INOVASI PELAYANAN PUBLIK DINAS KESEHATAN KAB LAMONGAN LESUNG SI PANJI (Lenyapkan Pasung dan Memanusiakan Pasien Jiwa)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INOVASI PELAYANAN PUBLIK DINAS KESEHATAN KAB LAMONGAN LESUNG SI PANJI (Lenyapkan Pasung dan Memanusiakan Pasien Jiwa)"

Transkripsi

1 INOVASI PELAYANAN PUBLIK DINAS KESEHATAN KAB LAMONGAN LESUNG SI PANJI (Lenyapkan Pasung dan Memanusiakan Pasien Jiwa) 1. Apa masalah yang melatarbelakangi munculnya inovasi ini? (Maks. 500 kata) Terdapat empat masalah yang menjadi latar belakang lahirnya program Lesung Si Panji (Lenyapkan Pasung, Memanusiakan Pasien Jiwa) bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, diantaranya yaitu : a. Sebelum ada inovasi, masalah kesehatan jiwa di Kabupaten Lamongan sangat memprihatinkan. Kesehatan jiwa hanya sebuah nama program tanpa ada kegiatan di dalamnya. Stigma di masyarakat bahwa sakit jiwa tidak dapat disembuhkan dan merupakan penyakit keturunan masih sangat kuat. Keterbatasan ekonomi, rendahnya tingkat pengetahuan dan penanganan yang salah (berobat ke alternatif) sehingga menjadikan pasung sebagai alternatif termudah dan termurah bagi keluarga. Dengan memasung penderita maka keluarga tidak terbebani secara ekonomi, tidak terganggu aktifitas kesehariannya dan merasa aman karena orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) otomatis tidak keluyuran. b. Kesehatan jiwa digambarkan dalam sebuah rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Terdiri dari sehat jiwa, Resiko Masalah psikososial dan gangguan jiwa. Dari tahun ke tahun prevalensi gangguan jiwa terus meningkat. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 disebutkan bahwa angka gangguan jiwa mencapai 0.17% dari jumlah penduduk. Dengan proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota keluarga yang gangguan jiwa berat sebesar 14.3% dan terbanyak di lingkungan pedesaaan. Pada 2013 di Kabupaten Lamongan dengan luas wiayah 1.812,80 kilometer persegi dengan jumlah penduduk jiwa, estimasi ODGJ sebanyak (0.22% x jiwa) dan estimasi pasung sebanyak 377 kasus pasung((14.3% x ODGJ). Pada 2013 Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan belum ada data riil tentang jumlah ODGJ, termasuk pasung. c. Dalam upaya penelusuran/pendataan ODGJ tidaklah mudah karena mereka disembunyikan oleh keluarga. Alasannya, keluarga malu. Ditambah dengan lokasi yang kadang terpencil, misalnya di tengah hutan atau persawahan. Sehingga, semakin menambah kesulitan petugas. Selain itu, di setiap Puskesmas hanya ada satu orang petugas kesehatan jiwa tanpa ada kader kesehatan jiwa, sehingga upaya pendataan tidak hanya terkendala pada lokasi saja akan tetapi jumlah SDM. d. Pelayanan Kesehatan Jiwa di tingkat puskesmas masih sangat terbatas, bahkan hampir mati. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petugas di Puskesmas juga menjadi faktor terbatasnya pelayanan kesehatan jiwa. Pelayanan yang diberikan hanya berupa pelayanan rujukan. Sehingga, pelayanan kesehatan jiwa sangat tergantung pada rumah sakit jiwa. Faktor lainnya yaitu ketersediaan obat-obatan kesehatan jiwa di Puskesmas, yang tidak hanya terbatas, tapi sama sekali tidak tersedia. Sehingga tidak

2 mengherankan jika lagi-lagi pasung menjadi solusi termudah dan termurah bagi masyarakat. 2. Siapa inisiator inovasi ini dan bagaimana inovasi berhasil memecahkan masalah yang dihadapi? (maks. 600 kata) Atas dasar permasalahan tersebut, maka Dinas Kesehatan melalui Seksi Rujukan memulai program Lesung Si Panji. Inovasi ini berhasil memecahkan masalah dengan membebaskan, mengobati, dan memberdayakan ODGJ sehingga mereka kembali dapat diterima masyarakat. Beberapa perubahan yang dapat dilihat berkat inovasi Lesung Si Panji. Pertama, inovasi ini dapat mengubah stigma masyarakat bahwa dengan penanganan yang cepat dan tepat maka ODGJ dapat disembuhkan dan kembali ke masyarakat. Kedua, didapatkan data riil ODGJ dan pasung sehingga dapat dilakukan penanganan/pembebasan pasung. Data ini sangat diperlukan karena menjadi titik pijak sebelum tim bergerak. Ketiga, ODGJ dan pasung yang semula sulit ditemukan, dengan adanya program Lesung Si Panji dapat ditemukan dan ditangani serta dapat kembali bekerja dan kembali bersosialisasi di masyarakat. Keempat, melalui program Lesung Si Panji maka kualitas dan kuantitas Pelayanan kesehatan jiwa meningkat, dengan diadakannya pelatihan dan sosialisasi baik bagi tenaga kesehatan jiwa di puskesmas, kader kesehatan jiwa dan masyarakat. Orang Dengan Gangguan Jiwa dapat kembali bekerja dan bersosialisasi di masyarakat. 3. Apa saja aspek kreatif dan inovatif dari inovasi ini? (Maks. 200 kata) Program inovasi ini mempunyai tiga keunikan atau aspek kreatif. Pertama, Program Lamongan Bebas Pasung Lesung Si Panji bersifat menyeluruh. Artinya, tidak hanya terfokus di satu wilayah kecamatan atau Puskesmas saja. Akan tetapi sudah tersistem di seluruh wilayah Kabupaten Lamongan. Kedua, dilaksanakan secara gotong royong. Pada masing-masing wilayah dibentuk koordinator yang terdiri dari beberapa puskesmas yang bergabung menjadi satu. Sehingga petugas lebih percaya diri dan merupakan tanggungjawab bersama. Ketiga, dalam penanganan Pasung, pembebasan bukanlah tujuan akhir dari program. Akan tetapi juga menyiapkan dan mendampingi ODGJ yang dipasung dapat kembali berkarya dan bersosialiasi dengan masyarakat. Melalui Posyandu jiwa maupun kunjungan rumah, sehingga keluarga dan masyarakat bersama-sama merawat dan memberikan support ke ODGJ untuk kembali berkarya. Contohnya, Pak S dari kecamatan Laren yang dipasung selama 32 tahun. Saat ini dapat bekerja membuat sarung tenun. Demikian juga pada Ny S yang merupakan ODGJ dari Kecamatan Modo setelah sehat mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi kesenian.

3 4. Bagaimana inovasi ini dilaksanakan? (Maks. 600 kata) Pelaksanaan Program Lamongan Bebas Pasung Lesung si Panji sejak adalah : Mengajukan kegiatan ke Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan agar di upayakan kegiatan sosialisasi/pelatihan/refresh pengetahuan tentang kesehatan jiwa baik bagi petugas kesehatan jiwa di Puskesmas (dokter dan perawat) dan juga pembentukan kader jesehatan Jiwa di masyarakat. Pada tahun 2015 dilaksanakan pelatihan Community Mental Health Nursing (CMHN) tingkat dasar bagi 34 petugas jiwa. Pelatihan kader dengan jumlah peserta 25 kader kesehatan jiwa dan sosialisasi kader kesehatan Jiwa, dengan jumlah peserta 132 kader. Pada 2016 dilaksanakan pelatihan General Practitioner Plus (GP Plus) bagi dokter umum plus kesehatan jiwa di puskesmas dengan jumlah peserta 33 dokter umum. Dengan adanya pelatihan-pelatihan ini menjadikan peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Pelatihan dan sosialisasi bagi kader kesehatan jiwa juga sangat berperan besar bagi peningkatan pelayanan kesehatan jiwa. Sebab dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat dapat menghapus stigma, sehingga pemahaman masyarakat berubah. Dengan penemuan dini, penanganan yang tepat orang dengan gangguan jiwa dapat di sembuhkan. Penelusuran dan pendataan ODGJ terutama yang dipasung (angka riil), dengan menggandeng institusi pendidikan yaitu: Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Lamongan dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Lamongan, dengan mengerahkan mahasiswa dan mahasiswi untuk langsung terjun ke desa-desa secara door to door untuk mendata dan menelusur baik ODGJ maupun pasung. Dan upaya ini sangat efektif, yang semula di Dinas Kesehatan belum memiliki data ODGJ dan pasung akhirnya ditemukan sejumlah ODGJ dan 103 pasung di tahun Pasung yang dibebaskan sejumlah 99 kasus. Dengan semakin tingginya angka temuan pasung, maka Dinas Kesehatan berinisiatif membentuk Tim Teknis Penanganan Kesehatan Jiwa Kabupaten Lamongan. Yang mana tim ini bertugas terjun ke puskesmas dengan kasus pasung yang sulit dibebaskan. Tim terdiri dari Petugas jiwa kabupaten dan petugas jiwa puskesmas yang sudah mahir jiwa. Saat kunjungan / pelaksanaan bebas pasung tim juga melibatkan lintas sektor, antara lain: Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), dari kepolisian, koramil dan wilayah terkait. Selain membentuk Tim Penanganan Kesehatan Jiwa Kabupaten, dibentuk juga tim koordinator wilayah pembebasan pasung di Puskesmas, tim ini terdiri dari beberapa puskesmas. Dengan menerapkan kerja gotong royong, beberapa puskesmas bergabung dan secara bergiliran melaksananakan kegiatan bebas pasung. Dengan sistem ini, kepercayaan diri petugas meningkat, sehingga satu kasus pasung ditangani secara bersama sama. Pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa di Puskesmas, baik melalui Pemerintah Kabupaten Lamongan maupun melalui pengajuan ke Dinas

4 Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Dengan tersedianya obat-obatan kesehatan jiwa maka Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dipasung, baik yang dibebaskan dengan cara dirujuk maupun dibebaskan di masyarakat tetap dapat melanjutkan terapi. Sehingga meminimalkan angka pemasungan. 5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? (Maks. 300 kata) Pihak pihak yang telah membantu merealisasikan program Lesung Si Panji adalah : a. Bupati Lamongan, berperan memberikan dukungan baik secara moril maupun materil berupa anggaran dalam pelaksanaan program. b. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, berperan menyusun perencanaan kegiatan, penyusunan strategi pelaksanaan, perencanaan dan pengajuan anggaran untuk program Lesung si panji, penyusunan dan pengajuan obatobatan kesehatan jiwa, melakukan monev kegiatan bebas pasung serta pelayanan rujukan ke RSJ maupun RSU; c. Petugas Kesehatan Jiwa, berperan melakukan deteksi dini, pendataan ODGJ, rujukan, kunjungan rumah, pemberdayaan ODGJ yang sudah sehat, dan pembinaan kader. d. Institusi pendidikan (Akper Pemkab Lamongan dan Stikes Muhammadiyah Lamongan), berperan ikut serta melakukan pendataan ODGJ dan Pasung, melakukan kunjungan rumah ke Orang dengan Gangguan Jiwa. e. Kodim 0812 Lamongan beserta jajarannya, bersama masyarakat, kepolisian, perangkat desa dan puskesmas memberikan penanganan terhadap pasien gangguan jiwa. f. Perangkat desa, berperan mengkoordinasikan penerapan program Desa Siaga melalui optimalisasi peran Poskesdes, Polindes, Poskesdesr, Kader kesehatan di masing-masing desa yang bertujuan agar masyarakat dapat berperan besar dalam menjaring pasien gangguan jiwa yang belum terdeteksi, bahkan mampu membantu pemulihan pasien yang telah dirawat dokter atau psikiater sebelumnya melalui program konseling kesehatan jiwa di tingkat desa. g. Kader Kesehatan Jiwa, berperan melakukan deteksi dini pada keluarga, melakukan kunjungan rumah ODGJ, memantau minum obat, dan merujuknya ke puskesmas apabila ditemukan ada kemunduran perilaku. 6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk melaksanakan inovasi ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi? (Maks. 500 kata) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan program inovasi Lesung Si Panji terdiri dari beberapa elemen, yaitu : Di tingkatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan yang terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, kepala bidang Pelayanan Kesehatan, Kepala seksi rujukan dan khusus yang memiliki tugas sebagai supervisi, analisis, dan monitoring hasil kegiatan. Sementara yang berperan di tingkatan pelatih/instruktur pada saat pelatihan petugas kesehatan jiwa maupun kader kesehatan jiwa adalah

5 tim Community Mental Health Nursing (CMHN) Propinsi Jawa Timur. Dari kalangan pelaksana program, melibatkan seluruh petugas kesehatan jiwa di Puskesmas sejumlah 33 petugas, 33 dokter puskesmas, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan di 27 Kecamatan, terutama untuk Orang Dengan Gangguan Jiwa yang sudah tidak lagi memiliki keluarga. Serta dari jajaran kepolisian dan TNI. Pelaksanaan kegiatan tidak lepas dari peran para dosen dari institusi pendidikan kesehatan (Akademi Keperawatan Pemkab Lamongan dan Stikes Muhammadiyah Lamongan) dan mahasiswa mahasiswi yang terlibat langsung dalam upaya penelusuran dan juga pembebasan Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dipasung. Institusi pendidikan juga berperan pada saat pemberdayaan Orang Dengan Gangguan Jiwa terutama yang eks pasung, dan pembentukan Posyandu jiwa. Khususnya di wilayah Puskesmas Mantup, Dradah dan Modo. Kader kesehatan jiwa di setiap wilayah puskesmas, baik yang telah mendapatkan pelatihan maupun yang belum, yang juga berperan penting dalam pelaksanaan Program inovasi Lesung si Panji. Terutama dalam upaya pemberdayaan Orang dengan Gangguan Jiwa Eks pasung. Seperti contoh di wilayah Puskesmas Maduran, kader Kesehatan jiwa memberikan pelatihan membuat kerajian berupa tudung saji. Hasil kerajian yang kemudian dijual dan hasil/keuntungan penjualan diberikan kepada orang dengan gangguan jiwa. Pendanaan Dalam mendukung Program Inovasi Lesung si Panji di Dinas Kesehatan sebagai leading sector program mengajukan anggaran bersumber dana dari APBD Kabupaten Lamongan. Yang direalisasikan dalam bentuk : a. Pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa (Perawat) sejumlah 33 Petugas Kesehatan jiwa di puskesmas. b. Pelatihan General Practitioner Plus (GP Plus) bagi Dokter umum di puskesmas. c. Pelatihan dan sosialisasi bagi kader kesehatan jiwa. d. Pengadaan obat obatan kesehatan jiwa e. Pengadaan kendaraan bermotor bagi petugas jiwa di puskesmas. f. Monitoring serta evaluasi ke puskesmas dan kunjungan rumah ke orang dengan gangguan jiwa. g. Event Jambore kesehatan jiwa, sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan Program Inovasi Lesung si Panji 7. Apa saja output/keluaran yang dihasilkan oleh inovasi ini? (Maks. 400 kata) Pertama, kepedulian masyarakat meningkat. Semula stigma bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan dan tidak dapat kembali lagi bekerja seperti sedia kala terbantahkan. Keluarga yang tadinya tidak mau membawa keluarga yang sakit jiwa ke pelayanan kesehatan dan malah memasungnya tersebut. Saat ini pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa sangat berubah. Keluarga

