KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Nahar, SH, M.Si NIP"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas Rahmat dan Karunia-Nya tim telah mampu menyelesaikan penyusunan Pedoman Kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat merupakan upaya pengembangan layanan bagi pemenuhan hakhak penyandang disabilitas berbasis keluarga dan masyarakat yang dilakukan oleh Kementerian Sosial RI c.q Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Maksud layanan ini adalah untuk lebih mendekatkan akses bagi penyandang disabilitas. Pedoman ini diharapkan menjadi panduan bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sehingga dapat menyelenggarakannya sesuai dengan maksud dan tujuan kegiatan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan pedoman ini. Masukan konstruktif untuk meningkat kualitas pedoman ini sangat kami harapkan. Jakarta, Juni 2016 Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Nahar, SH, M.Si NIP i

2 ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dantujuan Pedoman... 5 C. Landasan Hukum... 5 D. Sasaran... 6 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN... 7 A. Kelembagaan Pos Rehabilitasi Sosial Disabilitas Pengertian Maksud dan Tujuan Sasaran Struktur dan Fungsi Tugas dan Fungsi Keluarga dan Masyarakat Prinsip-Prinsip Pelayanan Kemitraan dan Kerjasama B. Pelaksanaan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Bentuk Kegiatan Mekanisme dan Tahapan Kegiatan C. Hasil Kegiatan BAB III SISTEM PENGENDALIAN A. Supervisi B. Monitoring C. Evaluasi D. Pelaporan BAB IV PENUTUP iii

4 iv

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Sosial sebagai leading sector penanganan masalah disabilitas telah menggulirkan kebijakan pemberdayaan disabilitas yang menitikberatkan pada partisipasi aktif keluarga dan masyarakat sebagai kristalisasi model saat ini. Model yang diarahkan pada semua tindakan untuk menggunakan dan membangun sumberdaya masyarakat termasuk penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Paradigma ini memandang keluarga dan masyarakat merupakan kekuatan utama sebagai sumber daya rehabilitasi bagi penyandang disabilitas. Pergeseran paradigma dalam layanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas dengan lebih memberdayakan keluarga dan masyarakat juga sejalan dengan UU No. 19 Tahun 2011 tentang Ratifikasi Hak-hak Penyandang Disabilitas pasal 26 poin b:...negara harus mengorganisasikan, memperkuat dan memperluas program dan pelayanan habilitasi dan rehabilitasi, pelayanan dan program terutama bidang kesehatan, lapangan kerja, pendidikan dan pelayanan sosial, dimana pelayanan dan program ini harus mendukung partisipasi dan keikutsertaaan seluruh aspek masyarakat secara sukarela dan tersedia bagi penyandang disabilitas di lokasi terdekat dengan tempat tinggal mereka, termasuk di daerah pedesaan. Inti daripada pasal tersebut bahwa habilitasi maupun rehabilitasi serta pelayanan dan program bagi penyandang disabilitas harus mudah dijangkau oleh penyandang disabilitas di lingkungannya, dengan melibatkan partisipasi keluarga dan 1

6 masyarakat. Melibatkan masyarakat dalam rehabilitasi bagi penyandang disabilitas merupakan langkah Pemerintah Indonesia yang menggunakan pendekatan holistik untuk mengentaskan kemiskinan yang mencakup bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan produktifitas atau kemandirian. Pengentasan kemiskinan menjadi bagian dari upaya pencegahan masalah disabilitas maupun peningkatan kualitas kehidupan penyandang disabilitas dan keluarganya. Diketahui bahwa salah satu penyebab disabilitas masih banyak karena kondisi miskin sehingga ketika ibu mengandung kurang gizi, tidak pernah akses kepada layanan kesehatan, atau kurang pengetahuan sehingga tidak menjaga kesehatan. Kemiskinan yang dialami tidak hanya sebatas kemiskinan secara ekonomi, melainkan juga kemiskinan non-ekonomi seperti terbatasnya akses terhadap pengetahuan dan keterampilan, produktifitas yang rendah, serta terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi. Kondisi tersebut tidak dapat diselesaikan hanya dengan pembangunan ekonomi atau bantuan finansial saja, melainkan yang lebih utama pemberdayaan agar mereka dapat mandiri, memiliki kekuatan untuk mengubah nasibnya sendiri. Pemberdayaan masyarakat yang menitikberatkan kepada pe-ningkatan kemampuan masyarakat untuk lebih berdaya atau memiliki kekuatan dalam meningkatkan kondisi kehidupannya, sekarang ini menjadi salah satu strategi utama pemerintah untuk mengentaskan masalah kemiskinan sekaligus akan membawa pengentasan terhadap masalah disabilitas. Pelibatan keluarga dan masyarakat juga akan mengatasi keterbatasan pelayanan yang berbasis lembaga dengan keterbatasan sumber daya manusia pelaksana rehabilitasi sosial, keterbatasan anggaran dan sarana prasarana. Layanan berbasis lembaga yang juga membutuhkan pembiayaan tinggi menjadi kendala dalam jumlah penyandang disailitas yang 2

7 dapat dijangkau. Padahal diketahui bahwa jumlah penyandang disabilitas masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Susenas Badan Pusat Statistik tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penyandang disabilitas sebesar jiwa. Jumlah tersebut dibagi dalam beberapa kategori yaitu penyandang disabilitas netra jiwa, penyandang disabilitas rungu jiwa, penyandang disabilitas wicara jiwa, penyandang disabilitas intelektual , penyandang disabilitas mental jiwa dan penyandang disabilitas ganda jiwa. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan fungsi keluarga dan masyarakat merupakan salah satu cara agar pemerintah dan masyarakat dapat bersama-sama bahu membahu meningkatkan jangkauan layanan sehingga akan lebih banyak penyandang disabilitas yang terjangkau oleh layanan. Kondisi ini juga akan mendukung terbentuknya masyarakat inklusif, yaitu masyarakat yang memiliki penerimaan, menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat inklusif memberikan beberapa keunggulan seperti penyandang disabilitas akan memiliki akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan, sementara mereka tetap berada didalam masyarakat, berinteraksi, berintegrasi dan menikmati kehidupan bersama anggota masyarakat yang lainnya. Kondisi ini memungkinkan terciptanya kemandirian (selfreliance) pada penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat tempat mereka tinggal. Salah satu upaya untuk membangun masyarakat inklusif dan merangsang partisipasi keluarga dan masyarakat adalah dengan cara memfasilitasi penyandang disabilitas dan keluarganya untuk melakukan aktivitas bersama-sama dalam satu tempat yang aksesibel atau mudah dijangkau di tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Aktivitas ini akan mensinergikan berbagai komponen di 3

8 masyarakat dalam membangun kesetaraan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Pembentukan Pos Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Disabilitas di masyarakat, akan menjadi wadah partisipasi aktif penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi sosial. Pos ini juga membangun struktur kesinambungan pelayanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas yang sebelumnya dilakukan oleh lembaga kesejahteraan sosial. Inti aktivitas pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat adalah menguatkan penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat melalui peningkatan kapasitas, membangun kemandirian, membangun sistem rujukan, pengembangan upaya preventif dan promotif bagi masalah disabilitas. Sehingga pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat ini menjadi sistem sumber bagi pengentasan masalah disabilitas dan sekaligus menjadi bagian dari pengentasan masalah kemiskinan di masyarakat. Pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di msayarakat ini dapat dilakukan melalui upaya mobilisasi sumberdaya dan potensi masyarakat, dan dengan memperhatikan faktor sosial, ekonomi, budaya, geografi dan demografi masyarakat serta keadaan penyandang disabilitas setempat. Dalam artian aktifitas atau kegiatan di dalamnya disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas serta potensi dan kondisi wilayah. Kelancaran kegiatan dalam pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat juga perlu ditunjang dengan koordinasi sebaik-baiknya dengan berbagai sektor terkait, dalam rangka keutuhan pelayanan termasuk pelayanan rujukan antar sektor terkait yang dibutuhkan penyandang disabilitas dan keluarganya. Peran pemerintah daerah juga sangat penting dalam memberikan legitimasi penyelenggaraan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Oleh karena itu perlu melakukan koordinasi dan kerjasama sebaik-baiknya untuk membangun 4

9 tanggung jawab dan komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam peningkatan kondisi kehidupan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. B. Maksud dantujuan Pedoman 1. Maksud Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyelenggara kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. 2. Tujuan a. Tersedianya acuan bagi penyelenggara kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. b. Terciptanya kesamaan pemahaman penyelenggaraan kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. c. Terciptanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien dalam penyelenggaraan kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. C. Landasan Hukum 1. UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas. 5

10 5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. 7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/Prt/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. 10. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 184/HUK/2011 tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial. 11. Peraturan Pemerintah RI Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. 12. Surat Edaran Mensos RI Nomor 96/HK/SE/2005 tentang Pelaksanaan RAN Penyandang Cacat Tahun D. Sasaran 1. Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi, Kota, Kabupaten) serta instansi terkait lainnya 2. Pekerja Sosial, TKS, Penyuluh Sosial, Relawan Sosial. 3. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS). 4. Penyandang Disabilitas, Keluarga, Masyarakat dan dunia usaha. 6

11 BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN A. Kelembagaan 1. Pengertian Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat adalah wadah koordinasi, pusat informasi dan pemberian layanan yang berorientasi kepada pengembangan kemandirian dan pemberdayaan penyandang disabilitas dengan cara memfasilitasi penyandang disabilitas, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan aktivitas bersamasama dalam satu tempat yang mudah dijangkau di tengah masyarakat dengan membangun jaringan kerja, kemitraan dan rujukan serta penggunaan sumber-sumber yang ada di masyarakat. 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud Pengembangan wadah koordinasi, pusat informasi dan layanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas di masyarakat. b. Tujuan 1) Tersedianya wadah layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. 2) Terwujudnya partisipasi aktif penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi sosial. 3) Terlatihnya kader di masyarakat dalam rehabilitasi sosial penyandang disabilitas secara berkesinambungan. 7

12 3. Sasaran 4) Terwujudnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. 5) Terwujudnya forum komunikasi penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat. 6) Terwujudnya kemitraan terpadu dalam layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. Sasaran kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat adalah : a. Penyandang disabilitas dengan kriteria sebagai berikut : 1) Disabilitas Fisik 2) Disabilitas Mental 3) Disabilitas Intelektual 4) Disabilitas Sensorik b. Keluarga penyandang disabilitas c. Masyarakat 4. Struktur dan Fungsi Pelaksana kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat adalah masyarakat dibawah bimbingan dan pembinaan instansi sosial tingkat provinsi/ kab/kota dengan melibatkan pendamping penyandang disabilitas, PSM/kader setempat, dan instruktur dari instansi terkait/pengusaha (swasta) yang berkaitan dengan proses rehabilitasi sosial dengan susunan sebagai berikut: 8

13 Struktur Organisasi Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Di Masyarakat Pelaksanaan kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat mendapat supervisi dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pembina kegiatan ini adalah Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial tingkat provinsi, Penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial tingkat kabupaten/kota, penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas pada Dinas Sosial tingkat provinsi dan penanggung jawab administrasi adalah Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas pada Dinas Sosial kabupaten/kota. 9

14 Berdasarkan struktur organisasi diatas, dapat diuraikan pembagian tugasnya sebagai berikut : a. Ketua 1) Membuat perencanaan kegiatan. 2) Mengatur pelaksanaan kegiatan. 3) Memonitor pelaksanaan proses kegiatan. 4) Melaporkan perkembangan kegiatan. 5) Melakukan konsultasi pelaksanaan kegiatan ke Dinas Sosial. 6) Melakukan koordinasi dengan stake holder yang terlibat proses rehabilitasi sosial. b. Sekretaris 1) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan. 2) Membuat pertanggungjawaban administrasi kegiatan. 3) Membuat dokumentasi pelaksanaan administrasi kegiatan. c. Seksi Komunikasi, Informasi dan Edukasi 1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. 2) Melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. 3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. 4) Mendampingi dan memfasilitasi penyandang disabilitas dalam proses kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi. 10

15 d. Seksi Rehabilitasi Sosial 1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Sosial. 2) Melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Sosial. 3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Sosial. 4) Mendampingi dan memfasilitasi penyandang disabilitas dalam proses Rehabilitasi Sosial. e. Seksi Advokasi Sosial 1) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan Advokasi Sosial. 2) Melaksanakan kegiatan Advokasi Sosial. 3) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Advokasi Sosial. 4) Mendampingi dan memfasilitasi penyandang disabilitas dalam proses Advokasi Sosial Ketua, Sekretaris, Seksi Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Seksi Rehabilitasi Sosial serta Seksi Advokasi Sosial dapat dipilih dari unsur masyarakat/petugas dinas sosial yang memiliki kompetensi dibidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. 5. Tugas dan Fungsi Keluarga dan Masyarakat Keluarga dan masyarakat memegang peranan penting dalam pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Keluarga dan masyarakat dapat melaksanakan fungsinya dalam mendukung rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas di masyarakat, diantaranya: 11

16 a. Pengembangan Merupakan fungsi yang ditujukan untuk memperkuat dan memantapkan penyandang disabilitas agar dapat menjalankan peran sosialnya di masyarakat. Fungsi ini dilakukan dengan mengembangkan potensi penyandang disabilitas melalui keluarga dan masyarakat sekitarnya. Intinya melalui fungsi ini keluarga dan masyarakat harus membantu memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mampu mengembangkan dirinya. b. Pemberdayaan Merupakan fungsi yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar bagi penyandang disabilitas. c. Pencegahan: Merupakan fungsi yang ditujukan untuk mencegah dan mengurangi masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas, sehingga keluarga dan masyarakat berupaya untuk mampu melakukan pencegahan atau mencari solusi agar penyandang disabilitas tidak mengalami masalah kembali. d. Perlindungan Merupakan fungsi yang ditujukan untuk memberikan perlindungan kepada penyandang disabilitas dari ancaman, tantangan dan hambatan yang dihadapinya. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam semua aspek kehidupannya, seperti hak kesehatan, pendidikan, pekerjaan, berpolitik, sipil, dll. 12

17 e. Pendidikan Merupakan fungsi yang ditujukan untuk memberikan dan memperkuat aspek pengetahuan dan keterampilan penyandang disabilitas dalam melaksanakan perannya di keluarga dan masyarakat. Fungsi ini dapat dilakukan melalui pendidikan agama, sosialisasi, pengasuhan, perawatan dan lain lain. Tugas Keluarga dan Masyarakat a. Memberikan dukungan, semangat, motivasi dan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk melaksanakan aktivitasnya sesuai perannya dalam keluarga dan masyarakat. b. Memberikan dan memfasilitasi perawatan, pengasuhan dan pendampingan bagi penyandang disabilitas agar dapat melaksanakan fungsinya. c. Memanfaatkan sistem sumber yang ada di lingkungannya, antara lain akses terhadap layanan rehabilitasi sosial, pendidikan, kesehatan, bantuan hukum, dan lain-lain. d. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas terkait dengan konflik dalam ke-luarga/masyarakat, pemenuhan kebutuhan dan membela kepentingan penyandang disabilitas. e. Memberikan informasi yang relevan kepada pihak yang terkait tentang kondisi, kebutuhan penyandang disabilitas untuk bersama sama mencari solusi penanganan masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas. f. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam memberikan dukungan terhadap penyandang disabilitas. 13

18 6. Prinsip-Prinsip Pelayanan a. Prinsip penerimaan / Non Diskriminasi Menerima keberagaman, tidak membedakan perlakuan atas dasar perbedaan status, umur, suku dan agama. b. Prinsip menentukan diri sendiri 1) Menghormati nilai-nilai pribadi, tidak memaksakan kehendak dan menjunjung nilai kearifan lokal. 2) Penghormatan untuk pengembangan kapasitas dari penyandang disabilitas anak dan penghormatan hak mereka untuk mempertahankan identitas mereka. 3) Penghormatan kapasitas penyandang disabilitas dalam menentukan pilihan. c. Prinsip Kerahasiaan Menjaga kerahasiaan sehingga penyandang disabilitas merasa aman dan nyaman dalam membina hubungan yang intensif. d. Prinsip Partisipasi 1) Partisipasi dan keikutsertaan penuh dan efektif dalam masyarakat. 2) Menciptakan kehidupan masyarakat yang inklusif (merangkul dan menerima semua pihak). e. Prinsip Kesetaraan 1) Kesetaraan kesempatan. 2) Kesetaraan gender 3) Memperlakukan penyandang disabilitas sebagai mitra. 14

19 f. Prinsip berkeadilan sosial Menyediakan layanan yang bisa diakses penyandang disabilitas. g. Prinsip Individualisasi Setiap penyandang disabilitas memiliki karakteristik yang unik sehingga membutuhkan bantuan dan layanan yang berbeda. h. Prinsip pemenuhan hak penyandang disabilitas. Setiap penyandang disabilitas berhak atas pemenuhan hak setara dengan anggota masyarakat lainnya. 7. Kemitraan dan Kerjasama Kemitraan dan kerjasama merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Dinas Sosial Provinsi/Kab/Kota dapat menjadi penanggung jawab utama pelaksanaan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Masyarakat dapat bekerjasama dengan Dinas Sosial setempat untuk membangun kemitraan dan kerjasama dengan beberapa pihak lainnya seperti berikut : 1) Pemerintah, yaitu kemitraan dengan Instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Disdukcapil, Lembaga Kesejahteraan Sosial, dll. 2) Masyarakat, Organisasi kemasyarakatan seperti Karang Taruna, PKK, Kelompok pengajian, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Pekerja Sosial Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Dunia Usaha. 15

20 B. Pelaksanaan 1. Bentuk Kegiatan Alternatif kegiatan yang dipilih oleh penyandang disabilitas dalam Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka, antara lain meliputi : a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Kegiatan yang ditujukan untuk memberikan informasi, sosialisasi, konsultasi terkait program dan pelayanan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Aktifitasnya dapat berupa pembelajaran melalui penyuluhan kepada masyarakat terkait permasalahan penyandang disabilitas (data, jenis disabilitas, kebutuhan, hak penyandang disabilitas dan lain-lain). b. Rehabilitasi Sosial Kegiatan yang berorientasi pada upaya pemulihan atau pengembangan fungsi sosial penyandang disabilitas, terdiri dari beberapa layanan yang dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas di masyarakat. Kegiatan tersebut dapat meliputi layanan: bimbingan dan keterampilan kehidupan seharihari, bimbingan keagamaan, bimbingan psikososial, perawatan dan pengasuhan, bimbingan keterampilan pengembangan kemandirian dan produktifitas, pelatihan vokasional dan kewirausahaan, pertemuan keluarga dan masyarakat serta kegiatan rujukan. c. Advokasi Sosial. Kegiatan ini meliputi kegiatan advokasi, koordinasi dan kemitraan dengan stakeholders untuk mendukung 16

21 proses layanan bagi penyandang disabilitas serta kegiatan pendampingan dan fasilitasi penyandang disabilitas dalam proses pemenuhan hak-haknya. Bentuk kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Di Masyarakat dapat kita lihat pada bagan berikut ini : Bagan 1. Bentuk Kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Di Masyarakat 17

22 2. Mekanisme dan Tahapan Kegiatan a. Persiapan 1) Identifikasi Sumber 2) Rapat Koordinasi 3) Pemantapan petugas/pendamping 4) Penyiapan Dukungan Operasional b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat ini bukan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara bertahap, akan tetapi dapat dipillih sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas. Kegiatannya me-liputi : 1) Sosialisasi dan Pendataan a) Pendataan b) Penyampaian informasi (komunikasi, informasi dan edukasi) 2) Penjangkauan Layanan respon terhadap kasus-kasus penyandang disabilitas dalam bentuk deteksi dini dan intervensi dini pada kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera. 3) Asesmen Kegiatan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan penyandang disabilitas, serta rencana layanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat penyandang disabilitas. Asesmen dilakukan dengan menggunakan berbagai alat instrumen asesmen, 18

23 mi-salnya instrumen asesmen untuk penyandang disabilitas, untuk keluarga, laporan perkembangan, kartu rehabilitasi, dan penggunaan alat asesmen lainnya untuk mendapatkan data masalah dan kebutuhan. Hasil asesmen menjadi dasar pilihan layanan yang dapat dilakukan terhadap penyandang disabilitas. 4) Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi Sosial yang diberikan kepada penyandang disabilitas disesuaikan dengan hasil asesmen. Hasil asesmen perlu dikomunikasikan kepada penyandang disabilitas dan keluarganya, sehingga pilihan layanan adalah hasil kesepakatan antara pendamping dan penyandang disabilitas serta keluarganya. Pilihan layanan rehabilitasi yang dapat diberikan antara lain : a) Bimbingan keterampilan kehidupan sehari-hari/ okupasi i. Bimbingan pemeliharaan kesehatan dan ketahanan fisik (mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot dan koordinasi gerakan). ii. Bimbingan aktifitas kehidupan seharihari seperti makan, berpakaian, belajar manggunakan fasilitas umum dengan maupun tanpa alat bantu, kebersihan diri, dll. iii. Bimbingan keterampilan mempertahankan kehidupannya di masyarakat secara wajar (keterampilan sosial akademis, keterampilan 19

24 manajemen ekonomi, keterampilan dalam memahami aturan/kaidah/norma dan keterampilan komunikasi di masyarakat). iv. Bimbingan keterampilan hubungan antar pribadi (berteman, berkomunikasi, rasa tanggung jawab terhadap pribadi maupun masyarakat). v. Bimbingan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan (kemandirian bekerja, mengikuti aturan dan tata tertib, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan memelihara alat kerja dan dapat menerima kritikan). b). Bimbingan mental keagamaan c). Bimbingan psikososial, terdiri dari kegiatan: Kegiatan yang dapat dilaksanakan di Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat adalah bimbingan psikososial dasar, sedangkan untuk bimbingan psikososial lanjutan dapat dirujuk pada professional. Beberapa bimbingan psikososial dasar diantaranya berupa; menerima keluhan/ konseling dasar, relaksasi, teknik motivasi/ support, dll. Bimbingan psikososial yang dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain : i. Terapi Individu Merupakan terapi yang memungkinkan penyandang disabilitas memiliki rasa aman dan nyaman, atau situasi yang sangat kondusif untuk dapat melihat diri mereka 20

25 ii. dan penerimaan terhadap diri mereka dengan cara-cara yang baru. Terapi Keluarga Merupakan terapi terhadap keluarga sebagai sebuah sistem, sehingga keluarga menjadi sumber dukungan bagi penyandang disabilitas. iii. Terapi Kelompok iv. Merupakan terapi dengan mengarahkan ke-lompok untuk membantu penyandang disabilitas menemukan rasa aman, identitas, penerimaan teman sebaya, dan membantunya keluar dari masalah yang dialami. Terapi Komunitas Merupakan terapi terhadap komunitas/ masyarakat, agar komunitas/masyarakat dapat memberikan penerimaan, dukungan, kepedulian dan menghilangkan stigma. Kegiatan dapat dilakukan melalui penyuluhan dan sosialisasi terhadap komunitas/masyarakat. d). Bimbingan keterampilan pengembangan kemandirian dan produktifitas Bimbingan untuk meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas melalui penguasaan kemampuan keterampilan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan bakat, sehingga penyandang disabilitas dapat meningkat produktifasnya. 21

26 e). Advokasi, koordinasi serta kemitraan Melakukan advokasi, koordinasi dan kemitraan dengan stakeholders untuk mendukung proses layanan pada Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat. Misalnya advokasi hukum agar penyandang disabilitas dapat terpenuhi hak-haknya. Membangun koordinasi dan kemitraan dengan dinas-dinas/ SKPD terkait, perusahaan atau dunia usaha dan dengan pihak-pihak lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan. f). Pertemuan keluarga dan masyarakat. Merupakan forum yang anggotanya terdiri dari para keluarga penyandang disabilitas, dan anggota masyarakat lainnya. Melalui forum ini para keluarga dapat berbagi pengalaman, belajar dari orang lain, mendapatkan dukungan dan solusi berkaitan dengan pemecahan masalah yang dihadapi. g). Kewirausahaan dan bantuan Memfasilitasi penyandang disabilitas yang sudah diberikan layanan di Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat dalam memperoleh bantuan sosial bagi peningkatan usaha. h). Rujukan Tindakan yang dilakukan dalam kaitan menghubungkan penyandang disabilitas dengan layanan lainnya yang sesuai kebutuhan. Misalnya merujuk kepada layanan kesehatan 22

27 i). apabila penyandang disabilitas memerlukan pengobatan/perawatan. Merujuk kepada layanan pendidikan, apabila penyandang disabilitas membutuhkan pendidikan formal maupun non formal. Merujuk kepada professional apabila penyandang disabilitas membutuhkan bimbingan psikososial lainjutan atau rehabilitasi sosial lanjutan. Bantuan Sosial. Kegiatan yang dilakukan melalui pemberian bantuan sosial bagi peningkatan fungsi sosial penyandang disabilitas, dan dapat diajukan melalui proposal disesuaikan dengan kebutuhan penyandang disabilitas. k). Tahap Pengakhiran Tahap pengakhiran berisi kegiatan evaluasi dan terminasi. Kegiatan evaluasi untuk melihat bagaimana perkembangan atau perubahan penyandang disabilitas setelah mengikuti kegiatan. Terminasi dapat dilakukan apabila penyandang disabilitas tidak membutuhkan lagi layanan di Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat, dapat diartikan sebagai pengakhiran pelayanan agar Penyandang Disabilitas tidak mengalami ketergantungan, namun demikian untuk aktivitas pengisian waktu luang penyandang disabilitas dapat terus aktif bersama penyandang disabilitas lainnya mengikuti kegiatan yang ada, sehingga secara program Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Masyarakat ini masih tersedia secara berkelanjutan. 23

28 Tahap pengakhiran juga berkaitan dengan kegiatan untuk memeriksa semua catatan kasus (laporan proses kegiatan) yang telah dibuat untuk masing-masing pelayanan terhadap penyandang disabilitas. C. Hasil Kegiatan 1. Terbentuknya wadah layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. 2. Terlatihnya kader di masyarakat dalam rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. 3. Terwujudnya partisipasi aktif penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat dalam kegiatan rehabilitasi sosial. 4. Terwujudnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas di masyarakat. 5. Terwujudnya forum komunikasi penyandang disabilitas, keluarga dan masyarakat. 6. Terwujudnya kemitraan terpadu dalam layanan rehabilitasi sosial penyandang disabilitas 24

29 BAB III SISTEM PENGENDALIAN Kegiatan supervisi, monitoring dan evaluasi merupakan bagian dari sistem pengendalian program. Ketiga kegiatan ini akan memastikan bahwa keseluruhan proses kegiatan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat dapat dilakukan secara benar, mengikuti prosedur dan prosesnya konsisten sesuai dengan pedoman. A. Supervisi Supervisi merupakan kegiatan pembinaan untuk memastikan kegiatan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengoptimalisasi sumber daya manusia (pelaksana) dan proses kegiatannya. Muatan kegiatan supervisi bersifat konsultatif, yaitu konsultasi pelaksana kepada supervisor untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan. 1. Materi Supervisi Supervisi yang dilakukan memerlukan materi sebagai landasan atau bahan supervisi. Materi supervisi antara lain untuk mengetahui apakah: a. Pelaksanaan setiap layanan tidak mengalami hambatan. b. Pembagian tugas telah dilaksanakan termasuk dengan mitra kerja atau sistem rujukan. c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas/ pelaksana kegiatan pos rehabilitasi sosial di masyarakat 25

30 telah dapat saling mengisi dan menunjang kegiatan (koordinatif). d. Kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan tidak mengalami hambatan 2. Sasaran Objek yang dijadikan sasaran supervisi adalah: a. Pengelolaan sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. b. Pengelolaan dana meliputi penggunaan dana dan pelaporannya. c. Pengelolaan layanan meliputi kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi, kegiatan rehabilitasi sosial dan pemberian bantuan sosial. d. Pengelolaan sarana dan prasarana, meliputi ketersediaan dan ketepatan penggunaannya. e. Koordinasi, kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan terhadap penyandang disabilitas. 3. Fungsi Supervisi Supervisi yang dilakukan harus memenuhi tiga fungsi supervisi, yaitu: a) Fungsi Administratif : berfungsi mengarahkan, mengkoordinasikan, meningkatkan dan mengevaluasi semua kegiatan yang telah dilakukan oleh pelaksana/ petugas yang disupervisi. b) Fungsi Edukatif : berfungsi memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai nilai dari seorang supervisor 26

31 yang berpengalaman kepada pelaksana/petugas yang disupervisi. c) Fungsi Supportif : berfungsi memberikan dukungan emosional bagi pelaksana/petugas yang disupervisi tatkala ada persoalan emosi, psikologis yang dihadapi saat pelayanan rehabilitasi dilaksanakan. 4. Pelaksanaan supervisi Kegiatan supervisi dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, artinya supervisi dapat dilakukan sewaktuwaktu jika dipandang perlu, dan atau jika terdapat kesulitankesulitan yang dihadapi oleh petugas/ pelaksana kegiatan dalam menjalankan tugasnya. 5. Hasil Supervisi Peningkatan proses layanan pada pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. 6. Pelaksana supervisi a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten. c. Pihak yang berkompeten terkait bidang rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas. B. Monitoring Monitoring merupakan kegiatan untuk memantau pelaksanaan kegiatan di pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Monitoring akan memberikan informasi yang sangat bermanfaat untuk memastikan setiap layanan telah sesuai dengan prosedur atau ketentuan. 27

32 1. Materi kegiatan monitoring adalah: a. Realisasi kegiatan pos rehabilitasi penyandang disabilitas di masyarakat yang sedang dilaksanakan. b. Kemudahan dan hambatan penyandang disabilitas dalam mengikuti kegiatan. c. Kemudahan dan hambatan pelaksana dalam menjalankan program. d. Penggunaan dana yang meliputi: penerimaan, penggunaan dan pelaporannya. e. Penggunaan alat bantu bagi penyandang disabilitas; apakah sudah tepat memenuhi kebutuhan pelaksanaan program. f. Koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait. 2. Sasaran monitoring adalah : a. Sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. b. Pengelolaan dana meliputi penggunaan dana dan pelaporannya. c. Pengelolaan layanan yang meliputi kegiatan: komunikasi, informasi dan edukasi, rehabilitasi sosial, serta pemberian bantuan sosial. d. Koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait. 3. Pelaksanaan monitoring Kegiatan monitoring dapat dilaksanakan secara periodik, terutama pada proses dan hasil pelaksanaan program. 28

33 4. Hasil Monitoring Informasi yang dapat ditindaklanjuti sebagai bahan masukan untuk perbaikan pelaksanaan program. 5. Pelaksana monitoring Pelaksana monitoring dapat dilakukan oleh unsur pemerintah dan masyarakat: a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas sebagai Pengarah kegiatan. b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten sebagai Pembina dan penanggungjawab kegiatan. c. Pihak yang berkompeten terkait bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. C. Evaluasi Kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan layanan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat, dengan melihat capaian terhadap tujuan layanan, kendala yang terjadi, penggunaan potensi yang ada. 1. Materi evaluasi : a. Proses penyelenggaraan kegiatan. b. Pencapaian tujuan atau hasil kegiatan c. Faktor-faktor yang mempengaruhi (pendukung dan penghambat) d. Kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan. 2. Sasaran Evaluasi a. Pelaksana kegiatan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. Evaluasi dilakukan untuk melihat kapasitas atau kinerja masing-masing pelaksana. 29

34 b. Proses kegiatan pada pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan penyandang disabilitas. c. Pendanaan, yaitu penilaian terhadap pengelolaan dana yang meliputi: penggunaan dan pelaporan selama proses layanan berjalan. d. Alat bantu, yaitu penilaian terhadap ketersediaan dan kegunaan fasilitas yang ada apakah sudah memenuhi kebutuhan, apakah sudah dimanfaatkan secara optimal untuk penyelenggaraan layanan. e. Penerima manfaat, yaitu penilaian apakah penyandang disabilitas dapat mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat dengan mudah atau apakah ada kesulitan dan hambatan. f. Koordinasi, kemitraan dan kerjasama lintas sektor, yaitu penilaian apakah sudah terjadi koordinasi, kemitraan dan kerjasama dalam pelayanan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat dan bagaimana bentuknya. 3. Pelaksanaan evaluasi Evaluasi dapat dilakukan pada saat akhir program. Perlu ditetapkan tujuan dan materi evaluasi pada setiap tahapan evaluasi. 4. Hasil evaluasi Informasi yang dihasilkan dipergunakan sebagai: a. Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat (akuntabilitas publik). b. Bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana program dan perbaikan program tahun berikutnya. 30

35 5. Pelaksana Evaluasi a. Kementerian Sosial cq Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas sebagai Pengarah kegiatan. b. Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten sebagai pembina dan penanggungjawab kegiatan. c. Pihak yang berkompeten terkait bidang rehabilitasi sosial penyandang disabilitas. D. Pelaporan Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban dari kegiatan yang sudah dilakukan. Isi pelaporan adalah penyampaian informasi secara kuantitatif maupu kualitatif tentang kegiatan yang sudah dilaksanakan, hambatan atau masalah yang dihadapi, alternatif dan usulan/saran/rekomendasi untuk mengatasi masalah serta untuk perbaikan ke depan. 1. Materi yang dilaporkan : a. Realisasi layanan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat baik secara kualitatif maupun kuantitatif. b. Kondisi penyandang disabilitas yang telah mengikuti kegiatan di pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat, meliputi perubahan atau pengembangan yang dicapai, hambatan dan kemudahan yang dialami penyandang disabilitas dan keluarganya dalam mengikuti kegiatan. c. Dukungan atau keluarga dan masyarakat dalam pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. d. Pengelolaan dana yang digunakan untuk pelaksanaan program. 31

36 e. Kondisi sarana dan prasarana serta dukungan fasilitas yang dipergunakan. f. Koordinasi, kemitraan dan kerjasama dalam pelayanan pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat. 2. Pelaporan dilaksanakan secara berkala, yaitu sebagai berikut: a. Laporan semester b. Laporan tahunan 3. Bentuk laporan Bentuk narasi yang menjelaskan seluruh proses kegiatan, dilengkapi dengan data dan foto-foto kegiatan (sesuai format terlampir). Format Laporan, mengikuti sistematika berikut: 1. Bab I Pendahuluan 2. Bab II Realisasi Kegiatan: realisasi layanan, kondisi penyandang disabilitas penerima manfaat, dukungan keluarga dan masyarakat, pengelolaan dana, penggunaan sarana prasarana, koordinasi, kemitraan dan kerjasama. 3. Bab III Kesimpulan dan Saran 4. Bab IV Penutup 5. Lampiran (Catatan kasus, foto-foto, dll) 4. Pelaksanaan Pelaporan Penyelenggara pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat menyampaikan laporannya kepada Kementerian Sosial ditembuskan ke Dinas/Instansi Sosial Provinsi/Kab/Kota. 32

37 BAB IV PENUTUP Pedoman Kegiatan Pos Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di masyarakat ini disusun sebagai acuan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam memberikan layanan rehabilitasi sosial kepada penyandang disabilitas di masyarakat. Kegiatan Pos rehabilitasi sosial penyandang disabilitas di masyarakat ini pada intinya merupakan wadah koordinasi, pusat informasi dan pemberian layanan dengan cara memfasilitasi penyandang disabilitas, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan aktivitas bersama-sama dalam satu tempat di tengah masyarakat dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Pelayanan yang diberikan berorientasi terhadap pengembangan kemandirian dan pemberdayaan penyandang disabilitas, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas, serta upaya membangun jaringan kerja/kemitraan dan sistem rujukan Pelaksana kegiatan dapat melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan, bakat, minat dan potensi penyandang disabilitas dan juga kondisi masyarakat setempat, sehingga kegiatan yang dilakukan dalam pos ini dapat fleksibel dalam pelaksanaannya. Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan buku pedoman ini, kiranya kegiatan pos rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas di masyarakat dapat dioptimalkan pelaksanaannya, guna mewujudkan tujuan pelayanan rehabilitasi sosial yang berkualitas menuju pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang setara dengan anggota masyarakat lainnya. 33

38 34

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS OLEH LEMBAGA DI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H No.790, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Standar Habilitasi dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1410, 2015 KEMENSOS. Anak Penyandang Disabilitas. Pelayanan Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2017 KEMENSOS. Standar Rehabilitasi Sosial. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.43, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial. Profesi. Pekerjaan Sosial. Standar. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.686, 2017 KEMENSOS. Kawasan Ramah Lanjut Usia. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN RAMAH LANJUT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.963, 2017 KEMENPP-PA. Anak Penyandang Disabilitas. Perlindungan Khusus. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DI DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL - 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang

Lebih terperinci

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin pelindungan,

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe

2015, No Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Pe BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.928, 2015 KEMENSOS. Rehabilitasi Sosial Anak. Hukum. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL ANAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI UTARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 411, 2014 KEMENSOS. Sosial. Lembaga Kesejahteraan Sosial. Lanjut Usia. Asistensi. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ASISTENSI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, SALINAN BUPATI DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 97 ayat (1) Peraturan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 26 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 26 TAHUN 2009 TENTANG KESETARAAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS I. UMUM Tujuan pembentukan Pemerintah Negara Indonesia sebagaimana dituangkan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS - 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG PENERBITAN KARTU PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH

~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH I SALINAN I fff~{?~{5 ~~ ~Ja/wn,a PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DAERAH ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa kekerasan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN REHABILITASI SOSIAL ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM OLEH LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2012 KEMENTERIAN SOSIAL. Pelayanan Sosial. Lanjut Usia. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PERATURAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMISI DAERAH LANJUT USIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR: 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2017 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PERKAWINAN USIA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang :

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA 1 BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 67 Tahun 2007 Seri : D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 62 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU BAGI KORBAN KEKERASAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN PERANAN WANITA MENUJU KELUARGA SEHAT DAN SEJAHTERA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak. KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA PERATURAN NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.102,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Taman Anak Sejahtera. Pendirian. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN ANAK SEJAHTERA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN Menimbang

Lebih terperinci

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2 No.1438, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Lembaga Rehabilitasi Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS 1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN LEMBAGA REHABILITASI SOSIAL BAGI PECANDU DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Lebih terperinci