BAB I PENDAHULUAN. Translation atau terjemahan Bahasa Inggris, baik dari Bahasa Inggris ke

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Translation atau terjemahan Bahasa Inggris, baik dari Bahasa Inggris ke"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Translation atau terjemahan Bahasa Inggris, baik dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya akhir-akhir ini sedang sangat dibutuhkan atau sangat populer. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional sangat diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Karena populernya terjemahan dewasa ini, seorang penerjemah seharusnya mampu menganalisis bahasa sumber dengan baik karena hal ini lah yang paling utama demi tersampaikannya terjemahan yang benar (Nababan, 2008: 3). Ada dua macam translation yang umum kita temui, yakni tertulis dan lisan. Dalam terjemahan lisan, ada istilah interpreter dan juga dubbing atau sulih suara. Lisa Ho melalui Abbas (2008) menyatakan bahwa dubbing adalah mengganti audio bahasa sumber (bahasa asing bersangkutan) dengan bahasa sasaran. Sulih suara atau dubbing sekarang ini banyak sekali kita temui di negara kita, seperti film, drama atau kartun anak-anak. Dari ketiga hal itu, kita amati kartun anak-anak lah yang paling banyak di sulih suara di Indonesia. Hal itu mungkin desebabkan oleh beberapa faktor, seperti misalnya pihak penyiaran ingin memberikan pesan-pesan moral yang positif kepada anak-anak Indonesia melalui hal yang sifatnya tidak menggurui dan dapat menghibur anak-anak. Dari banyaknya kartun anak-anak tersebut, kartun produksi perusahaan Amerika Serikat yang bernama Nickelodeon nampaknya yang paling banyak 1

2 2 mendapat pusat perhatian. Selain genre film nya yang bervariasi, karakter tokohtokohnya pun sangat kuat dan mudah dihafal oleh anak-anak. Sebut saja kartun Spongbob Squarepants, karakter sang pemeran utama, Spongebob, Patrick, ataupun Squidward sangat kuat. Bahkan setiap judul yang ditayangkan menghadirkan wawasan budaya untuk anak-anak. Tampilan umum kartun yang tidak terlalu anak-anak pun turut membuat orang dewasa senang melihat tingkah karakter-karakter dalam kartun tersebut. Singkatnya, penggemar kartun ini pun datang dari berbagai kalangan, hampir setiap orang mengenal tokoh kartun yang satu ini. Namun ada masalah yang sebenarnya ringan tapi serius apabila dianggap sepele. Apabila diamati dengan sungguh-sungguh, ada banyak sekali kesalahan dubbing dari Bahasa Inggris ke Indonesia dari kartun Spongebob tersebut. Masalah pertama yang muncul tentu saja essensi dari bahasa yang tidak tersampaikan dengan benar, karena hanya diterjemahkan sekenanya. Contoh yang penulis dapatkan diantaranya, Mr. Krab : Aren't you happy for me (S.S Eps Selling Out ) Tuan Krab : ( Tidakkah kau ikut senang? ) Tuan Krab : (?) Kau senang denganku kan, Spongebob? Hal itu tentu saja telah merubah makna dari ujaran tersebut. Mulanya ujaran itu merupakan ekspresi untuk mengajak orang lain turut berbahagia, justru malah menanyakan apakah Spongebob senang (menyukai) nya atau tidak. Contoh kesalahan yang lain adalah istilah yang diartikan secara literal ke dalam Bahasa

3 3 Indonesia, padahal secara konteks maupun budaya, sangat tidak cocok apabila istilah tersebut diartikan secara literal. good noodle (S.S Eps New Student Starfish ) ( bintang kelas atau murid yang berprestasi ) (?) mie baik. Masalah kedua, pesan atau ide dari kartun yang tidak tersampaikan dengan benar sehingga akan menimbulkan kesalah pahaman pada para penggemar kartun tersebut. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa tujuan dari kartun salah satunya adalah untuk menyampaikan pesan, kalau sulih suara yang disajikan tidak sama dengan inti dari pesan yang akan disampaikan, maka pesan tersebut akan menjadi sia-sia. Kartun sebagai media audio-visual diharapkan tidak hanya bisa dinikmati gambarnya saja, akan tetapi komunikasi yang dilakukan para tokoh juga harus dapat dipahami. Terlebih lagi penggemar kartun ini datang dari berbagai kalangan, terutama anak-anak yang sudah harus mulai diajarkan bahasa yang benar. Fungsi dari dubbing adalah menginterpretasikan ujaran dari bahasa sumber (SL) ke dalam bahasa target (TL). Tentu saja hal itu tidak dapat dilakukan dengan cara menerjemahkan kata per kata, karena dalam tiap-tiap ujaran mengandung konteks, budaya, dan implikasi-implikasi tertentu. Jadi, dubbing yang ideal adalah dubbing yang dapat menyampaikan makna yang dimaksud oleh pembicara sesuai dengan konteks yang ada dalam pembicaraan tersebut. Dari penjabaran kasus di atas, penulis tertarik untuk membuat penelitian yang menggunakan teori Penerjemahan atau Translation, Konteks, dan

4 4 Sosiolingustik sebagai alat untuk meneliti. Alasan penulis memilih teori-teori di atas adalah karena penelitian ini lebih terfokus pada analisis penerjemahan sebuah ujaran atau arti dari hasil sulih suara Bahasa Inggris ke Indonesia. Objek penelitian ini adalah kartun Spongebob Square Pants mengingat kartun ini lah yang sedang sangat populer akhir-akhir ini, dan juga dinikmati banyak kalangan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, terdapat tiga masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana tipe kesalahan dan terjemahan yang benar pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants? 2. Mengapa terjadi kesalahan pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi penelitian dan agar lebih terarah serta berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas yaitu, penulis hanya menganalisis kesalahan dubbing yang terdapat pada kartun Spongebob Squarepants yang ditayangkan oleh Global TV.

5 5 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dengan mencapai tujuan yang dinyatakan di bawah ini: 1. Mendeskripsikan tipe kesalahan yang terdapat pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants serta perbaikan terjemahannya. 2. Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan yang terdapat pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis, pengetahuan mengenai penerjemahan dalam Bahasa Inggris akan memberikan keuntungan sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat memberikan gambaran yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan, terutama penerjemahan dan konteks demi menghasilkan terjemahan yang baik. 2. Penelitian ini kiranya dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu bahasa, khususnya dalam pragmatik dan sosiolinguistik yang cakupan bahasannya meliputi percakapan, penerjemahan, dan kaitannya dengan konteks dan komunikasi sosial.

6 6 Sementara itu, penelitian ini juga memberikan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat digunakan untuk melengkapi penelitian yang terdahulu dan menambah wawasan serta informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji ilmu bahasa, khususnya yang berhubungan dengan terjemahan. 2. Penelitian ini juga bermanfaat untuk melengkapi pengetahuan mengenai pola-pola terjemahan atau sulih suara yang menggunakan Bahasa Inggris dalam kartun atau film dan pengetahuan mengenai aspek-aspek yang digunakan dalam menerjemahkannya 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai analisis sulih suara (dubbing) atau terjemahan ini baru beberapa kali dilakukan. Diantaranya adalah Kusumastuti dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Subtitling dan Dubbing Film Kartun Dora the Explorer Seri Wish Upon A Star: Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan, Abbas dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Dubbing Bahasa Suroboyoan Dalam Film Suroboyoan Di Jtv Terhadap Minat Menonton Masyarakat Surabaya, Hastuti, et. al dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Terjemahan Film Inggris - Indonesia: Studi Kasus Terjemahan Film Romeo And Juliet (Kajian Tentang Strategi Penerjemahan), serta Farahsani dalam skripsi nya yang berjudul

7 7 Investigating the Translation of Expressive Utterances in Some American Popular Films. Dalam Penelitiannya, Kusumastuti menekankan pada teknik yang digunakan dalam sulih suara kartun Dora the Explorer, alas an memilih teknik tersebut, serta menganalisis kualitas terjemahan atau sulih suara dalam kartun tersebut. Penelitian ini memberi rekomendasi agar latar belakang target audience dan tujuan film yang diterjemahkan menjadi dua hal yang penting untuk diperhatikan ketika proses menerjemahkan film berlangsung. Dengan demikian, proses penerjemahan film tidak hanya menjadi kegiatan mereduksi teks sumber ke dalam dua baris teks subtitle atau mengalih-suarakan ke dalam bahasa sasaran, melainkan juga sebagai sarana bagi pemirsa untuk benar-benar menonton film dalam arti yang sesungguhnya: memahami terjemahan tanpa mengurangi keasyikan menonton film. Sementara itu, Abbas dalam penelitiannya membahas mengenai pengaruh penggunaan (dubbing) Bahasa Suroboyoan dalam Film Suroboyoan di JTV terhadap minat menonton masyarakat Surabaya, serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya minat menonton Film Suroboyoan. Abbas berpendapat bahwa ada banyak kontroversi dari para pemirsa mengenai sulih suara dalam film yang didubbing dengan bahasa Suroboyoan. Beberapa da yang menganggap pembodohan karena masyarakat tidak diijinkan mengetahui bahasa asing, serta ada yang menganggap bahwa bahasa yang di-dubbing terkesan aneh dan tidak sesuai.

8 8 Hastuti, et al, dalam penelitiannya, mengkaji tentang kesepadanan makna terjemahan film Romeo and Juliet ditinjau dari konteks situasi dan konteks budaya yang meliputi teks tersebut, dan strategi penerjemahan apa sajakah yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan film Romeo and Juliet. Sementara tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna kalimat-kkalimat yang ada dalam subtitling film Romeo and Juliet serta menganalisis tingkat kesepadanannya berdasarkan konteks situasi dan konteks budaya yang melingkupi teks tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna sebuah teks ditentukan oleh konteks yang melingkupi teks tersebut, baik konteks situasi maupun konteks budaya. Ada tiga komponen yang menyelubungi konteks situasi yakni, field (isi), mode/channel (teks lisan/tulis) dan tenor/relation (hubungan antara pembicara-pendengar/pemirsa). Sementara makna sebagai budaya menganggap bahwa budaya dan bahasa berbeda satu sama lainnya maka makna linguistik suatu bahasa ditentukan oleh konteks budaya di mana peristiwa bicara itu terjadi. Dengan demikian, pemahaman lintas budaya harus dimiliki oleh penerjemah agar ia mampu menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Berkaitan dengan kesalahan menerjemahkan, Farahsani menghubungkan teori pragmatik dengan tuturan ekspresif. Penelitian ini mengkaji tentang kesalahan penerjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia di dalam film-film populer Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil terjemahan dialog yang lebih baik berdasarkan

9 9 konteks. Data penelitian ini diklasifikasikan menjadi empat macam: tindak tutur literal, tindak tutur tidak literal, tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidk lansung. Ia berpendapat bahwa aspek kebudayaan juga perlu diperhatikan karena adanya perbedaan kebudayaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai analisis kesalahan dalam sulih suara atau dubbing dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dalam film serial belum banyak dilakukan. Penelitian-penelitian di atas telah membahas mengenai analisis terjemahan dari segi subtitle, sedangkan dari segi dubbing masih sangat terbatas. Selain itu, dari tinjauan pustaka di atas pula, penelitian mengenai dubbing hanya dalam satu seri atau satu genre saja. Dalam penelitian Kusumastuti misalnya, hanya terfokus dalam satu seri dalam kartun Dora the Explorer, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis kesalahan dalam beberapa seri Spongebob Squarepants. Selain itu, analisis kesalahan penerjemahan, yang dalam penelitian ini fokus pada sulih suara dan suara (dubbing) untuk serial anak-anak masih sangat jarang dilakukan, dengan pertimbangan anak-anak yang tidak akan terlalu memperhatikan kesalahan tersebut. Padahal, seperti yang telah dikatakan Kusumastuti (2010) terjemahan yang baik dan benar akan memudahkan anak-anak dalam menangkap pesa dari film yang ditontonnya.

10 LandasanTeori Teori Penerjemahan Secara harfiah, translation, yang dalam Bahasa Indonesia berarti terjemahan adalah mengalihbahasakan suatu objek tertentu dari bahasa aslinya ke dalam bahasa tertentu. Bassnett (2002: 12) mengatakan bahwa bidang ini juga digunakan sebagai media dalam mempelajari bahasa asing. Menurut Bassnett, ada beberapa hal yang harus dicapai saat melakukan terjemahan, yaitu: 1. Mengubah sumber/objek dari bahasa awal (Source Language) ke dalam target bahasa yang diinginkan (Target Language) dan memastikan bahwa makna nya akan sama. 2. Struktur bahasa dari Source Language akan dijaga akan tetapi juga tetap memperhatikan struktur bahasa Target Language agar struktur bahasa dari Target Language tidak terganggu oleh Source Language. Newmark dalam bukunya juga berpendapat bahwa ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan sebelum menerjemahkan teks, yaitu: 1. Maksud dari teks: Seorang penerjemah harus paham maksud dari teks bahasa sumber yang diterjemahkannya. 2. Niat seorang penerjemah: Apakah seorang penerjemah ingin menyampaikan emosi atau ajakan yang sama seperti pada bahasa sumber, ataukah ia ingin menyampaikan kandungan

11 11 budaya yang ada pada bahasa sumber, ataukah ingin menyampaikan sesuatu pada pembaca secara eksplisit? 3. Pembaca dan latar teks tersebut: Hal ini akan membantu penerjemah untuk menentukan tingkat keformalan, emosi, dan tingkat tutur yang harus digunakan dalam menerjemahkan. 4. Kualitas terjemahan dan otoritas teks: Apabila teks yang akan diterjemahkan termasuk well-written atau penulisnya sangat diakui di bidang itu, maka seorang penerjemah harus mengikuti apa yang penulis itu ingin sampaikan. Selain criteria dalam menerjemahkan, ada dua metode dalam menerjemahkan menurut Newmark: 1. Penerjemahan Komunukatif: Dimana penerjemah berusaha untuk menghasilkan pengaruh yang sama pada pembaca di bahasa target (TL) dan pembaca pada bahasa sumber (SL). 2. Penerjemahan Semantik: Dimana penerjemah berusaha untuk menghasilkan konteks terjemahan pada TL dengan memperhatikan struktur sintaksis dan semantiknya. Ada dua macam terjemahan yang disebutkan oleh Larson (1984 melalui Nadar 2007: 11), yaitu: 1. Terjemahan berdasarkan bentuknya: Terjemahan ini adalah terjemahan literal, atau terjemahan kata per kata dari SL ke TL. Hal ini biasanya dilakukan dalam penelitian linguistik untuk mengetahui kesetaraan kata dalam sebuah teks.

12 12 2. Terjemahan berdasarkan maknanya: Contoh dari terjemahan ini adalah terjemahan idiomatic. Yang penting dari terjemahan ini adalah bagaimana makna yang ingin disampaikan dalam SL dapat tersampaikan dengan baik pada TL. Tidak hanya menerjemahkan kata-per kata saja. Pada dasarnya, menerjemahkan kata-per kata tidak akan bisa menghasilkan makna yang baik, karena pesan dan maksud dari SL ke TL tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini lah yang terjadi pada penerjemahan kartun Spongebob Squarepants yang akan penulis teliti. Oleh karena itu, penerjemah sekarang lebih sering menggunakan terjemahan idiomatik. Dubbing merupakan bagian dari translation Lisa Ho melalui Abbas (Tanpa Tahun) menyatakan bahwa dubbing adalah mengganti audio bahasa sumber (bahasa asing bersangkutan) dengan bahasa sasaran.. Dubbing biasanya bersifat audio-visual seperti nyanyian atau film Pergeseran Makna dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris ` Menurut Simatupang (1999), dalam proses menerjemahkan bahasa sumber ke bahasa sasaran paling sedikit ada dua hal yang terjadi, yaitu pergeseran di bidang struktur dan pergeseran di bidang semantik atau makna.

13 Pergeseran Bentuk atau Struktur Simatupang melalui Felistyana (2008: 21) menyatakan bahwa pergeseran bentuk yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut : 1. Pergeseran pada Tataran Morfem Pergeseran yang terjadi dari tataran morfem ke tataran kata terlihat dalam contoh berikut. Impossible (Bahasa Inggris) Tidak mungkin (Bahasa Indonesia) Morfem im- pada impossible dalam Bahasa Inggris mengalami pergeseran menjadi tataran kata yaitu tidak pada tidak mungkin dalam Bahasa Indonesia. Im merupakan morfem (morfem terikat), yang kemudian bergeser menjadi kata (morfem bebas), yaitu tidak. 2. Pergeseran pada Tataran Sintaksis Jenis pergeseran ini dapat berupa pergeseran dari kata ke frase, pergeseran frase ke klausa, pergeseran dari tataran klausa ke kalimat dan pergeseran dari tataran kalimat ke wacana. Selain itu, pergeseran bahkan dapat terjadi dari tataran kata ke tataran kalimat. Contoh berikut memperlihatkan

14 14 pergeseran-pergeseran pada tataran sintaksis. a. Pergeseran dari kata ke frase. Girl (Bahasa Inggris) Anak perempuan (Bahasa Indonesia) Girl yang merupakan kata mengalami pergeseran menjadi tataran frase dalam Bahasa Indonesia, yaitu anak perempuan. b. Pergeseran dari frase ke klausa. After reading the letter, (...) Setelah dia membaca surat itu, (...) Frase dalam Bahasa Inggris, after reading the letter, mengalami pergeseran menjadi klausa dalam Bahasa Indonesia, yaitu setelah dia membaca surat itu. c. Pergeseran dari klausa ke kalimat. Her unusual voice Suaranya yang luar biasa and singing style dan gayanya bernyanyi thrilled her fans, memikat para penggemarnya who reacted by screaming, Mereka memberikan reaksi crying and clapping. dengan berteriak-teriak

15 15 dan bertepuk tangan. Klausa dalam Bahasa Inggris, who reacted by screaming, crying and clapping, mengalami pergeseran tataran menjadi kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu mereka memberikan reaksi dengan berteriak-teriak dan bertepuk tangan. 3. Pergeseran Kategori Kata Selain pergeseran pada tataran struktur, pergeseran pada kategori kata pun dapat terjadi pada proses penerjemahan. Contohnya, pergeseran dari nomina ke adjektiva berikut ini. He is in good health (Bahasa Inggris) Dia dalam keadaan sehat (Bahasa Indonesia) Kata health dalam Bahasa Inggris termasuk ke dalam kategori nomina, sedangkan kata sehat dalam Bahasa Indonesia merupakan adjektiva. Jadi, penerjemahan kata health menjadi sehat mengalami pergeseran kategori kata, yaitu nomina ke adjektiva Pergeseran Makna/ Semantis Menurut Simatupang melalui Felistyana (2008: 24), pergeseran di bidang semantik terjadi karena perbedaan

16 16 sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Pergeseran di bidang makna ini pun mengakibatkan bahwa tidaklah selalu mungkin memindahkan makna yang terdapat di dalam teks atau bahasa sumber ke dalam teks atau bahasa sasaran secara tepat atau utuh. Berikut adalah jenis-jenis pergeseran di bidang semantik menurut Simatupang. 1. Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik dan Sebaliknya Pergeseran terjadi karena padanan yang sangat tepat sebuah kata di dalam bahasa sumber tidak terdapat di dalam bahasa sasaran. Misalnya, kata bahasa sumber mempunyai makna generik dan padanan kata tersebut dalam bahasa sasaran tidak mengacu kepada makna yang generik tetapi kepada makna yang lebih spesifik, atau sebaliknya. Contohnya, penerjemahan kata leg atau foot dalam Bahasa Inggris menjadi kaki dalam Bahasa Indonesia. Pergeseran yang terjadi adalah pergeseran dari makna spesifik menjadi makna yang generik. Dalam Bahasa Indonesia, konsep leg dan foot diungkapkan dengan satu kata yang bermakna lebih generik, yaitu kaki.

17 17 Pergeseran makna yang lebih generik ke makna yang lebih spesifik atau sebaliknya yang mungkin terjadi dalam proses penerjemahan tidak terbatas pada kelas kata nomina saja, akan tetapi meliputi kelas kata verba, adjektiva dan yang lainnya. 2. Pergeseran Makna karena Perbedaan Sudut Pandang Budaya Pergeseran (atau perbedaan) makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda. Contohnya, The spaceship travelled deep into space mendapat padanan yang mengalami pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya, yaitu Kapal ruang angkasa itu terbang jauh ke ruang angkasa. Orang Inggris menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman, sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau kejauhan. Oleh karena itu, terjadi pergeseran dari makna kata deep dengan jauh Konteks Pragmatik mengkaji mengenai konteks yang ada dalam ujaranujaran, dimana makna dari sebuah ujaran tergantung pada suatu konteks

18 18 tertentu. Mey (1993: 98) menyebutkan bahwa pentingnya sebuah konteks adalah untuk menghindari ambiguitas dalam bahasa, baik secara tertulis maupun secara oral. Konteks bersifat dinamis, bukan statis: Konteks harus dipahami sebagai sesuatu yang terdapat di sekitar penutur, dalam arti luas, yang memungkinkan para penutur dalam proses komunikasi untuk berinteraksi, dan membuat ekspresi linguistik tersebut dapat dimengerti dalam interaksi mereka. Mey (1993: 98) juga menyatakan bahwa konteks sangat berbeda dari bahasa ke bahasa. Hal ini sering terlihat dalam kasus-kasus di mana ketika terdapat instruksi yang sama muncul berdampingan dalam dua atau lebih bahasa, terdapat perbedaan yang signifikan, baik dalam pemilihan kata-kata maupun panjang pesan. Konteks bukan hanya merupakan referensi atau pemahaman mengenai sesuatu, namun konteks juga dapat memberikan tuturam kita makna yang lebih dalam. Selain itu, konteks juga juga sangat penting dalam menentukan nilai yang tepat untuk fenomena seperti praduga, implikatur, dan seluruh rangkaian konteks berorientasi fitur. Cutting (2008) menyatakan bahwa ada tiga jenis konteks, yaitu situational context (konteks situasional), background knowledge context (konteks berdasarkan pengetahuan penutur), dan co-textual context (konteks di dalam wacana).

19 19 1. The Situational Context Situational context adalah konteks yang hadir secara fisik, yaitu di dalam situasi di mana interaksi berlangsung. Dalam konteks ini, para penutur hanya membicarakan mengenai sesuatu yang dapat mereka lihat atau mengerti ketika percakapan dilaksanakan. 2. The Background Knowledge Context Background knowledge context dapat berupa konteks kultural (pengetahuan umum yang sudah ada dalam pikiran kebanyakan orang, biasanya mengenai kehidupan) maupun interpersonal (spesifik dan mungkin pengetahuan pribadi tentang sejarah penutur itu sendiri). a) Konteks kultural Dalam konteks ini, penutur dan lawan tutur menetapkan bahwa mereka adalah bagian dari kelompok yang sama, sehingga mereka beranggapan bahwa hal yang mereka maksud sudah diketahui oleh anggota kelompok (Sperber dan Wilson: 1995). Misalnya adalah dalam kartun Spongebob Squarepants yang sedang penulis bahas di dalam penelitian ini. Seperti contoh pada episode New Student Starfish yang telah dijelaskan di latar belakang, dalam sebuah scene Spongebob dan Patrick sedang berada di dalam ruang kelas. Ketika mereka bercakap-cakap mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sekolah, tanpa harus

20 20 memberikan penjelasan mengenai sebuah istilah, mereka sudah memahami satu sama lain karena mereka berada dalam satu kelompok yang sama. Contohnya dalam kasus good noodle yang telah penulis jabarkan sebelumnya. Spongebob tidak perlu menjelaskan makna dari good noodle karena keduanya sudah paham mengenai makna kata tersebut secara konteks nya. b) Konteks interpersonal Pengetahuan interpersonal adalah pengetahuan yang diperoleh melalui interaksi verbal atau kegiatan bersama, dan pengalaman yang sebelumnya terjadi, termasuk pengetahuan pribadi mengenai lawan tutur. Inilah sebabnya mengapa referensi dalam konteks interpersonal bisa begitu jelas, implisit dan minim. Contohnya, dalam sebuah situasi pada kartun Spongebob Squarepants, Squidward sedang menonton acar TV dan seolaholah sedang berbincang dengan pembawa acara program tersebut. Pembawa acara tersebut adalah satu spesies yang sama dengan Squidward (seekor cumi-cumi), jadi mereka seolah mengetahui apa yang terjadi pada Squidward. Sehingga pembawa acara tersebut mengatakan Happiness is just a suction cup away (S.S Eps Squidville ) ( Kebahagiaan sudah di depan mata ) diibaratkan hanya satu tegukan dari cangkir.

21 21 (?) Kebahagiaan hanyalah sebuah penyedot. Penerjemah kartun itu seolah tidak mengerti pengetahuan pribadi mengenai Squidward yang telah lama sekali menderita tinggal bersebelahan dengan Spongebob. Sehingga penerjemah hanya menerjemahkanterjemahan ini sangat merubah esensi dari maksud yang ingin diutarakan. Bahkan terjemahan dari penerjemah kartun tersebut hamper tidak mempunyai arti. 3. The Co-Textual Context Konteks co-tekstual adalah konteks dari teks itu sendiri. Para penutur beranggapan bahwa setiap orang dalam percakapan tersebut memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yang mereka bicarakan Sosiolinguistik Interaksional Penelitian mengenai analisis kesalahan terjemahan ini juga melibatkan Sosiolinguistik. Hal ini dikarenakan data terjemahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah, dimana percakapan adalah penggunaan bahasa yang dilakukan pada kehidupan sosial manusia sehari-hari. Jadi, kegiatan percakapan berhubungan erat dengan tata bahasa, struktur sosial, dan pola budaya (Cutting, 2008: 32). Sosiolinguistik interaksional berfokus pada fakta bahwa kelompok sosial memiliki cara sendiri untuk mengungkapkan makna dengan bahasa mereka. Gumperz (1982) mengatakan bahwa bahasa

22 22 berhubungan dengan konteks melalui 'isyarat kontekstualisasi'. Ini adalah fitur linguistik yang menunjukkan bahwa aspek konteks relevan dengan apa yang dimaksud penutur dan hanya memahami makna sepenuhnya ketika pendengar akrab dengan seluruh konteks, karena ia adalah anggota dari kelompok sosial. Jadi, bahasa dan interaksi sosial adalah dua hal yang berhubungan erat terutama dalam kehidupan sosial manusia. Contohnya untuk kata umpatan yang digunakan dalam serial kartun ini, disesuaikan dengan latar/setting nya, seperti yang tampak pada contoh berikut: Mrs. Puff: [thinking] Oh, Neptune. Another year with him! Barnacles! Dirty barnacles! I've got to do something to save myself. (S.S No Free Rides 00:01:44) Kata barnacles pada dialog Ny. Puff itu merupakan sebuah ungkapan kekesalan karena harus bertemu dengan Spongebob lagi tahun depan. Barnacles merupakan sejenin hewan di laut yang mempunyai fisik yang buruk dan kotor. Sehingga, padanan kata yang sesuai dengan kata tersebut seharusnya juga merupakan sebuah umpatan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dari kalimat itu seharusnya menjadi: Ny. Puff: Oh Neptunus. Satu tahun lagi bersamanya! Sial! Sungguh sial! Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diriku. Akan tetapi, penerjemah seolah tidak mengerti konteks sosial yang

23 23 ada pada kartun ini dan diterjemahkan secara harfiah menjadi: Ny. Puff: (?) Oh Neptunus. Satu tahun lagi bersamanya! Rajungan! Rajungan Kotor! Aku harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diriku Spongebob Squarepants Gambaran umum mengenai Spongebob Squarepants bisa banyak ditemukan di beberapa situs internet. Salah satu situs internet yang dapat memberikan gambaran jelas mengenai kartun ini adalah situs Berdasarkan dari wikipedia, SpongeBob SquarePants adalah sebuah serial animasi yang paling populer di Nickelodeon. Pada awalnya serial kartun ini ditayangkan pada tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaannya, United Plankton Pictures Inc. Seri kartun ini ditayangkan di Malaysia menerusi saluran Nickelodeon dan TV3, dan juga melalui saluran TV9 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Di Indonesia serial ini dipopulerkan oleh Lativi (sekarang tvone), kemudian hak tayang acara-acara yang diproduksi oleh Nickelodeon dibeli oleh Global TV. Kartun ini diciptakan oleh seorang ahli biologi laut dan animator Stephen Hillenburg dan lalu dirilis melalui perusahaannya United Plankton Pictures Inc. Serial ini settingnya berada di Samudra Pasifik di kota Bikini Bottom.

24 24 Kartun ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk anak-anak saja. Beberapa episode memang ditujukan untuk anak-anak, seperti episode dengan judul New Student Starfish dan episode Picture Day yang menggambarkan kehidupan siswa siswi yang menuntut ilmu di sekolah, atau episode The Donut of Shame yang menggambarkan persahabatan antara Spongebob dan sahabat karibnya, Patrick. Di sisi lain, beberapa episode memang menunjukkan bahwa kartun ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak saja. Contohnya pada episode Help Wanted, jalan ceritanya menunjukkan Spongebob yang sedang mencari pekerjaan baru. Mencari pekerjaan sudah tentu identik dengan orang dewasa. Episode Enemy in Law yang juga menggambarkan hubungan percintaan. Jadi bisa disimpulkan bahwa kartun ini tidak hanya ditujukan untuk anak-anak, namun untuk semua golongan Tokoh dan Karakter dalam Kartun Serial Spongebob Squarepants Pembahasan mengenai film atau serial tidak akan lengkap tanpa membahas tokoh-tokoh dan karakter di dalamnya. Berikut adalah nama-nama tokoh utama dan karakter atau watak mereka dalam kartun serial Spongebob Squarepants 1. SpongeBob SquarePants: tokoh utama dalam kartun ini yang berbentuk spon berwarna kuning. Spongebob tinggal di dalam rumah berbentuk nanas di dalam laut. Dia juga memelihara seekor siput yang bernama Gary. Merupakan koki di Krusty

25 25 Krab yang terkenal dengan makanannya Krabby Patty. 2. Squidward Tentacles: seekor gurita yang tinggal di dalam kepala Pulau Easter. Sangat benci pada Spongebob dan Patrick yang suka mengganggunya. Dia mempunyai seorang saingan yang juga seekor gurita bernama Squilliam Fancyson. Ia merupakan kasir di Krusty Krab yang pemalas, sangat menyukai dansa, dan sempat pindah rumah karena rumahnya dihancurkan Spongebob dan Patrick di salah satu episode. 3. Patrick Star : Teman akrab Spongebob yang berbentuk Bintang laut. Patrick tinggal di bawah batu. Patrick merupakan penduduk paling bodoh di Bikini Bottom. 4. Eugene H. Krabs (Tuan Krabs): pemilik restoran Krusty Krab yang hanya memikirkan soal uang (dia dikatakan sangat serakah dan pelit). Spongebob dan Squidward bekerja kepadanya. 5. Sandy Cheeks (Sandy si Tupai): seekor tupai yang tinggal di dalam laut. Sandy menyukai karate, dikatakan suka meminum saus yang amat pedas dan juga aksi-aksi stunt. Nama asli Sandy adalah Sandra "Sandy" Cheeks. Dia tinggal di sebuah kubah anti-air yang mempunyai sebatang pohon besar. 6. Gary: Seekor siput peliharaan Spongebob. Berbunyi seperti kucing dan merupakan siput yang bijak. Gary tidak suka kepada Squidward.

