PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya)"

Transkripsi

1 PENGARUH GANJA TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Studi Kasus Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya) SKRIPSI Di Ajukan OLEH HASFERIZARTI JERBA 08c PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH ACEH BARAT 2013

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga) dan makro (ketahanan nasional) yang meningkat dewasa ini, semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar. Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja, hal ini disebabkan karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang unik dan labil, sedang pada taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju dewasa dan sebagainya. Masa remaja ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum menemukan jati diri, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang berbahaya, karena pada masa ini seseorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian. Perkembangan masa remaja merupakan proses perubahan yang berhubungan dengan hidup dan kejiwaan remaja (individu) yang perubahan perubahan tersebut melahirkan tingkah laku.(elibrahim, 2011, h. 4) Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Hampir 1

3 2 keseluruhan dari remaja masih sekolah, sekolah menegah pertana, sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia remaja, melalui bujukan dan tekanan seseorang atau teman sebaya, dan didorong oleh rasa ingin tahu atau ingin mencoba sehingga mereka mau menerimanya, selanjutnya tidak sulit menerima tawaran berikutnya, dari pemakaian sekali kemudian beberapa kali dan akhirnya menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan Martono dan Joewana, 2006, h. 1) Karena bahaya ketergantungan, penggunaan dan peredaran narkoba maka oleh pemerintah di cantumkan dalam Undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, tentang narkotika, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. Penggolongan jenis-jenis narkoba berikut didasarkan pada perundang-undangan yang berlaku. Penyalahgunaan ganja ternyata berpengaruh pada Pribadi/individu, keluarga dan lingkungan masyarakat serta bangsa dan negara. Keseluruhan dari aspek bahayanya merupakan ancaman, yang akan berdampak terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Ugan T. Aceng, 2008, h ). Hal yang sama juga terjadi di salah satu Gampong pada Provinsi Aceh, tepatnya pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. Pemakai narkoba jenis ganja yang sering dijumpai para remaja, yang pada umumnya adalah para pelajar. Pada jam-jam pelajaran di sekolah baik di tingkat SLTP maupun SLTA, kerap ditemui pelajar yang bolos mereka mencari tempattempat yang sepi untuk memakai ganja ini. Bahkan ada juga yang berani di jalanan umum tanpa takut terlihat oleh orang lain. Biasanya para pelajar tidak

4 3 sendiri mereka mengajak temannya dua atau tiga orang bahkan lebih untuk samasama menikmati ganja tersebut. Para remaja yang seharusnya diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi pembangunan baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat Gampong Rameuan dan juga Aceh nantinya malah menjadi pesakitan yang harus segera mendapat perhatian dan penanggulangan untuk direhabilitasi namun terkait dengan hal ini perlu adanya kerjasama berbagai pihak baik dari keluarga, masyarakat, aparatur Gampong serta penegak hukum demi menyelamatkan putraputri Aceh, khususnya Gampong Rameuan dari kehancuran yang disebabkan oleh ganja. Berdasarkan uraian di atas maka penulis terdorong untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Pengaruh Ganja Terhadap Remaja dalam kehidupan bermasyarakat, studi kasus pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan ke mana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian (Soehartono, 2008, h. 23). Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku remaja memakai ganja di

5 4 Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh ganja terhadap perilaku remaja dalam kehidupan bermasyarakat di Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue Kabupaten Nagan Raya. 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku remaja di Gampong Rameuan Kabupaten Nagan Raya memakai ganja. 1.4 Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai, peneliti berharap dapat mengambil beberapa manfaat yaitu sebagai berikut : Manfaat Teoritis Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dengan sistematis dan metodologis sebagai wacana baru guna memperkaya aspek kognitif, akademisnya, agar menjadi masukan bagi perpustakaan jurusan ilmu sosiologi mengingat minimnya wacana seperti ini, dan juga sebagai referensi bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini lebih lanjut Manfaat Praktis Dapat memberikan kontribusi mengenai data dan informasi yang dapat membantu peneliatan lebih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mengenai pengaruh ganja terhadap remaja dalam kehidupan bermasyarakat.

6 5 1.5 Sistematika Pembahasan Bab I : Pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika pembahasan. Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan teori teori yang relevansi dengan hal yang diteliti. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta jadwal penelitian. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui dilapangan, yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi dengan landasan teori sebagai pijakan serta pembahasan mengenai hasil penelitian keseluruhan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis baca diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Lydia Harlina Martono dkk, dengan dukungan WHO (World Health Organization) SEARO (South East Asia Region) tahun , dengan judul Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba berbasis sekolah, dalam penelitian ini disebutkan, penggunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakaian pertama pada usia SD atau SMP, SMA dan PT. Selanjutnya hasil kajian yang dilakukan oleh Ugan T. aceng dengan judul bahaya Napza bagi remaja, dalam penelitiannya menyebutkan Napza merupakan ancaman bagi kaum remaja, karena remaja berusia tahun sedang mengalami proses perkembangan fisik, psikologis maupun sosial yang pesat yang dapat menjadi pencetus remaja mencoba menggunakan dan bahkan kecanduan Napza. 2.2 Pengertian Narkoba Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya. Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika, alkohol, dan Zat Adiktif lainnya) dan NAPZA (Narkotika,Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). (Witarsa, 2006, h. 34). 6

8 7 Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/o tak sehingga bilamana di salah gunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu Undang Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang narkotika. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, zat yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan Golongan psikotropika adalah zat atau obat baik alami maupun sintetis namun bukan narkotika yang berkhasiat aktif terhadap kejiwaan (psikoaktif) melalui pengaruhnya pada susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan perubahaan tertentu pada aktivitas mental dan perilaku. narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang akan menyebabkan perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan rasa sakit dan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi). Jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin, termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain. Sedangkan jenis psikotropika yang sering disalahgunakan adalah amfetamin, ekstasi, shabu, obat penenang seperti mogadon, rohypnol, dumolid, lexotan, pil koplo, BK, termasuk LSD, mushroom.

9 8 Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi). Berikut ini beberapa gambar narkotika yang sering disalahgunakan. Gambar 1. Methadone Methadone termasuk kedalam narkotika golongan 2, dan digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Gambar 2. Kodein Kodein termasuk kedalam narkotika golongan 3, termasuk garam/turunan dari opium/candu, efeknya lebih lemah dari pada heroin, penggunaannya untuk pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

10 9 Gambar 3. Heroin Heroin termasuk kedalam narkotika golongan 1, dibuat secara semisintetis digunakan sebagai media pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan, dan masih banyak lagi narkotika jenis yang lain seperti ekstasi, shabu-shabu, ampetamin, morfin, dan kokain. Zat adiktif lainnya disini adalah bahan/zat bukan narkotika & psikotropika seperti alkohol/etanol atau metanol, tembakau, gas yang dihirup (inhalansia) maupun zat pelarut (solven). Sering kali pemakaian rokok dan alkohol terutama pada kelompok remaja (usia tahun) harus diwaspadai orangtua karena umumnya pemakaian kedua zat tersebut cenderung menjadi pintu masuk penyalahgunaan narkoba lain yang lebih berbahaya. Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau tanaman baik sintesis maupun semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut Undang-Undang

11 10 Nomor 22 Tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya, yaitu : 1. Narkotika golongan 1 seperti, Heroin, Kokain dan Ganja. Putauw adalah Heroin tidak murni berupa bubuk. 2. Narkotika golongan 2 seperti, Morfin, Petidin, dan Metodon. 3. Narkotika golongan 3 seperti, Kodein. Psikotropika, yaitu zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada perubahan mental dan perilaku. 1. Psikotropika golongan 1 seperti, MDMA (ekstasi), LSD dan STP. 2. Psikotropika golongan 2 seperti, Amfetamin, Metamfetamin (Sabu), Fensiklidin dan Retalin. 3. Psikotropika golongan 3 seperti, Pentobarbital dan Flunitrazepan. 4. Psikotropika golongan 4 seperti, Diazepam, Klobazam, Fenobarbital, Klorazepam, Klordiazepoxide dan Nitrazepam (Nipam, pil KB/Koplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain-lain). Zat Psiko-aktif lain, yaitu zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak. Tidak tercantum dalam perundang-undangan tentang narkotika dan psikotropika yang sering disalah gunakan seperti, Alkohol, Inhalansia/Solven, Nikotin, dan Kafein. (Lydia Harlina Martono, et. all. 2006, h. 6) Berikut ini data tindakan pidana narkoba di Provinsi Aceh terhitung sejak tahun 2007 sampai 2011

12 11 DATA TINDAK PIDANA NARKOBA PROVINSI ACEH TAHUN Tabel 1. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis, No Kasus Tahun Jumlah 1 Ganja Heroin Hashish 0 4 Kokain 0 5 Kodein 0 6 Morfin 0 7 Ekstasi Shabu(meth) Daftar G 0 10 Benzodiazepine 0 11 Barbiturate 0 12 Ketamine 0 13 Miras Jumlah Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013 Tabel 2. Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Penggolongan, No Tahun Kasus Kultivasi Produksi Distribusi Konsumsi Jumlah Jumlah % 2,36% 0,00% 52,69% 44,95% 100,00 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013 Tabel 3. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Kelompok Usia, No Tahun Kelompok Usia < >30 Jumlah Jumlah % 0,43% 6,96% 24,10% 26,08% 42,43% 100,00 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013

13 12 Tabel 4. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pendidikan, No Tahun Pendidikan SD SMP SMA PT Jumlah Jumlah % 11,63% 29,12% 55,99% 3,27% 100,00% Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret 2013 Tabel 5. Jumlah Tersangka Kasus Narkoba Berdasarkan Pekerjaan, Pekerjaan No Tahun POL/ TAN Mahas PNS SWT WST BRH TNI I iswa PLJ PNG Jumlah % 1,75 % 2,02 % 21,6 7% 31,8 0% 55,9 9% 17,7 4% 4,11% 10,8 3% 5,77 % Sumber : Direktorat Tindak Pidana Narkoba Aceh, Maret Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA Oleh Remaja 1. Faktor sosial Faktor sosial yang sering dikatakan berpengaruh pada penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya yaitu tekanan hidup dan etika kebudayaan 2. Faktor pribadi Faktor ini yang paling menentukan seseorang terjerumus atau tidak kedalam penyalahgunaan NAPZA, yaitu a. Rasa ingin tahu b. Mencari hiburan dan kesenangan

14 13 c. Ketidaktahuan d. Kesadaran diri e. Berontak f. Pelarian g. Kompulsi h. Merusak diri i. Agar diterima oleh kelompok (Ugan T. Aceng 2008, h. 55) Pengertian Ganja Ganja termasuk kedalam jenis narkotika, ganja adalah tanaman perdu dengan nama latinnya Cannabis sativa, Mempunyai bentuk daun menyerupai daun singkong yang tepinya bergerigi dan berbulu halus. Tanaman ganja biasanya dipotong kecil-kecil, dikeringkan dan dicampur dengan tembakau dan digulung menjadi rokok. Tumbuhan ini di Indonesia banyak tumbuh di daerah Aceh, Sumatra dan Jawa. Nama lain dari ganja yang lebih dikenal yaitu, Mariyuana, Grass, Pot, Weed, Tea, Mary Jane, dan Cimeng. (Widharto, 2007, h. 7). Gambar 4. Daun Ganja

15 14 Ganja mengandung sejenis bahan kimia yang disebut Tetrahyldrocannabinol (THC), bahan ini bersifat racun dan dapat mempengaruhi suasana hati, penglihatan dan pendengaran. Kadar THC tertinggi terdapat pada bunga ganja yang mulai mekar. Daun ganja biasanya digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Ganja dianggap sipemakai sebagai narkoba yang aman dibandingkan dengan putauw dan shabu. Namun kenyataannya jika menggunakan ganja pikiran menjadi lamban, sering kali pemakai ganja mencari obat-obatan yang lebih keras dan lebih mematikan, akibat-akibat lain dari pemakaian ganja antara lain kehilangan konsentrasi, menurunnya daya ingat, meningkatnya denyut nadi, keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, despresi, kebingunggan dan halusinasi. (Widharto 2007, h.7) Dampak Ganja Efek yang dihasilkan ganja jika salah digunakan, antara lain: 1. Denyut jantung atau nadi lebih cepat. 2. Mulut dan tenggorokan kering. 3. Merasa lebih santai, banyak berbicara dan bergembira. 4. Sulit mengingat sesuatu kejadian. 5. Kesulitan kinerja yang membutuhkan konsentrasi, reaksi yang cepat dan koordinasi. 6. Kadang-kadang menjadi agresif bahkan kekerasan. 7. Bilamana pemakaian dihentikan dapat diikuti dengan kepala, mual yang berkepanjangan, rasa letih/capek. 8. Gangguan kebiasaan tidur.

16 15 9. Berkeringat, berfantasi dan nafsu makan bertambah. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Dampak ganja dapat menyebabkan berbagai efek samping pada setiap pengguna baik yang menggunakannya secara kasual ataupun pengguna jangka panjang. Beberapa gejala dari gangguan-gangguan ini meliputi hal-hal seperti gangguan tidur, gangguan mengingat, gangguan koordinasi motorik, kesulitan dalam memahami pembicaraan atau memahami situasi dan peristiwa, halusinasi, pikiran atau perasaan yang cenderung paranoid, serta serangan panik. Sementara beberapa dari masalah ini mungkin tidak terlihat serius (serta tidak menimbulkan kematian), namun semua hal itu dapat menyebabkan masalah jangka panjang dan akan membuat gangguan pada kondisi dan situasi sosial. 1. Dampak sosial gangguan belajar Penggunaan ganja dapat mengganggu proses belajar, berpikir kritis dan fungsi kognitif terkait lainnya selama 24 jam setelah dosis terakhir diambil. Studi tersebut dilakukan dengan cara mengamati siswa sebelum, selama dan setelah mereka menggunakan ganja. Hasil yang ditemukan bahwa setelah mengkonsumsi ganja siswa jauh lebih mungkin menderita masalah memori, kesulitan berkonsentrasi dan penurunan dalam pemahaman dan keterampilan kognitif. Efek ini mungkin jauh lebih parah pada pengguna jangka panjang dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada otak ketika mengkonsumsi ganja dalam jangka waktu yang lama.

17 16 2. Dampak sosial gangguan motivasi Salah satu efek utama yang disebabkan karena ganja adalah kurangnya motivasi. Ganja dapat menyebabkan penggunanya untuk menjadi mudah terganggu/distracted, dan meskipun mereka dapat membuat rencana yang sangat kreatif, mereka bisa dengan mudah melupakannya atau tidak cukup termotivasi untuk melakukannya. Secara fisik memang tidak ada yang salah, tetapi secara mental adanya gangguan motivasi pada pengguna. Pecandu kemudian dapat mengalami apa yang dikenal sebagai Sindrom Motivasi, di mana mereka kehilangan motivasi tentang semua aspek dalam kehidupan mereka, seperti sekolah, kerja, keluarga dan berkurangnya tanggung jawab. 3. Dampak sosial gangguan perilaku sosial Secara sosial, dampak sosial yaitu kurangnya motivasi dapat menyebabkan beberapa masalah yang cukup serius. Bagi yang sudah bekerja, gangguan motivasi akan dapat menyebabkan penurunan performa dalam kinerja, masalah disiplin atau mungkin dapat berakhir dengan terminasi. Bagi yang bersekolah/pelajar, kurangnya motivasi dapat menyebabkan masalah dalam proses belajar dan performa secara umum. Persahabatan juga dapat terancam, karena kurangnya motivasi untuk bersahabat dengan orang lain selain orang-orang yang menghisap ganja Pengaruh Ganja Pemakaian ganja mempengaruhi 3 aspek sosial didalam kehidupan, diantaranya: 1. Terhadap Pribadi/individu.

18 17 Mampu merubah kepribadian korban secara drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, bahkan melawan terhadap apapun dan siapapun, Menimbulkan sikap masa bodoh sekalipun terhadap dirinya sendiri, seperti tidak lagi memperhatikan pakaian, tempat dimana dia tidur dan lain sebagainya, Semangat belajar menjadi demikian menurun dan suatu ketika bisa saja korban bersikap seperti orang gila karena reaksi dari zat yang digunakan karena pandangannya terhadap norma-norma masyarakat, terhadap adat, budaya, dan ketentuan agama sudah sedemikian longgar, bahkan kadang-kadang pupus sama sekali, tidak segan-segan menyiksa diri, karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau sifat ketergantungan terhadap obat bius, Menjadi pemalas dan hidup santai. 2. Terhadap keluarga Tidak segan mencuri uang atau bahkan menjual barang-barang di rumah yang bisa diuangkan, tidak lagi menjaga sopan santun di rumah, bahkan melawan kepada orang tua, kurang menghargai harta milik di rumah, seperti mengendarai kendaraan tanpa memperhitungkan rusak atau menjadi hancur sama sekali, mencemarkan nama keluarga. 3. Terhadap Masyarakat Berbuat yang tidak senonoh dengan orang lain, yang tidak saja berakibat terhadap diri yang berbuat melainkan mendapat hukuman masyarakat yang berkepanjangan, mengambil milik orang lain demi memperoleh uang, mengganggu ketertiban umum, kebut-kebutan sehingga menimbulkan kecelakaan dan bahaya terhadap orang lain, bertindak kriminal, pada umumnya korban sudah kehilangan harga diri dan perasaan, hingga tega berbuat apa saja demi

19 18 mendapatkan apa yang dia inginkan seperti berkelahi, mencuri, memeras, menodong, merampok bahkan membunuh. 4. Terhadap Bangsa dan Negara Merusak generasi muda sebagai pewaris Bangsa yang seyogyanya yang siap menerima tongkat estafet generasi dalam meneruskan cita-cita Bangsa dan tujuan nasional, hilangnya rasa patriotisme dan rasa cinta tanah air yang pda gilirannya mudah mudah dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan yang menjadi anacaman terhadap ketahanan nasional dan stabilitas nasional. (Lydia Harlina Martono, et. all. 2006, h. 8). 2.4 Perilaku Pengertian Perilaku Perilaku adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh seseorang atau pengalaman. Ada dua jenis perilaku manusia, yakni perilaku normal dan perilaku abnormal. Perilaku normal adalah perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, sedangkan parilaku abnormal adalah perilaku yang tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Perilaku abnormal ini juga biasa disebut perilaku menyimpang atau perilaku bermasalah. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 43). Apabila anak dapat melaksanakan tugas perilaku pada masa perkembangannya dengan baik, anak tersebut dikatakan berperilaku normal. Masalah muncul apabila anak berperilaku tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Anak yang berperilaku diluar perilaku normal disebut anak yang berperilaku menyimpang (child deviant behavior). Perilaku anak

20 19 menyimpang memiliki hubungan dengan peyesuaian anak tersebut dengan lingkungannya. (Kartono dalam Darwis 2006, h. 65) Perilaku anak bermasalah atau menyimpang ini muncul karena penyesuaian yang harus dilakukan anak terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang baru. Berarti semakin besar tuntutan dan perubahan semakin besar pula masalah penyesuaian yang dihadapi anak tersebut. (Hurlock 2004, h. 39) Teori Perubahan perilaku Berikut ini beberapa teori mengenai perubahan perilaku, Mead dalam Doyle P Jhonson, (1986: 9-10) seorang tokoh sosiologi Klasik mengungkapkan Organisme terus menerus terlibat dalam usaha penyesuain diri dengan lingkungannya dan bahwa melalui proses ini bentuk atau karakteristik organisme mengalami perubahan yang terus menerus, lebih lanjut Mead menegaskan perilaku dijelaskan menurut gerak-gerak refles yang dipelajari atau yang sudah menjadi kebiasaan, ransangan-ransangan lingkungan, atau proses psikologis yang pada prinsipnya semua itu dapat diukur secara empiris, Pikiran atau kesadaran muncul dalam proses tindakan, namun demikian, individu-individu tidak bertindak sebagai organism yang terasing, sebaliknya,tindakan-tindakan mereka saling berhubungan tergantung. Menurut cooley dalam (Doyle 1986: 27) mengemukakan bahwa individu dan masyarakat saling berhubungan secara organis, tidak dapat dimengerti tanpa ada yang lain. Suatu gaya hidup atau pola-pola perilaku seseorang tidak merupakan hasil dari insting atau karakteristik biologis yang ditransmisikan lewat keturunan, sebaliknya susunan biologis manusia mudah dibentuk dan tidak terbatas dan dapat dikembangkan dengan berbagai cara, tetapi perkembangan

21 20 individu sebagai seorang manusia sebagai suatu kepribadian tersendiri berbentuk perilaku tertentu merupakan hasil pengaruh warisan social yang ditranmisikan melalui komunikasi manusia. Thomas dalam (Doyle 1986: 33), seorang ahli sosiologi klasik lainnya mengemukakan Faktor-faktor biologis dan psikologis yang dibawa sejak lahir, yang menjelaskan perilaku manusia. Hal ini tercermin misalnya, dalam seperangkat kemauan yang cukup terkenal itu yang diperlihatkan dalam the polish peasant: 1). Keinginan akan pengalaman baru, 2). Keinginan akan penghargaan, 3), keinginan akan penguasaan, 4). Keinginan akan keamanan,..dalam hal ini perilaku secara bertahap dibentuk oleh lingkungan social budayanya Beberapa teori perubahan perilaku. (Soekidjo Notoatmodjo 2003: 185) Yaitu: 1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR) Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti

22 21 disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku). Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. 2. Teori Festinger (Dissonance Theory) Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).

23 22 Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance. 3. Teori Fungsi Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa : a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya. b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya orang dapat

24 23 menghindari penyakit demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya. c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain. d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

25 24 4. Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang. Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni : a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasiinformasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber-kb dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain. b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa anak banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut. c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas, penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian

26 25 terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-kb dan tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan Penyimpangan Perilaku Akibat Ganja Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang. Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dan lain lain. (Robert M.Z Lawang, 2005, h. 55) Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lain- lain. (Kamanto Sunarto, 2006, h. 78). perilaku menyimpang tidak berarti dari

27 26 norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang menyimpang. Karena tidak semua tingkah laku yang tidak diinginkan menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan. Perilaku menyimpang disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah-laku umum. Disebut sebagai penyakit masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus menjadi penyakit. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu fungsinya. (Soerjono Soekanto 2006, h. 65). Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Untuk mengatur ketertiban dan kepatuhan terhadap norma kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu norma hukum. (Hoeber dalam Schoorl 2000, h.80) menyebutkan empat fungsi dasar hukum sebagai sarana kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu : 1. Untuk menetapkan hubungan-hubungan antar anggota masyarakat, dengan menunjukan jenis-jenis perilaku apa saja yang diperbolehkan dan yang dilarang.

28 27 2. Menentukan pembagian kekuasaan dan merinci siapa saja yang mewakili kewenangan untuk melakukan pemaksaan, serta siapa saja yang harus mentaatinya. Sekalipun memilihkan sanksi-sanksi yang tepat dan efektif 3. Menyelesaikan sikap sengketa dan memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, dengan cara merumuskan kembali hubungan-hubungan antar anggota masyarakat. Apabila fungsi-funsgi ini dijalankan dengan benar dan konsekuen, dapat diharapkan perilaku manusia dan tata kehidupam masyarakat akan sesuai dengan kaidah, norma, nilai dan aturan yang berlaku secara universal. Namun demikian untuk menjalankan fungsi hukun tersebut menurut (Parsons 2004, h.98) terdapat beberapa masalah penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu : 1. Masalah legitimasi, yang berkaitan dengan landasan bagi pentaatan kepada peraturan. 2. Masalah interpretasi, yang menyangkut masalah penetapan hak dan kewajiban individu melalui proses penerapan peraturan. 3. Masalah sanksi, berkaitan dengan penegasan sanksi-sanksi yang akan timbul apabila terdapat pentaatan atau pelanggaran peraturan, serta menegaskan siapa yang berhak menerapkan sanksi tersebut. 4. Masalah yirisdiksi, yaitu berkaitan dengan penetapan garis kewenangan tentang siapa yang akan berhak menegakan norma-norma

29 28 hukum dan apa saja yang akan diatur oleh norma hukum tersebut (perbuatan, orang, golongan dan peranan). Keempat masalah ini menjadi amat penting, karena produk hukum yang berupa peraturan hukum harus memenuhi dan menjamin rasa keadilan masyarakat. Penyimpangan bukanlah suatu yang melekat pada perilaku tertentu melainkan dikarenakan oleh definisi sosial. Menurut Lemert (dalam Sunarto, 2004, h, 80) penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap/ label dari masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut. Penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas, buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, dan lain-lain. Penyimpangan sosial mau tidak mau kerap sekali terjadi, bahkan peristiwa ini terjadi disekitar kita tanpa kita sadari misalkan saja kasus penggunaan ganja oleh para remaja yang pada umumnya adalah pelajar yang kerap terjadi di Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan Raya. Penyimpangan dapat dikatagorikan penyimpangan yang bersifat negatif.

30 29 Dalam penyimpangan sosial negatif, sang pelaku bertindak kearah nilainilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima oleh masyarakat bobot penyimpangan sosial dapat diukur menurut kaidah yang dilanggar. 2.5 Remaja Berikut beberapa difenisi remaja menurut para ahli. Berbicara masalah generasi muda tidak lepas dari kata remaja, para pemuda pemudi yang beranjak tumbuh dewasa, pada masa transisi ini mereka sering dikatakan sebagai generasi muda. Remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Banyak tokoh yang memberikan definisi mengenai remaja. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. DeBrun; rice dalam (M.Nur Elibrahim 2011, h. 1) Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. (Sri Rumini & Siti Sundari h. 53) Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun

31 30 perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. (Zakiah Darajat 1990, h. 23) Hal senada diungkapkan oleh (Santrock 2003, h. 26) bahwa Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu tahun = masa remaja awal, tahun = masa remaja pertengahan, dan tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja tahun, masa remaja awal tahun, masa remaja pertengahan tahun, dan masa remaja akhir tahun. (Deswita, 2006, h. 192) 2.6 Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah kelompok manusia yang tersebar, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan kecil. J. L. Gilin dalam (H. Hartomo et.all 2001, h. 88) Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan dalam mencapai tujuan bersama. Masyarakat sekelompok manusia yang telah lama bertempat tinggal di suatu daerah tertentu dan mempunyai aturan (undangundang) yang mengatur tata hidup mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. (H. Hartomo. et.all. 2001, h. 90)

32 31 Dari definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan, masyarakat adalah kelompok manusia yang bertempat tinggal di suatu wilayah yang saling berinteraksi, dan memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut serta adanya keterikatan untuk mencapai tujuan bersama.

33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sesuai dengan masalah yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi alami. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat, post propositivisme (Pendapat yang menuju ke lebih logis, benar), digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Sugiyono 2011, h. 9). Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001, h. 3). Bertujuan untuk membantu menjelaskan karakteristik objek dan subjek penelitian. (Arikunto 1998, h. 88) Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. (Nazir, 2005, h. 54). 32

34 33 Tujuan penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Emzir 1999, h. 63) Adapun Sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasikan fenomena sosial kehidupan remaja yang berhubungan dengan ganja di dalam hidup bermasyarakat di Gampong Rameuan, Kabupaten Nagan Raya. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Gampong Rameuan Kecamatan Suka Makmue, Kabupaten Nagan Raya. Peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian karena melihat ketimpangan dalam masyarakat khususnya perilaku remaja Ramean yang menggunakan ganja, sehingga berpengaruh dalam hidup bermasyarakat. 3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah dari data primer dan sekunder Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. (Sugiyono 2011, h. 225) Informan Penelitian Dalam menentukan informan pada penelitian ini, peneliti tidak menetapkan jumlah informan namun informan yang ada nantinya terbagi dalam

35 34 informan kunci dan informan biasa. Data yang diperoleh dari informan dikumpulkan dan dihubungkan, kemudian data tersebut dikelompokkan berdasarkan permasalahan yang mencuat, jadi penelitian ini bersifat induktif. Peneliti memilih Informan guna mendapat informasi lebih dalam dan akurat mengenai hal yang akan di bahas, sedangkan informan dipilih melalui Snowball sampling. Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awal nya jumlah sumbernya sedikit lama lama menjadi besar, Hal ini dilakukan karena karena dari sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberi data yang memuaskan, maka peneliti mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. (Sugiyono 2011, h. 219). Pemilihan informan bedasarkan pertimbangan atas jawaban-jawaban informan yang mengarah pada jawaban yang sama dengan kata lain mencapai pada titik jenuh sehingga dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian. Untuk kelengkapan data yang menjadi informan pada penelitian ini berjumlah dua puluh lima informan, yang terdiri dari: 1. Keuchik Gampong Rameuan, peneliti menetapkan Keuchik sebagai informan inti karena Keuchik merupakan pimpinan dalam Gampong yang harus dan dianggap lebih mengetahui mengenai permasalahan yang terjadi di dalam Gampong. 2. Tokoh masyarakat 2 (dua) orang, Tuha peut 3 (tiga) orang, masyarakat biasa 6 (enam) orang yang merupakan bagian dari masyarakat secara luas dalam penelitian ini, yang dimintai tanggapannya sebagai orang tua,

36 35 keluarga maupun orang yang menilai dan menanggapi fenomena yang terjadi di Gampong. 3. Remaja sebanyak 13 (tiga belas) informan sebagai bagian dari masyarakat dalam penelitian ini yang melihat, mengalami serta menanggapi persoalan ini Teknik Pengumpulan Data a. Pengamatan (Observasi) Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik pengamatan, yaitu pengamatan yang berperan serta atau pengamatan yang terlibat. Pengamatan terlibat adalah pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak berperan serta dalam kehidupan orang yang diteliti. Pengamatan terlibat mengikuti orang-orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari mereka lakukan, kapan, dengan siapa, dan dalam keadaan apa, dan menanyai mereka mengenai tindakan mereka. Becker et.al., dalam (Mulyana, 2001, h. 162). Dalam penelitian ini dengan kata lain peneliti mengadakan observasi langsung terhadap remaja di sekitar obyek penelitian, peneliti juga melakukan percakapan yang tidak direncanakan dan tidak formal. Tetapi percakapan dan pembicaraan tersebut dapat diambil sebagai data yang dapat mendukung penelitian yang sedang diteliti. Dengan adanya pengamatan secara terlibat peneliti diharapkan dapat memahami, mempelajari, menjelaskan, dan menganalisis apa yang mereka lakukan dalam kehidupan keseharian, dan peneliti dapat beradaptasi dan berkomunikasi dengan informan yang diteliti.

37 36 b. Wawancara mendalam Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam dan tidak terstrukrur artinya wawancara dilakukan tidak disusun sedemikian rupa tetapi dilakukan secara kualitatif dan berlangsung secara alami dan menjurus pada persoalan penelitian. Dalam hal ini informan tidak diarahkan tetapi jawaban diserahkan kepada informan, biarpun berkembang namun sesuai dengan keinginan informan. Wawancara mendalam juga dilakukan peneliti terhadap orang yang berhubungan dengan fenomena seperti Keuchik, Guru SMP Rameuan, serta beberapa tokoh masyarakat dan remaja setempat. c. Dokumentasi. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misal, catatan harian, Sejarah kehidupan, biografi, cerita, peraturan dan kebijakan. Berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Atau karya-karya monumental dari seseorang misalnya film, patung, gambar dan lain-lain. (Sugiyono 2011, h. 240). Dokumentasi digunakan sebagai pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian ini. 3.4 Instrumen Penelitian Penelitian yang menggunakan metode kualitatif, adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami, maka peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Moleong 2002, h. 4). Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti:

38 37 Panduan wawancara: Berfungsi untuk mempermudah penulis dalam mengajukan pertanyaan kepada informan, dengan begitu kegiatan wawancara akan lebih terarah. Pulpen: Berfungsi untuk menulis data yang ditemukan dalam wawancara. Buku catatan: Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dalam wawancara. Adapun instrumen yang di gunakan dalam observasi, yaitu Panduan observasi berfungsi agar mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan berupa lembar pengamatan (check list) yaitu untuk membantu peneliti dalam melakukan pengukuran terhadap aspek perilaku remaja, pengamatan terhadap penggunaan ganja, pengamatan terhadap kehidupan bermasyarakat di Rameuan dan pengamatan bentuk perhatian pemerintah Gampong. Adapun instrumen yang digunakan dalam dokumentasi adalah: Camera. Pendokumentasian memakai insrumen ini penting dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, sekligus untuk mengetahui data-data yang belum lengkap, sehingga mudah dalam mencari data selanjutnya. Penggunaan peneliti sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data yang valid dan realible. Namun untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaannya, peneliti juga didukung oleh instrumen pembantu seperti panduan wawancara. Adapun langkah-langkah penyusunan wawancara yaitu, peneliti melakukan hal- hal sebagai berikut: Menetapkan informan yang ingin diwawancarai Menyiapkan topik-topik masalah yang akan jadi pembicaraan Membuka atau mengawali wawancara

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA Gambar 7.1, terdiri dari rokok, minuman keras dan obat-obatan yang semuanya tergolong pada zat adiktif dan psikotropika Gambar 7.1: Zat adiktif dan psikotropika 1.

Lebih terperinci

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dan permasalahan

Lebih terperinci

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA)

Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) Aspek Medikologal LSD JENIS-JENIS NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NAPZA/NARKOBA) GOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak ditujukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan I. DESKRIPSI MASALAH Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya. Adapun istilah lainnya yaitu Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dunia yang tidak mengenal batas Negara, juga menjadi bahaya global yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman

IDENTITAS RESPONDEN. Jenis kelamin : Laki-laki. Perempuan. Bersama Orangtua. Status Tempat Tinggal: Kost. Bersama Saudara/teman KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG NARKOBA DAN PERILAKU PENCEGAHAN NARKOBA PADA MAHASISWA FAKULTAS KOMUNIKASI JURUSAN HUBUNGAN MASYARAKAT ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS ESA UNGGUL Saya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perlindungan korban tindak pidana dalam sistem hukum nasional nampaknya belum memperoleh perhatian serius. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya hak-hak

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif NARKOBA Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Narkotika Obat atau zat dari bahan alami, sintetis atau semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan berbagai kalangan dan telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman terbukti megubah sebagian besar gaya hidup manusia. Mulai dari cara memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan hiburan

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Standar Kompetensi: Memahami masalah penyimpangan sosial. Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba, HIV/Aids,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H A. PENDAHULUAN Narkoba sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia, narkoba sudah menjadi momok bagi orang tua

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id Bahaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DATA TINDAK PIDANA NARKOBA 2007-2011 I. HASIL PENGUNGKAPAN POLRI Tabel 1.1 Jumlah Kasus Narkoba Berdasarkan Jenis, 2007-2011 KASUS 2007 2008 2009 2010 2011 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Usia remaja merupakan masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan tingkah laku

Lebih terperinci

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit dalam hidup seseorang. Pada masa ini, sebagian besar remaja mengalami gejolak dimana terjadi perubahan

Lebih terperinci

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D3407267 POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2008-2009 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Bahaya Narkoba Bagi Remaja dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan digunakan untuk pengobatan dan digunakan secara illegal, atau barang haram yang dinamakan narkoba

Lebih terperinci

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN. REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.GSK) Oleh : Arkisman ABSTRAK Narkotika adalah obat/ bahan berbahaya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 8 13 Periode Wisuda November 2016 PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Narkoba 1.1.1 Pengertian Narkoba Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk

Lebih terperinci

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi

SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : Prodi Akuntansi SAY NO TO DRUGS Nama : Nanda Abilla Aryaguna Nim : 15061143 Prodi Akuntansi Tugas Aplikom 1 Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 SAY NO TO DRUGS SEJAK Anak bisa berkomunikasi, mereka mulai menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35 Akhir akhir ini, Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) begitu populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia. Hal ini didukung oleh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta ) OLEH : Aswin Yuki Helmiarto E 0003104 BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penyalahgunaan NARKOBA atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia belasan sampai puluhan tahun, ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA A. PENGGOLONGAN NARKOTIKA 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 MUHAMMAD AFIED HAMBALI Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta PROCEDDING A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba

Lebih terperinci

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS

MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA (MANTAN) PECANDU TERHADAP KONDISI PSIKIS MANFAAT REHABILITASI KETERGANTUNGAN NARKOBA TERHADAP KONDISI PSIKIS (MANTAN) PECANDU Tri Wahyu Blok Elektif: Drug Abuse Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, Jakarta 2010 Latar belakang Narkoba (NAPZA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan nasional. Adanya pertumbuhan dan kemajuan perkembangan kehidupan pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran

Lebih terperinci

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA S K R I P S I Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : NUARI YAMANI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prilaku remaja pada hakekatnya adalah suatu aktivitas pada remaja itu sendiri, prilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA

PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA PERSEPSI SISWA SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK TERHADAP NARKOBA Oleh: Dra. Helendra, M.S. Disampaikan pada Seminar dan Rapat Tahunan (SEMIRATA) Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah narkoba ini muncul sekitar tahun 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal yang dalam kepustakaan asing sering dikenal dengan berbagai istilah,

Lebih terperinci

Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat Adiktif dan Psikotropika Bab 11 Zat Adiktif dan Psikotropika Sumber: image.google.com Gambar 11.1 Berbagai jenis zat adiktif dan psikotropika Di era modern ini banyak sekali kasus penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika. Para

Lebih terperinci

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam peralihan ini, sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di segala bidang, dalam rangka membangun Indonesia seutuhnya dan mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya BNN (2006). Narkoba pada awalnya digunakan untuk keperluan medis, pemakaiannya akan

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H A. Pendahuluan Perkembangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah perokok terus bertambah, khususnya di negaranegara berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dunia saat ini semua barang kebutuhan sehari-hari dapat ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun dari media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi

Lebih terperinci

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang  2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja (siswa) semakin meluas, bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran yang tidak

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA

LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA LAPORAN TUGAS AKHIR PANCASILA BAHAYA NARKOBA Disusun oleh : Kelompok A Nama : Ahmad Inung Sujatmiko (11.02.8022) Hari/ Tgl : Jum at-sabtu, Oktober 2011 Dosen : Drs.Khalis Purwanto,MM JURUSAN D3 MENEJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika merupakan masalah yang kompleksitasnya memerlukan upaya penanggulangan secara menyeluruh. Upaya penanggulangan tersebut dilakukan dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 1. Amfetamin bagi tubuh manusia berfungsi sebagai... SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan Soal 4.2 Sebagai zat adikitif Sebagai stimulan Pencegah rasa sakit Sebagai obat penenang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Narkoba Narkoba atau Narkotika dan Obat (bahan berbahaya) merupakan istilah yang sering kali digunakan oleh penegak hukum dan masyarakat. Narkoba dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus bangsapun dibutuhkan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Peran 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga banyak membutuhkan potensi sumber daya manusia. Tidak terkecuali remaja sebagai penerus bangsapun

Lebih terperinci

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH Latar Belakang Kehamilan merupakan st proses luar biasa, dimana ibu bertanggung jawab untuk

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. 344 BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis menguraikan pembahasan ini bab demi bab, berikut ini penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah. 1. Dalam Hukum Islam narkoba (al-mukhaddirat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika,

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN ADIKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar meningkat pesat. Hal tersebut merupakan fakta mengejutkan yang cukup meresahkan karena remaja dan

Lebih terperinci