KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Disusun oleh: SKRIPSI. Oleh: ANITA FERAWATI K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Disusun oleh: SKRIPSI. Oleh: ANITA FERAWATI K"

Transkripsi

1 KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Disusun oleh: SKRIPSI Oleh: ANITA FERAWATI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012

2 ii ii

3 iii KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Oleh: ANITA FERAWATI K Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012 iii

4 iv iv

5 v PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari : Rabu Tanggal : 19 Desember 2012 Tim Penguji Skripsi: Nama Terang Ketua : Drs. Saiful Bachri, M.Pd Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd Anggota I : Drs. Leo Agung, M.Pd Anggota II : Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si Tanda Tangan Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP v

6 vi ABSTRAK Anita Ferawati. KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara tahun ; (2) Pengembangan nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun ; (3) Tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode historis dengan langkahlangkah heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, menggunakan sistem resume katalog. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pemerintah Korea Utara menggunakan ideologi Ju Che, yang berarti semua masyarakat harus bisa mandiri di bidang ekonomi, pandai di bidang politik dan kuat dalam pertahanan. Di bidang politik, Korea Utara mulai mencoba menjalin kerjasama dengan Korea Selatan. Selain itu, untuk mengganti energi listrik dan melindungi diri dari musuhnya, pemerintah Korea Utara membangun senjata nuklir.; (2) Pengembangan nuklir Korea Utara menimbulkan ancaman untuk negara tetangganya. Situasi semakin rumit ketika Korea Utara melakukan ujicoba nuklir yang kedua yaitu senjata rudal jarak jauh Taepodong-2. Dewan Keamanan PBB memutuskan untuk menjatuhkan sanksi yaitu penghentian bantuan ekonomi kepada Korea Utara atas ujicoba rudal jarak jauh tersebut. Pemerintah Korea Utara mengembangkan nuklir untuk melindungi rejim Kim dari pengaruh negara lain yang ingin menguasai daerah Semenanjung Korea; (3) Tindakan Korea Utara mendapatkan tanggapan negatif dari berbagai negara. Tanggapan tersebut misalnya dari Amerika Serikat yang menghendaki Korea Utara menghentikan program pengembangan senjata nuklir untuk ditukarkan dengan bantuan ekonomi, Korea Selatan tidak menginginkan adanya perang di Semenanjung Korea. Jepang, Cina dan Rusia tidak menyetujui adanya perang karena akan mengganggu perdagangan internasional dan mengancam keamanan dunia. Simpulan penelitian ini adalah pemerintahan Kim Jong Il telah mengembangkan senjata nuklir untuk mempertahankan rejim Kim, mencari bantuan ekonomi dan melindungi negara dari serangan bangsa yang lain. Namun, pengembangan nuklir tersebut mendapat kecaman dari berbagai negara. Kata kunci: nuklir, Korea Utara, Rudal, Semenanjung Korea vi

7 vii ABSTRACT Anita Ferawati. KIM JONG IL POLICY ON NUCLEAR DEVELOPMENT IN NORTH KOREA YEAR Thesis, Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University. Desember The objective of research is to find out: (1) The government's policy of Kim Jong Il in North Korea in , (2) Development of Kim Jong Il's nuclear future in North Korea in , (3) Response to the country's nuclear development Korea. This research was conducted by using the historical method through heuristic, critical, interpretation and historiography steps. Source of data used in this study of primary sources and secondary sources. The techniques of data collection was done by literature study, using the resume and catalog system. The technique of analysis data used in this research was the historical analysis with external and internal critics. Based on this research can be concluded: (1) The Government of North Korea's applying Ju Che ideology, that means all communities shall be independent in the economic, political and clever strong in defense. In the political sphere, North Korea began to try to establish cooperation with Korea Selatan. In addition, to replace the electrical energy and protect themselves from their enemies, the North Korean government to build a nuclear weapon., (2) North Korea's nuclear development poses a threat to its neighbors. The situation became complicated when North Korea launch the second trial of nuclear long-range Taepodong-2. The UN Security Council voted to impose sanctions it is insentif economic blocade. The government of North Korea to develop nuclear regime to protect Kim from the influence of other countries who want to master the Korean Peninsula region, (3) actions of North Korea get a negative response from many countries. The response of the United States for example, which requires North Korea to stop nuclear weapons development program in exchange for economic aid, South Korea does not want a war in the Korean Peninsula. Japan, China and Russia do not agree that the war because it would disrupt international trade and threaten the security of the world. Conclusions this study is the government of Kim Jong Il has developed nuclear weapons to defend Kim regime, seeking economic aid and protect the country from attack another nation. However, the nuclear development has come under fire from various countries. Key words: nuclear, North Korea, Long-range, Semenanjung Korea vii

8 viii MOTTO #Untuk mencari teman dan kedudukan, menjadi diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi seperti orang lain (penulis)# #Kehidupan anda tidaklah terlalu ditentukan oleh apa yang anda alami dalam hidup ini, melainkan lebih ditentukan oleh sikap anda terhadap hidup ini, tidak terlalu ditentukan oleh apa yang terjadi pada anda, melainkan lebih ditentukan oleh cara pandang anda memandang apa yang terjadi (John Homer Miller)# #Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia (Al Fushshilat: 34)# viii

9 ix PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, kupersembahkan karya ini untuk : Bapak dan Ibu Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas dan doa yang selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan kalian. Adik Mahdha Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini dan penyemangat agar aku tidak putus asa. Teman-teman Sejarah 2008 Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya. Semua temanteman yang tak bisa aku sebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita tidak berakhir sampai disini. ix

10 x KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-nya penulis dapat KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin dalam penyusunan skripsi. 3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Leo Agung S, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. Herimanto, M.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ayah, Ibu, Adik Mahdha, dan semua keluarga tercinta yang senantiasa memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang. 7. Sahabat dan teman-teman Prodi Sejarah khususnya Angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungannya kepada penulis. x

11 xi xi

12 xii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i... ii HALAMAN PENGAJUAN... iii HALAMAN PERSETUJUAN... iv HALAMAN PENGESAHAN... v HALAMA ABSTRAK... vi HALAMAN MOTTO... viii HALAMAN PERSEMBAHAN... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI.... xii DAFTAR BAGAN & TABEL xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Hubungan Internasional Kebijakan Kekuasaan Nuklir B. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIA 41 A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian xii

13 xiii C. Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data F. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. 52 A. Korea Utara Masa Kim Jong Il Keadaan Geografis a) Kebijakan di Bidang Politk b) Kebijakan di Bidang Ekonomi c) Kebijakan di Bidang Pertahanan dan Keamanan Kebijakan Luar Negeri B. Pengembangan Nuklir Masa Kim Jong Il Latar Belakang Pengembangan Nuklir Perkembangan Program Nuklir Korea Utara a) Bentuk Nuklir b) Ujicoba Nuklir Penyelesaian Masalah Nuklir a) Proses Perundingan b) Dampak Positif Nuklir c) Dampak Negatif Nuklir C. Tanggapan Negara Lain Terhadap Pengembangan Nuklir Di Korea Utara Tahun Tanggapan Negara Amerika Serikat Tanggapan Negara Jepang Tanggapan Negara Korea Selatan Tanggapan Negara China BAB V. 99 A. Simpulan B. Implikasi C. Saran xii

14 xiv DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 xv DAFTAR BAGAN & TABEL halaman Bagan 1 Bagan 3 : Bagan Prosedur Penelitian Sejarah 51 Tabel 3 Tabel Tabel xv

16 xvi DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1 : Peta Korea Utara Lampiran 2 : Tempat Fasilitas Nuklir Lampiran 3 : Rudal Balistik Lampiran 4 : Rudal Jarak Jauh Lampiran 5 : Presiden Kim Jong Il Lampiran 6 : Jika AS Mau Berunding Uji Coba Nuklir Batal Lampiran 7 : Korut Tuntut AS Si gkirkan Nuklir Lampiran 8 : Korea Utara Berhasil Tes Senjata Nuklir Lampiran 9 : Sanksi Baru PBB Ancam Korut Lampiran 10 : Jepang Khawatir Balasan Korut Lampiran 11 : Korea Journal Lampiran 12 : The Wall Street Journal Lampiran 13 : Party, State, Parliament and Military Lampiran 14 : Buletin IAEA Nuclear Power and Public Acceptance Lampiran 15 : Buletin IAEA Nuclear Medicine Lampiran 16 : Surat Perijinan xvi

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korea Utara merupakan negara yang terletak di bagian utara semenanjung Korea dengan garis lintang LU dan garis bujur BT. Di wilayah utara, Korea Utara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina dan Rusia, di bagian selatan di batasi oleh Zona Demiliterisasi Korea. Arah barat Korea Utara di batasi oleh Laut Kuning dan Korean Bay, sedangkan arah timur berbatasan dengan Jepang. Ibukota Korea Utara adalah Pyongyang dengan beberapa kota besar seperti Kaesong, Sinuiju, Wonsan, Hamnung dan Chongjin. Sungai yang paling panjang yaitu sungai Amnok (790 kilometer) dan gunung tertinggi adalah gunung Paektu-san dengan ketinggian meter (KBS World, 2006). Negara Korea menurut Sofa Asian Leaders (2012), bahwa Korea merupakan negara yang pernah dijajah oleh Jepang tahun Pada saat itu Korea masih menjadi satu pemerintahan. Di tahun 1939, Jepang merupakan salah satu negara yang berperan dalam Perang Dunia II dengan mempertahankan kedudukannya di Korea dan negara jajahan lainnya. Akan tetapi, Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II pada tahun Kekalahan Jepang tersebut memberi dampak bagi Korea, yakni wilayah Negara Korea dibagi menjadi dua bagian. Wilayah tersebut yaitu wilayah utara diberikan kepada Uni Soviet dan wilayah selatan diberikan kepada Amerika Serikat. Pada bulan Agustus 1945, tentara Uni Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah bagian utara Semenanjung Korea. Pada tanggal 19 September 1945, seorang tokoh masyarakat yang bernama Kim Il Sung dipilih oleh sebuah komando polisi rahasia Uni Soviet untuk memimpin 40 pejuang Korea Utara yang mengungsi di Uni Soviet untuk kembali ke Pyongyang dan membuat formasi pemerintahan provinsi wilayah utara atau Komite Kerakyatan Korea Utara. Perwakilan dari seluruh masyarakat Korea membentuk (DPRK), yang kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya pada tanggal 9 September Pemerintah Uni Soviet memberikan komando kepada Kim Il 1

18 2 Sung untuk menjadi kepala negara dan kepala pemerintahan serta menjabat sebagai ketua Komite Pusat Partai Buruh Korea rty (KWP). Semua pejabat pemerintahan harus tunduk kepada Kim Il Sung dan jika ada pejabat yang memiliki ideologi berbeda dengan Kim, maka akan menerima sanksi yaitu dikeluarkan dari kedudukannya di partai buruh tersebut. Hal itu dilakukan untuk melindungi pemerintahan dengan kekuasaan turun temurun. Presiden Kim Il Sung meninggal pada tanggal 8 Juli 1994 di usia 82 tahun karena serangan jantung. Masyarakat Korea Utara memberikan penghargaan kepada Kim Il Sung sebagai Presiden Abadi (Eternal President), artinya jabatan seumur hidup yang diberikan oleh rakyat kepada seorang presiden yang menjadi pemimpin pemerintahan di Korea Utara. Adanya musibah kematian Kim Il Sung membuat Korea Utara harus mempersiapkan seorang pengganti pemegang kekuasaan yaitu seorang putra yang bernama Kim Jong-Il, yang secara resmi mendapat gelar Sekjen Partai Buruh Korea dan Ketua Komisi Pertahanan Nasional pada 8 oktober Pada tahun 1998, posisi Kim diresmikan sebagai posisi tertinggi di Negara Korea Utara. Sejak peresmian tersebut, Kim Jong Il diangkat sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Korea Utara. Pengangkatan pemimpin di Korea Utara dilakukan berdasarkan garis silsilah keluarga. Para pejabat partai menganggap Kim sebagai seseorang yang tidak menggunakan jabatan presiden melainkan hanya seorang pemimpin pemerintahan, maka secara konstitusional Kim tidak disyaratkan untuk menggelar Pemilu dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya (Hendarsah, 2007). Kim Jong Il adalah pemimpin tertinggi dari Korea Utara tahun Kim menggantikan ayahnya dan menjadi ketua DPRK ( Republic of Korea). Selain itu, Kim menjabat sebagai Sekretaris Jenderal dari Partai Buruh Korea, Ketua dari Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara, dan Panglima Tertinggi dari Tentara Rakyat Korea. Pada saat Kongres Partai Keenam pada bulan Oktober 1980, Kim Jong Il telah memimpin partai tersebut. Ia diberi posisi senior dalam Politbiro (badan eksekutif), Komisi Militer dan Sekretariat Partai. Ketika Kim Jong Il diangkat menjadi anggota Majelis Agung Rakyat

19 3 Ketujuh pada bulan Februari 1982, pengamat internasional menganggap Kim sebagai pewaris dari Korea Utara (KBS World, 2006). Mengenai kekuasaan Kim Jong Il menurut Sofa Asian Leaders (2012), bahwa penguasaan angkatan darat merupakan langkah awal dalam menguasai kemiliteran Korea Utara. Pengangkatan Kim sebagai pemimpin angkatan darat telah diatur oleh Menteri Pertahanan, Oh Jin Wu. Segala sesuatu yang berkaitan dengan kekuasaan di Korea Utara telah direncanakan bahkan untuk kedudukan di mana pemimpin tersebut belum mempunyai keahlian di bidang militer. Sistem pemerintahan Korea Utara menjadi lebih terpusat dan otoriter di tahun 1990 masa pemerintahan Kim Jong Il. Dalam sebuah pertemuan Majelis Rakyat Agung (badan legislatif), Menteri Pertahanan Oh Jin Wu menunjuk Kim Jong Il sebagai presiden dengan julukan yang sama dengan ayah Presiden Abadi Adanya istilah presiden dianggap sebagai perumpamaan penguasa negara untuk mempertahankan rejim keluarga Kim. Kim menjadi pemimpin negara saat menjadi pemimpin Partai Buruh. Di sebagian besar Negara Komunis pemimpin partai adalah orang paling kuat di negaranya. Demikian halnya dengan seorang pemimpin partai besar di Korea Utara. dalam era Kim Jong Il. Ideologi ini juga merupakan strategi praktis untuk mewujudkan doktrin Ju Che (kemandirian). Di mana ajaran ini akan dilakukan untuk mempercepat kemajuan dalam bidang politik, ekonomi dan pertahanan di atas kemampuan sendiri. Doktrin ini dikembangkan untuk membentuk rakyat Korea Utara agar mengabdikan diri pada pembangunan bercorak sosialis tanpa bantuan pihak asing. Korea Utara memodernisasi negara dengan memfokuskan kekuasaan negara dalam perencanaan ekonomi, industri berat dan pengembangan militer. Bagi pemimpin Korea Utara, mempertimbangkan kubu militer adalah cara paling efisien dan militer memiliki pegaruh besar di Korea Utara. Oleh karena itu, Kim Jong Il tidak memiliki pilihan lain untuk mengatakan militer sebagai sumber kepemimpinan dan kebijakannya. Pengembangan militer yang berlebihan membuat kebijakan ekonomi Korea Utara mengalami perubahan dan pemerintah membuat kebijakan baru.

20 4 krisis ekonomi dan kekurangan pangan), slogan perjuangan yang dilakukan dengan menolak produk dari Jepang karena masyarakat Korea masih teringat akan penderitaan ketika dijajah oleh Jepang. Sebagai gantinya, pemerintah mengerahkan rakyat untuk mandiri dalam mengatasi situasi ekonomi yang memburuk. Parade ini juga dilakukan untuk mempertahankan sistem kekuasaan tunggal di bawah pemerintahan Kim Jong Il. Pemerintahan Kim Jong Il mulai stabil setelah tahun Pemerintah melakukan kunjungan ke Cina untuk melakukan kerjasama. Setelah kembali ke Korea Utara, Kim Jong Il menyatakan bahwa situasi negara telah mengalami perubahan di bidang ekonomi. Perubahan ini akibat pengaruh pemerintahan RRC yang mengalami liberalisasi dan keterbukaan ekonomi. Sehingga, Kim mulai mengadakan hubungan kerjasama dengan Cina di bidang ekonomi. Pemerintah Kim Jong Il mulai membuka proyek zona ekonomi Shineuiju yaitu proyek yang dirancang untuk membangun sebuah kota yang dapat digunakan sebagai kompleks industri dan zona perdagangan dengan negara lain. Korea Utara memperbaiki keadaan ekonomi dengan mengembangkan energi nuklir sebagai pengganti energi listrik. Selain itu, pengembangan energi nuklir mempunyai tujuan untuk pertahanan dan keamanan negara (Kompas, 12 Mei 2003). Adanya pengembangan nuklir ini menimbulkan rasa kekhawatiran dari Amerika Serikat karena dapat mengancam stabilitas di Semenanjung Korea. Bagi Amerika Serikat masalah nuklir Korea Utara dianggap serius, sehingga Amerika Serikat berusaha menekan Korea Utara untuk menghentikan program pengembangan nuklirnya (Tempo,12 Februari 1994). Pengembangan rudal Korea Utara diperkirakan dimulai tahun 1976 atau menjelang perang di Timur Tengah (Perang Yom Kippur), yakni ketika pasukan Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah. Pada saat perang Timur Tengah tersebut berlangsung, Korea Utara menerima rudal Scud- B buatan Rusia dan papan peluncur sebagai imbalan dalam mendukung secara diplomasi kepada Mesir. Penerimaan rudal tersebut memberikan kesempatan pada Korea Utara untuk memulai mengembangkan rudal

21 5 itu menjadi rudal sendiri dengan membongkar dan merakit kembali rudal Scud tersebut. Pengembangan nuklir yang pertama di Korea Utara terus mengalami kemajuan dan mulai diperbaharui hingga menghasilkan rudal berjarak panjang seperti -, rudal balistik berjarak menengah (IRBM), dan rudal balistik bertingkat yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk menghancurkan benua Amerika (KBS World, 2006). Hal-hal yang berkaitan dengan nuklir di seluruh dunia diatur dalam NPT (Nuclear Nonproliferation Treaty), yaitu suatu kesepakatan untuk tidak mengembangkan nuklir dan kesepakatan tersebut disetujui oleh seluruh negara di dunia. Korea Utara menjadi anggota NPT pada tahun 1985, namun tidak mengikuti peraturan dari organisasi tersebut. Pengembangan nuklir Korea Utara dianggap membahayakan seluruh negara, sehingga Korea Utara harus menghentikan program pengembangan senjata nuklir untuk dipertukarkan dengan bantuan ekonomi. Akan tetapi, pemerintah Korea Utara mengumumkan bahwa Korea Utara telah keluar dari keanggotaan NPT pada tahun Keluarnya Korea Utara dari non-proliferasi mendapat kecaman dari internasional, terutama dari negara dekatnya, Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan menilai bahwa tindakan Korea Utara telah merusak upaya normalisasi hubungan kedua negara yang telah mengalami kemajuan pesat dengan disepakatinya perjanjian kerjasama bilateral di berbagai bidang, diantaranya ekonomi dan pertahanan, pada tahun 2000 lalu. Akan tetapi, Korea Selatan tetap mempertahankan sikap dengan tidak mengeluarkan opsi militer terhadap ambisi nuklir Korea Utara tersebut. Reaksi pemerintah Amerika Serikat yaitu dengan memberlakukan kebijakan intervensi dalam urusan internasional dan menunjukkan tindakan nyata terhadap Korea Utara dan pemerintahan Presiden Bill Clinton meminta pemerintah Korea Utara supaya menerima pengawasan senjata nuklir dan masuk kembali ke dalam NPT. Amerika meminta Korea Utara untuk menerima tim pemeriksa dari IAEA (International Atom Energy Assosiation), badan energi atom internasional. Pemeriksaan tersebut ditolak, kemudian Amerika Serikat memberi waktu kepada pemerintah Korea Utara untuk memenuhi tuntutan IAEA. Jika tetap

22 6 menolak pemeriksaan IAEA maka Dewan Keamanan PBB akan memberlakukan embargo ekonomi (Tempo,12 Februari 1994). Korea Utara tidak mempedulikan himbauan Amerika Serikat, bahkan Korea Utara terus meningkatkan percobaan mesin baru bagi peluru kendali (rudal) jarak jauh. Sebaliknya, Amerika Serikat terus mempermasalahkan pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara dan merasa khawatir karena rudal Korea Utara dapat menjangkau Alaska. Di samping itu, Korea Utara mengirimkan beberapa teknologi rudal ke beberapa negara yang tidak memiliki pengaruh Amerika Serikat (Mohammad Shoelhi, 2003). Pada tahun 1994, Korea Utara dan Amerika Serikat menandatangani Kerangka Kesepakatan yang dirancang untuk membekukan dan membongkar program senjata nuklir dengan imbalan bantuan kebutuhan ekonomi. Kim Jong-il mengaku memiliki senjata nuklir yang diproduksi sejak tahun Penguasa Korea Utara tersebut mengatakan bahwa produksi nuklir dibuat untuk tujuan keamanan seperti Amerika Serikat yang memiliki senjata nuklir di Korea Selatan. Pada awal pemerintahan Presiden George W. Bush, Amerika Serikat meningkatkan sikap kerasnya kepada Korea Utara. Sementara itu, Korea Utara menuduh Washington telah melancarkan sikap permusuhan yang dapat menimbulkan konflik baru. Pernyataan dari kantor berita Korea Utara, Korean Central News Agency (KCNA) bahwa sikap permusuhan Presiden George W. Bush terhadap Korea Utara yang berhubungan dengan senjata nuklir merupakan alasan agar Amerika Serikat dapat melanjutkan kebijakan agresifnya terhadap Korea Utara dan mempertahankan penempatan pasukan Amerika Serikat di Korea Selatan. Menurut Amerika Serikat, pemerintah Korea Utara harus terlebih dahulu melepaskan program nuklir sebelum meningkatkan langkah di bidang politik, ekonomi dan militer. Sedangkan Korea Utara berpendapat bahwa Amerika Serikat harus lebih dulu melepaskan politik memusuhi Korea Utara dengan menandatangani perjanjian nonagresi dan memberi ganti rugi ekonomi kepada Korea Utara (Forum Keadilan, 10 Februari 2002). Menurut pemerintah Korea Utara, penghancuran senjata nuklir harus dimulai oleh Amerika Serikat sebagai pemilik senjata nuklir terbesar di dunia.

23 7 Akan tetapi, kedua negara itu masih berpegang teguh pada pendapatnya masingmasing sehingga sulit untuk mencapai suatu perdamaian dan masalah ini belum terselesaikan (Kompas, 12 Mei 2003). Pada tahun 2002 dalam pidato kenegaraan, Presiden Amerika Serikat, George W. Bush menyebut Korea Utara sebagai pusat kejahatan karena membangun senjata perusak massal dan mendukung terorisme. Adanya pernyataan tersebut, maka Kementrian Luar Negeri Korea Utara, memastikan tidak akan menerima ajakan Presiden George W. Bush untuk memulai kembali perundingan senjata nuklir. Pada tanggal 9 Oktober 2006, Korea Central News Agency mengumumkan bahwa mereka berhasil melakukan uji coba nuklir bawah tanah. Peluncuran ini dilakukan karena Amerika Serikat tidak memberi tanggapan atas peringatan dari Korea Utara. Beberapa cara yang dilakukan untuk mempertahankan kekuasaan Kim Jong Il adalah menggunakan kebijakan yang membentuk pemerintahan reformasi dan keterbukaan ekonomi. Hubungan Korea Utara dan Amerika Serikat sebenarnya sudah terjalin pada masa akhir jabatan Kim Il Sung. Hubungan itu memburuk setelah program pengembangan senjata nuklir Korea Utara terbongkar. Peristiwa itu mengakibatkan krisis nuklir putaran kedua (KBS World, 2006). Menurut Dian Firmansah (2009), pengembangan senjata nuklir Korea Utara yang akan datang mencapai tingkat operational nuclear deterrent, yaitu kekuatan luncur senjata nuklir dalam jumlah besar dengan sistem yang sudah teruji. Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yaitu agar senjata nuklir yang sedang dikembangkan memiliki kekuatan luncur yang luar biasa. Untuk menuju tingkat operational nuclear deterrent tersebut, para peneliti masih membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, selang waktu yang ada dapat digunakan oleh dunia internasional untuk membujuk rejim Korea Utara membatalkan rencananya mengembangkan kemampuan nuklir lebih lanjut. Strategi yang dapat dilakukan dunia internasional adalah memberikan jaminan keamanan bagi rejim Kim, bantuan ekonomi dan de-isolasi Korea Utara dari pergaulan internasional. Upaya Amerika Serikat dapat berupa memberikan keamanan dengan menandatangani pakta perjanjian non-agresi dengan Korea Utara.

24 8 Melalui hubungan ekonomi dan integrasi Korea Utara dengan dunia internasional, hal ini mempunyai tujuan agar Pyongyang memiliki kesadaran pentingnya menjaga perdamaian regional dan internasional termasuk dengan Korea Selatan. Proses ini tidak akan mudah, melihat hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan belum membaik. Bahkan hubungan baik dengan negaranegara lainnya pun masih membutuhkan waktu yang panjang namun setidaknya patut dicoba demi sebuah dunia yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti secara lebih mendalam serta mengangkatnya dalam sebuah skripsi yang berjudul Korea Utara Tahun B. Perumusan Masalah Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana penerapan kebijakan Kim Jong Il di Korea Utara tahun ? 2. Bagaimana pengembangan nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun ? 3. Bagaimana tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea Utara tahun ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui : 1. Penerapan kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara tahun Pengembangan Nuklir masa Kim Jong Il di Korea Utara tahun Tanggapan negara lain terhadap pengembangan nuklir di Korea Utara tahun

25 9 D. Manfaat Penelitian 1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya tentang kebijakan pemerintah Kim Jong Il di Korea Utara. 2. Sebagai salah satu karya ilmiah yang di harapkan dapat melengkapi koleksi perpustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sebelas Maret. 3. Dapat berguna bagi generasi muda pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya agar dapat mengambil hikmah dari peristiwa pengembangan nuklir di Korea Utara. 4. Dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian yang sejenis secara lebih mendalam.

26 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hubungan Internasional a. Pengertian Hubungan Internasional Ilmu hubungan internasional merupakan kajian baru dalam deretan ilmu-ilmu sosial yang ada saat ini. Sekitar tahun 1930-an, ilmu ini dimulai dengan kegiatan penelitian dan pengkajian akademis. Jadi, ilmu hubungan internasional belum terlalu lama penelitiannya jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain dan ilmu ini masih mengalami perkembangan (Soeprapto, 1997: 11). Menurut Soeprapto (1997), istilah hubungan internasional diciptakan pertama kali oleh Jeremy Bantham. Sebagai suatu ilmu, hubungan internasional merupakan satu-kesatuan disiplin dan memiliki ruang lingkup serta konsep-konsep dasar. Dua sebab yang mendorong munculnya ilmu hubungan internasional adalah : 1) Adanya minat terhadap fenomena yang ada setelah Perang Dunia I selesai. 2) Perang Dunia I yang menelan korban manusia serta kerusakan-kerusakan materiil. Akibat dari Perang Dunia I tersebut, menimbulkan kesadaran betapa pentingnya kebutuhan untuk mencegah peperangan dan terselenggaranya ketertiban dunia (hlm. 12). Secara sederhana pengertian hubungan internasional dipahami sebagai interaksi yang terjadi antara orang-orang tertentu, di mana interaksi tersebut telah melampaui batas yurisdiksi nasional sebuah negara. Pada dasarnya, tujuan utama studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku aktor, negara maupun non negara, di dalam arena transaksi internasional, di mana perilaku tersebut bisa berupa perang, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi 10

27 11 Menurut T. May Rudy, hubungan internasional dapat disimpulkan sebagai berikut: Hubungan Internasional adalah hubungan yang mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok maupun secara perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang melakukan interaksi baik secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari bangsa atau negara lain (1993: 3). Menurut Nasution (mengutip dari simpulan EH. Carr, 1965), munculnya hubungan internasional sebagai bidang studi sendiri adalah keinginan setiap negara untuk memahami sebab-sebab terjadinya konflik dan membina dunia lebih damai yang dilakukan sesudah perang dunia pertama. Sekitar tahun 1920 sampai 1930-an, studi hubungan internasional dipelajari melalui tiga jalur. Pertama, hubungan internasional dipelajari melalui penelaahan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan mencoba dibuat urutan kejadian. Sehingga setiap kesalahpahaman dan konflik antarbangsa bisa dihindari. Kedua, hubungan internasional dipelajari melalui studi tentang organisasi internasional. Ini didasarkan pada kesimpulan bahwa konflik bisa diselesaikan jika diciptakan suatu aturan atau tata tertib hukum yang didukung oleh organisasi seperti Liga Bangsa-Bangsa. Ketiga, studi hubungan internasional pada masa itu adalah sebuah analisa yang menitikberatkan pada ekonomi internasional (Nasution, 1984: hlm. 1-5). Menurut Nasution, ada beberapa pendekatan dalam hubungan internasional (mengutip dari simpulan Crayson Kirk) yang di antaranya: 1) Pendekatan Historis, para sejarawan meneliti hubungan internasioanl sebagai sejarah mutakhir saja, sehingga orang kehilangan banyak data mengenai peristiwa waktu lampau. 2) Pendekatan Legalistis, para ahli hukum memandang aspek-aspek legal dari hubungan antar negara itu saja, tanpa berusaha mencari sebab-sebab tidak sempurnanya peraturan hukum.

28 12 3) Pendekatan Ideal, para idealis yang memandang sistem hubungan internasional lebih sempurna akan melakukan penyelidikan atas konflik yang terjadi (1984: 16). Hubungan Internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktoraktor non-negara. Bagi beberapa aktor non-negara, batas-batas wilayah secara geografis tidak dihiraukan. Hingga saat ini ilmu hubungan internasional telah mengalami perkembangan yang signifikan. Setidaknya, dapat dilihat dari perkembangan ruang lingkup kajian dan aktor-aktor di dalam hubungan internasional, yang awalnya terbatas pada kajian keamanan dan negara kemudian melibatkan aktor-aktor non-negara dan isu-isu yang beragam, seperti ekonomi, sosial, lingkungan dan sebagainya (Johari, 1985). Untuk mengimbangi ketegangan masalah dunia, urusan luar negeri merupakan salah satu masalah pokok bagi setiap negara. Posisi setiap negara berbeda-beda, tetapi semua negara beranggapan kalau politik luar negeri sebagai priroritas yang penting. Menurut Prawirasaputra (1984), menyatakan bahwa politik luar negeri adalah kumpulan kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan-hubungan luar negerinya yang merupakan bagian dari kebijakan nasional dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, politik luar negeri suatu negara mencerminkan kemampuan masyarakatnya (hlm. 7). Politik luar negeri dapat memberi pengaruh positif dan negatif kepada warga negara. Hubungan yang dijalin dengan negara lain merupakan kebijakan pemerintah untuk melindungi dan menyejahterakan masyarakatnya. Landasan politik luar negeri dari beberapa negara adalah untuk memajukan nilai-nilai budayanya. Tetapi, dalam kenyataannya setiap negara akan menghadapi negara lain yang juga ingin memajukan budayabudaya mereka. Pada dasarnya politik internasional merupakan usaha-usaha untuk memperjuangkan perbedaan budaya suatu negara agar dikenal dan diakui oleh seluruh masyarakat di berbagai negara. Kesepakatan dalam menentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama dalam

29 13 merumuskan tujuan politik luar negeri. Untuk menciptakan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan nasional maka pemerintah harus menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada dalam negaranya. Dalam situasi tertentu suatu tindakan pemerintah harus mencapai kepentingan nasional. Tindakan pemerintah dalam politik luar negeri bertujuan untuk mencapai sasaran yang dianggap sebagai kepentingan nasional. Oleh karena itu, kepentingan nasional yang telah dibuat harus dirumuskan dan dipertahankan oleh seluruh masyarakat. Kepentingan nasional bersifat abadi, sehingga suatu negara akan selalu terlibat dalam permasalahan dunia. Namun, apabila situasi dan masalah politik luar negeri berubah maka tujuan dari kepentingan nasional akan berubah pula dan diperlukan tujuan yang baru (Nasution, 1989: 7). Organisasi untuk politik luar negeri dapat dikatakan sama di semua pemerintahan, yang berbeda adalah kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan memegang peranan penting dalam urusan luar negeri dengan bantuan para penasihat seperti Kabinet, Dewan Resolusi dan lain-lain. Namun, bantuan yang terpenting adalah dari Menteri Luar Negeri yang secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi kebijakan luar negeri serta menjadi penasihat resmi dari kepala pemerintahan. Untuk mengambil suatu keputusan luar negeri, pemerintah akan berunding terlebih dahulu dengan Menteri Luar Negeri. Keputusan tersebut dibuat menurut situasi dan kondisi negaranya (Nasution, 1989: 15). Menurut W. Coplin dan M. Marbun (1992: 32), pengambilan keputusan luar negeri merupakan campuran antara: 1) Keputusan politik luar negeri secara umum Merupakan serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui pernyataan-pernyataan kebijakan dan tindakan langsung. Sasaran politik luar negeri bisa menjangkau lingkungan internasional atau sekelompok negara tertentu.

30 14 2) Keputusan yang bersifat administratif Keputusan ini dibuat oleh anggota birokrasi pemerintah yang bertugas melaksanakan hubungan luar negeri negaranya. Departemen luar negeri merupakan organisasi birokratis yang utama, namun badan pemerintah lainnya, seperti dinas militer, dinas intelejen, dan departemen perdagangan juga sering terlibat dalam pengambilan keputusan administratif yang memengaruhi kebijakan luar negeri. 3) Keputusan yang bersifat kritis Merupakan kombinasi dari keputusan secara umum dan keputusan bersifat administratif. Keputusan kritis mempunyai dampak luas terhadap kebijakan umum suatu negara dan bisa mengarah kepada situasi kritis meskipun dampaknya menjangkau semua negara. Adanya kepentingan nasional membuat politik luar negeri perlu dikembangkan ke berbagai negara melalui kerjasama internasional. Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama internasional yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing negara. Kerjasama dilakukan apabila manfaat yang diperoleh akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung (Soeprapto, 1997: 181). Beberapa masalah yang terjadi, mengharuskan pemerintah saling berhubungan dengan mangajukan pemecahan, perundingan atau pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundingan dengan membentuk suatu perjanjian. Proses seperti ini disebut (1993), kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan

31 15 mengusahakan agar tercapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (hlm. 3). Menurut Soeprapto (1997), bahwa penggolongan kerjasama internasional dibagi dalam empat bentuk yaitu: 1) Kerjasama Global Adanya keinginan yang kuat dari berbagai bangsa di dunia untuk bersatu dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan cita-cita bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global. 2) Kerjasama Regional Merupakan kerjasama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Kerjasama tersebut bisa berada dalam bidang pertahanan tetapi juga bisa di bidang lain seperti pertanian, hukum, kebudayaan, dan lain sebagainya. 3) Kerjasama Fungsional Permasalahan maupun metode kerjasama menjadi semakin kompleks disebabkan oleh semakin banyak berbagai lembaga kerjasama yang ada. Walaupun kompleksitas dan banyak permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama fungsional baik di bidang ekonomi maupun sosial, untuk pemecahannya diperlukan kesepakatan dan keputusan politik. 4) Kerjasama Ideologi Pengertian ideologi merupakan alat dari suatu kelompok kepentingan untuk membenarkan tujuan dan perjuangan kekuasaan. Berbagai kelompok kepentingan berusaha mencapai tujuannya dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global (hlm. 182). Menurut K. J. Holsti (1995), ada beberapa alasan mengapa suatu negara melakukan kerjasama dengan negara lain, yaitu: 1) Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, di mana melalui kerjasama dengan negara lain, negara tersebut dapat mengurangi biaya

32 16 yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut; 2) Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya; 3) Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama; 4) Mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan buruk dari negara lain. Menurut Muhadi Sugiono (2006), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masingmasing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara negara anggotanya, tetapi juga bisa memaksakan kepentingannya sendiri (hlm. 6). Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan internasional adalah hubungan antara dua negara atau lebih yang sama-sama menginginkan kemajuan bagi masyarakatnya dengan menjalin kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Di samping itu, hubungan internasional ini juga digunakan sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di berbagai negara. Korea Utara melakukan hubungan internasioanl dengan Rusia, China, Korea Selatan dan beberapa negara komunis. Politik yang dilakukan pemerintah merupakan politik isolasi, yang di mana masyarakat tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan masyarakat negara lain. Namun, pada masa Kim Jong Il sistem pemerintahan berubah. Pemerintah mulai mendekati negara-negara lain yang berada di sekitar Korea. Korea Utara menjalin kerjasama di bidang ekonomi dengan Cina, Korea Selatan, Jepang dan Uni Soviet. Negara Korea Selatan

33 17 merupakan negara yang paling banyak memberikan bantuan dan kerjasama kepada pemerintah Korea Utara. Hal itu karena kedua negara tersebut sedang berusaha untuk mengadakan reunifikasi Korea. b. Sarana Hubungan Internasional Sarana hubungan internasional menurut Wayan Suydnanya yang dikutip dari J. Frankel (2010), ada berbagai sarana yang dapat dipergunakan oleh negara-negara dalam melakukan hubungan internasional, yaitu: 1) Diplomasi Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara lain. Diplomasi dapat bersifat bilateral (melibatkan dua negara) atau multilateral (melibatkan lebih dari dua negara). Instrumen diplomasi ada dua yaitu departemen luar negeri yang berkedudukan di ibukota negara, yang merupakan pusat hubungan intenasional dalam negara dan perwakilan diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima yang merupakan wakil dari negaranya. Dalam mewakili negara dan bangsanya, seorang diplomat memiliki tiga fungsi dasar yaitu sebagai lambang, sebagai wakil yuridis yang sah sesuai hukum internasional dan sebagai perwakilan politik. Sedangkan tugas seorang diplomat dapat dibagi menjadi empat fase pokok diplomasi, yaitu: perwakilan (representation), perundingan (negotiation), laporan (reporting) dan perlindungan kepentingan bangsa, negara dan warga negaranya di luar negeri. 2) Propaganda Propaganda adalah usaha sistematis untuk memengaruhi pikiran, emosi dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum. Ada dua hal yang membedakan diplomasi dengan propaganda, yaitu: a) Propaganda ditujukan kepada rakyat negara tersebut, bukan pemerintahnya.

34 18 b) Propaganda dilakukan hanya demi kepentingan negara pembuat propaganda. 3) Ekonomi Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak mutlak dilakukan oleh pemerintah, namun pihak swasta dapat berperan besar, baik selama masa damai maupun dalam situasi perang. Semua negara terlibat dalam hubungan ekonomi untuk mendapatkan barang yang tidak dapat diproduksinya sendiri. Keuntungan lainnya dari perdagangan internasional adalah diperolehnya suatu barang melalui sistem produksi yang efisien dan murah. 4) Kekuatan Militer dan Perang Berlawanan dengan ekonomi, bidang militer benar-benar dikuasai oleh pemerintah. Bidang militer sangat memengaruhi diplomasi karena memiliki kekuatan militer yang tangguh akan menambah rasa percaya diri, sehingga bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan tekanan lawan yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer diperlihatkan dalam parade militer di hari-hari nasional untuk menggertak dan memeringatkan negara-negara lawan sehingga perang dapat dihindarkan. Jikalaupun menjadi sebuah keputusan, perang merupakan pilihan terakhir. Pemerintah Korea Utara menggunakan semua sarana hubungan internasional untuk menutupi kekurangan negaranya dan melindungi pemerintahan yang diwariskan secara turun temurun. Sarana hubungan yang sering digunakan untuk menjalin kerjasama yaitu melalui kerjasama ekonomi. Korea Utara merupakan negara yang mengalami perekonomian yang buruk sehingga masyarakatnya mengalami penderitaan dan memerlukan bantuan dari negara lain. c. Pola Interaksi Hubungan Internasional Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat

35 19 internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (Holsti, 1997). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa: 1) Kerjasama 2) Persaingan 3) Pertentangan Konflik dan kompetisi merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional. Masalahnya adalah bagaimana menempuh langkah-langkah untuk membina upaya bersama guna mengurangi dan menghindari konflik yang mungkin terjadi. Sumber konflik bisa terletak pada kelangkaan sumber-sumber daya dan egosentrisme masing-masing negara atau kesatuan sosial tertentu, artinya aspirasi untuk terus meningkatkan kekuatan serta kedudukan dalam hubungan dengan negara-negara lain atau kesatuan sosial lainnya akan terus meningkat (Suprapto, 1997). Dalam kajian hubungan internasional, konflik tidak selalu berarti perang atau langsung berada pada taraf setara perang, tetapi bisa berupa krisis hubungan diplomatik, protes, penolakan, tuduhan, tuntutan, peringatan, ancaman, tindakan balasan, serta pemboikatan produk. Timbulnya konflik bisa dipicu oleh sikap dan tindakan saling tidak percaya di antara dua atau lebih entitas sosial yang berbeda. Solusi yang perlu dicapai dan dikembangkan adalah kerjasama. Pola-pola kerjasama multilateral dan global perlu ditingkatkan, karena akan semakin luas masalah global yang tidak bisa diatasi oleh beberapa negara saja, tetapi perlu pemecahan masalah bersama-sama oleh banyak negara (Nasution, 1984). Menurut Wayan Suydnanya (2010), ada tiga macam pola hubungan antar bangsa, yaitu: 1) Pola Penjajahan Penjajahan pada hakikatnya adalah penguasaan oleh suatu bangsa atas bangsa lain yang ditimbulkan oleh perkembangan paham kapitalis, di mana negara penjajah membutuhkan bahan mentah untuk produksi industrinya dan juga pasar bagi hasil industrinya.

36 20 2) Pola Ketergantungan Umumnya terjadi pada negara-negara berkembang yang karena kekurangan modal dan teknologi untuk membangun negaranya, terpaksa mengandalkan bantuan negara-negara maju yang akhirnya mengakibatkan ketergantungan pada negara-negara maju tersebut. 3) Pola Hubungan Sama Derajat Pola hubungan ini sulit diwujudkan, namun merupakan pola hubungan paling ideal yang menuntut penghormatan atas kodrat manusia sebagai makhluk yang sederajat tanpa memandang ideologi, bentuk negara ataupun sistem pemerintahannya. Politik luar negeri menghindarkan bangsa jatuh ke paham kebangsaan yang sempit atau Chauvinisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri namun memandang rendah bangsa lain dan menghindari paham Kosmopolitisme yang memandang seluruh dunia sebagai negeri yang satu dan sama sehingga mengabaikan negeri sendiri. Ketika melakukan kerjasama dan hubungan internasional ini, pemerintah dibantu oleh departemen luar negeri yang dipimpin seorang menteri luar negeri, para duta dan konsul yang diangkat kepala pemerintahan untuk negara-negara lain serta duta-duta dan konsul-konsul negara lain yang diterima oleh menteri luar negeri. Dalam menerima duta dan konsul negara lain, menteri yang menerima juga harus meminta persetujuan dari kepala negara asal duta dan konsul tersebut dalam bentuk Surat Kepercayaan (lettre de credance). Korea Utara menerapkan pola hubungan kerjasama dengan Korea Selatan. Akan tetapi, hubungan dengan Amerika Serikat merupakan pola persaingan karena pemerintah Korea Utara menganggap Amerika Serikat ingin menguasai wilayah Semenanjung Korea. Selain itu, Korea Utara juga sangat tergantung pada bantuan Korea Selatan. Hal tersebut karena Korea Utara yang perekonomiannya buruk memerlukan bantuan ekonomi dari Korea Selatan yang telah menjadi negara maju dengan industrinya yang menyebar di seluruh dunia.

37 21 2. Kebijakan a. Pengertian Kebijakan Menurut Mas sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004), secara harfiah pengertian dari ilmu kebijakan publik adalah terjemahan langsung dari kata policy science. Istilah kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Arti dari kebijakan itu sendiri adalah suatu peraturan yang dibuat pemerintah untuk memajukan masyarakatnya dan dijadikan pedoman untuk menjalankan pemerintahan. Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara. Dalam bahasa latin kata ini menjadi politia, artinya negara. Dalam bahasa Inggris lama, kata tersebut menjadi policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan pemerintah atau administrasi pemerintah. Uniknya dalam bahasa Indonesia, kata policy tersebut mempunyai konotasi tersendiri yaitu mempunyai arti kata bijaksana atau bijak. Kebijakan merupakan suatu peraturan yang dibuat pemerintah sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu sikap tegas dalam pengambilan keputusan saat terjadi pertemuan tertentu. Orang yang bijaksana mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami hampir semua aspek kehidupan. Menurut Mas Sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004), bahwa Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai intended to accomplish atau sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini, selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan. Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved). Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI

STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI STATUS KEPULAUAN DOKDO DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (STUDI TERHADAP KASUS SENGKETA KEPULAUAN DOKDO ANTARA KOREA SELATAN-JEPANG) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI TINJAUAN UMUM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Definisi, Signifikansi, & Ruang Lingkup Politik Luar Negeri Sifat & Tujuan Politik Luar Negeri Keterkaitan

Lebih terperinci

DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN

DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN DIPLOMASI PEMERINTAH IRAN TERHADAP TEKANAN INTERNASIONAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN NUKLIR TAHUN 2005-2009 (IRAN GOVERNMENT DIPLOMACY TO INTERNATIONAL PRESSURE ON NUCLEAR DEVELOPMENT PROGRAM 2005-2009)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berakhirnya perang dunia kedua yang dimenangkan oleh tentara sekutu (dimotori oleh Amerika Serikat) telah membuka babak baru dalam sejarah politik Korea. Kemenangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1999 TENTANG HUBUNGAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e f bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL

HUBUNGAN INTERNASIONAL BAB I HUBUNGAN INTERNASIONAL A. Pengertian Hubungan Internasional Hubungan internasional dapat diartikan sebagai hubungan antarbangsa, yang menyangkut hubungan di segala bidang yaitu di bidang politik,

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM

PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM PERJUANGAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh MAYA AZMI SUNDARI NIM 080210302030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K

PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA. Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K PENYUSUNAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK FISIKA SMA PADA POKOK BAHASAN TERMODINAMIKA Skripsi Oleh : Siti Nurrohmah K2309072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 i PERNYATAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: Dwi Yuliani K2309017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI NEGARA JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA SEBAGAI PENDALAMAN MATERI SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI NEGARA JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA SEBAGAI PENDALAMAN MATERI SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI NEGARA JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA SEBAGAI PENDALAMAN MATERI SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : SRI WAHYUNI K4409050 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TANGGUNG JAWAB ANGGOTA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TANGGUNG JAWAB ANGGOTA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TANGGUNG JAWAB ANGGOTA KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI RUKUN TETANGGA (RT) DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DESA SANGGRAHAN KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Skripsi

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS AKTIF TAHUN 1948-1961 SKRIPSI Oleh : Evi Ristiyanti NIM. 070210302077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Tengah dengan negara di kawasan Asia. Selain itu, Korea berada di tengah tiga negara besar yaitu Jepang, China, dan Rusia (Yang S. Y dan Mas oed M.

Tengah dengan negara di kawasan Asia. Selain itu, Korea berada di tengah tiga negara besar yaitu Jepang, China, dan Rusia (Yang S. Y dan Mas oed M. JURNAL KEBIJAKAN KIM JONG IL TERHADAP PENGEMBANGAN NUKLIR DI KOREA UTARA TAHUN 1998-2008(1) (THE GOVERNMENT ABILITY OF KIM JONG IL FOR NUCLEAR DEVELOPMENT IN KOREA UTARA AT 1998-2008) Anita Ferawati Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Oleh : ABSTRACT This study aims to identify and describe the action done by UN Security Council related to its role in dealing with the nuclear crisis in North Korea as

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Program pengembangan senjata nuklir Korea Utara dinilai mampu mengancam ketentraman dan stabilitas keamanan negara negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal abad ke-20, perkembangan teknologi telah mendatangkan beragam inovasi baru. Salah satunya adalah pengolahan beberapa unsur kimia menjadi senyawa radioaktif

Lebih terperinci

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN STUDI PERKEMBANGAN PERGURUAN PENCAK SILAT ANAK NAGA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2007 2011 Skripsi Oleh : AAN WAHYU PARWANTO K 4608083 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KEMASAN I KECAMATAN SERENGAN KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh : SITI RASYIDAH

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 20/1996, PENGESAHAN CONVENTION ON INTERNATIONAL LIABILITY FOR DAMAGE BY SPACE OBJECTS, 1972 (KONVENSI TENTANG TANGGUNGJAWAB INTERNASIONAL TERHADAP KERUGIAN YANG DISEBABKAN OLEH BENDA BENDA ANTARIKSA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi 1767 1769 SKRIPSI Oleh: A n g g a M a y R a w a n NIM : 050210302229 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

KRISIS POLITIK DI SURIAH ERA BASHAR AL-ASSAD (POLITICAL CRISIS IN SYRIA ON BASHAR AL-ASSAD) SKRIPSI. Oleh YENNY KURNIAWATI NIM

KRISIS POLITIK DI SURIAH ERA BASHAR AL-ASSAD (POLITICAL CRISIS IN SYRIA ON BASHAR AL-ASSAD) SKRIPSI. Oleh YENNY KURNIAWATI NIM KRISIS POLITIK DI SURIAH ERA BASHAR AL-ASSAD (POLITICAL CRISIS IN SYRIA ON BASHAR AL-ASSAD) SKRIPSI Oleh YENNY KURNIAWATI NIM 080910101001 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI Disusun oleh: INDAH WAHYU NINGRUM K7109103 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : Rendy Nichoyosep Rusade K

Skripsi. Oleh : Rendy Nichoyosep Rusade K IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA ALAT PERAGA MURAH BERBASIS TEKNOLOGI SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Skripsi Oleh : Rendy Nichoyosep

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA I. UMUM Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan

Lebih terperinci

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

SIKAP ISRAEL PADA MASA PEMERINTAHAN PERDANA MENTERI BENJAMIN NETANYAHU TERHADAP PROGRAM NUKLIR IRAN

SIKAP ISRAEL PADA MASA PEMERINTAHAN PERDANA MENTERI BENJAMIN NETANYAHU TERHADAP PROGRAM NUKLIR IRAN SIKAP ISRAEL PADA MASA PEMERINTAHAN PERDANA MENTERI BENJAMIN NETANYAHU TERHADAP PROGRAM NUKLIR IRAN (ISRAEL S RESPONSE IN THE ERA OF PRIME MINISTER BENJAMIN NETANYAHU TO THE IRAN S NUCLEAR PROGRAM) SKRIPSI

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN PADA ERA ORDE BARU SKRIPSI. Oleh. Tian Fitriara Huda NIM

DINAMIKA PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN PADA ERA ORDE BARU SKRIPSI. Oleh. Tian Fitriara Huda NIM DINAMIKA PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN PADA ERA ORDE BARU SKRIPSI Oleh Tian Fitriara Huda NIM 060210302259 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pertahanan keamanan negara untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN BASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I PURWOSARI WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: TRI WIRATNA K7109190

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI 1 ANALISIS INSTRUMEN UJIAN AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN IPA (FISIKA) DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN NGAWI Skripsi Oleh : Anggesta Yulita Ristaniva Putri X 2306017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH

DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH DIPLOMASI RUSIA DALAM MENGGAGALKAN RENCANA PENGIRIMAN PASUKAN PERDAMAIAN DK PBB KE SURIAH (RUSSIAN DIPLOMACY TO THWART THE PLAN OF SENDING PEACEKEEPING TROOP TO SYRIA) Oleh: ALI AL HASIMI M 070910101104

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada perjanjian-perjanjian internasional, perkembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa sejalan dengan ratifikasi Indonesia pada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : TYAS UNINGASRI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user

SKRIPSI. Oleh : TYAS UNINGASRI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user ANALISIS PERANAN SEMANGAT BUSHIDO DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN JEPANG PASCA PERANG DUNIA II DAN RELEVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh : TYAS UNINGASRI K4410061 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA AWAL ORDE BARU

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA AWAL ORDE BARU POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA AWAL ORDE BARU 1966-1982 SKRIPSI Oleh Mega Kusumaningtias NIM 090210302066 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN

BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN Koresa Utara merupakan negara yang terletak di wilayah Asia Timur yang perkembangan sosial-politiknya telah

Lebih terperinci

PENERAPAN QUANTUM LEARNING

PENERAPAN QUANTUM LEARNING PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN WATES KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI Oleh: INDRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 ini, hingga dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1874 dan sikap keras Korea Utara dengan resolusi-resolusi

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci