BAB V PENUTUP. Yogyakarta" yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik. Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta

Transkripsi

1 128 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pada penulisan hukum berjudul "Peran Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta" yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik kesimpulan. 1. Peran Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta Dalam rangka untuk pencegahan dan penanganan penyalahgunaan napza sesuai dengan kedudukan dan tugas pokoknya, Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta membuat beberapa kebijakan atau program yang bertujuan untuk mengurangi jumlah penyalahgunaan napza dan mengobati secara sosial. Adapun program-program atau kebijakan yang dimiliki oleh Dinas Sosial daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wujud nyata dari peranan dalam pencegahan dan penanganan penyalahgunaan napza yaitu a. Program pencegahan yang bersifat preventif berupa penyuluhan sosial, Peran Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dan upaya pencegahan yang bersifat preventif belum terlaksana secara maksimal seperti pelaksanaan penyuluhan sosial desa, penyuluhan dengan media peragaan baik media cetak atau media elektronik atau melalui kesenian

2 129 dan budaya. Sasaran penyuluhan sosial yang dilakukan oleh Dinas Sosial belum meoptimalkan kepada usia muda, sebagaimana penyalahguna Napza banyak terjadi pada usia muda. Selain itu pelaksanaan sosialisasi program-program penanganan penyalahgunaan napza belum efektif dibuktikan dengan Jumlah residen yang ditangani didalam panti kebanyak berasal seseorang yang terjaring razia atau kasus hukum bukan atas keinginan sendiri. b. Program penanganan Penyalahguna Napza melalui Lembaga rehabilitasi Sosial, Dalam melaksanakan program penanganan pengguna dan korban penyalahgunaan NAPZA dalam panti, Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP). Panti Sosial Parmadi Putra (PSPP) terletak di Karangmojo, Purwomartani, Klasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Panti Sosial Parmadi Putra. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) dalam melaksanakan rehabilitasi sosial dengan menggunakan metode Terapi Komunitas (Therapeutic Community). Dimana dibentuk suatu komunitas yang positif dilingkungan yang teratur dan terkoodinir dengan kegiatan-kegiatan menunjang untuk terjadi perubahan fisik dan terutama mental. Pendekatan yang digunakan dalam terapi komunitas

3 130 adalah pendekatan behavioral dimana diberlakukan sistem reward dan punishment dalam mengubah suatu perilaku. Untuk pelaksanaan program penaganan penyalahguna Napza dengan melalui program rehabilitasi baik berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat jelas dengan bahwa jumlah penggunna napza dari tahun ketahun dapat berkurang dan Tidak ada satupun dari residen didalam panti yang mencatakan tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dalam panti. c. Program penanganan Penyalahguna Napza melalui luar Lembaga rehabilitasi Sosial, Program penanganan korban penyalahgunaan napza melalui rehabilitasi luar panti merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk mengembalikan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat yang dilaksanakan diluar lembaga rehabilitasi atau panti sosial. Dilaksanakan diluar lembaga sosial atau panti sosial maksudnya seseorang penyalahgunaan napza menjalani rehabilitasi sosial ditempatkan dilingkungan masyarakat dimana seseorang penyalahguna napza itu tinggal. Pelaksanana program ini telah membuahkan hasil dengan bisa menurunkan jumlah penyalahguna Napza diwilayah Daeraha Isyimewa Yogyakarta.

4 131 d. Bantuan sosial usaha produktif dan advokasi masyarakat. Pemulihan seseorang dari ketergantungan NAPZA, tidak hanya sekedar menghentikan pemakaiannya saja, melainkan membantu untuk tumbuh kembangnya mental, emosional, spiritual serta kemampuan (kompetensi) dan Life Skill (keterampilan hidup) untuk melangsungkan kehidupannya, langkah kongkrit yang dilakukan oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menciptakan kemandirian dan mempunyai sifat positif terhadap korban penyalahguna Napza adalah pemberian bantuan sosial berupa pemberian modal usaha ekonomi kreatif dan pengembangan usaha ekonomi kreatif dan advokasi Sosial Pelaksanaan Program Batuan sosial dan Advokasi sosial merupakan program yang cukup penting dirasakan bagi bekas pengguna napza karena program ini sangat membatu mereka untuk tetap tidak menggunakan napza. Seperti program bantua sosial, bekas pengguna napza diberikan akan mempunyai kengiatan yang positif setelah selesai menjalani rehabilitasi, sedangkan untuk program advokasi sosial para pengguna Napza dibantu dan diberikan dorongan untuk bisa lingkunganya menerima sebagai masyarakat pada umumnya. B. Dalam melaksanakan peran tersebut Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta masih terdapat beberapa kendala yaitu

5 Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan program dan kebijakan dalam pencegahan dan penanganan penyalahguna Napza. untuk mengatasi permasalahan ini Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan Upaya berupa Menjalin kerja sama dengan perusahaan, tokoh masyarakat, ibu-ibu PKK dan para komunitas sosial yang ada di Yogyakarta selain itu uapaya yang dilakukan Dinas Sosial yaitu Membentuk Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) yang ini merupakan bentuk rehabilitasi diluar panti yang dilakukan oleh para relawan sosial dan masyarakat dengan tetap dibawah pengawasan dari Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Sosial Daerah istimewa Yogyakarta. Upaya yang dilakukan oleh dinas sosial daerah istimewa yogyakarta adalah Memaksimalkan saran dan prasarana yang ada dan sedang mengajukan permohonan pengadaan kendaraan baik kepada pemerintah provinsi maupun kepada pemerintah pusat khususnya kementerian sosial sebagai konsekuensi dari tugas pembantuan dari kementerian tersebut 3. Kurang kesadaran dari penyalahguna Napza atau lingkungan sekitar penyalahguna untuk melaporkan diri kepada institusi penerima wajib lapor. Upaya yang dilakukan oleh Dinas sosial daerah istimewa yogyakarta

6 133 yaitu Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat agar lebih paham tentang kewajiban dan proses rehabilitasi yang dilakukan oleh dinas sosial. Selain melaksanakan sosialisasi langsung kepada masyarakat. Dinas Sosial juga menggandeng tokoh masyarakat dan komunitas untuk sama melakukan kontrol sosial dan pemahaman pada lingkungan masingmasing 5.2. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada BAB sebelumnya dalam penulisan hukum ini, penulis mencoba untuk menyampaikan saran terhadap pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Dinas sosial Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kaitannya dengan peran Dinas Sosial daerah Istimewa Yogyakarta dalam pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Napza diwilayah Yogyakarta yaitu: 1. Dinas Sosial meningkatkan sosialisasi terkait ketentuan wajib lapor sebagaimana diamanatkan didalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2011 tentang wajib lapor. 2. Membuat pertemuan rutin antara Dinas Sosial dengan berbagai Instansi yang memiliki tugas dibidang Napza terutama dengan Dinas Kesehatan, BNNP, Kejaksaan, pengadilan negri dan polisi guna membahas sinergitas dalam Upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan Napza.

7 Penambahan Jumlah konselor adiksi untuk pelaksanaan dalam panti dan penambahan jumlah pendamping sosial untuk melaksanakan rehabilitasi luar panti, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Memperbanyak pelatihan bagi pendamping sosial guna untuk peningkatkan pengetahuan pendamping sosial dalam menangani kasus yang biasanya dilakukan sekali bagi setiap pendamping sosial. 5. Meningkat Sosialisasi dengan menggunakan metode terkini, seperti penggunaan facebook, Twitter, dan lain sebagainya. 6. Mengubah sistem pembayaran yang semula gratis atu ditanggung oleh Negara menjadi bayar atau ditanggung pribadi masing-masing bagi pengguna Napza yang tidak dikategorikan miskin.