BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah gejala sosial, bahasa tidak dapat dipisahkan dari faktor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah gejala sosial, bahasa tidak dapat dipisahkan dari faktor"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perspektif sosiolinguistik, bahasa tidak hanya dipandang sebagai sebuah gejala individual, tetapi juga sebagai sebuah gejala sosial. Sebagai sebuah gejala sosial, bahasa tidak dapat dipisahkan dari faktor kemasyarakatan. Bahasa yang digunakan dalam suatu masyarakat erat kaitannya dengan masyarakat penutur bahasa tersebut. Masyarakat penutur bahasa sangat beragam. Keragaman penutur bahasa ini menyebabkan bahasa yang dituturkan di dalam masyarakat pun beragam. Semakin beragam masyrakatnya, maka akan semakin banyak pula keragaman bahasa yang dimilki. Keragaman bahasa ini muncul karena adanya kebutuhan penutur dalam memilih bahasa yang digunakan sesuai dengan situasi konteks sosialnya. Istilah keragaman bahasa atau sering juga disebut variasi bahasa menurut C.A Ferguson dan J.D Gumperz dalam Aller (Ed.) 1973:92 (via Pateda, 1990:52) dapat diartikan sebagai berikut. A variety is any body of human speech patterns which is sufficienly homogeneous to be analysed by avalaible techniques of synchronized description and which has a sufficiently large repetory of elements and their arrangements or procceses with broad enough semantic scope to function in all normal contexts of communication Dari pengertian di atas, dijelaskan bahwa variasi bahasa memiliki polapola bahasa yang sama sehingga dapat dianalisis secara deskriptif. Pola-pola 1

2 2 bahasa ini dibatasi oleh makna. Selain itu, pola-pola yang dibatasi makna tersebut dapat dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Variasi bahasa dalam masyarakat timbul bukan hanya karena adanya kaidah-kaidah kebahasaan semata-mata. Variasi bahasa dalam masyarakat secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor. Kedua faktor tersebut yakni faktor-faktor nonlinguistik dan faktor-faktor situasional. Menurut Suwito (1985:3), faktor-faktor nonlinguistik meliputi faktor-faktor sosial seperti tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Adapun faktor-faktor situasional meliputi siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa. Menurut Pateda (1990:70), dalam variasi bahasa dikenal istilah bahasa slang. Bahasa slang diartikan sebagai bahasa yang dibuat untuk merahasiakan sesuatu dari orang lain. Menurut Kridalaksana (1983:156), bahasa slang merupakan ragam bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu untuk berkomunikasi secara intern sebagai usaha agar orang yang berasal dari luar komunitas tidak mengerti apa yang dikomunikasikan. Bahasa slang lazim digunakan sebagai bahasa pergaulan. Bahasa slang ditandai dengan adanya pemendekan kata atau akronim, penggunaan kata yang diberi arti baru, bahkan penggunaan kosakata yang sama sekali baru. Selain itu, bahasa slang juga dapat ditandai dengan pembalikan tata bunyi (Kridalaksana, 1983:156).

3 3 Dengan demikian, bahasa slang yang dimaksud dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai sebuah bahasa rahasia yang digunakan oleh komunitas tertentu untuk berkomunikasi antarsesama anggota. Ada tiga poin utama dalam bahasa slang, yakni digunakan oleh kelompok sosial tertentu, digunakan secara intern, dan bersifat rahasia. Kerahasiaan ini bertujuan untuk menjaga informasi dari orang di luar komunitas. Jadi, bahasa slang menjadi bahasa yang membuat suatu kelompok menjadi eksklusif karena teralienasi dari dunia luar. Bahasa slang banyak digunakan oleh komunitas-komunitas sosial, terutama komunitas sosial yang memang sengaja mendikotomikan diri dari komunitas lain. Komunitas-komunitas sosial ini biasanya membentuk komunitas sendiri. Mereka menciptakan bahasa khusus yang bersifat rahasia. Bahasa ini hanya bisa dipahami oleh anggota komunitas tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memisahkan diri dari kelompok sosial lain. Salah satu komunitas sosial yang menggunakan bahasa slang adalah komunitas waria. Komunitas waria lazim ditemui di kota-kota besar, termasuk Yogyakarta. Menurut Sumarsono (2007:130), istilah waria (singkatan dari wanita-pria) atau wadam (wanita-adam atau Hawa-Adam) merujuk kepada orang-orang yang secara biologis atau fisik berkelamin lakilaki, tetapi berpenampilan (berpakaian dan berdandan) serta berperilaku seperti atau mengidentifikasikan diri sebagai perempuan. Definisi yang lebih spesifik mengenai waria dikemukakan oleh penelitian sebuah lembaga non-pemerintahan (non-governmental

4 4 organization) bernama Arus Pelangi pada tahun Menurut penelitian Arus Pelangi yang bekerja sama dengan PLU Satu Hati Yogyakarta tahun 2012, waria dikategorikan ke dalam kelompok LGBT. LGBT merupakan istilah umum yang merujuk pada kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender dan atau Transeksual. Secara umum, perincian masing-masing kelompok yakni sebagai berikut. a. Lesbian Lesbian merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan perempuan yang memiliki ketertarikan secara emosional dan seksual terhadap perempuan lain. b. Gay Gay merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan laki-laki yang memiliki ketertarikan secara emosional dan seksual terhadap laki-laki lain. c. Biseksual Biseksual merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki ketertarikan secara emosional dan seksual baik terhadap lawan jenis dan sesama jenisnya. d. Transgender Transgender merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki

5 5 keinginan untuk menjalani hidup sebagai bagian dari gender lain tanpa mengubah alat kelamin bawaan lahir. e. Transeksual Transeksual merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki keinginan untuk menjalani hidup sebagai bagian dari gender lain dengan melakukan perubahan pada alat kelamin bawaan lahir. Dalam penelitian tersebut, kelompok waria di Yogyakarta masuk dalam kategori kelompok transgender dan transeksual, umumnya transgender dan transeksual dari laki-laki ke perempuan. Sementara itu, transgender dan transeksual dari perempuan ke laki-laki lebih lazim disebut priawan, bukan waria. Komunitas waria di Yogyakarta menggunakan bahasa khusus yang unik dan bersifat rahasia. Bahasa ini digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi antarsesama anggota saja. Bahasa yang mereka gunakan tidak dimiliki oleh komunitas sosial lain. Bahasa yang mereka gunakan inilah yang biasa disebut sebagai bahasa waria. Seperti kebanyakan kelompok waria di kota besar lainnya, komunitas waria di Yogyakarta termasuk ke dalam kelompok masyarakat kelas bawah. Mayoritas waria di Yogyakarta berprofesi sebagai pengamen jalanan dan pekerja seks. Kelompok waria yang bekerja sebagai pengamen jalanan merupakan kelompok waria yang sudah tidak lagi menjadi pekerja seks. Faktor yang menyebabkan hal tersebut diantaranya karena mereka sudah

6 6 dianggap terlalu tua dan tidak menarik sehingga tidak laku lagi. Selain itu, mereka juga kalah bersaing dengan waria yang lebih muda. Keterbatasan lapangan pekerjaan formal yang tersedia untuk bisa mereka akses menjadi salah satu pemicu mengapa banyak waria yang memutuskan menjadi pekerja seks dan pengamen jalanan. Profesi komunitas waria ini secara tidak langsung berpengaruh pada kosakata bahasa waria yang mereka gunakan sehari-hari. Pengaruh ini misalnya tampak pada penggunaan kosakata yang bersifat porno dan terkesan vulgar. Kosakata seperti kentong yang berarti kontol penis, apem yang berarti vagina, dan sisilia yang berarti silit (bahasa Jawa: anus ) seringkali mereka gunakan dalam keseharian. Komunitas waria di Yogyakarta memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan komunitas waria di kota-kota lain. Waria-waria yang tergabung dalam komunitas waria di Yogyakarta tidak hanya berasal dari kota Yogyakarta dan sekitarnya saja, tetapi juga banyak waria yang berasal dari luar daerah. Meskipun berasal dari luar Jawa, mereka dapat beradaptasi dengan bahasa waria yang sedikit banyak telah terinterferensi oleh bahasa Jawa seperti kata sisilia yang berasal dari kata dalam bahasa Jawa silit yang berarti anus dan lenthes yang diambil dari kata bahasa Jawa lonthe yang berarti pelacur. Bahasa waria merupakan fenomena kebahasaan yang menarik untuk dikaji. Meskipun terkesan rumit dan tidak beraturan, bahasa waria memiliki

7 7 semacam pola dan kaidah khusus dalam proses pembentukannya. Pola dan kaidah ini dapat dipetakan dan dijabarkan secara linguistis. Sebagai bahasa slang yang awalnya bersifat eksklusif dan hanya dimengerti oleh anggota kelompok waria saja, saat ini kosakata bahasa waria mulai dikenal dan digunakan oleh masyarakat umum. Bahasa waria ini mulai dikenal masyrakat luas karena sering digunakan oleh kalangan selebritis yang kemudian diadopsi oleh masyarakat. Hal ini misalnya terlihat pada beberapa kosakata bahasa waria seperti kata rempong, capcus, cucok, bok, cin, rumpi dan lain sebagainya. Kata-kata tersbut sudah banyak digunakan oleh masyarakat umum sebagai bagian dari bahasa gaul. Pembuatan kamus bahasa gaul oleh Debby Sahertian yang diambil dari kosakata bahasa waria secara tidak langsung turut meningkatkan prestise bahasa waria yang selama ini dianggap sebagai bahasa komunitas marginal. Meksipun demikian, jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus, kerahasiaan bahasa waria bisa hilang. Oleh karena itu, jika tidak dikaji secara lebih mendalam, dikhawatirkan identitas slang waria sebagai bahasa slang yang eksklusif dan rahasia menjadi hilang. Hal ini disebabkan oleh adanya kebocoran bahasa waria. Kebocoran ini bisa berdampak buruk terhadap komuintas waria karena mereka merahasiakan bahasa mereka dengan tujuan melindungi informasi dan diri mereka sendiri dari kelompok luar yang berpotensi menjadi ancaman bagi eksistensi mereka.

8 8 Kebocoran ini lebih diakibatkan oleh kelompok gay yang seringkali menggunakan kosakata yang mereka ambil dari kosakata bahasa waria kemudian mereka gunakan dalam keseharian. Kosakata-kosakata tersebut kemudian dianggap sebagai bahasa bencong yang merujuk pada kelompok gay, bukan kelompok waria. Jika hal tidak dikaji secara lebih mendalam, dikhawatirkan etimologi slang waria akan menjadi rancu Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apa saja pola dan kaidah yang digunakan dalam pembentukan kata dalam slang waria yang digunakan di wilayah Yogyakarta? 2. Apa relasi makna yang ditimbulkan dalam slang waria di wilayah Yogyakarta? 3. Bagaimana fungsi penggunaan slang waria bagi komunitas waria di wilayah Yogyakarta? 1. 3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian ini yaitu: 1. mengklasifikasi pola pembentukan kata yang digunakan dalam slang waria yang digunakan di wilayah Yogyakarta,

9 9 2. menguraikan relasi makna yang digunakan dalam slang waria di wilayah Yogyakarta, 3. memaparkan fungsi penggunaan slang waria dalam komunitas waria di wilayah Yogyakarta Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala pengetahuan dalam bidang linguistik, terutama dalam kajian mengenai bahasa slang khususnya slang waria. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif mengenai slang waria di Yogyakarta bagi penelitian selanjutnya dan sebagai dasar penyusunan kamus sederhana yang berisi daftar leksikon kosakata bahasa waria. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan slang waria dalam proposal penelitian ini dibatasi pada pembicaraan mengenai ragam bahasa waria yang digunakan oleh komunitas waria di sekitar wilayah Yogyakarta. Cakupan terma Yogyakarta dalam judul penelitian ini meliputi wilayah Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Pembatasan ini dilakukan karena data yang diambil diperoleh dari dua orang informan yang berasal dari dua komunitas waria yang berbeda.

10 10 Masing-masing informan berasal dari Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Adapun pembahasan yang akan dilakukan meliputi pola dan kaidah yang digunakan dalam pembentukan ragam bahasa waria di Yogyakarta, relasi makna yang ditimbulkan, dan fungsi penggunaan bahasa waria di wilayah Yogyakarta. Data penelitian yang diambil merupakan data tuturan yang diperoleh dari dua informan yang masing-masing mewakili Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Informan yang dipilih merupakan wariawaria yang tergabung dalam komunitas waria Wadah Inspirasi Waria-Waria Bank Indonesia (WIWBI) untuk wilayah Kotamadya Yogyakarta dan komunitas waria Ebenezer untuk wilayah Kabupaten Sleman. Komunitas WIWBI merupakan komunitas waria yang menjadi wadah inspirasi bagi waria-waria yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial di sekitar Bank Indonesia. Adapun komunitas Ebenezer merupakan komunitas waria yang menaungi waria yang berprofesi sebagai pengamen jalanan di sepanjang Jalan Solo dan jalan-jalan besar di sekitarnya Tinjauan Pustaka Penelitian yang secara khusus membahas tentang bahasa waria pernah dilakukan oleh Dede Oetomo pada tahun Dede Oetomo adalah seorang dosen yang juga berprofesi sebagai aktivis komunitas homoseksual GAYa Nusantara di Surabaya. Melalui makalah seminarnya yang berjudul Bahasa Rahasia Waria dan Gay di Surabaya, Oetomo menjelaskan bahwa pada

11 11 dasarnya ada dua pola pembentukan bahasa waria dan gay di Surabaya. Pola pembentukan yang pertama adalah struktur pembentukan kaidah perubahan bunyi yang produktif dan teramalkan. Pola pembentukan kedua adalah penciptaan istilah baru atau pemberian makna istilah umum yang sudah ada. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Oetomo yakni tempat penelitian Oetomo di Surabaya sementara penelitian ini dilakukan di Yogyakarta. Perbedaan tempat penelitian ini menyebabkan perbedaan kosakata bahasa waria yang digunakan karena adanya perbedaan dalam pola pembentukannya. Sebagai contoh, di Surabaya kata banci berubah menjadi siban karena adanya pemenggalan silabe pertama kemudian diberi awalan si- sedangkan di Yogyakarta kata banci berubah menjadi bencong karena adanya modifikasi bunyi [a] menjadi [e] ditambah akhiran - ong. Selain perbedaan tersebut, penelitian ini lebih menekankan fokus pada kelompok waria. Sementara itu, Sari (2000) dalam penelitiannya yang berjudul Slang waria dan Gay di Kotamadya Yogyakarta juga membahas bahasa waria di Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut, Sari tidak hanya membahas bahasa waria tetapi juga bahasa komunitas gay yang digunakan di wilayah Kotamadya Yogyakarta. Data yang diperoleh Sari berupa data tuturan dan data tulisan. Meskipun secara sekilas penelitian yang dilakukan Sari hampir sama dengan penelitian ini, data penelitian yang diambil merupakan data tuturan 14 tahun yang lalu sehingga diasumsikan data telah mengalami perubahan. Sebagai contoh, dalam data penelitian ini ditemukan kata henpina yang merujuk pada

12 12 kata handphone yang belum populer pada masa itu. Selain itu, pada data penelitian ini ditemukan variasi kata rumpi yang sudah digunakan dari dulu. Kata rumpi dalam data penelitian ini memiliki variasi lain seperti rumput dan rumpita. Kata lain yang juga mengalami perubahan yakni kata bintil yang berubah menjadi binan. Kata ini merujuk pada kata banci atau kelompok gay. Selain perbedaan data tersebut, penelitian ini hanya berfokus pada slang waria. Penelitian sebelumnya belum membahas proses pembentukan slang waria Yogyakarta secara terperinci. Cakupan wilayah penelitian ini juga lebih luas yang meliputi wilayah Kabupaten Sleman dan Kotamadya Yogyakarta. Selain Sari, penelitian tentang bahasa waria juga pernah dilakukan oleh Selvia (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Pragmatik Bahasa Waria di Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut, Selvia membahas bahasa waria yang dikaji melalui pendekatan pragmatik. Penelitian Selvia lebih menekankan pada penggunaan bahasa waria dalam kaitannya dengan kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian Selvia, dijelaskan bahwa selain digunakan sebagai sarana komunikasi antaranggota dalam komunitas waria, bahasa waria juga digunakan sebagai alat solidaritas yang mengakrabkan sesama anggota komunitas waria. Komunitas waria juga hanya akan menggunakan bahasa waria kepada sesama anggota saja. Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Selvia terletak pada fokus penelitian. Penelitian ini menekankan pada pola pembentukan dan relasi makna yang ditimbulkan. Selain itu, pendekatan yang digunakan juga berbeda. Selvia

13 13 menggunakan pendekatan pragmatik sedangkan penelitian ini akan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Adapun penelitian yang mengkaji tentang bahasa slang sendiri telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut mengkaji penggunaan bahasa slang dalam komunitas sosial tertentu. Salah satu penelitian mengenai bahasa slang pernah dilakukan sebelumnya oleh Hariani (2001). Hariani meneliti penggunaan bahasa slang dalam komunitas anak jalanan dalam penelitiannya yang berjudul Slang Anak Jalanan di Kotamadya Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut, Hariani membahas proses pembentukan, relasi semantik, dan fungsi sosial slang bagi komunitas anak jalanan di Kotamadya Yogyakarta. Adapun perbedaan penelitian Hariani dengan penelitian ini yakni terletak pada kelompok sosial yang diteliti. Heriani meneliti slang pada kelompok anak jalanan sedangkan penelitian ini mengkaji slang pada kelompok waria Landasan Teori Sosiolinguistik Selain dikaji secara stuktural, kajian linguistik juga dikaitkan dengan faktor di luar kebahasaan. Salah satu faktor di luar kebahasaan yang sering dikaitkan dengan kajian linguistik adalah faktor sosial. Kajian linguistik yang meneliti faktor kebahasaan yang dikaitkan dengan faktor sosial seperti kelaskelas sosial biasa disebut kajian sosiolinguistik.

14 14 Pengertian di atas senada dengan pengertian yang diberikan oleh Sumarsono. Menurut Sumarsono (2007:1), sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Faktor-faktor kemasyarakatan yang mempengaruhi bahasa di antaranya meliputi status sosial, usia, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, dan lain sebagainya. Selain Sumarsono, ada pula Kridalaksana (1978:94 via Chaer, 2004:3) yang mendefinisikan sosiolinguistik sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa. Semantara itu, Fishman (1972:4 via Chaer, 2004:3) juga mengemukakan pengertian sosiolinguistik. Menurut Fishman, sosiolinguistik merupakan kajian mengenai ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur Varisasi Bahasa Dalam perspektif sosiolinguistik, bahasa dipengaruhi oleh berbagai faktor di luar faktor kebahasaan. Adanya berbagai faktor di luar faktor kebahasaan tersebut menyebabkan timbulnya variasi atau ragam bahasa. Istilah variasi atau ragam menurut C.A Ferguson dan J.D Gumperz dalam Aller (Ed.) 1973: 92 (via Pateda, 1990:52) dapat diartikan sebagai berikut. a variety is any body of human speech patterns which is sufficienly homogeneous to be analysed by avalaible techniques of synchronized description and which has a sufficiently large repetory of elements and their

15 15 arrangements or procceses with broad enough semantic scope to function in all normal contexts of communication Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa memiliki pola-pola bahasa yang sama sehingga dapat dianalisis secara deskriptif. Pola-pola tersebut dibatasi oleh makna. Selain itu, pola-pola yang dibatasi makna tersebut dapat dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Variasi bahasa dapat dibagi menjadi beberapa macam menurut faktorfaktor di luar faktor kebahasaan yang mempengaruhinya. Adapun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi variasi bahasa yakni faktor tempat, waktu, pemakai bahasa, pemakaiannya, situasi, dan status. Menurut Patteda (1990:70), dalam variasi bahasa yang ditinjau dari segi pemakaiannya, dikenal istilah bahasa bahasa kan (cant). Bahasa kan diartikan sebagai bahasa yang dibuat untuk merahasiakan sesuatu dari orang lain. Bahasa kan ini termasuk ke dalam bahasa slang Bahasa Slang Menurut Kridalaksana (1983:156), bahasa slang merupakan ragam bahasa yang tidak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu untuk berkomunikasi intern sebagai usaha orang luar komunitas tidak mengerti. Bahasa slang ini dapat berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah. Sementara itu, dalam buku Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia (Moeliono dan Soeyono, peny., 1988:851), bahasa slang didefinisikan sebagai ragam bahasa tidak resmi, yang tidak baku, bersifat

16 16 musiman, dipakai oleh kaum remaja atau komunitas sosial tertentu untuk berkomunikasi intern dengan maksud agar orang yang bukan merupakan anggota komunitas tidak mengerti apa yang dikomunikasikan. Berbeda halnya dengan Suradtidjo (via Heriani, 2001:9) yang menggolongkan bahasa slang sebagai salah satu bentuk kreativitas berbahasa yang dapat menciptakan bentuk baru, kata baru, dan lambang yang berhubungan dengan bahasa. Adapun menurut Keraf (via Hariani, 2001:10), slang adalah kata percakapan tinggi dan murni, kata-kata nonstandard yang informal, yang disusun secara khas, atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer, atau kata-kata kiasan khas, bertenaga, dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Danandjaya (via Hariani 2001:23) berpendapat bahwa bahasa slang merupakan salah satu bentuk bahasa rakyat. Maksud penciptaan bahasa slang adalah untuk menyamarkan bahasa terhadap orang luar. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa slang merupakan ragam bahasa colloquial (bahasa percakapan) yang digunakan dalam pergaulan, khususnya pergaulan remaja dan komunitas sosial tertentu. Bahasa slang umumnya bersifat rahasia. Penggunaan bahasa slang ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan informasi dari orang lain yang bukan anggota komunitas. Menurut Crystal (1992:53) bahasa slang mempunyai beberapa fungsi. Adapun fungsi bahasa slang diantaranya meliputi sebagai sarana untuk (1) menyegarkan suasana, sarana untuk (2) menciptakan humor, sarana untuk (3) menyindir atau mengejek, sarana untuk (4) mengintimkan/mengakrabkan

17 17 hubungan, sarana untuk (5) merahasiakan informasi tertentu, sarana untuk (6) menghaluskan sesuatu yang dianggap vulgar atau tabu, sarana untuk (7) mengungkapkan sikap dan perasaan hati, dan sarana untuk (8) menunjukkan keanggotaan seseorang terhadap kelompok sosial tertentu, dan sebagainya Relasi Makna Relasi makna diartikan sebagai hubungan kebermaknaan antara sebuah kata maupun satuan kebahasaan lainnya dengan kata atau satuan kebahasaan yang lain. Adapun Chaer (1994:297) mengemukan difinisi relasi makna yakni hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa yang lainya lagi. Dalam relasi makna, hubungan makna dapat mencakup beberapa hal seperti kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi) dan lain sebagainya Metode Penelitian Penelitian melewati tiga tahap yang dimulai dari tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Adapun langkah-langkah dari ketiga tahap tersebut akan dijabarkan sebagai berikut. 1. Tahap Penyediaan Data Data yang dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini merupakan data tuturan yang diambil pada 1 Maret Data diperoleh dari dua orang informan. Informan pertama yang berinisial E.F berasal dari komunitas waria WIWBI (Wadah Inspirasi Waria-Waria Bank Indonesia). Informan kedua

18 18 berinisial C.V berasal dari komunitas Ebenezer. Populasi data yang diperoleh sebanyak 147 kosakata slang waria. Sementara itu, sampel yang digunakan sebanyak 135 kosakata. Metode yang digunakan dalam penyediaan data ini ialah metode simak yakni dengan teknik simak libat cakap dan teknik pancing melalui cakap semuka. Pertama, informan diajak bercakap-cakap mengenai topik seputar profesi dan keseharian yang biasa mereka jalani. Topik yang dipilih merupakan topik yang ringan. Hal ini dimaksudkan agar tercipta kedekatan emosional dengan informan. Selanjutnya, informan dipancing untuk mengujarkan kosakata bahasa waria. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu dipancing dengan pertanyaan yang sudah diinterferensi dengan kosakata bahasa waria. Kosakata bahasa waria yang diujarkan lalu direkam dan dicatat untuk kemudian dituliskan dalam kartu data. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam analisis data. 2. Tahap Analisis Data Setelah data yang diperlukan untuk analisis terkumpul, tahap selanjutnya yang ditempuh adalah tahap analisis data. Analisis data slang waria dilakukan dengan mengamati secara cermat kosakata bahasa waria. Data kosakata bahasa waria yang diperoleh kemudian ditentukan pola-pola pembentukan dan relasi makna kosakatanya. Adapun metode yang digunakan pada tahap analisis data adalah metode padan. Metode padan dipilih karena alat penentunya berada di luar satuan kebahasaan. Langkah selanjutnya yakni mengklasifikasikan data berdasarkan pola pembentukan kata dan relasi makna yang telah ditemukan. Setelah dilakukan

19 19 klasifikasi terhadap pola-pola pembentukan dan relasi makna kosakata ragam bahasa waria, langkah selanjutnya adalah menjabarkan fungsi penggunaan ragam bahasa waria. Teori yang akan digunakan menentukan pola-pola pembentukan kosakata dalam ragam bahasa waria yakni teori sosiolingustik dengan fokus kajian ragam bahasa slang. Sementara itu, teori yang akan digunakan untuk menjabarkan relasi makna yakni semantik dan teori pragmatik untuk menjabarkan fungsi penggunaan ragam bahasa waria. 3. Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Setelah tahap penyediaan data dan tahap analisis data selesai dikerjakan, tahap terakhir yang dikerjakan adalah tahap penyajian hasil analisis data. Tahap penyajian hasil analisis data dilakukan dengan metode informal. Hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif dalam bentuk katakata Sistematika Penyajian Pelaporan hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, ruang lingkup penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan pola dan kaidah pembentukan slang waria. Adapun pola yang digunakan dalam pembentukan slang waria terbagi menjadi 13 yakni (1) pola modifikasi bunyi dan penambahan akhiran, (2) pola penggunaan akronim dan singkatan, (3) pola penggunaan nama yang lazim digunakan di Indonesia, (4) pola penggunaan nama merek atau brand, (5) pola penggunaan kosakata dalam

20 20 lagu, (6) pola peminjaman kosakata bahasa asing, (7) pola perubahan dan penggantian akhiran dengan se, (8) pola pemanjangan dan penggantian akhiran dengan dang, (9) pola penambahan sisipan, (10) pola pergeseran fonem, (11) pola penggunaan nama tempat, (12) pola penggantian dan pemanjangan kata, dan (13) pola penggunaan metafora. Pada Bab III disajikan relasi makna slang waria yang meliputi relasi makna sinonimi, homonimi, antonimi, polisemi, dan metafora. Bab IV menyajikan analisis fungsi penggunaan slang waria yang di antaranya sebagai alat peningkat solidaritas, alat menunjukkan eksistensi, sarana menginformasikan rahasia dan lain sebagainya. Bab V berisi penutup dan kesimpulan yang kemudian dilanjutkan dengan halaman daftar pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai rangkaian bunyi yang mempunyai makna tertentu yang dikenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Setiap bahasa sebenarnya mempunyai ketetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan sebuah interaksi dengan individu lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berinteraksi itulah manusia membutuhkan media bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koeswinarno (2004: 7-8) dalam bukunya Hidup Sebagai. layaknya perempuan. Orang-orang yang berperilaku menyimpang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat kita cenderung berpikiran oposisi biner, yaitu hanya mengakui hal-hal yang sama sekali bertentangan, misalnya hitam dan putih, baik dan buruk, kaya dan miskin,

Lebih terperinci

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT...

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dunia mempengaruhi banyak bidang kehidupan, salah satunya adalah perubahan yang terjadi pada perkembangan pribadi seseorang. Masuknya media Eropa ke Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waria atau banci adalah laki-laki yang berorientasi seks wanita dan berpenampilan seperti wanita, (Junaidi, 2012: 43). Waria adalah gabungan dari wanita-pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, artinya memberitahukan atau menyampaikan. Communictio, artinya, hal memberitahukan;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep yaitu sosiolinguistik, ragam bahasa, dan bahasa gaul.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep yaitu sosiolinguistik, ragam bahasa, dan bahasa gaul. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam memahami hal hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu sosiolinguistik, ragam bahasa, dan bahasa gaul.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas yang terdapat di Indonesia sangat banyak, salah satunya adalah komunitas waria. Sebuah komunitas dapat memunculkan variasi bahasa yang terbentuk untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak sekali media yang menawarkan berbagai macam hal dari yang berupa barang sampai dengan jasa. Karena kuatnya persaingan dalam usaha itu, maka tidak jarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan: 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia tidak terlepas dari bahasa, baik untuk mengungkapkan gagasan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengantar Semarang merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Semarang telah menjadi suatu wilayah yang kompleks masyarakatnya. Keadaan ini terjadi karena sekarang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN. istilah. Berikut diuraikan penjelasan yang berkaitan dengan pendahuluan. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini diuraikan mengenai: (1) latar belakang, (2) fokus penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) penegasan istilah. Berikut diuraikan penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan pria. Istilah lain waria adalah wadam atau wanita adam. Ini bermakna pria atau adam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Fenomena kaum waria merupakan suatu paparan nyata yang tidak dapat ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui seluk-beluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai wahana komunikasi digunakan setiap saat. Bahasa merupakan alat berkomunikasi antara anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Alih Kode Konsep dapat mendukung proses berjalannya suatu penelitian. Menurut KBBI konsep adalah rancangan dasar, ide, pengertian, dan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan, karena bahasa mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah Oto Plus adalah majalah yang mengupas tentang berbagai bidang otomotif, diantaranya adalah bidang modifikasi, modif balap dan masih banyak lagi bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia, terutama fungsi komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh manusia dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam mengadakan hubungan atau interaksi dengan sesamanya, manusia memerlukan sebuah alat komuniksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam berkomunikasi manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pemakai bahasa secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang dipergunakan dalam masyarakat. Bahasa memiliki peran dan kedudukan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang selalu membawa pengaruh positif dan negatif. Dampak perkembangan yang bersifat positif selalu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Peranan bahasa dalam kehidupan manusia sangat besar, karena semua kegiatan manusia memerlukan bahasa misalnya, kegiatan di rumah, di sekolah,

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK

RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK RAGAM BAHASA REMAJA PUTERI DALAM PERCAKAPAN INFORMAL DI KAMPUS UPI TASIKMALAYA Oleh: Enung Rukiah ABSTRAK Ragam bahasa remaja putri dalam percakapan informal di Kampus UPI Tasikmalaya cukup bervariasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman. 122 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Untuk memanajemen privasi komunikasinya, kaum gay memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan mana wilayah privat dan mana wilayah publik dengan teman, pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keluarga pada dasarnya adalah suatu kelompok kecil yang berhubungan dan berinteraksi dengan individu sejak dilahirkan. Keluarga juga merupakan suatu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam bahasa tersebut digunakan sesuai kondisi yang ada. Preston dan Shuy (dalam Chaer, 2002: 105) mengatakan ragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang

I. PENDAHULUAN. gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam menyampaikan pikiran, gagasan serta berinteraksi dengan lingkungan. Bahasa memegang peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Berikut uraian tiap bagian. A. Latar Belakang Masalah Semua

Lebih terperinci

Sementara itu, linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang. sehari-hari akan berbeda dengan percakapan yang dilakukan dalam rapat yang

Sementara itu, linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang. sehari-hari akan berbeda dengan percakapan yang dilakukan dalam rapat yang 2 Sementara itu, linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang struktur bahasa. Linguistik mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Contohnya pengguna an dan struktur bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam segala segi kehidupan, manusia tidak dapat terlepas dari bahasa. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu berhubungan dengan anggota masyarakat yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai kesopanan, sehingga mudah dipahami oleh lawan bicara. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia hidup tidak akan lepas dari bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling mudah cara penyampaiannya. Untuk menyampaikan komunikasi, atau

Lebih terperinci

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL. oleh: Ni Made Yethi suneli ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI SD DOREMI EXCELLENT SCHOOL oleh: Ni Made Yethi suneli Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sumarsono (2015 : 130), Waria adalah (Singkatan dari wanita-pria)

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sumarsono (2015 : 130), Waria adalah (Singkatan dari wanita-pria) BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Waria Menurut Sumarsono (2015 : 130), Waria adalah (Singkatan dari wanita-pria) atau wadan (wanita-adam atau Hawa-Adam) merujuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan yang disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut bahasa tulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf,

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup bermasyarakat. Dengan bahasa orang dapat. lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak dapat lepas dari pemakaian bahasa, apalagi dalam kehidupan masyarakat. Peranan bahasa dalam hidup bermasyarakat sangat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi

Bab 1. Pendahuluan. elektronik. Media hiburan ini yang sering disebut dengan dorama atau serial televisi Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang seperti yang banyak kita ketahui adalah negara maju dan modern hampir di segala bidang. Kemajuan di segala bidang ini tidak terkecuali media hiburan. Media hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa daerahnya masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan sebuah sarana untuk berinteraksi satu sama lain. Meskipun terdapat begitu banyak sarana yang dapat digunakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain:

BAB II LANDASAN TEORI. Biau. Kabupaten Buol. Adapun penelitian sejenis yang pernah diteliti antara lain: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang alih kode dan campur kode, sudah banyak diteliti oleh para peneliti sebelumnya. Namun sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan sebagai alat untuk berinteraksi dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain

BAB I PENDAHULUAN. satu ciri pembeda utama antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi dalam hidup ini. Bahasa merupakan sebuah lambang dalam berkomunikasi. Bahasa menjadi salah satu ciri pembeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan manusia yang lain. Ia selalu berhubungan dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi. Selain itu, dalam membangun pertumbuhan mental seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang mengawali segalanya. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi, pendapat, dan berekspresi. Selain itu, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide, pikiran, dan keinginan kepada orang lain. Manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator dengan menggunakan berbagai media dan sarana sehingga dapat diterima oleh sang penerima pesan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN

Oleh : Dwi Prihatin NIM K BAB I PENDAHULUAN Kajian pemakaian bahasa dalam SMS (Short Message Service) mahasiswa program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia dan daerah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta (Sebuah Tinjauan Sosiolinguistik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor mulai mendominasi jalan-jalan di kota besar, contohnya kota Bandung. Hal menarik yang dapat dilihat dari sepeda motor adalah kegemaran pengendaranya menempelkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat atau media komunikasi bagi manusia. Bahasa sendiri memiliki hubungan yang erat dengan sistem sosial dan sistem komunikasi. Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki status sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang kebanggaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang

BAB I PENDAHULUAN. Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waria adalah laki-laki yang menunjukan sikap dan perilaku di dalam diri yang mengarah pada sisi perempuan. 1. sedangkan dalam pengertian dalam pandangan islam waria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi sosial dalam hubungan antar individu satu dengan individu yang lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), bahasa adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Penelitian kualitatif di sini menggunakan jenis penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI 0 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA GAUL DALAM WACANA CERPEN REMAJA DI TABLOID GAUL EDISI BULAN JANUARI-FEBRUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn: PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA MAHASISWA UNSWAGATI Ratna Prasasti Suminar (Universitas Swadaya Gunung Jati) Abstrak Bahasa adalah identitas dari suatu negara sebagai alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup dalam masyarakat tidak hanya sebagai sosok individu, akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dan bekerja sama. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa. Jadi sikap bahasa tidak bisa lepas dari sosiolinguistik. Kebebasan memilih dan menggunakan

Lebih terperinci