6 mau melepas anggota keluarga yang dipasung dan membawanya berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Bahkan keberhasilan satu keluarga biasanya kemudian ditularkan ke keluarga yang lainnya. Keluarga dan masyarakat memberikan kesempatan bagi orang dengan gangguan jiwa untuk kembali bekerja. Bahkan beberapa ODGJ dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dengan peningkatan kepedulian ini, pada kasus kesehatan jiwa yang baru, dapat segera mendapatkan penanganan yang dini dan tepat, sehingga menekan angka orang dengan gangguan jiwa berat dan juga penanganan yang salah (pasung). masyarakat juga bersemangat berobat ke puskemas karena pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan secara gratis. Kedua, Dinas Kesehatan memiliki data yang valid tentang kondisi kesehatan jiwa di kabupaten Lamongan. Baik Data Orang Dengan Gangguan Jiwa dan juga pasung. Sehingga memudahkan dalam penyusunan rencana kegiatan kesehatan jiwa. Ketiga, melalui program inovasi Lesung Si Panji menemukan Orang dengan Gangguan Jiwa yang dipasung bukan lagi sulit. Akan tetapi lebih mudah, karena masyarakat atau kader kesehatan jiwa langsung merespons dengan cara melapor ke petugas kesehatan jiwa di puskesmas ketika menemukan kasus pasung maupun orang dengan gangguan jiwa kasus baru. Sehingga sampai dengan akhir tahun 2016 ditemukan sejumlah 190 kasus pasung, keseluruhan dapat dibebaskan dan kembali berkarya serta bersosialisasi di masyarakat. Keempat, meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan jiwa di puskesmas. Baik kualitas maupun kuantitas pelayanan kesehatan jiwa meningkat. Hal ini ditengarai dengan jumlah kunjungan rawat jalan dan kunjungan rumah untuk jiwa meningkat dari tahun ke tahun. Serta menurunnya jumlah orang dengan gangguan jiwa yang di rujuk ke RSJ mapun RSU. 8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan dalam inovasi ini? (Maks. 400 kata) Dengan diterapkannya program inovasi Lesung Si panji sejak tahun 2014 sampai dengan saat ini semakin mempermudah dalam penanganan kesehatan jiwa,. Masyarakat tidak lagi bingung jika ada kasus pasung maupun kasus Orang Dengan Gangguan Jiwa yang baru. Masyarakat cukup melapor ke petugas kesehatan jiwa di Puskesmas secara langsung maupun melalui kader kesehatan jiwa. Akan tetapi monitoring kegiatan oleh dinas kesehatan tetap dilaksanakan. Dengan kunjungan ke puskesmas dan juga kunjungan rumah ke orang dengan gangguan jiwa eks pasung, enam bulan sekali. Pada kasus pasung temuan baru, Dinas Kesehatan melalui Tim Teknis Penanganan Kesehatan Jiwa terjun langsung ke lokasi, guna memonitor secara langsung langkahlangkah pembebasan pasung.

7 Upaya pemantauan lainnya yaitu dengan cara pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas setiap bulannya, dan dievaluasi melalui pertemuan petugas kesehatan jiwa setiap tiga bulan sekali. Evaluasi setiap tahun juga dilakukan, untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan dalam setahun serta penyusunan kegiatan untuk tahun berikutnya. Khususnya pada perencanaan pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa. Dan juga pemaparan target kegiatan tahun selanjutnya. Evaluasi tidak hanya per puskesmas saja, akan tetapi juga per koordinator wilayah (korwil). Korwil yang masih terdapat kasus pasung diminta untuk membuat rencana aksi kegiatan dan juga target dari aksi bebas pasung. Untuk memantau perkembangan kondisi Orang Dengan Gangguan Jiwa sehingga tidak lagi terjadi gaduh gelisah, dan mampu kembali berkarya, puskesmas diwajibkan membentuk posyandu jiwa, yang pelaksanaan kegiatannya dilaksanakan setiap bulan nya. Setiap Puskesmas memiliki jenis ketrampilan yang berbeda-beda, sesuai dengan ketrampilan di masyarakat. Dengan posyandu jiwa, kondisi orang dengan gangguan jiwa juga dimonitor dengan KMSJ ( Kartu Menuju Sehat Jiwa). Sehingga dapat diketahui perkembangan pasien serta kepatuhan minum obat. Pada Puskesmas yang belum memiliki posyandu jiwa, monitor kondisi pasien dengan kunjungan rumah dan juga memaksimalkan peran kader kesehatan jiwa untuk memantau kondisi perkembangan pasien. Terutama perkembangan perilaku dan juga kepatuhan minum obat. Apabila terdapat kemunduran perilaku maupun berhenti minum obat, pasien segera dirujuk ke puskesmas maupun ke RSJ ataupun RSU. 9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inovasi dan bagaimana kendala tersebut diatasi? (Maks. 300 kata) Terdapat empat kendala yang dihadapi saat pelaksanaan program inovasi Lesung Si panji : a. Mental petugas sangat diuji pada awal pelaksanaan program. Menghadapi keluarga dan masyarakat dengan trauma yang cukup mendalam akan perilaku kekerasan yang dilakukan Orang Dengan Gangguan Jiwa adalah tantangan terberat bagi petugas. Pendekatan yang dilakukan kadang memerlukan waktu berbulan-bulan. Akan tetapi masalah ini teratasi dengan adanya tim koordinator wilayah. Rasa bersama di antara sesama petugas, dengan saling menyemangati dan gotong royong dalam pendekatan ke keluarga. Secara rutin petugas bergantian mengunjungi keluarga dan melakukan pendekatan ke masyarakat dan melibatkan keluarga dan masyarakat sebagai kader kesehatan jiwa. Sehingga akhirnya perjuangan para petugas berbuah manis ketika keluarga siap menerima dan melakukan bebas pasung. b. ODGJ yang dipasung cenderung disembunyikan oleh keluarga, sehingga menyulitkan dalam penelusuran. Untuk mengatasi hal ini dinas kesehatan menerima setiap informasi dari masyarakat terkait ODGJ dipasung, yang

8 kemudian ditelusur. Serta bekerja sama dengan instansi pendidikan untuk melakukan penelusuran langsung door to door. c. Sebagian keluarga sangat keberatan untuk melepas ODGJ yang dipasung. Hal ini dikarenakan trauma ketika ODGJ mengamuk, khawatir ODGJ hilang/kabur saat mendapat perawatan di RSJ dan juga keterbatasan biaya. Untuk mengatasi hal ini, pelaksanaan pelepasan dilakukan langsung di tengah tengah keluarga, dengan proses secara bertahap. Petugas kesehatan jiwa di puskesmas, melakukan kunjungan secara rutin, dengan pelepasan secara bertahap dan pemberian obat/ therapy di tengah tengah keluarga langsung. Sampai dengan keluarga dan ODGJ siap lepas 100%. d. Keterbatasan obat obatan dan peralatan untuk bebas pasung juga menjadi kendala, akan tetapi hal ini di atasi dengan cara pengajuan obat ke dinas kesehatan propinsi dan juga pengadaan dari dinas kesehatan kabupaten. Sementara untuk alat alat pada saat bebas pasung, mandiri dari pengadaan puskesmas dan masyarakat. 10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan dari inovasi ini? (Maks. 700 kata) Program inovasi Lesung Si panji diawali dengan pemikiran bagaimana dinas kesehatan dapat mewujudkan Lamongan bebas pasung di tahun Sebelumnya angka pasung dan juga data valid jumlah orang dengan gangguan Jiwa tidak ada. Ketergantungan masyarakat Kabupaten Lamongan pada pelayanan rumah sakit jiwa, yang tentu saja, sangat terbatas dan memerlukan biaya untuk perwatannya. Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan Lamongan Bebas Pasung 2016 tidak hanya pada pemenuhan pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa saja, tapi juga merubah pola pikir masyarakat dimana stigma masyarakat masih sangat kuat. Program Inovasi Lesung Si panji memberikan manfaat yang sangat positif bagi masyarakat luas, membuka wawasan dan merubah mind set masyarakat tentang kesehatan jiwa. Dan berimbas pada aspek sosial di masyarakat. Serta mendukung program propinsi Jawa Timur yaitu Jawa Timur Bebas pasung Dengan terlaksananya Program Inovasi Lesung si panji Masyarakat tidak lagi menjadikan pasung sebagai jalan terakhir penanganan Orang Dengan Gangguan Jiwa. Selain itu, pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas bukan lagi hal aneh. Penanganan secara alternative (ke Kyai maupun ke dukun) tidak lagi menjadi pilihan karena dengan Program Inovasi Lesung si panji pelayanan kesehatan jiwa menjadi lebih murah, terjangkau dan aman. Manfaat utama dari Program Inovasi Lesung si panji adalah: Bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa a. Terpenuhi hak-haknya sebagai manusia seutuhnya, merdeka dan medapatkan pelayanan kesehatan jiwa. b. Dapat kembali berkarya dan bersosialisasi di masyarakat

9 Bagi Masyarakat a. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa terpenuhi di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas) secara gratis. Baik pelayanan rawat jalan maupun kegawatdaruratan psikiatri. b. Khusus bagi keluarga Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dipasung, tidak lagi terbebani secara mental, ekonomi dan sosial. Bahkan Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dipasung dapat membantu perekonomian keluarga dengan kembali bekerja dan berkarya di masyarakat. c. Kesadaran masyarakat akan kebutuhan pelayananan kesehatan jiwa meningkat. Sehingga tidak lagi terjadi penanganan yang salah pada Orang Dengan gangguan Jiwa. d. Stigma di masyarakat bahwa Orang Dengan Gangguan Jiwa tidak dapat disembuhkan, semakin berubah. Bahwa dengan kasih sayang dan kepedulian keluarga, penanganan secara dini dan tepat Orang Dengan Gangguan Jiwa dapat kembali berkarya. Manfaat bagi petugas kesehatan Jiwa : a. Meningkatkan angka cakupan pelayanan kesehatan jiwa b. Kepercayaan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas meningkat c. Menurunkan angka gaduh gelisah dan menekan angka pemasungan, dan pemasungan kembali (Re Pasung) e. Kepercayaan diri dan ketrampilan petugas tentang kesehatan jiwa di puskesmas meningkat f. Dengan kunjungan rumah, dan posyandu jiwa kondisi pasien termonitor dan orang dengan gangguan jiwa dapat kembali berkarya serta kembali kemasyarakat. Manfaat bagi pengambil kebijakan : a. Terwujudnya Lamongan Bebas pasung 2016, dengan hasil 100% dan Terlaksananya Jambore kesehatan jiwa sebagai perwujudan bahwa orang dengan gangguan jiwa dapat bebas pasung dan dimanusiakan. b. Perencanaan untuk pengembangan Kabupaten Lamongan sebagai Kabupaten sehat jiwa, dengan di bangun nya Puskesmas dengan layanan rawat inap dan rehabilitasi bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa. c. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat secara menyeluruh dan kontinue. Sesuai dengan target Standar Pelayanan Minimal Daerah, yaitu memberikan pelayanan pada Orang Dengan Gangguan Jiwa. d. Tersedianya data secara lengkap dan valid terkait tentang kondisi kesehatan jiwa di kabupaten Lamongan. Khususnya data orang dengan gangguan jiwa, orang dengan masalah kejiwaan dan pasung. e. Perencanaan kegiatan terkait Kesehatan jiwa, dapat direncanakan secara tepat dan berkesinambung.

10 11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi? (Maks. 700 kata) a. Sebelum adanya inovasi Sebelum dilaksanakannya Program Inovasi Lesung Si panji, masyarakat tidak mengetahui bahwa di Puskesmas terdapat pelayanan kesehatan jiwa. Kalaupun ada, pelayananannya terbatas pada pelayanan rujukan ke Rumah Sakit Jiwa. Karena pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat baik rawat jalan maupun rawat inap sangat tergantung pada rumah sakit jiwa. Stigma di masyarakat bahwa orang dengan gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan, ditambah dengan terbatasnya pelayanan kesehatan jiwa ditingkat Puskesmas, serta keterbatasan biaya membuat pasung dijadikan sebagai satu satunya akternatif termurah, termudah dan tercepat dalam penanganan orang dengan gangguan jiwa. Terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan petugas jiwa di puskemas semakin memperparah kondisi kesehatan jiwa di Kabupaten Lamongan. Termasuk ketidakadaan obat-obatan kesehatan jiwa. Semakin membuat miris kondisi penanganan orang dengan gangguan jiwa. Berangkat dengan data penemuan 15 kasus pasung di tahun 2013 dan tidak ada upaya yang bisa dilakukan baik oleh puskesmas, dan juga dinas kesehatan. Penanganan hanya sebatas pendataan. Gambaran kondisi kesehatan jiwa di Kabupaten Lamongan juga masih samar, data terkait jumlah Orang Dengan gangguan Jiwa dan juga pasung tidak ada dan sulit ditemukan. Kepedulian masyarakat, termasuk petugas kesehatan dan juga lintas sektor yang belum terpapar sosialisasi penanganan kesehatan jiwa, membuat mandeknya pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat. Dan imbasnya, orang dengan gangguan jiwa tetap terpasung, tetap terkurung dan terbelenggu, tidak mendapatkan hak haknya sebgai manusia. Terutama pelayanan kesehatan jiwa. Yang seharusnya menjadi hak mutlak bagi orang dengan gangguan jiwa. b. Sesudah Adanya Inovasi Berangkat dengan temuan kasus pasung sejumlah 15 kasus di 2013 dan tanpa adanya aksi yang berarti, yang kemudian membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan mulai mencari upaya untuk membuat sebuah terobosan untuk menggali angka pasung dan juga data ODGJ yang valid. Melalui Program inovasi Lesung si panji, dimulai lah langkah-langkah pelaksanaan program. Advokasi ke tingkat pembuat kebijakan membuahkan hasil, dengan digelontorkan sejumlah anggaran untuk menerapkan Program inovasi Lesung si panji, yang meskipun pelan tapi tetap dijalankan. Melalui pelatihan-pelatihan bagi petugas kesehatan jiwa di puskesmas dan juga bagi kader kesehatan jiwa,

11 termasuk juga sosialisasi bagi masyarakat, membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Yang semula stigma orang dengan gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan apalagi dan diberdayakan, ternyata berubah. Masyarakat yakin dan percaya bahwa dengan penanganan yang tepat dan cepat orang dengan gangguan jiwa dapat sehat dan kembali berkarya. Data valid terkait kondisi kesehatan jiwa di kabupaten lamongan, dapat di temukan. Yaitu orang dengan gangguan jiwa di 27 wilayah kecamatan. Dan di tahun 2016 jumlah penderita yang ditemukan menjadi orang. Sedangkan untuk angka pasung, yang dimulai pada 2013 dengan jumlah pasung 15 kasus tanpa bisa diselesaikan. Di tahun 2014 kembali ditemukan kasus pasung dengan total temuan sebanyak 42 kasus pasung dan dibebaskan sebanyak 35 kasus. Di tahun 2015 kembali terjadi peningkatan, total temuan 103 kasus dan dibebaskan 99 kasus. Ditahun 2016 kembali ditemukan 30 kasus pasung, dan dibebaskan sejumlah 56 kasus. Total dari sebanyak 190 kasus dan keseluruhan dibebaskan. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dulunya menjadi beban keluarga kini mampu berkarya bahkan memberikan tambahan penghasilan pada keluarga. Dengan kembali bekerja dan bersosialisasi di masyarakat. Hak-hak orang dengan gangguan jiwa terpenuhi, yaitu dimanusiakan dan mendapatkan hak-haknya terutama hak mendapatkan pelayanan kesehatan. Di puskesmas yang semula pelayanan kesehatan jiwa hanya sebuah nama program, kini menjadi program yang cukup popular dengan diperkuat oleh petugas-petugas yang terlatih, pengadaan obat-obatan kesehatan jiwa, dan juga pemberdayaan pasien gangguan jiwa melalui pelatihan maupun posyandu jiwa. Melalui program inovasi Lesung si panji, semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat pada pelayanan publik di kabupaten lamongan. Masyarakat tidak lagi menjadikan pasung sebagai penanganan orang dengan gangguan jiwa, akan tetapi berobat ke puskesmas, dengan pelayanan yang dekat, cepat dan tepat serta ODGJ kembali berdaya guna. 12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik dari penerapan inovasi ini? (Maks. 500 kata) Pembelajaran pertama adalah bahwa perubahan yang terkesan mustahil pun bisa dilakukan. Dengan penemuan orang dengan gangguan jiwa yang cepat,penanganan yang tepat dan kontinyu ODGJ dapat kembali hidup normal berkarya mandiri dan kembali bisa bersosialisi ke masyarakat. Dengan kerja gotong royong, hal yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Bekerja sama dengan berbagai intitusi yang

12 terkait seperti dari Puskesmas Se- Kabupaten Lamongan, Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSK),Koordinator Wilayah (KORWIL), Kepolisian setempat dan program dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang juga ikut andil langsung mendukung program Pemerintah Kabupaten Lamongan ini. Selain itu, pembelajaran kedua adalah perubahan pola pikir. Untuk menyukseskan suatu program baru, bukan sekadar membenahi teknis. Teknis justru relatif mudah dilakukan. Misalnya, dengan menggelar beberapa pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan jiwa. Masalahnya memang bukan teknis. Melainkan pola pikir. Mengubah pola pikir tidak gampang. Terutama bagi para petugas-petugas kesehatan jiwa yang harus menguasai semua skill maupun akademiknya Mengubah pola pikir juga perlu waktu. Sebab, musuhnya adalah zona nyaman dan kebiasaan. Siapa yang bisa menjamin bahwa membebaskan seorang pasung yang berbagai tipe kejiwaanya.ada yang gaduh gelisah dan tidak biasa mengkondisikan pasien pasung akhirnya mereka mampu membebaskan mereka dengan izin dari pihak keluarga. Izin keluarga inipun kadang tidak mudah, dan membutuhkan waktu berbulan-bulan. Dalam hal ini kesabaran bagi petugas sangat dibutuhkan. Yang juga tidak kalah penting setelah dua pembelajaran di atas adalah pada mindset stigma angka pasung harus benar benar NOL (0) Kesuksesan program inovasi Lesung Si Panji sangat banyak memberi pembelajaran. Mulai dari awal rintisan program hingga berhasil saat ini banyak pengalaman dan pelajaran. Banyak hal yang bisa dikembangkan lebih lanjut. 13. Apakah inovasi ini berkelanjutan dan sedang atau sudah direplikasi di tempat lain? (maksimal 500 kata) Program inovasi Lesung Si Panji bukan hanya program yang mengikuti trend terkini. Juga bukan program yang hanya dilaksanakan sesaat saja. Program ini merupakan program yang terus berkelanjutan. Sebab, kebutuhan masyarakat akan kesehatan jiwa adalah kebetuhan berkelanjutan. Dimulai sejak masih dalam kandungan hingga manusia meninggal. Dan tujuan utama dari program inovasi Lesung Si Panji adalah mewujudkan Masyarakat Lamongan Sehat Jiwa. Saat ini Lesung Si Panji dalam fase pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa. Yang mana ODGJ dapat kembali berkarya dan berdaya guna. Melalui pembentukan posyandu jiwa, monitoring terhadap kondisi ODGJ tetap terpantau. Sehingga tidak ditemukan lagi pasung di Kabupaten Lamongan. Di Kabupaten Lamongan saat ini telah terbentuk tujuh posyandu jiwa, dengan ketrampilan Orang Dengan gangguan Jiwa antara lain: menenun, menjahit atau membuat kopyah, membuat tudung saji, mumbuat jus dan jamu, membuat tampah, memotong rambut, dan membuat olahan makanan berbahaan dasar ikan. Serta beberapa pekerjaan lainnya. Ditargetkan di tahun 2018 seluruh puskesmas

13 sudah memiliki posyandu jiwa. Program ini telah direplikasi di semua puskesmas yang ada di Kabupaten Lamongan. Sehingga, sudah mampu menjangkau seluruh wilayah kabupaten.

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK

BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK BEBAS PASUNG PUSKESMAS TELUK LUBUK L E M B A G A A D M I N I S T R A S I N E G A R A D E P U T I I N O V A S I A D M I N I S T R A S I N E G A R A P U S A T I N O V A S I T A T A P E M E R I N T A H A

Lebih terperinci

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu)

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu) LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI Sehat Jiwaku Sehat keluargaku (UPK Puskesmas Siantan Hulu) 1. Lab. Inovasi : KOTA PONTIANAK 2. Nama Unit Kerja : UPK Puskesmas Siantan Hulu 3. Judul Iovasi : Sehat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Sampai saat ini penanganan penderita gangguan jiwa masih sangat

Lebih terperinci

INDONESIA BEBAS PASUNG

INDONESIA BEBAS PASUNG INDONESIA BEBAS PASUNG Tantangan dan Harapan Irmansyah RSJ Mazoeki Mahdi MACET NYA LAYANAN KESWAMAS Kebutuhan tinggi Fasilitas kurang Blokade: Stigma Ignorance Kebijakan buruk MASALAH LAYANAN KESWA Resources

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

64 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes PELATIHAN PERAWAT DAN KADER DALAM PENANGANAN PASUNG BERBASIS KOMUNITAS DI PROVINSI JAWA TIMUR Yuni Ramawati (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga) ABSTRAK Provinsi Jawa Timur memiliki target

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT

BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA NAMA KADER ALAMAT BUKU PEGANGAN KADER KESEHATAN JIWA Sejak Tahun 2002, paradigma kesehatan Indonesia berfokus pada peningkatan dan pencegahan penyakit dengan memberdayakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI

PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI PENDAHULUAN.. Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Mengapa Perlu? Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Apakah saya sehat jiwa? Sehat Jiwa Bukan semata-mata tidak adanya penyakit/gangguan

Lebih terperinci

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Nama Inovasi Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Produk Inovasi Meningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Family Gathering Terpadu Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri

Lebih terperinci

Pelayanan Antidiskriminasi

Pelayanan Antidiskriminasi Pelayanan Antidiskriminasi 07 Jan 2015 Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Memperkenalkan Pendekatan Baru Meningkatkan Efisiensi Keadilan dan Kemudahan akses pelayanan bagi kelompok rentan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangguanya fungsi sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 menyatakan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi ketika seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

E-voting SITANDI Solusi Pilkades Cepat dan Akurat

E-voting SITANDI Solusi Pilkades Cepat dan Akurat E-voting SITANDI Solusi Pilkades Cepat dan Akurat 1. Apa masalah yang melatarbelakangi munculnya inovasi ini? Terlaksananya inovasi e-voting SITANDI di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan berawal dari

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2015 PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH Ni Made Dian Sulistiowati, Kadek Eka

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon. pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Korban penyalah guna dan BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prosedur Pelaksanaan Program Terapi Rumatan Metadon Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penyalahgunaan Narkoba meliputi pelayanan rehabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau juga disebut skizofrenia yaitu kumpulan dari beberapa sindrom klinik, yang bersifat menggangu, gangguan proses berpikir, gangguan perilaku,

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA

MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA MONITORING DAN EVALUASI TIM PELAKSANA KESEHATAN JIWA MASYARAKAT (TPKJM) KOTA SURAKARTA TIM MONEV : BAPPEDA KOTA SURAKARTA i KATA PENGANTAR Mengingat makin kompleknya serta makin meningkatnya masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah investasi paling mahal guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam era globalisasi ini kemajuan teknologi mampu memberikan pengaruh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 2 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Dari hasil penelitan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa riset partisipan 1 sampai 4 ketika melakukan kontrol rutin di poliklinik rumah sakit jiwa Amino Gondohutomo-Semarang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. b. c. Mengingat :

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN PASUNG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akses pangan merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan yang menghubungkan antara ketersediaan pangan dengan konsumsi/pemanfaatan pangan. Akses pangan baik apabila

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN

Lebih terperinci

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI

PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI PROPOSAL DINAS PERIKANAN DAN PERTANIAN PATTASAKI (Perahu Angkat dan Angkutan Sampah Kita) Tanggal pelaksanaan inovasi pelayanan publik Jum at, 01 Mei 2015 Kategori inovasi pelayanan publik Pelayanan langsung

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Lesson learned masa emergency dan antisipasi ke depan Dr. Carla R. Marchira SpKJ Pendahuluan Bencana yang terjadi silih berganti di berbagai wilayah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Program Studi Pendidikan Dokter FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan utama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Kabupaten Trenggalek merupakan suatu bentuk kerja sama antara bidan dan dukun dengan tujuan meningkatkan akses ibu dan

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 141 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT JIWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini masyarakat menganggap bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan masalah orang-orang yang memiliki gangguan jiwa saja atau yang kerap disebut orang awam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa. PERAN PERAWAT HOME CARE Disampaikan oleh Djati Santosa. AWAL PERJALANAN Home Care sesungguhnya merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana. Kunjungan perawat kepada pasien yang tidak mampu menuju

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Input a. Standar Pelayanan Pelayanan antenatal dalam pencapaian cakupan K4 mengacu kepada renstra Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON II POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN ESELON III ESELON IV VISI MISI SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS NAMA PROGRAM SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM SASARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara Indonesia. Berdasarkan data tahun 2001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Nasioal Bangsa Indonesia yang tercantum dalam alinea ke empat Undang Undang Dasar 1945 salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015 Capaian Kinerja Capaian Kinerja Urusan Kesehatan diukur melalui beberapa indikator yang telah ditetapkan targetnya dalam RPJMD Kabupaten Blitar Tahun 2011-2016 sebagai berikut : Tabel Target dan Capaian

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan 7.1.1. Komponen Masukan Kesimpulan komponen masukan yaitu: a. SDM Puskesmas dalam pelaksanaan program JKN belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 di Puskesmas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN RUMAH SINGGAH KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG,

Lebih terperinci

USAHA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS ) DI KABUPATEN WONOSOBO

USAHA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS ) DI KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 27 TAHUN 2002 T E N T A N G USAHA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS ) DI KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas Rahmat dan Karunia-Nya tim telah mampu menyelesaikan penyusunan Pedoman Kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN REHABILITASI SOSIAL YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH/ PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG KESEHATAN JIWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara menjamin setiap orang hidup sejahtera lahir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

MATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

MATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN MATRIK REALISASI CAPAIAN LAKIP TAHUN 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN NO Jumlah sasaran 1.064.573 bayi& balita, balita & bayi yang datang ke posyandu 759.918. a) Penambahan sarana & prasarana posyandu

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN Lampiran III Peraturan Daerah Kab. Demak Nomor Tanggal : 12 TAHUN 2016 : 23 DESEMBER 2016 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Kesehatan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN PASIEN PASCA BEDAH DENGAN GENERAL ANESTESI DIRUANG AL- FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

4.5 Matriks Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 berdasarkan hasil PKP tahun Penderita. penderita. gangguan. gangguan jiwa.

4.5 Matriks Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 berdasarkan hasil PKP tahun Penderita. penderita. gangguan. gangguan jiwa. 4.5 Matriks Rencana Usulan Kegiatan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 berdasarkan hasil PKP tahun 2016 No KEGIATAN TUJUAN SASARAN TARGET ALAT. 1 Penyuluhan Meningkatkan Keluarga tiap buku TENAGA PELAKSANA petugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, tetapi masih kurang populer di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008 telah menuntut pemerintah daerah (kabupaten dan kota) untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsinya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan derajat kesehatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, No.16, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Pelayanan Kesehatan. Di Fasilitas Kawasan Terpencil. Sangat Terpencil. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Yogyakarta" yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik. Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta

BAB V PENUTUP. Yogyakarta yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik. Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta 128 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pada penulisan hukum berjudul "Peran Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta" yang telah dibahas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah memberikan dana pelayanan kesehatan, yang secara implisit merupakan pemahaman pemerintah atas tanggung jawab kepentingan umum. Sebagai negara berkembang,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN KORBAN TINDAK KEKERASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy, BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI A. Posbindu 1. Definisi Posbindu Posbindu adalah suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci