BAB I PENDAHULUAN. juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir (Somantri, 2007). Tunadaksa sendiri dapat digolongkan dalam beberapa macam.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir (Somantri, 2007). Tunadaksa sendiri dapat digolongkan dalam beberapa macam."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tidak semua manusia beruntung dilahirkan dalam keadaan fisik yang normal dan sempurna. Beberapa dari mereka terlahir dengan memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik. Orang yang mengalami kekurangan pada fisiknya dalam literatur disebut dengan tunadaksa. Tunadaksa berarti keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot dan sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh bawaan sejak lahir (Somantri, 2007). Tunadaksa sendiri dapat digolongkan dalam beberapa macam. Menurut Somantri (2007) tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut kerusakan yang dibawa sejak lahir atau keturunan, kerusakan pada waktu kelahiran, infeksi, kondisi traumatik atau kerusakan traumatik, tumor, dan kondisikondisi lainnya. Klasifikasi lain dilihat dari sistem kelainannya, penggolongan tunadaksa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelainan pada sistem cerebral (cerebral system) dan kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system) (Astati, 2001). Terjadinya ketunadaksaan pada seseorang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan waktu terjadinya penyebab ketunadaksaan dibedakan menjadi tiga. Pertama sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran mencakup 1

2 2 faktor keturunan, trauma dan infeksi pada waktu kehamilan, usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak, pendarahan pada waktu kehamilan serta keguguran yang dialami ibu. Kedua sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran mencakup penggunaan alat-alat bantu kelahiran (seperti tabung, vacum dan lain-lain) yang tidak lancar dan penggunaan obat bius pada waktu kelahiran. Ketiga sebab-sebab sesudah kelahiran mencakup infeksi, trauma, tumor, dan kondisi-kondisi lainnya (Somantri, 2007). Sama halnya dengan individu normal, individu tunadaksa juga mengalami perkembangan baik dalam aspek psikologis maupun aspek fisik. Secara umum, aspek fisik merupakan potensi yang berkembang dan harus dikembangkan oleh setiap individu. Berbeda dengan individu normal, bagi individu tunadaksa potensi fisik tersebut tidaklah utuh karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna (Somantri, 2006). Ketidaksempurnaan fisik mereka menyebabkan sebagian besar kemampuannya untuk berfungsi di masyarakat terhambat. Banyak aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang tidak bisa mereka lakukan seperti layaknya orang normal pada umumnya. Seperti yang dinyatakan oleh beberapa tunadaksa: Iya ruang geraknya terbatas itu aja...misalnya ga bisa saya lakukan, membawa kendaraan, karena kaki saya lemah saya ga bisa membawa kendaraan...yang lain yah biasa aja, cuman saya ga selincah mereka itu aja. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Sulitnya kalau ngelakuin apapun orang cepat, kalau aku lambat gitu, trus yang kedua cepat capek gitu. Apa lagi, mereka bisa lebih bebas kemanamana, lebih gampang cari kerja. Itu aja, kami kan payah cari kerja. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012)

3 3 Secara umum keterbatasan fisik memang menyebabkan individu mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, namun nyatanya banyak tunadaksa yang masih mampu melakukan berbagai aktivitas seperti orang lain. Kondisi fisik tunadaksa memang tidak normal, namun mereka mampu hidup layaknya orang normal. Mereka masih mampu mendiri, melakukan aktivitas sehari-hari tanpa membutuhkan bantuan orang lain. Dengan keterbatasan yang mereka miliki juga, banyak tunadaksa yang mampu bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Seperti Putri Herlina, salah seorang tunadaksa yang menunjukkan bahwa ia tidak memiliki hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan hidup layaknya orang normal: "Aku sekolah di sekolah biasa, aku gak mau dikasihani, SMPku di sekolah Muhammadiyah biasa, SMAku juga, aku tidak minta meja khusus, kutulis semua dengan kakiku, bisa kok. Aku nggak suka diistimewakan. Semua yang bisa dilakukan teman-teman yang lain aku juga ikut. Pramuka, olahraga, pokoknya seperti biasa saja," Aku dan teman-teman masak sendiri, cuci baju sendiri, membantu merawat dan mengasuh anak-anak cacat, bekerja sebagai penerima tamu, mengetik, menulis, dan menelepon. Aku juga sering mengepel lantai. Aku bisa mengurus diriku sendiri, ganti baju sendiri. Ga ada hambatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari Pada umumnya keterbatasan fisik juga menyebabkan individu tunadaksa mengalami gangguan dalam aspek perkembangan psikologisnya. Keterbatasan fisik yang mereka miliki menyebabkan individu tunadaksa cenderung memandang diri mereka secara negatif. Kesadaran bahwa kondisi fisiknya berbeda dengan fisik orang normal, menjadi salah satu pemicu timbulnya kecenderungan tunadaksa merasa dirinya tidak berdaya, kurang percaya diri,

4 4 rendah diri, sensitif, cemas, dan sering kali merasa takut dirinya akan menjadi beban bagi orang lain (Carolina, 2006). Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap dan pandangan negatif lingkungan, yang pada umumnya menganggap tunadaksa sebagai orang yang tidak mampu dalam kehidupan sosial. Penolakan masyarakat terhadap individu tunadaksa ini menyebabkan munculnya perasaan rendah diri, perasaan sedih dan penyesalan akan kondisinya. Mereka akhirnya cenderung menutup diri terhadap pergaulan, kurang dapat menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan (Somantri, 2007). Hal ini juga dialami oleh beberapa tunadaksa lewat pernyataannya berikut: Kalau menengok diri sendiri, jadi minder sama orang. Misalnya mau keluar, sebelum keluar tengok dulu diri sendiri, jadi ga berani keluar. Ga ada percaya dirinya lagi, udah hilang. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Jujur saya katakan keadaan fisik saya seperti ini tidak saya kehendaki, didalam hati dan perasaan, saya merasa marah, sangat tidak terima atas kenyataan yang ada, kehidupan saya berada pada posisi yang serba salah. Kadang kala saya depresi atas keberadaan diri ini, sungguh ini sebuah neraka nyata dalam hidup. (Sosbud Kompasiana, 2013) Kalau yang saya alami sekarang, mereka menganggap kalau orang yang tidak sehat atau cacat itu, dia sifatnya selalu dibantu, ga bisa apa-apa karena kondisi cacat kita ini. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Namun keterbatasan fisik yang dialami dan berbagai sikap dan pandangan negatif sebagian masyarakat yang diterima oleh tunadaksa tidak selalu menyebabkan perkembangan psikologis tunadaksa terganggu. Banyak individu tunadaksa yang tetap percaya diri, dapat bersosialisi dan mengembangkan konsep diri yang positif walau dengan kondisi fisik yang tidak sempurna.

5 5 Kondisi fisik yang tidak sempurna dan pandangan negatif serta penolakan yang diterima justru menjadi alasan bagi tunadaksa untuk terus berusaha dan bersemangat dalam menjalani hidup. Mereka tidak menjadikan kondisi cacat sebagai halangan dalam kehidupannya. Walau memiliki keterbatasan banyak tunadaksa yang menjadi orang-orang hebat kerena mereka miliki kemauan dan berusaha bagaimana mengatasi kekurangan tersebut dengan berkarya. Bahkan akhirnya, hal-hal yang mereka kerjakan sehari-hari dalam keterbatasan fisik mereka itu, kemudian menjadi inspirasi bagi orang lain yang mempunyai keterbatasan fisik, bahkan orangorang dengan kondisi fisik yang sempurna sekalipun. Hal ini menjadi kebangga bagi mereka apabila dapat melakukan sesuatu atau melewati hambatan yang dihadapi, sehingga mereka mendapatkan penghargaan dan penerimaan bahkan dapat dijadikan contoh oleh masyarakat (Somantri, 2006). Karena dalam hidup tidak ada manusia yang sempurna, setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Seperti yang dialami oleh Putri Herlina, walau sejak kecil ia telah ditingallkan oleh orang tuanya, namun ia mampu bertahan dan menjadi tunadaksa yang menginspirasi banyak orang: Bagiku yang penting cuek dan bersikap biasa. Aku tidak ingin dikasihani, tidak ingin dibedakan dengan yang lain, mungkin itulah yang membuat aku kuat dan tegar selama ini Hal ini juga dapat terlihat dari penyataan beberapa tunadaksa berikut, yang juga tidak merasa minder dengan kondisinya dan menjadikan keterbatasannya sebagai motivasi untuk maju:

6 6 Kehidupan kita yang serba berkekurangan seharusnya jangan dijadikan sebagai sebagai suatu hambatan untuk terus berkembang, bergaul dan akrab dengan dengan sesama serta menjalin persahabatan dengan siapapun tanpa terkecuali karena itu semua sebagai pelajaran hidup. (Petrus) Memiliki kekurangan dalam fisiknya, ternyata sama sekali tak membuat saya minder bertemu dengan orang-orang baru. Sebaliknya, saya justru ingin menunjukkan bahwa keterbatasan pada fisiknya tidaklah menjadi sebuah penghalang untuk menunjukkan kemampuannya sembari berkreasi. (Gufron) Keadaan fisik bukan kendala untuk sukses. Yang menjadi halangan adalah kalau kita berpikir bahwa keadaan fisik kita menghalangi sukses. Karena itu ubah pikiran, tembuslah batas itu, raih prestasi tertinggi dan hidup maksimal. (Lena Maria, 2013) "Saya ga mau orang lain hanya mengasihani saya, saya ingin orang lain menghargai saya sama seperti kepada orang normal lainnya. saya ingin orang melihat saya karena prestasi yang saya raih, bukan karena ia kasihan melihat saya cacat" (Heni Candra, Penyanyi 2013) Dalam keterbatasan fisik, beberapa dari tunadaksa juga ada yang sangat berpotensi dalam berbagai bidang seperti seni, olah raga, usaha dan sebagainya, bahkan ada pula yang kemampuannya jauh lebih baik daripada orang-orang yang normal secara fisik. Ada yang menjadi atlet berprestasi, pengusaha, motivator, pelukis, penyanyi, aktivis dan lain sebagainya. Beberapa diantaranyanya adalah Anthony Robles pegulat bisa menjadi juara nasional gulat kelas berat dengan satu kaki, Heni Candra seorang penyanyi, seorang Gufroni Sakaril tanpa kedua tangan sekarang sukses menjadi kepala Humas Indosiar, dan masih banyak lagi.

7 7 Layaknya individu normal lainnya, individu tunadaksa juga akan melalui masa dewasa awal dan dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan dimasa ini diantaranya: mendapatkan pekerjaan, memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam kelompok sosial yang cocok dengan diri mereka (dalam Hurlock, 2009). Salah satu tugas perkembangan yang penting yang akan dihadapi di masa dewasa awal adalah pemilihan pasangan. Proses pemilihan pasangan ini menjadi tugas yang penting karena sebelum membentuk suatu keluarga, individu terlebih dahulu harus melakukan pemilihan pasangannya. Hal ini juga diungkapkan oleh seorang tunadaksa yang terlihat dari pernyataannya berikut: Memilih pasangan pentinglah, yahh aku, kami-kami penyandang cacat ini juga sama kan, punya hak untuk memilih pasangan, untuk berkeluarga kan juga ada. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Secara umum keterbatasan fisik tunadaksa dapat menjadi hambatan mereka dalam memilih pasangan. Bagi tunadaksa sulit untuk dapat berpacaran dan membina hubungan sampai dengan jenjang pernikahan (YLS, 2007). Seperti yang dinyatakan oleh Hurlock (2009) yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan tugas perkembangan dewasa awal terdapat rintangan yang bisa menghambat penguasaan tugas perkembangan. Salah satunya adalah hambatan fisik, seperti cacat yang dialami oleh individu tunadaksa. Mereka melihat bahwa cacat fisik yang dialami menjadi hambatan bagi pemilihan pasangan dan

8 8 mencapai pernikahan yang bahagia. Hal ini juga dinyatakan oleh Sinniah (dalam Rifayani, 2012) yang juga menyatakan bahwa banyak individu tunadaksa menemui banyak hambatan pada tugas memilih pasangan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh tunadaksa dalam penyataan berikut ini: Bagi saya mendapatkan teman wanita itu sangatlah sulit. jangankan menikah, untuk sekedar bisa berpacaran saja sangat sulit. saat ingin berinteraksi dengan lawan jenis, selalu saja terjadi penolakan. saya merasa sering disepelekan wanita. (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Pantas ga seh orang kaya aku mencintai dan dicintai orang untuk menjadikan aku sebagai kekasih atau menjadi pasangan hidup aku, karena pada kenyataannya jangan kan pacaran deketpun kayanya mereka enggan, minder dan gengsi punya pasangan cacat. (Yahoo, 2008) Cacat fisik pada tunadaksa umumnya membuat kepercayaan diri mereka cenderung rendah (Somantri, 2007). Hal ini berkaitan dengan gambaran tubuh yang dimilikinya. Greenspan (dalam Ima, 2006) mengatakan bahwa penyandang tuna daksa sangat peduli pada body image. Karena body image menggambarkan keseluruhan mengenai dirinya, hal ini akan membentuk kepercayaan diri yang dimiliki individu tunadaksa. Tunadaksa akan lebih sulit menerima keadaan pada dirinya dan seringkali menjadi tidak yakin dengan dirinya sendiri apalagi jika kecacatan yang dialaminya menghambat proses perkembangan dan menimbulkan keraguan akan daya tarik fisik (Ima, 2006). Hal inilah yang seringkali membuat mereka menjadi minder dalam pemilihan pasangan karena merasa dirinya terlihat tidak menarik secara fisik dan memiliki banyak kekurangan. Seperti yang diungkapkan oleh tunadaksa dalam pernyataan berikut:

9 9 Dengan kondisi fisik seperti ini, yah yang saya rasakan saya enggak menariklah. Mana bisa menarik dengan kondisi fisik begini, kalau normal bisalah menarik. Ini ga normal mana bisa menarik, jadi minderlah (Komunikasi Personal, 19 Desember 2012) Pandangan negatif masyarakat juga seringkali menjadi penyebab tunadaksa sulit untuk mendapatkan pasangan. Banyak masyarakat melakukan penolakan karena memandang bahwa memiliki pasangan atau menantu tunadaksa adalah sesuatu hal yang memalukan. Penolakan ini juga timbul karena masyarakat menganggap tundaksa sebagai orang yang tidak mampu dalam kehidupan sosial. Adanya keraguan tentang kemampuan tunadaksa dalam mengurus rumah tangganya, mengurus anak dan suaminya kelak. Sehingga seringkali masyarakat menolak tunadaksa sebagai menantu atau pasangan. Hal inilah yang dialami oleh seorang tunadaksa yang terlihat dari pernyataannya berikut: Kayak ada cowok yang disini (di panti sosial tunadaksa), padahal aku udah mau serius sama dia. Tiba-tiba datanglah mamaknya, padahal belum dibawa ketemu masih ceritalah, mamaknya udah menolak, belum apa-apa kan, belum kenal orangnya. Aku ga mau dibilang mamanya, enggak, cari aja yang normal. Waktu itu sakit kali hatiku, tapi kek mana apa boleh buat namanya juga belum jodoh Mamaknya ga setuju dengan hubungan kami. Karena dia kan orang cacat, aku juga cacat, takut mamaknya aku ga bisa ngurus dia dengan baik. Kek mananya jadi calon istri, melayani dia, tidak mungkin kan... (Komunikasi Personal, 23 November 2012) Pandangan masyarakat ini juga menyebabkan individu tunadaksa menjadi minder dan kurang percaya diri dalam memilih pasangan. Kesadaran tentang kondisi fisik mereka yang cacat juga ikut menimbulkan kecemasan dan perasaan khawatir dalam memperoleh pasangan. Dalam penelitian yang

10 10 dilakukan oleh Hastuti (2012) ditemukan bahwa penyandang cacat tubuh (tunadaksa) memiliki kecemasan yang tinggi dalam memperoleh pasangan. Perasaan rendah diri, tidak percaya diri dan merasa tidak berdaya seringkali menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan pada individu tunadaksa dalam memilih pasangan hidup. Kecemasan akan penolakan keluarga dan lingkungan pasangannya, usia yang semakin bertambah, cemas akan ditinggalkan oleh pasangannya, tidak dapat memiliki keturunan, cemas jika tidak memperoleh pasangan hidup yang kondisi fisiknya lebih baik dari pada kondisinya. Seperti yang diungkapkan oleh Putri Herlina yang terlihat dalam pernyataan berikut ini: "Aku pengen pergi dari panti ini mas, sudah 24 tahun aku di sini.. ingin rasanya untuk segera bisa mandiri. Aku membayangkan punya suami yang normal, walaupun kondisiku seperti ini, tapi ada gak ya yang bener-bener serius sama aku. Apa aku gak tau diri ya mas kalo ngarepin jodohku lelaki yang sempurna.. apa hidupku sampai tua hanya di panti ini ya mas, sendirian tiap hari di meja ini," Hal ini juga dialami oleh tunadaksa lain, seperti yang terlihat dalam beberapa pernyataan berikut ini: Aku juga takut diejeki keluarganya, mamak-mamak zaman sekarang kan meremihin menantu, mentang-mentang fisik awak kek gini takut dia ga bisa meladeni, ga bisa ngurus anak. Itulah yang awak takutkan dalam hidup ini (Komunikasi Personal, 23 November 2012) Iyaa, kalau dengar-dengar dari kawan, banyaklah yang nikah sama yang normal bilang kalau gabung sama keluarganya itu kayak ada perasaan ga nyaman, kita jadi agak jangggal kalau gabung, dengar-dengar kawan gitu ga bahagia dia, aku jadi ada rasa takut nikah. (Komunikasi Personal, 3 November 2012) Kalau boleh kan aku kan ini udah cacat kayak gini, jadi supaya aku apa memilih pasangan itu, kalau boleh yah jangan yang cacat lagi lah. Tapi

11 11 kadang kebelakang yahh ga mungkinlah diri kita karna masih banyak yang lebih dari kita, karna cacat. Tapi tetap ada, bahwa karna aku harus memilih gitu. (Komunikasi Personal, 3 November 2012) Namun terlahir sebagai seorang yang cacat dengan banyak kekurangan ternyata tidak selalu menghalangi tunadaksa untuk bisa memperoleh pasangan dan hidup bahagia dalam kehidupan pernikahan. Karena pada kenyataannya banyak tunadaksa yang bisa memperoleh pasangan dalam hidupnya. Tidak semua tunadaksa merasa minder dan kurang percaya diri dengan kondisi fisik mereka. Ada banyak tunadaksa menerima keadaan pada dirinya dan yakin dengan daya tarik dari dalam diri (inner beauty) yang dimilikinya. Daya tarik tidak hanya muncul karena fisik yang menarik dan sempurna, namun daya tarik juga dapat muncul karena karakter dan kepribadian diri seseorang (Degenova, 2008). Karena itu keyakinan dan kepercayaan diri yang dimiliki tunadaksa dapat menjadi daya tarik yang besar dalam pemilihan pasangan. Jika tunadaksa percaya diri, walaupun fisik mereka kurang sempurna, namun kepercayaan diri itulah yang membuat tunadaksa semakin menarik Pada kenyataannya juga tidak semua masyarakat bersikap negatif dan melakukan penolakan terhadap tunadaksa. Ada banyak orang yang tidak memandang keterbatasan fisik tunadaksa sebagai sesuatu hal yang harus dipermasalahkan. Hal ini dapat terlihat dari adanya tunadaksa yang dapat memperoleh pasangan yang normal walaupun kondisi fisiknya tidak sempurna. Mereka juga tidak mendapatkan penolakan dan bahwa diterima dengan baik oleh keluarga pasangannya. Seperti yang dialami oleh Putri Herlina, dimana ia

12 12 bisa menikah dengan pasangan normal yang normal walaupun ia tidak memiliki kedua tangan dan juga diterima oleh keluarga pasangan: Aku mau nikah mas.. namanya Reza, yang jelas dia perhatian banget dan mau menerima kondisiku. Reza adalah anak dari keluarga terhormat. Putra salah seorang petinggi Bank Indonesia, Deputi Gubernur jabatan terakhirnya. Aku bayangkan, keluarga itu memiliki hati yang luar biasa luasnya dengan menerima Putri Herlina dalam keluarga terhormat mereka. Kehidupan tidak berhenti sampai pada terbatasnya kondisi fisik tunadaksa. Memiliki keterbatasan fisik tidak selalu menjadi penghalang bagi tunadaksa untuk dapat memperoleh pasangan dan dapat menjalani pernikahan. Misalnya saja Putri Herlina, Nick yang saat ini menjadi motivator terkenal, juga ada beberapa artis Ucok Baba, Daus Mini, dan Adul. Mereka sama sekali tidak pernah minder atau terkucilkan sekalipun fisik mereka tidak normal. Kecacatan nyatanya dapat membuat tunadaksa menjadi kuat dan tegar. Dengan kecacatan itu, mereka masih bisa berbuat yang terbaik untuk keluarga, suami dan orang lain. Semua terasa begitu sempurna, diluar apa yang terlihat sebagai fisik yang aneh, dengan kaki kecil sebelah dan jalan yang timpang atau tidak mempunyai tangan (Melati, 2011). Berbagai hambatan yang dialami tunadaksa dalam kehidupannya termasuk dalam pemilihan pasangan pada umumnya lebih banyak bergantung pada sikap tunadaksa itu sendiri (Somantri, 2006). Jika mereka memandang bahwa cacat yang mereka alami dan berbagai pandangan negatif yang kerapkali diterima bukanlah suatu hambatan dalam memilih pasangan maka hal itu tidak akan

13 13 menghalangi mereka untuk memperoleh pasangan. Kalau mereka dapat menerima kondisi yang ada, perkembangan ke arah hal yang positif pun akan lebih mudah timbul (Melati, 2011). Seperti yang diungkapkan oleh tunadaksa dalam pernyataannya berikut: Ibarat membeli pakaian, harus benar-benar mendapatkan yang cocok karena akan melekat dalam diri sepanjang waktu. Usaha tetap harus dilakukan, apa keputusannya biar Tuhan yang menentukan. Tidak ada yang tidak mungkin jika itu sudah menjadi kehendak Tuhan. Kita harus yakin bahwa Allah Maha Adil dan punya rencana yang terbaik untuk kita (Putri Herlina) Bagi saya tidak punya tangan bukan halangan untuk menikah. Banyak orang berpikir, apa bisa menikah, apa bisa berprestasi, dll. Yang membatasi bukan fisik, tetapi pikiran mereka. Mereka lupa, bahwa di dunia ini memang tidak ada orang yang sempurna. Setiap orang memiliki kelemahan, hanya saja mereka yang berhasil, adalah orang-orang yang berpikir, bahwa kelemahan nya bukan halangan untuk berhasil, cacat fisik bukan halangan untuk menikah. (Lena Maria, 2013) Saya memahami bahwa meskipun saya memiliki kekurangan, tapi pasti ada kelebihan dibalik kekurangan. Merasa minder dan tidak sempurna bukan penyelesaian masalah, keterbatasan fisik tidaklah sebuah halangan untuk terus berkembang dan maju bahwa untuk memiliki pasangan (Triy, 2008). Berdasarkan pemaparan di atas, banyak tunadaksa melihat bahwa cacat fisik dan penampilan mereka yang tidak menarik serta pandangan negatif masyarakat menjadi hambatan yang menyebabkan mereka sulit memperoleh pasangan. Namun tidak semua tunadaksa mengalaminya, ada juga tunadaksa yang dapat memperoleh pasangan dan mencapai pernikahan seperti orang lain pada umumnya. Hal inilah yang akhirnya menarik minat peneliti untuk melihat bagaimana gambaran pemilihan pasangan pada tunadaksa lebih mendalam.

14 14 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran pemilihan pasangan pada tunadaksa. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan pada tunadaksa. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemilihan pasangan pada tunadaksa. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberi dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu psikologi dalam rangka perluasan teori dan konsep di bidang psikologi, terutama yang berkaitan dengan pemilihan pasangan pada tunadaksa. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam proses pemilihan pasangan

15 15 hidup yang akan membantu mereka untuk memilih pasangan hidupnya dengan baik sebelum memutuskan melangkah ke jenjang pernikahan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi keluarga tunadaksa dan masyarakat tentang proses pemilihan pasangan pada tunadaksa, individu tunadaksa juga mempunyai tugas untuk memilih pasangan hidup sama seperti individu normal. c. Manfaat lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu munculnya penelitian-penelitian lain tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyandang cacat. Selain itu, penelitian ini dapat menambah wawasan individu yang membacanya, khususnya tentang pemilihan pasangan. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini menyajikan uraian singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori Bab ini menyajikan berisikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teoriteori yang dimuat adalah pemilihan pasangan hidup yang terdiri dari pengertian pasangan hidup, proses

16 16 pemilihan pasangan hidup, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pasangan hidup. Kemudian teori dewasa awal yaitu, pengertian dewasa awal, tugas-tugas perkembangan dewasa awal. Dan terkahir adalah teori tentang tunadaksa yaitu, pengertian tunadaksa, klasifikasi tunadaksa. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menyajikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, dalam hal ini adalah metode kualitatif, metode pengumpulan data, partisipan penelitian, teknik pengambilan sampel, alat bantu pengumpulan data, prosedur penelitian serta analisis data. BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini menyajikan hasil analisis data partisipan dan pembahasan yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dan pembahasan data-data penelitian sesuai dengan teori yang relevan yaitu teori pemilihan pasangan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. BAB V : Kesimpulan dan Saran

17 17 Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran mengenai pemilihan pasangan pada partisipan. Kesimpulan berisikan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan, dan saran berisikan saran-saran praktis dan saran-saran metodologis.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental BAB II LANDASAN TEORI A. Pemilihan Pasangan 1. Pengertian Pemilihan Pasangan Menurut salah satu teori utama pemilihan pasangan, Developmental Process Theories, pemilihan pasangan adalah suatu proses penyaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang selalu ingin dicapai oleh semua orang. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka ingin dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan

BAB I PENDAHULUAN. hambatan untuk melakukan aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Akan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Kecacatan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh setiap individu karena dengan kondisi cacat individu mempunyai keterbatasan atau hambatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan (Papalia, et. la., 2007). Setelah menikah laki-laki dan perempuan akan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia dihadapkan dengan tugas-tugas perkembangan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika memasuki masa dewasa salah satu tugas perkembangan yang akan dilalui seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan mampu menjalani kehidupannya dengan baik, akan tetapi tidak semua orang mampu mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home Informan 1 Nama : Bapak MH Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 39 tahun Pendidikan : SMA Hari/tanggal wawancara : Selasa, 8 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu berhubungan dengan orang lain karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai mahluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan tubuhnya secara efektif. Lebih lanjut Havighurst menjelaskan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja sering kali disebut masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak sebelum akhirnya masuk ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perubahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC

LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC LAMPIRAN II VERBATIM DAN FIELD NOTE RESPONDEN IC 106 107 VERBATIM WAWANCARA HASIL WAWANCARA SUBJEK 2 (IC) Hari : Selasa Tanggal : 13 Oktober 2015 Jam : 09.00-12.00 Tempat : Ruang tamu Kostan responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai institusi sosial terkecil, merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap individu yang

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung)

PEDOMAN WAWANCARA. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. (Suatu Fenomenologi Tentang Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung) 107 PEDOMAN WAWANCARA Hari, tanggal : Sabtu, 3 juli 2010 Waktu : 15.15 Tempat : Kostan, Sekeloa Nara Sumber : Diana Umur : 20 tahun pendidikan terakhir Pekerjaan : SMA : Mahasiswi Eksistensi Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang yang sudah menikah menginginkan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi. Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan sosial ini terbagi atas

Lebih terperinci

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNADAKSA KARENA KECELAKAAN LALU LINTAS. Hana Zafirah Ardani* & Indri Kemala Nasution* ABSTRAK

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNADAKSA KARENA KECELAKAAN LALU LINTAS. Hana Zafirah Ardani* & Indri Kemala Nasution* ABSTRAK GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI REMAJA TUNADAKSA KARENA KECELAKAAN LALU LINTAS Hana Zafirah Ardani* & Indri Kemala Nasution* ABSTRAK Penelitian ini bertujun untuk mengetahui bagaimana proses penerimaan

Lebih terperinci

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan

GUIDE INTERVIEW No. Uraian Pertanyaan GUIDE INTERVIEW No. 1. 2. 3. Uraian Pertanyaan Berapa usia Anda ketika menikah dengan suami? Pada saat anda hamil apakah anda masih berstatus siswa (masih aktif sekolah)? Bagaimana tanggapan orang tua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya banyak mengalami perubahan yang mengarah pada suatu perkembangan jasmani maupun rohani. Perkembangan manusia menurut Hurlock

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul

BAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul BAB I PENDAHULUAN A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) Kehidupan manusia begitu unik dan rumit, ada kalanya senang, ada kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel tuna daksa merupakan sebutan bagi mereka para penyandang cacat fisik. Ada beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada manusia hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang memiliki bentuk tubuh yang ideal memang menjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diinginkan oleh kaum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunnatullah perjalanan hidup yang dialami manusia terkadang menyenangkan dan tak menyenangkan. Hal ini sebagai ujian bagi manuisia bertujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga terdiri dari beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang menyenangkan dan nyaman

Lebih terperinci

Aku dan adik kelasku.

Aku dan adik kelasku. Punya banyak impian, cita-cita dan mimpi. Mudah jatuh hati ke setiap cowok yg mudah membuatnya nyaman. Hobby menulis, apa aja ditulis hehe. Itulah aku gadis belia yg akan beranjak remaja. Dan aku itu cewek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa BAB I PENDAHULUAN I. A LATAR BELAKANG Manusia disebut sebagai mahluk sosial, karena setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain. Sepanjang hidupnya manusia mempunyai tugastugas perkembangan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran diri (body image) dan dukungan sosial pada tiga orang wanita yang mengalami penyakit kanker payudara yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semasa hidup, manusia akan melewati tahap-tahap perkembangan tertentu. Perkembangan manusia diawali dari pertumbuhan janin di dalam rahim hingga masa lansia. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dunia ini tidak hidup sendiri, selalu ada bersama-sama dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dianggap sebagai makhluk sosial yang dalam kesehariannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya manusia terlahir di dunia dengan keadaan normal dan sempurna. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dialami oleh semua orang. Beberapa orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap

BAB I PENDAHULUAN. tren hidup masyarakat modern. Di Indonesia, budaya samen leven dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang wanita dan pria hidup bersama tanpa ikatan pernikahan (samen leven) menjadi fenomena yang sudah biasa yang sulit diberantas. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap individu mempunyai keinginan untuk dapat menjalin relasi yang lebih dalam dengan individu yang disukainya. Maslow (1970 : 4) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial

BAB I PENDAHULUAN hingga (Unicef Indonesia, 2012). Menurut Departemen Sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah panti asuhan terbesar di dunia dengan perkiraan jumlah lembaga pengasuhan anak pada tahun 2007 sekitar 5.250 hingga 8.610 (Unicef

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

DAFTAR LAMPIRAN HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 DAFTAR LAMPIRAN HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 1. Bagaimana kondisi keluarga Anda (responden)? Kondisi keluargaku sangat harmonis, walaupun bapak sudah tidak ada tapi aku punya mamak yang luar biasa dan abang-kakakku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimuka bumi ini harus senantiasa berusaha dalam mempertahankan hidupnya. Manusia dibekali otak untuk berpikir bagaimana cara mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Berhasil atau tidaknya individu dalam berinteraksi

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KENAPA MANUSIA HARUS BERKEMBANG?

LATAR BELAKANG KENAPA MANUSIA HARUS BERKEMBANG? JoshuaFavian.com P a g e 1 LATAR BELAKANG Pada era yang modern saat ini, kita dituntut untuk hidup lebih baik dalam segala aspek kehidupan kita saat ini, karena itu kita harus terus belajar banyak hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Pelepasan Guru Garis Depan, di Jakarta, tgl 25 Mei 2015 Senin, 25 Mei 2015

Sambutan Presiden RI pd Pelepasan Guru Garis Depan, di Jakarta, tgl 25 Mei 2015 Senin, 25 Mei 2015 Sambutan Presiden RI pd Pelepasan Guru Garis Depan, di Jakarta, tgl 25 Mei 2015 Senin, 25 Mei 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PELEPASAN GURU GARIS DEPAN DI HALAMAN DEPAN ISTANA MERDEKA,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes grafis dan observasi mendapatkan hasil yang berbeda pada masingmasing subyek. Penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri untuk membentuk keluarga. Dahulu pembagian peran pasangan suami

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : YUNINGSIH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu bagian yang indah, dimana seorang ibu mengharapkan anak yang ada dalam kandungannya lahir dengan sehat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan PENDAHULUAN I.A. Latar belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian (Pangkahila, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidup terdorong oleh keinginan yang kuat untuk. mencapai arti bagi hidupnya dan arti bagi wujudnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidup terdorong oleh keinginan yang kuat untuk. mencapai arti bagi hidupnya dan arti bagi wujudnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidup terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mencapai arti bagi hidupnya dan arti bagi wujudnya. manusia selalu terdorong oleh kemauan bebas

Lebih terperinci

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. Pilihan jawaban sebanyak empat buah, yaitu: SS : Bila pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 174 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan analisis data yang dilakukan mengenai selfesteem dua wanita dewasa muda yan pernah melakukan hubungan seksual pranikah di Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, tidak semua orang berada pada kondisi fisik yang sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam keterampilan yang dimiliki serta menjalin pertemanan dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sekolah merupakan lembaga formal yang memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peranan tersebut berupa kesempatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan 5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika seorang anak menjadi remaja dan kemudian remaja berkembang menuju ke tingkat dewasa, banyak perubahan yang akan dialami (Susilowati, 2013: 103). Sebagai manusia,

Lebih terperinci

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS) 131 Lampiran 3 Verbatim Subjek 1 Subjek 1 : Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 ENELITI () SUBJEK1 () Kode Verbatim Koding Hallo.. gimana kerjaannya? 1 Udah. Uda beres. Oke. Anakmu gimana kabarnya?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi dalam masyarakat. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan memahami lawan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting artinya untuk mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Salah satu jalur strategis yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa termasuk di dalam kategori remaja akhir dan dewasa awal. Pada masa itu umumnya merupakan masa transisi. Mereka masih mencari jati diri mereka masing-masing,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat dukungan sosial

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat dukungan sosial BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat dukungan sosial terhadap kepercayaan diri penyandang tuna daksa memiliki hubungan, walaupun hubungan itu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan menjadi hal yang paling penting dalam fase kehidupan manusia. Tahapan ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

TULIS TANGGAL, BULAN TAHUN KAPAN NIKAH

TULIS TANGGAL, BULAN TAHUN KAPAN NIKAH TULIS TANGGAL, BULAN TAHUN KAPAN NIKAH Sebelum melangkah untuk action, pastikan target menikah haruslah jelas, mulai dari kapan tanggal, bulan dan tahun nya, agar kita bisa memperhitungkan kesiapan kita.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari

BAB I PENDAHULUAN. positif dan dampak negatif dalam kehidupan kita. Berbagai macam orang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Sebagai seorang manusia, kita memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Interaksi kita dengan orang lain akan memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, mudah memperoleh teman, sukses dalam pekerjaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Percaya diri adalah salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Sukses tidaknya seseorang dalam berinteraksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kecacatan dalam fisik menetap. Menurut Assjari, istilah tuna daksa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kecacatan dalam fisik menetap. Menurut Assjari, istilah tuna daksa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jika dihadapkan pada kehidupan bermasyarakat, tentu akan senantiasa ada perbedaan perlakuan, karena perbedaan fisik berupa cacat atau tidaknya seseorang, perbedaan usia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.

Lebih terperinci

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya.

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya. Secangkir Kopi Intro Namaku Mary. Aku seorang wanita yang hidup di kota besar. Aku adalah seorang wanita yang cukup berumur, maksudku bukannya aku sudah tua tetapi bagaimanapun juga aku harus mengakui

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci