PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA PERIODE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA PERIODE"

Transkripsi

1 PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA TERHADAP PENGELUARAN PEMERINTAH DI INDONESIA PERIODE Sugiartiningsih Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Bandung ABSTRAK Pelaksanaan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sangat diperlukan adanya campur tangan pemerintah antara lain melalui Kebijakan Fiskal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh Pendapatan Per Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia selama periode telah dianalisis dengan menggunakan model persamaan regresi. Model yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Y = a + b X Dari hasil perhitungan didapat bahwa pengaruh Pedapatan Per Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia adalah positf namun dengan kontribusi yang rendah. Kata Kunci: kebijakan fiskal, pendapatan per capita, pajak, pengeluaran pemerintah 1. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menonjol dalam perekonomian Indonesia adalah besarya campur tangan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Dimana dalam awal pembangunan peranan pemerintah di Indonesia terlihat lebih dominan terutama di bidang ekonomi. Kondisi tersebut sangat erat kaitannya dengan sistem ekonomi Indonesia saat itu yang bersifat sosialis. Oleh karenanya pelaksanaan pembangunan dilakukan secara bertahap melalui program Pelita (Kabar Bappenas, 2011). Selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I campur tangan pemerintah terutama diwujudkan melalui Kebijakan Fiskal, sedangkan kebijakan lainya lebih bersifat melengkapi. Sebagai realisasi kontribusi investasi pemerintah dalam pengeluaran APBN terlihat sangat besar yaitu sekitar 41% dari total investasi domestik (Sugiarti, 1992). Investasi pemerintah tersebut bertugas mengisi sektor-sektor tertentu yang vital dan mempunyai dampak ekonomi yang luas. Sebagai contoh pembangunan infrastruktur, industri pupuk hingga persediaan barang publik seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan. Setelah memasuki PJP II peranan sektor swasta di Indonesia telah terjadi peningkatan baik untuk bidang ekonomi seperti perdagangan maupun dalam persediaan barang publik.

2 Namun demikan mengingat jumlah penduduk terus meningkat maka campur tangan pemeritah tetap diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti semakin meningkatnya program pengeluaran pemerintah baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun kemiskinan. Sebagai gambaran pada tahun 2012 pemeritah mentargetkan aggaran pendidikan sebesar Rp 295,9 triliun. Sedangkan di bidang kesehatan total anggaran pemerintah diperkirakan sebesar Rp 48 triliun dan untuk pengentasan kemiskinan sebesar RP 99,2 triliun (Tempo, 4 Nopember 2012). Tingginya anggaran pemerintah tersebut disebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia demikian tinggi dan harus segera diatasi untuk dapat mecapai kesejahteraan rakyat. Dengan memperhatikan permasalahan di atas maka penerimaan pajak menjadi handalan pemerintah untuk pembiayaan pembagunan di Indonesia. Terlebih bila mengingat sejak memasuki PJP II Pendapatan/Capita di Indonesia telah terjadi peningkatan (Faisal Basri, 1995). Jika pada tahun 1994 Pendapatan/Capita Indonesia sebesar Rp ribu maka pada tahun 2012 telah meningkat menjdi sebesar Rp ribu. Peningkatan Pendapatan/Capita di Indonesia di atas merupakan potensi besar untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. Berarti akan menjadi peluang pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Berdasarkan fenomena di atas maka sangat menarik bagi penulis untuk meneliti pengaruh Pendapatan /Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia dari awal PJP II yaitu tahun 1993 hingga Dengan alasan tahun 1993 perekonomian Indonesia sudah terjadi peningkatan. Sedangkan batasan tahun 2012 merupakan periode keberhasilan Indonesia dalam peningkatan pajak setelah dilanda krisis ekonomi pada masa sebelumnya. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah sampai seberapa jauh pengaruh Pendapatan/Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia? 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh Pendapatan/Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia.

3 4. Kajian Teoritis Keberhasilan perekonomian negara tidak dapat dilepaskan dari sistem ekonomi yang dianutnya. Secara ekstrim kita mengenal adanya dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi kapitalis murni dan komunis (Suharsono Sagir,2008). Dalam sistem ekonomi kapitalis murni menyatakan bahwa perekonomian suatu negara dapat berhasil bila ada kebebasan individu. Sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith(Asfia Murni,2013) dalam sejarah makro ekonomi, perekonomian negara akan lebih baik bila diserahkan ke sektor swasta. Dengan alasan sektor swasta akan bekerja efisien dan mudah mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dilain pihak sistem ekonomi komunis lebih menekankan pada peranan pemerintah sebagai satu-satunya pelaku ekonomi yang dimiliki oleh negara. Dengan sistem yang bersifat sentralistis seluruh aktivitas ekonomi akan dikendalikan seluruhnya oleh negara. Bagi negara yang menerapkan sistem ekonomi komunis cenderung mengutamakan pemerataan dan kurang memperhatikan kebebasan individu. Bahkan kelemahan utama sistem ekonomi komunis dapat menyebabkan matinya kreativitas manusia. Dalam perkembangannya suatu negara akan menganut sistem ekonomi sosialis yang merupakan gabungan dari kedua sistem di atas. Dimana campur tangan pemerintah akan terjadi untuk memenuhi hajat hidup orang banyak. Sedangkan diluar kebutuhan tersebut dapat dilakukan oleh sektor swasta. Semakin meningkat kondisi perekonomian negara campur tangan pemerintah dalam penyediaan barang publik semakin besar untuk kesejahteraan rakyat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pemikiran mazab Keynes bahwa perekonomian akan berhasil bila pemerintah mau meningkatkan permintaan agregatnya. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pengeluarannya dalam membeli barang dan jasa menjadi kunci sukses perekonomian suatu negara. Teori mengenai pengeluaran pemerintah khususnya untuk pendekatan teori makro dapat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah, hukum Wagner dan Teori Peacock dan Wiseman (Guritno, 1998). Ketiga teori tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1) Model pembangunan Tentang Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Model perkembangan pengeluaran pemerintah menurut Rostow dan Musgrave dibagi menjadi tiga tahap. Pada tahap awal perkembangan perekonomian, prosentase investasi

4 pemerintah terhadap total investasi besar sebab pemerintah harus menyediakan prasarana publik seperti pendidikan,kesehatan,transportasi dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas. Walaupun pada tahap menengah peran sektor swasta semakin besar namun campur tangan pemerintah tetap diperlukan. Dengan alasan meningkatnya aktivitas sektor swasta sering menimbulkan dampak negatif seperti kegagalan pasar, eksternalitas negatif dan ketidaksejahteraan buruh. Sedangkan pada tahap lebih lanjut, aktivitas pemerintah beralih dari prasarana ke pengeluaran aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, kesehatan masyarakat dan sebagainya. 2) Hukum Wagner Wagner mengemukakan pendapatnya melalui suatu hukum yang disebut dengan Hukum Wagner. Dimana dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat secara relatif pengeluaran pemerintah akan meningkat. Berdasarkan pengamatannya, Wagner menyatakan bahwa tumbuhnya perekonomian suatu negara pasti menimbulkan kasus yang rumit. Dengan demikian peranan pemerintah menjadi semakin besar karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Secara grafik Hukum Wagner akan terlihat dari kenaikan pengeluaran pemerintah secara eksponensial, seperti pada gambar berikut: PkPP PPK Kurva 1 Kurva 2 Waktu Berdasarkan gambar tersebut menunjukkan bahwa meningkatnya perekonomian suatu negara pasti diikuti oleh pengeluaran pemerintah yang semaikn besar. Bahkan dari bentuk

5 yang eksponensial mengindikasikan peningkatan pengeluaran pemerintah akan mendorong untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. 3) Teori Peacock dan Wiseman Kedua orang tersebut berpendapat bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluran pemerintah yang semakin besar. Menurut teori tersebut masyarakat dianggap mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu tingkat dimana masyarakat memahami besarnya pungutan pajak yang diperlukan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Dampaknya dalam perkembangan ekonomi peningkatan penerimaan pajak oleh pemerintah akan diikuti pula oleh peningkatan pengeluaran pemerintah. Secara lebih jauh Peacock dan Wiseman menganalisis perkembangan pengeluaran pemerintah seperti terlihat pada Grafik berikut: Pengeluaran Pemerintah/GDP F D C A G B 0 t t+1 Tahun Dari Grafik tersebut terlihat dari tahun 0 ke t atau pada kondisi normal meningkatnya GNP akan menyebabkan meningkatnya penerimaan pemerintah yang semakin besar sehingga mendorong pengeluaran pemerintah yang semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari slope garfik yang sejajar antara sektor pemerintah dan swasta. Sedangkan pada tahap t sampai dengan t+1 dianggap kondisi negara terganggu akibat perang. Kondisi ini menimbulkan efek pengalihan dari aktivitas swasta dialihkan kepada aktivitas pemerintah. Bahkan perang tidak hanya dibiayai dari pajak tapi juga menggunakan pinjaman dari negara lain.

