KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU DI SURABAYA (STUDI KASUS TAMAN BUAH UNDAAN) Ridho Akhir Hendratna

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU DI SURABAYA (STUDI KASUS TAMAN BUAH UNDAAN) Ridho Akhir Hendratna"

Transkripsi

1 KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU DI SURABAYA (STUDI KASUS TAMAN BUAH UNDAAN) Ridho Akhir Hendratna ABSTRAK Di kota-kota besar seperti Surabaya, kebanyakan lahan kota difungsikan untuk perumahan, perkantoran dan mall. Ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai ruang publik dan konservasi lingkungan menjadi langka. Keberadaan ruang publik semakin terdesak oleh pertumbuhan kota yang sangat pesa. Hal tersebut mendorong pemerintah kota untuk merevitalisasi RTH di Surabaya. Pembangunan RTH Taman Buah Undaan merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani masalah ketersediaan RTH taman kota di Surabaya. Dalam pembangunan RTH Taman Buah Undaan, Pemerintah Kota Surabaya berkerjasama dengan Bank Jatim dalam pembangunan taman tersebut. Penilitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai tahapan dari Kerjasama Pemerintah kota Surabaya dengan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan. Adapun subjek penelitian ini yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya serta Divisi Cooperate Social Responsibility Bank Jatim. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi, observasi serta wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Pembangunan RTH Taman Buah Undaan telah dilakukan merujuk pada Tahapan-tahapan dalam Kerjasama Pemerintah-Swasta sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No 13 Tahun 2010 Tentang Kerjasama Pemerintah-Swasta. Rekomendasi yang diberikan adalah Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) dapat berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas RTH di Surabaya. Kata kunci: Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS), RTH 1

2 PARTNERSHIP BETWEEN GOVERNMENT AND PRIVATE COMPANY IN DEVELOPING GREEN OPEN AREA IN SURABAYA (CASE STUDY OF UNDAAN FRUIT GARDEN) Ridho Akhir Hendratna ABSTRACT In many cities such as Surabaya, most lands in the city function as house, office, and mall. The availability of green open area as public area and environmental conservation becomes scarce. The existence of public area are more and more recessive by fast growth of the city. These pushes the local government to revitalize the green open area in Surabaya. The development of Undaan Fruit Garden as one of green open area is one of the local government s effort in handling problem of green open area provision in Surabaya. In developing Undaan Fruit Garden, the local government of Surabaya makes cooperation with Bank of Jatim. This research is descriptive qualitative research aiming to describe and explain about stages of cooperation between the local government of Surabaya and Bank of Jatim in developing Undaan Fruit Garden. While subject of this research is department of cleanliness and landscape gardening from local government of Surabaya and cooperate social responsibility division from Bank of Jatim. The data collection technique used in this research is documentation, observation and interview. Data is analyzed by collecting data, reduce and propose the data, and draw conclusion. Result of the research indicates that implementation of development of Undaan Fruit Garden has been done refers to stages in cooperation between government and private company in accordance with PP No. 13 year 2010 about cooperation between government and private company. Recommendation that can be given is the cooperation between government and private company can be continued to improve quality and quantity of green open area in Surabaya Keywords: cooperation between government and private company, green open area 1. PENDAHULUAN Pembangunan prasarana dan sarana dasar merupakan salah satu beban yang mengiringi pertumbuhan kota-kota besar termasuk Surabaya. Sebagai ibu kota Provinsi JawaTimur, kota Surabaya pada tahun 2010 merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai kurang lebih tiga juta jiwa, menjadikan Surabaya sebagai pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Jumlah populasi penduduk yang setiap tahun selalu meningkat, terutama ketika pada hari kerja jumlah penduduk di Kota Surabaya bisa mengalami peningkatan sebesar 30%. Hal tersebut dikarenakan Kota Surabaya menjadi tujuan orang orang yang bermukim di luar kota Surabaya untuk bekerja. Disisi lain kemajuan dan mobilitas kota tanpa disadari menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan perkotaan membawa konsekuensi negatif 2

3 pada berbagai aspek, termasuk aspek lingkungan. Sebagian besar permukaannya, terutama di pusat kota tertutup oleh jalan, bangunan-bangunan dengan karakter yang sangat berbeda dengan karakter ruang terbuka hijau. Hal itu berdampak berkurangnya fungsi ruang terbuka hijau yang bisa menyerap air hujan yang bertujuan meminimalisir banjir di jalan jalan kota, dan menyerap karbon-dioksida (C0₂) yang dihasilkan oleh polusi kendaraan di Kota Surabaya. Pentingnya RTH tersebut yang melandasi Pemerintah Pusat mengeluarkan suatu kebijakan tentang kebutuhan akan RTH. Hal tersebut terlampir dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, yakni luas ideal Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) minimal 20% dari luas kawasan perkotaan. Salah satu upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka penyediaan ruang publik berupa taman kota dan pencapaian RTH yaitu dengan dikeluarkannya kebijakan revitalisasi SPBU yang berada di jalur hijau Kota Surabaya. Kebijakan tersebut terlampir dalam peraturan daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Kebijakan ini bertujuan mengembalikan fungsi jalur hijau sebagaimana mestinya, yang selama ini telah disewakan kepada pihak swasta. Pembangunan taman kota ini tidak terlepas dari adanya kerjasama yang baik dengan pihak swasta. Kerjasama pembangunan RTH taman ini searah dengan perkembangan pemerintah yaitu bahwa semakin maju negara, maka keterlibatan pemerintah dalam pembangunan sarana dan prasarana semakin berkurang. Dalam hal ini negara lebih menjadi fasilitator yang menjembatani hubungan antara masyarakat dan swasta. Pemerintah tidak mungkin lagi mengerjakan semua urusan karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia, sehingga kerjasama dan kemitraan dengan pihak-pihak lain harus dilakukan agar kualitas pelayanan publik tetap dapat dipenuhi sesuai dengan tuntutan masyarakat (Paskarina, 2007). Perubahan tata kelola pemerintah yang lebih terbuka dapat menghasilkan sebuah inovasi, yaitu konsep kemitraan yang melibatkan swasta dalam program pembangunan. Konsep kemitraan ini telah tertuang dalam Peraturan Presiden No 13 Tahun 2010 tentang kerjasama pemerintahswasta (KPS). Salah satu bentuk kebutuhan Pemerintah Kota Surabaya yang membutuhkan kerjasama dengan pihak swasta terlaksana pada pembangunan RTH dalam bentuk taman kota yaitu Taman Buah Undaan. Taman Buah Undaan yang sebelumnya merupakan lahan bekas stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di jalur hijau, kini telah di revitalisasi menjadi taman yang begitu nyaman dan asri dengan dipenuhi berbagai patung buah-buahan. Biaya pembangunan taman yang berdiri di atas lahan seluas 1375 m² ini, ditanggung sepenuhnya oleh bank JATIM. Dalam konteks pembangunan RTH Taman Buah Undaan, konsep kemitraan cukup menarik untuk dianalisa sebagai langkah maju dalam penyediaan pelayanan publik di Kota Surabaya, apalagi Pemerintah Kota Surabaya tidak bisa lagi berperan tunggal untuk memenuhi semua tuntutan masyarakat. Selain itu, kemitraan yang dilakukan dengan Bank Jatim juga dapat membantu mempercepat pembangunan tanpa harus menunggu pendanaan dari APBD. Hal di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tahapan dari kerjasama antara pemerintah kota Surabaya dan Bank Jatim. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana tahapan proses kemitraan yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tahapan proses kemitraan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan. 2. KAJIAN PUSTAKA 3

4 A. Tinjauan tentang Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau kawasan maupun dalam bentuk area yang memanjang jalur di mana dalam pengunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Hal tersebut sebagaimana yang tercantum dalam pasal satu (1) Pemendagri No 1 Tahun Pembentukan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan adalah untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup yang nyaman, segar, indah dan bersih serta sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan. Tujuan dari penataan RTHKP yaitu untuk meningkatkan mutu lingkungan, menciptakan kenyamanan, kesegaran, menghindari gangguan kerusakan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan dan keamanan dalam rangka pembangunan berkelanjutan (Pemendagri No.1/2007 pasal 2). Sedangkan manfaat dari RTHKP yaitu sebagai sarana untuk mencerminkan identitas kota atau daerah, sebagai sarana rekreasi serta sebagai tempat untuk berinteraksi dan beraktivitas secara sosial bagi anak-anak, dewasa dan orang tua, serta dapat meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. Pentingnya pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau juga terkait dengan adanya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya yaitu meliputi nilai ekologis dan alam, nilai psikologis, nilai sosial budaya serta nilai estetika seperti yang dikemukakan oleh Wijanarko (2006). Pembangunan Taman Buah Undaan tidak terlepas dari adanya dukungan serta kerja sama dengan pihak swasta yang dalam hal ini yaitu Bank Jatim. Dengan adanya kerja sama ini dapat dilihat adanya perubahan perkembangan paradigma pemerintahan dewasa ini yang telah mengubah tata kelola pemerintahan menjadi lebih terbuka, sehingga ada pembagian peran serta kerjasama antara unsur-unsur pemerintah dan swasta. Oleh karena itu, untuk kepentingan analisis teoritis terhadap mekanisme pelaksanaan kerja sama tersebut, maka berikut ini akan diuraikan beberapa konsep kemitraan antara pemerintah dan swasta. B. Tinjauan tentang Kemitraan Pemerintah- Swasta 1. Konsep Dasar Kemitraan Pemerintah- Swasta Kerjasama Pemerintah dan Swasta atau Public Private Partnership (PPP) dapat diterjemahkan sebagai perjanjian kontrak antara swasta dan pemerintah, yang keduanya bergabung dalam sebuah kerjasama untuk menggunakan keahlian dan kemampuan masing-masing untuk meningkatkan pelayanan kepada publik. Kerjasama tersebut dibentuk untuk menyediakan kualitas pelayanan terbaik dengan biaya yang optimal untuk publik (America s National Council on Public Private Partnership, 2000). Paskarina (2007) mengemukakan bahwa pada prinsipnya, kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta adalah untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu juga dilatarbelakangi oleh adanya keterbatasan pendanaan maupun rendahnya kualitas pelayanan (inefisien dan inefektif) dari pemerintah sebagai penyedia pelayanan publik. Pada hakekatnya, pelibatan sektor swasta dalam pengembangan saranaprasarana akan memberikan keuntungan baik bagi pemerintah maupun swasta. Bagi sektor swasta keuntungan yang didapat dengan mekanisme ini adalah profit. Adapun keuntungan bagi pemerintah, adalah mempermudah proses, waktu penyediaan serta meringankan beban pendanaan untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana perkotaan. Keuntungan lain yang diperoleh pemerintah adalah terciptanya transfer teknologi dan efesiensi managerial dari pihak swasta yang dikombinasikan dengan rasa tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan. 2. Bentuk Public-Private Partnerships 4

5 Dalam memulai pelaksanaan kerjasama antara pemerintah dan swasta bukan hanya dilakukan dengan perencanaan yang matang, namun juga disertai dengan bentuk kerjasama yang tepat. Berikut ini merupakan beberapa bentuk kerjasama menurut The National Council for Public- Private Partnerships (2000): a) Operations and maintenance (operasionalisasi dan pemeliharaan). Bentuk kerjasama ini didasari oleh kontrak antara pemerintah dan swasta untuk mengoperasikan dan memelihara fasilitas publik. b) Design-build (perencanaan dan pengembangan). Bentuk kerjasama ini didasari oleh kontrak pemerintah dan swasta untuk merencanakan dan mengembangkan fasilitas yang memenuhi standar dan prasyarat kinerja pemerintah. Ketika fasilitas itu telah dibentuk, maka pemerintah akan menjadi pemilik yang bertanggung jawab terhadap penggunaan fasilitas tersebut. c) Turnkey operation (pengoperasian). Pemerintah menyediakan dana untuk melaksanakan kegiatan, tapi melibatkan sektor swasta untuk mendesain, membangun serta mengoperasikan fasilitas untuk jangka waktu tertentu. Sasaran kinerja ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah yang menjadi pemilik dari fasilitas tersebut. d) Wrap arround addition (penambahan dalam fasilitas yang sudah ada). Dalam bentuk ini, pihak swasta membiayai dan membangun fasilitas tambahan pada fasilitas yang sudah ada. Selanjutnya, pihak swasta dapat mengoperasikan fasilitas tambahan ini untuk jangka waktu tertentu sampai dapat mengembalikan investasi dan keuntungan dari investasi tersebut. e) Build-Transfer-Operate (pembangunan-pengalihanpengoperasian). Bentuk ini didasari adanya kontrak pemerintah dengan swasta untuk membiayai dan membangun fasilitas. Namun ketika fasilitas tersebut telah selesai dibangun, maka pihak swasta mengalihkan kepemilikan fasilitas itu kepada pemerintah. Pemerintah kemudian menyewakan fasilitas tersebut kepada swasta berdasarkan sewa jangka panjang yang memungkinkan swasta mengembalikan investasi dan memperoleh keuntungan. Berkaitan dengan adanya uraian mengenai bentuk kerjasama, dalam hal ini kerjasama yang dilakukan antara Pemerintah kota Surabaya dengan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan termasuk dalam model design-build (perencanaan dan pengembangan) di mana pembangunan taman ini didasari oleh adanya kontrak pemerintah dan swasta untuk merencanakan dan mengembangkan fasilitas yang memenuhi standar dan prasyarat kinerja pemerintah. Ketika fasilitas itu telah dibentuk, maka pemerintah akan menjadi pemilik yang bertanggung jawab terhadap penggunaan fasilitas tersebut. Namun perlu diketahui bahwa terbentuknya bentuk atau model kerjasama ini tidak terlepas dari adanya beberapa tahapan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. 3. Tahapan kegiatan dalam proses kerjasama pemerintah dan swasta Paskarina (2007) mengemukakan bahwa dalam suatu proses kerjasama tidak terlepas dari adanya kendala-kendala yang akan muncul. Sehingga perlu ada sebuah kesinergian yang jelas untuk mengantisipasi kendala dan risiko yang akan muncul. Sebagai suatu proses, KPS merupakan siklus yang berkesinambungan mulai dari tahap perencanaan (input), implementasi hingga evaluasi (output) yang dapat menghasilkan masukan/ saran untuk memperbaiki input. Uraian tersebut tertuang dalam gambar berikut: Gambar 2.1 Siklus Kegiatan Kemitraan 5

6 Sumber: Paskarina, 2007 Berdasarkan gambar di atas, pada tahap input KPS diawali oleh kegiatan identifikasi kebutuhan yang mencakup pemetaan potensi, masalah, kepentingan, dan fasilitas pelayanan publik yang akan dikelola melalui PPP. Hasilnya dari identifikasi ini berupa kebijakan yang akan melandasi proses realisasi PPP secara substantif maupun administratif. Dimensi substantif antara lain mencakup kriteria dan metode untuk memilih mitra swasta, jenis pelayanan yang akan dikelola, penentuan kriteria evaluasi, dan metode pelibatan publik untuk menjamin akuntabilitas proses. Sedangkan dimensi administratif mencakup prosedur dan mekanisme yang ditempuh dalam merealisasikan perjanjian kemitraan tersebut. Kinerja kemitraan ini akan terlihat pada tahapan output yang secara konkret tampak dari realisasi program kerja dan hasil monev sebagai bahan masukan bagi perbaikan kinerja pelayanan di masa mendatang. Pendapat lain di kemukakan oleh Riyanto (2011) bahwa keberhasilan kerjasama pemerintah-swasta hanya dapat diraih dengan adanya pengertian antara pihak swasta dan Pemerintah. Upaya awal yang harus dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan menarik perhatian (minat) sektor swasta dengan dua cara yakni promosi dan respons. Promosi yang dilakukan oleh Pemerintah yaitu mempromosikan sarana prasarana kota yang hendak dikerjasamakan (Pemerintah berinisiatif mengajukan usulan kegiatan). Upaya promosi ini dapat dilakukan dengan lebih menfungsikan badan atau kantor yang memiliki akses dengan pihak swasta. Hal tersebut biasa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai event promosi berskala lokal, regional atau nasional. Sedangkan respon sebagai cara kedua dapat dilakukan oleh pemerintah dengan merespon sektor swasta yang berinisiatif mengajukan usulan kerjasama dalam mengembangkan sarana dan prasarana kota. Tercapainya upaya-upaya yang telah disebutkan di atas perlu didukung dengan beberapa tahapan. Terdapat empat (4) tahapan yang harus dilakukan pemerintah daerah atau kota untuk tercapainya kesepakatan kerja sama antara pemerintah dan swasta menurut Riyanto (2007) yaitu : a) Persiapan proyek. Persiapan proyek merupakan tahapan awal dari rencana pelaksanaan kerjasama pemerintah-swasta. Pendekatan yang perlu dilakukan pada tahapan ini adalah: 1) Identifikasi pelayanan sarana prasarana kota. Identifikasi dalam hal ini mengacu pada beberapa hal yaitu mengenai baik atau buruknya sarana dan prasarana kota, modal dan tarif cakupan pelayanan yang ada, keadaan kepuasan konsumen secara menyeluruh serta perbandingan pendapatan dan biaya yang ada. 2) Penentuan Tujuan. Dalam kerjasama ini harus ada kejelasan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan ini meliputi perbaikan pelayanan, perluasan cakupan ataupun peningkatan standar pelayanan. 3) Pembentukan Tim Pengkaji. Tim pengkaji dibentuk ketika hasil dari identifikasi pelayanan dan penentuan tujuan, merekomendasikan perlunya keterlibatan pihak swasta. Tugas tim pengkaji adalah menilai kelayakan usulan atau proposal kerjasama yang diajukan pihak swasta. Penilaian proposal ini dilihat dari segi teknologi yang akan digunakan, struktur pembiayaan, aspek sosial, politik, maupun hukum dan perundangan (Aspek Teknis, non teknis maupun keuangan). b) Analisa pemilihan bentuk kerja sama pemerintah-swasta 6

7 Pada tahapan ini, kegiatan yang harus dilakukan yaitu menilai kelayakan usulan atau proposal kerjasama yang diajukan oleh pihak swasta. Proposal ini berupa penentuan model kerjasama pemerintah-swasta, jangka waktu kerjasama, keuntungan dan kerugian tarif, kontribusi, tantangan serta hambatan dalam kerjasama pemerintah-swasta. Dalam hal ini aspek kelembagaan dan dasar hukum Pemerintah sebagai provider harus cermat dalam memilih sistem kerjasama apa yang akan digunakan dengan segala pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah ketersediaan dana yang ada pada pemerintah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dengan dana yang ada, fasilitas apa yang dapat disediakan dan seberapa besar jangkauan pelayanannya. Selain itu, pemerintah harus menetapkan pula standarstandar performances yang harus disiapkan oleh swasta dalam penyediannya. Bukan hanya itu, Pemerintah juga membuka dialog dengan beberapa partner swasta yang berminat bekerjasama serta mengevaluasi setiap partner berdasarkan transparansi maupun efektifitas kerja. Dalam kerjasama ini juga perlu menentukan keikutsertaan pihak ketiga sebagai fasilitator proyek pembangunan. Peranan pihak ketiga dalam proses ini yaitu meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan antara pemerintah dan swasta, sehingga dapat menyelesaikan kemungkinan permasalahan yang timbul. Terdapat dua prosedur pengikutsertaan pihak swasta yaitu dengan tender terbuka secara kompetitif dan negosiasi langsung. Apapun bentuk prosedur yang dipilih, proses ini harus dapat menjamin bahwa keikutsertaan swasta dapat meningkatkan kondisi sarana prasarana kota dan pelayanannya, menghasikan suatu inovasi dan kreatifitas yang berharga serta terlepas dari korupsi. Salah satu cara untuk mencapai inovasi dan kreatifitas yaitu dengan meminimasi persyaratan yang spesifik dalam dokumen tender, dan lebih menekankan pada tujuan utama dari suatu proyek, dengan melibatkan ide pihak swasta. c) Membuat hubungan kerja sama yang kuat dan berkelanjutan. Mendirikan kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan. Berkenaan dengan hal tersebut, Riyanto (2011) mengemukakan bahwa diperlukan adanya beberapa kesiapan antara lain: 1. Komitmen sumber daya dari semua pihak Partisipasi dan Transparasi: Terakomodirnya kepentingan dari hampir semua stakeholder khususnya untuk kaum miskin, dan harus dituangkan dalam proyek pembangunan yang akan dilaksanakan. 2. Capacity Building. Kesiapan setiap stakeholder. a) Konsumen akan dikenakan biaya sesuai dengan biaya yang disepakati bersama. b) Sektor privat meningkatkan kemampuan usaha c) Pemerintah dengan menggunakan kerangka kerjanya meningkatkan pemantauan untuk tingkat pelayanan yang telah disepakati. d) Kesabaran, panjangnya proses negosiasi dan penyiapan proyek. e) Fleksibilitas, adanya sistem prosedur yang bersih untuk mengakomodir (mereduksi) terjadinya perubahan yang berdampak negatif ketika kerjasama telah berjalan. f) Tanggung jawab sosial, peningkatan pelayanan sarana prasarana ini memiliki tujuan untuk membuat tingkat kehidupan penduduk akan lebih baik, khususnya peningkatan tingkat kehidupan pada kaum miskin. 3. Tanggung jawab terhadap lingkungan; mekanisme investasi yang dilakukan harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu diperlukan jaminan yang tercantum dalam seluruh perjanjian kontrak kerjasama yaitu berupa 7

8 penggunaan sistem teknologi yang ecoefisien. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variable satu dengan yang lainnya (Sugiono, 2009:11). Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif, artinya data yang dikumpulkan dan analisinya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong; 2005). Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin mendapatkan informasi sekaligus menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dari tahapan proses kemitraan antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Swasta (Bank JATIM) dalam pembangunan Taman Buah Undaan di Kota Surabaya. Fokus penelitian ini adalah membahas tentang tahapan proses kemitraan pemerintah kota Suarabaya dengan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan di Kota Surabaya yang akan dianalisis dengan menggunakan tahapan dalam proses kerjasama menurut Riyanto yang meliputi (1) persiapan proyek, (2) analisa pemilihan bentuk kerja sama pemerintah-swasta, serta (3) membuat hubungan kerjasama yang kuat dan berkelanjutan. Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Buah Undaan Kota Surabaya, sedangkan waktunya penelitian berlangsung sejak bulan Januari sampai dengan Agustus Subyek Penelitian ini yaitu Staf Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya, Staf Bank Jatim Divisi Cooporate Social Responsibility (CSR) serta masyarakat pengunjung Taman Buah Undaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Taman Buah Undaan, bahwa Taman Buah Undaan merupakan salah satu Taman yang representatif di Kota Surabaya. Hal tersebut dikarenakan Taman Buah Undaan terletak di pusat kota. Bukan hanya itu, lokasi yang strategis di persimpangan jalan semakin menambah unsur estetika serta keindahan bagi lingkungan Kota Surabaya. Pembangunan Taman Buah Undaan dilatarbelakangi oleh adanya masalah yang cukup pelik. Masalah tersebut yaitu adanya keterbatasan lahan untuk untuk dijadikan RTH taman kota. Keterbatasan RTH taman kota di Kota Surabaya dapat digambarkan dengan semakin berkurangnya lahan hijau. Hal itu disebabkan semakin meningkatnya lahan terbangun di Kota Surabaya. Minimnya taman kota ini, akan membawa dampak bagi nilai-nilai yang terkandung dari pemanfaatan lingkungan itu sendiri, baik dari segi ekologis, psikologis, sosial maupun estetika. Hal tersebut sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Wijanarko (2006). Dampak dari tidak adanya pemanfaatan lingkungan apabila dilihat dari nilai ekologis, maka dapat dikatakan kurang adanya area atau lahan untuk menyerap polutan udara. Hal ini mengakibatkan udara di kota mengalami kontaminasi dengan zatzat kimia yang dihasilkan kendaraan bermotor maupun limbah gas dari pabrikpabrik. Bukan hanya itu, apabila dilihat dari nilai psikologis, maka dengan kurangnya fasilitas publik bagi masyarakat untuk merefleksikan pikiran akibat dari tuntutan hidup, maka tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat tersebut akan mengalami depresi. Sedangkan dalam nilai estetika, kurang adanya taman maupun ruang hijau dapat mengurangi kontibusi kepada pemandangan atau lensekap kota. Dampak yang muncul dari tidak adanya pemanfaatan lingkungan tersebut mendorong Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan suatu upaya dalam rangka 8

9 meningkatkan RTH taman kota. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya yaitu dikeluarkannya suatu kebijakan fungsi jalur hijau yang biasa disebut dengan revitalisasi. Kebijakan tersebut terlampir dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau. Dalam pasal 11 ayat 1 dan 2 telah disebutkan bahwa izin pemakaian Ruang Terbuka Hijau tidak dapat diperpanjang guna mewujudkan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau sesuai dengan peranan dan fungsinya. Terkait dengan kebijakan RTH, salah satu lokasi yang dijadikan sebagai salah satu wujud dari implementasi kebijakan tersebut yaitu pembangunan Taman Buah Undaan. Dalam pembangunan Taman Buah Undaan tidak terlepas dari adanya partisipasi dari pihak swasta. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 tahun 2002 tentang Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau tepatnya dalam pasal 5 ayat 1 yang menyebutkan bahwa pengelolahan ruang terbuka hijau dilaksanakan secara terpadu oleh Instansi Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing. Dalam hal ini, pelaku pembangunan Taman Buah Undaan yaitu Bank Jatim. Proses kemitraan Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan tidak terlepas dari adanya berbagai tahapan yang dilalui. Dilihat dari perspektif konsep kemitraan menurut Riyanto (2011), ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam menjalin suatu proses kemitraan, yaitu: a) Persiapan proyek Persiapan proyek merupakan tahap awal yang dilakukan dalam melaksanakan kerjasama. Terkait dengan pembangunan Taman Buah Undaan, maka persiapan awal yang dilakukan yaitu mengidentifikasi sarana dan prasarana kota. Identifikasi merupakan salah satu tahapan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Identifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya sebelum menjalin kerjasama dengan pihak swasta yaitu dimulai dengan mengetahui luas RTH taman kota yang dibandingkan dengan luas RTH seluruhnya. Dari hasil perbandingan tersebut luas RTH taman kota hanya sebesar tiga (3) persen dari luas RTH seluruhnya. Hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Kota Surabaya mempunyai masalah dalam pembangunan taman kota. Masalah tersebut dapat terjadi dikarenakan Pemerintah Kota Surabaya mengalami keterbatasan lahan. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani masalah di atas yaitu dengan merevitalisasi SPBU yang berada di jalur hijau. Akan tetapi, sebelum kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dan pihak swasta dilakukan, bukan hanya mengidentifikasi mengenai pelayanan sarana dan prasarana kota. Namun harus ada tujuan yang jelas mengenai pembangunan lahan kosong bekas SPBU tersebut. Terkait dengan hal tersebut, tujuan dari pembangunan taman ini seperti apa yang telah kemukakan oleh Bapak Edi selaku staff bidang pertamanan sesuai dengan yang telah tercantum dalam RPJM Kota Surabaya tahun , yaitu membebaskan atau penyediaan lahan untuk memperluas RTH dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di Kota Surabaya. Demi tercapainya tujuan tersebut, Pemerintah Kota Surabaya yang dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) membangun lahan kosong bekas SPBU. Berdasarkan hasil dokumentasi, terdapat empat taman yang berdiri di atas lahan bekas SPBU, yaitu: (1) Taman Buah Undaan, (2) Taman Flora, (3) Taman Lansia dan (4) Taman Korea. Dari keempat taman tersebut, taman yang proses pembangunan dilakukan pada tahun 2009 adalah Taman Buah Undaan dan Taman Lansia. Pembangunan kedua taman ini sebenarnya sudah direncanakan pada tahun Bukan hanya itu, bahwa perencanaan kedua taman ini juga telah melibatkan konsultan dari Institute Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS). Namun ketika akan membangun, anggaran yang telah diperuntukkan untuk pembangunan kedua 9

10 taman ini ternyata belum dicairkan oleh DPRD Kota Surabaya. Terkait dengan masalah pendanaan tersebut, maka Pemerintah Kota Surabaya yang dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan, berniat untuk menawarkan rencana pembangunan taman itu kepada pihak swasta. Penawaran kepada pihak Swasta juga didasarkan atas peraturan daerah nomor (7) tahun 2002, sebagaiman bunyi pasal (5) ayat (1) bahwa pengelolaan ruang terbuka hijau dilaksanakan terpadu instansi pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya sesuai bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dari kedua taman yang tersebut yang ditawarkan kepada pihak swasta yaitu Taman Buah Undaan. Hal itu dikarenakan letak dari Taman Buah Undaan tersebut berada di pusat kota dan sangat strategis. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa identifikasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena apabila identifikasi tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, maka proses persiapan proyek juga tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Rencana pembangunan taman ini akan dituangkan dalam bentuk proposal pembangunan. Namun sebelum diberikan kepada pihak swasta, proposal tersebut akan dinilai kelayakannya. Tim penilai kelayakan dari proposal pembangunan Taman Buah Undaan tersebut berasal dari Bappeko. Penilaian proposal meliputi identifikasi mengenai RTH seluruhnya maupun RTH taman kota. Setelah proposal dianggap layak oleh tim pengkaji, selanjutnya Bappeko memberi rekomendasi kepada DKP untuk memilih calon investor atau sponsor dalam pembangunan Taman Buah Undaan. Pihak swasta yang menjadi pertimbangan DKP untuk bermitra dalam pembangunan Taman Buah Undaan yaitu: (1) PT. Telkom Indonesia Drive 5 Jawa timur, (2) PT. PELINDO III dan (3) PT. Bank Jatim. Dari ketiga pihak swasta ini, hanya Bank Jatim yang belum memperlihatkan komitmennya terhadap lingkungan di Surabaya, maka pilihan pertama DKP untuk menawarkan proposal rencana pembangunan Taman Buah Undaan untuk menjadi mitra kerja adalah Bank Jatim. Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Ibu Indah selaku Staff bidang pertamanan. Selanjutnya, ketika proposal rencana pembangunan Taman Buah Undaan ini diterima oleh Divisi Cooperate Secertary Bank Jatim. Proposal tersebut akan diverifikasi. Verifikasi proposal meliputi beberapa aspek, yaitu: (1) Aspek legalitas. Aspek ini menjelaskan tentang kondisi tanah/ bidang yang akan dijadikan objek pembangunan Taman Buah Undaan. Faktanya, bahwa lahan yang akan dibangun ini memang benar milik Pemerintah Kota Surabaya, (2) Aspek budgeting. Dalam pembangunan Taman Buah Undaan ini, semua biaya akan ditanggung oleh Bank Jatim mulai dari proses pembangunan hingga peresmian. Setelah verifikasi data dilakukan dengan berbagai pertimbangan, maka Bank Jatim membuat keputusan untuk menerima proposal Taman Buah Undaan yang diajukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan tersebut. Pada proses selanjutnya yaitu diadakan rapat antara Divisi CSR Bank Jatim dengan DKP untuk membahas bentuk kerjasama, perjanjian kerjasama dan mekanisme pelakasanaannya dalam pembangunan Taman Buah Undaan. b) Pemilihan bentuk kerja sama Pemerintah Kota Surabaya dengan Bank Jatim Pada bulan Agustus 2008 diadakan rapat di meeting room gedung bank jatim untuk membahas bentuk kerjasama, isi perjanjian dan mekanisme pembangunan yang dihadiri langsung oleh tim pertamanan DKP dan tim dari divisi CSR bank jatim. Pemilihan bentuk kerjasama ini mengawali proses kerjasama Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan. Bentuk kerjasama yang paling tepat dalam pembangunan Taman Buah Undaan yaitu Design Built. Hal tersebut dikarenakan dalam pembangunan Taman Buah Undaan ini melibatkan dua pihak yakni pengguna jasa yang dalam hal ini yaitu 10

11 Pemerintah Kota Surabaya dan penyedia jasa yakni Bank Jatim dalam membangun infrastruktur Taman Buah Undaan. Bentuk kerjasama Design Built banyak digunakan terutama untuk pembangunan infrastruktur sarana-prasarana kota yang menyangkut kebutuhan sosial masyarakat. Pada tahap selanjutnya, Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim mendiskusikan mengenai poin-poin dalam perjanjian. Hal itu biasa disebut dengan peraturan perjanjian. Peraturan menunjukkan pentingnya sebuah kerjasama, hal itu berkaitan dengan hak dan kewajiban Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan. Dalam perjanjian tersebut, Bank Jatim mempunyai kewenangan penuh terhadap pengelolahan pembangunan. Hal tersebut terbukti mulai dari pembiayaan pembangunan taman tersebut hingga pemilihan calon kontraktor. Sedangkan Pemerintah Kota Surabaya lebih sebagai penyedia kebutuhan proses pembangunan seperti perizinan pembangunan, fasilitas listrik dan air. Peraturan kerjasama ini sedikit dimodifikasi dalam hal design bangunan. Dalam bentuk kerjasama Design-built, pihak yang mendesign adalah swasta akan tetapi ketika melihat konsep yang menarik, Bank jatim lebih memilih untuk memakai konsep design yang ditawarkan oleh DKP. Keuntungan Pemerintah Kota Surabaya dengan adanya kerjasama ini yaitu: (1) memperoleh sumber pendanaan dari pihak swasta, (2) mempercepat pembangunan tanpa harus menunggu pendanaan dari APBD, (3) memakai keahlihan bank jatim untuk mengurangi biaya kontruksi, memperpendek jadwal pembangunan serta (4) Pemerintah Kota Surabaya tidak perlu mengontrol secara berlebihan, karena sudah diserahkan pada Bank Jatim sampai peresmian taman. Selain itu dengan dibangunnya Taman Buah Undaan ini dapat meningkatkan fungsi publik. Hal tersebut terbukti sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan bahwa pengunjung Taman Buah Undaan terdiri dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua yang sekedar melepas lelah dan menikmati Taman Buah Undaan. Dalam pembangunan Taman Buah Undaan, keuntungan bukan hanya diperoleh Pemerintah Kota Surabaya, melainkan juga Bank Jatim. Keuntungan yang diperoleh Bank Jatim dengan bentuk kerjasama pembangunan Taman Buah Undaan yaitu: (1) mempunayi kewenangan untuk mengontrol pendanaan pembangunan Taman Buah Undaan, (2) efisiensi dana pembangunan dengan proses tender yang kompetitif, (3) memperoleh hak branding sponsor di Taman Buah Undaan, (4) menjalankan fungsi Perseroan Terbatas (PT) dalam program CSR untuk masalah lingkungan. Jangka waktu pembangunan dimulai dari penanda tanganan isi perjanjian, yaitu pada bulan Agustus 2008 sampai dengan peresmian Taman Buah Undaan pada tanggal 19 Agustus Setelah proses peresmian taman, Bank Jatim menyerahkan pengelolahan Taman Buah Undaan tersebut kepada Pemerintah Kota Surabaya. Hal tersebut sesuai dalam isi perjanjian yang telah disepakati. c) Membuat hubungan kerjasama yang kuat dan berkelanjutan Mendirikan kerjasama antara pemerintah dan swasta merupakan kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan. Kerjasama Pemerintah Kota Surabaya dengan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan merupakan kerjasama yang cukup kuat hal tersebut dikarenakan terdapat rentetan proses yang dilakukan yaitu mulai persiapan proyek hingga dilaksanakannya pembangunan taman tersebut. Kerjasama dalam pembangunan taman buah ini juga sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan kedua belah pihak, yang mana bahwa dalam pelaksanann pembangunan taman tersebut dilaksanakan oleh pemerintah swasta yang dalam hal ini yaitu Bank jatim dan pemerintah kota Surabaya hanya menyediakan fasilitas berupa lahan, dan penerangan jalan. 11

12 Pada saat pembangunan Taman Buah Undaan telah selesei, Bank Jatim menyerahkan pengelolaan taman buah undaan kepada pemerintah Kota Surabaya. Pengelolaan yang dimaksud yaitu mulai dari perawatan, kebersihan serta hal-hal yang menunjang keberadaan taman tersebut. Dengan teseleseikannya pembangunan tersebut, maka pemerintah dapat meningkatkan kebutuhan akan ruang publik. Uraian di atas telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Riyanto yang mengemukakan bahwa diperlukan adanya beberapa kesiapan yang sesuai dengan prsedur dalam mewujudkan hubungan kerjasama yang kuat dan berkelanjutan hingga terwujudnya suatu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan sarana prasarana umum. Bukan hanya itu, pembangunan ini juga meningkatkan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan di kota Surabaya yang dalam hal ini yaitu ruang terbuka hijau. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilitian yang telah diuraikan dalam pembahasan terhadap tahapan dari proses kerjasama Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan di Surabaya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kerjasama dalam pembangunan Taman Buah Undaan merupakan salah satu bentuk partisipasi sektor swasta terhadap pembangunan dalam mngembalikan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dapat digambarkan melalui Tahapan yang dimulai dari persiapan proyek, pemilihan bentuk kerja sama pemerintah-swasta, serta membuat hubungan kerjasama yang kuat dan berkelanjutan. Dalam persiapan proyek, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan beberapa pendekatan, antara lain identifikasi pelayanan. Identifikasi yang dilakukan yaitu mengenai luasan RTH yang tidak sebanding dengan luas RTH seluruhnya. Sehingga mengindikasikan bahwa Pemerintah Kota Surabaya mengalami keterbatasan lahan. Selain adanya indentifikasi mengenai sarana dan prasarana kota, tujuan dalam revitalisai SPBU yang berada di jalur hijau harus jelas. Pada saat tujuan yang telah ditetapkan sudah jelas, maka rencana pembangunan Taman Buah Undaan dtuangkan ke dalam bentuk proposal pembangunan. Selanjutnya, proposal yang telah diterima oleh Bank Jatim di pertimbangkan kembali dengan mengacu pada beberapa aspek hingga Bank Jatim meyetujui kerjasama tersebut. Bentuk membahas bentuk kerjasama. Dan hasilnya diperoleh bahwa bentuk kerjasama pembangunan Taman Buah Undaan yaitu design built. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pembangunan Taman Buah Undaan melibatkan dua pihak yakni pengguna jasa yang dalam hal ini yaitu Pemerintah Kota Surabaya dan penyedia jasa yakni Bank Jatim dalam membangun infrastruktur Taman Buah Undaan. Dengan adanya kerjasama tersebut, hubungan antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Bank Jatim setelah pembangunan Taman Buah Undaan selesai tetap berjalan dengan baik. Hal itu di tunjukan dengan saling berkordinasi dalam masalah teknis maupun non teknis. Namun keberlanjutan kerjasama dalam pembangunan Taman Buah Undaan ini hanya sebatas pembangunan fisiknya saja. Selebihmya masalah perawatan dan pengelolan menjadi kewenangan DKP. Berdasarkan hasil dari proses tahapan kerjasama Pemerintah Kota Surabaya dan Bank Jatim dalam pembangunan Taman Buah Undaan, maka maka saran yang diajukan yaitu : (1) Meneruskan proses kerjasama atau kemitraan terhadap pembangunan sarana prasarana lain di kota Surabaya demi terciptanya ruang publik yang aman dan nyaman bagi masyarakat kota Surabaya. DAFTAR PUSTAKA 12

13 Moleong, Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Sugiono,2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Surabaya tahun America s National Council on Public Privat Partnership America s National Council on Public Privat Partnership.org Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Kerjasama Pemerintah dan Swasta. (Jurnal) Panduan bagi investor dalam pembangunan bidang infrastruktur. bappenas.org.id/ PPP guide_eng_lr.pdf Paskarina, Caroline Kemitraan Pemerintah dan Swasta. Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah Cianjur. eda_design/docs/warta/ _ pdf Riyanto, Anton Pengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta. (Jurnal) Skema Rencana Pengembangan Sarana Prasarana Kota melalui Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) Pemerintah Daerah Sarana Prasarana Kota Tangerang. ( fanilham/pengembangankerjasama-pemerintah-swasta). Sukawi Kualitas dan Kuantitas Ruang Terbuka Hijau di Permukiman Perkotaan. Universitas Diponegoro Semarang: Eprints ( ualitas-dan-kuantitas-ruangterbuka-hijau-di-permukimanperjotaan.pdf) Wijanarko, Bambang Kemungkinan penerapan Co- Management dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di pantai utara Surabaya. (Tesis) Program Studi Magister Teknik: Universitas Diponegoro, Semarang. Detik, 2007; 9/08/070623/827238/466.ruangterbuka-hijau-di-surabaya-masihkurang/) Wikipedia baya Surabaya-metropolis Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara dan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007; Tentang Penataan Ruang Terbuka Kawasan Perkotaan. 13

14 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002; Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. 14

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK MELALUI PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI KOTA MALANG Rizka Rahma Maulida *), Rimadewi Suprihardjo dan Haryo Sulistyarso Jurusan Arsitektur Alur Manajemen Pembangunan

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1 BAB IV PENUTUP Berdasarkan dengan hasil temuan data yang telah diperoleh dilapangan yang telah disajikan dan dianalisis serta diinterpretasikan pada bab III, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkotaan sebagai pusat permukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah pengaruhnya (hinterland)

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang: Mengingat: a. bahwa untuk mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota-kota di Indonesia kini tengah mengalami degradasi lingkungan menuju berkurangnya ekologis, akibat pembangunan kota yang lebih menekankan dimensi ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -100- BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 6.1. Arah Kebijakan Pendanaan Pembangunan Daerah Arah kebijakan pembangunan daerah diarahkan dengan memanfaatkan kemampuan keuangan daerah secara efektif, efesien,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT

ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT ANALISIS PEMBANGUNAN PERKOTAAN DALAM PERSPEKTIF GREEN ECONOMIC DEVELOPMENT (Studi Pada Pemanfaatan dan Pengendalian Kawasan Budidaya Kota Malang) SKRIPSI Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun perekonomian. Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini pemanfaatan ruang masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Menurunnya kualitas permukiman

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Studi ini menyajikan analisis mengenai kualitas udara di Kota Tangerang pada beberapa periode analisis dengan pengembangan skenario sistem jaringan jalan dan variasi penerapan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS Seminar Nasional Sosialisasi Produk Perencanaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bandung, 11 November 2010 1 Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melalui APBN maupun APBD dalam penyediaan dana untuk pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang melaksanakan pembangunan dengan tujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tujuan Negara Republik

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi Strategi Sanitasi Kota (SSK) merupakan alat manajemen untuk meningkatkan transparansi perencanaan dan

Lebih terperinci

VISI, MISI RPJMD KOTA CILEGON TAHUN

VISI, MISI RPJMD KOTA CILEGON TAHUN VISI, MISI RPJMD KOTA CILEGON TAHUN 2016-2021 VISI Berpijak pada kondisi saat ini, permasalahan dan tantangan yang dihadapi sampai dengan Tahun 2021 serta mempertimbangkan potensi dan harapan masyarakat

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan Proyek Pembangkit Listrik Berbahan Bakar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2004 TAHUN : 2004 NOMOR : 04 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa penanaman modal merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan-lahan untuk menyediakan permukiman, sarana penunjang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

FAQ. bahasa indonesia

FAQ. bahasa indonesia FAQ bahasa indonesia Q: Apa itu PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) A: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk dan berada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR Oleh : RIAS ASRIATI ASIF L2D 005 394 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini peningkatan pencemaran pada kawasan perkotaan semakin meningkat. Fakta tersebut tidak terhindarkan juga terjadi pada Kota Yogyakarta. Sebagai ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT LD. 14 2012 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± 244.775.796 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49%/tahun dapat diperkirakan bahwa penduduk Indonesia akan menembus angka

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN BARANG MILIK PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga meningkat. Perkiraan pemerintah pada 5 (lima) tahun yaitu pada tahun 2010-2014

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah

Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah DIREKTORAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA, DEPUTI BIDANG SARANA DAN PRASARANA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Implementasi Perpres 67/2005 di Daerah Jakarta, 26 November 2007 Outline

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

MANAJEMEN RUANG TERBUKA HIJAU di KOTA SEMARANG Ferdinand Harianja, Hesti Lestari

MANAJEMEN RUANG TERBUKA HIJAU di KOTA SEMARANG Ferdinand Harianja, Hesti Lestari MANAJEMEN RUANG TERBUKA HIJAU di KOTA SEMARANG Ferdinand Harianja, Hesti Lestari Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH, Kampus

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR : 12 TAHUN : 2006 SERI : E NO. :5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEMITRAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DAERAH URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran Pemerintah Daerah dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sebagai hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan terhadap hasil analisis yang telah disajikan dalam beberapa bab sebelumnya.

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perubahan iklim akibat pemanasan global saat ini menjadi sorotan utama berbagai masyarakat dunia. Perubahan iklim dipengaruhi oleh kegiatan manusia berupa pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) RUANG TERBUKA HIJAU 7 Oleh Dr.Ir.Rimadewi S,MIP J P Wil h d K t Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA SALINAN BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa penanaman modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern saat ini tidak bisa dilepaskan dari energi listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kebutuhan tenaga listrik dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa energi listrik memiliki peran yang strategis dalam mendukung kehidupan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016 yang mempunyai tema Memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari elemen perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi ekologis, estetika, sosial budaya dan ekonomi. Namun pada pelaksanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG FASILITASI PENANAMAN MODAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT

PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS MASYARAKAT 1. Pendahuluan Sampah pada dasarnya dihasilkan oleh atau merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa hakikatnya

Lebih terperinci

SALINAN NO : 14 / LD/2009

SALINAN NO : 14 / LD/2009 SALINAN NO : 14 / LD/2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 SERI : D.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PENGELOLAAN POTENSI DAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci