HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN (NEED FOR POWER) DENGAN KECENDERUNGAN AGRESI PADA PREMAN DI DESA S KECAMATAN SY KABUPATEN DEMAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN (NEED FOR POWER) DENGAN KECENDERUNGAN AGRESI PADA PREMAN DI DESA S KECAMATAN SY KABUPATEN DEMAK"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN KEKUASAAN (NEED FOR POWER) DENGAN KECENDERUNGAN AGRESI PADA PREMAN DI DESA S KECAMATAN SY KABUPATEN DEMAK Oleh : Dwi Margo Restyo Utomo Falasifatul Falah Fakultas Psikologi - Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara kebutuhan akan kekuasaan (need for power) dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S Kecamatan S Kabupaten Demak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah product moment. Subjek penelitian ini adalah preman di Desa S Kecamatan SY Kabupaten Demak sebanyak 40 orang. Data penelitian yang dikumpulkan menggunakan skala kecenderungan agresi dan skala kebutuhan akan kekuasaan.hasil uji hipotesis hubungan antara kebutuhan akan kekuasaan dengan kecenderungan agresi diperoleh r xy =0,605 dengan p=0,000(<0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebutuhan akan kekuasaan dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S Kecamatan SY Kabupaten Demak. Kebutuhan akan kekuasaan memberikan sumbangan efektif sebesar 36,6 persen terhadap kecenderungan agresi pada preman, sedangkan sisanya 63,4 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Kata kunci: kebutuhan akan kekuasaan dan kecenderungan agresi. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus dan selalu hidup bersama-sama kaum sesamanya. Di dalam masyarakat yang besar dan kompleks tampak adanya berbagai golongan yang sifat dan tujuan hidupnya berbeda-beda dan yang kepentingannya tidak selalu sesuai satu sama lain. Perbedaan-perbedaan inilah yang sering menimbulkan gesekan-gesekan di masyarakat dan sering berakhir dengan kericuhan atau tindakan agresi yang menimbulkan banyak korban. Hampir setiap hari di media massa memuat berbagai peristiwa tindakan agresi seperti pembunuhan, tawuran suporter sepak bola, penganiayaan, pelecehan seksual, demo yang anarkis, tawuran pelajar maupun tawuran antar mahasiswa. Tiada hari tanpa kekerasan dan semua sudah dianggap sebagai peristiwa biasa dan menjadi rutinitas. Manusia merupakan serigala bagi manusia lain (homo homini lupus), selalu mementingkan diri sendiri dan tidak mementingkan keperluan orang lain sehingga dengan keadaan seperti itu cenderung membuat manusia selalu saling berkelahi untuk menjaga kelangsungan hidupnya serta selalu berjaga-jaga dari serangan musuh. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kuatnya pengaruh lingkungan yang negatif dianggap sebagai biang keladi dari tingkah laku yang buruk termasuk agresi (Sarwono, 2008) dan Nashori (2008) juga meyakini agresi seringkali dipakai manusia sebagai jalan untuk mengungkapkan perasaan dan menyelesaikan persoalan hidup mereka. Perasaan agresif adalah keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung yang pada akhirnya bisa 57

2 diamati apabila perasaan tersebut ditampilkan secara terbuka dengan melakukan tindak kekerasan atau agresi. Beberapa tokoh mendefinisikan agresi diantaranya; Davidoff (1999) menyebutkan bahwa agresi sebagai suatu tindakan makhluk yang ditujukan untuk menyerang dan menyakiti makhluk lainnya. Aronson (alam Koeswara,1988) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku yang dijalankan individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Berkowitz (dalam Syafrika & Suyasa, 2004) menjelaskan agresi sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik (menendang atau memukul) maupun psikis (memaki atau mengancam). Poerwodarminto (dalam Krahe, 2005) memberikan pengertian perilaku agresif sebagai suatu perbuatan menyerang. Krahe (2005) secara tipikal mendefinisikan agresi adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap targetnya, dan sebaliknya, menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan menghasilkan sesuatu. Berdasarkan uraian dari beberapa tokoh diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku kecenderungan agresi adalah suatu disposisi untuk bertingkah laku atau perbuatan menyerang individu atau sekelompok orang baik secara fisik maupun lisan yang bertujuan untuk mencelakakan atau membuat cedera individu atau sekelompok orang tersebut baik secara fisik maupun psikologis. Menurut Leonard Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) menuturkan bahwa agresi terbagi menjadi dua jenis yaitu : a. Instrument Aggression. Agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. b. Hostile Aggression (agresi benci) atau Impulsive Aggression (agresi impulsif). Agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, atau kematian pada sasaran atau obyek. Myers (dalam Syafrika, 2004) mengungkapkan bahwa pelaku agresi benci ini tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan dan pelaku tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat. Albin (2002) menyatakan bahwa aspek-aspek yang mendasari perilaku agresi seseorang meliputi lima hal yaiu: a. Aspek pertahanan. Individu mempertahankan diri terhadap gangguan yang tidak diinginkan datangnya untuk memelihara perasaan aman dan melindungi harga diri. b. Aspek ketegasan. Individu berani menentukan sikap bila dihadapkan pada permasalahan yang meminta pengambilan keputusan segera. c. Aspek perlawanan disiplin. Individu melakukan hal-hal yang melanggar peraturan sebagai rasa ketidakpuasan pada aturan tersebut. d. Aspek egosentris. Individu mengutamakan kepentingan individu secara berlebihan. e. Aspek superioritas. Individu memandang rendah orang lain dan merasa lebih unggul. Sears, Freadman dan Peplau (dalam Silvia, 2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah: a. Serangan. Serangan atau gangguan yang dilakukan oleh orang lain merupakan salah satu sumber amarah yang paling umum 58

3 b. Frustasi. Frustasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. c. Peran atribusi. Suatu kejadian akan menimbulkan amarah dan perilaku apabila korban mengamati serangan atau frustasi yang dimaksudkan sebagai tindakan yang menimbulkan bahaya. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan nama bagi seseorang yang suka menodong, merampok, dan melakukan tindakan agresi lainnya dengan sebutan preman. Melihat kondisi ekonomi para preman didesa S, umumnya mereka berasal dari keluarga berekonomi lemah dengan berbagai kesukaran hidup yang dialami. Kesulitan-kesulitan materiil, ketegangan psikis dan kesukaran-kesukaran dalam memenuhi kebutuhan hidup yang sedang dialami menyebabkan Self-control mereka melemah dan mempertinggi kesempatan untuk berbuat kriminal baik kejahatan atas harta kekayaan maupun agresi. Tindakan-tindakan agresi yang dilakukan oleh para preman ini tentu saja tidak terjadi secara tiba-tiba melainkan ada penyebab atau hal yang mendasarinya. Mc Clelland (dalam As ad, 1998) mengungkapkan bahwa manusia berperilaku karena adanya pengaruh oleh kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri manusia itu sendiri. Selanjutnya Mc Clelland menjelaskan, dalam diri individu terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong timbulnya sebuah tingkah laku, salah satu kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Henry Murray (dalam Friedman & Schustack, 2008), penggagas studi kepribadian yang didasarkan pada motif, menggunakan istilah kebutuhan (need) yang merujuk pada kesiapan untuk merespon dengan cara tertentu dalam kondisi tertentu. Murray juga mengidentifikasikan kebutuhan akan dominansi (n dominance) disebut sebagai kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Lebih lanjut Murray menjelaskan kebutuhan akan dominansi atau kebutuhan akan kekuasaan tersebut sebagai suatu bentuk tingkah laku memiliki kendali atas lingkungan manusiawi, mempengaruhi atau mengarahkan tingkah laku orang lain dengan saran, bujukan, imbauan, atau perintah. Mc Clelland (dalam As ad,1998) sendiri menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi terhadap orang lain. Berdasarkan teori tersebut maka kebutuhan akan kekuasaan (need for power) dapat diartikan sebagai suatu keinginan untuk menguasai, mengendalikan, mempengaruhi, dan mengarahkan tingkah laku orang lain dengan saran, bujukan, atau perintah tanpa mempedulikan perasaan orang lain. As ad (1998) menjelaskan bahwa kebutuhan ini dapat menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang mempedulikan perasaan orang lain. Gary Yukl (dalam Luthans, 2006) mengemukakan beberapa aspek tentang kebutuhan akan kekuasaan, yaitu: a. Memengaruhi orang untuk mengubah sikap atau perilaku. Adanya upaya individu untuk mengadakan persuasi (membujuk, meyakinkan, mempengaruhi) dengan orang lain untuk mengubah sikap dan perilaku. b. Mengontrol orang dan aktivitas. Yaitu upaya dari individu untuk mengendalikan, memerintah dan mengarahkan orang lain sesuai dengan keinginannya. c. Berada pada posisi berkuasa melebihi orang lain. Individu berkuasa atas orang lain tanpa mempedulikan perasaan orang lain d. Memperoleh kontrol informasi dan sumber daya. Adanya upaya individu untuk mendapatkan, mengendalikan dan menggunakan segala informasi dan sumber daya (hasil) dari wilayah yang dikuasainya. 59

4 e. Mengalahkan lawan atau musuh. Sikap individu untuk menyerang seseorang atau sekelompok orang yang dianggap musuh/lawan dengan lisan ataupun instrumen. Friedman dan Schustack (dalam Friedman & Schustack, 2008) menyatakan apabila seseorang memiliki kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi maka seseorang tersebut cenderung untuk mendapatkan pekerjaan atau jabatan yang dapat menyatakan kuasa dirinya atas orang lain. Adanya kuasa tersebut seseorang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mempengaruhi dan mengendalikan tingkah laku orang lain menurut kehendak orang yang berkuasa tersebut. Kekuasaan tersebut akan menghasilkan superiority-feeling sehingga dalam pelaksanaannya penguasa akan berupaya untuk memaksa, mengancam, memeras dan bahkan melakukan tindakan agresi lainnya kepada pihak lain. Hal ini diperkuat dengan penyataan Worang (1983) bahwa kekuasaan dapat dijalankan dengan tindakan-tindakan kongkrit, misalnya dengan cara paksaan, tekanan, ancaman-ancaman bahkan pemerasan. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kebutuhan akan kekuasaan dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S, Kecamatan SY, Kabupaten Demak. Semakin tinggi kebutuhan akan kekuasaan maka semakin tinggi kecenderungan agresi pada preman di Desa S. Sebaliknya, semakin rendah kebutuhan akan kekuasaan maka semakin rendah pula kecenderungan agresi pada preman di Desa S. METODE Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas dan satu variabel tergantung, dengan rincian: 1. Variabel tergantung : kecenderungan agresi 2. Variabel bebas : kebutuhan akan kekuasaan (need for power) Populasi pada penelitian ini adalah preman yang ada di Desa S, Kecamatan S, Kabupaten Demak yang memiliki atau sesuai dengan ciri-ciri sebagai berikut; bertempat tinggal Desa S dan beroperasi di wilayah Desa S dan sekitarnya, meminta uang secara paksa dengan dalih keamanan atau parkir. Hasil wawancara dengan ST yaitu salah satu preman Desa S menyebutkan bahwa preman di Desa S, Kecamatan S, Kabupaten Demak yang meminta uang keamanan atau parkir secara paksa pada saat penelitian ini dilakukan berjumlah 40 orang dan semuanya diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah studi populasi atau sampel total (sensus), yaitu suatu cara dalam penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya sebagai subyek penelitian (Usman, 2000, h. 131). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala psikologi karena skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari bentuk alat pengumpul data yang lain seperti angket (quisionare), daftar isian, inventori dan lain-lain, yakni subyek diminta memilih salah satu jawaban atau isian yang telah ditentukan sehingga subyek penelitian tidak dapat memberikan respon secara bebas. Penelitian ini menggunakan dua skala psikologi yaitu skala kecenderungan agresi dan skala kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Skala kecenderungan agresi menggunakan aspekaspek agresi yang telah dikemukakan oleh Albin (2002) yaitu; aspek pertahanan, 60

5 aspek ketegasan, aspek perlawanan disiplin, aspek egosentris dan aspek superioritas, sedangkan skala kebutuhan akan kekuasaan menggunakan aspekaspek need for power seperti yang dikemukakan oleh Gary Yukl yaitu; aspek memengaruhi orang untuk mengubah sikap atau perilaku, mengontrol orang dan aktivitas, berada pada posisi berkuasa melebihi orang lain, memperoleh kontrol informasi dan sumber daya, mengalahkan lawan atau musuh. Kedua skala tersebut disusun dengan jenis aitem, aitem yang searah dengan pernyataan (favorable) dan tidak searah dengan pernyataan (unfavorable). Pemberian skor pada skala ini bergerak antara 1 sampai dengan 4. Aitem yang bersifat favorable, subjek akan memperoleh nilai 4 jika menjawab SS (sangat sesuai), jika menjawab S (sesuai) diberi nilai 3, nilai 2 untuk jawaban TS (tidak sesuai) dan nilai 1 jika subjek menjawab STS (sangat tidak setuju). Aitem yang bersifat unfavorable, jawaban STS (sangat tidak setuju) diberi nilai 4, nilai 3 jika menjawab TS (tidak sesuai), nilai 2 untuk jawaban S (sesuai) dan jika menjawab SS (sangat sesuai) diberi nilai 1. Penelitian ini dimulai dengan mengajukan surat permohonan untuk penelitian pada tanggal 06 Oktober 2010 dengan nomor surat 496/C.1/Psi- SA/X/2010, kemudian penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2010 sampai dengan tanggal 20 Oktober 2010 di Desa S, Kecamatan SY, Kabupaten Demak. Peneliti menyebarkan skala penelitian yang dikenakan pada 40 subjek yang seluruhnya adalah preman yang berdomisili dan beroperasi di Desa S, Kecamatan SY, Kabupaten Demak. Semua skala yang telah disebar dapat kembali semuanya dan dapat diskor. Data penelitian yang terkumpul kembali dilanjutkan dengan menganalisisnya. Adapun metode analisis data yang dipakai dalam metode penelitian ini adalah metode statistik. Analisis statistik menuntut adanya perhitungan yang tepat dan teliti sehingga memerlukan alat ukur yang tepat dan teliti, yang mampu memberikan informasi sejauh mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk itu sebelum digunakan, alat ukur harus bersifat valid dan reliabel. Penelitian ini menggunakan analisis statistik teknik korelasi product moment dari Pearson. Product moment digunakan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan akan kekuasaan (need for power) dengan kecenderungan agresi. HASIL Uji daya beda aitem dan estimasi reliabilitas kedua skala tersebut dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows Release versi Berdasarkan hasil analisis data tersebut diperoleh hasil r xy =0,605 dengan p= 0,000 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang positif yang sangat signifikan antara kebutuhan akan kekuasaan dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S, Kecamatan S, Kabupaten Demak yang artinya makin tinggi kebutuhan akan kekuasaan maka makin tinggi kecenderungan agresi pada preman di Desa S, dengan sumbangan efektif sebesar 36,6 persen Berdasarkan norma kategorisasi dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa rerata empiris skor subyek pada skala kecenderungan agresi yaitu 39,5750 (berdasarkan mean empirik), sedangkan rerata hipotetik skor subyek dalam penelitian ini yaitu 30 (berdasarkan mean hipotetik). Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan agresi 61

6 pada preman di Desa S dalam penelitian ini berkategori tinggi karena mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (yaitu 39,5750 >30). Berdasarkan norma kategorisasi dengan distribusi normal kelompok subjek dalam penelitian ini, dapat dilihat bahwa rerata empiris skor subyek pada skala kebutuhan akan kekuasaan yaitu 86,0250 (berdasarkan mean empirik), sedangkan rerata hipotetik skor subyek dalam penelitian ini yaitu 65 (berdasarkan mean hipotetik). Hal ini menunjukkan kebutuhan akan kekuasaan dalam penelitian ini berkategori tinggi karena mean empirik lebih besar dari mean hipotetik (yaitu 86,0250 >65). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari uji korelasi menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebutuhan akan kekuasaan (need for power) dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S Kecamatan SY Kabupaten Demak artinya semakin tinggi kebutuhan akan kekuasaan maka makin tinggi kecenderungan agresi pada preman di Desa S, begitu pula sebaliknya makin rendah kebutuhan akan kekuasaan maka makin rendah kecenderungan agresi pada preman di Desa S. Hasil tersebut diperoleh r xy = 0,605 dengan p= 0,000 (p< 0,01). Besarnya kontribusi kebutuhan akan kekuasaan terhadap kecenderungan agresi pada preman tampak pada sumbangan efektifnya sebesar 36,6 persen sedangkan sisanya 63,4 persen dipengaruhi oleh variabel lain. Perasaan agresif pada seseorang merupakan keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung hingga terjadinya sebuah tindakan. Perilaku agresi digambarkan sebagai perilaku yang mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kepercayaannya secara berlebihan. Perilaku agresi juga ditujukan untuk menyakiti makhluk hidup lain secara fisik maupun verbal. Perilaku agresi muncul karena adanya respon seseorang terhadap stimulus-stimulus yang ada baik internal maupun eksternal. Santoso dan Zulfa (2004) mengurai dasar pemikiran dari aliran naturalisme klasik menyebutkan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas (free will), dimana dalam bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya, dengan kata lain manusia berperilaku dipandu oleh kebutuhan-kebutuhan dan kesenangannya. Kehendak bebas yang didalamnya berisi kebutuhan dan kesenangan tersebut sangat mempengaruhi dinamika emosional seseorang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura (Atkinson, 1999, hal ), bahwa perilaku agresi dapat muncul disebabkan karena sifat dasar manusia, keadaan lingkungan yang menyebabkan belajar agresi dan adanya kebutuhan-kebutuhan atau dorongandorongan yang jika dalam usaha mencapai pemenuhan kebutuhan dan dorongan tersebut terhalangi maka akan timbul agresi. Mc Clelland (As ad, 1998, hal. 52) menyebutkan kebutuhan dasar manusia ada tiga, yaitu kebutuhan akan pencapaian (Need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power). Penelitian ini fokus pada kebutuhan akan kekuasaan. Orang dengan kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi akan duduk lebih tinggi, berbicara lebih keras dan mereka cenderung menginvasi ruang orang lain karena menginginkan pengaruh, kuasa serta mengatur daerah kekuasaannya dengan begitu ia mampu 62

7 menjalankan kekuasaannya dengan paksaan, tekanan, dan ancaman yang termasuk agresi di dalamnya. Artinya, bahwa adanya tendensi manusia untuk menggunakan agresi dalam mencapai dan memelihara kekuasaan. Hal ini sesuai dengan Friedman dan Schustack (2008, hal. 322) yang menyatakan bahwa seseorang dengan kebutuhan akan kekuasaan (need for power) yang tinggi biasanya mencari dan berupaya mendapatkan pekerjaan dan jabatan yang membuat mereka bisa menyatakan kuasa atas orang lain dan kebutuhan akan kekuasaan adalah sebuah reflek keinginan untuk mengendalikan orang lain ataupun dalam sebuah pekerjaan. Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, bahwa terdapat hubungan positif antara kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power) dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S, Kecamatan S, Kabupaten Demak. Makin tinggi tingkat kebutuhan akan kekuasaan para preman di Desa S maka makin tinggi pula kecenderungan agresi para preman di Desa S, dan sebaliknya, makin rendah tingkat kebutuhan akan kekuasaan para preman di Desa S maka makin rendah pula kecenderungan agresi preman di Desa S. Kebutuhan akan kekuasaan memang sangat menentukan kemunculan sebuah agresi, namun tidak berarti bahwa kebutuhan akan kekuasaan selalu menimbulkan agresi. Kebutuhan akan kekuasaan akan menjadi sangat efektif jika didukung oleh faktor-faktor pendukung lainnya yang dapat memunculkan agresi. KESIMPULAN Berdasarkan uji korelasi antara kebutuhan akan kekuasaan dengan kecenderungan agresi pada preman di Desa S, Kecamatan SY, Kabupaten Demak diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan, artinya makin tinggi tingkat kebutuhan akan kekuasaan para preman di Desa S maka makin tinggi pula kecenderungan agresi para preman di Desa S. Sebaliknya, makin rendah tingkat kebutuhan akan kekuasaan para preman di Desa S maka makin rendah pula kecenderungan agresi preman di Desa S. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan sehingga hipotesis tersebut diterima. Hasil dari pengujian statistik menunjukan bahwa sumbangan efektif variabel kebutuhan akan kekuasaan terhadap kecenderungan agresi pada preman di Desa D, Kecamatan S, Kabupaten Demak sebesar 36,6 persen. Nilai tersebut mempunyai arti bahwa kebutuhan akan kekuasaan memberi kontribusi 36,6 persen terhadap kecenderungan agresi pada preman di Desa S dan sisanya 63,4 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti frustasi, stres, deindividuasi, kepatuhan, efek senjata, provokasi dan suhu udara. SARAN Beradasarkan hasil pengamatan terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis mencoba mengajukan beberapa saran yaitu; 1. Saran bagi para preman diharapkan untuk lebih meningkatkan kontrol diri dan bisa mencari pekerjaan yang lebih layak serta jauh dari resiko yang berbahaya. 2. Saran bagi institusi perangkat pemerintah Desa S hendaknya mampu mengakomodir para preman tersebut untuk dibekali dengan ketrampilanketrampilan entrepreneurship agar mereka mampu berwirausaha dan menjadi wirausahawan yang sukses sehingga tidak meresahkan bagi masyarakat. 3. Saran bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti penelitian yang serupa perlu diperhatikan pendekatan-pendekatan persuasif yang lebih intensif agar 63

8 dapat memperoleh informasi atau data dari para preman tanpa merasa ada paksaan, disamping itu perlu juga diperhatikan banyaknya jumlah dan kualitas aitem pada alat ukur skala yang digunakan dalam pengambilan data agar dapat memperoleh hasil yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Albin, R, S Emosi Bagaimana Mengenai Menerima Dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius. As ad, Moh, Drs Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Edisi keempat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Smith, E. E., Bem, D. J Pengantar Psikologi Edisi 11 Jilid 1. Alih Bahasa: Widjaja Kusuma. Jakarta: Interaksara. Davidoff, L.L Psikologi Suatu Pengantar. Jilid 1. Alih Bahasa : Jumiati, Jakarta : Erlangga Friedman, H, S., Schustack, M, W Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. Koeswara, E Agresi Manusia. Bandung: Eresco Krahe, B Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Luthans, Fred Perilaku Organisasi - Edisi sepuluh. Yogyakarta: Andi Santoso, T. Zulfa, E, A Kriminologi. Jakarta: RajaGrafindo Sarwono, S. W., Psikologi Remaja. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Silvia dan F. Iriani Pengaruh Tayangan Kekerasan dalam Film Terhadap Perilaku Agresi pada Remaja Awal Laki-laki. Jurnal Phronesis vol 5, no 10. Suryaningsih, W., Anggraini, R Hubungan Kekerasan Orang tua Terhadap Anak Dengan Perilaku Agresif pada siswa SMP Negeri 2 Ungaran. Jurnal Psikologi Proyeksi, Vol. 1, No 1. Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung Semarang. Syafrika, I., Suyasa, T, Y, S Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik Kerja dan Dorongan Berperilaku Agresif pada Polisi Lalu Lintas. Jurnal Insan, vol. 6, no 3. Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara. Usman, H Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Worang, B, L Pengantar Sosiologi. Yogyakarta. Universitas Atma Jaya Yogyakarta Press. 64

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP PASIEN PENYAKIT JIWA DENGAN PERILAKU AGRESIF PERAWAT PASIEN PENYAKIT JIWA Elok Faiqoh 1*) dan Falasifatul Falah **) 1) Fakultas Psikologi Universitas Islam Sultan Agung *)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS SKRIPSI DIAN SAVITRI 99.40.3019 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2005 PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA Virgia Ningrum Fatnar, Choirul Anam Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan virgia_nfatnar@yahoo.com

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5). 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data skala perilaku agresif remaja dan skala menonton acara kekerasan di televisi, peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana dijelaskan (Azwar, 2010, p. 5) penelitian dengan menggunakan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang

BAB III METODE PENELITIAN. interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan angka-angka yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif yang mempunyai tata cara, yaitu pengambilan keputusan, interpretasi data dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan Kontrol diri (variabel bebas) dan Perilaku BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol dari beberapa tahapan yang logis. Sedangkan rancangan penelitian merupakan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia, dimana individu meninggalkan masa anak-anaknya dan mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI Oleh : SYAIFUL ANWAR PRASETYO YULIANTI DWI ASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bagian yang paling utama didalam membuat suatu penelitian adalah bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional; yaitu mencari korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2010) penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, dalam bidang pendidikan pun, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi. Menurut Sugiyono (2011), korelasi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Seperti hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: b. Kecerdasan Adversitas BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel yang diamati, yaitu: 1. Variabel tergantung : Stres Kerja 2. Variabel bebas : a. Hardiness b. Kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukanoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai metode penelitiannya. Adapun pembahasan dalam metode penelitian ini. A. Tipe Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai metode penelitiannya. Adapun pembahasan dalam metode penelitian ini. A. Tipe Penelitian BAB III METODE PEELITIA Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif sebagai metode penelitiannya. Adapun pembahasan dalam metode penelitian ini meliputi tipe penelitian, identivikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, beringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan kematangan emosi pada remaja.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Identifikasi merupakan variabel yang diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan b. Variable Bebas (X) :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menekankan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment untuk mencari hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) 33 BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) Oleh : Detria Nurmalinda Chanra 1 Prof. Dr. Dr. dr. Th. I. Setiawan 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Kenakalan Remaja 2. Variabel Bebas : a.persepsi Keharmonisan Keluarga : b. Konsep Diri B. Definisi Operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2009) penelitian korelasional merupakan jenis penelitian yang sifatnya menanyakan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deduktif yang berangkat dari permasalahan-permasalahan dari BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif, maksud dari metode penelitian ini adalah penelitian yang identik dengan pendekatan deduktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel 1. Variabel tergantung : Kepuasan perkawinan. Variabel bebas : a. Self-esteem b. Penghargaan suami B. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Desain Penelitian. pengguna facebook yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

BAB III METODE PENELITIAN. a. Desain Penelitian. pengguna facebook yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. BAB III METODE PENELITIAN a. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel motif afiliasi dengan keterbukaan diri mahasiswa pengguna facebook yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif sebagai upaya untuk mengetahui hubungan antar dua variabel penelitian. Penelitian kuantitatif lebih

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN MINAT MEMBELI BARANG - BARANG BERMEREK Oleh: Amalia Gia Puspita Fuad Nashori PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying 88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Oleh : NIKI FEBRIANI F 100 090 100 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. sesuatu yang berkenaan dengan penelitian. Penelitian dilaksanakan di wilayah

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. sesuatu yang berkenaan dengan penelitian. Penelitian dilaksanakan di wilayah 40 BAB IV LAPORAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah penelitian Salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami kancah atau tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif karena penelitian ini banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan masyarakat di zaman modern terus mengalami peningkatan pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat

BAB lll METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat 33 BAB lll METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai suatu penelitian yang menggunakan alat bantu statistik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45

BAB III METODE PENELITIAN. signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti. 45 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical atau angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian, yaitu merupakan upaya yang menggambarkan keseluruhan pemikiran atau program penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal tersebut digunakan karena penelitian ini menggunakan penghitungan statistik dalam penghitungan skala.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan lapangan (field research). B. Variabel Penelitian Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rancangan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12)

BAB IV METODE PENELITIAN. serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002, p. 12) BAB IV METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2013). Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan dua variabel dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut (Machfoedz, 010). Variabel disebut juga sebagai objek penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar.

BAB III METODE PENELITIAN. dibuat secara sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang. betul-betul dan mudah diikuti secara mendasar. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitiannya, penelitian ini berangkat dari adanya

Lebih terperinci