GUSMA YELVI NIM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUSMA YELVI NIM"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI KARET DI KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pedidikan (Strata 1) GUSMA YELVI NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2

3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI KARET DI KABUPATEN SIJUNJUNG Oleh : Gusma Yelvi 1, Asrizal.,M.Si 2, Dessyta Gumanti., M.PdE 3 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat 2,3) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat gusma.yelvi@gmail.com ABSTRAK Hasil analisis data menunjukan bahwa (1) Terdapat pengaruh positif variabel luas lahan terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,447 dan t hitung sebesar 3,601 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,011 <0,05 (2) Terdapat pengaruh positif variabel tenaga kerja terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,288 dan t hitung sebesar 3,467 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,013 <0,05 (3) Terdapat pengaruh positif variabel harga terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,390 dan t hitung sebesar 5,155> t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,002 <0,05 (4) Terdapat pengaruh variabel luas lahan, tenaga kerja dan harga secara simultan terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan F hitung sebesar 12,553 > F tabel sebesar 4,47 dan nilai signifikan 0,002<0,05. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H a diterima, ABSTRACT The results of data analysis showed that (1) There is a positive effect of the variable land to the production of rubber. This is evidenced by the value of regression coefficient of and thitung> ttable 2,228 whereas significant value <0.05 (2) There is a positive effect of variable labor to the production of rubber. This is evidenced by the value of regression coefficient of and thitung> ttable 2,228 whereas significant value <0.05 (3) There is a positive effect on the variable price of rubber production. This is evidenced by the value of regression coefficient of and thitung> ttable 2,228 whereas significant value <0.05 (4) There is a variable influence of land, labor and simultaneously to the price of rubber production. This is evidenced by Fhitung > Ftabel 4.47 and significant value <0.05. This means that H0 rejected and Ha accepted.

4 1. PENDAHULUAN Pertanian dalam arti luas meliputi tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Subsektor perkebunan memiliki prospek yang cukup cerah baik saat ini maupun pada masa yang akan datang. Karet (Hevea Brassiliansis L.) merupakan salah satu komoditas yang penting bagi perekonomian Indonesia, hal ini karena komoditas karet di Indonesia berperan sebagai salah satu penghasil devisa non migas (Kementrian Pertanian, 2012). Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi produsen utama tanaman karet dalam dekade mendatang. Berdasarkan study IRSG (International Rubber Study Group) tahun 2007 di prediksikan bahwa produksi karet alam dunia akan mencapai sekitar 13 juta ton pada tahun 2035, dan Indonesia akan menjadi negara penghasil karet alam terbesar dengan produksi sekitar 4 juta ton. Potensi Indonesia untuk menjadi produsen utama karet alam di dunia dapat diwujudkan melalui peningkatan produktivitas. Permintaan karet alam dunia diprediksi akan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2035 sekitar 15 juta ton karet kering. Sedangkan perkembangan produksi akan stabil pada sekitar 2 % per tahun, sehingga produksi karet alam dunia pada tahun 2035 menjadi sekitar 13 juta ton. Kondisi ini menjadi tantangan bagi industri karet alam dan pelaku usaha perkebunan karet untuk terus meningkatkan produksi dan kualitas produksi berbasis karet alam. Karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian masyarakat Kabupaten Sijunjung. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Tanaman karet tergolong mudah diusahakan, apalagi kondisi iklim di Kabupaten Sijunjung beriklim tropis basah, yang sangat cocok untuk tanaman karet. Kondisi iklim di Kabupaten Sijunjung tergolong pada tipe tropis basah dengan musim hujan dan kemarau yang silih berganti sepanjang tahun, keadaan iklimnya adalah temperatur dengan suhu minimum 21 0 C dan suhu maksimum 37 0 C (Sijunjung dalam angka 2014). Tabel 1. Data Produksi Karet Di Provinsi Sumatera Barat Tahun Kab/kota Kep. Mentawai ,2 24, Pesisir Selatan , , Solok , , Sijunjung Tanah Datar , Padang , Pariaman Agam ,2 671, Lima Puluh , Kota 4 Pasaman , , Solok Selatan , Dharmasraya , , Pasaman Barat , Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Tahun 2016

5 Berdasarkan tabel 1 diatas salah satu sentral terbesar penghasil karet di Propinsi Sumatera Barat terletak di Kabupaten Sijunjung. Kabupaten Sijunjung secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Kabupaten Sijunjung memiliki wilayah seluas 3.130,80 km 2. Perkebunan merupakan salah satu tiang utama struktur perekonomian Kabupaten Sijunjung, Perkebunan karet merupakan perkebunan yang hampir merata ada diseluruh wilayah Kabupaten Sijunjung. Tabel 2. Produksi Komoditi Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Sijunjung Tahun Tahun Coklat (ton) Kopi (ton) Kulit Manis Kelapa (ton) Kelapa Sawit Karet (ton) (ton) (ton) , Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sijunjung :2016. Berdasarkan tabel 2 komoditas perkebunan di Kabupaten Sijunjung terbesar sampai terkecil coklat, kopi, kulit manis, kelapa, kelapa sawit dan karet. Karet memiliki produksi terbesar kedua setelah kelapa sawit di 2. TINJAUAN LITERATUR a) Teori Produksi Produksi adalah suatu proses untuk mengkombinasikan, mentransformasikan dan mengubah input menjadi output. Teknologi produksi terkait dengan input dan output. Kuantitas tertentu suatu input dibutuhkan untuk memproduksi tiap barang atau jasa tertentu (Case & Fair, 2007:175). Menurut Masyhuri Kabupaten Sijunjung. Untuk tahun karet memiliki produksi terbesar diantara komoditas lainnya namun dari tahun komoditas kelapa sawit lebih tinggi produksinya dibandingkan karet. (2007:129) produksi adalah hasil akhir dari suatu proses produksi dalam memanfaatkan (mengorbankan) input adalah produk atau output. Sedangkan menurut Soeharno (2007:105) produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan manageria skill.

6 b) Teori Luas Lahan Menurut Adiwilaga (dalam Munawarah, 2001:17) mengatakan, ditinjau dari sudut ekonomi pertanian, tanah dapat dianggap sebagai dasar utama kegiatan potensial yaitu daya menghasilkan benda yang tergantung dalam alam. Menurut kamus umum bahasa Indonesia (dalam Hijratulaili, 2009:12) yang dimaksud dengan lahan adalah tanah terbuka dan tanah garapan. Tanah garapan adalah tanah terbuka yang di gunakan untuk lahan pertanian. Jadi lahan dapat diartikan sebagai suatu tempat atau tanah yang mempunyai luas tertentu yang digunakan untuk usaha pertanian. Sukirno (2002:4) menyatakan tanah sebagai faktor produksi, menurutnya : Tanah adalah mencakup bagian permukaan bumi yang tidak tertutup oleh air atau bagian dari permukaan bumi yang dapat dijadikan untuk tempat bercocok tanam dan untuk tempat tinggal termasuk pula kekayaan alam yang terdapat didalamnya. Menurut Mubyarto (1989:80) di negara agraris seperti Indonesia, tanah merupakan faktor produksi yang paling penting dibandingkan dengan faktor produksi yang lain karena balas jasa yang diterima oleh tanah lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Dalam bidang pertanian, penguasaan tanah bagi masyarakat merupakan unsur yang paling penting untuk meningkatkan kesejahteraannya. Luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani akan berpengaruh pada produksi usaha tani Soekartawi (1989:15) Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering kali dijumpai makin luas lahan yang dipakai dalam usaha pertanian semakin tidak efisien lahan tersebut. Ini didasarkan pada pemikiran bahwa luas lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena : 1) Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obatobatan dan tenaga kerja. 2) Terbatasnya persediaan tenaga kerja di sekitar daerah itu, yang pada akhirnya mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut. 3) Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut. Menurut Sukirno (2002:4) tanah sebagai faktor produksi adalah tanah yang mencakup bagian permukaan bumi yang dapat di jadikan untuk bercocok tanam, dan untuk tempat tinggal dan termasuk pula kekayaan alam yang terdapat didalamnya. Dari pendapat ini dapatlah dikatakan bahwa tanah itu merupakan faktor produksi yang boleh dikatakan suatu pabrik dari hasil pertanian karena disanalah tempat produksinya. c) Teori Tenaga Kerja Menurut Mulyadi (2012:59) Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tertentu. Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk suatu negara yang dapat digunakan dengan faktor produksi lain untuk melakukan kegiatan produktif dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat (Sukirno, 2002:27).

7 Menurut Mubyarto (1989:123) dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. d) Teori Harga Menurut Case & Fair (2007:97) harga dasar adalah harga minimum yang dibawahnya tidak diizinkan. Jika harga pasar ditetapkan di atas harga ekuilibrium, hasilnya adalah penawaran berlebih, kuantitas yang ditawarkan akan lebih besar dari pada kuantitas yang diminta. Menurut Pendyck (2012:5) dalam ilmu mikro ekonomi juga menggambarkan bagaiman harga terbentuk. Dalam perekonomian terencana terpusat, harga diatur oleh pemerintah. Dalam perekonomian pasar, harga ditentukan oleh interaksi konsumen, tenaga kerja dan perusahaan. Menurut Sinamora (2003:31) harga adalah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk. Biasanya harga dihitung dalam nilai uang. Menetapkan harga sembarangan mudah, yang tidak mudah adalah menetapkan beberapa harga yang tepat yaitu tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal dimana konsumen dan masih memberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi kelemahan perusahaan dimata pesaing. Hipotesis Sehubungan dengan masalah penelitian diatas, diajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari penelitian ini. Hipotesis yang dimaksud adalah : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara luas lahan terhadap Produksi Karet di Kabupaten Sijunjung. H 0 : β 1 = 0, H a : β Terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap Produksi Karet di Kabupaten Sijunjung. H 0 : β 2 = 0, H a : β Terdapat pengaruh yang signifikan antara harga terhadap Produksi Karet di Kabupaten Sijunjung. H 0 : β 3 = 0, H a : β Terdapat pengaruh yang signifikan antara Luas lahan, Tenaga Kerja dan harga secara bersama-sama terhadap Produksi Karet di Kabupaten Sijunjung. H 0 : β 1, β 2, β 3 = 0 H a : β 1, β 2, β METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah bersifat deskripti dan asosiatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun HASIL DAN PEMBAHASAN Koefisien Determinasi ( ) Berdasarkan hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada tabel model summary diperoleh hasil nilai R square sebesar 0,862 yang artinya 86,2% perubahan pada variabel dependen (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel independen (luas lahan, tenaga kerja dan harga) sedangkan sisanya sebesar 13,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini.

8 Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t Berdasarkan hasil uji t dari pengaruh masing-masing variabel bebas yang mempengaruhi loyalitas naabah adalah : 1) Hipotesis 1, terdapat pengaruh positif antara luas lahan (X 1 ) terhadap produksi (Y) dengan nilai koefisien regresi luas lahan sebesar 1,447. Hal ini berarti adanya pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi karet, apabila luas lahan meningkat sebesar satu persen maka tingkat produksi karet akan meningkat sebesar 1,447 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai t hitung sebesar 3,601 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,011<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara luas lahan terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung. 2) Hipotesis 2, terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja (X 2 ) terhadap produksi (Y) dengan nilai koefisien regresi tenaga kerja sebesar 0,288. Hal ini berarti adanya pengaruh tenaga kerja terhadap tingkat produksi karet, apabila tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka tingkat produksi karet akan meningkat sebesar 0,288 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai t hitung sebesar 3,467 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,013<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara tenaga kerja terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung. 3) Hipotesis 3, terdapat pengaruh positif antara harga (X 3 ) terhadap produksi (Y) dengan nilai koefisien regresi harga sebesar 0,390. Hal ini berarti adanya pengaruh harga terhadap tingkat produksi karet, apabila harga meningkat sebesar satu persen maka tingkat produksi karet akan meningkat sebesar 0,390 persen dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan dan nilai t hitung sebesar 5,155 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,002<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara harga terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung. Hasil Uji F Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS versi 15.0, menunjukkan bahwa F hitung 12,533> F tabel 4,47 dan nilai signifikan 0,005<0,05. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H a diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan harga secara stimultan berpengaruh terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Luas Lahan (X 1 ) Terhadap Tingkat Produksi (Y) Petani Karet di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh ternyata model regresi untuk variabel X1 tersebut yaitu 1,447 pengaruh ini secara parsial menujnjukan nilai yang positif dan signifikan terhadap variabel Y. Nilai parameter regresi untuk variabel bebas X1 sebesar

9 1,447 memberikan arti bahwa sumbangan yang diberikan X1 terhadap Y adalah 1,447 dengan arti bertambahnya luas lahan sebesar satu persen akan mengakibatkan bertambahnya produksi karet sebesar 1,447 persen dan berkurangnya luas lahan sebesar satu persen akan mengakibatkan turunya produksi karet sebesar 1,447 persen. Di lihat dari besarnya elastisitas produksi luas lahan (X1) terhadap jumlah produksi karet (Y) sebesar 1,447 berarti elastisitas produksi X1 besar dari satu (elastis). Artinya, proporsi kenaikan output lebih besar di bandingkan dengan proporsi kenaikan input dan nilai t hitung sebesar 3,601 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,011<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara luas lahan terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung dan selama sepuluh tahun terakhir paling luas lahan petani yaitu Hektar dalam 7 tahun (70%) dan luas lahan terkecil yaitu Hektar dalam waktu 1 tahun (10%). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatik Pujiati, 2013 tentang Analisis Beberapa Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Produksi Karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Kabupaten Karanganyar diperoleh hasil luas panen berpengaruh terhadap produksi panen karet dan selanjutnya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Fitriani, 2012 tentang Analisis Produksi Lateks pada PTPN VII Way Berulu adapun Faktor produksi yang di analisis dalam penelitian ini antara lain luas panen, aplikasi pupuk urea, aplikasi pupuk TSP, curah hujan dan aplikasi penggunaan bahan stimulan SEM dan diperoleh hasil luas panen berpengaruh terhadap produksi panen. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sukartawi (1989:15) bahwa luas penguasaan lahan bagi rumah tangga petani akan berpengaruh pada produksi usaha tani. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Menurut peneliti lahan atau tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pertanian karena tanah adalah tempat dimana tanaman karet tersebut akan di tanam oleh para petani. Luas lahan dapat mempengaruhi tingkat produksi, semakin luas lahan pertanian maka semakin banyak produksi yang akan di hasilkan dan sebaliknya semakin sedikit lahan pertanian semakin sedikit produksi yang akan di hasilkan. 2. Pengaruh Tenaga Kerja (X 2 ) Terhadap Tingkat Produksi (Y) Petani Karet di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh ternyata model regresi untuk variabel X2 tersebut yaitu 0,288 pengaruh ini secara parsial menujnjukan nilai yang positif dan signifikan terhadap variabel Y. Nilai parameter regresi untuk variabel bebas X2 sebesar 0,288 memberikan arti bahwa

10 sumbangan yang diberikan X2 terhadap Y adalah 0,288 dengan arti bertambahnya tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan bertambahnya produksi karet sebesar 0,288 persen dan berkurangnya tenaga kerja sebesar satu persen akan mengakibatkan turunya produksi karet sebesar 0,288 persen. Di lihat dari besarnya elastisitas produksi tenaga kerja (X2) terhadap jumlah produksi karet (Y) sebesar 0,288 berarti elastisitas produksi X2 kecil dari satu (inelastis). Artinya, proporsi kenaikan output lebih kecil di bandingkan dengan proporsi kenaikan input dan nilai t hitung sebesar 3,467 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,013<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung dan sepuluh tahun terakhir tenaga kerja petani paling banyak yaitu kepala keluarga dan kepala keluarga dalam 3 tahun (30%) dan jumlah tenaga terkecil yaitu kepala keluarga dan kepala keluarga dalam 2 tahun (20%). Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatik Pujiati, 2013 tentang Analisis Beberapa Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Produksi Karet di PTPN IX (Persero) Kebun Batujamus Kabupaten Karanganyar dimana diperoleh hasil tenaga kerja secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap produksi karet di Kebun Batujamus. Menurut Mubyarto (1989:123) dalam usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang dan menurut Hanafie (2010:126) faktor produksi tenaga kerja (labor) merupakan faktor produksi yang penting diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan. Menurut peneliti jumlah tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan hasil produksi pertanian karena jumlah tenaga yang banyak juga akan menghasilkan produksi yang juga banyak., semakin banyak tenaga kerja maka semakin banyak produksi yang akan di hasilkan dan sebaliknya semakin sedikit tenaga kera semakin sedikit produksi yang akan di hasilkan. 3. Pengaruh Harga (X 3 ) Terhadap Tingkat Produksi (Y) Petani Karet di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh ternyata model regresi untuk variabel X3 tersebut yaitu 0,390 pengaruh ini secara parsial menujnjukan nilai yang positif dan signifikan terhadap variabel Y. Nilai parameter regresi untuk variabel bebas X3 sebesar 0,390 memberikan arti bahwa sumbangan yang diberikan X3 terhadap Y adalah 0,390 dengan arti

11 bertambahnya harga sebesar satu persen akan mengakibatkan bertambahnya produksi karet sebesar 0,390 persen dan berkurangnya harga sebesar satu persen akan mengakibatkan turunya produksi karet sebesar 0,390 persen. Di lihat dari besarnya elastisitas produksi harga (X3) terhadap jumlah produksi karet (Y) sebesar 0,390 berarti elastisitas produksi X3 kecil dari satu (inelastis). Artinya, proporsi kenaikan output lebih kecil di bandingkan dengan proporsi kenaikan input dan nilai t hitung sebesar 5,155 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,002<0,05, berarti H a diterima dan H 0 ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara harga terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung dan sepuluh tahun terakhir harga karet petani paling tinggi adalah Rp/kg dalam masa 6 tahun dan harga terendah yaitu dan Rp/kg dalam masa 1 tahun. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cluadia, 2013 tentang pengaruh produksi karet alam domestik, harga karet alam international dan nilai tukar terhadap volume ekspor karet alam (studi pada komuditi karet alam indonesia tahun ) diperoleh hasil bahwa harga karet menentukan hasil produksi karet. Harga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan oleh pembeli untuk memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan jasa yang dibutuhkan. Oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk menentukan harga jual yang tepat agar dapat menguntungkan ke dua belah pihak baik konsumen maupun produsen. Menurut (Sukirno,2002:87), hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual. Dan hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh penjual. 4. Pengaruh Luas Lahan (X 1 ), Tenaga Kerja (X 2 ) dan Harga (X 3 ) Terhadap Tingkat Produksi (Y) Petani Karet di Kabupaten Sijunjung. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa luas lahan,, tenaga kerja dan harga berpengaruh signifikan terhadap tingkat produksi panen karet. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung 12,533> F tabel 4,47 dan nilai signifikan 0,002<0,05. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H a diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan harga secara simultan berpengaruh terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung dan sepuluh tahun terakhir produksi karet petani paling tinggi adalah Ton dan Ton dalam masa 3 tahun dan produksi terendah yaitu Ton dan Ton dalam masa 2 tahun. Berdasarkan nilai R square sebesar 0,862 yang artinya 86,2% perubahan pada variabel dependen (produksi) dapat dijelaskan oleh variabel independen (luas lahan,

12 tenaga kerja dan harga) sedangkan sisanya sebesar 13,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk kedalam penelitian ini. Dalam hal ini menunjukan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan harga sangat menentukan terhadap hasil produksi karet. Sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sukartawi (2010:45) bahwa Dalam menunjang keberhasilan agribinis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim dan faktor sosial-ekonomi produsen dan menurut Sukartawi, 2010 faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Di berbagai literatur, faktor produksi ini di kenal pula dengan istilah input, production faktor dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besarkecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain. 5. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif variabel luas lahan terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,447 dan t hitung sebesar 3,601 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,011 <0,05. Berarti ada pengaruh antara luas lahan terhadap produksi karet, dengan artian apabila luas lahan meningkat sebesar satu persen maka produksi karet juga akan akan meningkat sebesar 1,447 persen. 2. Terdapat pengaruh positif variabel tenaga kerja terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,288 dan t hitung sebesar 3,467 > t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,013 <0,05. Berarti ada pengaruh antara tenaga kerja terhadap produksi karet, dengan artian apabila tenaga kerja meningkat sebesar satu persen maka produksi karet juga akan akan meningkat sebesar 0,288 persen. 3. Terdapat pengaruh positi variabel harga terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,390 dan t hitung sebesar 5,155> t tabel sebesar 2,228 sedangkan nilai signifikan 0,002 <0,05. Berarti ada pengaruh antara harga terhadap produksi karet, dengan artian apabila harga meningkat sebesar satu persen maka produksi karet juga akan akan meningkat sebesar 0,390 persen. 4. Terdapat pengaruh variabel luas lahan, tenaga kerja dan harga secara simultan terhadap produksi karet. Hal ini dibuktikan dengan F hitung sebesar 12,553 > F tabel sebesar 4,47 dan nilai signifikan 0,002<0,05. Hal ini

13 berarti H 0 ditolak dan H a diterima, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa luas lahan, tenaga kerja dan harga secara simultan berpengaruh terhadap tingkat produksi karet petani di Kabupaten Sijunjung. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian, Penulis mengemukakan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan produksi hasil pertanian karet di Kabuapten Sijunjung. 1. Variabel luas lahan disarankan kepada petani agar lebih memanfaatkan luas lahan yang sudah tersedia dan menggarapnya dengan baik dengan cara lebih memberikan pupuk alami dari pada pupuk buatan dan menjaga agar tanah selalu subur agar hasil produksi karet juga meningkat. 2. Variabel tenaga kerja disarankan kepada petani untuk lebih meningkatkan produktiftas tenaga kerja dan menjadikan tenaga kerja yang dimiliki adalah tenaga kerja yang sudah memiliki banyak pengalaman dan pandai dalam mengelola pertanian karet dan memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pertanian karet mulai dari proses menanam, merawat dan mengambil hasil panen. 3. Variabel harga dalam hal ini harga adalah variabel yang sangat mempengaruhi produksi hasil panen. Diharapkan kepada para petani karet agar selalu menjaga kualitas hasil panen sehingga jika harga mengalami kenaikan hasil panen juga dengan kualitas bagus maka produksi hasil panen akan meningkat dan juga akan meningkatkan kesejahteraan petani karet. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Sijunjung. (2016). Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. (2016). Case, K. E., & Fair, R. C. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi. Erlangga. Hijratulaili. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah. Skripsi. Masyhuri, D. (2007). Ekonomi Mikro. Malang: UIN-Malang Press. Mubyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LPSES. Mulyadi, S. (2012). Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Rajawali Pers. Munawarah, S. (2001). Analisis Produksi Perkebunan Karet Rakyat Di Kecamatan Muaro Tebo Jambi. Skripsi. Soeharno. (2007). Teori Mikroekonomi. Yogyakarta: Andi Offset. Soekartawi. (1989). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers (2003). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

14 Sukartawi. (2010). Agribisnis: Teori dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers. Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FEUI.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI NAGARI AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL Oleh: GITA FITRIA 12090014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh : YULISA NPM

JURNAL. Oleh : YULISA NPM PENGARUH UPAH TENAGA KERJA, HARGA JUAL, LUAS KEBUN, TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL Oleh : YULISA NPM.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM, UPAH TENAGA KERJA, DAN TEKNOLOGI TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: JELLY SASTRA PIKA 12090038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGARUH LUAS LAHAN, PERUBAHAN IKLIM, TENAGA KERJA DAN MODAL KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DI KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh : Muharani 1, Yolamalinda 2, Yosi Eka Putri 2 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di mana kondisi geografis yang berada di daerah tropis dengan iklim, tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang menduduki posisi cukup penting sebagai devisa non-migas dan menunjang pembangunan ekonomi Indonesia, sehingga memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004). PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 BADAN A PUSAT STATISTIKT A T I S T I K No. 41/7/13/ Th. XIX, 1 Juli 2016 PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015 PRODUKSI PADI TAHUN 2015NAIK1,25 PERSEN A. PADI Produksi padi tahun 2015 sebanyak 2,55 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lain. Indonesia termasuk salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Indikator penting untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL

PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL PENGARUH MODAL, LUAS KOLAM, DAN PENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI IKAN AIR TAWAR DI NAGARI TARUANG- TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL Oleh : SISKA JULISA NPM. 11090056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton LAMPIRAN III. A ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 1 Kab. Pasaman 13,31 14,97 9,98 6,65 5,82 9,15 9,98 6,65 8,33 4,99 9,98 7,49 107,30 2 Kab. Pasaman Barat 26,61 153,03 27,45 26,61

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pendapatan Petani Salah satu indikator utama untuk mengukur kemampuan masyarakat adalah dengan mengetahui tingkat pendapatan masyarakat. Pendapatan menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati* ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA Mawardati* ABSTRACT This research was conducted at the betel palm farming in Sawang subdistrict,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris, yaitu negara yang penghasilan penduduknya sebagian besar berasal dari hasil bercocok tanam padi sawah dan kebanyakan penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015)

PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015) PENGARUH PRODUKSI, HARGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR (Studi pada Volume Ekspor Biji Kakao Indonesia Periode Januari 2010-Desember 2015) Muhammad Luqman Zakariya Mochammad Al Musadieq Sri Sulasmiyati

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

p,tl Padang, Sepfember 2016 HALAMAN PENGESAHAN JURNAL

p,tl Padang, Sepfember 2016 HALAMAN PENGESAHAN JURNAL PENGARUH HARGA SAWIT, JUMLAH PRODUKSI, KONSUMSI RT, TABUNGAN RT, DAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT JURNAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak masa kolonial sampai sekarang Indonesia tidak dapat lepas dari sektor perkebunan. Bahkan sektor ini memiliki arti penting dan menentukan dalam realita ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian dengan daratannya yang subur dan didukung oleh iklim yang menguntungkan. Usaha pertanian, budidaya tanaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman tersebut baru terintroduksi pada tahun 1864. Hanya dalam kurun waktu sekitar 150

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini perkembangannya sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat perekonomian yang terjadi tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang di dapat dari alam dan merupakan barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING POTATO FARMING INCOME IN BENER MERIAH DISTRICT PROVINCE OF ACEH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha) 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di sektor pertanian khususnya di sektor perkebunan. Sektor perkebunan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 No.40/07/13/TH. XVII, 1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI SUMATERA BARAT 13,33

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jenis tanah yang subur. Berdasarkan karakteristik geografisnya Indonesia selain disebut sebagai negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Kabupaten Banyuasin Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian

Lebih terperinci

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA MUFID NURDIANSYAH (10.12.5170) LINGKUNGAN BISNIS ABSTRACT Prospek bisnis perkebunan kelapa sawit sangat terbuka lebar. Sebab, kelapa sawit adalah komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari peranan sektor perkebunan kopi terhadap penyediaan lapangan

Lebih terperinci

M. FARID RACHMAD B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

M. FARID RACHMAD B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERANAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA BERDASARKAN PADA LUAS PANEN KOMODITAS PADI, PRODUKSI PADI, AREAL PERTANIAN, DAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI NAGARI TANJUNG KABUPATEN SIJUNJUNG E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh : YULIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang menjadikan sektor pertanian sebagai basis perekonomiannya. Walaupun sumbangan sektor pertanian dalam sektor perekonomian diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS PRODUKSI LATEKS PADA PTPN VII WAY BERULU. (Analysis of The Production of Latex in PTPN VII Way Berulu)

JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS PRODUKSI LATEKS PADA PTPN VII WAY BERULU. (Analysis of The Production of Latex in PTPN VII Way Berulu) JIIA, VOLUME 1 No. 2, APRIL 2013 ANALISIS PRODUKSI LATEKS PADA PTPN VII WAY BERULU (Analysis of The Production of Latex in PTPN VII Way Berulu) Eka Fitriani, Zainal Abidin, Muhammad Ibnu Program Studi

Lebih terperinci