BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Disiplin Belajar Pengertian Disiplin Disiplin merupakan hal yang harus diterapkan dalam setiap usaha manusia untuk mencapai suatu tujuan. Disiplin terkait dengan perilaku dan mental seseorang dalam kemampuannya menyesuaikan dengan kehidupan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Singgih D. Gunarsa dalam Bekti Ari (2006) disiplin berarti sikap mental yang mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Menurut Bernadib (1982) dalam Dwi Palupi (2004) disiplin adalah masalah pengawasan diri dalam hubungannya dengan keseimbangan antara disiplin yang ditumbuhkan oleh diri sendiri dengan pengawasan dari luar. Disiplin yang wajar seperti memberikan arahan untuk melakukan hal sesuai dengan pemanfaatan waktu, kegiatan, dan pekerjaan secara cermat. Memanfaatkan waktu secara teratur dan terstruktur merupakan hal yang terdapat dalam displin yang diawasi oleh diri sendiri. Disiplin merupakan syarat penting dalam pendidikan yang menentukan berhasilnya pendidikan. 6

2 7 Dari segi positif konsistensi disiplin mempunyai beberapa beberapa nilai yang dan penting dan dapat memacu proses belajar serta membantu anak belajar peraturan dan membantu anak dalam belajar peraturan. Dengan demikian anak yang mendapat disiplin yang konsisten mempunyai semangat dan motivasi belajar yang lebih kuat untuk berperilaku sesuai standar yang disesuaikan secara sosial, dari pada mereka yang tidak disiplin dan tidak konsisten. Disiplin adalah suatu sikap yang menunjukan kesediaan untuk menepati dan mematuhi peraturan dan mendukung ketentuan tata tertib, peraturan serta nilai kaidah yang berlaku. Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Perkembangan pada anak sangat dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Disiplin selalu berkaitan dengan sikap, yaitu kesediaan bereaksi atau bertindak terhadap obyek atau keadaan tertentu. Disipin selain berkaitan dengan penguasaan diri juga berkaitan dengan rasa tanggung jawab. Orang yang disiplin cenderung patuh, mendukung, dan mempertahankan peraturan dan nilai yang berlaku. Disiplin dikembangkan dengan menumbuhkan kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan dan nilai yang selalu dianutnya, walau tanpa pengawasan atau sanksi (Ensiklopedia, 1989), dalam Bekti Ari (2006). Dari semua pendapat mengenai disiplin yang telah dikemukakan, maka dari situ dapat ditarik sebuah rumusan mengenai disiplin adalah suatu sikap yang menjunjung ketaatan dan ketertiban dalam menggunakan 7

3 8 waktu dengan penuh tanggung jawab sehingga dapat mencapai segala sesuatu dalam waktu yang telah ditentukan atau ditargetkan Unsur-unsur Disiplin Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat unsur yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. 1. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan peraturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama.oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing-masing individu. Untuk hal ini individu lebih ditekankan pada siswa. 2. Hukuman Hukuman berasal dari kata kerja latin, punier. Hukuman berarti menjatuhkan pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaransebagai ganjaran atau pembalasan. 8

4 9 3. Penghargaan Penghargaan merupakan setiap bentuk hadiah untuk suatu hasilyang baik. Penghargaan. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupakata-kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Banyak orang yang merasa bahwapenghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak. 4. Konsistensi Konsisten berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kencenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi keburtuhan perkembangan yang berubah. Konsisten mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu 9

5 10 peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar anak. Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah. Menurut Bekti Ari (2006) beberapa unsur yang terkandung dalam disiplin adalah sebagai berikut: 1. Taat Taat artinya selalu patuh pada peraturan yang berlaku. Ketaatan di dalam disiplin belajar diperlukan supaya setiap waktu yang ada hanya untuk belajar dengan diimbangi dengan kegiatan lain. 2. Tetib Tertib berarti mengerjakan kegiatan dengan kesadaran secara sistematis (terarah) yaitu di dalam kegiatan belajar sebaiknya siswa menentukan arah tujuan dari belajarnya sehingga dengan begitu akantercapai hasil yang efektif dan efisien 3. Tanggung jawab Tanggung jawab adalah kegiatan yang dikerjakan dengan penuh rasa memiliki dan rasa menjaga agar setiap kegiatan yang dikerjakan betul-betul dapat dipercaya kebenarannya.pada saat belajar diperlukan adanya rasa tanggung jawab dari dalam diri siswa supaya pada saat belajar menumbuhkan rasa meliki 10

6 11 kewajiban untuk belajar sehingga akan membuat siswa lebih fokus pada pelajaran bukan hal lain. Jadi dapat pahami bahwa unsur dari disiplin adalah peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi dan dalam disiplin siswa akan memiliki sikap yang menjunjung ketaatan, ketertiban dalam menggunakan waktu dengan penuh tanggung jawab Pengertian Disiplin Belajar Dalam berdisiplin belajar seorang siswa perlu menerapkan beberapa hal yang wajib dilaksanakannya yaitu seorang siswa wajib mengikuti proses belajar mengajar yang terjadi di dalam lingkungan belajarnya (sekolah) sesuai jam belajar yang telah ditetapkan karena dengan mengikuti proses belajar mengajar sepenuhnya maka hal tersebut tidak akan membuat siswa ketinggalan pelajaran. Dalam hal ini di harapkan siswa dapat bersikap aktif sehingga akan terbentuk interaksi yang seimbang antara guru dengan siswa. Dengan demikian siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang di ajarkan akan tetapi di perlukan adanya ketaatan terhadap tata-tertib sehingga meskipun di dalam kelas para siswa bersikap aktif akan tetapi keaktifan para siswa tersebut tidak keluar dari jalur pokok bahasan yang sedang diajarkan. 11

7 12 Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan berprestasi dalam bidang pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari pengertian disiplin menurut Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) yaitu suatu cara masarakat untuk mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok. Menurut Prijodarminto (1994) dalam Herli Febriana (2005) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Belajar menurut Effendi dan Praja (1985) dalam Herli Febriana (2005) adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh kebiasaan, pengetahuan, sikap dan sesuatu yang baru sebagai hasil pengalaman. Para siswa kirannya juga perlu berdisiplin dalam waktu sehingga para siswa dapat membagi waktu yang secara seimbang antara waktu untuk belajar dengan waktu untuk hal yang lain seperti waktu untuk bermain dengan pembagian waktu yang tepat. Siswa tidak akan merasa bosan di dalam belajar sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami bahan pembelajaran yang dipelajarinya. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa disiplin belajar adalah keteraturan dan ketaatan siswa dalam menggunakan dan memanfatkan waktu belajar baik disekolah maupun di rumah meliputi mendengarkan, membaca, dan mengamati yang mana hal tersebut dapat menghasilkan perubahan perilaku yang baru sebagai hasil 12

8 13 dari interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hurlock (1999) dalam Herli Febriana (2005) indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut: Disiplin belajar di sekolah memiliki indikator sebagai berikut: 1) Patuh dan taat terhadap tata tertib belajar di sekolah 2) Persiapan belajar 3) Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran 4) Menyelesaikan tugas tepat waktu Disiplin belajar di rumah memiliki indikator sebagai berikut: 1) Memiliki rencan atau jadwal belajar 2) Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung 3) Ketaatan dan keteraturan dalam belajar 4) Perhatian terhadap materi pelajaran Prestasi Belajar Belajar Whittaker dalam Gunartomo (2003) dalam Dwi Palupi (2004) mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana perilaku ditimbulkan atau diubah melalui latiham atau pengalaman. Selanjutnya Purwanto (1999) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam perilaku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Supaya perubahan yang dialami seseorang sebagai hasil belajar dan bersifat menetap karena itu perubahan 13

9 14 yang terjadi berupa sesuatu yang baru atau sebagai penyempurnaan terhadap hal yang dihadapi. Belajar menurut Slameto (1995) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sutu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan. Sardiman dalam Sunarto (2009) mengemukakan belajar dalam pengertian luas adalah kegiatan psiko fisik menuju perkembagan pribadi seutuhnya. Sedangkan menurut Syaiful B. Djamarah (2002) mengungkapkan bahwa belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar harus menghasilkan perubahan yaitu dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku. Suatu perubahan yang dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku tersebut merupakan hasil upaya yang dilakukan individu secara sadar dan disengaja. Dari beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan yaitu dapat menyesuaikan diri, sikap, dan tingkah laku, yang pada prinsipnya individu mempunyai sesuatu yang baru. 14

10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Slameto (1998) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi faktor intern dan eksteren sebagai berikut: a. Faktor interen Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar. Faktor Interen meliputi: 1. Faktor Jasmaniah Proses belajar siswa akan terganggu apabila kesehatan siswa terganggu. Selain siswa tersebut akan merasa cepat lelah, kurang konsentrasi, mudah pusing ataupun gangguan indera lainnya, cacat tubuh juga dapat mempengarhui belajarnya. 2. Faktor Psikologis Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat dan kematangan. 3. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat di bedakan menjadi dua macamyaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh, sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk memperhatikan sesuatu hilang. b. Faktor Ekstern 15

11 16 Adalah faktor yang mempengaruhi siswa yang berasal dari lingkungan meliputi: 1. Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2. Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,relasi guru dengan siswa, reasi antar siswa, disiplin sekolah serta tugas-tugas. 3. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Kemudian menurut Winkel (1989) belajar merupakan aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Garry dan Kingley (1970) dalam Bekti Ari (2006) menyatakan belajar adalah proses perubahan perilaku yang orisinil melalui pengalaman dan latihan-latihan. 16

12 17 Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku secara keseluruhan setelah berinteraksi dengan lingkungan Cognitif Domain (ranah kognitif) Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam dalam ranah kognitif. Ranah ini berisikan perilakuperilaku yang menekannkan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom dalam Sudjono (2008) membagi domain kognitif kedalam enam tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: bagian pertama berupa pengetahuan (kategiri 1) dan bagian kedua berupa kemampuan dan keterampilan intelektual (katergori 2-6). a) Mengingat (remember) Mengingat adalah kemampuann seseorang untuk mengingatingat kembali atau mengenali kembali. Berisikan kemampuan untuk mengingat istilah, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan disiplin belajar siswa, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi kualitas, karakteristik disiplin yang baik, standar dari disiplin. 17

13 18 b) Memahami (understand) Memahami adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Dikatakan memahi apabila dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian lebih rinci mengenai suatu hal dengan menggunakan kata-katannya sendiri. Aspek ini satu level di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah. c) Menerapkan (apply) Menerapkan adalah kesanggupan untuk menerapkan atau menggunakan gagasan. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, yang terdapat dalam penerapan kerja. Sebagai contoh informasi tentang penyebab siswa tidak sering terlambat masuk kelas, seseorang yang berada dalam tingkat ini akan mampu merangkum dan menggabarkan penyebab turunnya disiplin siswa dalam belajar dalam bentuk mean. d) Analisis (analyze) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian yang satu dengan bagian-bagian yang lain. 18

14 19 Analisis terdiri dari mengurikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengerankkan, menyusun outline, mengintegrasikan. e) Evaluasi/menilai (evaluate) Menilai adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi. Dalam tahap ini siswa akan mampu menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji membenarkan, menyalahkan. Dalam jenjang ini dihadapkan pada beberapa pilihan sehingga siswa akanmemilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteris yang ada. f) Mencipta (create) Mencipta adalah kemampuan untuk merancang, membangun, menrencanaka, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan mengubah Pengertian Prestasi Belajar Belajar di sekolah merupakan suatu proses produksi dengan berbagai tahapan di mana setiap tahapan akan menghasilkan produk dengan berbagai ciri, sifat dan kualitas yang mempengaruhi dari tahapan berikutnya. Keefektifan proses belajar di sekolah di jadikan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar. Hasil dari 19

15 20 usaha belajar inilah yang lazimnya disebut prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Dewanto (1976) dalam Bekti Ari (2006) menjadi sasaran evaluasi bagi murid yang meliputi: sikap (ranah afektif), penguasaan materi pelajaran (ranah kognitif), dan kecakapankecakapan atau skill (ranah Psikomotor) secara lebih spesifik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) menyebutkan prestasi adalah hasilyang telah dicapai (dari yang telah dilakukan dan dikerjakan). Menurut W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan. Arif Gunarso dalam Setyowati (2006) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan Suryabrata (1988) menyatakan bahwa prestasi belajar diwujudkan dengan nilai baik, dengan menggunakan lambang A, B, C, D, dan E untuk menunjukan kelakuan, kerajinan, kerapian, dan kegiatan ekstrakulikuler. Untuk penilaian kemampuan atau prestasi dalam dalam mata pelajaran dengan menggunakan skala 0 sampai 10. Jadi dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. 20

16 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Perbedaan kemampuan dari tiap-tiap siswa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berbeda-bedanya prestasi. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah (Winkel, 1989). 1. Faktor Internal Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri subyek yang belajar, seperti faktor psikologis meliputi kecerdasan, minat, motivasi, perhatian,ingatan, dan berfikir. Apabila ada salah satu bagian dari faktor psikologis tersebut makla dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Sedang faktor fisiologis meliputi penglihatan, pendengaran, kesehatan, gizi. Apabila ada salah satu faktor yang terganggu maka dapat mempengaruhi prestasi anak. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang bersumber dari luar subyek yang belajar, seperti instruksional yang meliputi kurikulum, bahan pelajaran, guru pengajar, metode penyajian serta lingkungan belajar yang meliputi lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. 21

