PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA"

Transkripsi

1 PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1999

2 I PENDAHULUAN A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan : 1. Memahami prosedure pelaksanaan penelitian tindakan 2. Mampu menyusun rancangan langkah-langkah penelitian tindakan B. POKOK MATERI Bahasan modul meliputi : 1. Prosedure pelaksanaan tindakan 2. Faktor-faktor berpengaruh yang perlu mendapat perhatian C. STRATEGI Untuk memahami modul ini langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : 1. membaca bahan bacaan 2. Mengerjakan evaluasi D. EVALUASI Konselor dianggap mampu memahami modul ini jika mampu menyelesaikan 75 % dari soal evaluasi. Secara rinci penilaian dikelompokkan sebagai berikut : Baik = 75% % ; Cukup = 50% - 74 %; Kurang = 0% - 49% E. RUJUKAN Furqon, 1997, Perspektif Baru Dalam Penelitian Pendidikan, makalah tidak diterbitkan, Bandung : PPS IKIP Bandung FX. Soedarsono, 1997, Pedoman Pelaksanaan Peneltian Tindakan Kelas, Yogyakarta UKM-SD, UP3SD, BP3GSD, Dikti Depdikbud Rochman Natawidjaja, 1997, Konsep dasar Penelitian Tindakan, Bandung : IKIP Bandung Stinger, 1996, Action Research, New Delhi : sage Publication Suyanto, 1996, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan kelas, 1996, Yogyakarta : UKMP-SD, UP3SD, BP3SD Dikti Depdikbud Yusi Riksa Yustiana, 1999, Penelitian Tindakan (Refleksi Pengalaman), Makalah Tidak Diterbitkan, Bandung : Jurusan PPB FIP UPI

3 II PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN A. PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN Langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian tindakan digambarkan dalam alur penelitian dibawah ini : TINDAKAN Pendekatan Metode/Teknik Alat bantu Pibadi Implementasi PERENCANAAN Gagasan umum Tema kepedulian Pengenalan lapangan Gagasan khusus ALUR PENELITIAN PENGAMATAN Perilaku yang teramati perolehan informasi Perubahan Perbaikan Peningkatan Dampak terhadap sistem Definisi dan deskripsi REFLEKSI Perenungan Pemikiran Penilaian Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Langkah penelitian dimulai dari perencanaan kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan, lalu pengamatan dan terakhir refleksi. Alur penelitian akan terus bergulir, berkembang dalam permasalahan yang lebih luas atau lebih mendalam dan menajam pada proses refleksi. Hasil refleksi menjadi landasan bagi pengembangan perencaaan tahap berikutnya, demikian seterusnya mengikuti alur kembali secara cycle

4 (daur ulang) dalam bentuk spiral sehingga dalam periode waktu tertentu sampai dengan dirasakan telah terjadi perubahan, perbaikan dan peningkatan mutu perilaku atau kinerja sesuai dengan tujuan yang diharapkan, memperoleh hasil yang memuaskan, mendapat jawaban yang optimal, berhasil menemukan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan dan menunjukkan kecenderungan menjadi perilaku yang dimiliki responden. Interaksi dalam penelitian tindakan merupakan spiral seperti digambarkan dibawah ini : Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Tindakan Tindakan Tindakan Refleksi Refleksi Refleksi Gambar 2 Interaksi Spiral Penelitian Tindakan Perencanaan merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan dimulai dengan melakukan negosiasi dengan subjek penelitian/ partisipan untuk terlibat dalam penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengembangan konsensus tentang tema kepedulian dan terakhir mengkonstruksi penelitian tindakan yang akan dilaksanakan sebagai solusi. Secara lebih sistematis mengkuti beberapa langkah sebagai berikut : 1. merumuskan gagasan umum berkenaan dengan permasalahan atau kebutuhan yang dirasakan. Pada penelitian kelas gagasan umum dirumuskan oleh guru atau konselor yang bersangkutan didasarkan atas kebutuhan untuk melalukan upaya perbaikan atau penyelesaian permasalahan yang dihadapi sehari-hari dalam melaksanakan pembelajaran atau pelayanan bimbingan. Pada penelitian kolaboratif perumusan gagasan umum dilakukan bersama-sama oleh peneliti dan guru/ konselor berdasarkan

5 hasil diskusi tentang permasalahan, implementasi konsep teoritis atau diseminasi pembaharuan. Gagasaan umum dalam penelitian kolaboratif dapat merupakan gagasan umum yang murni diperoleh pada saat diskusi dan sosialisasi perlunya penelitian tindakan. Pada sisi lain gagasan umum mungkin merupakan gagasan yang telah dipredikasi dari berbagai informasi/ data awal oleh peneliti akademis dan disosialisasikan pada para guru/ konselor melalui diskusi yang mendalam dan menempatkan guru sebagai mitra penelitian yang berkedudukan setara. Dari hasil diskusi diharapkan terklarifikasi dan terjustifikasi perlu tidaknya dilakukan kegiatan penelitian tindakan untuk menjawab gagasan umum tersebut. 2. Identifikasi wilayah permasalahan dan lokasi penelitian, yang dimaksud dengan wilayah permasalahan adalah ruang lingkup dari permasalahan yang akan diteliti dan subjek penelitian. Sedangkan Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Contoh wilayah permasalahan adalah : manajemen layanan adminsitrasi siswa, keterampilan konseling individual, layanan informasi. Pada penelitian kelas, wilayah penelitian berkenaan dengan kegiatan atau keterampilan praktis, sedangkan pada penelitian kolaboratif lebih luas menyangkut sitem pelayanan, mutu out come atau pengembangan teori atau pendekatan. Subjek penelitian pada penelitian kelas adalah siswa yang menjadi subjek dan objek proses pembelajaran dan pelayanan, sedangkan pada penelitian kolaboratif subjek penelitian adalah guru, kepala sekolah, orang tua, pengawas dan personil lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Lokasi penelitian pada penelitian kelas adalah satu atau bebarapa kelas dalam tingkatan kelas yang sama atau berbeda, sedangkan pada penelitian kolaboratif dapat dilakukan dengan lokasi penelitian yang lebih luas misalnya beberapa sekolah dalam satu lingkup kecamatan. 3. Menentukan tema kepedulian. Yang dimaksud dengan tema kepedulian atau permasalahan yang spesifik yang perlu dipedulikan adalah pertanyaan-pertanyaan yang paling mendasar yang ingin dijawab dari ruang lingkup penelitian. Tema kepedulian yang pertama menjadi dasar bagi pengembangan rencana tindakan dalam cycle yang pertama 4. Pengenalan lapangan, merupakan upaya untuk memahami keadaan lapangan serta perolehan fakta atau informasi awal tentang tema kepedulian. Perolehan keterangan

6 ini akan menjadi dasar predikasi metoda, teknik, alat bantu sebagai implementasi rancangan tindakan. 5. Merumuskan rancangan kegiatan secara sistematis meliputi apa yang dilakukan, siapa yang melakukan tindakan, dengan cara bagaimana, alat bantu apa yang diperlukan, faktor-faktor apa yang perlu mendapat perhatian serta bagaimana proses pencatatan akan dilakukan Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan, pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan meliputi : 1. mempersipkan diri baik secara fisik maupun mental untuk melaksanakan tindakan. Kesiapan pribadi untuk merubah perilaku dengan melakukan tindakan tertentu merupakan hal penting, karena tindakan yang dilakukan harus dihayati sehingga tidak terkesan pura-pura atau dipaksakan. 2. melaksanakan tindakan sesuai dengan rancangan yang disusun secara bersamaan dengan kegiatan yang diteliti. Walaupu n penelitian tindakan dapat dikatagorikan termasuk pada penelitian eksperimen, tetapi tidak boleh menghentikan proses pembelajaran atau pelayanan bagi siswa karena kana menghambat tugas guru atau konselor. 3. menggunakan pendekatan, metoda, teknik dan alat bantu yang telah disepakati untuk dilakukan. Suatu tindakan yang dirancang untuk permasalahan yang spesifik tentu membutuhkan pendekatan, metode atau teknik yang spesifik pula. Bagaimana ketepatan penggunaannya merupakan pertanyaan yang perlu kita jawab pada tahap observasi. Tahap yang ketiga adalah observasi atau pengamatan, pada tahap ini langkah yang dilaksanakan meliputi : 1 Mengumpulkan berbagai informasi, data, dan fakta yang berkaitan dengan proses tindakan yang diberikan. Semua perilaku yang teramati diidentifikasi dan dicatat langsung pada saat proses atau segera setelah proses berlangsung. 2. Menggaris bawahi (memberikan perhatian) setiap perubahan, perbaikan dan peningkatan kinerja perilaku yang ditampilkan oleh para partisipan/ subjek penelitian. Pada daur yang pertama perubahan, perbaikan dan peningkatan mungkin sangat kecil atau malah tidak secara langsung nampak, oleh karena itu di butuhkan kepekaan

7 peneliti untuk mampu mengidentifikasi dan mengklarifikasi setiap tindakan. Tampilan perilaku meliputi aspek kognitif, afektif maupun psikomotoris. 3. Memperhatikan dampak tindakan terhadap sistem. Setiap intervensi pada sebuah sistem pasti akan memberikan efek, peneliti harus memperhatikan perubahan perubahan yang terjadi, mencatat sisi positf ataupun negatif. 4. Mendeskripsikan situasi yang terjadi selama proses penelitian. Deskripsi harus menggambarkan situasi emosional yang terjadi; lay out dari posisi, tugas dan waktu pada saat setiap orang; suasana yang terasakan; keberadaan dan keberfungsian alatalat bantu; serta skema respon maupun komunikasi yang terjadi. Tahap yang terakhir pada daur penelitian tindakan adalah refleksi. Refleksi merupakan upaya perenungan, pemikiran dan penilaian terhadap intervensi atau tindakan yang dilakukan dalam proses penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap adalah : 1 Eksplorasi dan analisis catatan, dokumentasi kaset tape recorder ataupun kaset video yang telah kita buat pada tahap observasi atau pengamatan. Melalui proses ini kita mencoba memahami apa yang terjadi dalam proses pemberian intervensi atau tindakan. 2. Interpretasi dan penjelasan dari berbagai catatan observasi, hal ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan upaya mengembangkan konstruksi dari permasalahan yang diteliti. Melalui proses interpretasi peneliti bersama anggota penelitian mengklarifikasi berbagai makna yang dapat terungkap selama proses pemberian tindakan. Deskripsi yang penuh makna dan interpretasi proses sosial dapat menjelaskan bagaimana condisi yang ada serta rancangan tindakan realistik apa yang dapat kita kembangkan dan lakukan dalam upaya mempertajam/memfokuskan, mengembangkan ataupun memperluas kesempatan penyelesaian permasalahan pada daur penelitian berikutnya. 3. Evaluasi rancangan penelitian berkenaan dengan tujuan, metode/ teknik yang digunakan, kemampuan/ keterampilan yang diperlukan serta alat bantu tindakan dan pencatatan. Timbal balik evaluasi menjadi landasan bagi pengembangan rancangan daur penelitian selanjutnya.

8 4. Penetapan fokus/ gagasan khusus sebagai tema kepedulian untuk tahap perencaan perencaan dari daur penelitian tindakan yang selanjutnya. Tema kepedulian ditetapkan bersama-sama antara peniliti dan anggota. B. FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN Prosedure atau langkah-langkah penelitian tindakan dapat dilakukan manakala peneliti mampu memerankan diri sebagai fasilitator, konsultan praktis dan katalisatir yang membantu partisipan/ subjek penelitian mendefiniskan permasalahan secar jelas serta mendorong dan mendukung untuk bekerja/ bertindak secara efektif dalam menyelesaikan permasalahan/ issu yang menjadi perhatian. Peneliti harus mampu menstimulasi partisipan/ subjek penelitian untuk berubah. Intervensi atau tindakan yang dilaksanakan ssuai rancangan merupakan suatu proses yang memungkinkan partisipan/ subjek penelitian mengembangkan analisis pribadi terhadap issu/ permasalahan yang dihadapi. Penelitian dimulai dari kesipan pribadi bukan apa yang difikirkan, melalui cara ini setiap partisipan diharapkan mampu melakukan analisis situasi, memiliki pegangan untuk bertindak, merencanakan bagaimana cara mencapai sesuatu yang mereka inginkan serta perubahan prilaku yang disukai. Pertemuan atau diskusi yang dilakukan peneliti dan anggota peneliti harus memungkinkan setiap orang menguji tindakan yang dilakukan dan kemungkinan harapan atau konsekwensi dari setiap bentuk intervensi atau tindakan. Melalui pertemuan secara konstinu dan berkesinambungan peneliti membantu implementasi perencaan dengan mempertimbangkan kemampuan sumber daya yang ada serta kesempatan yang memungkinkan. Penelitian tindakan tidak boleh hanya berfokus pada upaya menyelesaikan permasalahan tetapi harus disadari sebagai upaya mengembangkan potensi individu. Tanggung jawab penelitian berada pada semua orang yang terlibat, fokus perhatian dan upaya mengambilan keputusan berorientasi dari bawah atau dari pertemuan semua anggota peneliti. Kesadaran bahwa daur penelitian mungkin tidak pernah selesai merupakan dorongan bagi setiap individu untuk selalu menjadi lebih baik, efektif dan produktif. Peneliti yang akan melaksanakan penelitian tindakan perlu memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang fokus penelitian, memiliki kemampuan/ keterampilan

9 pribadi melaksanakan penelitian tindakan secara spesifik keterampilan menjalin relasi kolaboratif serta mampu menghilangkan berbagai praduga yang tidak positif tentang faktor-faktor yang akan mempengaruhi proses penelitian. Penelitian tindakan memungkinkan dilaksanakan bilamana kita mampu mengembangkan dan membangun masyarakat belajar pada lingkungan pendidikan ataupun lingkungan di sekitar kita, sehingga dimensi kesetraan yang dituntut dalam penelitian tindakan antara peneliti dengan subjek penelitian dapat terjalin secara utuh. Secara lebih spesifik hal-hal yang memerlukan perhatian pada setiap tahap penelitian dipaparkan sebagai berikut : a. tahap perencanaan. Pada tahap ini hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah upaya pengembangan kesetaraan antara peneliti dengan praktisi lapangan atau antara peneliti dengan partisipan/ subjek penelitian; perbedaan persepsi dan sikap tentang penting tidaknya permasalahan diteliti; kesiapan pribadi untuk menjadi lebih baik dan melakukan berbagai inovasi; kesabaran dan intensitas pertemuan dalam menetapkan tema kedulian, pengenalan lapangan dan perolehan informasi; serta kemampuan untuk memberikan stimulasi secara tepat yang memungkinkan para partisipan siap terlibat secara aktif dalam proses penelitian. b. Kesiapan pribadi peneliti dan subjek penelitian melaksanakan tindakan merupakan hal penting yang perlu memperoleh perhatian dalam melaksanakan langkah-langlah pada tahap tindakan. Tindakan yang dilakukan harus mampu berfungsi sebagai upaya pemecahan masalahan dan proses pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mengaktualisasi kinerja yang tinggi. Implikasi hal tersebut pertimbangan terhadap dimensi psikologis partisipan, kemampuan menempakan diri sebagai nara sumber yang setara saling berbagi peran dengan partisipan serta pertimbangan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tindakan merupakan dukungan positif terhadap kelancaran intervensi. c. Pada tahap pengamatan hal yang memerlukan perhatian adalah kepekaan untuk melihat setiap perilaku yang ditampilkan atau diaktualisasikan baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun dimensi psikologis. Perubahan perilaku meliputi perubahan umum secara kelompok maupun perubahan yang berbeda

10 pada setiap individu. Upaya mengklarifikasi tindakan yang dilakukan tepat atau tidak dapat diprediksi dari kecenderungan permanen tidaknya perubahan yang terjadi. Rotasi atau pembagian peran dapat memperkecil bias persepsi pengamatan. d. Proses tiangulasi data atau cross check dengan berbagai pihak yang mungkin memberikan masukan terhadap perubahan yang terjadi mengawali proses refleksi sebagai tahap terakhir pada satu daur penelitian tindakan. Hal penting yang perlu memperoleh perhatian adalah upaya mengeksplorasi, analisis, interpretasi dan penjelasan dari berbagai catatan, dokumen maupun hasil trianggulasi. Kemampuan untuk menarik benang merah sisi positif dan negatif intervensi serta dampak pada individu maupun sistem sangat diperlukan agar mampu merancang daur penelitian selanjutnya. III EVALUASI 1. Gambarkan tahapan pelaksanaan penelitian tindakan 2. Identifikasi langkah-langkah pada setiap tahapan tindakan 3. Mengapa pada penelitian tindakan peneliti berperan sebagai fasilitator dan nara sumber yang setara 4. Klarifikasi hal-hal yang perlu memperoleh perhatian pada setiap tahap penelitian tindakan 5. Mengapa tema kepedulian untuk daur penelitian selanjutnya harus dilakukan setelah melakukan proses refleksi

11 KUNCI JAWABAN 1. PERENCANAAN TINDAKAN REFLEKSI PENGAMATAN 2. Langkah-langkah pada setiap tahapan : a. Tahap Perencanaan : merumuskan gagasan umum, identifikasi wilayah permasalahan dan lokasi penelitian, menentukan tema kepedulian, pengenalan lapangan dan perumusan rancangan penelitian b. Tahap Tindakan : mempersipkan diri baik secara fisik maupun mental, melaksanakan tindakan, menggunakan pendekatan, metoda, teknik dan alat bantu. c. Tahap pengamatan : Mengumpulkan berbagai informasi, data, dan fakta; Menggaris bawahi (memberikan perhatian) setiap perubahan, perbaikan dan peningkatan kinerja; memperhatikan dampak tindakan terhadap sistem; serta mendeskripsikan situasi d. Tahap refleksi : Eksplorasi dan analisis, Interpretasi dan penjelasan dari berbagai catatan observasi, Evaluasi rancangan penelitian dan Penetapan fokus/ gagasan khusus sebagai tema kepedulian untuk tahap perencaan daur penelitian tindakan yang selanjutnya. 3. Karena pada penelitian tindakan subjek penelitian berperan aktif sebagai anggota peneliti dalam proses penelitian. Penelitain tindakan juga merupakan upaya untuk mengubah, memperbaiki dan meningkatkan perubahan perilaku berkenaan dengan kinerja subek penelitian dan peneliti sendiri.

12 4. Hal hal yang memerlukan perhatian pada setiap tahapan penelitian adalah : a. tahap perencanaan. Pada tahap ini hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah upaya pengembangan kesetaraan antara peneliti dengan praktisi lapangan atau antara peneliti dengan partisipan/ subjek penelitian; perbedaan persepsi dan sikap tentang penting tidaknya permasalahan diteliti; kesiapan pribadi untuk menjadi lebih baik dan melakukan berbagai inovasi; kesabaran dan intensitas pertemuan dalam menetapkan tema kedulian, pengenalan lapangan dan perolehan informasi; serta kemampuan untuk memberikan stimulasi secara tepat yang memungkinkan para partisipan siap terlibat secara aktif dalam proses penelitian. b. Kesiapan pribadi peneliti dan subjek penelitian melaksanakan tindakan merupakan hal penting yang perlu memperoleh perhatian dalam melaksanakan langkah-langlah pada tahap tindakan. Tindakan yang dilakukan harus mampu berfungsi sebagai upaya pemecahan masalahan dan proses pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mengaktualisasi kinerja yang tinggi. Implikasi hal tersebut pertimbangan terhadap dimensi psikologis partisipan, kemampuan menempakan diri sebagai nara sumber yang setara saling berbagi peran dengan partisipan serta pertimbangan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap tindakan merupakan dukungan positif terhadap kelancaran intervensi. c. Pada tahap pengamatan hal yang memerlukan perhatian adalah kepekaan untuk melihat setiap perilaku yang ditampilkan atau diaktualisasikan baik dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik maupun dimensi psikologis. Perubahan perilaku meliputi perubahan umum secara kelompok maupun perubahan yang berbeda pada setiap individu. Upaya mengklarifikasi tindakan yang dilakukan tepat atau tidak dapat diprediksi dari kecenderungan permanen tidaknya perubahan yang terjadi. Rotasi atau pembagian peran dapat memperkecil bias persepsi pengamatan. d. Proses tiangulasi data atau cross check dengan berbagai pihak yang mungkin memberikan masukan terhadap perubahan yang terjadi mengawali proses refleksi sebagai tahap terakhir pada satu daur penelitian tindakan. Hal penting yang perlu memperoleh perhatian adalah upaya mengeksplorasi, analisis, interpretasi dan

13 penjelasan dari berbagai catatan, dokumen maupun hasil trianggulasi. Kemampuan untuk menarik benang merah sisi positif dan negatif intervensi serta dampak pada individu maupun sistem sangat diperlukan agar mampu merancang daur penelitian selanjutnya. 5. Karena dari proses refleksi diperoleh informasi atau timbal balik tentang tindakan yang sudah dilakukan, dari informasi tersebut kita dapat menemukan kebutuhan baru atau kebutuhan yang lebih tinggi atau spesifik seiring dengan harapan atau tujuan yang diinginkan pada saat menetapkan issu/ permasalahan yang memerlukan perhatian.

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN DISUSUSN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1999 A. TUJUAN I. PENDAHULUAN Setelah

Lebih terperinci

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA

PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA PENERAPAN PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMANFAATAN HASILNYA DI SUSUN OLEH ; YUSI RIKSA YUSTIANA JURUSAN PPB FIP UPI BANDUNG 1999 I PENDAHULUAN A. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharpakan : 1. mampu melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan A. Tujuan I. PENDAHULUAN Setelah mempelajari modul ini para konselor diharapkan : 1. Memiliki pemahamam tentang konselor sebagai suatu profesi 2. Memiliki pemahamam tentang kinerja profesional konselor

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia menuju kepribadian mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekitarnya. Berkaitan

Lebih terperinci

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA DISUSUN OLEH YUSI RIKSA YUSTIANA BADAN PENANGGULANGAN NAFZA, KENAKALAN REMAJA, ROSTITUSI

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Jeane Santi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara 43 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (a) pendekatan dan metode penelitian, (b) lokasi dan subjek penelitian, (c) teknik dan instrumen pengumpulan data, (d) teknik analisis data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Prihatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Prihatiningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah seringkali menemui kesulitan. Salah satu kesulitan yang sering ditemui adalah penguasaan konsep siswa yang rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis cerpen merupakan salah satu kompetensi yang diajarkan di SMA. Pembelajaran menulis cerpen dituangkan dalam dua Standar Kompetensi (1) mengungkapkan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah perilaku komunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam Bab ini peneliti akan menguraikan tentang metodologi penelitian yang akan digunakan sebagai alat uji dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti sebagai

Lebih terperinci

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa 67 KONSELING INDIVIDUAL PENDEKATAN BEHAVIORAL (Token Ekonomi dan Pengaturan Diri) UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action Reserch). Penelitian tindakan kelas (PTK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING MELALUI PENDEKATAN BERBASIS PROBLEM (PROBLEMS BASED APPROACH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X2 SMA AL ISLAM I SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Ressearch) model Hopkins (1993). Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas [PTK](classroom action research). Pemilihan bentuk PTK dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

PENGUATAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING. Ali Rachman Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP ULM Banjarmasin

PENGUATAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING. Ali Rachman Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP ULM Banjarmasin PENGUATAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING Ali Rachman Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP ULM Banjarmasin Saat ini beberapa praktisi di sekolah khususnya para guru nampaknya mulai semakin bertambah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Yeti Sumiyati 1, Atep Sujana 2, Dadan Djuanda 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. 124 V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil penelitian, adanya analisis serta mengacu pada perumusan masalah dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

proposal PTK tematik SD

proposal PTK tematik SD proposal PTK tematik SD A. JUDUL PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

MEMAHAMI DAN MELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MEMAHAMI DAN MELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MEMAHAMI DAN MELAKSANAKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Dadang Juandi PELATIHAN GURU MATEMATIKA MGMP KOTA TANGERANG 2008 Latar Belakang 1. Tuntutan Kurikulum dan perbaikan 2. Proses pembelajaran di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Di dalam sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif didalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan unjuk kerja guru yang dilakukan guru di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 / 2010 Skripsi Oleh: DWITYA NADIA FATMAWATI K 4306022

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Dalam menghasilkan kualitas lulusan tidak hanya bergantung pada kualitas masukan tetapi lebih pada kualitas proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran banyak hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek Penelitian adalah siswa siswa kelas XI Agribisnis Produksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Subjek Penelitian adalah siswa siswa kelas XI Agribisnis Produksi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rencana Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Subang Jawa Barat. 3.1.2. Subjek Penelitian Subjek Penelitian

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara khusus

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara khusus BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode proyek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Kalianda kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok yang terdiri

Lebih terperinci

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik dan pendidik melalui sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (PERMENDIKBUD No 103 tahun 2015 pasal 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian maka metode yang akan digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di kelas III a MIN Punggung Lading Pariaman Selatan. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai

Lebih terperinci

OLEH : YUNITA NUR INDAH SARI K

OLEH : YUNITA NUR INDAH SARI K PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINTERPRETASI DATA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN 2010/2011 SKRIPSI OLEH : YUNITA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL 196 A. Simpulan BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan model Pembelajaran Matematika Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah (PMBKPM). Model PMBKPM dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek, Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang dijadikan penelitian ini adalah SDN Manglayang II Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang. Kelas IV Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian didasarkan kepada pendekatan penelitian kualitatif didasari pertimbangan sebagai berikut : a. Penelitian secara spesifik fokus pada proses praktikum

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil 422 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil penelitian, maka pada bab lima ini dikemukakan tentang simpulan hasil penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendididikan dasar dan menengah, Geografi merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses konseling terhadap klien HIV/AIDS. Untuk memperoleh gambaran yang sesuai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 166 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab lima memuat simpulan penelitian dan rekomendasi yang dapat diberikan peneliti berdasar temuan di lapangan. Simpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap

Lebih terperinci

Oleh: Kasemi SDN I Watuagung, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Kasemi SDN I Watuagung, Watulimo, Trenggalek 26 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PERKALIAN DAN PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME PADA SISWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian metode penelitian ini akan dijelaskan tentang lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, devinisi operasional, intrumen penelitian, proses pengembangan intrumen,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis (1988) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari suatu bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setiap keterampilan

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses belajar merupakan proses dimana terjadinya perubahan perilaku pada seseorang dalam hal pengetahuan, sikap atau keterampilan, proses belajar tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul. anggapan bahwa kemampuan komunikasi matematika belum dapat dibangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan menggunakan angka angka dan rumus rumus. Dari hal ini muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA UNTUK GURU DAN DOSEN. Oleh : Liliasari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK

PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA UNTUK GURU DAN DOSEN. Oleh : Liliasari Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA UNTUK GURU DAN DOSEN Oleh : Liliasari Universitas Pendidikan Indonesia liliasari@upi.edu ABSTRAK Ketika guru dan dosen menjadi keahlian profesional, maka mereka perlu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Maka dalam melaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Maka dalam melaksanakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 disebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional negara kita, pendidikan didefinisikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia untuk menghasilkan kualitas insan yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2007 MAKALAH ALTERNATIF PENERAPAN PELATIHAN TINDAKAN KELAS (ACTION RESEARCH) PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA SD BAGI GURU GURU SEKOLAH TUNANETRA (SLB/A) WILAYAH BANDUNG TIMUR Oleh DEDY KURNIADI UNIVERSITAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA Astuti Wijayanti 1 dan Aris Munandar 2 1), 2) Pendidikan IPA, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Sekolah Dasar di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 2. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kolaboratif realistis terhadap permasalahan-permasalahan dari penerapan suatu

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kolaboratif realistis terhadap permasalahan-permasalahan dari penerapan suatu BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji, merefleksi secara kritis dan kolaboratif realistis terhadap permasalahan-permasalahan dari penerapan suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau biasa disingkat PTK. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian secara rinci. Metode penelitian ini berisi mengenai metode penelitian, model penelitian, lokasi dan waktu penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Nana Sudjana menekankan kepada cara bagaimana memperoleh data yang menekankan pada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA Astuti Wijayanti 1 dan Aris Munandar 2 1), 2) Pendidikan IPA, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.bogdan dan 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif.bogdan dan Taylor (Moleong, 2009: 4) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Kualitatif Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode kualitatif. Poerwandari (2013) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan studi terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilakukan dan dilaksanakan oleh guru serta mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Nur Fadilah,2013 MANFAAT HASIL BELAJAR BUSANA PENGANTIN SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA BUSANA PENGANTIN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEK) yang semakin modern dikalangan masyarakat kebutuhan akan fashion semakin berkembang, sehingga menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA (Sains) adalah salah satu aspek pendidikan yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan khususnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Suwatu Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Peneliti melakukan penelitian di tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Interaksi sosial orang dengan HIV/AIDS dalam pemudaran stigma diteliti dengan pendeketan kualitatif. Pendeketan ini dipilih karena aspek interaksi dalam

Lebih terperinci

Oleh: Ilfiandra, M.Pd. Mubiar Agustin, M.Pd. Ipah Saripah, M.Pd.

Oleh: Ilfiandra, M.Pd. Mubiar Agustin, M.Pd. Ipah Saripah, M.Pd. LAPORAN PENELITIAN PENINGKATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS DAN PENCITRAAN PUBLIK PENINGKATAN MUTU TATA KELOLA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Ilfiandra,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Karena PTK sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI KURIKULUM 2013 GEOGRAFI Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KI dan KD Geografi untuk Peminatan Ilmu-ilmu Sosial SMA/MA 1 A. Pengertian Geografi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO Ira Daniati Universitas Negeri Malang Abstrak Observasi awal diketahui bahwa metode pembelajaran Geografi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, secara umum dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berhasilnya suatu proses kegiatan belajar mengajar itu dapat tercermin salah satunya dari minat belajar siswa mengikuti proses kegiatan tersebut. Sejalan

Lebih terperinci