ANALISA TEBAL DAN KADAR AIR KULIT POHON SERTA KECEPATAN TERPICUNYA API (Quick-Fire Start) JENIS GMELINA, SUNGKAI DAN SENGON
|
|
- Sudomo Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA TEBAL DAN KADAR AIR KULIT POHON SERTA KECEPATAN TERPICUNYA API (Quick-Fire Start) JENIS GMELINA, SUNGKAI DAN SENGON The Thicness, Water Content and Quick-Fire Start Analysis Of The Bark Of Trees Spesies Gmelina, Sungkai and Sengon Oleh/by FONNY RIANAWATI 1 ABSTRACT The thickness, water-content and quick-fire start of the trees species are different each other, and all of those will influence the forest fire speed of a stand. Based on this phenomenon the research had been held for the trees species, those are gmelina, sengon and sungkai. The result of this research show that gmelina species has the bark thickness and water content more than the other species (sengon and sungkai). So that the quick-fire start of the species is slow than sengon and sungkai species. Keywords : Thicness, water content, quick-fire start, bark I. PENDAHULUAN Hutan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai salah satu sumberdaya alam yang potensial. Hutan mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai penghasil kayu maupun non kayu, sumber plasma nutfah, ekosistem flora dan fauna, pengatur tat air dan pengawetan tanah. Fungsi tersebut sangat penting untuk dijaga kelestariannya dari gangguan yang menyebabkan berkurang atau hilangnya fungsi hutan tersebut, dimana salah satu gangguan dari fungsi hutan tersebut adalah adanya kebakaran hutan. Ginting (2002) menyatakan bahwa kebakaran hutan merupakan penyebab utama degradasi hutan dan lahan disamping perambahan hutan, konversi hutan dan illegal logging, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan menjadi penting dan strategis untuk mengurangi meluasnya kerusakan hutan. Kebakaran hutan dapat terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja. Nasution (2003) menyebabkan bahwa kebakaran hutan 99 % disebabkan karena faktor manusia dan hanya 1 % disebabkan karena faktor alam. Selain karena adanya pengaruh iklim (adanya musiom kemarau yang panjang) yang menyebabkan kekeringan dimana-mana, faktor bahan bakar merupakan faktor yang sangat dominan yang menyebabkan cepat dan luasnya kawasan hutan yang terbakar. Masalah kebakaran hutan merupakan gangguan yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup vegetasi. Tebal kulit pohon dan kandungan kadar airnya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan jenis terhadap panas yang ditimbulkan oleh adanya kebakaran yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan vegetasi. Jenis-jenis yang tahan terhadap kebakaran hutan akan mampu bertahan hidup, sebaliknya jenis yang tidak tahan akan mengalami kerusakan bahkan kematian. 1) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unlam Alamat Korespondensi fonny_rianabudi@yahoo.co.id Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
2 Bertitik tolak dari hal tersebut di atas maka dilakukannya penelitian untuk menganalisa tebal dan kadar air kulit pohon serta kecepatan terpicunya api dari jenis Gmelina, Sungkai dan Sengon dalam hubungannya terhadap ketahanan jenis-jenis tersebut terhadap kebakaran hutan dan lahan. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek dan Peralatan Obyek penelitian ini adalah kulit pohon jenis Gmelina, Sungkai dan Sengon dengan diameter 20 cm keatas, dengan umur tanaman masing-masing 10 tahun ke atas. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pahat dan alat pemukul/palu untuk memotong kulit pohon, 2. parang untuk mengoyak kulit pohon, 3. micrometer sekrup untuk mengukur ketebalan kulit pohon, 4. kompas untuk menentukan arah mata angin, 5. kantong plastik untuk membungkus sampel, 6. pita ukur untuk mengukur diameter pohon, 7. oven untuk mengeringkan kulit pohon, 8. korek api dan lilin untuk membantu proses pembakaran, 9. Thally sheet dan alat tulis menulis untuk mencatat data pengamatan dan pengukuran di lapangan, 10. neraca digital untuk menimbang berat basah dan berat kering tanur sampel. B. Parameter Yang Diamati Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tebal dan kadar air kulit pohon serta kecepatan terpicunya api. C. Teknik Pengambilan Data 1. Teknik pengambilan sampel di lapangan a. Pengambilan sampel untuk pohon berdiri dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan jenis dan diameter pohon (20 cm ke atas) serta umur pohon b. Memilih masing-masing jenis sebanyak 10 pohon yang mempunyai pertumbuhan baik dan tidak cacat serta menentukan arah mata angin c. Mengukur diameter pohon setinggi dada (±130 cm dari permukaan tanah) d. Mengoyak kulit pohon sampai mencapai lapisan kambiumnya denagn ukuran 4 cm x 4 cm pada setiap sisi arah mata angin. Berat dan tebal kulit rata-rata dihitung dengan menjumlahkan keempat sisi hasil pengukuran dibagi denagn jumlah pengukuran. e. Menimbang dan mengukur ketebalkan kulit basah (berat basah). 2. Pelaksanaan di laboratorium a. Sampel kulit yang telah di timbang berat dan di ukur ketebalannya selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selam 36 jam (kering tanur). Kadar air kulit kayu dihitung dengan menggunakan rumus dari Haygreen dan Bowyer (1953) yaitu : Berat basah Berat kering Kadar air (%) = x 100 % Berat kering Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
3 b. Penentuan kecepatan terpicunya api dilakukan terhadap sampel kulit pohon yang telah diturunkan kadar airnya (dalam keadaaan kering tanur). Waktu lamanya api mulai membakar pada masing-masing sampel dihitung dengan menggunakan stopwatch sehingga diketahui tingkat kecepatan terpicunya api dalam satuan waktu. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ketebalan dan Berat Kulit Pohon Data rekapitulasi hasil pengukuran barat dan tebal kulit pohon jenis Gmelina,Sungkai,dan Sengon dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi berat (gr/cm 2 ) dan tebal (cm) rata rata kulit pohon No Jenis Gmelina Sungkai Sengon berat tebal Berat Tebal Berat Tebal 1 0,73 1,175 0,56 0,55 1,05 0,95 2 1,05 1,513 0,47 0,50 0,54 0,64 3 1,14 1,613 0,57 0,60 0,80 0,79 4 0,91 1,350 0,44 0,50 0,82 0,85 5 1,08 1,375 0,50 0,50 0,82 0,73 6 0,79 1,318 0, ,83 0,85 7 0,88 1,190 0,48 0,55 0,63 0,66 8 0,70 1,118 0,59 0,60 0,90 0,89 9 0,76 1,118 0,44 0,60 0,82 0, ,96 1,278 0,53 0,50 0,76 0,61 Jumlah 9,01 13,05 5,18 5,50 7,97 7,82 Rata - rata 0,90 1,30 0,52 0,55 0,80 0,78 Seperti yang ditunjukan oleh Tabel 1 diketahui bahwa jenis Gmelina mempunyai berat dan tebal kulit rata rata yang paling besar yaitu 0,90 gr/cm 2 dan 1,30 cm,dibandingkan dengan jenis Sungakai dimana berat kulit rata ratanya sebesar 0,52 gr/cm 2 dan tebal kulit rata rata 0,55 cm serta jenis Sengon dengan berat kulit rata rata0,80 gr/cm 2 dan tebal kulit rata rata 0,78 cm. Dengan demikian dibandingkan kedua jenis lainnya (Sungkai dan Sengon) jenis Gmelina mempunyai kemampuann yang paling besar untuk bertahan hidup setelah kebakaran terjadi,karena kulit pohon yang tebal akan dapat melindungi kambium dari panas akibat kebakaran, sehingga kambium tidak mengalami kerusakan. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing masing jenis mempunyai tebal dan berat kulit pohon yang bervariasi. Departemen kehutanan (1992) yang dikutip oleh Poli i ( 2000) mengatakan bahwa ketebalan kulit pohon itu beragam menurut jenis pohon, sedangkan pada jenis yang sama akan bervariasi menurut kelas umurnya. Selanjutnya disebutkan pula bahwa berdasarkan bagian bagian dari kayu, kulit kayu terletak pada bagian terluar dari batang yang berfungsi sebgai pelindung bagian bagian dalam dari kemungkinan pengaruh luar yang bersifat merusak misalnya iklim, serangga, hama, serta perusak perusak lainnya. Selain itu juga kulit kayu berfungsi sebagai sarana transportasi bahan makanan dari daun ke bagian tanaman. Menurut Soeratmo ( 1984 ), kerusakan pohon akibat kebakaran dapat terjadi jika terjadi kerusakan pada kambiumnya, apabila mengalami pemanasan antara o C atau mengalami pemanasan yang terus menerus dibawah 65 o C. Kambium pada Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
4 kulit kayu terletak diantara kulit dalam dan kayu gubal, kearah luar berfungsi untuk menggantikan kulit lama yang telah rusak dan kearah dalam membentuk kayu yang baru sehingga dengan adanya kambium menyebabkan pohon lambat laun akan tambah besar. Oleh karena letak kambium terlindung oleh kulit kayu maka kerusakan lapisan kambium yang vital bagi pohon akan terlindungi dengan semakin tebalnya kulit kayu. Boer ( 1995 ) menyebutkan bahwa daya tahan hidup suatu jenis tanaman atau pohon terhadap kebakaran hutan berbeda beda, perbedaan tersebut dipengaruhi antara lain oleh tebal tipisnya kulit pohon,mudah atau tidaknya kulit pohon untuk terbakar dan kadar air dari pohon. Sedangkan purbowasese ( 2000 ) mengatakan bahwa suatu jenis intensitas pemanasan yang rendah dan singkatnya waktu terjadinya kebakaran juga dipengaruhi oleh faktor faktor genetis (tebal kulit dan kandungan air ) dan faktor lingkungan (sungai dan tofografi ) dimana vegetasi tersebut tumbuh. B. Kadar Air Kulit Pohon dan Kecepatan Terpicunya Api Berdasarkan hasil perhitungan terhadap kadar air kulit pohon setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 105 o C selama 36 jam ( kering tanur ) diperoleh data rekapitulasi perhitungan kadar air kulit pohon dan pengukuran kecepatan terpicunya api seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data hasil perhitungan rata-rata kadar air kulit pohom (K.a) dan kecepatan terpicunya api (A) No Jenis Gmelina Sungkai Sengon K.a ( % ) A (menit ) K.a ( % ) A( menit ) K.a ( %) A(menit) 1 235, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,61 2.` , , , , , , , , , ,26 o , Rata - rata 222, , , Tabel 2 menunjukan bahwa jenis Gmelina mempunyai kadar air kulit batang yang paling besar ( 229,76 % ) diikuti oleh kulit batang sengon dengan kadar air rata rata sebesar 136,66 % dan kulit batang Sungkai dengan kadar air rata rata sebesar 107,31 %. Selanjutnya dari data tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa kulit batang jenis Gmelina paling lambat untuk terbakar ( ) dibandingkan jenis sengon ( ) dan sungkai ( ). Hal tersebut menunjukan bahwa jenis Gmelina lebih tahan terhadap kebakaran, didukung lagi dengan ketebalan kulit batang yang lebih besar ( 1,30 cm ) dibandingkan kedua jenis lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdillah ( 2002 ) terhadap tingkat kerusakan pohon Gmelina akibat kebakaran di HTI Kirana Rimba dimana 99% dari jumlah sample menunjukan tipe kebakaran basah,dimana menurut Boer ( 1996 ) bahwa pohon dikatakan terbakar basah jika segera tumbuh kembali setelah api padam. Hal tersebut menunjukan bahwa api dari kebakaran tidak sampai merusak lapisan kambium dari pohon. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
5 Purbowaseso ( 1998 ) mengatakan bahwa pada dasarnya kadar air menentukan kemudahan bahan bakar untuk menyala, kecepatan proses pembakaran, dan kecepatan menjalarnya api. Kelembaban bahan bakar yang rendah akan memberikan dampak yang penting bagi penyalaan, penyebaran,dan intensitas api, dimana bahan bakar yang banyakj mengandung air akan lebih sulit untuk terbakar, demikian sebaliknya. Subyanto ( 1998) menyatakan bahwa daya tahan suatu tanaman ditentukan oleh banyaknya kandungan air dari pohon tersebut. IV. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpilan sebagai berikut : 1. Jenis Gmelina mempunyai berat dan tebal kulit batang yang paling besar yaitu 0,90 gr/cm 2 dan 1,30 cm diikuti sengon dengan berat kulit batang rata rata 0,890 gr/cm 2 dan tebal kulit batang rata rata 0,78 cm serta Sungkai dengan berat kulit batang rata rata 0,52 gr/cm 2 dan tebal kulit batang rata rata 0,55 cm. 2. Jenis Gmelina mempunyai kadar air kulit batang yang paling besar ( 229,76 % ) dibandingkan sengon ( 136,66 % ) dan Sungkai ( 107,31 % ). 3. Berdasarkan uji pembakaran untuk mengukur kecepatan terpicunya api diketahui bahwa Gmelina merupakan jenis yang paling lambat untuk terbakar ( ) dibandingkan Sengon ( ) dan Sungkai ( ). 4. dari ketiga jenis yang diteliti ( Gmelina, Sungkai dan Sengon ), berdasarkan tebal, kadar air dan kecxepatan terpicunya api pada kulit batang maka Gmelina mempunyai ketebalan yang tinggi terhadap kerusakan akibat kebakaran, diikuti oleh Sengon dan Sungkai. B. Saran Dari ketiga jenis yangt diteliti diketahui banwa Gmelina mempunyai tingkat ketahanan yang besar terhadap bahaya kebakaran sehingga dapat disarankan bahwa jenis Gmelina dapat dijadikan sebagai tanaman alternatif untuk dijadikan tanaman sekat bakar.selain itu juga untuk lebih mendukung data penelitian disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang ketahanan jenis terhadap kebakaran seperti faktor besar kecilnya kebakaran, musim, kondisi tofografi dan kondisi tumbuhan bawah dan bahan bakar serasah. DAFTAR PUSTAKA Abdillah, I, Tingkat Kerusakan Fisik dan Daya Tahan Hidup Tanaman Gmelina arborea ROXB Pasca Kebakaran di areal HTI PT. Kirana Rimba Kabupaten Banjar. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas kehutanan Unlam Banjarbaru Boer C Perlindungan Terhadap Kebakaran Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Departemen Pertanian, Pedoman Pembuatan Tanaman. Direktorat Reboisasi dan rehabilitasi, Jakarta Ginting, N.A.,2002. Prosiding Gelar Teknologi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Terpadu. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Hunt, G.M and G.A Garant, Pengawetan Kayu. Terjemaham Muhamad Yusuf. CV. Akademi Presindo. Jakarta Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
6 Nasution, M Pencegahan, Pemadaman dan Rehabilitasi Kerusakan Hutan Akibat Kebakaran ( makalah ). www. Bapedal go id/kebakaran/links/ informasi him, Poli i, H Kajian Terhadap Ketebalan dan Kadar air Kulit kayu jenis Tengkawang, kayu kacang dan Palawan. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universal; Lambung Mangkurat. Banjarbaru Purbowaseso B., Buku Ajar Pengendalian Kebakaran Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Soeratmo, Ilmu perlindungan hutan. Bagian Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian bogor. Bogor. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September
III. METODOLOGI PE ELITIA
10 III. METODOLOGI PE ELITIA 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK PT. DRT, Riau. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan
Lebih terperinciIII METODOLOGI PENELITIAN
III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di areal KPH Balapulang Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN
KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan alam tropika di areal IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2008 di petak 37 f RPH Maribaya, BKPH Parungpanjang, KPH Bogor. Dan selanjutnya pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia
Lebih terperinciMacam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan
Macam Kayu Menurut Susunannya Pengetahuan Bahan Bagian Melintang Permukaan Kayu KAYU MASAK Gambar ini menunjukkan pohon yang mempunyai kayu gubal dan kayu teras, dengan nama lain pohon kayu teras Perbedaan
Lebih terperinci111. METODE PENELITIAN
111. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2001 hingga Juli 2002 berlokasi di lahan gambut milik masyarakat Desa Pelalawan, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten
Lebih terperinciINVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH
INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH Oleh/by MUHAMMAD HELMI Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
Lebih terperinciKEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK (Diversity Of Pitcher Plants ( Nepenthes Spp ) Forest
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai dari Januari sampai April 2010, dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : a. pengambilan
Lebih terperinciUniversitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT
PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;
Lebih terperinciPENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan dan lahan pada periode 5 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological
Lebih terperinciIRA TASKIRAWATI. E Pengaruh Kadar Air Bahan Bakar hutan
IRA TASKIRAWATI. E 01495064. Pengaruh Kadar Air Bahan Bakar hutan Terhadap Timbulnya Asap pada Proses Pembakaran (Sknln Lnborntoriunl). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. F. Gunarwan Suratmo, MF sebagai Dosen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal hutan alam IUPHHK-HA PT Suka Jaya Makmur, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciII. METODOLOGI. A. Metode survei
II. METODOLOGI A. Metode survei Pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan di KPHP Maria Donggomassa wilayah Donggomasa menggunakan sistem plot, dengan tahapan pelaksaan sebagai berikut : 1. Stratifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
Lebih terperinciDISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI
PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna
Lebih terperinciSMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2
SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung
Lebih terperinciBAB VII KEBAKARAN HUTAN
BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem
Lebih terperinciPAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)
Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di koridor samping Laboratorium Kekuatan Bahan dan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Penelitian. Waktu
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN Pilihan suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis, dan dari keindahan. Perlu suatu bahan diketahui sifat-sifat sepenuhnya. Sifat Utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat serbaguna dalam kehidupan. Selain sebagai sumber daya penghasil kayu dan sumber pangan yang diperlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi
Lebih terperinciSIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH
SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH Oleh/By Muhammad Faisal Mahdie Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciJurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN
Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN 1412-4645 EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN JATI PADA AREAL GERAKAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Evaluation of plant growth in Teak on National Movement for
Lebih terperinciKegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan
Kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertambangan melepaskan cadangan karbon ke atmosfir dalam jumlah yang cukup berarti. Namun jumlah tersebut tidak memberikan dampak yang berarti terhadap jumlah CO
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian
Lebih terperinciPENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP
PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu merupakan bahan alami yang bersifat higroskopis. Hal ini berarti kayu mempunyai kemampuan untuk menarik atau mengeluarkan air dari udara atau dari dalam tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan (wildfire/forest fire) merupakan kondisi dimana keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam vegetasi yang mudah terbakar di daerah pedesaan atau daerah
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pabrik Semen PT. Holcim, Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor dan Laboratorium Kayu Solid Fakultas
Lebih terperinciANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA
ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) Oleh/by HENNI ARYATI Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kebun Meranti Paham terletak di Kelurahan Meranti Paham, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Sebelumnya bernama Kebun
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SUMBER API PENYEBAB KEBAKARAN, RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN
LAPORAN PENELITIAN (MANDIRI) IDENTIFIKASI SUMBER API PENYEBAB KEBAKARAN, RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Oleh: Hj. DINA NAEMAH, S.HUT, MP FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT), Sei. Sinepis, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian
Lebih terperinciMangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas. Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT
WAKTU PENGERINGAN FINIR FACE/BACK DAN LONGCORE PADA TIGA JENIS KAYU DENGAN DUA TINGKAT KETEBALAN DI PT HENDRATNA PLYWOOD BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN Oleh/By Gt. A. R. THAMRIN 1 & ISNAWATI 2 1) Program
Lebih terperincidisinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian terletak di kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian berlangsung dari bulan Februari 2009
Lebih terperinciRESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH
RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH (Dyera costulata Hook.f) YANG DITANAM PADA LAHAN KERING DAN LAHAN BASAH DI KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh/by SULAIMAN BAKRI Program Studi Budidaya Hutan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).
3 TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan didefenisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi didalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jati (Tectona grandis Linn. f) Jati (Tectona grandis Linn. f) termasuk kelompok tumbuhan yang dapat menggugurkan daunnya sebagaimana mekanisme pengendalian diri terhadap
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan seperti banjir, erosi dan longsor terjadi dimana-mana pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,
Lebih terperinciSTRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik dan di dalamnya terdapat beranekaragam flora dan fauna. Hutan rawa gambut memainkan suatu peranan yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG
KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG Oleh Iwan Risnasari, S.Hut, M.Si UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Iwan Risnasari : Kajian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
16 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PEMBAKARAN DAN KEBAKARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan bahan baku kayu. Menurut Kementriaan Kehutanan (2014), data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017. Lokasi penelitian bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat RPH Wagir BKPH Kepanjen KPH Malang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan hutan di Sumatera Utara memiliki luas sekitar 3.742.120 ha atau sekitar 52,20% dari seluruh luas provinsi, luasan kawasan hutan ini sesuai dengan yang termaktub
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. Hal itu terjadi karena dampak dari kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan ole11 Indonesia saja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 2.1 Hutan Tropika Dataran Rendah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dijelaskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1) Indonesia menjadi salah
Lebih terperinciInventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck
Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck Oleh : The Forest Trust Indonesia 2018 Kegiatan Terkait Pengukuran HCS di UM 1. HCS Inventory >>>> Sosialisasi 2. HCS Verifikasi >>>> Proses Sosialisasi
Lebih terperinciPENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU
KARYA TULIS PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciEkologi Padang Alang-alang
Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)
Lebih terperinciKERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT
J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 21, No.1, Maret. 2014: 83-89 KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT (Residual Stand Damage Caused by Timber Harvesting in Natural Peat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di anak petak 70c, RPH Panggung, BKPH Dagangan, KPH Madiun, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan selama
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Keanekaragaman sumber daya hayati Indonesia termasuk dalam golongan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.
30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).
I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan
Lebih terperinciKAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)
KARYA TULIS KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD) Disusun oleh : RUDI HARTONO, S.HUT, MSi NIP 132 303 838 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2006 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar
Lebih terperincibio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Segara Anakan Cilacap. Kegiatan identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Akuatik dan Laboratorium ITMEL. Analisis sampel
Lebih terperinciPOTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2011, hlm. 143-148 ISSN 0853 4217 Vol. 16 No.3 POTENSI SIMPANAN KARBON PADA HUTAN TANAMAN MANGIUM (Acacia mangium WILLD.) DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI DAN PERPETAAN HUTAN Dl PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.
Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa Sidomukti Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan. B. Alat
Lebih terperinciMODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN. (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J.
MODUL TRAINING CADANGAN KARBON DI HUTAN (Pools of Carbon in Forest) Penyusun: Ali Suhardiman Jemmy Pigome Asih Ida Hikmatullah Wahdina Dian Rahayu J. Tujuan Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian 1. Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai September 2014 di Dukuh Kaliwuluh, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang,
Lebih terperinciLEAF SAMPLING UNIT ( L S U )
LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN
14 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di areal hutan tanaman rawa gambut HPHTI PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Wilayah Kabupaten Pelalawan,
Lebih terperinciSIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu
KARYA TULIS SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciTENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.
Lebih terperinciDAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR
ISBN 978-602-9092-54-7 P3AI UNLAM P 3 A I Penulis : Editor : Dr. rer. nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, MP Cetakan ke 1, Desember 2012 Peringatan Dilarang memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
Lebih terperinciOleh: Merryana Kiding Allo
Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di IUPHHK HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Propinsi Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Nopember
Lebih terperinciRENDEMEN DAN KADAR TANIN KULIT KAYU BAKAU
RENDEMEN DAN KADAR TANIN KULIT KAYU BAKAU (Rhizophora mucronata Lamck) DARI DAERAH TAKISUNG Rendemen and Tanin Content in Mangrove Bark (Rhizophora mucronata Lamck) From Takisung Region Oleh/By Siti Hamidah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika
TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan mangrove di hutan alam Batu Ampar Kalimantan Barat. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan dari bulan Januari
Lebih terperinciKERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN
KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN Oleh: Dini Ayudia, M.Si. Subbidang Transportasi Manufaktur Industri dan Jasa pada Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA & LH Lahan merupakan suatu sistem yang kompleks
Lebih terperinci