BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Kata IPA adalah singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata Bahasa Inggris Natural Science sering disingkat Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkutan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau Science dapat diartikan sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Webste s: New Colleygiate Dictionary (1981) (dalam, Adi Winanto dkk: 1) menyatakan natural science is knowledge concemed with the physical word and its phenomena yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gelaja-gejalanya. Sedangkan di dalam Pumell s: Concise Dictionary of Science (1983) (dalam Adi Winanto dkk: 2) definisinya Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by mean of rules, lows, principles, theories, and hyphotheses yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, psinsip-prinsip, teoriteori dan hipotesis-hipotesis. Dalam perkembangannya IPA atau Science terbagi menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang mempelajari gejala fisik alam disebut Fisika. Ilmu yang mempelajari khusus bagian bumi dan antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia. 6

2 7 Menurut Depdiknas 2006 IPA di sekolah dasar diajarkan mulai dari kelas I hingga VI, yaitu: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, meliputi: manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungannya, serta kesehatan; 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas; 3) energi dan perubahannya meliputi: gaya,bunyi, panas, magnet, listrik,cahaya, dan pesawat sederhana; 4) bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit. Berdasarkan pengertian-pengertian IPA di atas, dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari peristiwa dan gejala alam meliputi kehidupan makhluk hidup, bagian bumi dan antariksa, gejala fisik alam, dan sifat dan kegunaan materi benda-benda Pembelajaran IPA di SD Menurut (H. Ahmad Sabri, 2005: 34), Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga terjadi proses belajar dalam arti adanya perubahan perilaku individu siswa itu sendiri. Perubahan tersebut bersifat, intensional, positif-aktif, dan efektif fungsional. Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Apabila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkai upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4 ). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses belajar mengajar dimana ada hubungan timbal balik atau komunikasi antara siswa dengan guru baik di dalam maupun di luar kelas.

3 8 Keduanya harus saling melengkapi agar guru dan siswa selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin dan penerapannya di dalam masyarakat pendidikan IPA menjadi penting. Dalam pembelajaran IPA di SD ini disesuaikan dengan struktur kognitif siswa. Dengan struktur kognitifnya, maka memberikan mereka kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dengan tahap perkembangan siswa. Keterampilan proses IPA untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolodan Marten (dalam Herry Sanoto dkk, 2014: 20) adalah mengamati, mencoba memahami apa yang diamati, menggunakan pengetahuan baru untuk melihat apakah ramalan-ramalan itu benar. Paolo dan Marten menegaskan bahwa, Dalam IPA mencakup coba-coba dan melakukan kesalahan, gagal, dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang diajukan. Dalam IPA anak-anak bersikap skeptik, sehingga anak-anak selalu siap memodifikasi model-model mereka, keterampilan proses IPA tentang alam sejalan dengan penemuan-penemuan mereka yang didapatkan dan dilatih sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sehingga IPA sangat perlu diajarkan di sekolah. Dengan demikian pembelajaran IPA, dapat melatih dan memberikan kesempatan anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan proses dan penemuan-penemuan mereka yang disesuaikan dengan tahap perkembangan usia dan karakteristik anak, agar dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehariharinya Tujuan Pembelajaran IPA Tujuan pendidikan IPA berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 menyatakan tujuan pembelajaran IPA adalah:

4 9 1. Memperoleh keyakinan terhadapan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan- Nya; 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam; 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan Ipa sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikannya (SMP/MTs); 8. Berdasarkan tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan IPA di SD bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep IPA dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencita-Nya Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Ruang lingkup pelajaran IPA meliputi makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas, energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, dan bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Kompetensi tersebut merupakan peristiwa alam dan dampak pada makhluk hidup serta lingkungannya.

5 Aktivitas dan Hasil Belajar Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono Anton (2001: 26) aktivitas merupakan kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik ataupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Hamalik (2011: 28), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek apresiasi, emosional, sosial, jasmani, etis dan budi pekerti dan sikap. Belajar menurut Sanjaya (2010: 170), belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman harus dapat mendorong siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan pada aktivitas fisik, melainkan aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Pembelajaran aktivitas siswa berpaduan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara simbang. Sehingga aktivitas belajar merupaka segala sesuatu yang dilakukan dalam pembelajaran dan proses interaksi dalam rangkai untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Sadirman (2011: 100), Aktivitas belajar adalah aktivitas yang berupa fisik dan mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas tersebut harus saling berkaitan. Lebih lanjut piaget menerangkan pada buku Sadirman,bahwa jika seorang anak berfikir tanpa melakukan sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 317), aktivitas didefinisikan sebagai Kegiatan, usaha atau pekerjaan. Sedangkan belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilaku (Iskandar, 2009: 102). Sehingga aktivitas belajar dapat diartikan kegiatan dan usaha seseorang untuk merubah perilakunya dengan berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan pendapat di atas, aktivitas belajar dapat disimpulkan berupa kegiatan proses belajar mengajar dalam perubahan tingkah laku yang terjadi pada individu baik secara fisik maupun non fisik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

6 Jenis-jenis Aktivitas Belajar Menurut Dierich (dalam Hamalik, 2009: 90) jenis-jenis aktivitas dibagi dalam delapan kelompok sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan Visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja dan bermain. 2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi. 3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan, percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. 4. Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket 5. Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. 6. Kegiatan-kegiatan metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, mencari dan berkebun. 7. Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan. 8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, tenang dan lain-lain Manfaat Aktivitas Belajar Hamalik (2009: 91) mengemukakan bahwa, penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain: 1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri; 2. Berbuat sendiri akan mengmbangkan seluruh aspek pribadi siswa;

7 12 3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok; 4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat kerja kelompok; 5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat; 6. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa; 7. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara relistis dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme; 8. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika Hasil Belajar Menurut Suharsimi Arikunto dalam Eko Putro Widoyoko (2014: 5) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun sekolah. Menurut Agus Suprijono (2011: 7), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan menurut Sudjana (2011: 21), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Hamalik (2003), hasil belajar adalah pola-pola pembuatan, nilainilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap serta kemampuan peserta didik. Sementara Sudjana (2002) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

8 13 kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya. Taksonomi Bloom dan kawan-kawan (dalam S. Arikunto, 2012: 131) membagi hasil belajar atas 3 ranah, antara lain: 1. Ranah kognitif Ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak. Dalam ranah kognitif terdapat 6 proses berpikir, yaitu: (1) mengenal (recognition), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan atau aplikasi (aplication), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis), dan (6) penilaian (evaluation). 2. Ranah afektif Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Ada 5 jenis ranah afektif, antara lain: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan (responding), (3) penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian (organization), dan (5) penjati dirian (characterization). 3. Ranah psikomotorik Ranah psikomotorik berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan tujuan pendidikan Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1) Faktor Internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu), yaitu: a. faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) b. faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan) c. faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan rohani)

9 14 2) Faktor Eksternal Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga faktor, antara lain: 1. Faktor Keluarga Siswa belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2. Faktor Sekolah Fator sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup: metode mengajar, kurikulum yang digunakan, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standard pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 3. Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor eksteren yang mempengaruhi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dalam masyarakat meliputi: kegiatan anak dalam masyarakat, mas media (bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik, dan lain-lain yag beredar di masyarakat), teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam lingkungan masyarakat. 2.3 Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectual) Pengertian Model Pembelajaran SAVI Dc Porter (2011: 113) dalam bukunya Quantum Learning, mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan modalitas kinistetik (somatic). Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditoral (A), penglihatan atau visual (V), dan Intelektual (I). Menurut Rose (2011: 30) ciri yang mencerminkan gaya belajar model SAVI antara lain:

10 15 a. Belajar visual melalui melihat sesuatu. Mereka menyaksikan video. Mereka juga suka membaca kata tertulis, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas; b. Pembelajaran auditori melalui mendengar sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset, radio, ceramah, diskusi, debat, dan intruksi (perintah) verbal; c. Pembelajaran fisik (somatis) senang dalam pembelajaran praktik karena belajar secara langsung dengan mencoba sendiri. Mereka suka berbuat ketika belajar, dengan bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh siswa. SAVI kependekan dari Somatic, yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) belajar dengan mengalami dan melakukan. Auditory, belajar melalui mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visualization, belajar menggunakan mata yaitu mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media, dan alat peraga. Intellectualy, belajar menggunakan kemampuan berpikir (mindson) yaitu berkonsentasi pikiran dan berlatih. Menurut Dave Meier (2002) pada handbook The Accelerated Learning, pendekatan SAVI merupakan pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada kegiatan pembelajaran. Sehingga, pembelajaran ini dinamakan SAVI. Unsur-unsurnyas sebagai berikut. 1. Somatic : Belajar dengan bergerak dan berbuat 2. Auditory : Belajar dengan berbicara dan mendengar 3. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan 4. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung Keempat cara beajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semua terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan.

11 16 Menurut Dave Meier (2000) merupakan pendidik, trainer, sekaligus model accelerated learning. Salah satu strategi pembelajarannya adalah apa yang dikenal dengan SAVI (Somatic-Auditory-Visualization-Intellectually). Berikut ini adalah cara-cara yang bisa menjadi starting point guru dalam melaksanakan pembelajaran SAVI. S Somatic Learning by Doing A Auditory Learning by Hearing V Visual Learning by Seeing I intellectual Learning by Thinking 1. Somatic: Learning by Doing Misalnya: a. Rancanglah sebuah proyek yang dapat mendorong siswa untuk bergeak di tempat-tempat yang berbeda; b. Sediakan tipe yang bisa didengarkan oleh siswa selama mereka berjalan, berlari, berlompatan kecil, atau bekerja; c. Berikan waktu break sesering mungkin ketika siswa tengah belajar, lalu ajaklah mereka untuk segera bergerak ketika sedang menemukan gagasan baru; d. Biarkan siswa berdiri dan berjalan ketika mereka tengah mendengarkan, menonton, atau berpikir; e. Berikanah sesuatu yang bisa mereka mainkan selama melakukan aktivitas (tetapi pastikan benda tidak menimbulkan kekacauan); f. Mintalah siswa untuk menulis dalam sebuah kartu tentang apa yang mereka pelajari; g. Sesekali mintalah mereka untuk memperagakan gagasan dalam bentuk teater, mimik, atau sentuhan; h. Cobalah meminta mereka untuk membuat oret-oretan setiap mereka membaca teks tertulis.

12 17 2. Auditory: Learning by Hearing Misalnya: a. Mintalah siswa untuk menjelaskan apa yang telah mereka pelajari dari orang lain; b. Mintalah siswa untuk membacakan buku atau handout dengan suara keras, jika perlu dengan mimik dan gesture yang bisa menunjukkan sebuah karakter; c. Rekamlah proses presentasi pengajaran, dan mintalah siswa untuk mendengarkan sejenak di ruang kelas; d. Ketika tengah membaca teks, sesekali mintalah siswa untuk membacakan gagasan utama dalam teks tersebut dengan suara lantang; e. Bacalah sebuah gagasan unik layaknya mantra, jika perlu, siswa diminta untuk melagukannya; f. Libatkan siswa dalam diskusi dan jajak pendapat dengan siswa lain. 3. Visual : Learning by Seeing a. Tugaskan siswa untuk membaca satu atau dua paragraf, kemudian mintalah mereka untuk membuat sinopsis singkat tentang apa yang dibacanya; b. Mintalah siswa untuk mencatat setiap penjelasan penting yang disampaikan; c. Mintalah siswa untuk membuat gambar, mural, atau lukisan tentang gagasan mereka; d. Bagikan teks materi pelajaran, dan pastikan teks tersebut sudah dihighlight dengan warna yang berbeda-beda setiap konsepnya; e. Gambarlah mindmap di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk memperhatikan dengan seksama.

13 18 4. Intellectual : Learning by Thinking Misalnya : a. Setiap menyelesaikan pembelajaran, siswa diminta untuk menuliskan atau merefleksikan apa yang telah dipelajari dan menghubungkan dengan apa yang telah diketahui; b. Mintalah siswa untuk menggambarkan diagram yang menggambarkan apa yang telah direfleksikan; c. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari dan meminta siswa untuk berpikir tentang pemecahannya; d. Sesekali buatlah analogi dan metafor untuk merangsang siswa berpikir tentang apa yang terkandung di dalamnya.; e. Buatlah semacam rangkuman materi untuk menyusunnya dalam kategori. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran SAVI merupakan kegiatan pembelajaran memanfaatkan dan mengiptimalkan alat indera dengan aktif, aktivitas melihat/mengamati, aktivitas mendengarkan, dan aktivitas tubuh memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik Tujuan Model Pembelajaran SAVI Tujuan model pembelajaran SAVI adalah: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran yang melibatkan seluruh indera yang dimiliki siswa; 2. Meningkatkan hasil belajar karena pembelajaran memberikan pengalaman belajar terhadap peserta didik untuk diingatnya; 3. Meningkatkan cara berpikir kritis pada peserta didik Prinsip Model Pembelajaran SAVI Meier (Sidjabat:2009) Model pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning. Maka prinsipnya sejalan juga dengan Accelerated Learning, yaitu: 1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh;

14 19 2. Pembelajaran menjadi berkreasi; 3. Kerjasama membantu proses pembelajaran; 4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan; 5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan tersebut sendiri dengan umpan balik; 6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran; 7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis Karakteristik Model Pembelajaran SAVI Sesuai dengan singkatannya dari SAVI yaitu Somatic, Auditori, Visual, and Intellectual, maka terdapat empat karakteristik (Herdian) sebagai berikut: 1. Somatic Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma (seperti dalam psikosomatis). Sehingga pembelajaran Somatic adalah belajar dengan indra peraba, kinestetis, praktis, melibatkan fisik dengan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. 2. Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengarkan, pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita secara terus menerus menangkap dan menyimpan informasi tanpa kita sadari. Sehingga siswa menjadi aktif sendiri. Dalam pembelajaran mengajak siswa untuk membicarakan apa yang sedang dipelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan berbicara, memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai ketrampilan, menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. 3. Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Pembelajar visual belajar, baik dilakukan dengan melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala hal ketika siswa sedang belajar. Dengan ketrampilan visual yang kuat, meminta siswa mengamati situasi dunia nyata lalau memikirkan serta membicarakan situasi tersebut, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan.

15 20 4. Intelektual Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Proses pembelajaran dengan pikiran mereka secara internal dan menggunakan kecerdasan pikiran mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Sehingga makna intelektual itu sendiri yaitu bagian diri yang merenung, menciptakan, dan memecahkan masalah. Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah termasuk dalam aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan melainkan dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Disini guru juga sangat berperan dalam penerapnya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga dan bahan ajar yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Sehingga pada pembelajaran SAVI inilah terjadi pembelajaran kreatif yang memanfaatkan dan mengajak siswa untuk bergerak secara fisik (S), mempunyai auditori kuat (A), adanya belajar visual (V) dan melibatkan intelektualnya (I) maka siswa akan dapat menerima pelatihan ketrampilannya dengan memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI Menurut Dave Meier (2002:103) siklus Model Pembelajaran SAVI mempunyai empat unsur, antara lain: 1. Persiapan (Preparation), timbulnya minat; 2. Penyampaian (Presentation), perjumpaan pertama dengan pengetahuan atau ketrampilan baru; 3. Pelatihan (Practice), integrasi pengetahuan atau keterampilan baru; 4. Penampilan Hasil (Performance), penerapan pengetahuan dan keterampilan baru pada situasi dunia-nyata.

16 21 Empat unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan) Pada tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan pembelajaran untuk belajar. Tujuan tah persiapan ini adalah guru menimbulkan minat peserta didik dalam pembelajarannya dengan memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan akan datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar (Meire, 2003: 106) secara spesifik meliputi: a. Memberikan sugesti positif; b. Memberikan pernyataan yang bermanfaat pada peserta didik; c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna; d. Menciptakan lingkungan fisik yang positif; e. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa; f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif; g. Menciptakan lingkungan sosial yang positif; h. Menenangkan rasa takut; i. Menyingkirkan hambatan dalam belajar; j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah; k. Mengajak peserta didik terlibat penuh sejak awal dalam pembelajaran. Adapun komponen dalam tahap persiapan pembelajaran ini, antara lain: a. Sugesti positif; b. Lingkungan fisik yang positif; c. Tujuan yang jelas dan bermakna; d. Manfaat bagi pembelajaran; e. Sarana persiapan belajar sebelum pembelajaran dimulai; f. Lingkungan sosial yang positif; g. Keterlibatan penuh pembelajaran; h. Rangsangan rasa ingin tahu. 2. Tahap Penyampaian Pada tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan pembelajaran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan menarik. Tujuan penyampaian adalah guru

17 22 hendaknya membantu siswa untuk menemukan materi belajar yang baru secara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh guru: a. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan; b. Pengamatan fenomena dunia nyata; c. Melibatkan seluruh panca indera; d. Presentasi interaktif; e. Grafik dan sarana presentasi warna- warni ; f. Berbagai macam cara untuk disesuaikan gaya belajar; g. Proyek belajar berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim; h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok); i. Pengalaman belajar yang kontestual; j. Pelatihan memecahkan masalah. 3. Tahap Pelatihan Tahap pelatihan merupakan intisari Accelerated Learning. Tahap ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap pengalaman belajar secara keseluruhan. Pada tahap ini merupakan pembelajaran berlangsung. Tahap pelatihan ini bertujuan membantu siswa untuk mengintegrasikan, memadukan pengetahuan, dan ketrampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: a. Aktivitasmemproses siswa dalam pembelajaran; b. Usaha aktif atau umpan balik atau perenungan usaha kembali secara langsung; c. Simulasi dunia nyata; d. Permainan dalam belajar; e. Latihan belajar lewat praktik; f. Aktivitas pemecahan masalah; g. Refleksi dan artikulasi individu; h. Dialog secara berpasangan atau berkelompok; i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif; j. Aktivitas praktik membangun ketrampilan;

18 23 k. Mengajar kembali. 4. Tahap Penampilan Hasil Setelah mengalami tiga tahap pembalajaran, pada tahap ini memerlukan dan memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan dapat diterapkan. Tahap penampilan ini bertujuan agar guru dapat membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru peserta didik pada pekerjaan. Sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan: a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera; b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi; c. Aktivitas penguatan penerapan; d. Pelatihan terus menerus; e. Materi penguatan persepsi; f. Umpan balik dan evaluasi kinerja; g. Aktivitas dukungan teman; h. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. Adapun komponen dalam tahap penampilan hasil ini, meliputi: a. Berlatih berpakaian; b. Mengevaluasi pembelajaran; c. Mengevaluasi dan meningkatkan program belajar; d. Merencanakan penerapan dalam pekerjaan atau dalam pembelajaran; e. Menguatkan pembelajaran; f. Memastikan dukungan organisasi pembelajaran baru; g. Mengevaluasi pelaksanaan kerja atau pembelajaran; h. Mengembangkan pembelajaran; i. Meningkatkan prestasi siswa. Berdasarkan tahapan di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa dengan penggunaan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, and Intellectual) dalam pembelajaran IPA dapat digunakan dengan batasan langkahlangkah pembelajaran sebagai berikut:

19 24 1. Tahap Persiapan (Kegiatan Awal) Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Auditori (A), yaitu guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi dan bercerita sesuai dengan kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kegiatan ini dilakukan agar dapat membangkitkan semangat belajar siswa. 2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Visual (V), yaitu guru menayangkan video yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kemudian guru memberi pertanyaan sesuai dengan video yang sudah ditayangkan. Video ini termasuk benda kongkrit atau gambaran kongkrit dalam kegiatan pembelajaran pada materi karena dapat menumbuhkan sifat positif peserta didik, dan memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. 3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Pada tahap ini adalah bentuk dari penerapan pembelajaran Somatic (S), bergerak dan berbuat yaitu guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan dengan anggota kelompoknya (setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota) setiap kelompok melakukan percobaan tentang materi yang akan disampaikan. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan di depan kelas dengan bantuan dan bimbingan guru. Setelah dipresentasikan lalu dibahas dan dikumpulkan hasil diskusi tersebut. 4. Tahap Penampilan (Kegiatan Penutup) Pada tahap ini merupakan bentuk dari penerapan pembelajaran Intelektual (I), yaitu guru memberikan soal latihan secara individu untuk dikerjakan dengan kemampuan berpikir masing-masing siswa dan memberikan pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

20 25 Tabel 2.1 Rencana Kegiatan Pembelajaran Dengan Model Pembelajaran SAVI Kegiatan Langkah-langkah pembelajaran Alokasi waktu Persiapan Kegiatan awal Kegiatan inti Kegiatan penutup 1. Guru mengatur kondisi kelas dan tempat duduk siswa 2. Guru mengecek kesiapan siswa, media pembelajaran, dan ruang kelas 1. Guru membuka pembelajaran dengan salam 2. Guru melakukan apersepsi dengan bercerita dan memberikan pertanyaan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan 1. Guru menayangkan video berkaitan dengan materi yang akan disampaikan 2. Bertanya jawab tentang video yang sudah ditayangkan, untuk menggali pengetahuan siswa 3. Guru menyampaikan materi pembelajaran 4. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok heterogen setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa 5. Setiap kelompok mempunyai alat peraga 6. Meminta siswa untuk melakukan percobaan sesuai dengan langkahlangkahnya 7. Setiap kelompok diberikan lembar kerja kelompok yang sudah disiapkan 8. Setiap kelompoknya berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja 9. Selama diskusi berlangsung guru membimbing dan mengamati cara kerja setiap kelompok secara bergantian 10. Siswa diminta untuk mempresentasikan diskusinya di depan kelas. Siswa yang lain menanggapinya 1. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang baik 2. Memberikan penguatan kepada kelompok yang tidak mendapatkan penghargaan 3. Menyimpulkan materi pembelajaran 4. Memberikan soal evaluasi 5. Memberikan refleksi pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari 6. Menutup pembelajaran dengan salam 2 menit 5 menit 55 menit 7 menit

21 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang ingin penulis teliti, tetapi mempunyai sudut pandang yang berbeda. Penelitian tersebut antara lain: Nafiah ( , UKSW, 2013) yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Dengan Pembelajaran SAVI Untuk Siswa Kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga Semester II Tahun 2012/2013. Dengan variabel independen SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual ), serta dependennya aktivitas belajar dan hasil belajar matematika. Dengan metode pembelajaran SAVI hasilnya menunjukkan kriteria aktivitas kelompok dan individu tergolong tinggi. Hasil belajar matematikan juga meningkat, rata-rata nilai adalah 81,87 dengan ketuntasan belajar sebesar 87,50%. Ahmad Puryanto ( , UKSW, 2012/2013) tentang Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran SAVI Pada Kelas 5 SD N Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun 2012/2013. Peningkatan keaktifan belajar siswa pra siklus hingga siklus 2, yaitu pada pra siklus keaktifan belajar siswa ada 3 (11%) siswa yang aktif, pada siklus 1 ada 21 (77%) siswa yang aktif, dan pada siklus 2 ada 16 (59%) siswa yang aktif, ada 11 (41%) siswa yang sangat aktif. Untuk peningkatan hasil belajar siswa kondisi awal 5 (19%) siswa yang tuntas, pada siklus 1 ada 23 (85 %) siswa yang tuntas, dan pada siklus 2 ada 27 (100 %) siswa yang tuntas. Nita Anggraeni (A , UMS, 2013) tentang Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Anggaswangi Grobogan Tahun 2012/2013. Peningkatan aktivitas terlihat dalam 4 indikator yaitu A, B, C, dan D. Pada indikator A berupa memperhatikan penjelasan guru sebelum tindakan 62,5 % atau 15 siswa. Pada siklus 1 75% atau 18 siswa. Pada siklus 2 100% atau 24 siswa. Indikator B bertanya ditandai periaku siswa suka bertanya. Sebelum tindakan kelas 20,38% atau 5 siswa. Pada siklus 1 58,33% atau 14 siswa, pada siklus 2 75% atau 18 siswa. Indikator C yaitu

22 27 mengeluarkan pendapat, antusias siswa menjawab pertanyaan, dan mengeluarkan pendapat ketika presentasikelompok 16,66% atau 4 siswa, pada siklus 1 66,67% atau 16 siswa, pada siklus 2 83,34% atau 20 siswa. Indikator D adalah kerja sama antar kelompok ketika diskusi. Sebelum tindakan 33,33% atau 8 siswa, pada siklus 1 75% atau 18 siswa, pada siklus 2 91,67% atau22 siswa. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebelum tindakan 50%, pada siklus 1 mencapai 75% dan pada siklus 2 95,83%. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti memilih metode pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) yang digunakan untuk melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah yang diangkat. Memotivasi peneliti untuk bisa merancang dan melaksanakan penelitian dengan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditori, Visual, Intelektual) Sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, serta untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode pembelajaran SAVI (Somatic, Auditori, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA kelas V SDN Ngipik Tahun Ajaran 2015/ Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut: Proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor yaitu penguasaan materi, penggunaan metode dan pendekatan yang tepat, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kemampuan yang dimiliki siswa. Proses belajar mengajar dapat memanfaatkan seluruh indera yang dimiliki kita. Untuk mengetahui berhasil tidaknya dan tepat tidaknya penggunaan metode, model dan pendekatan pembelajaran maka dilakukanlah penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan kreatif. Sehingga dapat menciptakan suasana dan kondisi belajar yang baik. Penggunaan metode, model dan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran dapat mendukung untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan aktivitas belajar siswa. Dengan

23 28 penggunaan metode, model, dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai, akan memberikan hasil yang lebih baik dan memuaskan. Pemilihan mtodel pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam kegiatan pembelajaran dapat menggunakan semua indera yang dimiliki siswa dan dapat memberikan pengalaman langsung serta memberikan contoh dalam bentuk nyata/kongkrit. Dalam penggunaan model pembelajaran SAVI ini diharapkan agar dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sehingga konsep yang mereka dapatkan akan lebih lama tertanam dalam ingatan mereka. Implikasi yang diharapkan ialah dengan menggunakan model tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dalam penelitian PTK ini, berikut adalah penggunaan model pembelajaran SAVI siswa Kelas V SDN Ngipik Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.

24 29 Aktivitas dan hasil belajar siswa masih kurang Ak dari KKM yang ditentukan Penggunaan Metode dan Model Pembelajaran ceramah dan demonstrai Penggunaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,Visual, Intellectually) Menayangkan Video untuk melibatkan panca indera siswa dalam kegiatan pembelajaran Melatih siswa dalam kegiatan penugasan dalam pembelajaran Melatih siswa dalam menyampaikan, menanggapi dan mempresentasikan secara kelompok Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Melakukan kegiatan evaluasi Gambar 2.1 Penelitian PTK Menggunakan Model Pembelajaran SAVI 2.6 Hipotesis Tindakan Dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan landasan teori maka hipotesis penelitian ini adalah Melalui model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dapat meningkatkan aktivitas belajar belajar pada siswa kelas V tentang IPA SD Negeri Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2015/2016.

25 30 Selain itu juga melalui penggunaan Model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SD Negeri Ngipik Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung tahun ajaran 2015/ Indikator Keberhasilan 1. Dapat terjadi adanya peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar pada siswa kelas V dengan menggunakan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA 2. Dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa dengan menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam mata pelajaran IPA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI 5 BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori Landasan teori mengenai Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam Conant (Patta Bundu, 2006: 10) mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Pendekatan pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) Menurut Hermowo (Firti, 2012:17) SAVI adalah singkatan dari Somatis (bersifat raga), Auditori

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran SAVI SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intelektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI Nur Eka Setiowati Abstrak Pendidikan dan pengajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Video Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan), dapat melihat (Prent dkk., Kamus Latin Indonesia, 1969:926).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang digunakan guru dalam penyampaian materi. Menurut Hanafiah &

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang digunakan guru dalam penyampaian materi. Menurut Hanafiah & 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) 1. Model Pembelajaran Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor tercapainya tujuan pembelajaran. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa yang disebut dengan IPA membutuhkan sebuah pengalaman langsung, agar tujuan dari pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mendukung dan mendorong perkembangan teknologi. Ilmu-ilmu dasar tidak dapat timbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika SD Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak terdapat satu definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Peranan guru adalah menciptakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) POE ini sering juga disebut suatu model pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alama merupakan terjemahan dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.2 Pengertian Pembelajaran IPA Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian secara implisit dalam pengajaran terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran matematika menurut peneliti merupakan suatu pelajaran pokok dari kehidupan ini. Dan pelajaran matematika dapat mendapatkan respon positif dari

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Alat - Alat Laboratorium Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori 1.Pengertian IPA Kata-kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi 2.1.1 Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Ilmu Pengetahuan Alam Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Ilmu Pengetahuan Alam Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam 5 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Pelajaran IPA di SD merupakan dasar dari pembelajaran materi terpadu Biologi, Fisika, dan Kimia

Lebih terperinci

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334) UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX B SMP NEGERI 1 RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jarianto SMP Negeri 01

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN 1 Ringinharjo Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Dilihat dari segi geografisnya SDN 1 Ringinharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) 2.1.1.1 Pengertian IPA Sains berasal dari kata "science" yang berarti ilmu. sains adalah ilmu yang mempelajari lingkungan alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya kegiatan/keaktifan. Kegiatan dapat berupa kegiatan fisik maupun psikis yang saling berhubungan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga dengan istilah sains. Sains berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok 1. Metode Pembelajaran Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara faktual, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia (Dwi Saswoyo dkk, 2008:1). Pendidikan menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

Oleh Indah Fajrina

Oleh Indah Fajrina Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) terhadap Kemampuan Bermain Drama pada Siswa Kelas XI MAN 1 Tanjung Pura Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Indah Fajrina 2102111011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam

Lebih terperinci