6 Hal ini terlihat dari kenaikan grafik dari titik A ke C untuk pengeluaran pemerintah dan penurunan grafik untuk pengeluaran swasta. Proses pengalihan tersebut disebut efek inspeksi dan efek konsentrasi.setelah itu pengeluaran pemerintah dan swasta sama-sama terjadi peningkatan. Namun saat perang berakhir yaitu setelah t+1 seharusnya pengeluaran pemerintah turun dari titik D ke G. Akan tetapi dengan adanya ketiga efek tersebut menyebabkan penerimaan pajak oleh pemerintah meningkat dan diikuti oleh peningkatan pengeluaran pemerintah. Akhirnya setelah perang selesai terjadi efek inspeksi karena adanya hal-hal yang harus ditangani pemerintah setelah selesainya gangguan sosial tersebut. Sebagai contoh adanya yatim piatu,cacat veteran dan sebagainya harus ditangani oleh pemerintah. Oleh karenanya masyarakatpun juga merespon dengan toleransi pajak yang besar. Berdasarkan ketiga teori pengeluaran pemerintah di atas sangatlah jelas bahwa campur tangan pemerintah dalam Kebijakan Fiskal semakin penting dimana pengeluaran pemerintah diharapkan terus meningkat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. 5. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif mengenai pengaruh Pendapatan/Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indoesia. Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Asian Development Bank. Dimana untuk membatasi waktu penelitian dipilih periode dari tahun 1993 sampai dengan Hal ini dimaksud agar analisis yang dilakukan dapat membatasi pada dimensi waktu terjadinya hubungan antara variabel-variabel yang berlaku dan akhirnya memberikan hasil yang lebih realistis dari hubungan tersebut. Dari data yang diperoleh maka untuk analisis pembahasan dalam penelitian ini menggunakan model persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + bx dimana: Y = Pengeluaran Pemerintah/Pendapatan Nasional di Indonesia X = Pendapatan/Capita di Indonesia

7 Dengan demikian ada satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Dalam penelitian ini menggunakan metode Old Least Squares (OLS) dan perhitungannya dilakukan dengan program spreadsheet (Data Analysis Regression). 6. Hasil Dan Pembahasan Dalam perhitungan koefisisen regresi pada persamaan struktural berdasarkan data dari tahun diperoleh hasil: Y = 0, , X (24,4474) (3,5274) F = 12,443 R 2 = 0,4087 Dari hasil perhitungan yang didapat akan dilakukan analisis ekonomi dan statistik sebagai berikut: Analisis Ekonomi Pada persamaan regresi Pengaruh Pendapatan Per Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia menunjukkan arah yang positif degan angka sebesar 0, Ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan Pendapatan per Capita sebesar seribu akan menyebabkan kenaikan pengeluaran pemerintah per Pendapatan Nasional sebesar 0, Pernyataan ini sesuai dengan teori ekonomi makro bahwa majunya perekonomian suatu negara akan ditandai dengan meningkatnya Pendapatan per Capita. langsung Selanjutnya peningkatan Pendapatan per Capita akan berdampak penerimaan pajak cenderung meningkat. Dengan alasan bila perekonomian berhasil maka pengangguran harus dapat ditekan berarti sebagian besar penduduk dapat bekerja. Secara logis setiap penduduk yang bekerja akan menerima penghasilan sehingga memiliki peluang besar untuk dapat membayar pajak terutama pajak penghasilan. Oleh karena pajak penghasilan adalah bagian dari pajak langsung maka peningkatan Pendapatan per Capita akan diikuti oleh peningkatan penerimaan pajak langsung. Dari hasil pengamatan menunjukkan peningkatan Pedapatan per Capita di Indonesia telah diikuti oleh peningkatan penerimaan pajak. Bahkan sejak tahun 2005 dapat dikatakan prestasi bagi Indonesia karena dapat meningkatkan kemandiriannya dalam pembiayaan pembangunan yang ditandai dari tingginya penerimaan pajak langsung oleh pemerintah. Kemampuan tersebut terus berlanjut sampai dengan tahun Dengan demikian total

8 penerimaan pajak di Indonesia dapat ditingkatkan dan berpotensi meningkatkan pengeluaran pemerintah di Indonesia. Kemudian dilihat dari pendekatan ekonomi publik menunjukkan bahwa penerimaan pajak oleh suatu negara akan mendorong tingginya Pengeluaran Pemerintah. Bahkan dari sisi makro Keynes menambahkan bahwa campur tangan pemerintah selain terlihat dari tingginya penerimaan pajak juga harus diseimbangkan dengan pengeluaran pemerintah. Mengingat pemerintah diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan maka tingginya pengeluaran pemerintah akan lebih teralokasi untuk persediaan barang publik seperti pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan serta pendidikan. Sebagai realisasi dari pernyataan tersebut, menurut laporan APBN selama periode penerimaan negara dari dalam negeri lebih didominasi oleh penerimaan perpajakan. Terutama untuk pajak dalam negeri terlihat kontribusi besar diperoleh dari pajak penghasilan. Sebagai bukti pada tahun 2005 penerimaan pajak penghasilan mampu mencapai Rp ,2 milyar sedangkan penerimaan pajak tidak langsung hanya mencapai Rp ,8 milyar. Tingginya kontribusi penerimaan pajak langsung tersebut akan berpeluang untuk meningkatkan total pengeluaran pemerintah di Indonesia. Seandaikan Pendapatan per Capita tidak diperhitungkan maka ada variabel lain yang mendorong peningkatan Pengeluaran Pemerintah di Indonesia sebesar 0, Faktor utamanya sejak Orde Baru peranan pemerintah sangat tinggi pada bidang ekonomi seperti persediaan infrastuktur baik ekonomi maupun non ekonomi. Proses pemenuhan tersebut dilakukan pemerintah antara lain dengan menggunakan hutang luar negeri. Sebagai bukti, walaupun memasuki tahun 1993 dikatakan perekonomian Indonesia semakin membaik yaitu terjadinya surplus pada Neraca Pembayaran Internasional (NPI) sebesar US$ 1 milyar, namun kondisi berikut semakin menurun. Dampaknya hutang luar negeri Indonesia semakin besar dan menjadi sumber pembiayaan utama pembangunan di Indonesia. Terlebih setelah terjadi krisis moneter tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia terjadi penurunan menyebabkan pengangguran yang cukup besar. Kondisi ini akan berdampak pada menurunnya penerimaan pajak di Indonesia. Sebaliknya beban pemerintah dalam pembayaran cicilan hutang justru semakin meningkat. Dari dua alasan tersebut sangatlah logis bila peningkatan Pendapatan/Capita pada masa mendatang harus lebih dioptimalkan dalam peningkatan penerimaan perpajakan di Indonesia.

9 Analisis Statistik Pada persamaan pengaruh pendapatan/capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia, terlihat bahwa variabel Pendapatan/Capita menunjukkan arah hubungan yang positif dengan koefisien sebesar 0, Besarnya R 2 sebesar 0,4087, berarti kontribusi variabel bebas terhadap Pengeluaran Pemerintah hanya sebesar 40,87% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Rendahnya kontribusi ini disebabkan oleh peneriman pajak yang belum optimal di Indonesia. Walaupun Pendapatan/Capita terjadi peningkatan selama periode yang diteliti namun penerimaan total pajak di Indonesia masih relatif rendah dari target yang diharapkan. Sebagai realisasi dari pernyataan tersebut kontribusi penerimaan pajak di Indonesia baru mencapai 15% berarti lebih rendah dari Malaysia yang mampu mancapai 18,5% dan Tahiland mencapai 17,5% (Tempo, 4 Nopember 2012). Kontribusi yang sangat rendah tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu dari pihak pemerintah dan masyarakat. Dari pihak pemerintah khususnya selama Orde Baru hingga era reformasi terbukti penerimaan pajak tidak langsung di Indonesia masih lebih besar dibandingkan pajak langsung. Penyebab utamanya adalah lemahnya sisi administrasi perpajakan di Indonesia. Setelah pemerintahan SBY peningkatan pajak langsung dapat terwujud dengan cara peningkatan administratif dan perubahan kebijakan. Untuk administratif upaya mengoptimalkan penerimaan pajak dilakukan delapan tindakan yaitu e-regristration, e-filling, pengembangan kantor pajak modern, pengembangan pusat data, pembentukan single identification number, penyisiran wilayah, perbaikan manajemen pemeriksaan & penyidikan serta peningkatan program penyuluhan pajak (APBN, 2005). Sedangkan dari sisi kebijakan anggaran lebih terfokus pada prinsip efisiensi dimana dengan menetapkan dua sasaran yaitu pengelolaan hutang negara terutama jangka menengah dengan menurunkan penggunaan stok pinjaman luar negeri dan pemanfaatan pinjaman dalam negeri untuk peningkatan aktivitas sektor swasta. Meskipun upaya tersebut telah berhasil meningkatkan penerimaan pajak langsung di Indonesia namun belum dapat sepenuhnya mengoptimalkan penerimaan pajak di Indonesia. Faktor utamanya masih banyak masyarakat yang belum mau membayar pajak. Sebagai bukti, dari sekitar 60 juta orang pribadi kelas menegah yang berpenghasilan cukup tinggi di Indonesia, hanya sekitar 20 juta yang sudah terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi. Bahkan dari 20 juta yang terdaftar hanya 8,8 juta atau 14,7% yang melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) dari potensi pajak yang ada. Jadi lebih dari25 juta masyarakat mampu yang belum mambayar pajak. Dari kalangan badan usaha Indonesia memiliki 5 juta (belum

10 termasuk mikro) dan hanya 1,9 juta badan usaha yang terdaftar sebagai wajib Pajak Badan. Kemudian yang melaporkan SPT hanya 520 ribu atau 10,4% dari potensinya. Sedangkan sektor informal jumlahnya 70% dan tidak tersentuh secara langsung oleh pajak (Tempo, 4 Nopember 2012). Secara lebih jauh kontribusi masyarakat terhadap pajak terlihat rendah disebabkan oleh dua faktor yaitu ketidakpahaman dalam menikmati hasil pajak dan persepsi negatif terhadap pegawai pajak. Selama ini masyarakat Indonesia sudah menikmati hasil pajak seperti memanfaatkan jalan raya, puskesmas dan subsidi BBM, namun kurang menyadari bahwa itu semua merupakan hasil dari pembayaran pajak. Bahkan sebagian besar masyarakat sengaja menghindari pembayaran pajak sesuai dengan penghasilan yang dimiliki. Kedua, timbul persepsi negatif masyarakat terhadap pegawai pajak baik disebabkan oleh kasus korupsi maupun rasa takut dianggap mengkorek aset-aset kekayaan dirinya (Tempo, 4 Nopember 2012). Berdasarkan kedua faktor diatas maka pajak dapat dikatakan sumber utama APBN yang belum tergali maksimal. Untuk itu penerimaan pajak harus terus ditingkatkan agar dapat mendanai program pembangunan secara optimal. Sebagai contoh untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional menuju persaingan global pemerintah telah menganggarkan dana pendidikan yang cukup besar yaitu mencapai Rp. 225 trilyun pada tahun Dana tersebut digunakan beberapa program utama di bidang pendidikan seperti pendidikan gratis melalui bantuan operasional Sekolah (BOS), meyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga miskin,meningkatkan kualitas pembelajaran tingkat menengah melalui Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) dan menyediakan dana tunjangan profesi guru. Dengan demikian pajak akan dapat meningkatkan pendidikan di Indonesia (Tempo, 4 Nopember 2012). Bahkan di era globalisasi pemerintah juga perlu menyediakan tenaga profesional agar lebih mampu bersaing baik dibidang tehnologi maupun kesehatan. Untuk dapat mencapainya perlu dialirkan dana besar dari pemerintah untuk pendidikan tinggi. Misalkan, dengan menyediakan beasiswa yang lebih besar bagi pendidikan sarjana untuk jurusan-jurusan tertentu, yang lulusannya diperlukan di Indonesia. Tantangan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) memerlukan peningkatan penerimaan pajak yang besar bagi Indonesia. Demikian pula untuk bidang kesehatan pemerintah telah berupaya menyediakan pelayanan kesehatan murah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sebagai contoh

11 pelayanan kesehatan murah melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), peningkatan peserta KB, pelayana kesehatan bagi ibu bersalin dan anak balita serta peningkatan pelayanan air minum. Seluruh program kesehatan tersebut akan berhasil bila tersedia anggaran yang cukup besar sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan bagi rakyat miskin. Sedangkan untuk penanggulangan kemiskinan, pemerintah menempuh dua strategi. Pertama, melalui program ekonomi yaitu dengan mendukung penciptaan kerja bagi masyarakat miskin, Kedua, memberikan fasilitas bantuan langsung serta program pemberdayaan masyarakat. Selain kedua strategi tersebut pemerintah juga meyalurkan subsidi sesuai sasaran untuk meringankan beban masyarakat. Upaya penanggulangan kemiskinan tersebut hanya berhasil bila partisipasi masyarakat dalam pembayaran pajak terjadi peningkatan. Dengan melihat kasus-kasus di atas maka untuk dapat mengatasinya Direktorat Jendral Pajak (DJP) pada tahun 2012 telah melaksanakan program optimalisasi penerimaan pajak melalui tiga langkah. Pertama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi di dalam sistem pengawasan dan monitoring pembayaran pajak oleh wajib Pajak. Kedua, penggalian potensi pajak yang difokuskan pada sektor-sektor unggulan. Ketiga, memperkuat sistem pengawasan internal yang mampu melakukan pencegahan dan deteksi dini atas setiap penyimpangan. Selain upaya tersebut peningkatan penerimaan pajak harus dilakukan dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Pertama dengan menerapkan tax amnesty yang diprediksi efektif menjaring Wajib Pajak baru. Kedua, sosialisasi manfaat pajak terhadap kemampuan APBN untuk membiayai program pembangunan di Indonesia. Ketiga, perlunya tindakan represif berupa penegakan hukum perpajakan agar masyarakat tidak merasa dipaksa dalam membayar pajak (Tempo, 14 Nopember 2014). Dengan usaha keras tersebut diharapkan di masa mendatang pemerintah akan lebih mandiri dalam pembiayaan pembangunan melalui penerimaan total pajak yang cukup besar. Dengan demikian program pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat tercapai. Pengujian Statistik Pada pengujian statistik digunakan uji t-statistik dan uji F-statistik. Dari hasil uji t- statistik pada persamaan pengaruh Pendapatan/Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia selama periode , memiliki t-hitung sebesar 3,5274. Angka ini lebih besar

12 dari t-tabel sebesar 2,878 berarti secara parsial variabel Pendapatan/Capita dapat mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah Indonesia pada tingkat signifikansi 1% (Gujarati, 1988). Dengan demikian kesejahteraan rakyat yang diwujudkan oleh pemerintah melalui Pengeluaran Pemerintah sangat didukung oleh penerimaan pajak di Indonesia. Bahkan dengan penerimaan Pajak Langsung yang besar akan membantu kemajuan program pengeluaran pemerintah di Indonesia. Untuk uji F statistik memberikan hasil sebesar 12,4425 ternyata jauh lebih besar dari nilai kritis F pada taraf signifikansi 1% yaitu 8,10 (Gujarati, 1988). Berarti dalam uji bersamapun penggunaan variabel bebas yaitu Pendapatan/Capita memiliki tingkat signifikansi yang sangat tinggi. Pernyataan tersebut menunjukkan Pendapatan/Capita sangat berperan dalam meningkatkan program pembangunan di Indonesia. 7. Kesimpulan Pada persamaan pengaruh Pendapatan/Capita terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia, sesuai hasil regresi diperoleh hasil bahwa Pendapatan/Capita memiliki hubungan posistif terhadap Pengeluaran Pemerintah di Indonesia, namun dengan kontribusi yang rendah karena belum optimalnya penerimaan pajak di Indonesia. Daftar Pustaka Asfia Murni, Ekonomika Makro, Edisi revisi, Cetakan ke tiga, PT Refika Aditama, Bandung: Februari 2013 Asian Development Bank (ADB) - Key Indicators 2012 ( Damodar Gujarati, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Data Pokok APBN ( Faisal Basri, Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI, Penerbit Erlangga, Jakarta : 1995 Guritno Mangkoesoebroto, Ekonomi Publik, BPFE, Yogyakarta: Kabar Bappenas, Vol.9 No.1/April-Mei 2011, Jakarta : 2011 Soeharsono Sagir, Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Kencana Pernada Media Group, Jakarta: 2009 Sugiartiningsih, Analisis Kekuatan dan Kelemahan Kebijaksanaan Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia, Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya: Tempo: Manfaat Pajak Untuk Kesejahteraan, Suplemen Pajak 2012, Jakarta: 4 Nop. 2012

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro

Teori Pengeluaran Pemerintah. Sayifullah, SE., M.Akt. Materi Presentasi. Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro Teori Pengeluaran Pemerintah Sayifullah, SE., M.Akt Materi Presentasi Teori Makro Rostow dan Musgrave Wagner Peacock dan Wiseman Teori Mikro 1 Rostow dan Musgrave : Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

Lebih terperinci

TEORI PENGELUARAN NEGARA

TEORI PENGELUARAN NEGARA 1 TEORI PENGELUARAN NEGARA Musgrave dan Rostow Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

TEORI PENGELUARAN NEGARA. Dwi Mirani, S.IP

TEORI PENGELUARAN NEGARA. Dwi Mirani, S.IP TEORI PENGELUARAN NEGARA Dwi Mirani, S.IP 1 TEORI PENGELUARAN NEGARA Musgrave dan Rostow Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara Pada tahap awal perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.5 April 2012 ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI Oleh : Nurhayani.,SE.MSi Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Utang Luar Negeri 1. Pengertian Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Vol.1, No.5 April 2012 ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PERKAPITA DI KABUPATEN BATANGHARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besarnya campur tangan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. besarnya campur tangan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang paling penting dalam perekonomian Indonesia adalah besarnya campur tangan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, dimana dalam awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur Afiat 2) ABSTRAK Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 hal 20-26 Jurnal Ekonomi Pembangunan FE-Unhalu ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA 1) Muhammad Nur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian tiga sektor, campur tangan pemerintah tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus

I. PENDAHULUAN. masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan, masalah keuangan merupakan masalah pokok pemerintah, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang harus dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi. dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal

TINJAUAN PUSTAKA. untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi. dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Teori Investasi Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai: pengeluaranpengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan-peralatan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang saat ini dalam masa pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dalam perkembangannya senantiasa memberikan dampak baik positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi berkelanjutan. Seluruh negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Ibnu Syamsi, anggaran negara adalah hasil dari suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. Menurut Ibnu Syamsi, anggaran negara adalah hasil dari suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Anggaran Negara 2.1.1 Pengertian Anggaran Negara Menurut Ibnu Syamsi, anggaran negara adalah hasil dari suatu perencanaan yang berupa daftar mengenai bermacam-macam kegiatan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Disusun oleh: Nama : Nida Usanah Prodi : Pendidikan Akuntansi B NIM : 7101413170 JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada mulanya pajak merupakan suatu pemberian secara cuma-cuma (upeti) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Merdekawati dan Budiantara (2013) mengemukakan bahwa kemiskinan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Merdekawati dan Budiantara (2013) mengemukakan bahwa kemiskinan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kemiskinan Merdekawati dan Budiantara (2013) mengemukakan bahwa kemiskinan dalam arti luas adalah keterbatasan yang disandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG BERPEGARUH TERHADAP PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN CINA DALAM USAHA MERESPON PASAR BEBAS TAHUN 2020

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG BERPEGARUH TERHADAP PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN CINA DALAM USAHA MERESPON PASAR BEBAS TAHUN 2020 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG BERPEGARUH TERHADAP PERDAGANGAN INDONESIA DENGAN CINA DALAM USAHA MERESPON PASAR BEBAS TAHUN 2020 Dr. Sugiartiningsih, SE.,MSi. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari

BAB II URAIAN TEORITIS. pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengeluaran Pemerintah Dalam kebijakan fiskal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran yaitu anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sektor terpenting bagi pemerintah karena pajak adalah sumber pemasukan Negara yang terbesar. Menurut Chandra Kepala Seksi Hubungan Eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan infrastruktur serta perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan infrastruktur serta perekonomian suatu negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan infrastruktur serta perekonomian suatu negara dapat didukung dari kemauan masyarakatnya sebagai wajib pajak dengan membayar pajak. Kemauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara ( Milyar rupiah ) Tahun Sumber Penerimaan. Penerimaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama penerimaan negara disamping penerimaan bukan pajak seperti migas dan non migas. Peran pajak sebagai sumber pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di segala bidang, dan juga guna mencapai cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan fiskal yang sering juga disebut politik fiskal atau fiscal policy,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan fiskal yang sering juga disebut politik fiskal atau fiscal policy, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Fiskal Pemerintah Kebijakan fiskal yang sering juga disebut politik fiskal atau fiscal policy, diartikan sebagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para peneliti membuat definisi sendiri karena tidak adanya definisi Fiscal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Para peneliti membuat definisi sendiri karena tidak adanya definisi Fiscal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Fiskal (Fiscal Stress) Para peneliti membuat definisi sendiri karena tidak adanya definisi Fiscal Stress yang diterima secara universal sehingga mampu menjawab tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dana Perimbangan 2.1.1. Pengertian Dana Perimbangan Dana Perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumbersumber penerimaan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang,

I. PENDAHULUAN. dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-Undang, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya bersumber dari prinsip dasar yang terkandung dalam UUD 1945 Pasal 18 yang berbunyi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah Pergantian Pemerintahan dari Orde Baru ke orde Reformasi menuntut pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan jangka panjang yang menjadi tolak ukur dalam mengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat bisa menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat bisa menilai kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolok ukur yang penting dalam menentukan tingkat kemampuan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah mengubah aspek perilaku bisnis dan perekonomian suatu negara, terlebih dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada

Lebih terperinci

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016

Grafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016 BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan bagian yang cukup potensial sebagai penerimaan Negara maupun Daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak sebagai pendapatan utama untuk pembangunan ekonomi suatu negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan dapat memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mau harus ditanggung Wajib Pajak (Waluyo, B.Illyas, Perpajakan Indonesia, 2003;4)

BAB I PENDAHULUAN. mau harus ditanggung Wajib Pajak (Waluyo, B.Illyas, Perpajakan Indonesia, 2003;4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran wajib yang diberikan oleh seseorang atau badan organisasi yang disetor atau diberikan kepada pemerintah tanpa memperoleh prestasi atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dan nomy artinya aturan atau undang-undang, jadi autonomy artinya hak untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. dan nomy artinya aturan atau undang-undang, jadi autonomy artinya hak untuk BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Otonomi Daerah 2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah Otonomi daerah berasal dari kata autonomy dimana auto artinya sedia dan nomy artinya aturan atau undang-undang, jadi autonomy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya makin kaya sedangkan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tonggak perubahan yang bergerak sejak tahun 1998 dengan pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi telah membuat beberapa perubahan dalam aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan bertanggung jawab oleh pemerintah pusat kepada pemerintahan daerah untuk mengatur, mengurus sendiri

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya

Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya Contoh Soal APBN Dan APBD Beserta Jawabannya 1. APBN merupakan instrumen untuk mengendalikan perekonomian saat terjadinya infali atau deflasi. Hal ini menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. eksternalitas, mengoreksi ketidakseimbangan vertikal, mewujudkan pemerataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transfer antarpemerintah merupakan fenomena umum yang terjadi di semua negara di dunia terlepas dari sistem pemerintahannya dan bahkan sudah menjadi ciri

Lebih terperinci

SILABUS/SAP (Satuan Acara Perkuliahan) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Bisnis dan Manajemen (STIE PBM) JURUSAN AKUNTANSI DAN MANAJEMEN

SILABUS/SAP (Satuan Acara Perkuliahan) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Bisnis dan Manajemen (STIE PBM) JURUSAN AKUNTANSI DAN MANAJEMEN SILABUS/SAP (Satuan Acara Perkuliahan) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pengembangan Bisnis dan Manajemen JURUSAN AKUNTANSI DAN MANAJEMEN Mata Kuliah Dosen Kredit : Perekonomian Indonesia : Sasli Rais, S.E.,

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang- I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang- Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan terutama ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan distribusi pendapatan, membuka kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung

Lebih terperinci

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : C. MISI UNIT

Lebih terperinci