17 22 3. Faktor Situasional Faktor situasional antara lain: 1) Keadaan musim atau iklim sering menciptakan kondisi psikis dan atau kondisi fisik pada gurudan siswa yang kurang menguntungkan. 2) Keadaan waktu yang mencakup jumlah hari dan jumlah jam setiap hari dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) Keadaan politik ekonomi Keadaan yang labil dan berubah-ubah membuat guru dan murid menjadi gelisah dan cemas, sehingga timbul kondisi psikis yang tidak menguntungkan. Jadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada tiga yaitu: internal atau yang berasal dari subyek belajar, eksternal atau yang berasal dari luar subyek, dan situasional atau keadaan waktu, musim, dan keadaan politik. 22

18 Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu pelajaran yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi penting dikarenakan merupakan pendidikan moral, budi pekerti, serta tinkah laku sebagai anak bangsa Indonesia. Pendidikan tingkah laku menyangkut kepribadian siswa yang menunjukan kedisiplinan sebagai seorang siswa yang menjadi bagian dari bangsa dan Negara ini. Menurut Mawardi (2009) mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban warganegara yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan pada pancasila dan UUD Mata pelajaran PKn yang ada dalam KTSP 2006 mempunyai tujuan mata (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. 2. Mimiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. 3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakatdan bernegara. 23

19 24 4. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia. 5. Berinteraksi denganbangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam pendidikan terkusus sebagai salah satu mata pelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal di sekolah memiliki peran untuk membangun watak, karakter, sikap dan potensi lain termasuk pengetahuan dan keterampilan demi terwujudnya tujuan bangsa. Adanya permasalahan yang terjadi dalam pendidikan dewasa ini, salah satu permasalahan adalah menurunnya tatakarma kehidupan sosial, etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang menimbulkan akibat negativ yang merisaukan masyarakat. Akibat tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan norma kehidupan agama dan social kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa yangkurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin dan kurang menaati tata tertib sekolah, kurang menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan, terjadi perkelahian antar pelajar, dan lain-lain. Dari kejadian tersebut, maka misi pendidikan yang hendak diwujudkan saat ini adalah mengembangkan budi pekerti luhur yang terintegrasikan dalam setiap mata pelajaran yang ada termasuk salah satunya PKn supaya dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. 24

20 25 Dari berbagai pendapat diatas maka dapat dirumuskan bahwa PKn adalah mata pelajaran yang didalamnya mencakup aspek pengetahuan kewarganegaraan, aspek keterampilan kewarganegaraan, watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang mengetahui kepribadian bangsa dan negara ini. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Holoman Manurung (1998) dengan judul Signifikan Antara Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motif prestasi belajar dan disiplin belajar dengan koefisiensi korelasi 0,85 dalam kontribusi motivasi internal dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar matematika PLTP FPM ikim Medan. 2. Penelitian yang lain dilakukan oleh Riningsih (2001) menyatakan korelasi positif yang signifikan antara keteraturan belajar dengan prestasi belajar. Dalam penelitan tersebut diperoleh koefisiensi korelasi sebesar 0,908 yang menunjukan bahwa apabila seseorang teratur dan disiplin dalam belajar akan memperoleh prestasi yang baik. 3. Dalam penelitian Liliek Rahayu (2009) dengan judul Hubungan gaya pengasuhan orangtua, disiplin belajar, dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa SMA N di kota Malang menyatakan ada hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar belajar pada siswa dengan harga koefisien korelasinya sebesar 0,60. 25

21 Kerangka Berfikir Disiplin belajar di kelasa dan di rumah Prestasi belajar PKn Gambar 4.1 Disiplin belajar sangat penting peranannya bagi siswa dalam usaha untuk mendaptkan prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi, akan mampu untuk bertanggung jawab dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Siswa dapat membagi waktu dengan baik saat belajar, bermain, dan melaksanakan kegiatan lain. Pembagian waktu yang rumit ini dapat dijanlankan dengan baik saat siswa mempunyai manajemen waktu yang baik yaitu dengan disiplin. Ketika diisiplin sudah tertanam didalam kehidupan siswa atau peserta didik maka dalam mengikuti proses belajar maka siswa tidak akan kesulitan untuk menyesuaikan dengan proses pembelajaran. Siswa yang memiliki disiplin belajar akan lebih aktif di kelas dan memiliki mental yang lebih kuat. Hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki persiapan saat 26

22 27 harus berhadapan dengan pembelajaran. Lain hanya dengan siswa yang tidak memiliki disiplin belajar akan terlihat lalai dalam proses pembelajaran misalnya lupa mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Siswa akan kurang dapat menyesuaikan dengan proses pembelajaran dikarenakan siswa belum mempunyai persiapan untuk menyesuaikan dengan pembelajaran yang ada. Dari sini akan terlihat hubungan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri sendiri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, dan prestasi ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes. 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan positif antara disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngadirejo Tahun Ajaran 2011/

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat, bahwa pendidikan merupakan kuncinya, dan tanpa kunci tersebut usaha mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu untuk meraih kesuksesan memerlukan proses dan proses yang terjadi disebut proses belajar (Slameto 2010: 1). Menurut Mahmud (2010: 61), belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Minat Belajar 2.1.1.1 Pengertian Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang berkualitas. Dwi Siswoyo,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS 16 BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Konsep Belajar 2.1.1. Pengertian Belajar Slameto (2010, h. 1) mengatakan, Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan kepribadian yang baik sesuai Undang-Undang No. 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Minat Siswa Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi a. Pengertian Minat Menurut Sardiman (2011: 76), minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika 4 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Belajar Belajar adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Disiplin BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses dalam rangka perubahan pada pembentukan sikap, dimana kepribadian dan keterampilan manusia menghadapi masa depan yang merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka yang berisi teori dan pendapat para ahli yang bisa mendukung penelitian, hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

I. PENDAHULUAN. informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan pemerintah dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) menyebutkan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG STRATEGI BELAJAR GROUP RESUME DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Cinta Tanah Air Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter merupakan nilainilai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar Disiplin belajar adalah pernyataan sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan kewajiban belajar secara sadar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang

BAB II LANDASAN TEORI. pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga. belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu discipline yang BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan penelitian tentang pengaruh kedisiplinan belajar dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Demonstrasi 2.1.1.1 Hakekat Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah tapi di rumah dan di lingkungan sosial, bahkan sekarang ini peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil Belajar matematika memiliki peran yang sangat penting terhadap kehidupan. Penerapan matematika dalam kehidupan sangatlah luas, sehingga hasil belajar matematika

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS Jimmi Apul Maringan Manalu Sekolah Dasar Swasta Pengharapan Patumbak Deli Serdang Corresponding author: jimmimanalu94@gmail.com Abstrak Motivasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28) 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Spasial 1. Pengertian Kemampuan Spasial Menurut Wahyudin (2015:85) kemampuan spasial adalah kemampuan membayangkan, membanding, menduga, menentukan, menkonstruksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Disiplin Belajar 2.1.1. Pengertian Disiplin Belajar Pada Mata Kuliah Mikrobiologi Menurut Rochim (2009), disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. setelah proses berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap proses pembelajaran, terutama pembelajaran di sekolah akan dilihat hasil belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar siswa bisa dilakukan melalui tes, misalnya

Lebih terperinci

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan kehidupannya tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia itu sendiri baik individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetisi, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. persepsi sisiwa tentang perhatian orang tua. Selain tinjauan pustaka, di bagian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. persepsi sisiwa tentang perhatian orang tua. Selain tinjauan pustaka, di bagian ini 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Pada bagian ini akan dibahasa beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka dari hasil belajar, lingkungan belajar di sekolah, kedisiplinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses 04/06/2014) adalah II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi Orang Tua Pengertian orang tua menurut Syaroh (dalam http//munasyaroh. blogspot.com/pengertian-orang-tua.html diakses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa, 7 keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa, membiayai pendidikan siswa dan memberikan perhatian baik secara fisik maupun psikologis. Begitu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan disekolah. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang mendapatkan jam pelajaran yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR 11 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sosiologi a. Pengertian Sosiologi Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji interaksi manusia dengan manusia lain dalam kelompok (seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tertib untuk mengatur tingkah laku.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tertib untuk mengatur tingkah laku. A. Deskripsi Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Tentang Disiplin Belajar Masykur Arif Rahman (2011:64) mengatakan bahwa disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang mengandung beberapa arti.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komponen pendidikan merupakan komponen yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembentukan karakter warga negaranya terutama karakter dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENGARUH PENGGUNAAN METODE RESITASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pemberdayaan peserta didik, membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengembangkan kreativitas peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan pondasi pokok dalam kelangsungan hidup suatu bangsa. Pendidikan dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu bangsa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yang memuat tujuan negara, memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pembelajaran yang telah dirancang dengan baik tentunya diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang baik juga, hal ini sejalan dengan pendapat Corey (dalam Ruminiati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan memiliki tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur dalam batang tubuh UUD 1945

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata motif, dalam bahasa inggris adalah motive atau motion, lalu motivation yang berarti gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup pesat. Hal tersebut disebabkan adanya perubahan tatanan kehidupan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini bertujuan untuk membentuk kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Era globalisasi merupakan era perubahan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya pada globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN, seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Disiplin Belajar di Rumah Displin belajar adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci