahwa kontraknya diatur oleh hukum dari sebuah Negara Penandatangan (misal, para pihak dari Amerika Serikat dan Jerman menyatakan, "Kontrak ini akan diatur oleh UU negara bagian New York") atau ditentukan seperti demikian oleh perundangundangan yang berlaku, kontrak tersebut kemungkinan akan diatur oleh CISG. Untuk para pihak dalam transaksi penjualan internasional tersebut yang tidak ingin diatur oleh CISG, tata cara yang dianjurkan adalah menyatakan hal tersebut dalam kontrak mereka. Kesimpulan dan rekomendasi di atas juga dapat berlaku apabila hanya salah satu dari para pihak yang memiliki lokasi usahanya dalam Negara Penandatangan apabila perundang-undangan domestik yang berlaku menganggap

5 hukum dari Negara Penandatangan tersebut adalah hukum yang berlaku. Hal ini tunduk kepada Pasal 95 CISG. Dalam dua situasi ini para pihak yang mengadakan kontrak dari Negara Penandatangan yang berbeda, dan kontrak antara satu pihak dari Negara Penandatangan dan satu pihak dari Negara Bukan Penandatangan ketentuan CISG yang terkait adalah Pasal 1(1)(a), 1(1)(b) dan 95 tentang keberatan terhadap pemberlakuan CISG. Juga terdapat kasus-kasus di mana azas-azas CISG dapat berlaku terhadap transaksi antara para pihak yang tidak satupun memiliki lokasi usaha yang relevan di Negara Penandatangan. CISG dapat berlaku pada kontrak tersebut semata-mata melalui pemilihan para pihak. Misal, dalam hal transaksi antara para pihak dari Taiwan dan Brasil (tidak satupun yang merupakan Negara Penandatangan), CISG dapat berlaku terhadap kontrak mereka jika para pihak memilih demikian, tunduk kepada kenyataan bahwa apabila CISG berlaku menurut hukum, CISG dapat menggantikan dengan cara lain hukum dalam negeri yang berlaku yang bertentangan; apabila CISG berlaku semata-mata melalui kontrak, CISG berlaku seolah-olah seperti serangkaian ketentuan dan persyaratan yang dimasukkan dalam kontrak dengan kata lain, dalam situasi ini CISG tidak menggantikan ketentuan wajib dari hukum domestik yang berlaku apabila hukum tersebut tidak memperbolehkannya. Selain itu, ada situasi-situasi di mana azas-azas CISG dapat dianggap berlaku bahkan apabila tidak satupun pihak yang memiliki lokasi usaha yang relevan di Negara Penandatangan dan para pihak tidak mengacu pada CISG dalam kontrak mereka. Ada kasus-kasus di mana pengadilan harus dijalankan seperti demikian (lihat, misalnya, ICC Arbitration Case No of 1989). [5] CISG bukanlah kitab undang-undang hukum perdagangan internasional yang sempurna, dan tidak memiliki peraturan tentang banyak masalah dan pengertian. Apabila CISG merupakan hukum yang berlaku, tetapi tidak berhubungan dengan masalah-masalah yang dipersyaratkan, CISG mengharuskan agar masalah-masalah tersebut diselesaikan sesuai dengan azas-azas umum yang mendasarinya atau apabila azas-azas tersebut tidak dapatdiperoleh, sesuai dengan hukum yang berlaku berdasarkan peraturan-peraturan hukum perdata internasional. Hasilnya adalah bahwa apabila kontrak tersebut tidak memiliki peraturan tentang pemilihan hukum yang mendasarinya, hukum yang berlaku akan dipilih oleh pengadilan, yang memiliki kewenangan hukum atas sengketa tersebut. [6] Berdasarkan ketentuannya, CISG tidak berlaku untuk semua kontrak penjualan internasional. Setiap perjanjian harus diperiksa dengan mengacu kepada empat kualifikasi penting terhadap pelaksanaannya. 1. Para pihak harus berada di Negara Penandatangan: (a) CISG berlaku bagi kontrak penjualan barang di mana lokasi usaha para pihak berada di negara yang berbeda yang telah mengadopsi CISG. (b) Apabila hanya satu pihak yang merupakan penandatangan CISG pemberlakuan CISG diperluas menjadi kontrak penjualan barang antara para pihak yang lokasi usahanya berada di negara yang berbeda saat peraturan hukum perdata internasional mengarah pada pemberlakuan hukum Negara Penandatangan. (c) Apabila hanya satu pihak yang merupakan penandatangan dan telah memilih untuk tidak menerapkan Pasal 1(1)(b) Setiap Negara dapat menyatakan,

6 sewaktu-waktu, pihaknya dapat menjadi pihak dalam CISG, bahwa pihaknya tidak akan terikat oleh Pasal 1(1)(b) dari CISG. AS dalam ratifikasi CISG-nya, secara jelas meniadakan ketentuan ini, sebagai akibat dari peniadaan ini, apabila perjanjian penjualan barang internasional diatur oleh hukum AS atau negara lain yang memilih untuk tidak menerapkan dan pihak lain yang berlokasi di negara yang bukan peserta penandatangan, CISG tidak akan berlaku misalnya apabila kontrak tersebut adalah antara pihak AS dan pihak Jepang (Jepang bukan salah satu pihak dalam Konvensi), jika hukum AS berlaku terhadap kontrak, CISG tetap tidak akan berlaku. 2. Kontrak harus diperuntukkan untuk Penjualan Barang secara Komersial CISG tidak mencakup kontrak penjualan untuk kategori barang tertentu seperti barang yang dibeli untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumahtangga. Kedua, CISG tidak mencakup jenis penjualan khusus tertentu seperti penjualan melalui pelelangan, dan barang khusus tertentu seperti saham, listrik, kapal, hovercraft, dan pesawat terbang. 3. Tidak tercakupnya penjualan dari pemberlakuan CISG, di mana pembeli memasok sebagian besar dari material yang dibutuhkan untuk produksi. Ketentuan ini berlaku secara umum terhadap situasi yang khusus, seperti operasi perangkaian turnkey, penjualan induk/anak perusahaan (di mana pemilihan hukum umumnya bukan merupakan masalah), dsb. Penjualan barang manufaktur tidak tercakup karena sebagian besar kewajiban dari pemasok adalah dalam bentuk buruh atau jasa. Untuk mengatasi kemungkinan masalah peniadaan pemberlakuan CISG terhadap kontrak yang melibatkan barang dan jasa, tidaklah cukup hanya dengan menyatakan bahwa perjanjian tersebut akan diatur oleh CISG, karena CISG Pasal 3(1) dan 3(2) masih dapat mendiskualifikasi pemberlakuan CISG. Pendekatan yang lebih agresif adalah merancang dua kontrak terpisah atau secara spesifik meniadakan pemberlakuan ketentuan-ketentuan dari perjanjian. 4. CISG tidak berlaku bagi beberapa kategori pertanyaan yang muncul dalam proses transaksi penjualan komersial internasional misal (a) Pertanyaan tentang keabsahan kontrak CISG hanya mengatur perumusan kontrak penjualan dan hak-hak dan kewjiban yang timbul dari kontrak tersebut. CISG tidak mengatur tentang keabsahan ketentuan-ketentuan kontrak atau setiap penggunaan. (b) Pertanyaan tentang efek dari CISG terhadap properti barang yang terjual, seperti dimana penjualan mengurangi kepentingan properti yang belum lunas dari pihak ketiga, atau dimana kontrak menyebabkan setiap kesulitan terhadap pembeli atau penjual. (c) CISG tidak berlaku bagi kewajiban penjual akibat kematian atau luka-luka pribadi yang diakibatkan oleh barang-barang tersebut kepada setiap orang. Untuk semua masalah ini pokok hukum yang berlaku dari perjanjian masih akan tetap penting. Sehingga hanya menyatakan dalam perjanjian bahwa hal tersebut diatur oleh CISG tidaklah cukup, karena akan dibutuhkan pengadilan untuk mengatasi konflik peraturan hukum untuk menentukan hukum mana yang berlaku dalam hal tidak dicakup oleh CISG. Peraturan Lain yang Berlaku di Bidang Transaksi Penjualan Internasional: Incoterms: Peraturan di pusat perdagangan dunia:

7 Incoterms telah membuat perdagangan internasional menjadi lebih mudah dan membantu para pedagang di berbagai negara yang berbeda untuk saling mengerti satu sama lain. Definisi perdagangan standar ini yang paling sering digunakan dalam kontrak internasional dilindungi oleh ICC copyright. Incoterms adalah definisi perdagangan standar yang paling umum digunakan dalam kontrak-kontrak penjualan internasional. Dirancang dan dipublikasikan oleh International Chamber of Commerce (Kamar Dagang Internasional), mereka berada di jantung perdagangan dunia. Diantara ketentuan Incoterms yang sangat dikenal adalah EXW (Ex works), FOB (Free on Board), CIF (Cost, Insurance dan Freight), DDU (Delivered Duty Unpaid), dan CPT (Carriage Paid To). ICC memperkenalkan versi pertama dari Incoterms kependekan dari "International Commercial Terms" pada tahun Sejak saat itu, para pengacara ahli dan praktisi perdagangan ICC telah memperbaruinya enam kali untuk tetap setara dengan perkembangan perdagangan internasional. Kebanyakan kontrak yang dibuat setelah tanggal 1 Januari 2000 akan mengacu pada edisi terakhir dari Incoterms, yang mulai berlaku pada tanggal tersebut. Acuan yang benar adalah "Incoterms 2000". Kecuali apabila para pihak memutuskan lain, Incoterms versi lama seperti Incoterms 1990 masih mengikat apabila dicantumkan dalam kontrak yang belum dipenuhi dan bertanggal sebelum 1 Januari Versi Incoterms sebelum edisi 2000 masih dapat dicantumkan dalam kontrak di masa mendatang apabila para pihak menyetujuinya. Namun, hal ini tentunya tidak direkomendasikan karena versi terakhir dirancang untuk membawa Incoterms sejajar dengan perkembangan terakhir dalam praktek komersial. Incoterms 2000 dengan teks bahasa Inggris adalah versi yang asli dan resmi, yang telah disahkan oleh Komisi Hukum Perdagangan Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCITRAL). Tersedia terjemahan resmi ke dalam 31 bahasa dari komite nasional ICC. Penggunaan Incoterms yang benar akan membawa banyak dampak termasuk memberikan kepastian hukum yang menjadi dasar saling percaya antara rekanan bisnis. Agar yakin apakah penggunaanya telah benar, para praktisi perdagangan perlu berkonsultasi tentang seluruh teks ICC, dan berhati-hati terhadap banyaknya ringkasan tidak resmi dan versi yang mendekati yang berlimpah di web. ICC kini mempublikasikan kata pendahuluan yang singkat tentang Incoterms di bagian khusus yang baru dalam website-nya. Bagian tersebut tidak menyediakan semua jawaban tetapi akan membantu kita mengerti untuk apa Incoterms dan bagaimana mereka disusun. Kami menjabarkan bagaimana memesan Incoterms dalam versi asli yang berbahasa Inggris dan banyak bahasa utama dunia dari ICC Publishing di Paris dan New York, atau komite nasional ICC di seluruh dunia. [7] Azas UNIDROIT dalam Kontrak Dagang Internasional (1994): Azas UNIDROIT dalam Kontrak Dagang Internasional, yang dipublikasikan pada tahun 1994, merupakan hasil dari penelitian komparatif dan musyawarah yang intensif selama bertahun-

8 tahun yang dilakukan oleh Kelompok Kerja khusus, yang terdiri atas wakil-wakil dari semua sistem hukum utama dunia.* Azas UNIDROIT terdiri atas sebuah Pembukaan dan 119 pasal yang dibagi menjadi tujuh bab, yaitu "Ketentuan Umum" (Bab 1); "Formasi" (Bab 2); "Keabsahan" (Bab 3); "Penafsiran" (Bab 4); "Isi" (Bab 5); "Pelaksanaan" (Bab 6) and "Non-Pelaksanaan" (Bab 7). Bab 6 terdiri atas dua bagian yang masing-masing berhubungan dengan "Pelaksanaan secara Umum and "Kesulitan", sementara Bab 7 terdiri atas empat bagian, yaitu satu bagian yang berhubungan dengan "Non-pelaksanaan secara Umum", satu bagian tentang "Hak atas Pelaksanaan", satu bagian tentang "Pengakhiran", dan satu bagian tentang "Kerugian". Ketentuan-ketentuan tersebut ("ketentuan berhuruf hitam") dilengkapi dengan komentar-komentar terperinci, serta ilustrasi, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Azas tersebut. Pada sidangnya yang ke-78 di bulan April 1999, Dewan Pimpinan UNIDROIT menyetujui penambahan pasal contoh, sebagai catatan kaki dari Paragraf 2 Pembukaan Azas UNIDROIT, untuk digunakan oleh para pihak yang menginginkan agar perjanjian mereka diatur berdasarkan Azas UNIDROIT. Versi lengkap Azas UNIDROIT ("ketentuan berhuruf hitam" and komentar-komentar) telah diterjemahkan ke dalam lima belas bahasa (bahasa Arab, Cina, Cekoslowakia, Belanda, Inggris, Farsi, Perancis, Jerman, Hungari, Italia, Portugis, Rusia, Slowakia, Spanyol and Vietnam). Selain itu, teks ketentuan berhuruf hitam telah diterjemahkan secara terpisah ke dalam bahasa Bulgaria, Kroasia, Yunani, Jepang dan Serbia sedangkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia sedang dalam penyusunan. Meskipun Azas UNIDROIT hanya akan diterapkan karena nilai persuasifnya, azas tersebut masih dapat memainkan peran yang signifikan paling sedikit dalam lima konteks yang berbeda. Pertama-tama, karena azas tersebut menawarkan solusi yang modern dan fungsional para pembuat peraturan internasional dan nasional dapat menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk menyusun peraturan baru dalam bidang hukum kontrak umum atau yang berhubungan dengan transaksi-transaksi khusus. Azas UNIDROIT juga dapat memberikan aturan-aturan dan kriteria-kriteria yang dapat digunakan oleh pengadilan dan arbiter swasta dalam melakukan penafsiran dan melengkapi perangkat internasional yang telah ada. Selain itu, para pihak dalam berbagai sistem hukum dan/atau para pihak yang berbeda bahasa dapat menggunakan Azas UNIDROIT sebagai petunjuk dalam merancang kontrak mereka. Yang lebih penting, para pihak yang sama-sama terlibat dalam transaksi dagang internasional akan lebih memilih untuk mengandalkan serangkaian peraturan bertaraf internasional yang komprehensif dan seimbang daripada memilih salah satu hukum nasional atau yang lainnya sebagai hukum yang akan berlaku atas kontrak mereka. Para arbiter juga mungkin merasa lebih nyaman untuk mengacu kepada serangkaian peraturan yang dihasilkan melalui penelitian intensif dan pertimbangan yang terus menerus, khususnya pada saat diminta untuk memutuskan perkara sebagai amiables compositeurs atau berdasarkan kebiasaan perdagangan internasional yang tidak jelas atau lex mercatoria" yang sukar dimengerti, daripada berusaha untuk mencari solusi secara ad hoc.

9 Dan yang terakhir, tanpa mengurangi arti pentingnya, kemungkinan terdapat alasan yang baik bagi pengadilan negara dan para arbiter untuk beralih ke Azas UNIDROIT ketimbang undang-undang lain yang berlaku, ketika tidak ada kemungkinan atau sangat sulit untuk menerapkan isi undang-undang tersebut. Azas UNIDROIT telah terbukti keberhasilannya. Ribuan kopi telah terjual di seluruh dunia, sebagian besar dibeli oleh kantor-kantor pengacara internasional, pengacara perusahaan, pengadilan arbitrasi dan lain sebagainya, yang memang merupakan pengguna potensial dari Azas tersebut. Terlebih lagi, telah ada laporan tentang keputusan pengadilan dan keputusan arbiter pertama yang mengacu kepada Azas tersebut dengan cara apapun. Mengingat Azas UNIDROIT telah diterima luas dalam prakteknya, UNIDROIT sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk menyusun edisi baru yang akan memasukkan bagian-bagian baru yang membahas topik-topik yang belum dibahas pada edisi pertama Azas UNIDROIT. [8] Tujuan Azas UNIDROIT: Azas ini menetapkan peraturan umum kontrak dagang internasional. Azas tersebut diaplikasikan setelah para pihak setuju bahwa kontrak mereka diatur berdasarkan Azas tersebut. Azas tersebut dapat diaplikasikan setelah para pihak setuju bahwa kontrak mereka diatur berdasarkan azas hukum umum, lex mercatoria atau sejenisnya. Azas tersebut dapat memberikan solusi untuk persoalan yang terjadi ketika terbukti bahwa peraturan berdasarkan undang-undang yang berlaku tidak mungkin diterapkan. Azas tersebut dapat digunakan untuk menafsirkan atau melengkapi perangkat hukum internasional. Azas tersebut dapat digunakan sebagai contoh bagi para pembuat peraturan nasional dan internasional. Menyusun kontrak penjualan barang internasional [9] Transaksi ekspor atau impor tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan kedua belah pihak (pembeli dan penjual). Pada umumnya, persetujuan tersebut didokumentasikan dalam kontrak penjualan, yang bertujuan untuk membagi pengeluaran dan risiko di antara penjual dan pembeli. Perancangan kontrak tersebut sangat penting karena memfasilitasi perdagangan dan, yang terpenting, membantu untuk menghindari sengketa. Kontrak penjualan internasional diatur berdasarkan berbagai aturan yang bertujuan untuk menyelaraskan dan memfasilitasi perdagangan internasional. Konvensi Wina Konvensi Wina, yang dikembangkan di bawah dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengatur penjualan barang internasional. Konvensi yang dibuat pada bulan April 1980 tersebut sampai saat ini telah ditandatangani oleh 57 negara. Konvensi ini berlaku secara eksklusif apabila terdapat persoalan yang berkaitan dengan perumusan kontrak penjualan dan mengatur hak dan kewajiban dari para pihak yang mengadakan kontrak. Dengan memperhatikan persoalan yang timbul karena pemilihan hukum yang berlaku, Konvensi Wina memungkinkan para pihak untuk memilih hukum netral sebagai hukum yang berlaku. Penerapan Konvensi Wina sepenuhnya tergantung kepada keinginan kedua belah pihak. Perusahaan-perusahaan dapat memilih untuk tidak menerapkan seluruh

10 bagian dari Konvensi tersebut atau menerapkan sebagian saja. Dalam kasus manapun, perusahaan yang ingin mengembangkan kegiatan usaha internasional harus mempelajari sistem hukum dari negara yang akan berhubungan dengannya dan mempelajari Konvensi Wina. Incoterm Incoterm adalah peraturan-peraturan internasional yang mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan dengan logistik internasional dan pengalihan hak atas barang. Berdasarkan peraturan-peraturan ini, biaya dan resiko sehubungan dengan pengiriman dan pengkapalan barang dapat dibagi secara adil di antara penjual dan pembeli. Sekarang ini, Incoterm merupakan serangkaian peraturan yang mendasari perdagangan internasional. Kontrak Sebuah kontrak tidak dapat ditandatangani apabila para pihak dalam kontrak tersebut tidak mencapai persetujuan secara menyeluruh. Persetujuan tersebut bergantung pada penawaran, persyaratan umum penjualan, dan penerimaan. Penawaran dan faktur pro forma Penawaran dagang merupakan dasar dari kontrak penjualan. Penawaran tersebut harus tegas, jelas dan tidak bersifat ambigu. Penawaran dituangkan dalam sebuah dokumen yang harus disusun dengan menggunakan bahasa yang dipahami dengan baik oleh pembeli. Penawaran tersebut dianggap sebagai sebuah perkiraan yang menjelaskan kerangka umum penjualan. Faktur pro forma memuat semua data yang tercantum dalam faktur penjualan dan dapat digunakan oleh pembeli untuk mempelajari rincian penawaran. Selain itu, faktur pro forma menggariskan kewajiban yang harus dibayar sehubungan dengan pembelian tersebut dan menentukan tugas-tugas penjual. Dalam kasus apapun, kontrak harus menjelaskan hubungan hukum yang terjadi antara kedua belah pihak di dalam ketentuan dan syarat umum penjualan. Isi dari faktur pro forma Para pihak Pengungkapan nama dan alamat lengkap para pihak dalam kontrak serta, jika dimungkinkan, nama para wakil dari tiap perusahaan. Tujuan Keterangan terperinci tentang produk atau jasa, termasuk semua aspek teknis dan rincian kemasan (volume, berat dan metode pengemasan). Transportasi Penentuan incoterm yang bersangkutan, metode pengangkutan dan identifikasi periode sampai dimulainya produksi awal. Harga Harga harus terperinci (harga satuan dsb.), tegas dan final untuk menghindari kesalahpahaman. Pada tahap ini, pembeli dan penjual harus menjelaskan metode dan waktu pembayaran. Persyaratan umum penjualan Perusahaan-perusahaan yang terlibat menggunakan persyaratan umum penjualan untuk menentukan kerangka hukum hubungan dagang mereka. Persyaratan umum penjualan berbeda-beda untuk setiap eksportir. Persyaratan tersebut menentukan

11 tugas-tugas penjual dan membantunya dalam melindungi kepentingannya. Persyaratan umum tersebut harus disusun secara jelas dan tidak menyisakan kemungkinan adanya keragu-raguan dan kesalahpahaman. Persyaratan tersebut disusun dengan menggunakan bahasa yang digunakan di negara pembeli atau dalam bahasa Inggris. Eksportir harus mengarah pada pokok masalah, yang menekankan pada pokok-pokok yang penting seperti harga, ketentuan dan persyaratan pembayaran, periode sampai dimulainya produksi awal, dan cara penyelesaian apabila terjadi sengketa hukum. Pembeli harus membaca persyaratan umum penjualan sebelum menandatangani kontrak, untuk memastikan bahwa apa yang ditandatangani sepenuhnya dapat diterima oleh pihaknya. Selain itu, harus diperhatikan bahwa beberapa negara menerapkan persyaratan umum pembelian. Pada umumnya, persyaratan tersebut bertentangan dengan persyaratan yang diberikan oleh penjual. Dalam kasus tersebut, kedua belah pihak harus melakukan negosiasi dan menganalisa persyaratan umum tersebut dengan latar belakang hukum yang dipilih sebagai hukum yang berlaku untuk kontrak tersebut. Pembeli yang secara resmi lalai untuk menolak persyaratan umum penjualan dianggap telah menerima persyaratan tersebut dan hanya dapat melawan persyaratan umum penjualan tersebut dengan menggunakan persyaratan umum pembelian. Penerimaan Dengan menerima penawaran, pembeli memberikan persetujuannya atas penandatanganan kontrak penjualan. Kontrak hanya berlaku apabila penawarannya disertai dengan penerimaan. Selama belum diterima, penawaran tersebut dapat ditarik kembali. Penerimaan harus diberitahukan secara tertulis kepada penjual, yang membutuhkan jaminan yang dapat digunakannya dalam hal terjadi tuntutan hukum. Dalam kasus tersebut, penerimaan didokumentasikan dalam formulir pemesanan atau kontrak. Karena penerimaan secara lisan tidak menghasilkan bukti tertulis, maka penerimaan tersebut tidak dapat diterima, kecuali apabila kontrak tersebut bersifat sederhana dan dilakukan oleh para pihak yang jujur dalam berusaha. Akan tetapi, konfirmasi dapat diterima dalam setiap keadaan. Perlu diperhatikan, apabila timbul sengketa hukum, penerimaan dengan teleks atau faksimili dianggap tidak memadai untuk dijadikan sebagai alat bukti. Perusahaan-perusahaan juga menggunakan kontrak boilerplate untuk dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Kontrak boilerplate adalah perangkat yang berguna tetapi kekurangannya adalah kontrak tersebut tidak dapat dinegosiasikan. Cara yang paling meyakinkan dalam menyusun kontrak untuk diterapkan kepada kedua klien adalah dengan menyusun dua buah dokumen, yaitu persyaratan umum (penjualan) dan persyaratan khusus (berlaku kepada klien). Pasal Kontrak PARA PIHAK Identifikasi para pihak yang mengadakan kontrak (pembeli/penjual): nama-nama perusahaan, jenis usaha, alamat lengkap dan nama wakil-wakilnya

12 SIFAT KONTRAK HARGA DAN PEMBAYARAN TRANSPORTASI PENGIRIMAN KEADAAN MEMAKSA Penjelasan tentang tujuan kontrak (produk atau jasa) Penjelasan aspek-aspek teknis, kuantitas, volume, berat dan metode pengemasan, apabila pembeli memiliki permintaan sehubungan dengan hal tersebut Denominasi harga dalam mata uang Euro atau mata uang asing lainnya (tingkat resiko pertukaran dipertimbangkan) Identifikasi harga dan Incoterm yang menentukan pembagian biaya angkut, bea cukai, asuransi dan tanggal pengalihan barang Perincian harga barang dagangan (harga satuan dan harga keseluruhan) Detail mengenai metode penyelesaian yang memberikan keamanan maksimal bagi penjual Identifikasi uang muka yang harus dibayarkan untuk menjamin pemesanan Dalam hal kredit yang didokumentasikan, penyingkapan aplikasi pembukaan kredit dicantumkan oleh penjual Selain itu, apabila dimungkinkan berdasarkan peraturan yang bersangkutan, pasal yang bertujuan untuk mempertahankan hak kepemilikan barang dicantumkan Penentuan metode transportasi yang sesuai dengan sifat barang dagangan, tujuan dan keamanan Penyingkapan tugas setiap pihak dalam kontrak tergantung pada lncoterm Identifikasi tanggal, tempat pemuatan, dan tempat penyerahan Identifikasi batas waktu bersangkutan: pengamatan periode sampai pada produksi awal adalah salah satu tugas utama penjual dan penjual harus memasukan sebuah pasal mengenai denda yang dapat dikenakan pada peristiwa keterlambatan Pencantuman sebuah pasal yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan keadaan memaksa ( sebab terjadinya pembebasan tuduhan) akibat peristiwa yang tak terduga. Pada dasarnya, pembeli tidak perlu mengakui keadaan memaksa yang diajukan oleh penjual sejauh ia tidak memasukkan hal tersebut ke

13 dalam kontrak. JAMINAN Identifikasi komitmen kedua belah pihak sebagai jaminan (cth: pembayaran kredit kepada penjual). HUKUM YANG BERLAKU KETIKA TERJADI TUNTUTAN HUKUM BAHASA Identifikasi hukum yang berlaku yang dipilih oleh para pihak untuk menyelesaikan tuntutan hukum yang mungkin terjadi. Identifikasi bahasa yang akan digunakan dalam rancangan kontrak. Kedua belah pihak harus memahami dengan baik bahasa yang digunakan. Kesulitan penerjemahan juga harus dipertimbangkan. [1] James M.Klotz & Professor John A. Barret, Jr., INTERNATIONAL SALES AGREEMENETS, XXV, Kluwer Law International, (1998). [2] Id. [3] Jan Ramberg, INTERNATIONAL SALES TRANSACTIONS, 25, 2ND Edition, ICC (2000). [4] [5] Id. [6] James M.Klotz & Professor John A. Barret, Jr., INTERNATIONAL SALES AGREEMENETS, 5-12, Kluwer Law International, (1998). [7] [8] [9]

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin modern, dalam dunia internasional tiap-tiap Negara

Lebih terperinci

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW: DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN Ps. 1347 BW: Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah termasuk dalam persetujuan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan Tabel 8.4.4. Penggunaan Kerja Asing Di Indonesia Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Pekerjaan/Jabatan sampai dengan 31 Mei 2010 Jenis Pekerjaan/Jabatan Usaha Produksi, No Lapangan Usaha Kepemimpina Tata

Lebih terperinci

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] Untuk keperluan kutipan versi AS, teks bahasa Inggris bersertifikasi PBB dipublikasikan dalam 52

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

DAFTAR ISI. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

Jurnal Hukum dan Perdagangan Musim Semi Perkembangan Terkini Sehubungan dengan Cisg. KESEPAKATAN KONTRAK BERDASARKAN CISG [FNaa]

Jurnal Hukum dan Perdagangan Musim Semi Perkembangan Terkini Sehubungan dengan Cisg. KESEPAKATAN KONTRAK BERDASARKAN CISG [FNaa] Jurnal Hukum dan Perdagangan Musim Semi 1997 Perkembangan Terkini Sehubungan dengan Cisg KESEPAKATAN KONTRAK BERDASARKAN CISG [FNaa] del Pilar Perales Viscasillas [FNa] Copyright 1997 University of Pittsburgh;

Lebih terperinci

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA LATAR BELAKANG Pada tahun 2012, pemerintah Hungaria mengembangkan program ini untuk menarik investasi asing ke Hungaria. Hingga kini, lebih dari 2500 pendaftar telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN SURAT PEMESANAN PEMBELIAN (PO)

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN SURAT PEMESANAN PEMBELIAN (PO) SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN SURAT PEMESANAN PEMBELIAN (PO) 1. KEBERLAKUAN. (a) Syarat-syarat dan ketentuan ini berlaku terhadap pembelian barang-barang yang disebutkan di halaman depan pemesanan pembelian/po

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL

K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL K69 SERTIFIKASI BAGI JURU MASAK DI KAPAL 1 K-69 Sertifikasi Bagi Juru Masak Di Kapal 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDELAPAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris

Distr.: Terbatas 15 Oktober Asli: Bahasa Inggris Perserikatan Bangsa-bangsa Majelis Umum Distr.: Terbatas 15 Oktober 2004 A/C.3/59/L.25 Asli: Bahasa Inggris Sidang kelimapuluhsembilan Komisi Ketiga Agenda urutan 98 Pemajuan wanita Australia, Austria,

Lebih terperinci

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012 LAMPIRAN Negara-negara yang sudah mendatangani dan meratifikasi konvensi Bom Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember 2008 Convention on Cluster Munition Negara Penandatangan Meratifikasi Mulai Berlaku

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL Pembukaan Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Denmark

Lebih terperinci

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention)

Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) Naskah Terjemahan Lampiran Umum International Convention on Simplification and Harmonization of Customs Procedures (Revised Kyoto Convention) BAB 1 PRINSIP UMUM 1.1. Standar Definisi, Standar, dan Standar

Lebih terperinci

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris.

Lebih terperinci

1.3. Ketentuan mengikat masing-masing Pelanggan PERUSAHAAN dari awal Pelanggan menerima ketentuan Perjanjian Pelanggan dengan PERUSAHAAN.

1.3. Ketentuan mengikat masing-masing Pelanggan PERUSAHAAN dari awal Pelanggan menerima ketentuan Perjanjian Pelanggan dengan PERUSAHAAN. PERJANJIAN PENGENAL FXPRIMUS Sesuai implementasi Arahan Pasar dalam Instrumen Keuangan (MiFID) di Uni Eropa dan sesuai dengan Undang-Undang Jasa dan Aktivitas Investasi serta Pasar Teregulasi tahun 2007

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2016 HUKUM. Keimigrasian. Kunjungan. Bebas Visa. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979) PARA PIHAK DALAM KONVENSI MEMPERHATIKAN arti penting yang tercantum dalam beberapa konvensi mengenai pemberian

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Introduction Transaksi-transaksi atau hubungan dagang banyak bentuknya, mulai

Lebih terperinci

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK INTERNASIONAL. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK INTERNASIONAL Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Latar Belakang Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa lintas negara Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara

Lebih terperinci

PT.PRESSTI ASIA INDONESIA

PT.PRESSTI ASIA INDONESIA PT.PRESSTI ASIA INDONESIA HUBUNGI : RUSWANDI MOBILE: 085360472726 /087880708027 Specialist Import Door To Door PT.PRESSTI ASIA INDONESIA Jl. Raya Lenteng Agung Kv 22 No.20 Jakarta Tel : (62 21) 7888 6595Fax

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan manusia adalah perdagangan, perdagangan merupakan salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang telah berlangsung

Lebih terperinci

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk bersatu dalam organisasi oleh suatu negara merupakan hal yang tak dapat dihindari lagi, disebabkan oleh pergolakan ekonomi dalam suatu negara, seperti

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK ITALIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL (Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1994 Tanggal

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 60/1994, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK ITALIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh :

M A K A L A H. Tentang : Negara Maju Dan Berkembang. Disusun Oleh : M A K A L A H Tentang : Negara Maju Dan Berkembang Disusun Oleh : KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr..Wb Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan

Lebih terperinci

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING

KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING KONFERENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENGENAI ARBITRASE KOMERSIAL INTERNASIONAL KONVENSI MENGENAI PENGAKUAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE ASING PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA 1958 Konvensi mengenai Pengakuan

Lebih terperinci

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN STANDAR BIAYA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI DAN LUAR NEGERI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE KLRCA (Direvisi pada tahun 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada tahun 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL Fitri Dwi Lestari UNIVERSITAS GUNADARMA 1 IF2151/Relasi dan Fungsi 2 KONSEP IDEOLOGI Ideologi sebagai penegas identitas bangsa atau untuk menciptakan rasa kebersamaan

Lebih terperinci

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA

SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA ESTONIA LATVIA LITHUANIA DENMARK INGGRIS BELANDA IRLANDIA POLANDIA JERMAN BELGIA REPUBLIK CEKO SLOWAKIA HONGARIA SEKILAS UNI EROPA SWEDIA FINLANDIA PORTUGAL IRLANDIA LUKSEMBURG INGGRIS BELGIA SPANYOL BELANDA PERANCIS DENMARK JERMAN SLOVENIA AUSTRIA ITALIA POLANDIA KROASIA RUMANIA BULGARIA YUNANI ESTONIA LATVIA LITHUANIA

Lebih terperinci

Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan

Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan Syarat dan Ketentuan Standar Penjualan 1. Penerimaan Syarat-Syarat: Istilah-istilah yang dimulai dengan huruf besar didefinisikan di bawah ini. Kecuali istilah-istilah lain diatur secara berbeda dalam

Lebih terperinci

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME

ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME ADENDUM TERHADAP KETENTUAN PEMBELIAN DALAM BBSLA UNTUK SELURUH TOKO RIME 1. RUANG LINGKUP & APLIKASI 1.1. Perjanjian Lisensi BlackBerry Solution ("BBSLA") berlaku untuk seluruh distribusi (gratis dan berbayar)

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010 Pertemuan ke-4 Incoterm 2010 INCOTERMS 2010 GROUP E DEPARTURE EXW EX WORKS GROUP F MAIN CARRIAGE UNPAID FCA FAS FOB FREE CARRIER FREE ALONGSIDE SHIP FREE ON BOARD GROUP C MAIN CARRIAGE PAID CFR CIF CPT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Islam KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) Bagian II PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) Bagian III SKEMA Bagian IV PEDOMAN UNTUK

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM DAN PENAMBAHAN MODAL DENGAN MEMBERIKAN HAK MEMESAN

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.04/2017 TENTANG BENTUK DAN ISI PROSPEKTUS DAN PROSPEKTUS RINGKAS DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM OBLIGASI

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN LINGKUNGAN ORGANISASI & DESAIN Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar

Lebih terperinci

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini: NAMA: Catherine Claudia NIM: 2011-0500-256 PELAKSANAAN KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE KOMERSIAL NTERNASIONAL MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958 Salah satu fokus utama dalam Konvensi New York 1958, yakni Convetion

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133, 2015 HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HPI PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX. By Malahayati, SH., LLM

HPI PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX. By Malahayati, SH., LLM HPI 1 PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX By Malahayati, SH., LLM TOPIK 2 PENGERTIAN CARA PILIHAN HUKUM LEX MERCATORIA LEX LOCI CONTRACTUS TEORI PENGERTIAN 3 Pada prinsipnya hukum yang berlaku di dalam kontrak

Lebih terperinci

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949 2 K-95 Konvensi Perlindungan Upah, 1949 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/12.2014 TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT PENGURUS BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa perbedaan pendapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011) DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005 UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN 2005 (Direvisi tahun 2011) 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur SUSUNAN BAGIAN Bagian I Pendahuluan 1. Judul singkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1995 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KERAJAAN SPANYOL MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN SECARA RESIPROKAL ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00

1. Biaya Sea Transportation (Freight) USD48,308, Biaya Insurance USD 465, USD48,774,332.00 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.61168/PP/M.XVB/15/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PENANAMAN MODAL ANTARA PEMERINTAH DAN PENANAM MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Hak Cipta (c) 1998 Suffolk Transnational Law Review Suffolk Transnational Law Review. Musim panas, Suffolk Transnat'l L. Rev.

Hak Cipta (c) 1998 Suffolk Transnational Law Review Suffolk Transnational Law Review. Musim panas, Suffolk Transnat'l L. Rev. Hak Cipta (c) 1998 Suffolk Transnational Law Review Suffolk Transnational Law Review Musim panas, 1998 21 Suffolk Transnat'l L. Rev. 221 PANJANG: 13102 kata ARTIKEL UTAMA: Merancang Klausul-klausul Arbitrase

Lebih terperinci

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme

Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Beasiswa Erasmus Lifelong Learning Programme Program Erasmus (EuRopean Community Action Scheme for the Mobility of University Students) atau Erasmus Project adalah program pertukaran pelajar di

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak)

Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak) Ketentuan-ketentuan Umum PENJUALAN Barang (termasuk Perangkat lunak) 1 Definisi 1.1. Dalam Ketentuan-ketentuan ini: Ketentuan-ketentuan adalah persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan ini yang berlaku

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1

Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT. Pasal 1 Terjemahan Tidak Resmi STATUTA UNIDROIT Pasal 1 Maksud dari Lembaga Internasional untuk Unifikasi Hukum Perdata adalah meneliti cara cara untuk melakukan harmonisasi dan koordinasi hukum perdata pada Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

Indonesian translation of the 2005 Choice of Court Convention

Indonesian translation of the 2005 Choice of Court Convention Indonesian translation of the 2005 Choice of Court Convention This translation was kindly prepared by Dr. Afifah Kusumadara, Vannia Nur Isyrofi, and Hary Stiawan (lecturer and students at the Faculty of

Lebih terperinci

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia)

SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) SCHOTT Igar Glass Syarat dan Ketentuan Pembelian Barang (versi Bahasa Indonesia) Syarat dan ketentuan pembelian barang ini akan mencakup semua barang dan jasa yang disediakan oleh PT. SCHOTT IGAR GLASS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

KAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API

KAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 82 TAHUN 2014 TANGGAL : 19 DESEMBER 2014 TENTANG : PERJALANAN DINAS Jenis dan Kelas Angkutan Pejabat Negara dan Pegawai Negeri Sipil NO. URAIAN KAPAL KAPAL KERETA

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *)

Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *) Pokok-Pokok Masalah Pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional di Indonesia oleh: M. Husseyn Umar *) Ketentuan ketentuan tentang pelaksanaan (eksekusi) putusan Arbitrase Asing (Internasional) di Indonesia

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR 1 K-106 Istirahat Mingguan Dalam Perdagangan dan Kantor-Kantor 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN

KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN KONVENSI ROMA 1961 KONVENSI INTERNASIONAL UNTUK PERLINDUNGAN PELAKU, PRODUSER REKAMAN DAN BADAN-BADAN PENYIARAN Diselenggarakan di Roma Tanggal 26 Oktober 1961 HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DUNIA JENEWA

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

Lebih terperinci

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982 2 K-158 Konvensi Pemutusan Hubungan Kerja, 1982 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 99, 2004 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH

Lebih terperinci