RESUME PELATIHAN PEMBUATAN DATA SPASIAL LANJUT (3 JUN S/D 9 JUNI 2015)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME PELATIHAN PEMBUATAN DATA SPASIAL LANJUT (3 JUN S/D 9 JUNI 2015)"

Transkripsi

1 RESUME PELATIHAN PEMBUATAN DATA SPASIAL LANJUT (3 JUN S/D 9 JUNI 2015) No. Materi Hasil (Output) Waktu 1 PENGENALAN WEBGIS PORTAL 2 INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) 3 TOOLS UNTUK ANALISA DATA Modul Pengelolaan Data ditujukan kepada staf/pegawai yang bertanggung jawab atas pengelolaan data geospasial pada dinas atau organisasi masing-masing. Materi yang terkandung dlm modul ini merupakan tingkat lanjut karena para staf/pegawai yang bertanggung jawab atas pengelolaan data geospasial tersebut biasanya telah memiliki pengetahuan dasar GIS, bahkan telah biasa menggunakan perangkat lunak GIS seperti ArcGIS dlm pekerjaan mereka seharihari. Materi dimulai dengan pengenalan tentang Infrastruktur Data Spatial Nasional (IDSN) karena peserta diharapkan nantinya dapat mengelola data pada dinas atau organisasi masing-masing menurut yang telah ditetapkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG). Dengan demikian nanti data tersebut dapat dibagi pakai oleh dinas atau organisasi lain melalui jaring data spasial nasional. Materi selanjutnya membahas tentang tools utk analisis data spasial yang mencakup ekstraksi, overlay dan kedekatan (proximity). Tools ini bermanfaat untuk menghasilkan data yang baru dari data yang telah ada. Melalui ekstraksi dpt dihasilkan data baru dg mengambil data yang sudah ada melalui proses clip dan select. Peserta juga diajarkan tentang overlay melalui Union, intersect, dan identity. Tools ini dapat digunakan misalnya untuk menggabungkan data geologi dengan batas kecamatan sehingga diketahui jenis geologi pada kecamatan bersangkutan. Selanjutnya dibahas tools proximity yang mencakup buffer dan near. Dalam latihan peserta akan mempelajari bagaimana menggunakan buffer untuk mengidentifikasi desa yg berada di daerah rawan banjir atau letusan gunung api. Peserta juga dilatih menggunakan near untuk melengkapi data desa dengan kota yang terdekat beserta jaraknya. 4 MANAJEMEN DATA Materi berikutnya membahas tentang Geodatabase. Dalam bab ini dibahas mengenai pengelolaan data geospasial dengan menggunakan geodatabase. Peserta belajar bagaimana menyusun 4 sesi dengan total waktu 5 jam 4 sesi dengan total

2 sebuah geodatabase, termasuk di dalamnya membuat feature dataset, feature class, dan membuat hubungan dengan tabel dan data eksternal melalui join dan relatif. Peserta juga dilatih bagaimana membuat koneksi dengan database eksternal, seperti database Microsoft Access, dan selanjutnya melakukan join feature class dengan tabel dari Ms Access serta menampilkan data hasil join ini sebagai peta tematik. 5 TOPOLOGY Bagian kedua dari materi geodatabase adalah tentang topology. Dalam materi ini peserta dilatih untuk membuat aturan tentang hubungan antar feature dalam sebuah feature class maupun dengan feature dari feature class lain. Peserta kemudian diminta melakukan validasi terhadap feature class - feature class yang disertakan dalam topology. Latihan ini diikuti dengan latihan memperbaiki kesalahan topology uang ditemukan. Selain itu peserta juga dilatih untuk menjadi menggunakan map topology dalam melakukan editing data vektor untuk menghindari kesalahan topology yang bisa terjadi karena proses edit data 6 DASAR PENGINDERAAN JAUH 7 TOOLS ANALISA SPASIAL geospasial. Peserta memperoleh materi tentang dasar-dasar remote sensing. Melalui materi ini peserta dilatih kemampuan dasar remote sensing seperti koreksi geometrik, koreksi radiometric, memperbaiki tampilan citra satelit melalui proses stretching, dan membuat citra yang memiliki warna komposit. Setelah menguasai Teknik-teknik dasar tersebut, peserta diberikan latihan lanjut seperti transformasi citra seperti membuat citra ndvi yang bermanfaat dalam memetakan kerapatan vegetasi. Peserta juga dilatih untuk membuat peta pansharpened yang memiliki gambar lebih tajam sehingga dapat membantu proses digitasi. Akhirnya peserta memperoleh latihan membuat klasifikasi lahan menggunakan citra satelit resolusi menengah, baik dengan metode unsupervised maupun supervised. Dengan menguasai teknik klasifikasi lahan menggunakan citra satelit ini diharapkan peserta nantinya dapat menghasilkan peta penggunaan lahan yang mereka perlukan. Materi terakhir adalah mengenai tools Spatial analyst. Tools ini bermanfaat untuk melakukan manipulasi data raster ataupun analisis dengan menggunakan data raster. Pada bagian pertama bab ini dibahas mengenai penggunaan data waktu 6 jam 3 jam 12 jam atau 8 sesi 6 jam atau 4 sesi

3 elevasi, yaitu data srtm. Pertama-tama peserta dilatih untuk menampilkan data srtm. Selanjutnya peserta juga dilatih bagaimana memperbaiki kekosongan data srtm 1 arc second dengan data srtm 3 arc second. Dalam latihan ini peserta juga belajar menggunakan raster calculator. Dalam latihan berikutnya peserta akan mengekstrak data srtm sesuai dengan daerah kajian yang diperlukan, lalu memproyeksikan data hasil ekstrak tersebut ke dalam sistem koordinat proyeksi. Selanjutnya peserta akan dilatih bagaimana membuat hillshade dan lereng (slope) dari data srtm. Pada bagian akhir bab ini dibahas tentang penggunaan Spatial analyst tools untuk melakukan analisis kesesuaian lahan. Peserta mendapat latihan bagaimana melakukan pengaturan pada arcgis untuk menjalankan analisis tersebut. Selain itu peserta juga dilatih menyiapkan data raster yang diperlukan untuk analisis tersebut melalui proses interpolasi. Harapan PPIDS Universitas Syiah Kuala: 1. Selesai pelatihan ini, diharapkan kepada seluruh peserta pelatihan ini dapat berkomunikasi baik via telpon/ HP maupun Kami selaku PPIDS siap menerima peserta pelatihan maupun pihak dinas (provinsi dan kabupaten/ kota) untuk berdiskusi/ supervise. 3. Kami juga siap melakukan kunjungan/ pelatihan ke setiap dinas provinsi/ kabupaten/ kota di seluruh Aceh maupun Sumatera sebagai tugas kami di PPIDS.

4 ModulPelatihan ArcGIS. Lanjut Versi 10.x BAB I PENGENALAN WEBGIS PORTAL Perkenalan WebGIS Portal Daftar Akun Baru Masuk Akun Tambahkan Layer Baru Membuat Peta yang Baru Membagi Peta (Share Maps) Tambahkan Layer Baru Akun dan Pengguna Mengatur Profil Anda Pengaturan Preferensi Pemberitahuan Mengatur Layer Mengunggah Layer Informasi Layer Mengelola Peta Membuat Peta BAB II INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL (IDSN) Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Hukum Data dan Informasi Geospasial Konsep Infrastruktur Informasi Geospasial Pengertian IIG Komponen IIG Hierarki Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) Implementasi Jaringan IG Pusat dan Daerah Implementasi JIGN Kualitas Data Konsistensi Data Skala Ragam dan Agregasi Penyampaian dan Penyebaran Informasi Aspek Perilaku Individu dan Organisasi. 66 i

5 Aspek Kelembagaan Aspek Hukum Aspek Kebijakan Seputaran Data Geospasial Pembangunan Simpul Jaringan Pembangunan Simpul Jaringan Metode Inventarisasi Kondisi Metode Penyusunan Kebutuhan dan Program Pembangunan Simpul Jaringan Pengembangan Kelembagaan Simpul Jaringan Pengembangan Peraturan pada Simpul Jaringan Pengembangan Teknologi Simpul Jaringan Pengadaan/Produksi Data pada Simpul Jaringan Pengembangan SDM Basisdata Geospasial Konsep Basisdata Geospasial Tipe Data Spasial Tingkat Lanjut Perancangan Basisdata Geospasial Skema Basisdata Basisdata Penyelenggaraan Simpul Jenis Basisdata Geospasial Penyelenggaraan Simpul Integrasi Penyelenggaraan Simpul Proses Pengelolaan Basisdata Simpul Jaringan Actor dan Role Pada Simpul Jaringan Katalog Unsur Geografis Model Data Konseptual Katalog Representasi Model Data Katalog Tata Cara Penyusunan Skema Basisdata di K/L dan Pemda Langkah-Langkah Penyusunan Basisdata Simpul Mekanisme Penambahan Unsur Baru KUGI Implementasi Skema Basis Data Migrasi Data Contoh Implementasi Skema Basisdata Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Sleman Kota Bogor 108 BAB III TOOLS UNTUK ANALISA DATA Persiapan Data Import Data dari Geodatabase Menggabungkan Data (merge) Menggabungkan Data dalam Satu Kelas (Dissolve) Ekstrak Data (Extract) Memotong Data (clip) Memilih Data (select) ii

6 Membagi Data (split) Overlay Union Intersect Identify Kedekatan (Proximity) Buffer Near BAB IV MANAJEMEN DATA Geodatabase Konsep Pembuatan Geodatabase Membuat Geodatabase Metadata Pengertian Metadata Kenapa Metadata? Standar yang digunakan Pembuatan Metadata Import/Export Metadata External Database Unique Identifier (ID) Membuat Koneksi dengan ODBC (Open Database Connectivity) Membuat Koneksi Database di ArcCatalog Join dan Relate Table Join Tabel Relasi Tabel Menghapus Join dan Relasi Topology Defenisi Topology Fungsi Topology Topology dalam ArcGIS Membangun Topology dalam ArcGIS Mengecek kesalahan-kesalahan Topology Memperbaiki Kesalahan Topology Memperbaiki Kesalahan Gap Pengecualian Kesalahan Map Topology BAB V DASAR PENGINDERAAN JAUH Composite Bands Symbology Geo referencing / koreksi geometri Koreksi Radiometrik iii

7 5.5. Pemotongan Citra / Extraction Transformasi Citra Penajaman Citra Principal Component Analysis Band Ratio Indeks Vegetasi Transformasi NDVI Klasifikasi tidak terbimbing Iso Cluster Maximum Likelihood Klasifikasi Terbimbing BAB VI TOOLS ANALISA SPASIAL Data SRTM Menampilkan Data SRTM Mengisi Data Kosong (Void) pada SRTM 1 arc Second Extract Data Raster Memproyeksikan Data Raster Membuat Hillshade Membuat Slope Analisa Kesesuaian Lahan Menggunakan Data Raster Interpolasi iv

8 BAB 1 PENGENALAN WEBGIS PORTAL.

9 1.1. Perkenalan Untuk memulai, mari kita lihat layar antarmuka Web GIS Portal dan pelajari bagaimana cara untuk menggunakannya. Layar antarmuka pada website Web GIS Portal merupakan metode utama yang digunakan untukmenggunakanweb GIS Portalsebagai pengguna. Dari layar antarmuka ini, kita dapat melihat dan mengubah layer dan peta spasial yang ada, serta menemukan informasi pada pengguna Web GIS Portal lainnya. Tanpa log in, akses Anda hanya terbatas untuk membaca layer umum. 1. Buka pada Web GIS Portal instansi anda, yang tersedia disini: Halaman Pembuka Halaman ini menunjukkan informasi yang bervariasi mengenai Web GIS Portal instansi. Pada bagian atas halaman terdapat toolbar yang memperlihatkan quicklinks untuk melihat layers, peta, unduh (metadata), sarana, dengan sub menunya peta interaktif dan kolom pencarian. Di bawah ini terlampir daftar layer terbaru,termasuk abstrak, pemilik, penilaian dan tombol untuk mengunduh dan mengunggah layer (jika tersedia). 2

10 2. Klik Layer pada toolbar untuk menuju ke halaman Telusuri Layer Halaman Telusuri Layer Halaman ini menunjukkan seluruh layer yang berada diweb GIS Portal, baik yang tersedia dalam bentuk List maupun Grid. Layer dapat disusun berdasarkan layer terbaru yang digunakan, yang paling popular, atau yang paling sering di bagikan Terdapat juga susunan berdasar kategori, dimana layer dapat saling terhubung. 3

11 3. Temukan layer dan klik pada namanya Melihat layer Layer pada halaman ini akan tampil dengan menempatkan layer itu sendiri sebagai layer utama (pada hal ini menggunakan Google Satelit). Jelajahi halaman ini, lalu catat berbagai pilihan yang ada yang tersedia bagi Anda. 4

12 4. Sekarang klik link Peta pada toolbar untuk menuju ke halaman Telusuri Peta Halaman Telusuri Peta Halaman ini menunjukkan seluruh peta yang berada di Web GIS Portal yang tersedia dengan tampilan pilihan yang sama dengan Layer. 5

13 5. Klik link Peta Interaktif untuk berada dalam halaman Peta Interaktif Halaman Peta Interaktif Halaman ini akan memberikan data dan informasi keseluruhan yang berada di Web GIS Portal secara mudah dan sederhana, yang tersedia dengan tampilan pilihan yang sama dengan layer-layer dengan masing-masing kategorinya. 6

14 6. Klik link Ikon Kaca Pembesar pada toolbar untuk berada pada halaman Pencarian Halaman Pencarian Halaman ini berisi banyak pilihan untuk menyesuaikan pencarian berbagai data dan informasi yang terdapat pada Web GIS Portal ini. Terdapat kotak pencarian yang simple pada setiap halaman bagian atas,kolom pencarian ini memungkinkan untuk memperoleh hasil pencarian yang lebih sempurna dengan fasilitas Pelengkapan Otomatis untuk setiap huruf pada kata kunci. Saat ini anda telah mengenal halaman antar muka dasar, langkah selanjutnya adalah membuat sendiri akun sehingga anda dapat mengatur beberapa sumber Web GIS Portal anda sendiri WebGIS Portal Sistem Pengolahan Geospasial dengan Konten Open Source Web GIS Portal adalah aplikasi berbasis web dan platform untuk mengembangkan Sistem Informasi Geografi (SIG) dan untuk menyebarkaninfrastrukturdataspasial (IDS) Pada pedoman Quickstart ini akan dipelajari mengenai : a. Mendaftarkan akun baru untuk memulai 7

15 b. Menambahkan layer baru c. Membuat peta menggunakan layer yang baru d. Membagi peta tersebut dengan pengguna lainnya. Untuk memulai Web GIS Portal pada halaman web anda secara otomatis maka buka alamat (Asumsikan!). Halaman tersebut akan terlihat seperti gambar di bawah Daftar Akun Baru Dari antarmuka sekilas yang telah ditunjukkan, kita dapat melihat dan memodifikasi lapisan spasial dan peta yang ada, serta mencari informasi tentang pengguna Web GIS Portal lainnya. Tapi,tanpa memiliki akun,anda terbatas untuk akses data dan informasi dan dikategorikan sebagai pengguna umum saja. Dalam rangka menciptakan peta dan menambahkan lapisan untuk itu, Anda harus memiliki membuat akun terlebih dahulu. 1. Dari halaman di antarmuka web, Anda akan melihat Link Daftar pada pojok kanan atas. Klik link tersebut, dan dalam dialog yang menampilkan formulir untuk pengisian data akun yang akan didaftarkan, klik Daftar sekarang jika pengisian anda telah selesai dan data akan dikirim ke akun Adminstrator untuk proses aktifikasinya. 8

16 2. Pada halaman berikutnya, mengisi formulir. Masukkan nama pengguna dan kata sandi kotak yang disediakan. Juga, harus memasukkan alamat Anda untuk proses verifikasi dan notifikasi nantinya 3. Anda akan masuk ke halaman Menunggu Persetujuan Administrator dan sebuah akan dikirimkan ke akun yang anda daftarkan dan konfirmasi bahwa Anda telah mendaftar. 9

17 4. Sekarang Anda sudahmendaftarkan akun, Anda dapat menambahkan lapisan untuk itu serta membuat peta dan berbagi dengan pengguna lain Masuk Akun Dari layar antarmuka ini, kita dapat melihat dan mengubah layer dan peta spasial yang ada, serta menemukan informasi pada pengguna Web GIS Portal lainnya. Tanpa log in, Akses Anda hanya terbatas untuk membaca layer umum. Pada saat ingin membuat peta dan menambahkan layer untuk itu, maka anda harus memiliki akun dari yang dibuat administrator dan sign in menggunakan akun anda. 1. Dari seluruh peta yang ada pada layar tatap muka web, anda akan melihat link Sign in. Klik link tersebut, dan akan muncul dialog. 10

18 1. Pada halaman selanjutnya, isi seluruh formulir. Masukkan nama pengguna dan password pada kolom yang tersedia, lalu klik Masuk 2. Anda akan kembali ke halaman selamat datang dan anda saat ini telah dapat menambahkan layer kedalamnya serta membuat peta dan membagi peta-peta tersebut dengan akun pengguna lainnya (atau aktifitas lainnya yang sesuai dengan aturan yang diberikan pada akun) 11

19 Tambahkan layer yang baru Layer adalah suatu sumberdaya yang ditampilkan yang mewakili sumber data spasial raster atau vector. Layer juga dapat berasosiasi dengan metadata, penilaian, dan komentar 1. Untuk menambahkan layer pada akun anda, telusuri halaman selamat datang. Pada halaman tersebut terdapat toolbar yang dapat dilihat sebagai berikut : 2. Dengan menekan link layer, anda akan menuju halaman layer dimana sub toolbar yang baruakanterlihat. Toolbar ini mengijinkan anda untuk menjelajah,mencari, dan Unggah Layer. 3. Sekarang klik Unggah Layer dan anda akan melihat formulir unggah. 12

20 4. Jika salah satunya tidak ada, Web GIS Portal akan memperingatkan anda sebelum anda dapat mengunggahnya. 5. Anda sekarang dapat melihat seluruh arsip yang telah di unggah. 13

21 6. Untuk mengunggah data, tekan tombol Unggah 7. Progress Bar Hasil Unggahan 14

22 8. Tinjauan Hasil Unggahan 15

23 9. Web GIS Portal memiliki kemampuan untuk membatasi siapa yang dapat melihat, mengedit, dan mengatur layer. Di sebelah kanan halaman anda terdapat bagian perizinan (ubah kepemilikan layer), dimana anda dapat membatasi akses pada layer anda. Di bawah kolom Siapa yang bisa melihatnya dan unduh data ini, pilih seluruh pengguna yang telah terdaftar. Hal tersebut untuk memastikan bahwa pengguna yang tidak memiliki akun tidak diperkenankan melakukan hal tersebut. Pada halaman yang sama, di bawah siapa yang bisa mengubah data ini, pilih username anda. Ini untuk memastikan bahwa hanya anda yang dapat mengubah data pada layer tersebut Membuat peta yang baru Langkah selanjutnya adalah membuat peta dan menambahkan pembuatan layer baru untuk peta tersebut. 1. Klik link Peta pada toolbar atas, maka akan keluar daftar peta (jika telah ada). Kemudian klik tombol Buat Peta Baru untuk membuat peta sesuai kepentingan yang diperlukan 16

24 2. Setelah kitaklik tombol buat peta baru dan layar tatap muka peta akan tampak. Pada layar tatap muka ini terdapat toolbar, daftar layer, daftar peta dasar, navigasi perbesar dan perkecil peta, koornidat peta, skala peta dan menu navigasi-navigasi lainnya yang mendukung proses pembuatan dan edit peta. Layar peta berisi layer Google satelit secara default. Didalamnya tersedia layanan seperti: Google Roadmap, Google Terrain, dan Google Hybrid. Pada proses pembuatan peta ini kita diharuskan untuk menambahkan satu atau lebih dari data-data layer yang telah terunggah pada Web GIS Portal ini. 3. Klik layer baru dan pilih tambahkan layer 17

25 4. Saat ini anda dapat melihat seluruh layer yang tersedia. Pada kasus anda, ini seharusnya menjadi 20 nya yang anda tambahkan sebelumnya. 5. Pilih seluruh layer dengan menekan entri paling atas dan Shift-clicking/Ctrl-Clicking pada mouse anda, salah satu yang paling bawah. Klik tambahkan layer untuk menambahkan seluruh layer pada peta. 18

26 Modul Pelatihan ArcGIS 10.x Tingkat Lanjut 6. Layer akan ditambahkan pada peta. Klik Selesai (sebelah kanan dari tambahkan layer di bagian paling bawah) untuk mengembalikan daftar layer utama 19

27 Untuk penyimpanan peta, klik tombol peta pada toolbar, dan pilih Simpan Peta 7. Buat judul dan abstrak pada peta anda. 20

28 8. Klik Simpan. Perhatikan bahwa link pada halaman bagian kanan atas berubah sesuai dengan nama peta Link ini berisi permalink untuk peta anda. Jika anda membuka link tersebut pada layar yang baru, peta anda akan muncul persis seperti saat disimpan Membagi peta (Share Maps) Sekarang anda dapat menyelesaikan peta anda. 1. Periksa kotak yang berada di samping layerjalan rayauntuk mengaktifkannya. Jika tidak, ada di bawah daftar layer POI, klik dan tarik ke dalamnya. 2. Buat seluruh penyesuaian terhadap komposisi peta seperti yang diinginkan, termasuk dengan mengatur perbesar/perkecil 3. Klik tombol peta pada toolbar, dan klik Publikasikan Peta 4. Judul dan abstrak yang sebelumnya telah dibuat seharusnya masih tersimpan. Buat beberapa penyesuaian sesuai kebutuhan, dan klik simpan 21

29 5. Dialog baru akan muncul dengan instruksi bagaimana untuk menambahkan peta tersebut pada halaman web, termasuk kode snippet. Anda dapat menyesuaikan parameter sesuai kebutuhan. Peta anda sekarang dapat di bagikan! 1.3. Akun dan Pengguna Web GIS Portal adalah platform sosial, dan dengan demikian komponen utama pada seluruhweb GIS Portal instansi adalah pengguna akun. Bagian ini akan mengajak anda untuk melakukan pendaftaran akun, mengupdate informasi akun, dan melihat akun pengguna lainnya Mengatur profil anda Profil anda berisi informasi pribadi. 1. Klik username anda pada layar bagian kanan atas. Daftar ke bawah akan muncul. Klik profil untuk masuk pada halaman pengatur profil. Sambungkan pada profil anda 22

30 3. Halaman selanjutnya akan menampilkan profil anda yang saat ini masih kosong. 4. Klik link Edit Profil Link untuk mengedit profil anda 5. Pada halaman ini informasi pribadi anda dapat di atur, termasuk avatar anda. Masukkan beberapa detail pada kotak profil, serta info kota dan Negara anda 23

31 Edit profil anda 6. Setelah selesai, klik Ubah Profil 24

32 Link untuk menyimpan profil terbaru anda Pengaturan Preferensi Pemberitahuan Secara default Web GIS Portal akan mengirimkan pemberitahuan kepada pengguna untuk perubahan / pembaharuan data dan informasi dengan layanan berlangganan seperti layer baru upload, pengahapusan data dan pembaharuan metadata yang ditambahkan ke layer / peta. 1. Anda dapat menyesuaikan pengaturan pemberitahuan anda dengan mengklik nama pengguna anda di bagian kanan atas layar. Sebuah daftar drop-down akan menunjukkan. Klik Pemberitahuan untuk masuk ke halaman Pengaturan Pemberitahuan. 2. Pastikan untuk memiliki alamat diverifikasi yang pemberitahuan dapat dikirim. Jika tidak, klik pada link yang diusulkan untuk menambahkan satu terbaru 3. Sekarang cek / hapus ceklist pada jenis pemberitahuan yang ingin anda terima atau tidak ingin terima. Hal yang dapat diberitahukan adalah aktifitas sebagai berikut: 25

33 110 Comment for Map Layer Updated Document Created Layer Deleted Document Updated Rating for Layer Document Deleted Comment for Layer Rating for Document Map Created Comment for Document Map Updated User following you Map Deleted Request to donwload a resource Rating for Map 26

34 1.5. Mengatur Layer Selain akun pengguna, komponen utama selanjutnya dari Web GIS Portal adalah layer. Layer adalah suatu sumberdaya yang ditampilkan yang mewakili sumber data spasial raster atau vector. Layer juga dapat berasosiasi dengan metadata, penilaian, dan komentar. Pada bagian ini, anda akan mempelajari bagaimana cara membuat layer yang baru dengan menggunggah pengaturan data lokal, menambahkan info layer, mengubah model layer, dan membagikan hasil. Mengunggah layer Informasi layer o Unduh o Tab detail layer o Layer yang dibagikan o Akses pada anonym o Membagikan dengan sosial media o Menambahkan beberapa layer Mengunggah layer Saat ini kita akan menjelajahi Web GIS Portal dan melihat layer yang ada, langkah selanjutnya adalah mengunggahnya sendiri Dalam paket peta anda terdapat direktori dengan nama data. Pada direktori tersebut terdapat shapefile dengan nama sawah_rbi50k_big.shp. Data ini berisi keberadaan dan data sawah di Provinsi Aceh. Layer ini akan menjadi yang pertama yang akan kita unggah ke Web GIS Portal. 1. Masuk di halaman selamat datang pada Web GIS Portal 2. Klik link Layer pada toolbar paling atas. Ini akan menuju ke menu layers. Toolbar utama untuk Web GIS Portal 27

35 Menu layer 3. Klik Unggah Layer pada toolbar layer. Ini akan menuju pada formulir unggahan Toolbar layer formulir unggahan layer 28

36 4. Isi seluruh formulir Klik tombol pencarian. Ini akan menuju pada berkas dialog lokal. Masuk ke folder data anda dan pilih keempat file yang menyusun shapefile (file.shp, file. dbf, file.shx, file.prj).cara lainnya anda dapat men tarik dan drop keempat file tersebut ke dalam daerah drop file kesini. Formulir unggahan akan muncul seperti di bawah ini. 29

37 File siap untuk di unggah 5. Web GIS Portal memiliki kemampuan untuk membatasi siapa saja yang dapat melihat, mengedit, dan mengelola setiap layer. Di halaman bagian kanan bawah terdapat kalimat Siapa yang dapat melihat dan mendownload data?, pilih Setiap pengguna yang terdaftar. Hal ini untuk memastikan bahwa pengguna tidak dikenal tidak dapat mengakses. 6. Pada lokasi yang sama, di bagian bawah kalimat Siapa yang dapat mengedit data?, Pilih Hanya pengguna atau anggota tertentu yang mengikuti kemudian ketik nama pengguna. Ini untuk memastikan bahwa hanya anda yang dapat mengedit data dalam layer. 30

38 7. Klik Unggah untuk mengunggah data dan membuat layer. Terdapat kotak dialog yang memperlihatkan proses unggahan. Proses unggahan 31

39 8. Anda telah mengunggah layer keweb GIS Portal. Saat ini anda dapat mengakses info halaman (klik Layer Info), mengakses ke bentuk metadata (klik Edit Metadata) atau untuk mengelola style (klik tombol Manage Styles). 32

40 Informasi Layer Setelah mengunggah maka selanjutnya akan ada tampilan lain metadata yang berisi tentang layer. Ubah informasi sesuai yang dibutuhkan, lalu klik Ubah di bagian paling bawah formulir. Metadata Layer Setelah diperbaharui, Layer akan menampilkan tinjauan layar. 33

41 Tinjauan layer Halaman ini berisi pilihan untuk mengelola layer, diantaranya : Unduh Layer Di bagian halaman atas terdapat dua pilihan yaitu Unduh layer dan Unduh Metadata. Pilihan ini memiliki kemampuan untuk mengambil data geospasial dan metadata dalam Web GIS Portal. Dalam hal ini, Web GIS Portal memungkinkan pengguna untuk melakukanakses data danmetadarasecara dua arah, pengguna dapat mengimport serta mengeksport data sekaligus. 34

42 Klik tombol Unduh Layer. Anda akan melihat tampilan daftar pilihan format eksport yang tersedia. Format eksport yang tersedia 1. Klik pilihan untuk Tiles, View in Google Earth, KML, GeoJSON, Excel, CSV, GML 3.1.1, GML 2.0, shapefile terkompresi (zip), PNG, PDF, JPEG 2. Web GIS Portal akan memproses permintaan dan memunculkan dialog Save As. Simpan file ke komputer, dan perhatikan bagaimana konten yang sama diunggah 35

43 Ubah Layer Di bagian halaman atas terdapat beberapa fitur perubahan yang bias dilakukan pada layer yang telah di unggah, antara lain adalah perubahan untuk metadata, perubahan ragam layer, perubahan tampilan potongan gambar, dan perubahan atau menghapus untuk layer itu sendiri 36

44 Unduh Metadata Klik tombol Unduh Metadata. Anda akan melihat daftar pilihan format eksport yang tersedia. Format eksport metadata yang tersedia 1. Klik pilihan DUBLIN CORE. 2. Web GIS Portal akan memproses permintaan dan menampilkan XML metadata. Klik berbagai format metadata, dan perhatikan bagaimana isi metadata yang sama dalam berbagai format yang kompatibel dengan metadata dan paket GIS. 37

45 Tampilan layer secara detail 1. Geser kebagianbawah halaman. Lima tampilan yang tersedia: Info, Atribut, Bagikan, Peringkat, dan Komentar. Info tampilan sudah tersorot, dan menyediakan informasi dasar tentang layer, dari seluruh jenis yang terlihat di halaman daftar layer Tampilan Informasi Layer 2. Klik tampilan atribut. Daftar atribut dalam layer juga termasuk data statistic (kisaran, rata-rata, median dan standar deviasi). Statistik atribut layer yang dibuat hanya tersedia untuk atribut berupa angka. Seperti yang terlihat, atribut layer ini tidak dalam bentuk angka, sehingga tidak ada statistik yang dapat dihitung. 38

46 Tampilan Atribut. 3. Klik tampilan Peringkat. Tampilan ini memungkinkan anda (dan orang lain yang dapat melihat halaman ini) untuk memberikan nilai pada layer. Penilaian dapat didasarkan pada kualitas, akurasi, atau metrik lainnya. Klik pada bintang yang tepat untuk menilai layer tersebut. 4. Klik tampilan Komentar. Dengan tampilan ini anda dapat memberikan komentar untuk pengguna lainnya yang dapat melihat layer tersebut. 5. Klik Tambahkan Komentar dan ketik komentar anda. 6. Setelah selesai, klik Masukan Komentar Berbagi Layer Web GIS Portal memiliki kemampuan untuk membatasi atau memungkinkan pengguna lain untuk mengakses layer dan mengunggah di media sosial. Berbagi dengan media social Di bawah penggunan dan profil anda terdapat tiga link untuk layanan media sosial, yaitu Twitter, Google Plus dan Facebook. 39

47 Setelah mengklik ikon tersebut bagi Anda akan dibawa melalui proses aplikasi untuk posting ke jejaring sosial. Pastikan perizin diatur sehingga yang bukan user menurut anda tidak berkepentingan hanya dapat melihat layer anda dan tidak dapat mengaksesnya Mengelola Peta Komponen utama Web GIS Portal selanjutnya adalah peta. Peta terdiri dari berbagai layer dan style. Layer bisa jadi yang sudah ada di Web GIS Portal serta layer lain baik yang berasal dari server lain WMS atau layer layanan web seperti Google atau MapQuest. PetaWeb GIS Portaljuga berisi informasi lain seperti peta zoom dan luasnya, permintaan layer, dan style. Pada bagian ini, kita akan membuat peta berdasarkan layer yang telah di unggah di bagian sebelumnya, menggabungkan antar layer dan lapisan layanan web jarak jauh, kemudian membagikan peta yang sudah dibuat untuk publik. 40

48 Membuat peta o Menambahkan layer o Menambahkan layer eksternal o Menyimpan peta o Peragaman Layer o membagikan peta Membuat Peta Menambah layer 1. Klik Peta pada toolbar atas. Toolbar ini akan memunculkan daftar peta. Halaman peta 2. Saat ini pada halaman tersebut belum ada peta, oleh karena itu peta tersebut perlu di buat. Klik tombol Create a New Map. 3. Komposisi antarmuka peta akan ditampilkan. Membuat peta dasar Pada peta dasar ini terdapat toolbar, daftar layer, dan jendela peta. Jendela Peta berisi layer Google Satellite standar yang ada. di sini juga terdapat layanan layer lain yang tersedia: Google Roadmap, Google Hybrid dan Google Medan. 4. Klik tombol Layer Baru dan pilih Tambahkan Layer 41

49 5. Pilih semua layer dengan mengklik entri atas dan Shift-clicking /Ctrl-Clicking pada mouse bagian paling bawah. Klik Tambahkan Layer untuk menambahkan semua ke dalam peta. Catatan Pilihan ini tidak hanya mencakup unggahan dua layer di bagian sebelumnya, tetapi juga layer yang sudah ada di dalam Web GIS Portal. 6. Layerakan ditambahkan ke peta. Klik Selesai (di sebelahtambahkan Layerbagian bawah) untuk kembali ke daftar utama layer. 42

50 Menambahkan layer eksternal 1. Ulangi klik tombol Layer baru dan pilih Tambah Layer. Menambahkan link layer 2. Dari daftar yang tampil ke bawah, pilih Add a New Server 43

51 3. Masukkan server URL, dan pilih jenis server yang tepat dari dropdown (WMS, TMS, atau ArcGIS). Contohnya, masukkan untuk URL dan pilihweb Peta Service sebagai jenis. Kemudian klik tombol Tambahkan Server 4. Perhatikan - untuk tujuan keamanan, sebelum di setujui maka URL yang Anda masukkan harus berada pada daftar layanan eksternal (pre-approved external services) yang terdapat pada administratorweb GIS Portal. Jika tidak, Anda akan mendapat kesalahan berupa (403 error) ketika mencoba untuk menambahkan server. 5. Daftar layer yang tersedia dari server akan segera muncul. Layer harus berada di Web Mercator Projection atau layertersebut tidak akan muncul dalam daftar. Pilih layer yang ingin Anda tambahkan ke peta. Klik Tambahkan Layer untuk menambahkan semua layer ke peta. 6. Layer akan ditambahkan ke peta. Klik Selesai (tepat di sebelah kanan bawah Tambah Layer) untuk kembali ke daftar layer utama. Layers ditambahkan ke peta 44

52 Menyimpan Peta 1. Saat anda masih memiliki beberapa pekerjaan yang harus dikerjakan dalam peta tersebut, anda dapat menyimpan peta tersebut agar nanti dapat dikerjakan kembali. Klik tombol Peta di toolbar, dan pilih Simpan Peta Simpan Link Peta 2. Masukkan judul dan abstrak untuk peta Anda. 3. Klik Simpan. Perhatikan bahwa link di bagian kanan atas halaman harus berubah sesuai dengan nama peta Simpan nama peta Link ini langsung terhubung dengan peta Anda. Jika Anda membuka link ini di jendela baru, peta Anda akan muncul persis seperti yang telah tersimpan. 45

53 Peragaman Layer Di bagian layar antarmuka, anda dapat menghentikan sementara peta yang anda buat dan mengubah style salah satu layer yang telah anda unggah. Web GIS Portal memungkinkan Anda untuk mengedit style layer grafis, tanpa memerlukan latar belakang pemrograman atau teknis. Kita akan mengedit layer RTRWN_taman_laut_aceh_poi. 1. Pada daftar layer, hapus semua centang layer kecuali bagian atas, sehingga terlihat seperti ini (tidak termasuk layer dasar). 2. Perbesar layar menggunakan Toolbar atau dengan menggunakan Mouse 46

54 Perbesar untuk melihat lapisan yang lebih baik 3. Dalam daftar layer, klik untukmemilih layeryang tersisa dan kemudian klik ikon palet (Layer Styles). Sehingga akan muncul pengelola style Pengelola Style 4. Layer ini memiliki satu style (nama sama seperti nama layer) dan satu aturan dalam style tersebut. Klik aturan (Untitled 1) untuk memilihnya, dan kemudian klik Edit pada bagian bawah. Edit link aturan style 47

55 5. Mengedit style. Anda dapat memilih bentuk sederhana, menambahkan label, bahkan menyesuaikan tampilan poin berdasarkan nilai atribut dan skala. Aturan umum mengedit style 6. Setelah selesai, klik Simpan, kemudian klik pada Layer untuk kembali ke daftar layer. 48

56 Layer style Membagikan peta (Share Maps) Sekarang mari kita selesaikan peta ini. 1. untuk mengaktifkan layer jalan raya, periksa kotak di bagian samping. Jika tida ada di bagian bawah lapisan POI dalam daftar, maka klik dan tarik ke bawah. 2. Penyesuaian akhir untuk komposisi peta yang diinginkan, termasuk pengaturan zoom dan pan. 3. Klik tombol Map di toolbar, kemudian klik Publikasikan Peta. Publikasikan link peta 49

57 4. Judul dan abstrak yang di buat sebelumnya masih tetap ada. Lakukan penyesuaian yang diperlukan, dan klik Save. 5. Sebuah dialog akan muncul dengan petunjuk tentang cara untuk menambahkan peta di halaman web, termasuk kode snippet. Anda juga dapat mengatur parameter yang diperlukan Opsi penerbitan peta Peta siap dibagikan 50

58 BAB 2 INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL NASIONAL.

59 2.1. Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar Hukum Data dan informasi geospasial merupakan sumber informasi yang mendasar dalam melaksanakan pembangunan nasional. Banyak peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia yang membutuhkan data spasial dalam mengimplementasikannya. Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial dibuat untuk menjamin ketersediaan dan akses terhadap Informsi Geospasial (IG) yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, untuk mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. Dalam menyokong terciptanya data spasial yang baik, berkualitas, dan mudah diperoleh (diakses), maka dikembangkan infrastruktrur data spasial nasional (IDSN) yang telah ditetapkan dengan nama Indonesian geospatial Data Infrastructure (InaSDI). Dalam mengimplementasikan hal ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan berupa Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN). Dokumen kajian ini disusun dalam upaya mendukung implementasi Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 supaya dapat diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan. Kajian pengembangan simpul jaringan ini akan membahas mulai dari dasar hukum penyelenggaraan IG, konsep dasar infrastruktur data spasial hingga pedoman dalam mengembangkan simpul jaringan dalam Jaringan Informasi Geospasial Nasional. a) Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tantang Informasi Geospasial Agar Informasi Geospasial (IG) dapat terselenggara dengan tertib, terpadu, berhasil guna, dan berdaya guna sehingga terjamin keakuratan, kemutakhiran, dan kepastian hukumnya, maka perlu pengaturan mengenai penyelenggaraan informasi geospasial. UU IG ini dibuat bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan akses terhadap IG yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, untuk mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi serta mendorong penggunaan IG dalam peyelenggaraan pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. b) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial dibuat untuk melaksanakan beberapa ketentuan pasal yang terdapat dalam UU IG, serta dalam rangka mengoptimalkan implementasi UU tersebut secara komprehensif. PP ini berisikan tentang teknis pelaksanaan dari beberapa pasal yang terdapat dalam UU IG. c) Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dalam berbagi pakai, penyebarluasan informasi geospasial dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di bidang informasi geospasial, baik pusat maupun daerah. Jaringan IGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai IG dan penyebarluasan IG. 52

60 d) Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2012 Inpres No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi dibuat dalam rangka pemanfaatan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi secara optimal untuk meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran Negara dan menghindari duplikasi alokasi anggaran dalam pengadaan data satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Inpres ini ditujukan untuk seluruh pemangku kebijakan terkait meliputi Menteri, Panglima TNI, Kepala Kepolisian RI, Kepala Lembaga Pemerintahan Non-Kementrian, Gubernur, dan Bupati/Walikota Data dan Informasi Geospasial Pengertian Data dan Informasi Geospasial Data Geospasial (DG) adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi. Informasi Geospasial (IG) adalah data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Sedangkan Informasi Geospasial Dasar (IGD) adalah informasi geospasial yang berisi tentang objek yang dapat dilihat secara langsung atau diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam waktu yang relatif lama. Karakteristik dasar data dan informasi geospasial o Sistem Referensi Geospasial Menurut Peraturan Kepala BIG No. 15 Tahun 2013, Sistem Peraturan Geospasial adalah suatu sistem referensi koordinat yang digunakan dalam pendefenisian dan penentuan posisi suatu entitas geospasial mencakup posisi horizontal, posisi vertikal maupun nilai gayaberat berikut perubahannya sebagai fungsi waktu. Sistem referensi geospasial yang telah terdefinisi tersebut antara lain mencakup: 1. Sistem referensi (koordinat) 2. Kerangka referensi koordinat 3. Datum geodetic 4. Sistem referensi tinggi 5. Perubahan nilai koordinat terhadap fungsi waktu Posisi suatu titik dapat dinyatakan dengan koordinat 2D, 3D, atau 4D yang dinyatakan dalam suatu sistem koordinat tertentu. Sistem referensi koordinat diperlukan untuk menjamin adanya konsistensi dan standardisasi dalam menyatakan koordinat suatu titik. Sistem referensi koordinat adalah sistem (termasuk teori, konsep, deskriptif fisis dan geometris, serta standar dan parameter) yang digunakan untuk mendefinisikan koordinat dari suatu atau beberapa titik dalam ruang. Sistem koordinat didefinisikan dengan menspesifikasikan tiga parameter antara lain (Abidin, 2001): Lokasi titik asal (titik nol) dari sistem koordinat Penentuan posisi suatu titik dipermukaan bumi titik nol terdapat dua sistem koordinat yang dapat digunakan antara lain yang berlokasi di titik pusat massa bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun disalah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat toposentrik). 53

61 Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat Dilihat dari orientasi sumbunya, terdapat sistem koordinat yang sumbu-sumbunya ikut berorientasi dengan bumi (terikat bumi) dan ada yang tidak (terikat langit). Sistem koordinat yang terikat dengan bumi umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titiktitik yang terdapat di bumi, dan sistem koordinat yang terikat langit umumnya digunakan untuk menyatakan posisi titik-titik yang di angkasa, seperti satelit dan benda-benda langit lainnya. Besaran (kartesian, culvilinier) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut.besaran koordinat yang digunakan pada sistem koordinat dapat dinyatakan dengan besaran-besaran jarak seperti sistem koordinat kartesian dan ada yang dengan menggunakan besaran-besaran sudut dan jarak seperti pada sistem koordinat ellipsoid atau geodetik. o Peta Dasar / IGD Informasi Geospasial Dasar (IGD) adalah IG yang berisi tentang objek yang dapat dilihat secara langsung ataua diukur dari kenampakkan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam waktu yang relatif lama. IGD yang dimaksud disini meliputi Jaring Kontrol Geodesi dan Peta Dasar. o Peta Tematik /IGT Informasi Geospasial Tematik (IGT) adalah IG yang menggambarkan satu atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu pada IGD. Proses Penyelenggaraan IG Proses penyelenggaraan IG dilakukan melalui kegiatan pengumpulan DG, pengolahan DG dan IG, penyimpanan dan pengamanan DG dan IG, penyebarluasan DG dan IG, dan penggunaan IG. Pengumpul an DG Penggunaa n IG Proses Penyelengg araan IG Pengolahan DG dan IG Penyebarlu asan DG dan IG Penyimpan nan dan Pengamana n DG dan IG Gambar 2.1 Proses penyelenggaraan IG 54

62 o Pengumpulan DG Pengumpulan DG dilakukan pada seluruh ruang di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yuridiksinya. DG yang dikumpulkan meliputi DG dasar dan DG tematik. DG dasar dikumpulkan oleh Badan, sedangkan untuk DG tematik dikumpulkan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang. Untuk mengumpulkan DG dapat dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya adalah melakukan survei dengan menggunakan instrumentasi ukur dan/atau rekam yang dilakukan di darat, wahana air, dan/atau wahana angkasa. Selain itu, pengumpulan DG dilakukan dengan metode pencacahan, dan/atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengumpulan DG dapat dilakukan dengan kerja sama antar penyelenggara IG. Kerja sama pengumpulan DG dilakukan oleh Instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan Instansi Pemerintah lainnya, dan/atau dengan lembaga asing, badan usaha asing, atau warga negara asing. o Pengolahan DG dan IG Pengolahan DG dan IG merupakan proses atau cara untuk mengolah DG dan IG. Pengolahan DG dan IG ini harus dilakukan di dalam negeri, tetapi dalam hal tertentu, pengolahan DG dan IG dapat dilakukan di luar negeri dengan memperhatikan aspek alih teknologi, peningkatan sumber daya manusia, dan keamanan. Pengolahan DG dan IG dilakukan dengan menggunakan Perangkat Lunak yang berlisensi dan/atau bersifat bebas dan terbuka. o Penyimpanan dan Pengamanan DG dan IG Penyimpanan dan pengamanan DG dan IG merupakan cara menempatkan DG dan IG pada tempat yang aman dan tidak rusak atau hilang untuk menjamin ketersedian IG. Penyimpanan dan pengamanan DG dan IG dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin ketersedian IGT nasional, lembaga pemberi wajib membuat duplikat IGT yang diselenggarakannya. Duplikat IGT yang dimaksud sebelumnya memiliki bentuk penyajian meliputi tabel informasi berkoordinat, peta cetak dalam bentuk lembaran atau buku atlas, peta digital, peta interaktif, dan/atau peta multimedia. Penyimpanan DG dan IG yang berbentuk hardcopy dapat dilakukan oleh simpul jaringan dengan membuat duplikat peta hardcopy setidaknya sebanyak 4 (empat) copy dan menyerahkannya kepada: a. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang perpustakaan. Simpul jaringan yang tergabung dalam Jaringan IG pusat menyerahkannya ke Perpustakaan Nasional. Simpul jaringan yang tergabung dalam jaringan IG daerah menyerahkannya ke Perpustakaan Daerah. b. Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang arsip. Simpul jaringan yang tergabung dalam Jaringan IG pusat menyerahkannya ke Lembaga Arsip Nasional. Simpul jaringan yang tergabung dalam jaringan IG daerah menyerahkannya ke OPD yang bertanggung jawab terhadap arsip. c. Disimpan di simpul jaring. d. Disimpan di unit produksi. Penyimpanan DG dan IG yang berbentuk softcopy dilakukan di dua tempat, yaitu unit produksi dan simpul jaringan. Unit produksi dapat membuat basis data spasial (geodatabase) dan disebut sebagai basis data (geodatabase) produksi. Simpul jaringan membuat basis data spasial 55

63 yang digunakan untuk menyimpan semua data dari unit produksi dan disebut sebagai basis data (geodatabase) publikasi. Secara diagram basis data produksi dan basis data publikasi yang berada pada satu simpul jaringan dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Hubungan basis data produksi dan basis data publikasi Pengaman DG dan IG dilakukan untuk menjamin ketersediaan dan keutuhan DG dan IG serta menjaga kerahasiaan untuk IG yang bersifat tertutup. Pengamanan DG dan IG yang berbentuk hardcopy dilakukan dengan mekanisme duplikasi dan menyimpannya pada instansi pemerintah yang bertanggung jawab pada bidang perpustakaan dan bidang arsip. Sedangkan untuk DG dan IG yang berbentuk softcopy dilakukan dengan mekanisme duplikasi data (basis data produksi dan basis data publikasi), mekanisme back-up, pembatasan akses dan pembatasan pengguna. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengamanan DG adalah : a. Keamanan infrastruktur (keamanan secara fisik) Keamanan secara fisik infrastruktur melalui penyediaan ruangan dan fasilitas Data Centreyang memadai. b. Keamanan server Keamanan server antara lain dialaksanakan melalui konfigurasi service secara tepat, senantiasa melakukan monitoring dan audit terhadap aktivitas server, serta pemasangan security patch secara berkala. c. Keamanan perangkat lunak Keamanan perangkat lunak yang harus dijaga antara lain meliputi aspek validasi input, kontrol akses, proses otentikasi, serta ketepatan konfigurasi. d. Klasifikasi pengelola dan pengguna Pengelola merupakan pihak yang bertanggungjawab dalam keberlangsungan layanan simpul jaringan, sedangkan pengguna adalah pihak yang menggunakan layanan simpul jaringan. e. Pembatasan akses Pembatasan akses diperlukan untuk menjamin agar unit-unit kerja yang terkait dengan simpul jaringan dapat melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. f. Back-up system terhadap DG, IG dan metadata. Back-up system diperlukan agar dapat melakukan recovery secara cepat jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. 56

64 o Penyebarluasan DG dan IG Penyebarluasan DG dan IG merupakan kegiatan pemberian akses, pendistribusian, dan pertukaran DG dan IG yang dapat dilakukan dengan media elektronik dan media cetak. Penyebarluasan DG dan IG dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penyebarluasan DG dan IG dengan media elektronik ke Jaringan IGN hanya dilakukan oleh simpul jaringan. Unit produksi tidak dapat mempublikasikan DG dan IG nya ke Jaringan IGN secara langsung, tetapi melalui simpul jaringan. Penyebarluasan DG dan IG, baik hardcopy dan softcopy, ke masyarakat yang tidak melalui Jaringan IGN dapat dilakukan oleh unit produksi dan diatur oleh peraturan pimpinan institusinya. Penyebarluasan DG dan IG dalam bentuk softcopy yang melalui Jaringan IGN dilakukan dengan membangun server metadata dan web map server. Server metadata digunakan untuk mempublikasikan metadata sehingga dapat digunakan dalam katalog data (catalog service) yang terdapat pada geoportal nasional. Sedangkan web map server merupakan server yang digunakan untuk mempublikasikan DG dan IG dalam bentuk Web Map Service (WMS), Web Feature Service (WFS), atau Web Feature Service Transaction (WFST). Penyebarluasan DG dan IG melalui Jaringan IGN secara konsep dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Konsepsi penyebarluasan DG dan IG o Penggunaan IG Penggunaan IG merupakan kegiatan untuk memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Penggunaan IG dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 57

65 2.2 Konsep Infrastruktur Informasi Geospasial Pengertian IIG Sebuah Infrastruktur Informasi Geospasial dapat didefinisikan sebagai Infrastruktur Informasi geospasial, metadata, pengguna dan perangkat yang terhubung secara interaktif untuk menggunakan informasi geospasial dengan cara yang efisien dan fleksibel. Definisi lain adalah teknologi, kebijakan, standar, sumber daya manusia, dan kegiatan yang terkait untuk mendapatkan, mengolah, mendistribusikan, menggunakan, memelihara, dan melestarikan informasi geospasial (Wikipedia). Pembangunan IIG melibatkan banyak pihak untuk membentuk sebuah jaringan kerja bersama agar dalam pemanfaatan informasi bersama dapat berjalan dengan lebih lancar, lebih efisien dan fleksibel untuk berbagai kepentingan. Para pengelola atau penghasil informasi mempunyai peran yang penting dalam program IIG. Para pengelola data akan berperan sebagai Simpul (penyedia data dan informasi) dalam sebuah jaringan. Infrastruktur akan menyambungkan semua pengelola informasi geospasial untuk dapat tergabung dalam sebuah jaringan. Dengan gabungan beberapa pengelola data tersebut, sehingga akan membentuk basis data yang menjadi satu. Satu sistem basis data yang berhasil dibangun kemudian dikelola dimasukkan dalam sistem Web. Pengguna dapat mengakses kepada satu alamat web saja untuk bisa mendapatkan informasi dan data yang diinginkannya Komponen IIG Komponen Pengembangan Simpul Jaringan memiliki komponen berdasarkan UUIG yang meliputi kebijakan, kelembagaan, teknologi, standar, dan sumber daya manusia. Kebijakan Kebijakan atau peraturan perundang-undangan ini diperlukan guna memberikan kepastian aturan yang saling menguntungkan baik bagi pengguna maupun penyedia data dan informasi. Penyusunan peraturan tersebut ditujukan untuk menunjang pembangunan IIG dalam operasionalitasnya. Pengaturan selanjutnya adalah dalam hal menyusun landasan hukum untuk dapat menciptakan sinergi antar pelaku penyelenggara survei dan pemetaan. Kelembagaan Kelembagaan dalam komponen IIG ini meliputi Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Provinsi. Aspek kelembagaan merupakan suatu komponen dalam IIG yang berkaitan dengan penentuan kebijakan dan berbagai aturan dalam membangun, mengelola, mengakses serta menggunakan data dasar utama dan berbagai standar yang diperlukan dalam membangun IIG. Teknologi Teknologi yang berkembang hendaknya selalu bisa dimanfaatkan dalam menunjang pembangunan IIG khususnya melalui sistem jaringan sebagai media komunikasi dan pertukaran informasi. Perkembangan teknologi dapat juga dimanfaatkan sebagai alat analisis untuk pemecahan berbagai masalah dalam kaitannya dengan pemanfaatan data dan informasi geospasial. Penelitian dan pengembangan diperlukan dalam mengembangkan IIG karena pembangunan IIG adalah pembangunan infrastruktur yang berbasis pada penggunaan dan pemanfaatan teknologi mutakhir. 58

66 Standar Perencanaan standar yang diperlukan dalam pembangunan IIG adalah berbagai kebutuhan standar dalam rangka pemanfaatan data bersama untuk mendapatkan data terintegrasi yang berasal dari berbagai sumber. Selain aspek data, ada beberapa hal yang perlui diperhatikan dalam penyusunan standar, yaitu standar pertukaran data yang terkait dengan sistem akses. Hal yang perlu distandarkan antara lain: a. Fundamental data set (Nasional) b. Protokol sistem akses (Nasional) c. Pembangunan metadata (Nasional) d. Pertukaran data lokal e. Harga Sumber Daya Manusia Pengembangan SDM survei dan pemetaan diarahkan kepada suatu profesionalisme dalam memenuhi kebutuhan dalam pengembangan IDGN serta mampu berkompetensi secara intermasional. SDM diperlukan sebagai pelaku dari seluruh kegiatan. Aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan SDM standardisasi kemampuan, pengembangan kemampuan, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya manusia Hierarki Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) Jaringan IGN diselenggarakan melalui sarana jaringan informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Jaringan IGN berfungsi sebagai sarana berbagi pakai IG dan penyeberluasan IG. Jaringan IGN terdiri atas Jaringan IG Pusat dan Jaringan IG Daerah. Jaringan IG Pusat Jaringan IG pusat meliputi lembaga tinggi negara, Instansi Pemerintah, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Jaringan IG Pusat ini bertugas sebagai Simpul Jaringan. Simpul Jaringan bertugas menyelenggarakan IG berdasarkan tugas, fungsi, dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas Simpul Jaringan, pimpinan Simpul Jaringan menetapkan unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan ID, serta menetapkan unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG. Jaringan IG Daerah Jaringan IG daerah meliputi Pemerintah Daerah. Jaringan IG daerah ini juga bertugas sebagai Simpul Jaringan. Simpul Jaringan bertugas menyelenggarakan IG berdasarkan tugas, fungsi, dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas Simpul Jaringan, pimpinan Simpul Jaringan menetapkan unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan ID, serta menetapkan unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG. Dalam Simpul Jaringan di Pemerintah Daerah, unit kerja merupakan satuan kerja perangkat daerah yang ditetapkan oleh pimpinan Pemerintah Daerah. 59

67 Implementasi Jaringan IG Pusat dan Daerah Pengelolaan IG di Simpul Jaringan yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah sebagian proses penyelenggaraan IG yang dimuat dalam UU No.4 Tahun 2011 dan PP No. 9 Tahun Penyelenggaraan IG seperti termuat dalam dua peraturan tersebut meliputi : a. Pengumpulan DG b. Pengelolaan DG dan IG c. Penyimpanan dan Pengamanan DG dan IG d. Penyebarluasan DG dan IG, dan e. Penggunaan IG. Sedangkan pengelolaan IG di simpul jaringan yang dimaksud dalam kajian ini hanya meliputi kegiatan penyimpanan dan pengamanan DG dan IG, penyebarluasan DG dan IG, dan penjaminan kualitas DG dan IG. Jadi ruang lingkup pengelolaan IG di simpul jaringan dalam kajian ini hanya melingkupi pengelolan DG dan IG yang akan dipublikasikan atau disebarluaskan oleh instansi yang berfungsi sebagai simpul jaringan. Pada Perpres No.27 Tahun 2014 pasal 5, disebutkan bahwa ada dua jenis unit kerja, yaitu: a. unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan IG, dan b. unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG. Dalam kajian ini, unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan IG disebut sebagai unit produksi. Sedangkan unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG disebut sebagai unit pengelolaan dan penyebarluasan, keduanya ditetapkan melalui penetapan pimpinan institusi atau pimpinan daerah. Unit pengelolaan dan penyebarluasan selain bertugas sebagaimana disebutkan di atas, juga bertugas dalam hal (Perpres 27/2014 pasal 7): a. melakukan penyebarluasan IG yang diselenggarakannya melalui jaringan IGN sesuai dengan prosedur operasional standar dan pedoman teknis penyebarluasan IG. b. membangun, memelihara, dan menjamin keberlangsungan sistem akses IG yang diselenggarakannya, dan c. melakukan koordinasi dengan unit kerja yang berfungsi sebagai unit produksi DG dan IG. Dalam hal teknologi, Jaringan IGN merujuk pada perangkat lunak, perangkat keras, dan sistem akses jaringan. Dalam kajian ini terminologi jaringan akan merujuk pada batasan perangkat lunak, perangkat keras, dan sistem akses jaringan yang digunakan pada simpul jaringan yang memiliki fungsi untuk penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG. Berdasarkan pada Perpres No. 27 Tahun 2014, maka dapat digambarkan secara diagram hierarki Jaringan IGN seperti pada gambar 1. Penghubung simpul jaringan akan menjadi node (simpul) utama dan berfungsi sebagai portal dalam mencari DG dan IG. Penghubung simpul jaringan akan menghubungkan simpul jaringan-simpul jaringan. Simpul jaringan ini merupakan kementrian/lembaga yang mempublikasi DG dan IG sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Simpul jaringan akan mengkoordinasikan unit produksi. 60

68 Gambar 2.4 Hierarki Jaringan IGN Implementasi JIGN Yang bertindak sebagai Simpul Jaringan menurut Perpres No. 27 Tahun 2014 adalah Lembaga tinggi negara, Instansi Pemerintah, TNI, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk Jaringan IG pusat dan Pemerintah Daerah untuk Jaringan IG daerah. Simpul Jaringan bertugas menyelenggarakan IG berdasarkan tugas, fungsi, dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan tugas Simpul Jaringan, pimpinan Simpul Jaringan menetapkan unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan ID, serta menetapkan unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan, dan penyebarluasan DG dan IG. Dalam Simpul Jaringan di Pemerintah Daerah, unit kerja merupakan satuan kerja perangkat daerah yang ditetapkan oleh pimpinan Pemerintah Daerah. Penghubung Simpul Jaringan dilakukan oleh Badan Informasi Geospasial. Penghubung Simpul Jaringan ini tugasnya, antara lain: Mengintegrasikan Simpul Jaringan secara nasional; Menyebarluaskan IGD kepada seluruh Simpul Jaringan melalui Jaringan IGN sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan; Membangun dan memelihara sistem akses Jaringan IGN pada Penghubung Simpul Jaringan; Memfasilitasi penyebarluasan IG Simpul Jaringan melalui Jaringan IGN; Melakukan pembinaan kepada Simpul Jaringan; dan Menyelenggarakan rapat koordinasi nasional di bidang Jaringan IGN Selain melaksanakan tugas tersebut di atas, Penghubung Simpul Jaringan dapat membangun dan memelihara sistem akses Jaringan IGN bekerjasama dengan Instansi Pemerintah. Aspek teknis dalam pengembangan simpul jaringan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pemecahan masalah dalam integrasi data (atau interoperabilitas) (Harvey 2002; Goodchild et al. 1998). Data spasial umumnya diperoleh dan disimpan oleh beragam institusi, sehingga data tersebut terpisahkan dalam beragam sistem dan basis data, dan 61

69 keterhubungan antar data tersebut kurang (Omran 2005; Omran et al. 2006). Kekurangan keterhubungan antar data tersebut akan mempengaruhi hal-hal sebagai berikut: Menghambat pencarian dan updating data, Kesulitan dalam menjaga tingkat keakurasian data, dan Kesulitan dalam melakukan analisis spasial untuk beragam aplikasi, ke- butuhan dan tujuan. Aspek teknis dalam pengembangan simpul jaringan merupakan aspek yang harus dipertimbangkan agar data dan informasi geospasial dapat bekerja atau diproses pada sistem yang beragam atau dapat disebut memiliki kemampuan interoperabilitas (interoperability). Untuk hal tersebut banyak aspek teknis yang perlu diperhatikan, mulai dari sejak pengambilan data, pengolahan data, visual- isasi, hingga penyampaian informasi. Pada proses pengambilan data hingga visualisasi data, komponen integrasi data di atas dapat dikelompokan dalam hal : Kualitas Data Spasial : sistem referensi, sistem proyeksi, sistem koor- dinat, presisi dan akurasi, skala, kesalahan posisi, logical consistency, kesalahan atribut, dan kelengkapan data (completness). Konsistensi Data : model konseptual, model data, struktur data (skema), semantik, topologi, format data, Skala Ragam dan Agregasi : resolusi spasial, resolusi temporal, compu- tational heterogenity Penyampaian dan Penyebaran Informasi Kualitas Data Kualitas data spasial ditentukan oleh berbagai aspek yang dimuali sejak pengumpulan dan kompilasi data, pengolahan data, hingga penggunaan data. Setiap proses dan tahapan dari pengambilan hingga penggunaan data akan memungkinkan timbulnya kesalahan atau sumber kesalahan. Semua sumber kesalahan tersebut akan mengakibatkan berbagai bentuk kesalahan. Bentuk kesalahan berupa kesalahan posisi (positional error), kesalahan atribut (attribute error), logical consistency, dan kelengkapan data (completness). Kesalahan posisi merupakan kesalahan yang bersumber dari aspek geometrik seperti sistem referensi, sistem koordinat, ketidak akuratan pengukuran dan peralatan, kesalahan prosedur perekaman. Kesalahan atribut merupakan kesalahan yang terjadi pada data atribut dari objek spasialnya, kesalahan ini dapat diakibatkan kesalahan dalam melakukan klasifikasi, ke- salahan pada saat input data. Logical consistency merupakan ketidak kon- sistenan posisi relatif dari objek spasial dari kaidah yang umum (logis atau nalar). Sedangkan kelengkapan data merupakan representasi kualitas data dari kegenapan atau ketuntasan data. Semua bentuk kesalahan tersebut akan menghasilkan kualitas data secara menyeluruh Konsistensi Data Konsisten data merujuk pada teknik menyimpan data atau membangun basis data. Sebuah basis data adalah sebuah model dengan beberapa aspek dari dunia nyata yang diorganisasikan. Dalam membentuk basis data, objek dikelompokan dan ditentukan entitasnya. Setiap entitas dihubungkan dengan dengan entitas lainnya, dan ditetapkan proses yang berlangsung pada entitas maupun relasinya sehingga membentuk suatu model dunia nyata. Contohnya adalah peta, peta merupakan model dari dunia nyata yaitu bentang alam yang diorganisaikan dengan metode khusus dan direpresentasikan dengan sim- bolisasi. 62

70 Dalam membangun konsistensi data, pertimbangan teknis dimulai sejak perencaan hingga implementasi dalam bentuk format dan struktur file. Pada tahap perencaaan konsisten data dimulai dengan penetapan model konseptual dan model data. Model konseptual dan model data merupakan proses pen- definisian entitas hingga mendefinisikan bagaimana data itu disimpan dalam sistem. Sedangkan dalam proses implementasinya dipertimbangkan masalahmasalah semantik, struktur data, konsep topologi dan format data Skala Ragam dan Agregasi IDS dapat dibangun berdasarkan suatu lingkup geografi, sehingga sekarang ini dikenal GSDI (Global Spatial Data Infrastructure), NSDI (Nasional Spa- tial Data Infrastructure). Secara nasional di negara kita, IDS dapat dibangun berdasarkan pada level administrasi, oleh karenanya IDS dapat dibagi men- jadi IDS Nasional (IDSN), IDS Propinsi (IDSP), dan IDS Kota/Kabupaten (IDSK). masing-masing level administrasi tersebut memiliki kebutuhan data dan informasi yang berbeda tingkat kedetailannya. Dalam data spasial, tingkat kedetailan suatu data direpresentasikan oleh skala atau resolusi. Berbeda level administrasi dari organisasi, maka akan berbeda skala atau resolusi data yang dibuat atau yang dibutuhkannya. Data spasial dari IDSK sebenarnya dapat digunakan untuk membangun data spasial di IDSP, begitu juga dengan data spasial di IDSN dapat dibangun dengan menggunakan data dari IDSP dan IDSK. Permasalahan teknis tentunya akan timbul seperti, perbedaan resolusi/skala, beragam sensor, dan beragam bentuk penyimpanan data. Kemampuan teknologi dijital pengolahan data spasial (geoprocessing) dan teknik pengambilan data (akuisisi), belakangan ini mengalami kemajuan yang pesat. Data yang diperoleh dalam format dijital dapat diperoleh dari berbagai institusi dengan beragam resolusi spasial, beragam sensor, dan disimpan dalam berbagai bentuk model data. Hal ini menjadikan data dalam variasi format data yang sangat banyak. Setiap data fokus pada aspek fisik yang berbeda, menangkap fenomena alam yang berbeda, sehingga setiap data berhak untuk memiliki format data yang ideal untuk dirinya. Aspek penting lainnya bahwa setiap fenomena yang direkam dalam bentuk data memiliki kedetailan yang berbeda, memiliki level kedetailan yang beragam. Kesemua data tersebut sama pentingnya, atau memiliki kedudukan yang sama dalam hal pengembangan IDS. Konsep skala tidak hanya sebatas perbandingan objek spasial dengan model spasialnya, akan tetapi juga merupakan penjaringan informasi. Sama halnya dalam pemodelan, model merupakan bentuk penyederhanaan dari suatu sistem yang komplek, sehingga dapat informasi yang bermanfaat dari sistem tersebut. Jadi skala berperan sebagai filter bagi penyajian informasi sehingga satu bentuk penyajian model akan ada informasi/data yang hilang. Skala ragam (multiscale) merupakan suatu pendekatan dengan meman- faatkan informasi yang memiliki skala yang berbeda-beda secara simultan (Riqqi, 2008). Terminologi lain adalah domain skala (scale domain), hal ini mengacu ada suatu rentang skala atau spectrum skala yang digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena, pola yang tidak berubah atau berubah se- cara monoton dalam skala. Ragam-skala dikembangkan karena ketidakpuasan atas penggunaan skala-tunggal (uni-scale) dalam melakukan analisis untuk ekologi bentang alam (landscape ecology). Untuk menganalisis objek, atau merepresentasikan objek spasial dalam skala yang berbeda, dan memanfaatkan informasi pada suatu rentang skala dibutuhkan metode penyekalaan atau dalam kartografi dikenal dengan gener- alisasi. Generalisasi pada bidang kartografi merupakan proses dari memilih dan merepresentasikan informasi dalam peta yang 63

71 didasarkan pada pemilihan skala peta. Generalisasi juga berarti memvisualkan objek permukaan bumi dengan melakukan pemilihan dan mempertimbangkan elemen/objek yang akan digambarkan dalam peta serta mencari objek penting lainnya untuk dapat merepresentasikan dunia nyata dengan cara yang terbaik dan mudah dipa- hami. Tingkat kedetailan pada peta merupakan subjek yang penting dalam melakukan generalisasi, hal ini akan menjadikan peta memiliki karakteristik serta menjadi berguna dan penting. Pada proses generalisasi ada tiga proses yang dilakukan pada proses generalisasi ini yaitu: agregasi data, standarisasi, dan klasifikasi (Riqqi, 2008). Peta tidak mungkin dapat menampilkan setiap objek yang ada di dunia ny- ata, oleh karenanya seorang kartografer harus memutuskan objek apa saja yang akan digambarkan dalam peta. Semua objek dipermukaan bumi yang akan di- representasikan dalam peta, basis data spasial, atau sistem informasi geografik (SIG) membutuhkan klasifikasi. Klasifikasi digunakan untuk mengkonversi ob- jek nyata menjadi model. Hal ini akan bergantung pada: a. Luas permukaan bumi yang akan dimodelkan. b. Persepsi manusia terhadap lingkungan fisik dan proses yang terjadi pada tempat tersebut. Hal tersebut akan memberikan pertimbangan bagaimana objek tersebut akan direpresentasikan ke dalam model data dalam peta, basis data spasial, atau sistem informasi geografik (SIG). Masalah lain dalam penyekalaan adalah adanya permasalahan agregasi bentukan objek spasial atau fenomena ke dalam bentukan model yang lebih sederhana pada skala yang lebih kecil, agregasi ini bisa bersifat pola dari sekumpulan fenomena atau hubungan dalam suatu proses. Proses agregasi data adalah proses yang terjadi karena perubahan resolusi, sehingga sekumpu- lan objek akan bergabung menjadi satu objek. Pemanfaatan data spasial dalam hal analisis spasial (untuk beragam tujuan), sering kali dilakukan dalam satu skala/resolusi. Menampilkan data ke dalam satu skala (atau resolusi) yang sama akan banyak aspek yang harus dipertimbangkan. Diantaranya pertim- bangan teknis tersebut adalah : geometrik, semantik, dan algoritma generalisasi Penyampaian dan Penyebaran Informasi Penyampaian dan penyebaran infromasi memiliki spektrum masalah teknis yang luas. Kesemua spektrum tersebut memiliki permasalah teknis tersendiri yang membutuhkan solusi teknologi. Spektrum integrasi data dan interoperability dalam lingkup penyampaian dan penyebaran informasi melingkupi permasalahan sebagai berikut : a. Akses dan Pencarian Data, untuk melakukan akses dan pencarian data teknologi yang dibutuhkan adalah portal, katalog, registrasi data. b. Standar Pertukaran Data, untuk melakukan pertukaran data secara di- jital dibutuhkan teknologi protokol, metadata, struktur dan semantik. c. Model Data Terintegrasi, untuk melakukan integrasi pada taraf model data diperlukan ontologi atau takasonomi (Data Dictionary). Akses dan pencarian data merupakan proses penyebaran informasi yang utama yang harus dikembangkan. Sebuah sistem diperlukan agar orang awam (atau calon pengguna data) dapat melakukan pencarian dan mengetahui ke- beradaan sebuah data spasial dan segala keterangan yang menjelaskan kon- disi dan keberadaan data tersebut. Banyak sistem yang dapat 64

72 digunakan untuk menyampaikan kepemilikan dan keberadaan data oleh produsen data diantaranya adalah katalog data. Katalog data merupakan himpunan penjelasan mengenai data. Katalog data dapat berupa buku atau daftar pustaka yang mencatat keterangan mengenai data spasial atau disebut metadata. Selain berupa buku, katalog data dapat pula berbentuk dijital berupa sebuah basis data, biasanya berupa se- buah web portal yang berfungsi sebagai katalog dijital atau dikenal juga seba- gai clearinghouse. Sistem seperti dimaksud secara umum dapat dilihat pada gambar SistemAkses di bawah ini. Sistem akses dan pencarian data spasial ter- diri atas web portal (clearinghouse), beberapa basis data metadata dari setiap instansi yang telah teregistrasi di portal. Dengan menggunakan sistem akses dan pencarian data yang memanfaatkan jaringan internet akan memudahkan para penggunan data untuk mengetahui keberadaan data. Standar pertukaran data dibutuhkan pada saat data spasial diserahan pada pihak lain. Pihak pengguna data tentunya ingin data yang diperoleh kompati- ble (cocok) dengan sistem perangkat lunak atau data spasial lainnya. Standar pertukaran data tidak hanya mempermasalahkan mengenai format file dan struktur data, tetapi juga mengenai konten dari data tersebut. Pertukaran data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu; off line dan on line. Pertukaran data dengan cara off line dilakukan dengan cara bertransaksi data secara fisik dimana produsen data dengan pengguna dapat bertemu langsung maupun tidak. Transaksi ini dapat dilakukan untuk data dalam bentuk hardcopy maupun softcopy. Sedangkan untuk cara on line transaksi dilakukan dengan menggunakan media jaringan internet, cara ini hanya dapat dilakukan untuk data yang berbentuk softcopy. Perolehan data dengan cara off line seringkali menimbulkan masalah terutama jika data yang diberikan dalam bentuk softcopy. Pengguna data biasanya tidak banyak menemui kesulitan jika data spasial yang diperoleh dalam ben- tuk hardcopy, umumnya informasi mengenai data tersebut sudah tertera atau tersedia dalam bentuk dokumen. Lain halnya jika pengguna memperoleh data spasial dalam bentuk softcopy, data spasial dijital jarang sekali disertai dengan keterangan yang menyertainya. Kekurangan informasi mengenai keterangan data spasial dijital tersebut sering kali menimbulkan masalah dalam pembacaan data, pemahaman data, bahkan dalam menggunakan data untuk analsisi spasial. Oleh karenanya penting untuk menyertakan metadata pada setiap transaksi data spasial, sehingga pengguna dapat memperoleh informasi men- genai data tersebut. Metadata tersebut akan menjelaskan segala hal yang terkait dengan data tersebut, termasuk penjelasan mengenai struktur data, dan semantiknya. Perolehan data dengan cara on line merupakan sistem yang lebih kompleks dibandingkan dengan cara off line. Perolehan data dengan cara on line dilakukan dengan melakukan transaksi data melalui transaksi elektronik melalui jaringan internet. Peroleh data dengan cara ini ada dua kemungkinan, yaitu: a. Petukaran data dilakukan dengan mekanisme download, biasanya pengguna diberikan akses terbatas untuk mengunduh data dari server yang disediakan oleh produsen. Dengan cara ini pengguna akan memiliki data dalam bentuk softcopy. b. Pertukaran data dilakukan dengan mekanisme web service, pengguna data diberikan akses terbatas terhadap basis data (geodatabase) un- tuk melakukan query data. Dengan cara ini pengguna tidak memiliki datadalam bentuk softcopy, tetapi dapat menggunakan melalui akses ter- hadap basis data (geodatabase). Proses pertukaran dengan mekanisme web service membutuhkan model data yang terintegrasi. Informasi mengenai model data akan memberikan informasi bagaimana data itu 65

73 disimpan dalam basis data geodatabase. Dengan mengetahui cara penyimpanan data spasial dalam basis data, maka peng- guna dapat mengakses data yang dimaksud dengan benar. Jika sistem seperti ini akan dibangun dengan melibatkan banyak institusi dengan masing-masing geodatabase dan web service-nya maka perlu dibangun standar model data yang menjadi acuan semua pengembang basis data di masing-masing instansi. Standa model data tersebut berisikan definisi dari setiap objek spasial yang disimpan dalam basis data (data dictionary) dan bagaimana data tersebut disimpan dalam struktur basis datanya. Aspek non teknis dalam pengembangan simpul jaringan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku interkasi antar-individu, antar-individu-lembaga institusi atau antarlembaga institusi dalam hal perolehan dan penggunaan data spasial. Pengembangan IDS antar lembaga institusi disusun berdasarkan kerangka kerjasama dan koordinasi antara lembaga institusi, baik institusi yang berbeda jenis (pemerintah, swasta) atau berbeda level (lokal, kabupaten/kota, propinsi, nasional). Aspek non teknis menempatkan manusia dan perilakunya dalam sebuah sistem organisasi (dalam hal ini lembaga institusi) dimana setiap individu dan organisasi memiliki fungsi (bermanfaat) atau kedudukan dalam sebuah sis- tem yang lebih besar (dalam hal ini IDS). Dalam proses data sharing pada keduanya ditemukan permasalahan yang hampir sama. Permasalahan yang ditemui umumnya diakibatkan oleh perilaku individu atau organisasi (Brown et al, 1998; Croswell, 1991; Evans and Ferreira, 1995; Onsrud and Rushton, 1995; Sperling, 1995) hal tersebut dikarenakan implementasi teknologi dalam data sharing sangat dipengaruhi oleh dinamika organisasi (Azad and Wiggins, 1995), dalam hal ini termasuk adaya perubahan perilaku organisasi. Banyak kerjasama antar instansi dalam SDS tidak seperti yang diharapkan penggagasnya. Berdasarkan penelitian Porter (1987) dan Park dan Ungson (1997) mengindikasikan kegagalan kerjasama antar lembaga instansi tersebut berkisar 50 persen Aspek Perilaku Individu dan Organisasi Perilaku individu dan lembaga institusi kerap menjadi kendala dalam proses data sharing. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu dan organisasi dalam data sharing dan integrasi, berdasarkan beberapa peneliti adalah sebagai berikut: Calkins et al.(1991) mengemukakan faktor yang mungkin mempengaruhi data sharing secara institusional antara lain adalah prosedur birokrasi, kerjasama, struktur organisasi, budaya organisasi, dan kondisi politik. Menurut Azad and Wiggins (1995) dalam masalah sosial dan teori bu- daya, faktor individu yang sangat kuat mempengaruhi keputusan indi- vidu dalam data sharing diantaranya adalah sikap, pengalaman, keper- cayaan diri, empati, kefatalan, motivasi, perilaku, kepercayaan, kemam- puan untuk mengatasi kesimpangsiuran, dan insentif. Kevany (1995) menelusuri faktor lingkungan yang mempengaruhi data sharing, yaitu: peluang, insentif, hambatan, dan sumber daya (data). Omran et al. (2006) mengemukakan faktor motivasi sangat mempen- garuhi perilaku individu dan instansi dalam proses data sharing, faktor ini dipengatersebut dipengaruhi oleh komponen kepercayaan, ketidak pastian, insentif, kelangkaan sumber daya, otonomi, dan persyaratan. Komponen dari faktor motivasi ini akan mempengaruhi secara langsung perilaku individu dan instansi. 66

74 Beberapaliteraturlainnyamenambahkanfaktorketidakpastian,kelangkaan sumber data, otonomi, persyaratan akan mempengaruhi proses SDS. Omran et al. (2006) menyampaikan sebuah model interaksi antara pen- garuh individu dan pengaruh instansi dalam proses data sharing. Dalam model tersebut (Gambar 2) digambarkan bahwa pengaruh motivasi sangat mempengaruhi perilaku individu dan instansi dalam proses data sharing. Faktor motivasi akan secara langsung mempengaruhi individu dalam hal perilaku, cara pandang (norma), dan perilaku sehingga akan menimbulkan motivasi dalam individu (maksud atau tujuan individu) dalam proses data sharing. Sementara itu secara institusi, motivasi akan mempengaruhi kefatalan, hirarki, individualisme (kepribadian), dan kesamaan (egalitarianism) yang akan membentuk karakter lembaga institusi. Karakter lembaga institusi akan tercermin dalam pola pikir pimpinan, kewenangan, dan kebijakan dalam hal kerjasama dengan lembaga institusi lain Aspek Kelembagaan Motivasi akan mempengaruhi kefatalan, hirarki, individualisme (kepribadian), dan kesamaan (egalitarianism) yang akan membentuk karakter lembaga institusi. Karakter lembaga institusi akan tercermin dalam pola pikir pimpinan, kewenangan, dan kebijakan dalam hal kerjasama dengan lembaga institusi lain. Karakter lembaga institusi ini akan menentukan keberhasilan pengembangan simpul jaringan. Sedangkan hal-hal yang terkait dengan masalah kelembagaan antara lain adalah model kerjasama, pembiayaan kerja sama, hubungan antar unit atau institusi, dan kesadaran akan keberadaan data Aspek Hukum Aspek non teknis lainnya yang terkait dengan perilaku institusi adalah masalah hukum, kebijakan dan kelembagaan. Permasalahan hukum berkaitan dengan hak (hak cipta dan lisensi), pelarangan, tanggung jawab, kewenangan dan akses data Aspek Kebijakan Terakhir yang terkait dengan masalah kebijakan antara lain adalah masalah perundangan atau per- aturan, prioritas dan masalah nilai atau harga (pricing) Seputaran Data Geospasial Konsep Walidata Pemilikan Data Konsep Lisensi Metadata dan Katalog Data (Clearing House) Model Data dan Katalog Unsur Geografi Indonesia 67

75 2.3 Pembangunan Simpul Jaringan Pembangunan Simpul Jaringan Simpul jaringan merupakan implementasi pemanfaatan data geospasial oleh berbagai kalangan terhadap aksessibilitas data. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial menyebutkan bahwa pembangunan simpul jaringan harus dilakukan sampai dengan tingkat pemerintah daerah Metode Inventarisasi Kondisi Inventarisasi tupoksi kelembagaan Tupoksi kelembagaan dalam pembangunan simpul jaringan berperan dalam proses pembangunan, pemeliharaan standar, mekanisme administratif, pertimbangan hukum dan pengadaan pendanaan. Terdapat dua aspek kelembagaan yaitu aspek yuridis dan institusional. 1) Aspek Yuridis yaitu penentuan institusi kelembagaan berdasarkan tupoksi yang ada.aspek yuridis dilakukan untuk mengetahui kedudukan dan kewenangan kelembagaan serta tugas pokok dan fungsi suatu instansi. Aspek yuridis juga dilakukan untuk mengetahui tugas pokok dan tupoksi suatu institusi, apakah tupoksi dari instansi tersebut mendukung sebagai tupoksi kelembagaan. 2) Aspek Institusional yaitu kajian hubungan antar instansi yang terkait antar satu instansi dengan yang lainnya berdasarkan tupoksi yang ada. Aspek institusional dilakukan untuk mengetahui apakah instansi tersebut mempunyai hubungan atau keterkaitan dengan instansi yang lain. Keterkaitan disini adalah keterkaitan fungsional, dimana satu lembaga apakah dapat mandiri atau bergantung pada institusi lainnya. Inventarisasi kebutuhan data Kebutuhan data geospasial untuk pembangunan simpul jaringan di masing-masing instansi di pemerintah dapat diketahui melalui tugas dan fungsi dari tiap lembaga. Berkaitan dengan kebutuhan data geospasial dalam pembangunan simpul jaringan, Badan Informasi Geospasial telah membuat kelompok data geospasial berupa suatu Katalog Unsur Geografis Indonesia yang berisi tentang unsur dan atribut yang dapat digunakan oleh pengguna informasi geografis dalam membangun struktur data geospasial. Inventarisasi ketersediaan data Tiap lembaga dengan masing-masing tugas dan fungsi tertentu berwenang untuk menyediakan data. Berkaitan dengan pembanggunan simpul jaringan, ketersediaan data perlu di lakukan di masing-masing instansi untuk mengetahui apakah kebutuhan data sudah ter-cover pada ketersediaan data. Hal ini yang akan dilakukan analisis antara ketersediaan dan kebutuhan data. Inventarisasi kondisi SDM (kompetensi dan jumlahnya) Manusia merupakan pelaksana dalam simpul jaringan. Sumber daya manusia yang baik akan mendukung pembangunan simpul jaringan yang baik. Selain itu sumber daya manusia yang akan menentukan kualitas dari data geospasial yang ada. Dalam pembangunan simpul jaringan setidaknya dibutukan beberapa level sumber daya manusia dalam suatu organisasi/institusi: 1) Tingkat Perencanaan Strategis (Strategic Planning Level) Merupakan level yang paling tinggi, diperuntukan kepada para pengambil keputusan, penentu arah pembangunan, penanggungjawab sekaligus sebagai pengawas arah pembangunan simpul jaringan. 2) Tingkat Pengendalian Manajemen (Management Control Level) 68

76 Merupakan manajer tingkat menengah, diperuntukkan bagi kepala bidang dan kepala sub bidang yang memiliki tanggung jawab untuk merubah rencana menjadi tindakan dan memastikan agar tujuan pembangunan simpul jaringan tercapai 3) Tingkat Pengendalian Operasional (Operational Control Level) Merupakan teknisi atau operator yang bertanggung jawab menyelesaikan rencanarencana yang telah ditetapkan oleh para manajer ditingkat yang lebih tinggi. Inventarisasi peraturan terkait dengan tupoksi dan pengelolaan data Komponen kebijakan dibutuhkan dalam pembangunan simpul jaringan. Terdapat beberapa peraturan hukun yang dijadikan landasan dalam pembangunan simpul jaringan: 1) UUD 1945 Pasal 33 (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukkan untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. 2) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 3) UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 4) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 5) UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun ) UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 7) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 8) UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik 9) UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial 10) Peraturan Pemerintah RI. No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 11) Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta 12) Peraturan Pemerintah RI No. 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial 13) Peraturan Presiden RI No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional 14) Instruksi Presiden RI No. 6 Tahun 2012 tentang Penyediaan, Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi. Inventarisasi standar yang tersedia Standar dibuat untuk memudahkan pengelola data geospasial dalam membuat, mengolah, menggunakan dan mendistribusikan data geospasial. Komponen inventarisasi standar seperti: 1) Interoperabilitas (struktur data) 2) Kualitas data spasial (ketelitian, ketersediaan, liputan, lineage, kelengkapan, dll) 3) Pedoman dan spesifikasi (pengumpulan/pengadaan, sistem penyimpanan, visualisasi, akses, prosedur integrasi, prosedur analisis, kontrol kualitas dan jaminan mutu) 4) Metadata (isi jenis data, kuantitas data, kualitas data, referensi spasial, entitas dan atribut terkait, preferensi metadata) Inventarisasi ketersediaan teknologi pengadaan data dan akses data Dalam pembangunan simpul jaringan komponen teknologi merupakan alat dalam proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebarluasan, dan penggunaan data geospasial. Adapun komponen teknologi pengadaan data dan akses data dibedakan sebagai berikut: 1) Teknologi dalam melakukan pengumpulan data spasial dapat dilakukan melalui terestrial, photogrametri, dan penginderaan jauh 2) Teknologi dalam pengolahan data spasial dapat menggunakan perangkat lunak baik yang berbayar atau yang tidak berbayar (opensource) 69

77 3) Teknologi dalam penyimpanan data spasial dapat berupa penyimpanan secara terpusat dan terdistribusi. 4) Teknologi untuk melakukan penyebarluasan (data sharing) adalah dengan pembangunan basis data geospasial. Data sharing merupakan suatu transaksi yang dilakukan dimana seseorang, organisasn/institusi atau bagian dari organisasi/institusi dapat mengakses data yang dimiliki oleh seseorang, organisasi/institusi atau bagian dari organisasi/institusi lainnya. 5) Teknologi dalam penggunaan data spasial yang terdapat otoritas sesuai dengan tingkatan level pengguna. Tingkatan pengguna data dalam basis data terbagi menjadi: a. Geodatabase Administrator, bertanggung jawab terhadap keseluruhan basis data yang terdapat dalam sistem aplikasi b. Data Creator, berwewenang untuk mengelola basis data geospasial c. Data Editor, berwewenang untuk melakukan perubahan (editing dan updating) dalam basis data geospasial, akan tetapi tidak dapat melakukan penghapusan data d. Viewers, berwewenang untuk dapat mengakses basis data tanpa dapat melakukan perubahan terhadap data Metode Penyusunan Kebutuhan dan Program Pembangunan Simpul Jaringan Melakukan kalkulasi kebutuhan Kebutuhan data geospasial secara nasional seperti tercantum dalam Naskah Akademik Grand Strategi Surtanas (Bakosurtanal, 2011), antara lain: 1) Batas 2) Batimetri 3) Geologi 4) Hidrologi 5) Iklim 6) Jenis Tanah 7) Kawasan 8) Kualitas Lingkungan 9) Persil Tanah 10) Rawan Bencana 11) Sarana dan Prasarana 12) Sumber Daya Alam 13) Sumber Daya Energi 14) Topografi 15) Tutupan Lahan 16) Kelautan 17) Kesesuaian Lahan 18) RTRW Kebutuhan data geospasial pembangunan nasional menjadi acuan kebutuhan data geospasial untuk tiap-tiap instansi pemerintah dan disesuaikan juga dengan kebutuhan data geospasial pada tiap-tiap instansi. Gap Analisis/Evaluasi Diri Gap analisis merupakan metode yang digunakan untuk melakukan identifikasi perbedaan antara ketersediaan dan kebutuhan. Kebutuhan yang akan dituangkan dalam simpul jaringan mengacu pada 7 komponen tupoksi yaitu: kelembagaan, ketersediaan data, kebutuhan data, SDM, peraturan terkait dengan tupoksi dan pengelolaan data, standar, dan teknologi. 70

78 Penyusunan program pembangunan simpul Data yang sudah dilakukan inventarisasi baik kondisi eksisting maupun kebutuhan, disesuaikan dengan Katalog Unsur Geografis Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar data geospasial yang dimiliki sesuai dengan standar yang ada. Penyusunan program pembangunan simpul jaringan terdiri atas: 1) Desain model basisi data geospasial Pembangunan basis data geospasial dilakukan untuk mempermudah pemanfaatan data geospasial agar data sharing dapat dilakukan. Desain model basis data geospasial mengacu pada Katalog Unsur Geografis Indonesia. Desain model basis data geospasial meliputi desain konseptual, desain logikal dan desain fisikal. 2) Pembangunan basis data geospasial dan web map service Setelah dilakukan desain model basis data geospasial selanjutnya adalah membangun basis data geospasial. Pembangunan basis data geospasial dapat menggunakan licensed software maupun open source software Pengembangan Kelembagaan Simpul Jaringan Penetapan Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Unit pengelolaan dan penyebarluasan mengelola suatu sistem server institusi data produser terdistribusi yang berisi metadata data spasial dengan standar yang ditentukan IDS dan dapat diakses oleh pengguna melalui internet. Penetapan Walidata Pengaturan instansi yang menjadi walidata harus dilakukan agar tidak saling tumpang tindih. Instansi yang menjadi walidata harus bertanggung jawab terhadap data spasial sesuai dengan tupoksi. Pengembangan Prinsip Tata Kelola Tata kelola basis data geospasial (IT Governance) terdiri dari 3 elemen yaitu struktur, proses dan mekanisme korelasi. Tujuan dari IT Governance adalah agar pembangunan dalam teknologi informasi dapat dilaksanakan dan dapat terus berkelanjutan. 1) Elemen struktur Dalam melakukan tata kelola basis data geospasial harus melihat struktur pemerintahan pada tiap-tiap daerah dan dibutuhkan suatu institusi pemimpin yang bertanggung jawab dalam mengambil kebijakan serta mengatur pengelolaan basis data geospasial. 2) Elemen proses Elemen proses tata kelola teknologi informasi terdiri atas perencanaan, pembangunan, dan perawatan dari sistem jaringan. Dalam perencanaan tata kelola teknologi informasi yang harus direncanakan adalah kebutuhan basis data geospasial apakah menggunakan siste basis data geospasial secara terpusat atau distribusi. 3) Elemen mekanisme relasi Dalam melakukan tata kelola basis data geospasial harus diatur mekanisme relasi antar instansi dalam pemakaian data geospasial. Pengaturan mekanisme relasi dalam penggunaan meliputi kepemilikan data geospasial oleh walidata Pengembangan Peraturan pada Simpul Jaringan Peraturan penetapan unit pengelolaan dan penyebarluasan Peraturan penetapan tata kelola DG dan IG 71

79 Penyelenggaraan geopasial pada simpul jaringan terdiri atas Data Geospasial (DG) dan Informasi Geospasial (IG). Data Geospasial adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada, atau diatas permukaan bumi. Sedangkan Informasi Geospasial adalah DG yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian. Penetapan tata kelola DG dan IG harus dibedakan dalam masing-masing instansi terkait. Secara umum penyelenggaraan DG oleh Badan Informasi Geospasial yang selanjutnya dapat diolah kembali untuk menghasilkan IG. Dalam penelenggaraan simpul jaringan, tata kelola DG harus diselenggarakan oleh BIG, sedangkan untuk masing-masing IG dapat dikelola oleh masing-masing instansi terkait, dapat dilihat pada tabel 1. Pengembangan standard dan mekanisme usulan standar Komponen standar memuat acuan baku dalam penyelenggaraan IG dimana komponen ini harus sesuai dengan Standar Nasiona Indonesia dan/atau spesifikasi teknis lainnya. Berkaitan dengan kebutuhan DG dan IG dalam penyelenggaraan simpul jaringan, Badan Informasi Geospasial membuat kelompok data geospasial berupa Katalog Unsur Geografis Indonesia (KUGI) yang berisi tentang unsur dan atribut yang dapat digunakan oleh pengguna informasi geogafis dalam membangun struktur data geospasial. KUGI memuat seluruh komponen data utama ke dalam tiga belas katagori yaitu: Referensi Spasial, batas Wilayah, Transportasi, Hidrografi, Hipsografi, Vegetasi, Lingkungan Terbangun, Utilitas, Geologi, Tanah, Toponimi, Kadaster, dan Dataset Khusus. Mengacu pada pengelompokan klasifikasi komponen data geospasial sesuai dengan KUGI, maka kebtuhan data geospasial pada simpul jaringan harus disesuaikan dengan katalog tersebut Pengembangan Teknologi Simpul Jaringan Penyelenggaraan simpul jaringan memerlukan keterlibatan teknologi dalam prosesproses pengumpulan, pengolahan data dan pendistribusian data. Teknologi pengolahan data Teknologi dalam pengolahan data spasial dapat berupa perangkat lunak baik yang berbayar maupun yang tidak berbayar. Teknologi penyebarluasan data Teknologi untuk melakukan penyebarluasan data adalah melakukan pembangunan basis data geospasial. Sebelumnya dilakukan penyimpanan data spasial yang dapat dilakukan secara terpusat dan terdistribusi. Penyebarluasan data (data sharing) merupakan suatu transaksi yang dilakukan dimana seseorang, organisasi/institusi atau bagian dari organisasi/institusi dapat mengakses data yang dimiliki oleh seseoran, organisasi/institusi atau bagian dari organisasi/institusi lainnya. Pengembangan Aplikasi Pengembangan aplikasi dilaksanakan agar data dan informasi geospasial yang dipublikasikan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pengguna, melalui penyediaan fitur-fitur umum maupun spesifik disesuaikan dengan data dan informasi yang dipublikasikan. Infrastruktur Jaringan Penyelenggaraan simpul jaringan merupakan upaya bersama semua lembaga SURTA yang meliputi lintas pelaku. Model kerjasama antar lintas pelaku adalah model jaringan kerja dimana masing-masing lembaga berperan sebagai simpul jaringan yang saling terikat oleh peraturan perundang-undangan. Secara fisik jaringan tersebut merupakan jaringan basis data 72

80 lintas pelaku yang independen yang pengelolaan dan pengoperasiannya terintegrasi oleh suatu aturan yang disepakati. Gambar 4 adalah model infrasktuktur jaringan. Gambar 2.5 Model Infrastruktur Jaringan (Sumber: Bakosurtanal) Pengadaan/Produksi Data pada Simpul Jaringan Penyelenggaraan simpul jaringan berkaitan dengan pengembangan data di Indonesia mengacu pada pengembangan kliring. Kegiatan-kegiatan yang perlu di kembangkan dalam mendukung penyelenggaraan simpul jaringan, khususnya dalam pembangunan kliring mencakup: 1) Pembangunan kamus data Pembangunan kamus data perlu diselenggarakan oleh institsi teknis terkait selaku pemegang data. Tujuan penyusunan kamus data untuk mendefinisikan istilahistilah yang berguna dalam mendukung pengembangan data baik untuk masyarakat maupun sesama produsen data. Dalam kamus data dijelaskan deskripsi dan pengertian terhadap istilah surta, entitas, fitur, atribut, kodefikasi dan klasifikasi data untuk menjamin konsistensi dan mempermudah akses data/transfer data baik antar produsen maupun antar pengguna 2) Perumusan standar Data disini merupakan kumpulan dari sejumlah dataset yang memenuhi kriteria. Dalam penyelenggaraan simpul jaringan perlu dikembangkan standar data yang mencakup standar masing-masing dataset, standar transfer, standar metadata. Standar-standar tersebut dibangun secara terintegrasi dan menjadi pedoman dalam membangun dan memanfaatkan data bagi semua lintas pelaku. Standar yang terintegrasi diperlukan agar masing-masing dataset saling kompatibel. Pengembangan standar-standar data harus dilaksanakan dengan melibatkan dan mendapatkan kesepakatan semua lintas pelaku. Beberapa standar yang berkaitan dengan data adalah: a) Standar data adalah acuan yang digunakan dalam membuat data agara mencapai suatu tingkat kualitas yang diperlukan atau disepakati. b) Standar transfer menyediakan format intermediate untuk mentransfer data dan dipotimasi untuk mencapau komunikasi data dan metadata secara efektif c) Standar metadata adalah penjelasan tentang istilah-istilah yang umum dan definisi dari konsep dan komponen yang berkaitan dengan metadata. 73

81 3) Pengembangan metadata Salah satu aspek yang terkait dengan data dalam pembangunan simpul jaringan adalah pembangunan metadata dari data spasial yang telah dan akan diproduksi pada setiap institusi pemasok data. Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi dan karakteristik lainnya dari data. Informasi metadata ditetapkan berdasarkan empat karakteristik yang menentukan peranan dari metadata yaitu: a) Ketersediaan: informasi yang diperlukan untuk mengetahui ketersediaan data b) Penggunaan: informasi yang diperlukan untuk mengetahui kegunaan data c) Akses: informasi yang diperlukan tentang tatacara mendapatkan data d) Transfer: informasi yang diperlukan untuk mengolah dan menggunakan data. Pada tingkat global, standar metadata telah mulai banyak dikembangkan diantaranya: standar metadata yang telah ditetapkan oleh Federal Geographic Data Committee (FGDCC) The Content Standard for Digital Geospatial Data, 1998, Standar metadata yang telah diadopsi oleh masyarakat Eropa-CEN Pre-Standard, 1998, Standard metadata yang telah dikembangkan oleh International Standard Organizations (ISO) ISO TC 211 Standard (19115 draft International Standard, 1994). Terpeliharanya metadata data spasial akan memberikan dampak dalam optimalisasi pemanfaatan data spasial yang telah diproduksi oleh berbagai instansi pemerintah. 4) Pengembangan direktori data Direktori data berisi informasi tentang keberadaan data. Penyelenggaraan simpul jaringan mencakup direktori data atau sistem direktori dengan nama pengguna dapat mengetahui tentang ketersediaan dan kecocokan data yang diinginkan. Direktori mencakup data utama yang merupakan bagian dari infrastruktur dan data lain yang tersedia ataupun data yang masih dalam pengembangan. Unit produksi Unit produksi antara lain terdiri dari data penginderaan jauh, data dasar geodesi, peta rupabumi, peta dasar tematik dll. Pembaungunan unit produksi sangat diperlukan dan bahkan mendesak untuk segera diformulasikan mengenai jenis, spesifikasi, standar, dll yang semuanya diperlukan dalam rangka menuju ketersediaan unit produksi dan kemudahan akses. Pembangunan unit produksi bertujuan antara lain: 1) Penyusunan standardisasi unit produksi 2) Penyusunan spesifikasi perolehan data 3) Penyusunan standardisasi basis data 4) Penyusunan standardisasi protokol sistem distribusi data 5) Penyusunan standardisasi jaringan kerja. Hubungan unit pengelolaan dan penyebarluasan, serta unit produksi Pengembangan SDM Kualifikasi SDM yg memenuhi aspek pembangunan IIG (aspek perencanaan pembangunan, aspek hukum dan organisasi pelaksanaan, aspek pembiayaan pembangunan IIG, aspek teknis pembangunan), Jabatan Fungsional IG, Pengembangan SDM untuk penyelenggaraan simpul jaringan dapat dilakukan terhadap level jabatan fungsional IG. Tiap-tiap level jabatan fungsional memiliki kualifikasi keahlian tertentu. 74

82 Pengembangan Kapasitas SDM bidang IG Pengembangan SDM yakni yang diharapkan dapat menguasai teknologi yang terkait dengan simpul jaringan di bidang IG antara lain dengan: a) Meningkatkan penelitian teknologi tentang basis data Melaksanakan penelitian dan pengembangan mengenai pengelolaan dan penggunaan basis data geospasial. Penelitian di bidang basis data perlu diselenggarakan mengingat volme data yang disimpan disetiap kastodian saat ini sudah cukup besar sehingga memerlukan teknik pengelolaan basis data yang dapat mempercepat akses terhadap data tersebut. b) Meningkatkan penelitian teknologi informasi dan komunikasi Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkaitan dengan pengembangan jaringan kliring yang mencakup: sistem basis data, protokol komunikasi, dedicated lines, local area network, integratedservice networks dan internet. c) Meningkatkan teknik akuisisi data Penelitian dan pengembangan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan perolehan data (data cquisition) dengan menggunakan teknologi GPS, total station, dan digital photogrametry d) Mengembangkan teknik data processing Penelitian dan pengembangan dalam pemrosesan data dengan teknologi komputer dan perangkat lunak pengolahan data sehingga dapat diterapkan untuk memproses data dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. e) Penelitian Efisiensi Distribution Data Penelitian dan pengembangan IPTEK dalam proses distribusi data perlu diselenggarakan terutama yang berkaitan dengan system on-line melalui internet. Teknologi penampilan peta bahkan analisis spasial secara on-line di internet saat ini sudah tersedia sehingga yang perlu dilakukan adalah penguasaan teknologi tersebut agar dapat diterapkan di saetiap kastodian data. Penelitian dan pengembangan IPTEK juga perlu dilaksanakan untuk menunjang penerapan teknologi e-commerce agar penjualan data dan informasi spasial dapat dilaksanakan melalui internet secara online f) Peningkatan kualitas SDM Surta Mendorong peningkatan kualitas SDM di pusat maupun di daerah yang mampu dalam menyelenggarakan simpul jaringan melalui psrtisipasi aktif dalam: Program sertifikasi oleh pihak yang berwenang Pelatihan-pelatihan yang bersertifikasi g) Promosi Kemampuan SDM nasional Mempromosikan standar kemampuan SDM nasional dibidang pengeolaan informasi geospasial yang berdaya saing internasional 2.4 Basisdata Geospasial Basisdata geospasial adalah kumpulan bermacam tipe datasets geografik yang termuat dalam sebuah folder sistem file, basisdata MS Access ataupun dalam sebuah basisdata relasional dengan multiuser ( seperti Oracle, MS SQL Server, PostgreSQL, Informix, or IBM DB2). 75

83 2.4.1 Konsep Basisdata Geospasial Konsep kunci dari basisdata geospasial adalah dataset. Dataset adalah mekanisme utama yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menggunakan informasi geospasial. 3 tipe utama dataset: Feature classes Raster datasets Tables Membuat sekumpulan dataset dengan tipe-tipe seperti diatas adalah langkah pertama dalam perancangan dan pembangunan basisdata geospasial. Pembangunan basisdata biasanya dimulai dengan membangun sejumlah dataset tipe dasar tersebut. Kemudian menambah atau memperluas basisdatanya dengan menambah kemampuan lebih lanjut ( seperti dengan menambah topologi, network ataupun subtype) untuk memodelkan perilaku dari GIS, mengelola integritas data, dan bekerja dengan sekumpulan hubungan spasial yang penting. Penyimpanan basisdata geospasial mencakup skema dan rule dasar untuk setiap dataset spasial serta penyimpanan tabular sedehana untuk data spasial dan atribut. Ketiga dataset utama pada basisdata geospasial (feature classes, tabel-tabel atribut, dan dataset raster) juga elemen-elemen lain basisdata geospsial disimpan menggunakan tabel-tabel. Representasi spasial pada dataset spasial disimpan sebagai feature vektor atau sebagai raster. Bentuk geometri ini disimpan dan dikelola dalam kolom atribut bersama dengan field atribut tabular tradisional. Sebuah feature class disimpan sebagai sebuah tabel, masing baris merepresentasikan satu feature. Sebuah kunci strategi geodatabase adalah memanfaatkan RDBMS untuk meningkatkan skala dataset GIS dan jumlah pemakai secara simultan menjadi ukuran besar secara ekstrim. Tabel menyediakan mekanisme peyimpanan utama untuk dataset spasial. SQL sangat kuat untuk query dan pemrosesan himpunan baris-baris pada tabel. Basisdata geospasial mendukung akses SQL untuk feature geometry pada DBMS berikut: Oracle (menggunakan tipe SQL ArcSDE atau tipe SQL Oracle Spatial jika menggunakan Oracle Spatial) IBM DB2 IBM Informix Microsoft SQL Server Informix PostGreSQL (menggunakan tipe SQL ArcSDE atau tipe SQL PostGIS jika menggunakan PostGIS) Yang mendasari API SQL utuk ArcSDE adalah berdasarkan pada spasial ISO SQL/MM dan spesifikasi SQL feature sederhana OGC yang memperluas SQL dengan standarstandar untuk tipe vektor geometry. 76

84 2.4.2 Tipe Data Spasial Tingkat Lanjut Tipe data spasial tingkat lanjut memperluas feature classes, rasters dan tabel-tabel atribut. Berbagai elemen basisdata geospasial digunakan untuk memperluas tabel, feature dan raster sederhana untuk memodelkan relasi spasial, menambah kekayaan perilaku, meningkatkan integritas data, dan memperluas kemampuan basisdata geospasial untuk pengelolaan data. Skema basisdata geospasial mencakup definisi, aturan integritas, dan perilaku untuk masing-masing perluasan kapabilitas tersebut. Mencakup properti untuk sistem koordinat, resolusi koordinat, topologi, network, katalog raster, relasi, domains, dan lain-lain. Informasi skema ini disimpan pada sekumpulan tabel meta basisdata geospasial pada DBMS. Tabel tabel ini mendefinisikan integritas dan perilaku dari informasi spasial Feature Dataset Wadah dari kumplulan feature class yang berhubungan atau membangun topologi, network, dataset cadastral dan terrains yang memiliki referensi spasial sama Subtypes Mengelola sekumpulan subclass features kedalam sebuah feature class. Sering digunakan pada tabel feature class untuk mengelola perilaku berbeda pada subset dari tipe feature yang sama. Attribute Domains Menspesifikasikan daftar atau rentang nilai valid untuk kolom atribut. Domain dapat membantu memastikan integritas dari nilai-nilai atribut Relationship Classes Mengatur hubungan tematik antara tabel, feature classes, atau kedua-duanya dengan menggunkan kunci umum. Mendukung integrasi antara origin data dan destination class Topology Hubungan spasial antara feature classes yang digunakan untuk menentukan dan memperbaiki kesalahan(error) spasial, seperti persil lahan yang tumpang tindih satu sama lain atau yang tidak berada dalam batas wilayah. Dilakukan dengan memodelkan bagaimana features menggunakan shared geometry Network Dataset Memodelkan ketersambungan dan aliran tranportasi Geometric Network Memodelkan network utillitas dan tracing. Raster Dataset Sebuah raster dataset adalah setiap format raster valid yang diorganisasikan kedalam satu atau lebih bands. Setiap band mengandung sebuah array dari pixels, dan setiap pixel mempunyai sebuah nilai, sebuah raster dataset mempunyai paling tidak sebuah band. Data grid yang diturunkan dari berbagai sumber format (IMG, JPEG, dll) 77

85 Raster Catalog Sebuah rater catalog adalah sekumpulan raster dataset yang didefinisikan dalam format sebuah tabel yang mana setiap record merepresentaikan sebuah raster dataset pada catalog Survey Dataset Menyimpan informasi survey dan menggabungkan data survey dalam proyek dan banyak proyek ke dalam folder proyek. Behaviour Rules Dapat dibuat untuk mendefinisikan atribut relasi, topologi dan koneksi Perancangan Basisdata Geospasial Berikut adalah langkah-langkah proses pembangunan basisdata geospasial. Proses ini meliputi fase desain konseptual, logik, dan fisik. Masing-masing fase berakhir dengan hasil produk yang disebut model basisdata a. Perancangan Konseptual Model Basisdata ( Conceptual Design of Database Model) Mengidentifikasi produk informasi atau pertanyaan penelitian yang akan dijawab. Untuk data yang tersedia, mengindentifikasi produk informasi yang akan dihasilkan oleh aplikasi yang akan dibangun. Seorang GIS desainer / analis akan berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan tentang informasi yang akan dihasilkan oleh produk, bukan dengan menebak-nebak. Beberapa informasi seharusnya tersedia dalam hal pernyataan proyek. Bisa jadi sebuah pernyataan penelitian, di mana satu atau lebih pertanyaan penelitian telah diajukan. Kadangkadang pertanyaan-pertanyaan seperti itu disebut " pertanyaan untuk mengetahui kebutuhan ". Seperti pertanyaan, apa yang para pemangku kepentingan "perlu tahu" tentang keputusan geografis dari masalah yang sedang diselidiki? Apa kesenjangan dalam informasi, bukti, dan / atau pengetahuan? Informasi apa yang tidak tersedia yang harus tersedia untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Ini adalah apa yang disebut dengan kebutuhan informasi. Mengindentifikasi thematic layers dan feature classes. Sebuah thematic layer adalah sebuah superclass dari informasi, biasanya terdiri dari dataset(s) dan mungkin beberapa feature classes (feature layer). Thematic layer adalah sarana nyaman untuk membicarakan/mendiskusikan tentang data spasial. Untuk setiap thematic layer, tentukan feature classes yang membentuk thematic layer tersebut. Untuk setiap feature class tentukan potensi ketersedian sumber data, representasi spasial feature class, akurasi, simbolisasi dan annotasi untuk memenuhi pemodelan, query dan atau aplikasi produk peta. Rincian semua feature class(es). Setiap feature class, terangkan spasial, atribut, namanama kolom data sementara untuk class. Untuk setiap feature class spesifikasi rentang skala 78

86 untuk representasi spasial, dan karenanya juga tipe object data spasial. Hal Ini akan menentukan apakah dibutuhkan beberapa dataset dengan resolusi berbeda untuk menampung layer tersebut?. Indentifikasi relasi diantara feature class. Kelompokkan representasi-representasi kedalam dataset-dataset. Sebuah feature dataset adalah sebuah kelompok feature classes yang diorganisasikan berdasarkan relasi-relasi yang diindentifikasi diantara feature classes yang membantu dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. Dataset membuat implementasi dari thematic layer or sebagian dari thematic layer dimana hubungan antara feature classes adalah penting untuk menurunkan informasi. Analist menamakan feature classes dan feature dataset dengan cara yang nyaman untuk meningkatkan kesamaan pemahaman diantara analist dan pemangku kepentingan. Kita menggunakan feature dataset untuk mengelompokkan feature classes yang mana mau melakukan perancangan topologi atau network atau mau melakukan peng-editan secara simultan. Sebuah feature dataset hanyalah salah satu dari beberapa "data design pattern" yang tersedia dalam model data geodatabase. Sebuah data design pattern adalah seperangkat hubungan yang sering berulang yang mana perancang perangkat lunak telah memutuskan untuk menerapkan dalam sistem software. Diskrit feature dimodelkan dengan feature dataset terdiri dari feature classes, tapi relationship classes, rule, dan domain adalah tiga design patern lainnya. Continuous feature dimodelkan dengan dataset raster. Data pengukuran dimodelkan dengan survey dataset. Data permukaan dimodelkan dengan raster dan feature dataset. b. Perancangan Logikal (Logical Design) Operasi pemrosesan data yang dilakukan pada tipe data spasial, atribut dan temporal secara individu atau kelompok menurunkan informasi ( dari data) untuk memenuhi kebutuhan informasi seperti yang dindikasikan pada langkah 1. Operasi-operasi tersebut memperjelas kebutuhan desain logic. 1. Menentukan struktur basisdata atribut dan perilaku untuk features. Menerapkan subtype untuk mengontrol perilaku, membuat relationships dengan aturan untuk perhimpunan dan classifications untuk domain code yang kompleks. Subtype - Subtype dari feature classes dan tables melestarikan kelas kasar dalam model data, meningkatkan kinerja layar, geoprocessing dan manajemen data, memungkinkan satu set kaya perilaku untuk features dan objects. Subtype memungkinkan seorang analis menerapkan sistem klasifikasi dalam feature class dan menerapkan perilaku melalui aturan. Subtipe membantu mengurangi jumlah feature classes dan meningkatkan kinerja basisdata. Relationships jika relationships spasial dan topologi tidak cukup tepat, relationship umum berguna untuk menghubungkan features. Relationships dapat digunakan untuk integeritas 79

87 referensial yang persistence, untuk meningkatakan on-the-fly performansi untuk editing, labeling dan simbolisasi 2. Menentukan properti spasial datasets.tentukan aturan-aturan untuk menyusun topologi yang memberlakukan integritas spasial dan shared geometry dan menentukan aturan untuk menyusun network untuk system yang terhubung yang tersusun dari features. Mengatur sistem referensi spasial untuk dataset. Tentukan survey datasets jika diperlukan. Tentaukan raster dataset yang sesuai Topologi - Aturan topologi merupakan bagian dari skema geodatabase dan bekerja dengan satu set tool editing topologi yang memberlakukan aturan- aturan. Sebuah feature class dapat berpartisipasi dalam tidak lebih dari satu topologi atau network. Topologi Geodatabase menyediakan satu set kaya aturan-aturan topologi yang dapat dikonfigurasi. Topologi peta memudahkan untuk mengedit tepi/busur shared feature geometries. Network - Jaringan geometric menawarkan tracing cepat dalam model jaringan. Ada aturan-aturan yang menetapkan hubungan antara jenis fitur pada tingkat geometris dan berbeda dari konektivitas topologi. Aturan-aturan seperti menetapkan berapa banyak koneksi busur/tepi diperbolehkan di persimpangan. Survey Data - dataset survei memungkinkan seorang analis untuk mengintegrasikan jaringan kontrol survei dengan jenis-jenis feature untuk mempertahankan ketelitian dalam jaringan kontrol survey tersebut. Raster data - Analis dapat memperkenalkan pengolahan raster berkinerja tinggi melalui pola desain raster. Pola desain raster memungkinkan untuk menggabungkan raster ke dalam satu file secara keseluruhan, atau mempertahankan mereka secara terpisah. c. Perancangan Fisik (Physical Design) 1. Spesifikasi field data. Untuk field data, tentukan nilai-nilai berlaku dan rentang untuk semua domain, termasuk domain feature code. Tentukan primery keys dan jenis indeks. Classification dan domain - Sistem klasifikasi sederhana dapat diimplementasikan dengan kode nilai domain. Namun, seorang analis dapat mengatasi sistem pengkodean kompleks (hirarkis) dengan menggunakan tabel nilai berlaku untuk integritas data lebih lanjut dan dukungan editing. Pasa tahap ini primary keys dan secondary key untuk field data ditentukan, berdasarkan domain yang valid dari masing-masing field kunci tersebut. Kunci Data mengurangi kebutuhan untuk melakukan "pencarian global" pada elemen data dalam file data. Oleh karena itu, kunci memberikan akses cepat ke data records. Sebuah primary (data) key digunakan untuk menyediakan akses dalam koleksi fitur yang dapat dibedakan dengan identifier unik. Ketika seseorang menggunakan primary key, Anda dapat dengan mudah membedakan satu record data dari yang lain. Sebuah kode identifikasi persil adalah sebuah contoh potensial untuk primary key untuk record data bidang tanah. Sebuah kunci sekunder digunakan untuk akses data ketika 80

88 unsur-unsur data tidak unik, tapi masih berguna untuk membedakan data records, seperti misalnya kode penggunaan lahan. Semua data records dari kode penggunaan lahan tertentu dapat segera diakses. 2. Implementasi. Membangun skema data sehingga berada dalam sistem manajemen basisdata (DBMS). Uji pengoperasiani skema data yang dibangun. 3. Mengisi basisdata. Data apa saja yang telah dimiliki, data apa yang dibutuhkan untuk membuat sebuah modul, bagaimana mekanisme mengisi data kedalam modul yang telah dibuat Skema Basisdata Skema basisdata dari sistem basisdata adalah struktur basisdata yang dijelaskan dalam bahasa formal yang didukung oleh sistem manajemen basisdata (DBMS) dan mengacu pada organisasi data sebagai cetak biru bagaimana sebuah basisdata dibangun (dibagi menjadi tabel-tabel basisdata dalam hal Relational Database). Definisi formal dari skema basisdata adalah seperangkat formula (kalimat) disebut batasan-batasan integritas yang dikenakan pada basisdata. Batasan-batasan integritas ini memastikan kompatibilitas antara bagian skema. Semua batasan dapat dinyatakan dalam bahasa yang sama. Sebuah basisdata dapat dianggap sebagai sebuah realisasi struktur dari bahasa basisdata. Pernyataan-pernyataan dari skema konseptual yang dibuat diubah menjadi sebuah pemetaan eksplisit yaitu skema basisdata. Ini menjelaskan bagaimana entitas dunia nyata yang dimodelkan dalam basisdata. Pada relational database, schema mendefinisikan tables, field, relationships, views, indexes, packages, procedures, functions, queues, triggers, types, sequences, materialized views, synonyms, database links, directories, XML schemas, dan elamen lainnya. Skema umumnya disimpan dalam kamus data. Meskipun skema didefinisikan dalam bahasa basisdata teks, istilah ini sering digunakan untuk merujuk pada suatu gambaran grafis dari struktur basisdata. Dengan kata lain, skema adalah struktur basisdata yang mendefinisikan objek dalam basisdata. 2.5 Basisdata Penyelenggaraan Simpul Untuk mendefiniskan basisdata yang terdapat pada simpul jaringan dimulai dengan mempelajari fungsi-fungsi yang terdapat pada simpul jaringan. Berdasararkan Peraturan Presiden Republik Indonesi nomor 27 tahun 2014 maka unit / fungsi yang terdapat pada simpul jaringan yaitu: 81

89 1) Unit kerja yang melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penggunaan DG dan IG ( Unit Produksi) 2) Unit kerja yang melaksanakan penyimpanan, pengamanan dan penyebarluasan DG dan IG (Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan) Dalam hal simpul jaringan pemerintah daerah maka terdapat satu Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan dalam hal ini biasanya Bappeda dan beberapa Unit Produksi terdiri dari SKPD/Dinas/Biro terkait. Sedangkan jika simpul jaringan kementerian/lembaga maka Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan dalam hal ini biasanya Pusdata di Setjen dan Unit Produksi adalah Direktorat/Pusat di Ditjen/Kedeputian. Gambar 1 di bawah ini menggambarakan unit-unit yang terdapat pada simpul jaringan beserta tugas dan fungsinya sesuai dengan Perpres No. 27 tahun SIMPUL Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Perpres No. 27 Tahun 2014 Penyimpanan Pengamanan Penyebarluas an Unit Produksi (UP) UP-1 Pengumpula Pengolahan Pemakaian Penyimpanan n UP-2 Pengumpulan UP-n Pengumpulan Pengolahan Pemakaian Penyimpanan Pengolahan Pemakaian Penyimpana n Gambar 2.6 Unit Kerja di Simpul Jaringan Jenis Basisdata Geospasial Penyelenggaraan Simpul basisdata, yaitu : Basisdata geospasial pada penyelenggaran simpul dapat dibagi dalam tiga macam 1. Basisdata Development. Basisdata yang terletak pada unit-unit produksi pada simpul jaringan yang dimanfaatkan untuk melakukan pembuatan data geospasial. Pembuatan mencakup pengumpulan dan pengolahan 82

90 2. Basisdata Produksi. Basisdata yang telah selesai diolah dan diilakukan QC oleh unit-unit produksi pada simpul jaringan akan disimpan kedalam basisdata produksi serta siap dipergunakan. Basisdata produksi terletak pada Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan, Pusdata untuk kementerian/lembaga dan Bappeda pada permerintahan daerah. 3. Basisdata Publikasi. Basisdata yang dipergunakan untuk menyimpan data-data yang akan dipublikasikan dan telah dilakukan QA terhadap basisdata produksi. Gambar 2.7 Basisdata Penyelenggaraan Simpul Jaringan DG yang disimpan pada basisdata produksi adalah DG hasil pengumpulan data, hasil pengolahan, dan DG yang siap untuk dipublikasi. Sedangkan data yang disimpan pada basisdata publikasi adalah DG dan IG yang telah siap untuk disebarluaskan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan basisdata produksi dan basisdata publikasi adalah : a. Kustodianship atau walidata. Walidata merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam produksi DG dan IG. Walidata harus membangun basisdata produksi yang nantinya terhubung dengan basisdata publikasi. b. Standar data. Dalam pembangunan basisdata perlu memperhatikan standar yang meliputi format, basisdata, dan metadata. Standar diperlukan untuk kemudahan dalam pengintegrasian antar DG dan IG. c. Katalog Unsur Geografi Indonesia. Katalog ini merupakan suatu sistem yang berisi fitur dan atribut yang dapat digunakan oleh produsen dan pengguna informasi geografis dalam 83

91 membangun struktur data spasial. Tujuan penyusunan katalog fitur dataset fundamental adalah untuk mempermudah terwujudnya penggunaan data bersama maupun pertukaran data antara produsen dan pengguna data spasial. Struktur basisdata produksi dan basisdata publikasi harus mengikuti standar dalam Katalog Unsur Geografi Indonesia. d. Sifat kerahasiaan data (data tertutup atau terbuka untuk publik). DG dan IG dapat memiliki sifat kerahasiaan. Terdapat DG dan IG yang dipublikasikan secara luas (terbuka), namun ada juga yang dibatasi penggunanya. Dalam basisdata produksi mungkin hanya unit produksi terkait dan unit penyebarluasan saja yang bisa mengakses. Sedangkan data dalam basisdata publikasi dapat diakses oleh semua pengguna. e. Siklus data dan mekanisme up-date. f. Penjaminan kualitas DG dan IG. DG dan IG yang akan dipublikasikan dalam basisdata publikasi wajib melewati proses penjaminan kualitas. Penjaminan kualitas dapat dilakukan apabila setiap proses dalam produksi data telah dilakukan kontrol kualitas. g. Penggunaan teknologi jaringan. Penyimpanan data dalam basisdata produksi dan sinkronisasi dengan basisdata publikasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi jaringan. Teknologi jaringan meliputi web server, GIS server dan production server. h. Penggunaan teknologi DBMS (data base manajemen system). DBMS merupakan perangkat lunak untuk mengelola basis data. Basisdata produksi dan publikasi dapat dikelola dengan menggunakan DBMS yang berbeda. Penggunaan DBMS akan berpengaruh pada mekanisme pengelolaan dan penyebarluasan data. i. Sinkronisasi data. Sinkronisasi data diperlukan untuk mencegah duplikasi dan menjaga kemutakhiran data. Data yang dipublikasikan dari basisdata publikasi tentunya harus sama dengan data pada basisdata produksi. j. Metadata. Metadata diperlukan untuk memberikan informasi terkait karakteristk data dan kualitas data. k. Katalog Data. Katalog data diperlukan untuk mempermudah proses pencarian DG dan IG. l. Penggunaan teknologi pengolahan DG dan IG. Teknologi pengolahan DG dan IG terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Spesifikasi perangkat keras dan lunak harus memenuhi standar yang ditetapkan. Pengolahan DG dan IG dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak berbayar (komersil) ataupun perangkat lunak terbuka. m. Interoperabilitas. Struktur data dalam basisdata harus memenuhi standar agar mempermudah n. Sistem referensi geospasial. Basisdata produksi dan publikasi harus menggunakan datum geodesi, sistem proyeksi dan sistem koordinat yang sama berdasarkan standar yang ditetapkan. o. Back-up system terhadap DG, IG dan metadata. Back-up system diperlukan agar dapat melakukan recovery secara cepat jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. 84

92 2.5.2 Integrasi Penyelenggaraan Simpul Ketersambungan antara Unit Produksi dengan Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan dapat diselenggarkan dengan jaringan komunikasi data melalaui jaringan Virtual Private Networ (VPN) seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Untuk simpul jaringan yang belum memiliki fasilitas komuikasi data komunikasi dapat dilakukan secara manual melalui flash disk atau CD. Seperti diperlihatkan pada Gambar 4 di bawah ini. Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Unit Produksi Unit Produksi DB Develop Ment Private Virtual Network Unit Produksi DB Develop ment DB Publication DB Production Unit Produksi DB Develop Ment Gambar 2.8 Penyelenggaraan Simpul Terintegrasi Melalui VPN (Fisikal) Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Unit Produksi Unit Produksi DB Develop Ment Unit Produksi DB Develop ment DB Publication DB Production Unit Produksi DB Develop Ment Gambar 2.9 Penyelenggaraan simpul yang terintegrasi secara manual (Fisikal) 85

93 2.5.3 Proses Pengelolaan Basisdata Simpul Jaringan Proses pengelolahan data di Unit Produksi diawali dengan Survey atau pengadaan data kemudian melakukan pengolahan terhadap data tersebut seperti melakukan plotting, digitasi, georeferencing, koreksi geometri, koreksi radiometri, konversi dan transformasi. Pada setiap proses pengolah data dilakukan QC/QA untuk memperoleh data dengan kualitas yang dibutuhkan. Data dari hasil pengolahan yang telah melalui proses QC/QA dimasukkan ke dalam basisdata development kemudian diserahkan kepada kepada Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan untuk disimpan ke dalam basisdata produksi. Pada Unit Pengelolaan dan Penyebarluas data yang diterima dilakukan review oleh Reviewer. Review mencakup review terhadap edge matching, topologi, metadata, sistem referensi dan strkuktur KUGI. Jika memenuhi maka data disimpan ke dalam basisdata produksi oleh basisdata administrator (DB Admin). Sebagian data yang ada di basisdata produksi ada yang harus atau boleh disebarluaskan. Penentuan suatu data harus atau boleh dipublikasikan ditentukan oleh data owner. Data yang terpilih untuk dipublikasikan dimigrasikan dari basisdata produksi ke dalam basisdata publikasi oleh DB Admin. Gambar 5 di bawah memperlihatkan proses pengelolaan basisdata pada simpul jaringan. 86

94 Proses Pengelolaan Basisdata Simpul Jaringan Unit Produksi (SKPD/Direktorat) Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Start Survey/Pengadaan Data Review: Edge Matching Topology Metadata Reference System Struktur FDS Ya Raw Data Tidak Basisdata Produksi Pengolahan Data Plotting Digitasi Georeferencing Koreksi Geo/ Radio Konversi Transformasi QA Tidak QC/QA Data yang dipilih untuk dpublikasikan Ya Data Siap Pakai & Metadata Mapping & Representasi kedalam KUGI Basisdata Publikasi DB Development Gambar 2.10 Proses Pengelolaan Basisdata Simpul Jaringan 87

95 2.5.4 Actor dan Role Pada Simpul Jaringan Pada simpul jaringan terdapat personil (actor) yang melaksankan role-role terkait dengan pelaksanaan pengelolaan data geospasial pada simpul jaringan. Actor dan role tersebut seperti yang ada pada daftar tabel dibawah ini: Tabel 1. Actor dan Role pada Simpul Jaringan o Actor Keterangan dan Role Producer Peran yang merepresentasikan unit produksi (direktorat/skpd) yang melakukan pengolahan data geospasial Reviewer Peran pada Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan yang mereview kualitas data (Edge Matching,Topology, Metadata, Reference System dan Struktur KUGI) yang diperoleh dari producer sebelum disimpan kedalam basisdata produksi Data Owner Data owner adalah pemilik dari data yang merupakan sumber asal dari data dan berkewajiban untuk penyediaan data serta yang menentukan boleh tidaknya data untuk disebarluaskan DB Admin Peran pada Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan yang menyimpan data yang telah lolos uji dari reviewer kedalam basisdata produksi. Mengelola hak akses data yang tersimpan didalam basisdata produksi & basisdata publikasi. Memindahkan data yang diputuskan untuk dipublikasikan oleh Publisher dari Basisdata produksi kedalam basisdata publikasi. Melakukakan mapping dan penyesuaian data basisdata produksi sebelum disimpan kedalam basisdata publikasi Publisher Publisher adalah SDM yang memiliki tugas dalam mempublikasikan data dalam bentuk data GIS, GIS services, geoprocesing service, mengelola dan publikasi metadata dan item service. Publisher hanya mempublikasikan data yang telah disiapkan oleh data owner dalam geodatabase standar KUGI yang telah dilengkapi dengan metadatanya. Dataset yang dipublikasikan adalah data yang telah melalui proses quality control dan quality assurance (QC/QA) oleh data owner 88

96 User Internal User Public dan merupakan data yang sesuai dengan tupoksi dari masingmasing K/L dan Pemda (Provinsi, Kab/Kota). Publisher juga berperan sebagai Admin dari Geoportal yang meregister web services yang dikembangkan oleh user kedalam katalog dan metadata Geoportal User internal adalah user yang berada pada internal K/L dan Pemda (Provinsi, Kab/Kota) yang dapat mengakses dan menggunakan data dan service yang tersimpan pada basisdata produksi dan basisdata publikasi sesuai hak akses yang diberikan kepadanya User diluar internal K/L dan Pemda (Provinsi, Kab/Kota) yang mengakses dan mengkonsumsi data dan layanan (sesuai dengan hak akses yang diberikan) yang dipublikasikan oleh Publisher pada Simpul Jaringan Katalog Unsur Geografis Tujuan penyusunan katalog unsur geografis adalah untuk mempermudah pertukaran data dan pemanfaatan informasi geospasial digital antar pemangku kepentingan. Katalog unsur geografis meningkatkan diseminasi, berbagi-pakai, dan pemanfaatan data geografi melalui sebuah pemahaman yang lebih baik akan isi dan makna dari data tersebut. Jika antara penyedia dan pengguna data geografi memiliki suatu pemahaman yang sama akan fenomena dunia nyata yang direpresentasikan oleh data geografi, pengguna akan dapat menilai bahwa data yang tersedia sesuai dengan tujuannya. Unsur-unsur dan atribut-atribut dalam katalog ini merepresentasikan baik informasi spasial maupun informasi yang dianggap penting dalam sistem informasi geografis. Katalog unsur geografis dapat digunakan untuk pengembangan spesifikasi sistem aplikasi digital untuk mendukung dan memenuhi pertukaran data geospasial. Selain itu katalog ini dapat dimodifikasi dan diperbarui untuk menanggapi dinamika teknologi dan kepentingan pengembangan informasi geografi. Penambahan suatu unsur harus mengikuti aturan-aturan dan sesuai dengan ISO 19110, berikut ini aturan-aturan penambahan unsur dan atribut: a) nama unsur dan atribut seharusnya tepat dan tidak membingungkan; b) nilai atribut seharusnya dideskripsikan sendiri; c) unsur dan atribut seharusnya tidak memiliki nama yang sama; d) unsur dan atribut harus memiliki satu nama dan satu defenisi;setiap unsur harus memiliki nama yang unik, begitu pula dengan atribut harus memiliki nama yang unik; 89

97 e) suatu atribut yang sama dapat dimiliki oleh banyak unsur; f) suatu nama unsur atau atribut seharusnya tidak digunakan dalam deskripsi unsur atau atribut tersebut; g) suatu nama atau definisi unsur seharusnya tidak menyatakan bahwa suatu unsur adalah suatu area, titik atau garis; h) unsur seharusnya relatif permanen; i) unsur seharusnya tidak duplikasi antarkategori; j) semua nilai atribut adalah positif jika tidak dinyatakan sebaliknya; k) batas adalah suatu objek spasial atau informasi yang dianggap sebagai unsur garis dan bukan garis keliling atau bagian terluar dari suatu area atau unsur spasial; dan l) sistematika struktur skema pemberian kode seharusnya permanen. ISO merupakan standar internasional yang digunakan untuk mendefinisikan metodologi pengkatalogan tipe Unsur Geografis (ISO, 2005). Pada ISO dijelaskan metodologi pengklasifikasian tipe Unsur Geografis kedalam Katalog Unsur Geografis dan penyajian Katalog Unsur Geografis kepada pengguna data geospasial. Metode pengkatalogan tipe Unsur Geografis yang digunakan pada ISO adalah Metode Analisis Klasifikasi. Unsur geografis diklasifikasikan kedalam 12 kelas kesesuaian. 12 kelas kesesuaian tersebut secara umum disusun berdasarkan tiga kriteria berikut: 1. Eleman apa saja yang diperlukan dalam sebuah Katalog Unsur Geografis, seperti: a. Atribut unsur geografis? b. Atribut dan asosiasi antar unsur geografis? c. Atribut, asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada unsur geografis? 2. Apakah terdapat persyaratan untuk menghubungkan atribut, asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada unsur geografis terhadap sebuah atau beberapa unsur geografis? 3. Apakah terdapat persyaratan yang mengatur hubungan pewarisan dalam Katalog Unsur Geografis? Berdasarkan tiga kriteria tersebut, maka terdapat 5 (lima) macam Katalog Unsur Geografis yang dapat memenuhi ISO 19110, yaitu: 1. Katalog Unsur Geografis yang hanya memiliki elemen atribut unsur geografis 2. Katalog Unsur Geografis yang memiliki elemen atribut dan asosiasi antar unsur geografis 3. Katalog Unsur Geografis yang memiliki elemen atribut, asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada unsur geografis 4. Katalog Unsur Geografis yang mengikutkan persyaratan untuk menghubungkan elemen atribut, asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada unsur geografis terhadap sebuah atau beberapa unsur geografis 5. Katalog Unsur Geografis yang mengikutkan pengaturan hubungan pewarisan. 90

98 Dalam penyusunan Katalog Unsur Geografis berdasarkan ISO 19110, prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: 1. Katalog Unsur Geografis harus dapat merepresentasikan abstraksi dari dunia nyata melalui satu atau lebih kumpulan data geospasial 2. Klasifikasi tingkat terendah pada Katalog Unsur Geografis adalah Tipe Unsur Geografis 3. Katalog Unsur Geografis harus tersedia dalam format elektronik untuk setiap data geospasial yang terdiri atas Unsur Geografis. Terdapat pula persyaratan-persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh Katalog Unsur Geografis sebagai berikut: 1. Format nama: setiap tipe, atribut, asosiasi antar, peran asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada seluruh tipe Unsur Geografis harus teridentifikasi menggunakan nama yang unik. Apabila nama yang sama muncul lebih dari satu kali, maka definisi untuk setiap kejadian harus sama 2. Format definisi: definisi dari tipe, atribut, nilai yang terdapat pada atribut, asosiasi antar, peran asosiasi antar dan operasi yang dapat diterapkan pada Unsur Geografis harus dinyatakan dalam bahasa natural. Definisi tersebut harus dimasukkan kedalam Katalog, kecuali apabila pada Katalog tersebut terdapat sumber definisi yang terpisah 3. Persyaratan untuk tipe Unsur Geografis: setiap tipe Unsur Geografis harus teridentifikasi dengan sebuah nama yang didefinisikan dalam bahasa natural atau dengan kode alfanumerik yang unik, dimana setiap tipe Unsur Geografis dapat memiliki serangkaian nama lain. Katalog Unsur Geografis harus mengikutkan pula operasi yang dapat diterapkan pada setiap tipe Unsur Geografis serta atribut Unsur Geografis terkait, asosiasi antar Unsur Geografis serta peran asosiasi Unsur Geografis, apabila ada 4. Persyaratan untuk operasi yang dapat diterapkan pada Unsur Geografis: operasi yang dapat diterapkan pada Unsur Geografis, apabila ada, harus teridentifikasi dan didefinisikan untuk setiap tipe Unsur Geografis. Atribut Unsur Geografis yang terkait dengan setiap operasi yang dapat diterapkan pada Unsur Geografis harus terspesifikasi dengan baik mengingat setiap tipe Unsur Geografis akan dipengaruhi oleh operasi tersebut. Definisi tersebut harus tersedia dalam definisi menggunakan bahasa natural dan dapat dispesifikasi menggunakan bahasa fungsional 5. Persyaratan untuk atribut Unsur Geografis: atribut Unsur Geografis, apabila ada, harus teridentifikasi dan didefinisikan untuk setiap tipe Unsur Geografis. Definisi tersebut harus mengikutkan definisi dalam bahasa natural dan tipe data spesifik untuk nilai dari atribut. Setiap atribut Unsur Geografis dapat pula diidentifikasi menggunakan kode alfanumerik yang unik pada Katalog 6. Persyaratan untuk nilai yang terdapat pada atribut Unsur Geografis: nilai pada atribut Unsur Geografis, apabila ada, harus diberi label untuk setiap atribut Unsur Geografis. 91

99 Label harus unik dalan setiap atribut Unsur Geografis. Setiap nilai dapat diidentifikasi dengan kode alfanumerik yang unik pada atribut Unsur Geografis yang dimaksud 7. Asosiasi antar Unsur Geografis, apabila ada, harus diberi nama dan didefinisikan. Setiap asosiasi antar Unsur Geografis dapat pula diidentifikasi dengan kode alfanumerik yang unik pada Katalog. Nama dan peran tipe Unsur Geografis yang berpartisipasi dalam asosiasi tersebut harus terspesifikasi 8. Persyaratan untuk peran asosiasi: peran asosiasi, apabila ada, harus dinamai dan didefinisikan. Nama dari tipe Unsur Geografis yang memegang peran dan asosiasi dimana tipe Unsur Geografis tersebut berpartisipasi harus terspesifikasi Model Data Konseptual Katalog Selain memberikan spesifikasi terkait pendefinisian setiap elemen pada Katalog, ISO mendefinisikan pula hubungan antar elemen pada Katalog. Hubungan antar elemen pada ISO dinyatakan dalam model konseptual penyusunan Katalog Unsur Geografis. Lihat Gambar 3 untuk model konseptual pengkatalogan Unsur Geografis berdasarkan ISO Lihat pula Gambar 4 untuk konsep penyimpanan Tipe Unsur Geografis dalam Katalog Unsur Geografis. Gambar 2.11 Model Data konseptual pengkatalogan Unsur Geografis berdasarkan ISO

100 Gambar 2.12 Konsep pengkatalogan tipe Unsur Geografis berdasarkan ISO Geometri Unsur Geografis tidak direpresentasikan dalam Katalog Unsur Geografis namun akan mempengaruhi property type dari tipe Unsur Geografis Representasi Model Data Katalog Terdapat tiga macam model data yang terkait dengan pengkatalogan Unsur Geografis berdasarkan ISO Model-model data tersebut adalah Entitas dalam lingkup BasisdataSpasial, Data atau Layer dalam lingkup SIG dan tipe Unsur Geografis dalam lingkup Katalog Unsur Geografis. Setiap model data dapat berdiri sendiri dalam cakupannya masingmasing. Dengan memperhatikan hubungan antara Unsur Geografis dan model data yang ada, elemen Entitas pada BasisdataSpasial, Data atau Layer pada SIG dan tipe Unsur Geografis pada Katalog Unsur Geografis merupakan representasi Unsur Geografis pada masing-masing sistem pemodelan data. Hal ini mengingat konsep Entitas dan Data atau Layer tidak mengharuskan Unsur Geografis diklasifikasikan berdasarkan unit terkecilnya namun dapat pula berupa kumpulan dari beberapa Unsur Geografis yang memiliki karakteristik yang sama atau bahkan kumpulan dari beberapa kumpulan Unsur Geografis yang memiliki karakteristik yang sama. Gambar 5 menggambarkan korelasi model data Unsur Geografis dalam BasisdataSpasial, SIG dan Katalog Unsur Geografis. 93

101 Gambar 2.13 Korelasi model data Unsur Geografis dalam BasisdataSpasial, SIG dan Katalog Unsur Geografis dalam lingkup pengkatalogan Unsur Geografis 2.6 Tata Cara Penyusunan Skema Basisdata di K/L dan Pemda Langkah-Langkah Penyusunan Basisdata Simpul Langkah-langkah tata cara penyusunan basisdata untuk K/L dan Pemda adalah sebagaimana tergambar pada gambar 6 dibawah ini, yaitu: 1. Masing-masing SKPD /Direktorat melakukan analisa kebutuhan informasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Analisa kebutuhan informasi bisa ditelusuri dari deskripsi tugas masing-masing bidang, visi dan misi, serta rencana strategis, rencana jangka panjang, menengah dan program tahunan organisasi 2. Dari inventaris kebutuhan informasi umum yang diperoleh pada tahap 2 diturunkan kebutuhan informasi khusus geospasial dalam satuan area atau tema tema sesuai dengan area atau wilayah kerja organisasi. 3. Dari setiap tema yang diperoleh pada tahap 2 dilakukan indentifikasi kebutuhan feature class untuk mendukung tema tersebut. Untuk setiap feature class tentukan potensi ketersedian sumber data, representasi spasial feature class, akurasi, simbolisasi dan annotasi untuk memenuhi pemodelan, query dan atau aplikasi produk peta. 4. Untuk setiap feature class yang diperoleh pada tahap 3, terangkan spasial, atribut, namanama kolom data untuk class. Untuk setiap feature class spesifikasi rentang skala untuk representasi spasial, dan karenanya juga tipe object data spasial. Hal Ini akan menentukan apakah dibutuhkan beberapa dataset dengan resolusi berbeda untuk menampung layer tersebut?. Indentifikasi relasi diantara feature class 94

102 5. Setelah detil dari feature class dari tema dispesifikasikan kemudian dilakukan pengelompokan feature class kedalam dataset-dataset untuk pengorganisasian dan penyimpanan pada basisdata development pada unit produksi simpul 6. Setelah semua tema dispesifikasikan seperti pada langkah 5, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rancangan menjadi basisdata development dengan DBMS yang dipilih 7. Rancangan yang diperoleh pada langkah 6 diserahkan oleh setiap unit produksi di K/L atau pemda kepada unit pengelolaan dan publikasi untuk dipergunakan sebagai bahan untuk perancangan basisdata produksi simpul jaringan. Struktur data basisdata produksi mengikuti struktur SKPD dimana setiap SKPD memiliki satu dataset pada basisdata produksi. 8. Rancangan yang diperoleh pada 7 diimplementasikan dengan menggunakan DBMS yang dipilih dan setiap unsur dari unit produksi disimpan pada dataset yang bersesuaian dengan unit produksinya 9. Membuat rancangan basisdata publilkasi mengikuti struktur KUGI. Dimana dataset mengikut standar dataset KUGI. Dengan struktur KUGI maka akan diperoleh struktur data standar yang memudahkan pertukaran informasi baik antar simpul jaringan maupun masyarakat luas 95

103 Langkah-langkah penyusunan basisdata simpul Unit Produksi (SKPD/ Direktorat) Unit Pengelolaan dan Penyebarluasan Start Start Analisis kebutuhan informasi Rancangan struktur dataset basisdata produksi Indentifikasi thematic layers Implementasi rancangan basisdata produksi Indentifikasi feature classes Rincian feature clases Rancangan struktur dataset basisdata publikasi Implementasi rancangan strukur basisdata publikasi Stop Pengelompokan kedalam dataset Implementasi rancangan basisdata development Gambar 2.14 Langkah-langkah Penyusunan Basisdata Pada Simpul Jaringan Mekanisme Penambahan Unsur Baru KUGI Jika terdapat unsur baru yang perlu dipublikasikan dan unsur tersebut belum terakomodasi pada struktur KUGI pada basisdata publikasi yang sudah dibangun sebelumnya, maka berikut adalah mekanisme penambahan unsur tersebut kedalam struktur KUGI pada basisdata publikasi: 1. Mendefinsikan unsur baru seperti pada tahapan diatas (langkah-langkah penyusunan basisdata simpul) sampai dengan implementasi menjadi salah satu unsur pada dataset di basisdata produksi. 2. Jika unsur tersebut mau dipublikasikan (dipindahkan dari basisdata produksi ke dalam basisdata publikasi) maka unsur tesebut dipetakan kedalam salah satu dataset KUGI pada basisdata publikasi 3. Jika pada 2 tidak tesedia dataset KUGI yang sesuai maka buat dataset kategori baru di basisdata publikasi 96

104 4. Pengkodean unsur dan kategori sesuai dengan kodefikasi standar KUGI 5. Implementasikan unsur kedalam dataset yang telah ditentukan atau dibuat pada langkah sebelumnya Mendefinisikan unsur baru sampai menjadi unsur dari dataset pada basisdata produksi Maping unsur kedalam dataset KUGI pada basisdata publikasi Tersedia dataset yang sesuai? N Y Membuat dataset KUGI katagori baru pada basisdata produksi Kodefikasi katagori atau unsur sesuai dengan standar KUGI Implementasi unsur kedalam dataset KUGI pada basisdata publikasi Gambar 2.15 Mekanisme penambahan unsur baru KUGI pada simpul jaringan 2.7 Implementasi Skema Basis Data Basisdata penyelenggaraan simpul terdiri dari tiga jenis basisdata yaitu basisdata development, basisdata produksi dan basisdata publikasi. Implementasi skema basisdata publikasi mengacu pada KUGI Nasional, sedangkan basisdata produksi dan development mengacu pada KUGI dengan melakukan pangkategorian sesuai dengan tupoksi dari SKPD/OPD/dirjen yang ada di K/L/Pemda. 97

105 KUGI KUGI(K/L, Pemda) Gambar 2.16 Implementasi Skema Basisdata Untuk implementasi skema basisdata pada Pemda Provinsi/Kabupaten/Kota maka perlu dirancang struktur data baik di DB Production maupun struktur data DB Publication. Struktur Data pada DB Publication mengikuti struktur Katalog Unsur Geografis Indonesia (KUGI) nasional. Struktur data pada DB Production mengikuti tupoksi/kewalidataan dari SKPD/Direktorat/Dinas dimana setiap SKPD/Direktorat/Dinas memiliki satu dataset di DB Production. Struktur database pada DB Publication diilustrasikan pada Gambar 12 dibawah ini. Dengan struktur KUGI maka akan diperoleh struktur data standar yang memudahkan pertukaran informasi baik antar simpul jaringan maupun masyarakat luas. Gambar 11 mengilustrasikan struktur KUGI di DB Publication. 98

106 Gambar 2.17 Struktrur DB Production Pada Simpul Jaringan Gambar 2.18 Struktrur DB Publication Pada Simpul Jaringan 99

107 2.8 Migrasi Data Migrasi data ke dalam data KUGI pada dasarnya adalah migrasi data dari basisdata development yang berada pada unit produksi di K/L/ dan Pemda (Kabupaten, Kota dan Provinsi) ke dalam basisdata produksi. Sebagaimana kita lihat pada pada Gambar 11. struktur basisdata produksi, masing-masing Dirjen/SKPD/OPD disediakan satu kontainer data berupa Dataset yang pada implementasinya namanya disesuaikan dengan kategori/tema data yang menjadi tupoksi dari Dirjen/SKPD/OPD. Feature classes atau layers dari Dirjen/SKPD/OPD akan disimpan ke Dataset masing-masing Dirjen/SKPD/OPD di basisdata produksi. Gambar 2.18 Struktur untuk basisdata publikasi memperlihatkan bahwa struktur datanya dirancang sesuai dengan struktur data KUGI, dimana setiap Dataset merepresentasikan Kategori KUGI. Oleh karenanya diperlukan migrasi data dari DB Production ke Basisdata publikasi (Struktur KUGI). Adapun langkah-langkah untuk melakukan migrasi data diantaranya: 1. Langkah Persiapan, yang meliputi: a. Shapefile (atau kumpulan shapefile) yang akan dimigrasikan. b. Skema atribut shapefile c. Skema KUGI yang digunakan d. File Mapping Matrix e. Perangkat lunak pembantu, seperti Microsoft Excel 2. Membandingkan skema shapefile dengan skema KUGI. Sebelum kita mulai memulai pemetaan skema, kita perlu tahu terlebih dahulu skema shapefile dan kemudian membandingkannya dengan skema KUGI. 3. Mapping Matrix Mapping matrix digunakan untuk memetakan skema sumber (.shp) ke skema tujuan (KUGI). 4. Menggunakan tools untuk melakukan migrasi data, misalnya tool Load Data yang ada pada ArcGIS. 5. Menyusun standar unsur Katalog Geografi Indonesia di Simpul Jaringan K/L/Pemda terkait walidata yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri/Kepala Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota Contoh Implementasi Skema Basisdata Berikut ini diberikan contoh-contoh penerapan skema basisdata untuk masing-masing tingkatan mulai tingkat Kementerian/Lembaga, Pemda (Provinsi, Kabupaten, Kota). Implementasi skema basisdata pada simpul diberikan baik untuk basisdata produksi maupun untuk basisdata publikasi. 100

108 Provinsi Kalimantan Timur Pemerintahan daerah Provinsi Kalimantan Timur digunakan sebagai contoh untuk implementasi skema basisdata pada tingkat provinsi. Adapun langkah-langkah untuk membangun skema basisdata simpul jaringan di Provinsi Kalimantan Timur adalah: 1. Melakukan inventarisasi terhadap dinas-dinas (unit produksi) yang ada di Provinsi Kalimantan Timur, kemudian melalukan analisis kewalidataan yang ditelusuri dari deskripsi tugas masing-masing bidang, visi dan misi, serta rencana strategis, rencana jangka panjang, menengah dan program tahunan organisasi. Tabel 2. Inventarisasi Dinas-dinas dan kewalidataanya No Dinas-dinas di Provinsi Kalimantan Timur Walidata 1 Dinas Perkebunan Perkebunan 2 Dinas Peternakan Peternakan 3 Dinas Kelautan & Perikanan Kelautan & Perikanan 4 Dinas Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah 5 Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kebudayaan & Pariwisata 6 Dinas Kehutanan Kehutanan 7 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pertanian 8 Dinas Pertambangan & Energi Pertambangan & Energi 9 Dinas Pekerjaan Umum Pekerjaan Umum 10 Dinas Perhubungan Perhubungan 11 Dinas Sosial Sosial 12 Dinas Kesehatan Kesehatan 13 Dinas Perindagkop Dan Umkm Perindustrian Perdagangan dan Koperasi 14 Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Tenaga Kerja & Transmigrasi 15 Dinas Pendidikan Pendidikan 16 Dinas Komunikasi Dan Informatika Komunikasi Dan Informatika 17 Dinas Pemuda Dan Olahraga Pemuda Dan Olahraga 18 Bappeda Perencanaan 19 Badan Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup 20 Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kebencanaan 21 Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Pedalaman Dan Daerah Tertinggal Perbatasan 2. Dari setiap tema yang diperoleh pada tahap 1 dilakukan indentifikasi kebutuhan kategori dan fitur layer. Kategori mengacu pada kewalidataan yang dimiliki oleh setiap Dinas di Provinsi Kalimantan Timur, sedangkan fitur layer berasal dari fitur layer yang terdapat pada KUGI 101

109 Tabel 3. Kategori dan Fitur Layer No Walidata Kategori Fitur Layer 1 Perkebunan Perkebunan AGRIKEBUN_AR, KAWASANKEBUN_AR, dll 2 Kelautan & Perikanan Perikanan Kelautan ATOL_AR, BATUKARANG_AR, dll 3 Kebudayaan & Pariwisata Kebudayaan & Pariwisata BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT, dll 4 Kehutanan Kehutanan DASUNGAI_AR, FAUNA_AR, FAUNA_PT, dll 5 Pertanian Pertanian AGRILADANG_AR, AGRISAWAH_AR, dll 6 Pertambangan & Energi Pertambangan & Energi BATUBARA_AR, BATUMULIA_AR, dll 7 Perhubungan Perhubungan ADVAIRSPACE_AR, ADVAIRSPACE_LN, dll 8 Sosial Sosial MAKAM_AR, MAKAM_PT, dll 9 Kesehatan Kesehatan KESEHATAN_AR, KESEHATANA_PT, dll 10 Perindustrian Perdagangan Perindustrian Perdagangan INDUSTRI_AR, INDUSTRI_PT, dan Koperasi dan Koperasi dll 11 Pendidikan Pendidikan PENDIDIKAN_AR, PENDIDIKAN_PT, dll 12 Komunikasi Dan Informatika Komunikasi Dan KABELTELPON_LN, Informatika KABELTELEKOM_LN, dll 13 Pemuda Dan Olahraga Pemuda Dan Olahraga ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT, dll 14 Perencanaan Perencanaan DUKUNGDIKEMBANG_AR, DUKUNGDIKERJAKAN_AR, dll 15 Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup BIOMASSA_PT, EROSI_AR, dll 16 Kebencanaan Kebencanaan BADAITROPIS_AR, BADAITROPIS_LN, dll 17 Perbatasan Perbatasan ADMINDESA_LN, ADMINISTRASI_LN, dll 3. Implementasi Skema Basisdata Langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi skema basisdata produksi dengan mengacu pada pengkategorian dan fitur layer yang telah dibuat pada langkah 2. Masing-masing kategori terdiri dari beberapa skala 100K, 10K, 250K, 25K, 50K dan 5K (Gambar 13). Skema basisdata publikasi mengacu pada Katalog Unsur Geografis Indonesia (KUGI) (Gambar 2.19). 102

110 DB Production (Kaltim.gdb) 100 K 10 K 250 K Perkebunan PerikananKelautan KebudayaanPariwisat Kehutanan Pertanian AGRIKEBUN_AR, KAWASANKEBUN_AR ATOL_AR, BATUKARANG_AR BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT DASUNGAI_AR, FAUNA_AR, 5 K Pertambangan FAUNA_PT AGRILADANG_AR, AGRISAWAH_AR FAUNA_PT BATUBARA_AR, BATUMULIA_AR Perbatasan ADMINDESA_LN, ADMINISTRASI_LN Gambar 2.19 Implementasi Skema Basisdata Produksi (DB Production) di Provinsi Kalimantan Timur Gambar 2.20 Contoh Skema Basisdata Produksi (DB Production) di Provinsi Kalimantan Timur 103

111 DB Publication (Kaltim.gdb) 100 K 10 K BatasWilayah DatasetKhusus Geologi ADMINDESA_AR, ADMINISTRASI_LN BADAITROPIS_AR, BENCANA_AR, BENCANA_PT BATUBARA_AR, BATUMULIA_AR 250 K Hidrografi Hipsografi AIRJERAM_AR, AIRJERAM_PT BUKITBATU_PT, BUKITBATU_AR 5 K Kadaster Lingkungan Terbangun ReferensiSpasial BIDANGTANAH_LN, ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT Tanah Toponimi Transportasi Utilitas Vegetasi AGRIKEBUN_AR, AGRILADANG_AR Gambar 2.21 Implementasi Skema Basisdata Publikasi (DB Publishing) di Provinsi Kalimantan Timur Gambar 2.22 Contoh Skema Basisdata Publikasi (DBPublishing) di Provinsi Kalimantan 104

112 Kabupaten Sleman Pemerintahan daerah Kabupaten Sleman digunakan sebagai contoh untuk implementasi skema basisdata pada tingkatan kabupaten. Adapun langkah-langkah untuk membangun skema basisdata simpul jaringan di Kabupaten Sleman adalah: 1. Melakukan inventarisasi terhadap dinas-dinas (unit produksi) yang ada di Kabupaten Sleman, kemudian melalukan analisis kewalidataan yang ditelusuri dari deskripsi tugas masing-masing bidang, visi dan misi, serta rencana strategis, rencana jangka panjang, menengah dan program tahunan organisasi. Tabel 4. Inventarisasi Dinas dan Kewalidataan di Kabupaten Sleman No Dinas/Badan di Kabupaten Sleman Walidata 1 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Perencanaan & Pembangunan Daerah 2 BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH Kepegawaian 3 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Kebencanaan 4 DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Kebudayaan Pariwisata 5 DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL Kependudukan 6 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Pendidikan Pemuda dan Olahraga 7 DINAS KESEHATAN Kesehatan 8 DINAS PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Daerah 9 DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH Keuangan dan Aset Daerah 10 DINAS PENGENDALIAN PERTANAHAN DAERAH Pertanahan Daerah 11 DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN Komunikasi dan INFORMATIKA Informatika 12 BADAN KELUARGA BERENCANA PEMBERDAYAAN Keluarga Berencana MASYARAKAT DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan 3 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP Lingkungan Hidup 14 KANTOR PENANAMAN, PENGUATAN PENYERTAAN Penanaman, Penguatan MODAL Penyertaan Modal 15 DINAS TENAGAKERJA DAN SOSIAL Tenagakerja Dan Sosial 16 DINAS PASAR Pasar 17 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN Perindustrian Perdagangan KOPERASI Dan Koperasi 18 DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan 19 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN Pekerjaan Umum Dan Perumahan 20 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 21 DINAS SUMBERDAYA AIR ENERGI DAN MINERAL Sumberdaya Air Energi Dan Mineral 22 SEKRETARIAT DAERAH Sekretariat Daerah 105

113 2. Dari setiap tema yang diperoleh pada tahap 1 dilakukan indentifikasi kebutuhan kategori dan fitur layer. Kategori mengacu pada kewalidataan yang dimiliki oleh setiap Kabupaten Sleman, sedangkan fitur layer berasal dari fitur layer yang terdapat pada KUGI. Tabel 5. Kategori dan Fitur Layer di Kabupaten Sleman No Walidata Kategori Fitur Layer 1 Perencanaan & Perencanaan & Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah 2 Kepegawaian Kepegawaian DUKUNGDIKEMBANG_AR, DUKUNGDIKERJAKAN_AR 3 Kebencanaan Kebencanaan DATAGEMPABUMI_AR, DATAGEMPABUMI_PT 4 Kebudayaan Pariwisata Kebudayaan Pariwisata BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT 5 Kependudukan Kependudukan 6 Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pendidikan Pemuda dan Olahraga ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT 7 Kesehatan Kesehatan KESEHATAN_AR, KESEHATAN_PT 8 Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah 9 Keuangan dan Aset Keuangan dan Aset Daerah Daerah 10 Pertanahan Daerah Pertanahan BIDANGTANAH_LN, BIDANGTANAHFISIK_AR 11 Komunikasi dan Informatika Komunikasi dan Informatika KANTORPOS_PT, KANTORTELPON_PT 12 Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan 3 Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup BIOMASSA_PT, EROSI_AR 14 Penanaman, Penguatan Penanaman, Penguatan Penyertaan Modal Penyertaan Modal 15 Tenagakerja Dan Sosial Sosial SOSIAL_AR, SOSIAL_PT 16 Pasar Pasar 17 Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi 18 Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan INDUSTRI_AR, INDUSTRI_PT, NIAGA_AR, NIAGA_PT KAWASANHUTAN_AR, BUDIDAYALAUT_AR, AGRILADANG_AR IRIGASI_LN, JALAN_LN 19 Pekerjaan Umum Dan Perumahan Pekerjaan Umum dan Perumahan 21 Sumberdaya Air Energi Pertambangan BATUBARA_AR, Dan Mineral BATUMULIA_AR 22 Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah ADMINDESA_AR, ADMINPROVONSI_AR 3. Langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi skema basisdata produksi dengan mengacu pada pengkategorian dan fitur layer yang telah dibuat pada langkah 2. Masing- 106

114 masing kategori terdiri dari beberapa skala 100K, 10K, 250K, 25K, 50K dan 5K (Gambar 19). Skema basisdata publikasi mengacu pada Katalog Unsur Geografis Indonesia (KUGI DB Production (Kab.Sleman) 100 K 10 K 250 K 5 K PerencanaanPembangu nandaerah Kepegawaian Kebencanaan KebudayaanPariwisata Kependudukan Pendidikan Pemuda dan Olahraga DUKUNGDIKEMBANG_AR, DUKUNGDIKERJAKAN_AR DATAGEMPABUMI_AR, DATAGEMPABUMI_PT BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT Kesehatan PendapatanDaerah KESEHATAN_AR, Keuangan dan Aset Daerah BIDANGTANAH_LN,BIDANGTAN AHFISIK_AR Pertanahan KomunikasiInformatika KANTORPOS_PT, SekretariatDaerah ADMINDESA_AR, ADMINPROVONSI_AR Gambar 2.23 Implementasi Skema Basisdata Produksi (DB Production) di Kabupaten Sleman DB Publication (Kab. Sleman) 100 K 10 K BatasWilayah DatasetKhusus Geologi ADMINDESA_AR, ADMINISTRASI_LN BADAITROPIS_AR, BENCANA_AR, BENCANA_PT BATUBARA_AR, 250 K Hidrografi AIRJERAM_AR, AIRJERAM_PT Hipsografi BUKITBATU_PT, 5 K Kadaster LingkunganTerbang un ReferensiSpasial BIDANGTANAH_LN, BIDANGTANAHFISIK_AR ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT Tanah Toponimi Transportasi Utilitas Vegetasi AGRIKEBUN_AR, Gambar 2.24 Implementasi Skema Basisdata Publikasi (DB Publishing) di Kabupaten Sleman 107

115 Kota Bogor Pemerintahan daerah Kota Bogor digunakan sebagai contoh untuk implementasi skema basisdata pada tingkatan kota. Adapun langkah-langkah untuk membangun skema basisdata simpul jaringan di Kabupaten Kota Bogor adalah: 1. Melakukan inventarisasi terhadap dinas-dinas (unit produksi) yang ada di Kota Bogor, kemudian melalukan analisis kewalidataan yang ditelusuri dari deskripsi tugas masingmasing bidang, visi dan misi, serta rencana strategis, rencana jangka panjang, menengah dan program tahunan organisasi. Tabel 6. Inventarisasi Dinas dan Kewalidataan di Kota Bogor No Dinas/Badan di Kabupaten Sleman Walidata 1 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2 Dinas Kesehatan Kesehatan 3 Dinas Pendidikan Pendidikan 4 Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi 5 Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 6 Dinas Binamarga dan Sumberdaya Air Binamarga dan Sumberdaya Air 7 Dinas Pengawasan Bangunan dan Pemukiman Pengawasan Bangunan dan Pemukiman 8 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kebudayaan dan Pariwisata 9 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kebersihan dan Pertamanan 10 Dinas Pertanian Pertanian 11 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Perindustrian dan Perdagangan 12 Dinas Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah 13 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah 14 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 15 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan PM Pelayanan Perizinan Terpadu dan PM 16 Badan PMKB PMKB 17 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup 18 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 19 Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Arsip dan Perpustakaan Daerah 20 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kesatuan Bangsa dan Politik 21 Kantor Kominfo Kominfo 22 Kantor Ketahanan Pangan Ketahanan Pangan 23 Kantor Pemuda dan Olahraga Pemuda dan Olahraga 24 Kantor Koperasi dan UMKM Koperasi dan UMKM 24 Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah 108

116 2. Dari setiap tema yang diperoleh pada tahap 1 dilakukan indentifikasi kebutuhan kategori dan fitur layer. Kategori mengacu pada kewalidataan yang dimiliki oleh setiap Kota Bogor, sedangkan fitur layer berasal dari fitur layer yang terdapat pada KUGI. Tabel. Kategori dan Fitur Layer di Kota Bogor No Walidata Kategori Fitur Layer 1 Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kependudukan Pencatatan Sipil 2 Kesehatan Kesehatan KESEHATAN_AR, KESEHATAN_PT 3 Pendidikan Pendidikan PENDIDIKAN_AR, PENDIDIKAN_PT 4 Tenaga Kerja, Sosial dan Tenaga Kerja, Sosial SOSIAL_AR, SOSIAL_PT Transmigrasi Transmigrasi 5 Lalu Lintas dan Angkutan Lalu Lintas Angkutan Jalan TERMINALBUS_AR Jalan 6 Binamarga dan Binamarga Sumberdaya Air IRIGASI_LN, JALAN_LN, Sumberdaya Air 7 Pengawasan Bangunan dan Pemukiman Pengawasan Bangunan dan Pemukiman 8 Kebudayaan dan Pariwisata Kebudayaan Pariwisata BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT 9 Kebersihan dan Kebersihan Pertamanan Pertamanan 10 Pertanian Pertanian AGRILADANG_AR 11 Perindustrian dan Perdagangan Perindustrian Perdagangan 12 Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah INDUSTRI_AR, INDUSTRI_PT, NIAGA_AR, NIAGA_PT 3 Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan Pembangunan Daerah 14 Kepegawaian, Pendidikan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan dan Pelatihan 15 Pelayanan Perizinan Pelayanan Perizinan Terpadu dan PM Terpadu dan PM 16 PMKB PMKB 109 DUKUNGDIKEMBANG_AR, DUKUNGDIKERJAKAN_AR 17 Pengelolaan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan BIOMASSA_PT, EROSI_AR Hidup Hidup 18 Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah KAWASANHUTAN_AR, BUDIDAYALAUT_AR, 19 Arsip dan Perpustakaan Daerah Arsip dan Perpustakaan Daerah 21 Kesatuan Bangsa dan Politik Kesatuan Bangsa dan Politik 22 Kominfo Kominfo KANTORPOS_PT, KANTORTELPON_PT 23 Ketahanan Pangan Ketahanan Pangan

117 No Walidata Kategori Fitur Layer 24 Pemuda dan Olahraga Pemuda Olahraga ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT 25 Koperasi dan UMKM Koperasi dan UMKM 26 Sekretariat Daerah Sekretariat Daerah ADMINDESA_AR, ADMINPROVONSI_AR 3. Langkah selanjutnya adalah melakukan implementasi skema basisdata produksi dengan mengacu pada pengkategorian dan fitur layer yang telah dibuat pada langkah 2. Masingmasing kategori terdiri dari beberapa skala 100K, 10K, 250K, 25K, 50K dan 5K (Gambar 21). Skema basisdata publikasi mengacu pada Katalog Unsur Geografis Indonesia (KUGI) (Gambar 22). 110

118 DB Production (Kota Bogor) 100 K 10 K Kesehatan Pendidikan KESEHATAN_AR, KESEHATAN_PT PENDIDIKAN_AR, 250 K TenagaKerjaSosialT ransmigrasi SOSIAL_AR, SOSIAL_PT Lalu Lintas Angkutan Jalan TERMINALBUS_AR 5 K Binamarga Sumberdaya Air IRIGASI_LN, JALAN_LN, Kebudayaan Pariwisata BANGUNANBUDAYA_AR, BANGUNANBUDAYA_PT Pertanian Perindustrian Perdagangan Perencanaan Pembangunan Daerah dan INDUSTRI_AR, INDUSTRI_PT, NIAGA_AR, NIAGA_PT SekretariatDaerah ADMINDESA_AR, ADMINPROVONSI_AR Gambar 2.25 Implementasi Skema Basisdata Produksi (DB Production) di Kota Bogor DB Publication (Kota Bogor) 100 K 10 K 250 K BatasWilayah DatasetKhusus Geologi Hidrografi Hipsografi ADMINDESA_AR, ADMINISTRASI_LN BADAITROPIS_AR, BENCANA_AR, BENCANA_PT BATUBARA_AR, AIRJERAM_AR, AIRJERAM_PT BUKITBATU_PT, 5 K Kadaster LingkunganTerbang un ReferensiSpasial BIDANGTANAH_LN, BIDANGTANAHFISIK_AR ARENAOLAHRAGA_AR, ARENAOLAHRAGA_PT Tanah Toponimi Transportasi Utilitas Vegetasi AGRIKEBUN_AR, Gambar 2.26 Implementasi Skema Basisdata Publikasi (DB Publishing) di Kota Bogor 111

119 BAB 3 TOOLS UNTUK ANALISA DATA.

120 3.1. Persiapan Data Terkadang data yang diperoleh berasal dari berbagai macam sumber dan proses pengerjaan. Untuk itu pada ArcGIS disediakan Toolbox yang dapat digunakan untuk konversi data, analisis data maupun pengolahan data Import Data dari Geodatabase Selain melalui proses digitasi dan import dari access database, pada Toolbox juga terdapat fitur untuk meng-import shapefile dari geodatabase menjadi single data. Berikut tahapan untuk konversi data dari geodatabase menjadi shapefile: 1. Buatlah folder untuk menyimpan hasil konversi di komputer. 2. Buka Toolbox pada ArcCatalog atau ArcMap. 3. Pilih fitur Conversion Tool. 4. Pilih To Shapefile. 5. Klik script Feature Class To Shapefile. 6. Anda dapat memilih lebih dari satu data feature class dari geodatabase. 7. Pada output folder, cari folder yang telah anda buat sebelumnya dengan memilih folder tujuan anda. 8. Klik Ok. Gambar 3.1 Tool multiple Feature Class To Shapefile untuk melakukan konversi lebih dari satu data 113

121 Menggabungkan Data (Merge) Merge adalah menggabungkan beberapa input features yang berbeda dengan tipe data yang sama menjadi satu. Input data features-nya bisa berupa point, polyline dan polygon. Tool merge juga terdapat dalam Toolbox. Data untuk latihan terdapat pada folder Bab III (Persiapan Data). Langkah-langkah untuk melakukan penggabungan data adalah sebagai berikut. 1. Buka ArcMap bisa juga dibuka melalui ArcCatalog,ArcScene dan ArcGlobe. 2. Setelah program dijalankan, klik ikon ArcToolbox atau klik ganda Toolboxes-> System Toolboxes pada jendela Catalog. 3. Jika jendela ArcToolbox muncul atau daftar Toolboxes sudah terbuka pilih Data Management Tools General Merge Gambar 3.2 Letak Tool Merge dalam ToolBox 114

122 4. Klik Merge pada Toolbox, akan muncul jendela seperti gambar 3.3. Gambar 3.3 Jendela fungsi Merge 5. Untuk memulai menggabungkan, masukan features yang akan digabungkan seperti pada gambar 3.4. Gambar 3.4 Input data untuk digabungkan 6. Setelah input features maka harus tentukan folder untuk menyimpan hasil penggabungan tersebut. Gambar 3.5 Output data Sekarang kita akan mencoba merge data batas administrasi Aceh Jaya dan Aceh Besar. 115

123 1. Pilih Data Manajement Tools General Merge dari Toolbox. Gambar 3.6 Letak tool Merge dalam ArcToolbox (dalam lingkaran merah) 2. Masukkan features yang akan digabungkan, isi Input Dataset dengan batas administras Aceh Besar ( AcehBesar.shp ) dan Aceh Jaya ( AcehJaya.shp ). Pada Output Dataset tentukan tempat atau folder hasil dari penggabungan dan beri nama untuk features yang akan dihasilkan. Pada Field Map (optional) nilainya tetap tidak dirubah. 116

124 Gambar 3.7 Jendela tool Merge serta input dan output-nya 3. Jika prosesnya sudah selesai, maka kedua batas administrasi tersebut akan tergabung dalam satu features, seperti tampak dalam gambar 3.8. Gambar 3.8 Hasil penggabungan kabupaten Aceh Besar dan kabupaten Aceh Jaya 117

125 Menggabungkan Data Dalam Satu Kelas (Dissolve) Dissolve adalah fungsi untuk mengabungkan features dalam polygon yang memiliki nilai attribut atau kelas yang sama. Ilustrasi dari fungsi ini dapat dilihat pada gambar Gambar 3.9 Ilustrasi fungsi dissolve Sekarang kita akan mencoba untuk melakukan proses dissolve. Data yang digunakan adalah Geologi_Sabang.shp seperti tampak pada gambar Data ini terdapat dalam folder Data Bab III(Persiapan Data). Gambar 3.10 Tampilan data geologi Pulau Sabang Pada data tersebut seperti ditampilkan dalam gambar 3.10 terlihat bahwa masingmasing warna memiliki beberapa area meskipun berada dalam kelas yang sama. Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan proses dissolve. 1. Klik ikon ArcToolbox. ArcToolbox atau klik ganda Toolboxes-> System Toolboxes pada jendela Catalog 118

126 2. Setelah Toolbox muncul (melalui ikon ArcToolBox atau jendela Catalog), kemudian pilih Data Management Tools Generalization Dissolve, seperti pada gambar Gambar 3.11 Letak tool Dissolve dalam Toolbox (dalam lingkaran) 3. Klik dua kali pada Dissolve, maka akan muncul kotak dialog dissolve seperti gambar Gambar 3.12 Jendela fungsi dissolve 4. Pada kotak Input Features masukkan data yang akan di-dissolve. Kemudian secara otomatis pada kotak Output Feature Class akan muncul nama feature baru dan lokasi direktori dimana data hasil dissolve akan disimpan. Nama feature dan lokasi penyimpanan tersebut dapat diganti sesuai dengan keinginan. 119

127 Gambar 3.13 Jendela fungsi dissolve serta data input dan output-nya 5. Pada kotak Dissolve_Field(s) (optional), ceklist field yang akan di-dissolve, kemudian klik OK. Biarkan mesin bekerja, dan setelah selesai akan muncul feature hasil proses dissolve. Sekarang bisa dibandingkan feature sebelum dan sesudah dissolve seperti ditunjukkan pada gambar SEBELUM SESUDAH Gambar 1.14 Tampilan sebelum dan sesudah dissolve 3.2. Ekstrak Data (Extract) Tools yang dikelompokkan Extract bertujuan untuk membuat data baru dengan mengekstrak input data (shapefile, features dan attribute dalam suatu feature class atau tabel) berdasarkan perpotongan spasial atau pencarian (query) atribut. Tools yang termasuk dalam kelompok Extract di antaranya adalah Clip, Select, dan Split. 120

128 Memotong Data (Clip) Clip adalah memotong suatu features atau shapefile dengan features lainnya. Clip juga bisa untuk memotong data raster. Untuk data vektor, feature yang digunakan dalam clip adalah polygon. Selanjutnya feature polygon akan memotong polyline dan point. Data attribut yang dihasilkan dari clip akan sama dengan data yang asli. Koordinat sistem juga akan mengikuti data yang sebelumnya. Data untuk latihan terdapat pada folder Bab III(Persiapan Data). Untuk memulai tool Clip adalah sebagai berikut : 1. Buka ArcMap bisa juga dibuka melalui ArcCatalog,ArcScene dan ArcGlobe. 2. Setelah program dijalankan klik ikon ArcToolbox. Gambar 3.15 Ikon ArcToolbox (dalam lingkaran) Dalam ArcMap, Toolbox bisa juga dibuka melalui jendela Catalog. Untuk itu jendela Catalog harus dibuka terlebih dahulu jika belum terbuka. Gambar 3.16 Ikon jendela Catalog (dalam lingkaran) Toolbox akan terdapat di bawah Folder Connection. Klik ganda pada tulisan oolboxes untuk membuka. Senjutnya klik ganda pada System Toolboxes untuk membuka Tools yang tersedia dalam Toolbox. Dalam modul ini selanjutnya Toolbox akan dibuka melalui jendela Catalog. 121

129 Gambar 3.17 Membuka Toolbox melalui jendela Catalog 3. Jika jendela ArcToolbox sudah aktif atau daftar Toolboxes sudah terbuka, pilih Analysis Tools Extract Clip Gambar 3.18 Letak Clip tool dalam jendela ArcToolbox 122

130 Gambar 3.19 Letak Clip tool dalam jendela Catalog 4. Pada tampilan jendela Clip ada beberapa field yang harus diisi seperti Input Features, Clip Features dan Output Features Class. Untuk nilai Cluster Tolerance (optional) diisi untuk mengurangi nilai error pada hasil clip/potongan. Gambar 3.20 Jendela Clip Input Features diisi dengan data vektor yang akan dipotong. Clip Features diisi dengan data vektor untuk memotong vektor dalam input features Output Features Class menentukan folder tempat penyimpanan hasil dari potongan feature. 123

131 Berikut kita akan mencoba memotong data jalan Nanggroe Aceh Darussalam dengan batas kabupaten Aceh Besar. Gambar 3.21 Tampilan data jalan provinsi Aceh dan wilayah kabupaten Aceh Besar 1. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolBox atau jendela Catalog), lalu pilih analysis tools extract clip Gambar 3.22 Jendela tool clip akan muncul setelah dipilih melalui Toolbox. 124

132 2. Masukkan features yang akan dipotong, isi Input Features dengan Jalan_NAD. Pada Clip Features otomatis akan memilih features yang berupa polygon yaitu Aceh Besar. Pada Output Features Class tentukan tempat atau folder hasil dari clip features dan beri nama untuk features yang akan dihasilkan. Untuk XY Cluster Tolerance (optional) dibiarkan dalam pilihan unknown. Kemudian klik OK untuk memulai perintah clip. Gambar 3.23 Jendela tool clip dengan input dan output datanya 3. Setelah selesai perintah clip. Hasilnya adalah Jalan provinsi Aceh yang terdapat dalam batas administrasi Aceh Besar seperti gambar

133 Gambar 3.24 Jalan provinsi Aceh dalam wilayah kabupaten Aceh Besar Memilih Data (Select) Tool Select berfungsi untuk memilih obyek-obyek yang dari suatu shapefile atau feature class dengan menggunakan perintah query kemudian menyimpan obyek-obyek yang terpilih sebagai shapefile atau feature class yang baru. Berikut ini akan ditunjukkan penggunaan Tool Select untuk membuat shapefile baru dari shapefile yang berisi desa-desa yang ada di Kota Sabang. Shapefile yang baru hanya memuat Kecamatan Sukajaya beserta desa-desa di kecamatan yang bersangkutan. 1. Buka ArcMap dan pilih Blank Map sebagai Template peta. 2. Tambahkan shapefile Adm-Sabang. Atur tampilannya agar tampak seperti Gambar

134 Gambar 3.25 Peta Administratif Kota Sabang. 3. Aktifkan Toolbox, melalui ikon ArcToolBox atau jendela Catalog (jika belum aktif), lalu pilih Analysis Tools Extract Select, seperti ditunjukkan Gambar Gambar 3.26 Jendela Select dan letak Select Tools pada Toolbox. 4. Pada tampilan jendela Select ada beberapa field yang harus diisi seperti Input Features dan Output Features Class, sedangkan Expression bersifat pilihan (Optional). 1. Input Features diisi dengan sumber data vektor yang akan dipilih dan disalin. 2. Output Features Class diisi dengan nama shapefile atau feature class yang akanmenyimpan hasil dari Tool. 3. Expression diisi dengan perintah query untuk memilih obyek-obyek yang akan disalin dari Input Features. Obyek-obyek tersebut dipilih berdasarkan atributnya. 127

135 Untuk memasukkan perintah query, klik ikon yang terdapat di sebelah kanan field Expression sehngga muncul kotak dialog Query Builder seperti Gambar Isilah perintah query sebagaimana melakukan Select By Attribute. Gambar 3.27 Kotak dialog Query Builder yang telah terisi. 5. Untuk contoh ini, isi field-field pada jendela Select sebagai berikut: Input Features: Adm_Sabang (Pilih dari dropdown list yang disediakan) Output Features: Adm_Sabang_Select (SImpan di folder Hasil) Expression: KECAMATAN = SUKAJAYA (isi melalui kotak dialog Query Builder) Jendela Select yang telah terisi tampak seperti Gambar Gambar 3.28 Kotak Dialog Select yang telah terisi. 128

136 6. Klik OK pada jendela Select yang telah terisi untuk menjalankan Tool Select. 7. Hasil Tool Select pada contoh ini adalah sebuah shapefile baru yang hanya memuat polygon dari batas Kecamatan Sukajaya beserta desa-desanya, seperti ditunjukkan pada Gambar Gambar 3.29 Shapefile baru hasil Tool Select Membagi Data (Split) Split membagi feature masukan menjadi beberapa feature sesuai dengan bagian (zona) dari feature pembagi yang bertindih dengan feature masukan.jumlah feature keluaran yang dihasilkan adalah sesuai dengan banyaknya nilai atribut berbeda dari feature pembagi yang bertindihan dengan feature masukan. Masing-masing feature yang dihasilkan akan diberi nama menurut nilai yang unik dari atribut feature pembagi. Feature pembagi haruslah berupa polygon. Tabel atribut dari feature keluaran akan berisi kolom yang sama dengan feature masukan. Latihan berikut akan menunjukkan penggunaan Tool Split untuk membagi peta geologi Sabang menjadi dua feature class atau shapefile menurut batas kecamatan di Kota Sabang. 1. Buka ArcMap dan pilih Blank Map sebagai Template peta. 2. Tambahkan shapefile Geologi_Sabang_Dissolve dan Adm-Sabang. Atur tampilannya agar tampak seperti Gambar

137 Gambar 3.30 Tampilan data geologi dan administrasi Pulau Sabang. 3. Aktifkan Toolbox, melalui ikon ArcToolBox atau jendela Catalog (jika belum aktif), lalu pilih Analysis Tools Extract Split, seperti ditunjukkan Gambar Gambar 3.31 Jendela Split dan letak Split Tools pada Toolbox. 4. Pada tampilan jendela Select ada beberapa field yang harus diisi seperti Input Features, Split Features, Split Field dan Target Workspace, sedangkan XY Tolerance bersifat pilihan (Optional). Input Features diisi dengan sumber data vektor yang akan dibagi. Split Features diisi dengan nama shapefile atau feature class yang akan membagi Input Features. Split Field diisi dengan nama field dari Split Features yang akan dipakai untuk membagi Input Features. 130

138 Target Workspace diisi dengan nama folder tempat menyimpan shapefile atau feature class hasil pembagian. 5. Untuk contoh ini, isi field-field pada jendela Select sebagai berikut: a. Input Features: Geologi_Sabang_DIssolve (Pilih dari dropdown list yang disediakan) b. Split Features: Adm_Sabang_Select (Simpan di folder Hasil) c. Split Field: KECAMATAN d. Target Workspace: folder Hasil Jendela Split yang telah terisi tampak seperti Gambar Gambar Kotak Dialog Select yang telah terisi 6. Hasil Tool Split pada contoh ini adalah dua sebuah shapefile baru yang memuat data geologi untuk Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya. Salah satu dari shapefile tersebut ditunjukkan pada Gambar

139 Gambar 3.33 Salah satu shapefile baru hasil Tool Split Overlay Union Union adalah menggabungkan/meng-overlay dua feature/data. Penggabungan dua feature ini akan menghasilkan sebuah feature baru, di mana semua feature berikut atributnya akan ikut di dalamnya. Namun perlu diingat bahwa hanya data polygon yang bisa digabung menggunakan fungsi union. Polygon yang dihasilkan adalah gabungan dari semua polygon yang ikut dalam proses union. Illustrasi dari proses union ini dapat dilihat pada gambar Gambar Illustrasi proses union Proses union attribut dapat dilihat pada gambar

140 Gambar 3.35 Union attribute Untuk proses ini kita akan mencoba untuk menggabungkan data geologi Pulau Sabang ( Geologi_Sabang_Dissolve.shp ) dengan data administrasi desa ( Adm_Sabang.shp ). Data-data untuk latihan ini terdapat dalam folder yang sama seperti latihan-latihan sebelumnya. 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan diproses seperti tampak pada gambar Gambar Tampilan data geologi dan administrasi desa Pulau Sabang 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Overlay Union. 133

141 Gambar 3.37 Fungsi Union dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Union, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar Gambar 3.38 Kotak dialog Union 4. Pada Input Features masukkan kedua feature class atau shapefile yang akan diunion. Pada Output Feature Class secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil union disimpan. Namun nama dan folder tempat penyimpanan hasil union dapat diubah sesuai dengan keinginan. Selanjutnya klik OK, maka proses union mulai bekerja. 5. Hasil proses union tampak seperti pada gambar

142 Gambar Hasil proses union 6. Tabel atribut hasil proses union diperlihatkan pada Gambar Dalam tabel tersebut ada FID yang bernilai -1. Ini menandakan polygon yang tidak bertindih dalam proses union. Gambar Tabel atribut hasil proses union Intersect Intersect atau irisan adalah menggabungkan/meng-overlay dua feature/data. Penggabungan dua feature ini akan menghasilkan sebuah feature baru, di mana feature yang dihasilkan memuat polygon dari kedua feature yang saling bertindih dan semua atribut dari kedua polygon yang bertindih akan ikut di dalam polygon hasil. Illustrasi dari proses intersect ini dapat dilihat pada gambar

143 Gambar Illustrasi proses intersect Untuk proses ini kita akan mencoba untuk menggabungkan secara irisan (intersect) data geologi Pulau Sabang ( Geologi_Sabang_Dissolve.shp ) dengan data administrasi desa ( Adm_Sabang.shp ). Data-data untuk latihan ini terdapat dalam folder yang sama seperti latihan-latihan sebelumnya. 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan diproses seperti tampak pada gambar 3.36 dalam sub-bab sebelumnya. 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Overlay Intersect. Gambar 3.42 Fungsi Intersect dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Intersect, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar

144 Gambar Kotak dialog Intersect 4. Pada Input Features masukkan kedua feature class atau shapefile yang akan diintersect. Pada Output Feature Class secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil intersect disimpan. Namun nama dan folder tempat penyimpanan hasil intersect dapat diubah sesuai dengan keinginan. Selanjutnya klik OK, maka proses intersect mulai bekerja. 5. Hasil proses intersect tampak seperti pada gambar Terlihat polygon yang tidak bertindih di sekitar polygon hasil intersect.. Gambar Hasil proses intersect 137

145 7. Tabel atribut hasil proses intersect diperlihatkan pada Gambar Dalam tabel tersebut tidak ada FID yang bernilai -1 karena polygon yang menjadi hasil intersect adalah polygon yang bertindih dalam proses intersect. Gambar Tabel atribut hasil proses intersect Identity Identity adalah menggabungkan/meng-overlay dua feature/data. Penggabungan dua feature ini akan menghasilkan sebuah feature baru, di mana feature yang dihasilkan memuat polygon dari input feature yang digabungkan dengan polygon dari identity feature yang bertindih dengan polygon dari input feature. Atribut dalam feature keluaran adalah semua atribut dari polygon yang terdapat pada feature keluaran. Illustrasi dari proses identity ini dapat dilihat pada gambar Gambar 3.46 Illustrasi proses identity Untuk proses ini kita akan mencoba untuk menggabungkan secara identity data geologi Pulau Sabang ( Geologi_Sabang_Dissolve.shp ) dengan data administrasi desa ( Adm_Sabang.shp ). Data-data untuk latihan ini terdapat dalam folder yang sama seperti latihan-latihan sebelumnya. 138

146 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan diproses seperti tampak pada gambar 3.36 dalam sub-bab sebelumnya. 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Overlay Identity. Gambar 3.47 Fungsi Identity dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Identity, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar Gambar Kotak dialog Identity 4. Pada Input Features masukkan shapefile Adm_Sabang dan sebagai Identity Features masukkan shapefile Geology_Sabang_Dissolve. Pada Output Feature Class secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil identity 139

147 disimpan. Namun nama dan folder tempat penyimpanan hasil identity dapat diubah sesuai dengan keinginan. Selanjutnya klik OK, maka proses identity mulai bekerja. 5. Hasil proses identity tampak seperti pada gambar Terlihat bentuk polygon yang dihasilkan mengikuti bentuk polygon Adm_Sabang. Terlihat polygon dari Geology_Sabang_Dissolve di sekitar polygon hasil identity. Gambar Hasil proses identity 6. Tabel atribut hasil proses intersect diperlihatkan pada Gambar Dalam tabel tersebut terlihat FID yang bernilai -1, yaitu dari polygon Adm_Sabang yang tidak bertindih dengan polygon Geology_Sabang_Dissolve dalam proses identity. Gambar Tabel atribut hasil proses identity 140

148 3.4. Kedekatan (Proximity) Buffer Buffer menghasilkan polygon sejauh jarak yang ditentukan di sekeliling input features. Buffer bisa dibuat di sekeliling titik, garis, atau polygon. Gambar 3.51 memberikan Ilustrasi dari proses buffer. Gambar Ilustrasi dari proses buffer Pada contoh pertama akan dibuat buffer 300 m dari tepi sungai. Buffer ini dapat digunakan untuk mengetahui pusat-pusat desa yang terletak dalam jarak 300 m dari sungai. Langkah-langkah untuk membuat buffer tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan digunakan, yaitu shapefile ABE_PusatDesa_utm (Titik pusat desa di kecamatan Seulimum), ABE_GunungApi (Titik gunung api di Aceh Besar), ABE_SungaiBesar_poly (Poligon sungai besar di Kecamatan Seulimum), dan ABE_KecSeulimum (Poligon batas Kecamatan Seulimum). 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Proximity Buffer, seperti ditunjukkan oleh Gambar

149 Gambar Fungsi Buffer dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Buffer, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar Isi kotak dialog Buffer sebagai berikut: Input Features, isi dengan feature class atau shapefile yang akan dibuat buffernya. Untuk contoh ini masukkan: Layer ABE_SungaiBesar_poly (Pilih dari dropdown list) Output Features, isi dengan nama feature class atau shapefile yang menyimpan hasil buffer. Secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil buffer disimpan, tetapi nama dan folder tersebut dapat diubah sesuai dengan keinginan. Untuk contoh ini masukkan: ABE_SungaiBesar _buf_300.shp. Distance [value or field], pilih Linear unit dan isi jarak buffer yang akan dibuat dan pilih unit jaraknya. Cara lain adalah dengan menentukan field dari input features yang berisi jarak buffer. Cara kedua ini biasanya digunakan jika jarak buffer bervariasi. Untuk contoh ini: pilih Linear unit dan ketik 300, serta pilih unit meter. Ini untuk membuat jarak buffer 300 m. Side Type (optional), ini menentukan apakah buffer akan dibuat pada sisi tertentu atau pada semua sisi. Untuk contoh ini pilih FULL untuk membuat buffer di semua sisi. End Type (optional), ini menentukan ujung dari dari poligon buffer. Untuk contoh ini pilih ROUND untuk menghasilkan ujung bulat. Dissolve Type (optional), ini menentukan apakah poligon yang saling bertindih disatukan (dissolved) atau tidak. Untuk contoh ini pilih ALL untuk menyatukan semua poligon buffer menjadi satu. Kotak dialog Buffer yang telah terisi dapat dilihat pada Gambar Kemudian klik OK untuk mulai membuat buffer. 142

150 Gambar Kotak dialog Buffer 5. Hasil pembuatan Buffer dapat dilihat pada Gambar Dapat dilihat bahwa ada 10 titik pusat desa yang berada di dalam buffer atau berjarak kurang dari 300 m dari tepi sungai. Gambar Hasil pembuatan buffer Pada contoh kedua akan dibuat multi-ring buffer, yaitu buffer yang berlapis dengan jarak yang bervariasi. Multi-ring Buffer dalam contoh ini digunakan untuk membagi zona bahaya berdasarkan jarak dari gunung api. Langkah-langkah untuk membuat buffer tersebut adalah sebagai berikut: 143

151 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan digunakan, yaitu shapefile ABE_PusatDesa_utm (Titik pusat desa di kecamatan Seulimum), ABE_GunungApi (Titik gunung api di Aceh Besar), dan ABE_KecSeulimum (Poligon batas Kecamatan Seulimum). 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Proximity Multiple Ring Buffer, seperti ditunjukkan oleh Gambar Gambar Fungsi Multiple Ring Buffer dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Multiple Ring Buffer, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar Isi kotak dialog Buffer sebagai berikut: Input Features, isi dengan feature class atau shapefile yang akan dibuat multiple ring buffer-nya. Untuk contoh ini masukkan: Layer ABE_GunungApi (Pilih dari dropdown list) Output Features, isi dengan nama feature class atau shapefile yang menyimpan hasil buffer. Secara otomatis akan ditunjukkan nama dan folder dimana hasil buffer disimpan, tetapi nama dan folder tersebut dapat diubah sesuai dengan keinginan. Untuk contoh ini masukkan: ABE_MultiBuffer_GunungApi.shp. Distances, isi jarak buffer yang akan dibuat. Ketik jarak, lalu klik tanda + untuk menambahkan jarak ke daftar Distances. Ulangi proses untuk setiap jarak buffer yang akan digunakan. Untuk contoh ini masukkan jarak 300, 3000, dan

152 Buffer Unit (optional), ini menentukan unit jarak yang digunakan. Untuk contoh ini pilih Meters. Field Name (optional), untuk memberi nama field yang akan menyimpan jarak buffer dalam feature atau shapefile hasil. Untuk contoh ini gunakan saja nilai default-nya, yaitu distance. Dissolve Option (optional), ini menentukan apakah poligon yang saling bertindih disatukan (dissolved) atau tidak. Untuk contoh ini pilih ALL untuk menyatukan semua poligon buffer menjadi satu. 5. Kotak dialog Buffer yang telah terisi dapat dilihat pada Gambar Kemudian klik OK untuk mulai membuat buffer. Gambar Kotak dialog Multiple Ring Buffer 6. Hasil pembuatan Multiple Ring Buffer dapat dilihat pada Gambar Dapat dilihat bahwa ada sejumlah desa yang titik pusatnya berada di dalam zona yang berjarak antara 3000 m m dari pusat gunung api. 145

153 Gambar Hasil pembuatan multiple ring buffer Near Tool ini menentukan jarak dari setiap obyek di dalam suatu feature masukan ke obyek yang terdekat dalam feature lainnya (near feature). Pada contoh akan ditentukan kota yang terdekat dan sekaligus jaraknya dari pusatpusat desa di Kecamatan Seulimum. Langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan tool near adalah sebagai berikut: 1. Bukalah ArcMap dan masukkan data yang akan digunakan, yaitu shapefile ABE_PusatDesa_utm (Titik pusat desa di kecamatan Seulimum), ABE_KecSeulimum_KotaDekat (Titik pusat kota di Kecamatan Seulimum dan sekitarnya), dan ABE_KecSeulimum (Poligon batas Kecamatan Seulimum), seperti ditampilkan pada Gambar

154 Gambar Tampilan data pusat kota di Kecamatan Seulimum dan sekitarnya, pusat desa di Kecamatan Seulimum, dan Batas Kecamatan Seulimum 2. Aktifkan Toolbox (melalui ikon ArcToolbox atau jendela Catalog), kemudian arahkan kursor ke: Analysis Tools Proximity Near.. Gambar Fungsi Near dalam ArcToolbox 3. Double klik pada Near, maka akan muncul kotak dialog berikut seperti gambar Isi kotak dialog Buffer sebagai berikut: Input Features, isi dengan feature class atau shapefile yang akan ditentukan feature terdekat beserta jaraknya. Untuk contoh ini masukkan: Layer ABE_PusatDesa_utm (Pilih dari dropdown list) 147

155 Near Features, berisi feature yang akan dipilih sebagai feature terdekat dari input feature. Boleh gunakan labih dari satu feature class atau shapefile sebagai near feature. Untuk contoh ini masukkan: ABE_KecSeulimum_KotaDekat. Search Radius (optional), berisi radius pencarian feature terdekat. Masukan ini tidak wajib diisi, tetapi jika diisi maka pencarian hanya akan dilakukan di dalam jarak yang ditentukan. Untuk contoh ini kosongkan saja. 5. Kotak dialog Buffer yang telah terisi dapat dilihat pada Gambar Kemudian klik OK untuk mulai membuat buffer. Gambar Kotak dialog Near 6. Hasil dari tool Near disimpan dalam tabel atribut dari input feature. Untuk melihat hasil dari contoh ini, bukalah tabel atribut dari input feature (dalam contoh ini: ABE_PusatDesa_utm ). Gambar menunjukkan isi tabel atribut setelah menjalankan tool Near. Tampak ada dua kolom baru dalam tabel tersebut, yaitu NEAR_FID (berisi FID dari obyek yang terdekat) dan NEAR_DIST (berisi jarak terdekat ke obyek yang terdekat). 148

156 Gambar Tabel atribut dari input feature setelah menjalankan tool Near 7. Oleh karena tabel atribut hanya memuat FID dari obyek (feature) terdekat, maka perlu dilakukan join table dengan feature class atau shapefile yang digunakan sebagai near features ketika menjalankan tool Near (dalam contoh ini ABE_KecSeulimum_KotaDekat ) untuk melihat nama dari obyek yang terdekat itu. Gambar menunjukkan bagaimana membuka kotak dialog untuk join table. Gambar Membuka kotak dialog join table 8. Gambar menunjukkan bagaimana mengisi kotak dialog untuk join table. Gunakan field NEAR_FID dari input feature dan field FID dari near feature untuk menghubungkan (join) tabel atribut input feature dengan tabel atribut near feature. 149

157 Gambar Kotak dialog join table yang telah terisi 9. Klik OK untuk menjalankan join table. Hasilnya adalah seperti ditunjukkan oleh Gambar Nama kota yang terdekat dengan pusat desa sudah dapat dilihat pada tabel hasil join. Gambar Tabel atribut input feature yang telah di-join dengan tabel atribut near feature 150

158 BAB 4 Manajemen Data

159 4.1. Geodatabase Pada panduan ArcGIS dasar yang disusun oleh GIS Konsorsium NAD-Nias telah dibahas pengantar geodatabase, silahkan merujuk ke modul tersebut untuk memulai memahami geodatabase seperti apa yang dimaksud dengan geodatabase, bagaimana membuat geodatabase dan lain lain. Pada panduan ini akan dibahas lebih lanjut bagaimana cara mendesain geodatabase baik untuk data spasial (raster dan vector) maupun data non spasial (tabular) untuk tema tertentu. Perlu digaris bawahi bahwa jenis geodatabase yang akan digunakan pada panduan ini adalah Personal Geodatabase Konsep Pembuatan Geodatabase Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat geodatabase, antara lain (Disadur dari buku Designing Geodatabase (David Arthur Michael Zeiler)): Identifikasi produk produk yang akan dihasilkan oleh aplikasi GIS Inventori jenis peta apa saja yang akan dihasilkan, laporan, aliran data dan lain lain. Identifikasi layer data utama berdasarkan kebutuhan informasi. Pada tahap ini dilakukan penentuan penggunaan peta, sumber data yang digunakan, skala peta dan akurasi, pembuatan simbol dan anotasi. Penentuan kisaran angka skala dan penyajian data spasial untuk masing masing layer data Data GIS merupakan data yang disusun untuk penggunaan skala khusus, penyajian feature sering berubah antara point, line, dan polygon pada skala yang besar. Klasifikasi Dataset yang akan ditampilkan Feature feature yang berdiri sendiri digunakan feature dataset, feature class, dan domain (silahkan merujuk kepada buku panduan ArcGIS dasar untuk mengetahui pengertian dan bagaimana cara membuatnya menggunakan software ArcGIS Desktop). Data raster ditampilkan menggunakan raster dan feature data. Penentuan struktur database untuk data tabular dan jenis jenis attribut yang diperlukan Identifikasi field field apa saja yang diperlukan untuk data atribut dan subtype untuk masing masing field. Penentuan referensi spasial untuk seluruh dataset Pembuatan desain geodatabase. Penentuan struktur geodabase yang akan dibuat berdasarkan kriteria kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Implementasi dan tinjauan kembali Berdasarkan desain awal yang telah ditentukan, dilakukan pembuatan geodabase dan pemasukan data. Uji dan tinjau kembali desain geodatabase yang telah anda buat Desain aliran data untuk membuat masing masing layer data Setiap layer memiliki sumber data yang berbeda, akurasi, metadata dan boleh tidaknya didapat. Dokumentasi desain geodatabase menggunakan metode tertentu Gunakan gambar, diagram dan laporan untuk mendokumentasikan desain yang telah dibuat. D E S A I N K O N S E P T U A L D E S A I N L O G I C D E S A I N F I S I K 152

160 Untuk mencoba mendesain geodatabase kita coba mengaplikasikannya untuk membuat geodatabase sekolah di Aceh Besar yang memuat data sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah umum. Pada panduan ini, hanya dipandu untuk membuat geotabase sekolah dasar saja, silahkan selanjutnya menyempurnakannya dengan keinginan masing masing. Desain struktur geodatabase-nya dapat dilihat pada gambar 4.1. Geodata base Aceh Besar Sekolah Feature Dataset Sekolah Dasar Feature Class Sekolah Dasar Tabel Murid kelas I Atribut Field IdSekolah,NamaSekolah,Propinsi,Kabupaten, Kecamatan,KodePropinsi,KodeKabupaten,KodeKecamatan IdSekolah,JumlahMuridPerempuan, JumlahMuridLaki,Total Tabel Murid kelas II IdSekolah,JumlahMuridPerlempuan, JumlahMuridLaki,Total RELATIONSHIP Sekolah Menengah Tabel Murid kelas III Tabel Murid kelas IV Tabel Murid kelas V Tabel Murid kelas VI Tabel Guru IdSekolah,JumlahMuridPerempuan, JumlahMuridLaki,Total IdSekolah,JumlahMuridPerempuan, JumlahMuridLaki,Total IdSekolah,JumlahMuridPerempuan, JumlahMuridLaki,Total IdSekolah,JumlahMuridPerempuan, JumlahMuridLaki,Total IdSekolah,JumlahGuruPerempuan, JumlahGuruLaki,Total Gambar 4.1 Desain geodatabase sekolah Aceh Besar Membuat Geodatabase Langkah langkah pembuatan geodatabase Sekolah adalah sebagai berikut : 1. Start ArcCatalog. 2. Buat folder dengan nama AcehBesarSekolah Klik Kanan New Folder Aceh Besar Sekolah 3. Buat Geodatabase dengan nama AcehBesarSekolah Klik kanan pada folder AcehBesarSekolah New Personal Geodatabase Di layar anda akan tampil jendela seperti 4.2 di bawah ini. 153

161 Gambar 4.2 Membuat personal geodatabase 4. Membuat Feature Dataset: Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb New feature dataset Maka di layar anda akan tampil jendela seperti gambar 4.3 di bawah ini. Gambar 4.3 Membuat Feature Dataset Ketik "SekolahDasar di bagian name, kemudian klik tombol Edit untuk menentukan sistem koordinat yang akan digunakan. Pilih WGS 1984 UTM 46 N. Kemudian klik OK. 5. Membuat Feature Class Klik kanan pada SekolahDasar feature dataset New Feature Class Ketik SekolahDasar pada bagian name seperti gambar 4.4 di bawah. 154

162 Gambar 4.4 Membuat Feature Class Kemudian tekan Next, dan akan tampil seperti gambar 4.5 kemudian pilih Next lagi. Gambar 4.5 Membuat Feature Class 155

163 Gambar 4.6 Membuat Feature Class Setelah tampilan di jendela anda seperti gambar 4.6 di atas, maka klik pada tab geometry type kemudian pilih point (lokasi titik sekolah). Pada baris kosong pada tab field name ketik nama field yang telah ditentukan (IdSekolah, Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, KodePropinsi, KodeKabupaten,KodeKecamatan) seperti gambar 4.7 di bawah. Pada tab domain dikosongkan terlebih dahulu karena kita akan membuat domain-nya setelah ini. Gambar 4.7 Membuat nama field pada Feature Class Kemudian klik Finish 156

164 6. Membuat Domain Domain yang akan kita buat adalah domain Kecamatan Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb Properties. Akan muncul jendela database properties seperti gambar 4.8. Gambar 4.8 Jendela Database Properties Pada jendela database properties pilih tab Domain. Isikan Kecamatan pada Domain Name, untuk Domain type pilih Coded values. Kemudian isikan coded values dimana pada kolom Code diiisikan kode kecamatan (menurut BPS) dan pada kolom Description diisikan Nama Kecamatan sesuai kode. Kemudian Klik Apply dan terakhir pilih OK. Lihat gambar 4.9. Gambar 4.9 Membuat Domain 157

165 7. Mengaplikasikan domain Klik kanan pada feature class Sekolah Dasar Properties, kemudian klik Kecamatan dan pada tab Domain pilih Domain Kecamatan, seperti yang terlihat pada gambar 4.10 di bawah ini. Gambar 4.10 Membuat aplikasi Domain 8. Membuat tabel Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb New Table. Akan muncul jendela seperti gambar Pada tab Name isikan MuridKelasI dan pada tab Alias isikan Tabel Jumlah MuridKelas I (Satu). Kemudian tekan Next. Akan muncul jendela seperti gambar Isikan nama field dan tentukan data type-nya seperti gambar Kemudian tekan Finish. 158

166 Gambar 4.11 Membuat tabel 159

167 Gambar 4.12 Mengisi nama field pada tabel Setelah membuat tabel MuridKelasI. Buatlah tabel-tabel lain (tabel MuridKelasII sampai kelas VI dan tabel Guru) 9. Membuat Relationship Klik kanan pada AcehBesarSekolah.mdb New Relationship. Akan muncul jendela seperti gambar Pada tab Name of relationship class isikan nama relationship yang akan dibuat yaitu SekolahDasar _MuridKelasI. Pilih SekolahDasar sebagai origin feature class dan MuridkelasI pada tab Destination table/feature class. Kemudian tekan Next. 160

168 Gambar 4.13 Langkah satu Membuat relationship Kemudian akan tampak jendela seperti gambar Pilih composite relationship kemudian tekan Next. Gambar 4.14 Langkah Membuat relationship Selanjutnya pilih Forwad (Origin to destination) dan tekan Next seperti gambar

169 Gambar 4.15 Langkah Membuat relationship Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis hubungan relationship yang akan dibuat apakah satu ke satu (one to one) atau satu ke banyak (one to many). Di sini hubungan yang akan dibuat adalah satu ke banyak. Seperti pada gambar 4.16 pilih 1 M (one to many) dan tekan Next. Gambar 4.16 Menentukan hubungan relationship Selanjutnya seperti pada gambar 4.17 pilih No, I do not want to add attribute to this relationship class dan tekan Next. 162

170 Gambar 4.17 Langkah Membuat relationship Selanjutnya untuk menghubungkan relationship tersebut dibutuhkan dua field yang sama atau biasa disebut primary key dan foreign key. Seperti pada gambar 4.18 pilih IdSekolah sebagai primary key dan foreign key. Kemudian tekan Next Finish. Gambar 4.18 Menentukan Primary Key dan Foreign Key Apabila semua langkah pembuatan geodatabase telah dilakukan maka geodatabase tersebut beserta semua komponen yang dibuat (feature dataset, feature class, table, relationship) 163

171 akan tampil seperti pada gambar Geod atabase Feature Dataset T abel Gambar 4.19 Geodatabase dan komponen-komponen lainnya nship Feature Class Relatio 164

172 165

173 4.2. Metadata Pengertian Metadata Meta artinya perubahan sedangkan metadata adalah data tentang data, dengan kata lain Metadata adalah data yang menjelaskan asal muasal data dan perubahan yang telah dilakukan pada data tersebut. Konsep metadata sendiri sudah sangat populer di kalangan pengguna data spasial. Contoh yang paling sederhana adalah legenda peta. Legenda peta merupakan metadata dari peta itu sendiri. Legenda menyajikan beberapa informasi antara lain siapa yang memproduksi peta, jenis peta, referensi spasial, sistem koordinat yang digunakan, skala peta dan lain-lain. Secara sederhana, metadata adalah dokumentasi informasi tentang data yang diaplikasikan pada data geospasial berformat digital Kenapa Metadata? Metadata sangat membantu pengguna data geospasial untuk menemukan data yang dibutuhkan. Dengan metadata pengguna juga dapat memperkirakan bagaimana menggunakan data itu sebaik mungkin sesuai dengan kebutuhan. Metadata juga memberi keuntungan pada organisasi/perorangan yang memproduksi data. Bayangkan apabila dalam suatu organisasi ada perubahan personel dan dokumentasi data tidak ada, maka tidak ada lagi yang mengerti tentang data. Namun apabila data dilengkapi dengan metadata maka tidak perlu ada kekhawatiran akan hal tersebut karena semua informasi tentang data sudah terdokumentasikan dalam metadata Standar yang Digunakan Karena format metadata yang digunakan sangat beragam, maka perlu adanya standarisasi pembuatan metadata di kalangan pengguna GIS. Berdasarkan kesepakatan, standar yang dipakai saat ini adalah ISO Pada ArcCatalog kita dapat menemukan standar ISO tersebut seperti pada gambar dibawah Gambar 4.20 Menu metadata standar ISO pada ArcCatalog Informasi yang harus ada dalam suatu metadata antara lain : Siapa yang memproduksi data/sumber data. Tujuan data diproduksi. 166

174 Bagaimana data diproduksi. Keterbatasan data. Dimana dan bagaimana cara memperoleh data. Secara sederhana, semua informasi tersebut di atas dapat dirangkum dalam suatu intisari/ abstrak, sehingga dengan membaca abstrak pengguna dapat langsung mengerti tentang data tersebut Pembuatan Metadata Metadata dapat dibuat melalui aplikasi ArcCatalog pada perangkat lunak ArcGIS Desktop. Untuk pembahasan mengenai ArcCatalog silahkan merujuk kepada buku panduan ArcGIS tingkat dasar yang diproduksi oleh GIS Konsorsium NAD Nias. Untuk memulai metadata terlebih dahulu harus dibuka aplikasi Arc Catalog. 1. Start Program ArcGIS ArcCatalog atau dengan mengklik shortcut AcrCatalog pada jendela desktop anda. Akan muncul jendela ArcCatalog seperti gambar Pilih tombol Metadata. 3. Pada tab Stylesheet pilih ISO. Pilih ISO Pilih Metadata Gambar 4.21 Jendela ArcCatalog 167

175 Edit metadata Export metadata Metadata properties Create/Update metadata Import metadata Gambar 4.22 menunjukkan toolbar-toolbar yang digunakan dalam pembuatan metadata. Untuk memulai mengisi metadata maka tekan tombol Edit Metadata maka dilayar akan tampil jendela ISO Metadata Wizard seperti gambar 4.23 di bawah ini. Gambar 4.23 Jendela ISO Metadata Wizard Isikan semua informasi dengan mengklik setiap bagiannya. Untuk pindah dari tab yang satu ke tab yang lain dapat menggunakan tombol Next. Setelah semua informasi dimasukkan maka tekan tombol Finish. Semua informasi yang telah dimasukkan akan tersimpan sebagai 168

176 metadata. Jika ada kesalahan dalam pengisian maka dapat diperbaharui dengan menekan tombol Edit Metadata kembali Import/Export Metadata Selain dengan mengisi secara manual, metadata juga dapat diperoleh dari metadata data lain yang sesuai. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan toolbar Import Metadata. Proses tersebut sangat menguntungkan karena dapat mengurangi waktu dalam pengisian metadata. Metadata juga dapat diekspor agar dapat digunakan pada data lain yang sesuai dengan menggunakan toolbar Export Metadata. Dalam mengekspor dan mengimpor metadata dilakukan dengan bahasa pemograman extensible Markup Language (XML). Untuk mengimport metadata dilakukan dengan cara berikut. 1. Klik tab Import Metadata maka di layar akan tampil gambar Gambar 4.24 Jendela Import Metadata 2. Cari lokasi file data yang metadata-nya mau diadopsi (dengan catatan file yang akan diadopsi sudah tersedia dalam format XML) dengan menekan tombol Browse. 3. Pilih format FGDC CSDGM (XML). 4. Kemudian tekan OK. Untuk mengekspor metadata dilakukan dengan cara berikut. 1. Klik tab Export Metadata maka di layar anda akan tampil jendela Export Metadata seperti gambar Gambar 4.25 Jendela Export Metadata 169

177 2. Cari lokasi penempatan file metadata yang akan diekspor dengan menekan tombol Browse. 3. Pilih format FGDC CSDGM (XML) 4. Kemudian tekan OK 4.3. External Database Data attribut sangat penting dalam data geospasial, sebagai keterangan, penjelasan, atau nilai dari data spasial. Jika seorang pengguna mempunyai data vektor batas-batas desa, tetapi tidak dilengkapi dengan data attribut nama desa, kecamatan atau keterangan administrasi lainnya, maka ada informasi yang kurang, sehingga pengguna tersebut tidak bisa memperoleh informasi yang dinginkan. Dalam data vektor dapat ditambahkan data attribut ke dalam attribut tabel, dan ini paling banyak dilakukan. Akan tetapi apabila kita bekerja dengan data yang besar, kompleks dan dinamis hal ini tidak efisien. Sebagai contoh, tim hidrogeologi Dinas Pertambangan dan Energi, melakukan pemantauan kualitas air sumur dangkal di seluruh kota Banda Aceh, minimal tiga bulan sekali. Setiap tiga bulan tentu saja tim ini harus meng-update ratusan informasi sumur dangkal yang berisi data PH, konduktifitas listrik, kedalaman, warna, rasa, dan lain-lain. Jika ini dilakukan dalam data vektor tentu saja akan memakan waktu lebih lama, dibandingkan dengan memasukkan ke dalam database khusus yang berisi data pemantauan kualitas air. Dengan database ini input data akan lebih terkontrol karena dalam database tersebut dapat diterapkan aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari kesalahan input, jenis data masukan, field kosong dan lain-lain. Hal ini tentu saja agak sukar dilakukan jika data dimasukkan langsung ke dalam attribut tabel, sehingga kualitas datanya kurang terjamin. Contoh lain yang lebih dinamis misalnya, badan pemantau cuaca harian seperti Badan Metereologi dan Geofisika (BMG). Badan ini katakanlah mempunyai unit pemantau data harian dan setiap perubahan harian selalu di-update dalam database, dan ditampilkan dalam peta. Bayangkan jika data ini dimasukkan langsung ke attribut table vektor untuk seluruh wilayah Indonesia. Berapa banyak field yang akan dibutuhkan? Bagaimana data tersebut dianalisis menjadi rata-rata harian, mingguan, bulanan, tahunan dan analisis lainnya? Keuntungan lain dari konektifitas external database dengan GIS adalah dapat diperoleh informasi lebih banyak dari pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap suatu data. Misalnya unit GIS pemantauan dan penanggulangan bencana alam. Unit ini memiliki data vektor kecamatan provinsi Aceh, tentu saja data tersebut cuma memberikan posisi spasial, akan tetapi yang dibutuhkan data lebih dari itu, seperti jumlah penduduk kecamatan yang terdiri dari jumlah total penduduk, komposisi penduduk dan pertumbuhan penduduk. Selain itu juga dibutuhkan data cuaca termasuk prediksi cuaca perbulan, data historis bencana alam, dan lain-lain. Unit ini akan kewalahan jika harus mengumpulkan semua data sendirian. Karena itu dalam satu koordinasi yang baik, data-data tersebut dikelola oleh pihak ketiga, yang dapat diakses oleh unit GIS, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut untuk memantau kerawanan bencana alam khususnya bencana yang dipengaruhi faktor cuaca. 170

178 Gambar 4.26 di bawah menggambarkan sebuah illustrasi bagaimana sharing data antar bagian dalam sebuah unit atau antar instansi. nit PS B (D MG B (D S atkorlak (D Gambar 4.26 Sharing data antar instansi Unique Identifier (ID) Dalam database ID merupakan unsur utama. ID adalah suatu nomor atau penanda unik terhadap sebuah data. Contohnya setiap penduduk memiliki Kartu Tanda Penduduk(KTP) dengan nomor KTP yang beda satu sama lain. Sehingga nomor KTP ini dapat dijadikan ID terhadap penduduk. Dengan sebuah ID tersebut dapat juga dihubungkan data satu dengan data lain yang ber-id sama. Dalam latihan ini akan dicoba untuk mengkoneksikan sebuah database penduduk yang berisi jumlah penduduk. Database ini merupakan fiktif belaka, yang dibuat untuk latihan semata. Buka folder Data Bab IV. Dalam folder ini Anda akan menemukan sebuah database penduduk. Buka database ini Jika muncul peringatan keamanan(secuirity warning) tekan tombol OPEN. Database penduduk akan terbuka seperti gambar

179 Gambar 4.27 Database penduduk Dalam database ini berisi data penduduk untuk kecamatan di Aceh Besar dan Banda Aceh. Klik tombol pada menu untuk melihat data yang ada Membuat Koneksi dengan ODBC (Open Database Connectivity) ODBC merupakan sebuah tool penghubung untuk data-data dalam database maupun data-data dalam format lain seperti spreadsheet (excel). ODBC mendukung banyak format database antara lain: Microsoft Access, SQL Server, MySQL, Oracle dan lain sebagainya. Berikut langkah-langkah untuk membuat ODBC. 1. Pada Windows start menu Setting Control Panel Gambar 4.28 Menu Control Panel pada Windows 172

180 2. Jendela Control Panel muncul. Pilih Performance and Maintenance. 3. Kemudian jendela Performance and Maintenance muncul. Pilih Administrative Tools. 4. Muncul jendela berikutnya. Pilih Data Sources(ODBC). Gambar 4.29 Jendela ODBC Data Source Administrator 5. Pada ODBC Data Source Administrator seperti gambar 3.29 di atas, kita dapat melihat koneksi ODBC yang telah dibuat. Untuk Membuat koneksi baru tekan tombol Add. 6. Pada jendela Create New Data Source seperti pada gambar Pilih Microsoft Access Driver(*.mdb). Kemudian tekan tombol Finish. Gambar 4.30 Jendela Create New Data Source 7. Untuk ini latihan ini nama ODBC yang kita buat adalah Database Penduduk. Isikan nama tersebut dalam field Data Source Name pada jendela ODBC Microsoft Access Setup. Pada field Description isikan penjelasan atau keterangan dari koneksi yang akan dibuat, misalnya Koneksi ODBC untuk Database Penduduk. Kemudian pada group database pilih Select. Lihat gambar

181 Gambar 4.31 Membuat ODBC baru 8. Masukkan database penduduk yang terdapat dalam folder latihan IV. Kemudian tekan OK. 9. Tekan OK lagi pada jendela ODBC Microsoft Access Setup. Koneksi ODBC yang telah dibuat dengan nama Database Penduduk akan muncul pada jendela ODBC Data Source Administrator seperti gambar Dengan demikian koneksi ODBC telah selesai dibuat. Gambar 4.32 Koneksi ODBC yang telah dibua Membuat koneksi Database di ArcCatalog 1. Buka ArcCatalog. 2. Pada jendela sebelah kiri pilih Database Connection Double Klik Add OLE DB Connection. Lihat gambar

182 Gambar 4.33 Membuat koneksi database pada ArcCatalog 3. Muncul jendela Data Link Properties seperti gambar 4.34, kemudian pilih Microsoft OLE DB Provider for ODBC Drivers Next. Gambar 4.34 Jendela Data Link Properties 4. Pilih radio button Use data source name, kemudian pada drop down list, pilih ODBC yang telah dibuat, yaitu Database Penduduk. Lihat gambar

183 Gambar 4.35 Memilih ODBC yang telah dibuat 176

184 5. Untuk mengetahui apakah koneksi yang dibuat berhasil atau tidak, tekan tombol Test Connection. Jika Muncul keterangan Test connection succeeded, maka koneksi telah berhasil dibuat. 6. Setelah koneksi berhasil pilih OK. 7. Pada menu ArcCatalog di sebelah kiri akan muncul koneksi yang telah dibuat dengan nama OLE DB Connection. Ini merupakan nama default. Untuk merubah nama tersebut, klik kanan Rename Masukkan nama yang dinginkan. Untuk latihan ini beri nama Database Penduduk. Hasilnya seperti pada gambar Gambar 4.36 Koneksi database yang telah dibuat pada ArcCatalog 8. Klik tanda + pada koneksi Database Penduduk seperti pada gambar 4.36, maka akan muncul tabel dan query seperti pada Microsoft Access. 9. Untuk melihat isi data database ini pada ArcCatalog, pilih salah satu tabel, kemudian pada jendela sebelah kanan pilih Tab Preview. Hasilnya seperti gambar Gambar 4.37 Isi database pada ArcCatalog 177

185 4.4. Join dan Relate Tabel Koneksi database telah berhasil dibuat pada ArcCatalog, dan isi database tersebut sudah dapat dilihat. Sekarang bagaimana mengabungkan atau menghubungkan informasiinformasi tersebut dengan data spasial? Seperti yang dijelaskan pada awal sub bab ini, data spasial (data vektor) memiliki tabel attribut yang berisi ID dari sebuah record data spasial. Pada database Microsoft Access terdapat juga ID tersebut yang bernilai sama. Berdasarkan nilai ID inilah akan dihubungkan atau digabungkan data-data tersebut. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1. Buka ArcMap. 2. Tambahkan data vektor kecamatan_bna_acehbesar yang terdapat dalam geodatabase pelatihan. 3. Buka attribut tabel, dan perhatikan isi data attributnya. Akan dijumpai sebuah kolom yang bernama Kec_code. Ini merupakan ID dari kecamatan. Berdasarkan ID inilah kita akan menghubungkan/menggabungkan dengan data yang ada dalam database Access. Tampilan data attribut serta data vektornya dapat dilihat seperti pada gambar

186 Gambar 4.38 Tampilan data vektor serta data attribut batas kecamatan Banda Aceh dan Aceh Besar Join Tabel 1. Pada ArcMap pilih Add Data. Kemudian pilih Database Connection seperti gambar 4.39, dan tambahkan tabel penduduk seperti tampak pada gambar

187 Gambar 4.39 Memilih koneksi database untuk menambah data 180

188 Gambar 4.40 Menambahkan tabel penduduk 2. Setelah tabel ditambahkan. Klik kanan pada layer kecamatan_bna_acehbesar Join and Relates Join. 3. Muncul jendela Join Data. Pada pertanyaan What do you want to join to this layer? Pilih Join attributes from a table. 4. Pada list menu nomor satu: Choose the field in this layer that the join will be based on. Pilih Kec_code. 5. Pada list menu nomor dua: Choose the table to join to this layer, or load the table from disk. Pilih tabel yang ingin digabung(join). 6. Pada list menu nomor tiga: Choose the field in the table to base the join on. Pilih ID_Kec. 7. Setelah semua parameter untuk join diisi, kemudian tekan OK 181

189 8. Buka tabel attribut data vektor tersebut. Anda akan melihat bahwa data dalam database Access akan tergabung dengan tabel attribut data vektor, seperti gambar di bawah

190 Gambar 4.41 Tabel hasil join Anda telah menggabungkan data dalam database dengan data attribut. Sekarang mari kita lihat pengaruh perubahan data dalam database dengan tampilan peta pada ArcMap. 1. Klik kanan layer kecamatan_bna_acehbesar Properties. Akan muncul jendela Layer Properties seperti gambar Pilih tab Symbology. Pada kolom show pilih Quantities Graduated colors. 3. Pada grup Fields, di menu list Value pilih Populasi. Dan pada grup Classification biarkan nilai Classes tetap 5. Karena kita ingin membuat peta dengan gradasi warna berdasarkan lima kelas penduduk. 4. Setelah selesai tekan OK. Hasilnya tampak seperti gambar

191 Gambar 4.42 Jendela Layer Properties 184

192 Gambar 4.43 Peta Aceh Besar dengan lima kelas penduduk Dalam peta kelas penduduk tersebut, kita lihat bahwa penduduk kecamatan Lhoong berada pada kelas dua yaitu berjumlah antara orang. Kita akan mengubah jumlah penduduk kecamatan ini dalam database penduduk. 1. Buka kembali database penduduk 2. Pada menu database pilih Data penduduk per Kecamatan 3. Muncul isi database seperti gambar Ubahlah penduduk Kecamatan Lhoong menjadi Kemudian tekan tombol Save (gambar disket) 185

193 Gambar 4.44 Isi database jumlah penduduk 4. Pada ArcMap tekan tombol Refresh View. Anda perhatikan warna kecamatan Lhoong akan berubah dan masuk ke dalam kelas ketiga seperti gambar Silahkan mencoba untuk mengubah data-data penduduk kecamatan yang lain. Perhatian: Jangan tutup jendela ArcMap latihan ini karena akan digunakan untuk latihan berikutnya. Gambar 4.45 Peta Aceh Besar dengan lima kelas penduduk 186

194 Relasi Tabel Tabel attribut data vektor dapat dihubungkan(relasi) dengan tabel lain dengan menggunakan ID yang sama. Dengan relasi antar tabel ini memungkinkan pengguna untuk melihat informasi lebih dari sebuah data yang tersimpan pada tabel lain dalam sebuah database. Dalam latihan ini, kita akan mencoba merelasikan tabel attribut data vektor kecamatan dengan tabel jumlah kepala keluarga(kk) di tiap-tiap kecamatan. 1. Dalam keadaan ArcMap latihan sebelumnya masih terbuka. Klik kanan layer kecamatan_bna_acehbesar Join and Relates Relate. Illustrasi langkah ini dapat dilihat seperti gambar

195 Gambar 4.46 Proses melakukan relasi tabel 3. Muncul jendela Relate seperti gambar Isikan parameter-parameter berikut: Pada pertanyaan nomor satu, pilih kecamatan_bna_acehbesar.kec_code. Pada pertanyaan nomor dua tambahkan melalui tombol Open Folder tabel Jumlah KK dari database. Pada nomor tiga pilih ID_Kec sebagai ID untuk melakukan relasi. Terakhir(nomor empat) masukkan nama relasi, untuk latihan ini beri nama Relasi Jumlah KK. 188

196 Gambar 4.47 Jendela relasi table 4. Tekan OK apabila semua parameter untuk relasi telah selesai dimasukkan. 5. Untuk meliha hasil relasi, menggunakan Identify tool klik salah satu kecamatan, sehingga muncul jendela Identify result. Anda akan melihat informasi kecamatan dari hasil join table. Untuk melihat informasi jumlah KK klik tanda + pada ID kecamatan yang muncul dan seterusnya sampai data jumlah KK di kecamatan tersebut muncul seperti gambar Gambar 4.48 Hasil relasi tabel 189

197 Menghapus Join dan Relasi Untuk menghapus join atau relasi tabel cukup mudah seperti langkah-langkah berikut. 1. Seperti terlihat pada gambar 4.49 dan 4.50 Klik kanan layer kecamatan_bna_acehbesar Join and Relates Remove Joins/Relate. 2. Pilih join atau relasi yang ingin dihapus. Atau anda dapat memilih Remove All Joins atau Remove All Relates untuk menghapus semua join atau relasi. Gambar 4.49 Menghapus Join Gambar 4.50 Menghapus relasi 190

198 4.5. Topology Definisi Topology Topology adalah hubungan antara objek-objek spasial yang didefinisikan secara matematis, sehingga objek-objek tersebut memiliki keterkaitan secara spatial satu dengan yang lain. Dalam GIS, topology ini disusun sedemikian rupa dalam satu susunan tabel yang terstruktur. Dengan struktur tersebut sistem dapat mengetahui hubungan spasial sebuah objek dengan objek-objek lain yang berada di sekitarnya. Tabel topology terdiri dari tiga: Tabel node, berisi koordinat titik-titik, tabel arc, berisi id dari node-node pembentuk arc (garis), tabel polygon, berisi id arc-arc pembentuk polygon Fungsi Topology Dalam proses digitasi, mungkin akan terjadi banyak kesalahan, di antaranya: Objek yang saling bertindihan dan membentuk polygon kecil(sliver polygon). Terdapat ruang kosong dari polygon-polygon yang seharusnya berdampingan(gap). Garis yang tak tersambung(undershoot). Garis yang kepanjangan(overshoot). Fungsi topology adalah untuk memastikan integritas spasial (spatial integrity) dari objek dan juga untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam data. Fungsi-fungsi tersebut dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan yang harus dipenuhi. Aturan-aturan tersebut antara lain: Objek tidak boleh saling bertindihan(overlap). Antara satu objek dengan yang lain tidak boleh ada ruang kosong (Gap). Tidak boleh tumpang tindih (overlap) dengan objek yang lain. Objek harus berada dalam objek yang lain. Sebagai contoh persil tanah. Persil dalam dunia nyata tidak akan pernah saling bertindihan satu dengan yang lain (overlap) dan tidak akan pernah ada ruang kosong (gap). Dalam pembentukan topology kita memastikan agar hal ini tidak terjadi dengan menerapkan dua aturan, yaitu: Persil-persil tersebut tidak boleh bertindihan atau overlap satu sama lain. Tidak boleh ada ruang kosong (gap) dalam persil-persil tersebut. Setelah proses topology dilakukan dan ternyata dalam data tersebut ditemukan persilpersil yang saling bertindihan atau terdapat ruang-ruang kosong di antara persil-persil tersebut, maka akan keluar tanda kesalahan, dan pengguna dapat dengan cepat mengidentifikasi dan mengkoreksinya. 191

199 Topology dalam ArcGIS Dalam ArcGIS topology terbagi dalam dua kategori: 1. Topology dalam Geodatabase Topology ini merupakan topology yang dibuat secara permanen dalam sebuah geodatabase. Dalam proses pembentukannya pengguna dapat menerapkan atura-aturan yang dinginkan. Dalam topology ini pengguna bisa mengoperasikan semua tools yang tersedia untuk mengedit, validasi dan mengkoreksi kesalahan topology. Untuk pembuatan topology ini hanya dapat dilakukan di ArcGIS dengan lisensi ArcInfo atau ArcEditor. 2. Map Topology Dalam map topology, ArcGIS akan membuat sebuah topology sementara dalam sistem, sehingga memungkinkan pengguna untuk menggunakan topology editing tools untuk mengkoreksi atau memodifikasi data. Topology ini hanya memberikan fasilitas kepada penguna untuk melakukan modifikasi atau editing pada data, sehingga tidak dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi dan mengkoreksi kesalahan topology Membangun Topology dalam ArcGIS 1. Topology dalam geodatabase Dalam latihan ini kita akan mencoba membuat sebuah topology dalam geodatabase mengunakan data persil, jalan dan bangunan. Dalam dunia nyata tiap-tiap objek tersebut memiliki suatu hubungan spasial, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehingga benar keadaanya seperti di lapangan. Kebenaran yang sesuai dengan keadaan lapangan inilah yang disebut integritas spasial. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk persil-persil tersebut di antaranya: Persil tidak akan pernah overlap satu dengan yang lain. Tidak akan pernah ada ruang kosong (gap) di antara persil Bangunan tidak pernah akan tumpang tindih dengan bangunan yang lain. Bangunan tidak akan pernah tumpang tindih dengan jalan. Sekarang kita akan membuat topology tersebut, dengan langkah-langkah berikut: 1. Buka ArcCatalog, dan masuk ke dalam geodatabase pelatihan Dalam geodatabase ini buka feature data set topology, dan kita akan menemukan data-data yang dibutuhkan untuk latihan ini. 2. Untuk membuat topology klik kanan pada feature data set topology New Topology. Lihat gambar

200 Gambar 4.51 Membuat topology 3. Setelah langkah nomor dua, akan muncul dialog box New Topology kemudian pilih Next. 4. Kemudian masukan nama topology yang diinginkan, untuk latihan ini kita beri nama topology_persil. Kemudian tekan Next. Untuk cluster tolerance biarkan saja seperti default. Cluster tolerance adalah toleransi terhadap vertek terdekat. Jika sebuah vertek berada dalam nilai toleransi maka sistem akan menganggap vertek itu identik dan akan diikutkan dalam proses pembentukan topology. 5. Kemudian akan muncul data-data dalam feature dataset. Kita dapat memilih data-data apa saja yang akan dimasukkan dalam proses topology. Untuk latihan ini kita akan menggunakan semua data yang tersedia. Untuk itu pilih semua data tersebut, dan tekan Next. 6. Untuk nilai ranking, biarkan nilainya tetap satu. 7. Inilah langkah yang paling penting, yaitu kita harus menentukan aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam proses topology, untuk memastikan tercapainya kondisi data yang sesuai dengan kenyataan. Untuk latihan ini kita akan menambahkan aturan seperti syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, yaitu: Persil tidak akan pernah overlap satu dengan yang lain (Mus not overlap). Tidak akan pernah ada ruang kosong (gap) di antara persil (Mus not have gaps). Bangunan tidak pernah akan tumpang tindih dengan bangunan yang lain (Must not overlap). Bangunan tidak akan pernah tumpang tindih dengan jalan (Must not overlap with...). 193

201 Pada dialog box pada gambar 3.52, pilih tombol Add Rule..., sehingga akan muncul dialog box Add Rule. Kemudian pilih syarat seperti tersebut di atas dan tekan OK. Lakukan kembali proses penambahan tersebut sehingga semua syarat terpenuhi. Sehingga tampak seperti gambar di bawah Gambar 4.52 Membuat dan menerapkan aturan-aturan topology Jika aturan-aturan tersebut ingin disimpan dan diterapkan untuk topology yang lain, maka aturan tersebut dapat disimpan dalam sebuah file. Caranya pilih tombol Save Rules.. kemudian tentukan tempat dimana akan disimpan. Untuk memanggil kembali aturan yang telah disimpan. Pilih tombol Load Rules dan pilih file aturan yang telah tersimpan. 8. Setelah aturan-aturan diterapkan, tekan Next, akan muncul rangkuman dari topology yang akan dibuat seperti gambar

202 Gambar 4.53 Rangkuman topology yang akan dibuat Jika kita sudah puas dengan aturan-aturan atau parameter-parameter lainnya, maka cukup tekan tombol Finish untuk membuat topology. Jika tidak maka pilih tombol Back untuk mengubah aturan-aturan atau parameter lain. Begitu tombol Finish ditekan maka ArcGIS akan membentuk topology, setelah topology terbentuk, akan muncul jendela pertanyaan untuk validasi topology. Pilih jawaban Yes, untuk memvalidasi topology. 9. Setelah langkah di atas, maka topology persil yang dibuat akan muncul dalam geodatabase seperti gambar Gambar 4.54 Topology yang telah dibuat dalam geodatabase Mengecek Kesalahan-kesalahan Topology Topology telah selesai dibuat. Sekarang kita akan melihat kesalahan-kesalahan yang muncul dalam topology tersebut, sekaligus mengkoreksi kesalahannya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Dalam geodatabase pelatihan pilih topology_persil yang baru dibuat. Pada jendela sebelah kanan, pilih tab Preview untuk melihat kesalahan-kesalahan topology. 195

203 Gambar 4.55 Menampilkan kesalahan topology Seperti terlihat pada gambar 3.55, hasil topology yang telah dibuat ada berwarna merah dan merah jambu. Warna-warna tersebut menunjukkan ada kesalahan di tempat tersebut. Gunakan fungsi zoom untuk melihat lebih jelas kesalah-kesalahan yang terjadi. 2. Sekarang, kita akan melihat kesalahan-kesalahan topology secara lebih detil. Buka ArcMap baru. 3. Tambahkan topology_persil yang ada dalam geodatabase. 4. Akan muncul jendela pertanyaan, apakah feature class data topology akan ikut ditambahkan, pilih Yes. Maka data topology beserta feature class akan ditambahkan kedalam ArcMap seperti gambar Gambar 4.56 Topology beserta feature class-nya dalam ArcMap 196

204 5. Tambahkan toolbar topology di ArcMap melalui toolbar Editor More Editing Tools Topology. Perhatikan gambar Gambar 4.57 Langkah menampilkan toolbar topology 1. Setelah toolbar topology seperti gambar 4.58 ditambahkan ke jendela ArcMap, ternyata fungsinya belum aktif. Ini terjadi karena Editor-nya belum diaktifkan. Untuk itu aktifkan Editor-nya, melalui toolbar Editor Start Editing. Gambar 4.58 Toolbar topology 197

205 Fungsi-fungsi dalam toolbar topology dapat dilihat dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Fungsi-fungsi tool topology 2. Pilih Error Inspector tool. Akan muncul jendela Error Inspector. Pada kolom Show, kita dapat memilih kategori kesalahan yang ingin ditampilkan. Silahkan dicoba! Memperbaiki Kesalahan Topology Semua kesalahan-kesalahan yang terjadi telah diketahui, sekarang bagaimana cara mengkoreksi atau memperbaiki kesalahan tersebut? Berikut langkah-langkahnya: 1. Jika Jendela Error Inspector sudah ditutup, bukalah kembali. Tampilkan kesalahan yang ada, seperti terlihat pada gambar Pilih salah satu kesalahan, dan secara otomatis akan terdeteksi di jendela data ArcMap ditandai dengan warna hitam(atau warna lain, sesuai dengan setting sistem) 198

206 Gambar 4.59 Jendela error inspector yang menampilkan kesalahan pada topology 3. Masih pada jendela Error Inspector. Klik kanan salah satu kesalahan, kemudian pilih Zoom To, untuk memperbesar area dimana kesalahan tersebut terjadi. 4. Pada gambar 4.60 ada satu kesalahan yaitu: Bangunan overlap dengan Jalan. Kesalahan ini dapat diperbaiki dengan kenyataan faktual di lapangan, apakah dengan menggeser bangunannya, mengubah ukuran bangunan, atau dengan cara lain sesuai dengan keadaan. Untuk latihan ini, dianggap posisi bangunan tersebut terlalu ke depan sehingga overlap dengan jalan. Maka yang harus dilakukan adalah menggeser bangunan tersebut. Gambar 4.60 Bangunan overlap dengan jalan Gambar 4.61 Bangunan telah digeser 199

207 5. Dengan menggunakan Edit Tool, geserlah bangunan tersebut sehingga tidak overlap dengan jalan seperti pada gambar Gambar 4.62 Polygon kecil (berwarna merah jambu) Walaupun Bangunan telah digeser, ternyata polygon kecil masih ada seperti tampak pada gambar 3.62, dan ini harus dikoreksi. Seperti terlihat pada gambar tersebut, polygon kecil itu ternyata berada dalam area jalan, sehingga kita dapat menggabungkan polygon kecil ini ke dalam polygon jalan. Caranya sebagai berilkut. (point nomor enam). 6. Pilih Fix Topology Error Tool pada toolbar topology. Kemudian klik kanan di atas polygon kecil yang dimaksud, pilih Merge seperti tampak pada gambar Gambar 4.63 Memperbaiki kesalahan topology dengan Merge 200

208 7. Akan muncul jendela Merge seperti gambar Pilih Jalan OK. Gambar 4.64 Jendela fungsi Merge 8. Secara otomatis polygon kecil tersebut akan masuk ke dalam polyon jalan. Simpan hasil editing. Editor Save Edits Memperbaiki Kesalahan Gap Berikut adalah langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan gap. 1. Pilih salah satu kesalahan gap (Must not have gaps). Dan zoom ke area tersebut. 2. Pilih tool Fix Topology Error Tool, lalu pilih gap yang dimaksud, hingga berwarna hitam. 3. Klik Kanan di atas gap tersebut, pilih Create Feature seperti gambar Aksi ini akan mengubah gap yang dimaksud menjadi polygon. Gambar 4.65 Memperbaiki kesalahan gap Langkah selanjutnya adalah menggabungkan polygon yang terbentuk dari gap tadi, ke dalam polygon yang semestinya. 201

209 4. Mengunakan Edit Tool, pilih polygon gap yang terbentuk tekan shift(jangan dilepas) pilih polygon persil yang akan digabungkan (dalam hal ini persil di sebelah kanan). 5. Di menu toolbar Editor kemudian pilih Merge. Akan muncul jendela merge, dan pilih persil yang akan digabungkan seperti gambar Simpan hasil koreksi. Gambar 4.66 Memperbaiki kesalaha gap dengan fungsi Merge Pengecualian Kesalahan (Error Exception) Pada proses pembentukan topology dengan menerapkan aturan-aturan tertentu, kadang kala ada beberapa keadaan yang harus dilanggar dan dijadikan sebagai pengecualian. contohnya jalan tidak boleh overlap dengan badan air, pengecualian untuk jalan jembatan. Jalan tidak boleh saling ovelap, pengecualian berlaku untuk jalan layang. Rumah tidak boleh overlap dengan jalan, pengecualian untuk rumah yang berada di bawah jalan layang.dan masih banyak contoh lainnya. Untuk latihan ini, adakah pengecualian yang berlaku? Coba perhatikan aturan tidak boleh ada gap di antara persil. Pada topology terlihat kesalahan untuk persil-persil yang berbatasan dengan jalan. Karena persil ini berbatasan dengan jalan tentu saja akan memiliki ruang kosong yang sebenarnya ditempati oleh layer jalan. Untuk itu persil-persil yang berbatasan dengan jalan kita jadikan sebagai pengecualian. Untuk membuat pengecualian ini, berikut langkah-langkahnya: 1. Buka kembali jendela error inspector. 2. Tampilkan kesalahan untuk aturan persil-must not have gaps. 3. Cari kesalahan untuk persil yang berbatasan dengan jalan. 4. Klik kanan persil yang dimaksud dan pilih Mark As Exception seperti terlihat pada gambar Secara otomatis ArcGIS akan menghapus tanda kesalahan untuk persil yang berbatasan dengan jalan tadi. 202

210 Gambar 4.67 Melakukan pengecualian kesalahan pada topology (error exception) Map Topology Map topology merupakan topology sementara yang dibuat dalam sistem ArcGIS sehingga memungkinkan pengguna untuk memakai fasilitas Topology Editing tool. Dengan tool ini, editing pada feature-feature yang dimiliki bersama (shared feature) akan lebih mudah dilakukan, daripada memakai tool edit biasa. Karena kita akan bekerja dengan shared feature (objek yang dipakai bersama) tentunya sangat disarankan data yang dipakai sudah benar topology-nya, dan tidak ada kesalahan. Sebagai contoh Kasus. Pemilik tanah persil A membeli sebagian tanah dalam persil B. Tentunya Anda sebagai petugas Manajemen data pertanahan harus melakukan perubahan tersebut. Bagaimana hal in bisa dilakukan dengan cepat.? Untuk lebih jelasnya mari kita lakukan latihan berikut: 1. Buka ArcMap baru, tambahkan data persil dari geodatabase pelatihan. 2. Zoom dua persil tanah di bagian pojok kiri atas. 3. Aktifkan Editor. 4. Tampilkan toolbar topology. 5. Pada toolbar tersebut pilih Map Topology. 6. Akan muncul jendela yang menanyakan data apa saja yang akan digunakan dalam proses. Karena dalam latihan ini hanya akan digunakan data persil, check data persil. Untuk cluster tolerance biarkan default. Kemudian tekan OK. 7. Pilih topology edit tool. Kemudian pilih batas persil yang akan di ubah, sehingga warnanya menjadi merah jambu (atau warna lain sesuai dengan setting sistem). 8. Pada menu Task dalam toolbar Editor, dalam kelompok topology task, pilih Reshape Edge. Lihat gambar

211 Gambar 4.68 Memilih fungsi Reshape Edge pada menu Editor 9. Menggunakan Sketch Tool. Ubahlah batas tersebut seperti gambar 4.69, dan hasilnya akan terlihat seperti gambar Gambar 4.69 Merubah batas persil Gambar 4.70 Batas persil yang telah dirubah 10. Cobalah untuk menggunakan topology editing tool yang lain, seperti Modify Edge dan Auto-Complete Polygon. 204

212 BAB 5 Dasar Penginderaan Jauh.

213 5.1 Composite Bands Tool Composite Bands digunakan untuk menyusun komposisi warna Red-Green-Blue pada citra, baik optik maupun radar. Dalam modul latihan ini digunakan data citra satelit landsat TM5. Format data citra hasil Download biasanya dalam bentuk TIFF atau GeoTIFF bisa langsung diproses Composite Bands. Tool ini terdapat di bagian ArcToolbox > Raster > Raster Processing > Composite Bands. Untuk keperluan klasifikasi penutupan lahan, biasanya hanya digunakan 3 komposisi warna RGB yaitu dari Band 5, 4, dan 2 (Departemen kehutanan), atau band 5, 4, dan

214 5.2 Symbology Tahapan ini diperlukan untuk melakukan penajaman citra. Perbesar lokasi citra 207

215 Klik kanan di layer citra tersebut dan kemudian Pilih Properties Symbology. Pilih Stretch Type : Standar Deviations dengan harga n = 1. klik OK. 5.3 Geo referencing / koreksi geometri Georeferencing adalah proses penempatan objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan system koordinat ke dalam system koordinat dan proyeksi tertentu. Secara umum tahapan georeferencing (dengan menggunakan ArcMap) pada data raster adalah sbb: 1. Tambahkan data raster yang akan ditempatkan pada sistem koordinat dan proyeksi tertentu. 2. Tambahkan titik control pada data raster yang dijadikan sebagai titik ikat dan diketahui nilai koordinatnya. 3. Simpan informasi georeferensi jika pengikatan obyek ke georeference sudah dianggap benar. Anda dapat membuat nilai koordinat tetap untuk data raster setelah ditransformasi (proses georeferencing) dengan menggunakan perintah Rectify pada Georeferencing toolbar. Sistem koordinat akan sama dengan koordinat acuan yang dipakai. 208

216 5.4 Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik dapat menggunakan metode penyesuaian histogram (histogram adjusment). Asumsi yang melandasi metode adalah nilai piksel terendah tiap saluran seharusnya berniali 0. Apabila nilai lebih besar dari nol (>0), maka dihitung sebagai bias atau offset, dan koreksi dilakukan dengan cara menghilangkan bias tersebut. Perhitungan untuk koreksi radiometrik ini bisa menggunakan raster Calculator dari Spatial Analyst maupun dengan Map Algebra. # Ekstensi Spatial Analyst 1. Aktifkan ekstensi Spatial Analyst (SA). 2. Klik pada SA -> Option 1. Tentukan direktori kerja kita pada tab General, Tentukan cell size, misal pada tab Cell Size pilih As Specified Below, lalu isikan 30 pada Cell size (resolusi spasial 30 m untuk Landsat). 2. Kemudian untuk melakukan perhitungam, dengan Raster Calculator (SA -> Raster Calculator). 3. Pilih band 1 yang akan dikurangi nilai biasnya dan masukkan nilai biasnya, klik Evaluate. 209

217 4. Untuk menyimpannya secara permanen, klik kanan pada data -> pilih Data -> Make Permanent. # Map Algebra ArcToolbox pada Spatial Analyst Tools -> Map Algebra dengan memasukkan rumus: ((float(b1)) - (nilai bias))) 5.5 Pemotongan Citra / Extraction Terdapat dua cara pemotongan citra, yaitu dengan menggunakan shapefile polygon / raster batas pemotongan citra dan menggunakan batas yang kita buat dari fungsi tool draw. 1. Menggunakan shapefile polygon / raster batas pemotongan citra ArcToolBox > Spatial Analyst Tools > Extraction > Extract by Mask 210

218 Proses pemotongan data menggukanan mask raster (Sumber : ArcGis Desktop Help). Proses pemotongan data menggunakan mask shapefile polygon 2. Menggunakan Draw Tool Draw Tool ini hampir dipunyai semua produk software, seperti Microsoft Office, Adobe Photoshop, Corel Draw, AutoCAD dll. Pada ArcMap tool ini selain berfungsi untuk proses drawing juga memiliki beberapa fungsi yang lebih powerfull, contohnya adalah untuk memotong citra. 211

219 Setelah membuat shape dengan Draw Toos, klik kanan pada layer Data > Export Data Selected Graphic (Clipping) > Save 212

220 Resolusi spasial untuk citra landsat band 1-5, dan 7 File name Folder / lokasi output ` 213

221 5.6 Transformasi Citra Transformasi citra meliputi: Penajaman Citra, Band Ratio, Principal Components Analysis, Perentangan, Indeks Vegetasi Penajaman Citra Image Sharpening atau Penajaman Citra untuk secara otomatis menggabungkan citra warna resolusi rendah dengan citra grayscale resolusi tinggi (dengan resampling ke ukuran pixel resolusi tinggi). ArcGIS memiliki teknik penajaman citra, menggunakan Transformasi IHS, Transformasi Normalisasi Warna (Brovery). Tampilkan data di ArcMap, klik kanan pada data lalu pilih Properties pilih tab Symbology. Centang Pan -sharpening, kemudian pilihlah citra pankromatik (resolusi 15 m untuk landsat) dan pilihlah tipe pan-sharpening yang diinginkan. 214

222 Principal Components Analysis Dalam ArcGIS Principal Component terdapat di ArcToolbox yakni Spatial Analyst Tools > Multivariate > Principal Components Band Ratio Band Ratios digunakan untuk mempertajam perbedaan spectral antar band dan mengurangi efek topografi. Biasanya untuk identifikasi konsentrasi vegetasi, juga dapat mempertajam perbedaan darat dan lautan. Band Ratios dapat kita lakukan dengan memanfaatkan Raster Calculator pada Ekstensi Spatial Analyst maupun Map Algebra pada Spatial Analyst Tools - ArcToolbox. Misal: Band Ratios : ((float(b4)) / (float(b3)) Indeks Vegetasi Seperti halnya Band Ratios, maka Indeks Vegetasi (misal; Transformasi NDVI) dapat kita lakukan dengan memanfaatkan Raster Calculator pada Ekstensi Spatial Analyst ataupun Map Algebra pada Spatial Analyst Tools - ArcToolbox Transformasi NDVI Formula Normalized Difference Vegetation Index dimana, NIR ialah band inframerah dan Red ialah band Merah Apabila formula tersebut di atas dituliskan pada Map Algebra sebagai berikut: NDVI: (((float(b4)) - (float(b3))) / ((float(b4)) + (float(b3)))) dimana b3 dan b4 diganti dengan lokasi file yang akan digunakan, misal: b3: C:\raster\single_band\band3.tif b4: C:\raster\single_band\band4.tif Apabila menggunakan Raster Calculator pada Spatial Analyst, terlebih dahulu tempilkan data band 3 dan band 4 pada Data View ArcMap. 5.7 Klasifikasi tidak Terbimbing Iso Cluster Iso cluster digunakan untuk mengelompokkan nilai-nilai piksel yang relative sama dalam range tertentu. Pada proses ini dapat ditentukan cluster / pengelompokkan kelas penutupan lahan 215

223 secara otomatis oleh ArcMap berdasarkan nilai-nilai piksel tersebut. Iso Cluster terdapat di ArcToolbox > Spatial Analyst > Multivariate > Iso Cluster Jumlah kelas / kluster yang disiapkan Maximum Likelihood Algoritma yang digunakan oleh fungsi Maximum Likelihood Classify didasarkan pada dua prinsip: Piksel-piksel di setiap sampel kelas dalam ruang multidimensi terdistribusi secara normal. Teori bias dalam pengambilan keputusan pengelompokkan cluster. Tool Maximum Likelihood terdapat di ArcToolbox > Spatial Analyst > Multivariate > Maximum Likelihood. 216

224 asil H Iso Dibawah ini merupakan citra hasil klasifikasi dengan menggunakan iso cluster (unsupervised) dengan jumlah kelas awal 10 kelas. Pada kenyataannya kita ingin menyederhanakan jumlah 10 kelas tersebut menjadi hanya beberapa kelas saja, maka hal pertama yang harus kita lakukan ialah memberikan ciri pembeda untuk tuap kelasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah warna tampilan citra serta memberikan atribut ulang sesuai dengan nama kelas yang akan digunakan. Gunakan tool Identify untuk mengidentifikasi value piksel pada citra hasil klasifikasi 217

225 Hasil identifikasi diatas yaitu kelas yang memiliki value 5 berwarna biru. Selanjutnya buat field baru untuk identitas nama cluster, kemudian isi baris-baris pada field tersebut dengan menggunakan acuan citra sebelum terklasifikasi. 218

226 Untuk mensederhanakan kelas-kelas tersebut, bisa menggunakan Reclassify dari tool Spatial Analyst. Misalnya menyatukan beberapa kelas yang terpisah / warna yang berbeda menjadi satu kelas, dapat menggunakan tool ini. 219

227 10 Kelas menjadi 7 Kelas Selanjutnya tinggal memberikan atribut dan warna ulang pada data citra klasifikasi hasil reclassify. 5.8 Klasifikasi Terbimbing Pada klasifikasi ini digunakan sample area untuk mewakili bagian lain yang memiliki karakteristik piksel ataupun tekstur yang relative sama. Sample area yang digunakan dalam modul ini berupa Shapefile Polygon. Fitur ini nantinya akan diberi atribut tambahan berupa kelas penutupan lahan dan kode dalam tipe field Integer. Setelah selesai membuat Polygons, maka tahap selanjutnya sebagai berikut: 1. Create Signature Arctoolbox > Spatial Analyst > Multivariate > Create Signatures 220

228 *Signature disimpan dalam format *GSG. 2. Maximum Likelihood Classification Caranya sama dengan tahap Unsupervised Classification. Input citra yang diinginkan 221

229 3. Focal Statistic Cara ini dilakukan jika ingin menentukan jumlah minimum piksel yang saling berdekatan dapat dijasikan satu kelas penutupan lahan. Tool ini tedapat di Arctoolbox > Spatial Analyst > Neighborhood > Focal Statistic. 222

230 BAB 6 Tools Analisa Spasial.

231 6.1. Data SRTM Menampilkan data SRTM 1. Jalankan ArcMap 2. Tambahkan data SRTM 1 arc second (30m) dari folder Data-Bab- VI/srtm_1_arcsec 3. Klik kanan pada srtm, klik property. Klik tab Symbology. Klik kanan pada kotak dropdown Color Ramp. Hilangkan tanda centang pada Graphic View. 222

232 4. Masih dalam kotak dialog Layer Properties, Pilih Color Ramp Elevation #1. 5. Klik OK. 223

233 Mengisi data kosong (void) pada SRTM 1 arc second 1. Zoom pada kawasan Pulo Aceh dan Pulau Weh. 2. Tampak bagian yang tidak ada nilai srtm-nya (pixel tidak berwarna) di beberapa bagian di Pulo Aceh dan Pulau Weh. 3. Untuk mengisi pixel tersebut kita akan ambil nilai dari srtm 3 arc second (90 m). 4. Tambahkan data SRTM 3 arc second (30m) dari folder Data-Bab- VI/srtm_3_arcsec 5. Data SRTM ini memiliki resolusi 90 m, akan tetapi telah diperbaiki sehingga tidak ada nilai yang hilang (pixel kosong). Kita akan menggunakan nilai ketinggian dari SRTM ini untuk memperbaiki SRTM 1 arc second. 224

234 6. Zoom ke layer n05_e095_1arc_v3.tif. 7. Klik Spatial Analyst Tools Map Algebra Raster Calulator dari ArcToolbox untuk menjalankan Raster Calculator. 8. Kotak dialog Raster Calculator akan muncul seperti di bawah ini. 225

235 9. Ketik rumus seperti tampilan di bawah ini untuk membuat file raster baru yang mengambil nilai dari layer srtm_56_11.tif jika layer n05_e095_1arc_v3.tif bernilai kosong, dan mengambil nilai lainnya dari layer n05_e095_1arc_v3.tif. 10. Simpan output di file seperti di bawah ini. Klik Save setelah menuliskan nama file. 226

236 11. Klik tombol Environments seperti gambar berikut. 12. Klik pada Raster Analysis. Buat pengaturan Cell Size seperti gambar berikut dengan memilih Same as layer n05_e095_1arc_v3.tif dari dropdown list. 13. Klik OK untuk menutup kotak dialog Environment Settings. Kemudian Klik OK sekali lagi untuk menjalankan Raster Calculator. 227

237 14. Atur tampilan layer output raster agar tampak seperti sebelumnya dan Zoom ke Pulo Aceh dan Pulau Weh. Tampak bahwa hamper semua pixel kosong sudah terisi Extract Data Raster 1. Buka New Mapfile. Tambahkan data ABE_Kec_Seulimum_Seulawah.shp dan n05_e095_1arc_v3_fix.tif dari folder Data-Bab-VI. Kemudian Zoom In ke layer ABE_Kec_Seulimum_Seulawah.shp. 228

238 2. Buka ArcToolbox, dan klik Spatial Analyst Tools Extraction dan klik ganda pada Extract by Mask. 3. Kotak dialog Extract by Mask akan muncul. Isi kotak dialog seperti gambar berikut. 229

239 4. Klik OK untuk menjalankan. Hasil akan terlihat seperti gambar berikut. 5. Jangan tutup ArcMap jika anda masih akan meneruskan dengan latihan berikutnya. Anda boleh menyimpan map document ini jika ingin membukanya lagi nanti Memproyeksikan Data Raster Banyak analisis yang dilakukan dengan Spatial Analyst Tools yang melibatkan perhitungan jarak di dalamnya. Untuk analisis seperti itu lebih baik digunakan data dalam system koordinat proyeksi. Oleh karena itu data raster, seperti SRTM yang telah diekstrak (atau clip), perlu diproyeksikan ke dalam system koordinat proyeksi, misalnya UTM. Berikut ini adalah tahapan untuk memproyeksikan data raster: 1. Anda dapat menggunakan map document dari latihan sebelum ini. Jika map document itu tidak ada, maka anda dapat menjalankan ArcMap, buka peta yang kosong (blank), lalu tambahkan data n05_e095_1arc_v3_fix_clip.tif dari folder Data-Bab-VI. 2. Buka ArcToolbox, dan klik Data Management Projections and Transformations Raster dan klik ganda pada Project Raster. 230

240 3. Kotak dialog Project Raster akan terbuka. Untuk Input Raster pilih layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip.tif dari dropdown list yang tersedia. Isi Output Raster Dataset dengan nama file output sesuai keinginan.untuk latihan ini simpan output raster sebagai n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm.tif, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. 231

241 4. Untuk mengisi Output Coordinate System, klik ikon di ujung kanan field tersebut. Kotak dialog untuk memilih sistem koordinat akan muncul seperti gambar berikut. Klik tombol Select untuk menampilkan pilihan sistem koordinat. Untuk latihan ini pilih Projected Coordinate System UTM WGS 1984 Northern Hemisphere WGS 1984 UTM Zone 46N. 5. Kotak dialog Project Raster yang telah siap untuk dijalankan tampak seperti gambar berikut. Klik OK untuk menjalankan. 232

242 6. Data SRTM yang telah berhasil ditukar sistem koordinatnya kepada sistem koordinat UTM 46N ditunjukkan oleh gambar berikut. Data ini kelihatan sama,tetapi sistem koordinatnya berbeda dengan data sebelumnya yang menggunakan sistem koordinat geografis (WGS 1984) Membuat Hillshade Hillshade adalah tampilan bayangan akibat penyinaran matahari terhalang oleh relief permukaan bumi. Hillshade biasanya digunakan untuk memberikan efek 3 dimensi pada data SRTM. Berikut ini adalah tahapan untuk menghasilkan hillshade: 1. Gunakan data SRTM yang sudah diperbaiki dan di-extract serta diroyeksikan ke UTM hasil dari kegiatan sebelumnya, seperti gambar berikut. 233

243 2. Buka ArcToolbox, dan klik Spatial Analyst Tools Surface dan klik ganda pada Hillshade. 3. Kotak dialog Hillshade akan terbuka. Untuk Input Raster pilih layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm.tif dari dropdown list yang tersedia. Isi Output Raster Dataset dengan nama file output sesuai keinginan.untuk latihan ini simpan output raster sebagai n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm_shade.tif. Untuk field lainnya gunakan nilai yang telah diberikan, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. 234

244 4. Klik OK untukmenjalankan. Hasil hillshade akan tampak seperti gambar berikut. 5. Untuk menghasilkan tampilan mirip 3 dimensi dengan menggunakan hillshade, ubah tampilan dari layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm.tif. Buka properties dari layer tersebut, dan ubah Color Ramp yang digunakan kepada Elevation #1, seperti gambar berikut. 235

245 6. Klik OK. Hasilnya akan terlihat seperti gambar berikut. 7. Pastikan layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm_shade.tif terletak di atas layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm.tif. Buka layer properties dari layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm_shade.tif. Klik tab Display, dan ganti nilai Transparency menjadi

246 8. Klik OK. Tampilan SRTM pada Map Document akan terlihat seperti gambar di berikut ini. Jika di-zoom ke wilayah puncak gunung dan sekitarnya, maka efek 3 dimensinya akan terlihat lebih jelas seperti gambar berikut Membuat Slope 1. Gunakan data SRTM yang sudah diperbaiki dan di-extract serta diroyeksikan ke UTM hasil dari kegiatan sebelumnya, seperti gambar berikut. 237

247 2. Buka ArcToolbox, dan klik Spatial Analyst Tools Surface dan klik ganda pada Slope. 3. Kotak dialog Slope akan terbuka. Untuk Input Raster pilih layer n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm.tif dari dropdown list yang tersedia. Isi Output Raster Dataset dengan nama file output sesuai keinginan.untuk latihan ini simpan output raster sebagai n05_e095_1arc_v3_fix_clip_utm_slope.tif. Untuk field Output Measurement bisa pilih DEGREE untuk menampilkan kemiringan lereng dalam derajat, atau PERCENT_RISE untuk menampilkan tingkat kemiringan dalam persen.untuk latihan ini pilih PERCENT_RISE. Untuk field lainnya gunakan nilai yang telah diberikan, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. 238

248 4. Klik OK untuk menjalankan. Hasil slope akan tampak seperti gambar berikut 239

249 Tampilan lereng (slope) yang dipadukan dengan hillshade tampak seperti gambar berikut ini Analisa Kesesuaian Lahan Menggunakan Data Raster Sub-bab ini membahas contoh analisa kesesuaian lahan dengan menggunakan data raster. Analisa dilakukan dengan melakukan overlay data raster menggunakan Raster Calculator. Dalam latihan ini akan ditentukan keseusaian lahan untuk hutan produksi berdasarkan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan. Untuk analisa ini perlu diketahui skoring dari tiap kelas data dan bobot untuk setiap layer data raster tersebut. Dalam latihan ini akan digunakan ketiga tabel berikut untuk skoring dan bobot. 240

250 Hasil akhir overlay diklasifikasi berdasarkan skor sebagai berikut: a) Hutan Produksi Tetap, jika memiliki skoring fisik wilayah: < 125; b) Hutan Produksi Terbatas, jika memiliki skoring fisik wilayah: ; c) Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi, jika memiliki skoring fisik wilayah: > 175. Sebelum melakukan analisa, perlu dilakukan pengaturan Environments dari Geoprocessing agar data yang setiap proses dilakukan untuk extent, ukuran sel, dan batas daerah yang sama. Langkah-langkah untuk melakukan hal ini adalah sebagi berikut: 1. Jalankan ArcMap, browse ke folder Data-Bab-VI, lalu pilih map document Kesesuaian_Lahan.mxd. Klik Open untuk membuka. 2. Klik Geoprocessing pada menu, lalu klik Environments 241

251 3. Kotak dialog Environment Settings akan terbuka. Klik Processing Extent, lalu isi pengaturannya sebagai berikut: Extent, pilih Same as layer n05_e095_1arc_v3_flix_clip_utm_slope.tif dari dropdown list. Secara otomatis batas Top, Left, Right, dan Bottom akan terisi sesuai dengan layer yang dipilih. Snap Raster, pilih n05_e095_1arc_v3_flix_clip_utm_slope.tif dari dropdown list. Ini berguna agar semua file raster yang dihasikan dalam perhitungan nanti akan dapat tepat melekat (snap) pada data raster yang dipilih, sehingga memudahkan proses overlay. Kemudian klik Raster Analysis, lalu isi pengaturannya sebagai berikut: Cell Size, pilih Same as layer n05_e095_1arc_v3_flix_clip_utm_slope.tif dari dropdown list. Secara otomatis ukuran sel dari setiap data raster yang akan dihasilkan akan terisi. Mask, pilih ABE_Kec_Seulimum_Seulawah dari dropdown list. Ini berguna agar semua file raster yang dihasikan ditampilkan menurut bentuk batas daerah. Selain itu dengan menggunakan mask, proses perhitungan hanya akan dilakukan dalam batas daerah (mask) saja. Kotak dialog yang telah terisi dapat dilihat pada gambar berikut. 242

252 4. Klik OK untuk menyimpan pengaturan. Save map document, tapi jangan tutup karena akan digunakan pada latihan seanjutnya Interpolasi Interpolasi bertujuan untuk menghasilkan data permukaan raster berdasarkan data sampel dari beberapa titik. Dalam latihan ini interpolasi akan digunakan untuk membuat peta intensitas hujan di seluruh daerah kajian berdasarkan data intensitas hujan dari empat stasiun pengamatan hujan. Untuk latihan ini gunakan map document dari kegiatan sebelumnya.berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan interpolasi: 1. Buka ArcToolbox, dan klik Spatial Analyst Tools Interpolation dan klik ganda pada IDW. 243

253 2. Kotak dialog IDW akan terbuka. Untuk Input Raster pilih layer stasiun_curah_hujan_seulimum_dsk_utm dari dropdown list yang tersedia. Isi Output Raster Dataset dengan nama file output sesuai keinginan.untuk latihan ini simpan output raster sebagai IH_seulimum_seulawah.tif. Untuk field lainnya gunakan nilai yang telah diberikan, seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. 244

Workshop untuk Para Pengguna Web GIS Portal

Workshop untuk Para Pengguna Web GIS Portal Workshop untuk Para Pengguna Web GIS Portal Selamat datang di Workshop untuk para pengguna Web GIS Portal. Perkenalan Memperkenalkan mengenai apa itu Web GIS Portal, untuk apa, termasuk juga ringkasan

Lebih terperinci

MANUAL GEOPORTAL. Memperkenalkan mengenai apa itu Geoportal, untuk apa, termasuk juga ringkasan mengenai aplikasi tersebut.

MANUAL GEOPORTAL. Memperkenalkan mengenai apa itu Geoportal, untuk apa, termasuk juga ringkasan mengenai aplikasi tersebut. MANUAL GEOPORTAL Selamat datang di Workshop untuk para pengguna Geoportal Sulawesi Tengah. Akan dipelajari bagaimana cara menggunakan Manajemen Sistem Informasi Geoportal. 1.0 Pendahuluan Memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN

BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN BAB 3 IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI UU NOMOR 4 TAHUN 2011 MENGENAI INFORMASI GEOSPASIAL TEMATIK KELAUTAN Informasi geospasial tematik (IGT) merupakan informasi geospasial (IG) yang menggambarkan satu

Lebih terperinci

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K

2014, No.31 2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I K No.31, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Geospasial. Informasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5502) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL

PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL PETUNJUK TEKNIS APLIKASI PEMETAAN PARTISIPATIF PUSAT PENGELOLAAN DAN PENYEBARLUASAN INFORMASI GEOSPASIAL KATA PENGANTAR Aplikasi Pemetaan Partisipatif merupakan aplikasi yang dikelola oleh Badan Informasi

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL DAN INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop

Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab I Pengenalan ArcGIS Desktop Bab ini akan membahas tentang: - Pengenalan ArcGIS Desktop - Pembuatan project pada ArcMap - Penambahan layer pada ArcMap 1.1 Sekilas tentang ArcGIS Desktop ArcGIS Desktop

Lebih terperinci

WEB KATALOG IG NASIONAL

WEB KATALOG IG NASIONAL Buku User Guide Web Katalog IG Nasional ini bersifat konfidensial dan dimiliki oleh PT. Duta Informatika Di Jakarta. Dokumen ini ditujukan kepada pengguna Web Katalog IG Nasional. Hak Cipta PETUNJUK PENGGUNAAN

Lebih terperinci

10.1 Pelajaran: Menginstal dan mengatur Plugin

10.1 Pelajaran: Menginstal dan mengatur Plugin BAB 10 Modul: Plugin Plugin memungkinkan Anda untuk memperbanyak fungsi dalam QGIS. Dalam modul ini, Anda akan ditunjukkan bagaimana mengaktifkan dan menggunakan plugin. 10.1 Pelajaran: Menginstal dan

Lebih terperinci

PETA DASAR DALAM JARINGAN VER

PETA DASAR DALAM JARINGAN VER Petunjuk Teknis Penggunaan PETA DASAR DALAM JARINGAN VER.01.2016 Petunjuk Teknis ini dapat digunakan oleh praktisi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang maupun di lingkungan Kementerian, Lembaga

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS. Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi. Lampiran IV Surat Edaran : Nomor : 8/P1/TI/2018 Tanggal : 21 Mei 2018

PETUNJUK TEKNIS. Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi. Lampiran IV Surat Edaran : Nomor : 8/P1/TI/2018 Tanggal : 21 Mei 2018 PETUNJUK TEKNIS Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi Lampiran IV Surat Edaran : Nomor : 8/P1/TI/2018 Tanggal : 21 Mei 2018 PUSAT DATA DAN INFORMASI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS. Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2017

PETUNJUK TEKNIS. Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2017 PETUNJUK TEKNIS Mekanisme Pengukuran Titik Koordinat Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2017 PUSAT DATA DAN INFORMASI ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Data dan informasi Geospasial menjadi salah satu kebutuhan yang mutlak untuk mendukung pembangunan di Indonesia, namun pemerintah seringkali mengabaikan peran data geospasial

Lebih terperinci

Manual Book. Model Pelaporan Online

Manual Book. Model Pelaporan Online Manual Book Model Pelaporan Online Daftar Isi Manual Book MPO 2017... 2 Login... 2 Lupa Password... 2 Profile... 2 Informasi Umum... 2 Akun... 3 Personal Info... 3 Ganti Avatar... 4 Ganti Password... 4

Lebih terperinci

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL

INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL INFORMASI GEOSPASIAL STRATEGIS NASIONAL RANCANGAN PENGELOLAAN IG STRATEGIS NASIONAL DALAM MENDUKUNG PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SISTEMATIKA PEMBAHASAN: 1. DASAR HUKUM 2. MEKANISME BERBAGI PAKAI MELALUI

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI SISTEM INFORMASI HIDROLOGI, HIDROMETEOROLOGI DAN HIDROGEOLOGI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi (SIH3) merupakan pengembangan dari Sistem Informasi

Lebih terperinci

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0

Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 Aplikasi Surat Keluar Masuk Versi 1.0 1 Implementasi Bagian ini menjelaskan kebutuhan pengguna untuk membuat Aplikasi Surat Keluar Masuk Studi Kasus Biro Kerjasama Dan Kemahasiswaan Bagian ini juga menjelaskan

Lebih terperinci

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL

SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL SURVEI INDEKS KINERJA INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL IDENTITAS RESPONDEN Nama Jabatan Nama lembaga Jumlah staf Kabupaten/Kota Provinsi Telepon E-mail Alamat website lembaga Pusat Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS

Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS Bab VI. Analisis Spatial dengan ArcGIS Analisis Spatial Proses analisis dengan ArcGIS adalah proses menggabungkan informasi dari beberapa layer data yang berbeda dengan menggunakan operasi spatial tertentu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN z KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE DAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MODUL PENGGUNAAN Biro Hukum Kementerian Keuangan - 31 Januarri 2017 ii

MODUL PENGGUNAAN Biro Hukum Kementerian Keuangan - 31 Januarri 2017 ii MODUL PENGGUNAAN Biro Hukum Kementerian Keuangan - 31 Januarri 2017 ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB I Pendahuluan... 1 a. Sekilas Aplikasi... 1 b. Implementasi Aplikasi Simfoni dalam

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERAN SERTA SETIAP ORANG DALAM JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERAN SERTA SETIAP ORANG DALAM JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PERAN SERTA SETIAP ORANG DALAM JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

Panduan Aplikasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP)

Panduan Aplikasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Panduan Aplikasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Oleh Tim AirPutih (info@airputih.or.id) Hak Cipta Hak Cipta (c) 2014 dipegang oleh tim penulis, dan di publikasikan berdasarkan lisensi Creative Commons

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan Peramban Web incloud Bahasa Indonesia

Panduan Penggunaan Peramban Web incloud Bahasa Indonesia Panduan Penggunaan Peramban Web incloud Bahasa Indonesia A. Memulai Menggunakan Layanan Peramban web incloud memungkinkan Anda untuk menyimpan, mengelola berkas dan berkas dari perangkat mobile Anda. Dengan

Lebih terperinci

Modul : Antarmuka. 2.1 Pelajaran : Pengenalan Singkat Bagaimana menggunakan tutorial ini BAB 2

Modul : Antarmuka. 2.1 Pelajaran : Pengenalan Singkat Bagaimana menggunakan tutorial ini BAB 2 BAB 2 Modul : Antarmuka 2.1 Pelajaran : Pengenalan Singkat Selamat datang di kursus kami! Selama beberapa hari ke depan, kami akan menunjukkan kepada Anda bagaimana untuk menggunakan QGIS secara mudah

Lebih terperinci

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut

BAB VI. Ringkasan Modul. Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut BAB VI MENGEDIT DATA VEKTOR Ringkasan Modul Mengedit Data Vektor Membuat Setting Snap Menambah Feature Linier Menambahkan Feature Titik Menggunakan Koordinat Absolut 6.1. Mengedit Data Vektor Langkah awal

Lebih terperinci

Modul Pelatihan. Konsolidasi dan Kontrol Kualitas Data Pembangunan Sumberdaya Lahan Tingkat SKPD dan Kabupaten/Provinsi

Modul Pelatihan. Konsolidasi dan Kontrol Kualitas Data Pembangunan Sumberdaya Lahan Tingkat SKPD dan Kabupaten/Provinsi Modul Pelatihan Konsolidasi dan Kontrol Kualitas Data Pembangunan Sumberdaya Lahan Tingkat SKPD dan Kabupaten/Provinsi Daftar Isi BAB 1 Data dan Metadata yang Relevan dan Shahih... 1 BAB 2 Konsolidasi

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3

Instruksi Kerja Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan INSTRUKSI KERJA. PROGRAM ArcGIS 9.3 INSTRUKSI KERJA PROGRAM ArcGIS 9.3 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 i Instruksi Kerja PROGRAM ArcGIS 9.3 Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

3 MEMBUAT DATA SPASIAL

3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3 MEMBUAT DATA SPASIAL 3.1 Pengertian Digitasi Peta Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 25/PRT/M/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT PROSEDUR

Lebih terperinci

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL

3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL 3.1. CARA MENGAKSES WEBSITE PEMETAAN ASET SPAM KHUSUS DAN REGIONAL Berikut adalah cara untuk memulai akses terhadap website Pemetaan Aset SPAM Khusus dan Regional: 1. Dengan menggunakan computer yang terhubung

Lebih terperinci

Pedoman Database Koleksi Museum. cagarbudaya.kemdikbud.go.id

Pedoman Database Koleksi Museum. cagarbudaya.kemdikbud.go.id Pedoman Database Koleksi Museum cagarbudaya.kemdikbud.go.id Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim. BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Dr. ir. Ade Komara Mulyana Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim BADAN INFORMASI GEOSPASIAL www.big.go.id Menjamin Ketersediaan dan Akses IG yang bisa dipertanggung-jawabkan Single Reference demi padunya

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Sistem Informasi Geografis (SIG) Pengenalan Dasar ArcGIS 10.2 Oleh: Deni Ratnasari 3513100040 Rizky Annisa Putri 3513100041 Cristian Febrianto 3513100051 Dody Pambudhi 3513100054 Kelas : Sistem Informasi

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan. Aplikasi Sistem Informasi Pemanfaatan Ruang Milik Jalan (SI-Rumija) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V - Surabaya

Panduan Penggunaan. Aplikasi Sistem Informasi Pemanfaatan Ruang Milik Jalan (SI-Rumija) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V - Surabaya Panduan Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Pemanfaatan Ruang Milik Jalan (SI-Rumija) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V - Surabaya Tim Penyusun Daftar Isi Daftar Isi... 1 BAB I Pendahuluan... 2

Lebih terperinci

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL USER UMUM

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL USER UMUM PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL UNTUK USER UMUM Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia I. PENDAHULUAN Sistem Registrasi

Lebih terperinci

soal tes + ujian asil + ujian BUKU PANDUAN SISTEM MANAJEMEN KONTEN PADA PLATFORM MOODLE Buku Panduan CMS pada Platform Moodle 1

soal tes + ujian asil + ujian BUKU PANDUAN SISTEM MANAJEMEN KONTEN PADA PLATFORM MOODLE Buku Panduan CMS pada Platform Moodle 1 soal tes + ujian asil + ujian BUKU PANDUAN SISTEM MANAJEMEN KONTEN PADA PLATFORM MOODLE Buku Panduan CMS pada Platform Moodle 1 Daftar Isi Daftar Isi...2 BAB I. PENDAHULUAN...3 1.1. Sekilas Tentang Moodle...3

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing ALAT MESIN PERTANIAN (ALSINTAN) PANITIA Update 27 Februari 2014 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Alsintan Pemerintah Dalam Aplikasi...

Lebih terperinci

Modul ArcCatalog. Memulai ArcCatalog dilakukan dengan mengklik All Program Klik ArcGIS ArcCatalog (tergantung pada proses instalasi dan pengaturan)

Modul ArcCatalog. Memulai ArcCatalog dilakukan dengan mengklik All Program Klik ArcGIS ArcCatalog (tergantung pada proses instalasi dan pengaturan) Modul ArcCatalog oleh: Musnanda Satar 1. Pendahuluan ArcCatalog merupakan tools dalam ArcGIS yang sangat berguna untuk membatu dan mempercepat proses pengelolaan data spatial. ArcCatalog merupakan modul

Lebih terperinci

PANDUAN SIPTL EXTERNAL (SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT) UNTUK ENTITAS

PANDUAN SIPTL EXTERNAL (SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT) UNTUK ENTITAS PANDUAN SIPTL EXTERNAL (SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN TINDAK LANJUT) UNTUK ENTITAS DAFTAR ISI Daftar perubahan manual SIPTL External... 2 Pendahuluan... 5 Tentang Aplikasi... 5 Kebutuhan Perangkat... 5 Fitur

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

2 4. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan InaGeoportal; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURA

2 4. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 1 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan InaGeoportal; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2015 BIG. Peran Serta. Orang. Jaringan Informasi Geospasial Nasional. Mekanisme. PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

USU e-learning PANDUAN BAGI DOSEN. Pusat Sistem Informasi USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

USU e-learning PANDUAN BAGI DOSEN. Pusat Sistem Informasi USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA USU e-learning PANDUAN BAGI DOSEN Pusat Sistem Informasi USU - 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN A. Apa Itu E-Learning Sistem pembelajaran online (E-Learning) merupakan sarana yang memungkinkan

Lebih terperinci

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog. G e o r e f e r e n c i n g 12 2. GEO REFERENCING Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem

Lebih terperinci

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG

GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG GIS UNTUK PENATAAN DAN MANAJEMEN TATA RUANG Dinar DA Putranto dwianugerah@yahoo.co.id PENGERTIAN RUANG Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Untuk menjalankan sistem ini, dibutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang harus memenuhi syarat minimal dalam spesifikasinya.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 23 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA INFORMASI GEOSPASIAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

(User Manual) Sistem Informasi Manajemen Kependudukan dan Aset Desa Desaku. Buku Petunjuk Penggunaan Aplikasi

(User Manual) Sistem Informasi Manajemen Kependudukan dan Aset Desa Desaku. Buku Petunjuk Penggunaan Aplikasi Buku Petunjuk Penggunan Aplikasi (User Manual) Sistem Informasi Manajemen Kependudukan dan Aset Desa Desaku Hal 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 1 4 PENDAHULUAN... 1.1 TUJUAN PEMBUATAN DOKUMEN... 4 1.2 DESKRIPSI

Lebih terperinci

TUTORIAL EDMODO A. MENGAKSES EDMODO B. MEMBUAT AKUN EDMODO SEBAGAI GURU

TUTORIAL EDMODO A. MENGAKSES EDMODO B. MEMBUAT AKUN EDMODO SEBAGAI GURU TUTORIAL EDMODO Edmodo merupakan social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment). Dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O'Hara, Edmodo ditujukan untuk penggunaan bagi guru, siswa

Lebih terperinci

Panduan Penggunaan Aplikasi incloud Bahasa Indonesia

Panduan Penggunaan Aplikasi incloud Bahasa Indonesia Panduan Penggunaan Aplikasi incloud Bahasa Indonesia A. Memulai Menggunakan Layanan Aplikasi incloud memungkinkan Anda untuk menyimpan, mengelola berkas dan konten dari perangkat mobile Anda. Dengan aplikasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN BERMOTOR PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing KENDARAAN BERMOTOR PANITIA Update 27 Februari 2014 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Kendaraan bermotor Pemerintah Dalam Aplikasi... 4

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.78, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKASI. INFORMASI. Jaringan. Giopasial. Nasional. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG JARINGAN INFORMASI GEOSPASIAL

Lebih terperinci

BlackBerry Desktop Software. Versi: 7.1. Panduan Pengguna

BlackBerry Desktop Software. Versi: 7.1. Panduan Pengguna BlackBerry Desktop Software Versi: 7.1 Panduan Pengguna Diterbitkan: 2012-06-05 SWD-20120605130857705 Daftar Isi Dasar-dasar... 7 Tentang BlackBerry Desktop Software... 7 Menyetel ponsel cerdas Anda dengan

Lebih terperinci

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog

TOPOLOGY GEODATABASE 1. Menyiapkan Geodatabase A. Membuat Tema atau Feature Dataset di ArcCatalog TOPOLOGY GEODATABASE Geodatabase merupakan database relasional yang mencakup informasi geografis. Geodatabase memuat kelas kelas/golongan feature dan table. Kelas kelas feature dapat diorganisasikan ke

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL

PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL Soft Launching Atlas One Map Pekanbaru, 27 Februari 2013 Sugeng PRIJADI PUSAT PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2012 Kelompok Kerja Kesekretariatan

Lebih terperinci

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1

WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1 WebGIS-PT Website Geographic Information System - Pariwisata Terpadu 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 BAB 1 PENDAHULUAN... 4 1.1 Latar Belakang... 4 1.2 Landasan Hukum... 5 1.3 Maksud Dan Tujuan... 6 1.4 Rumusan

Lebih terperinci

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGANGKUT) VERSI 1.0

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGANGKUT) VERSI 1.0 USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGANGKUT) VERSI 1.0 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Copyright @ 2016 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

LAYANAN PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PARIWISATA MASYARAKAT INDONESIA DENGAN KONSEP JEJARING SOSIAL BERBASIS WEB

LAYANAN PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PARIWISATA MASYARAKAT INDONESIA DENGAN KONSEP JEJARING SOSIAL BERBASIS WEB LAYANAN PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PARIWISATA MASYARAKAT INDONESIA DENGAN KONSEP JEJARING SOSIAL BERBASIS WEB BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI INDOLISTA Oleh Krishna Nugraha A Ricky A 1301051674 Kevin

Lebih terperinci

SIPP Online. User Manual SIPP Online

SIPP Online. User Manual SIPP Online PETUNJUK PENGGUNAAN : Aplikasi Sistem Informasi Pelaporan Perusahaan (SIPP) Online BPJS Ketenagakerjaan, adalah : aplikasi untuk pengelolaan laporan mutasi data kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Buku ini

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Perancangan

Bab 3. Metode Perancangan Bab 3 Metode Perancangan 3.1 Metode Perancangan Sistem Pada bab ini akan memuat langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk perancangan sistem sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Perancangan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN Update 18 Februari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH PEJABAT PENGADAAN Update 25 Mei 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e-purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah Dalam

Lebih terperinci

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.1

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.1 USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.1 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Copyright @ 2017 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL I. UMUM Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P

PETUNJUK PENGGUNAAN PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e-purchasing PP-SHEET PANITIA 1 D I R E K T O R A T P E N G E M B A N G A N S I S T E M K A T A L O G - L K P P - RI@ 2 0 1 3 I. PENDAHULUAN Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTRIAN KEHUTANAN BERBASIS WEB 1. Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

Geospasial BNPB. 1 Geospasial BNPB Data Spasial Kebencanaan

Geospasial BNPB. 1 Geospasial BNPB Data Spasial Kebencanaan 1 Geospasial BNPB Data Spasial Kebencanaan Geospasial BNPB BNPB memberikan fasilitas dalam penggunaan data spasial dengan mengembangkan system yang disebut dengan Geospasial BNPB. System yang dikembangkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa informasi geospasial merupakan informasi

Lebih terperinci

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.0

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.0 USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENERIMA) VERSI 1.0 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Copyright @ 2016 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL TIM PENDAFTARAN

PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL TIM PENDAFTARAN PETUNJUK PENGGUNAAN SISTEM REGISTRASI NASIONAL UNTUK TIM PENDAFTARAN Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia I. PENDAHULUAN Sistem Registrasi

Lebih terperinci

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile

BAB 4 DIGITASI. Akan muncul jendela Create New Shapefile BAB 4 DIGITASI 4.1. Membuat Data Spasial Baru Pada bagian ini, akan dipelajari bagaimana membuat data spasial baru dengan format shapefile yang merupakan format standard Arc View. Buka ArcCatalog Tentukan

Lebih terperinci

Panduan Praktek Pengaturan / Administrasi Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1

Panduan Praktek Pengaturan / Administrasi Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 Panduan Praktek Pengaturan / Administrasi Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 1. Persiapan Program aplikasi INLISLite versi 3 dirancang agar dapat disesuaikan dengan

Lebih terperinci

Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl

Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya gratis. Beberapa nama besar apl PETUNJUK SINGKAT PENGGUNAAN UNTUK PEMETAAN TEMATIK http://www.labpemda.org April 2017 1 Pengantar Saat ini terdapat beberapa aplikasi pemetaan yang digunakan di dunia baik yang berbayar maupun yang sifatnya

Lebih terperinci

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGIRIM) VERSI 1.1

USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGIRIM) VERSI 1.1 USER MANUAL MANIFES ELEKTRONIK (FESTRONIK) LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (UNTUK PENGIRIM) VERSI 1.1 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Copyright @ 2017 Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

Alur Proses Penyedia Barang / Jasa dalam Aplikasi SPSE

Alur Proses Penyedia Barang / Jasa dalam Aplikasi SPSE Alur Proses Penyedia Barang / Jasa dalam Aplikasi SPSE Mendaftarkan UserId Penyedia (online) Memverifikasi berkas pendaftaran (Offline) Melakukan Login di LPSE Mengisi data penyedia Mengirimkan dokumen

Lebih terperinci

Aplikasi ideb Viewer Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK)

Aplikasi ideb Viewer Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi ideb Viewer Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Petunjuk Penggunaan Aplikasi ideb Viewer 0 Petunjuk Penggunaan Aplikasi ideb Viewer 1 DAFTAR ISI Informasi Revisi... Error!

Lebih terperinci

Tutorial Menggunakan webpraktis profil bisnis

Tutorial Menggunakan webpraktis profil bisnis Tutorial Menggunakan webpraktis profil bisnis 1. Kunjungi Webpraktis.com dan klik tombol Buat Website 2. Pilih Jenis Template Setelah klik buat website,pilih template yang ingin Anda gunakan dari kategori

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI SISTEM 4. 1 Implementasi Sistem Atau Aplikasi 4. 1. 1 Spesifikasi Sistem Aplikasi pengolahan jurnal online berbasis web dibuat dengan menggunakan bahasa PHP 5.0 sebagai

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING OBAT PANITIA Update 19 Juni 2013 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Obat Pemerintah Dalam Aplikasi... 4 2 Memulai Aplikasi... 5 2.1 Akses

Lebih terperinci

PANDUAN JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Panduan Pendaftaran, dan Penulis Jurnal Dikbud

PANDUAN JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Panduan Pendaftaran, dan Penulis Jurnal Dikbud PANDUAN JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1. Panduan Mendaftar Tahap yang harus dilakukan pertama kali bagi pengguna Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan adalah mendaftar sebagai pengguna agar dapat masuk dan

Lebih terperinci

MODUL UNTUK OPERATOR E-LEARNING UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN Oleh: Hamdan Husein Batubara, M.Pd.I

MODUL UNTUK OPERATOR E-LEARNING UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN Oleh: Hamdan Husein Batubara, M.Pd.I MODUL UNTUK OPERATOR E-LEARNING UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB BANJARMASIN Oleh: Hamdan Husein Batubara, M.Pd.I A. Mengenal E-Learning Moodle Moodle yang merupakan singkatan dari Modular Object Oriented

Lebih terperinci

Panduan Praktis Pengelolaan Data Anggota Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1

Panduan Praktis Pengelolaan Data Anggota Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 Panduan Praktis Pengelolaan Data Anggota Pada Program Aplikasi INLISLite Versi 3 Oleh Aristianto Hakim, S.IPI 1 1. Persiapan Kegiatan pengelolaan data anggota adalah bagian dari pelayanan perpustakaan.

Lebih terperinci

Membuat Layer dan Digitasi Peta

Membuat Layer dan Digitasi Peta TUTORIAL 2 Membuat Layer dan Digitasi Peta Subjek Matter: 1.1 LAYER PETA 1.2 DIGITASI A. Dasar Teori Model data geografi adalah gambaran abstraksi dari dunia nyata untuk satu set data agar dapat di display,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA www.depkop.go.id SISTEM ADMINISTRASI LAYANAN BADAN HUKUM KOPERASI (SISMINBHKOP) sisminbhkop.id sisminbhkop.depkop.go.id PANDUAN UNTUK

Lebih terperinci

Bab IV. Pengenalan ArcGIS

Bab IV. Pengenalan ArcGIS Bab IV. Pengenalan ArcGIS Kerangka Dasar ArGIS merupakan software GIS yang dikeluarkan oleh ESRI. Proses instalasi ArcGIS akan menginstall beberapa program seperti ArcMap, ArcCatalog, ArcGlobe dan ArcScene,

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN

PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI e- PURCHASING PRODUK BARANG/JASA PEMERINTAH ULP/PEJABAT PENGADAAN Update 21 Januari 2015 Daftar Isi 1 Pendahuluan... 2 1.1 Alur Proses e- Purchasing Produk Barang/Jasa Pemerintah

Lebih terperinci

Cara Membuat Website Dengan Dreamweaver 8

Cara Membuat Website Dengan Dreamweaver 8 Cara Membuat Website Dengan Dreamweaver 8 Hilmi Akbar Hilmi_Akbar@ymail.com Abstrak Macromedia Dreamweaver 8 merupakan alat desain web komprehensif yang disukai oleh para profesional web, tapi cukup mudah

Lebih terperinci

GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN

GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI KANWIL BPN PROVINSI JAWA TENGAH 2013 LATAR BELAKANG PEMBUATAN GEOSERVICE PETA TEMATIK PERTANAHAN Peta Tematik Pertanahan diperlukan untuk

Lebih terperinci

PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI PENCARI LAWAN TANDING FUTSAL BERBASIS WEB WILAYAH DKI JAKARTA PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI SECARA MANUAL

PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI PENCARI LAWAN TANDING FUTSAL BERBASIS WEB WILAYAH DKI JAKARTA PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI SECARA MANUAL PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI PENCARI LAWAN TANDING FUTSAL BERBASIS WEB WILAYAH DKI JAKARTA PROSEDUR MENJALANKAN APLIKASI SECARA MANUAL 1. Pastikan terdapat XAMPP di dalam PC/Laptop anda 2. Extract file

Lebih terperinci

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS Software SIG/GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Spesifikasi Hardware ArcGIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Pengenalan Hardware dan Software GIS Table Of

Lebih terperinci