26 26 7. Sheldon J. Plankton: pemilik restoran Chum Bucket. Amat terobsesi dengan Krabby Patty sehingga sanggup mencuri resepnya (tapi tak pernah menang). 1.8 Hipotesis Kesalahan-kesalahan yang ada pada dubbing ini akan dijabarkan dalam bentuk tabel. Tabel ini akan mengklasifikasikan kesalahan dubbing berdasarkan jenis-jenis kesalahannya. Sehingga akan terlihat di bagian mana dan seberapa besar tingkat kesalahannya. Berdasarkan teori dari Larson mengenai macam-macam terjemahan, hipotesis sementara penelitian ini adalah kesalahan-kesalahan yang terjadi pada dubbing serial Spongebob Squarepants disebabkan oleh tidak pahamnya penerjemah pada pemilihan padanan kata dari SL ke TL, serta tidak pahamnya penerjemah pada makna yang ingin disampaikan dalam SL. Sementara itu berdasarkan teori Cutting mengenai konteks dan pengertian percakapan sebagai penggunaan bahasa yang dilakukan pada kehidupan sosial manusia sehari-hari yang berhubungan erat dengan tata bahasa, struktur sosial, dan pola budaya, kesalahan penerjemahan dari segi konteks disebabkan tidak paham nya penerjemah pada konsep konteks dimana percakapan itu berlangsung. Hal ini mengakibatkan penerjemah masih menggunakan struktur yang ada di bahasa target pada bahasa sumber sehingga terjadi kekacauan makna yang terjadi, karena makna yang diterjemahkan tidak sesuai konteks dan tujuan dari sebuah ujaran.

27 27 Terjemahan yang benar nantinya adalah terjemahan yang dilakukan dengan melihat bentuk dan maknanya, sesuai teori dari Larson mengenai penerjemahan berdasarkan bentuk dan makna nya. Selain itu, konteks dan faktor-faktor yang mendukung pembicara saat ujaran atau percakapan tersebut dilakukan juga akan menjadi faktor penting dalam menerjemahkan sesuai teori dari Cutting mengenai konteks. Hal ini tentu saja harus dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada terjemahan dari bahasa sumber ke bahasa target. Dengan melakukan revisi terjemahan, diharapkan tidak terjadi lagi adanya kebingungan-kebingungan. 1.9 Metode Penelitian Sebuah studi dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akan dicapai dengan menggunakan metode ilmiah yang obyektif daripada subyektif. Penggunaan metode ilmiah yang objektif berlaku juga untuk penelitian di bidang pragmatik. Ketepatan penggunaan metode menentukan keberhasilan sebuah penelitian. Sudaryanto (1993: 1) berpendapat bahwa metode adalah cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri adalah serangkaian kegiatan ilmiah yang meliputi periode pencarian, penemuan dan pemecahan masalah. Periode pemecahan masalah melibatkan beberapa tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan presentasi hasil analisis data. Data fenomena bahasa khusus langsung terkait dengan masalah tersebut (Sudaryanto. 1993: 5-8).

28 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah rekaman dan transkrip kartun Spongebob Squarepants. Percakapan dalam kartun ini menggunakan Bahasa Inggris dan berlatar di Samudra Pasifik, dan sebuah kota di dasar laut bernama Bikini Bottom. Semua karakter dalam kartun situasi ini berdialek American English. kartun ini ditayangkan pada tahun 1999 di Amerika Serikat dan dicipta oleh Stephen Hillenburg, seorang animator dan ahli biologi laut, dan diterbitkan oleh perusahaannya, United Plankton Pictures Inc.. Sampai saat ini Spongebob Squarepants sudah mencapai musim 9 dengan jumlah episodenya 189..Penulis mendapatkan dari situs video non-komersial YouTube dan dari toko yang menjual VCD kartun ini. Selain itu, transkrip dari kartun ini penulis ambil dari situs google. Film tersebut kemudian dilihat untuk mengklarifikasi kecocokan antara isi transkrip dengan rekaman percakapan yang dilakukan dan untuk menandai bagianbagian dari informasi dalam rekaman percakapan yang memiliki kesalahan sulih suara Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah rekaman percakapan antara karakter-karakter dalam kartun Spongebob Squarepants yang telah disulih suarakan ke dalam Bahasa Indonesia dan ditayangkan di Global TV, serta kartun Spongebob Squarepants dengan bahasa asli, yaitu Bahasa Inggris. Kemudian data dari dua bahasa tersebut akan dibandingkan untuk

29 29 membuktikan adanya kesalahan terjemahan dalam dubbing kartun tersebut. Hak siar kartun ini adalah milik perusahaan bernama Nickelodeon yang berlokasi di Amerika Serikat. Kartun ini menceritakan tentang kehidupan binatang-binatang di laut dengan karakter mereka yang disesuaikan dengan karakter manusia yang tentinya unik dan berbeda-beda.. Percakapan yang ada dalam kartun ini pun juga disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat di Amerika Serikat Metode Analisis Data dan Penyajian Hasil Analisis Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode simak yang digunakan untuk menyimak penggunaan bahasa dalam metode observasi. Data penelitian adalah rekaman video kartun Spongebob Squarepants yang diklarifikasikan dengan transkripsi rekaman percakapan tersebut. Setelah itu itu, konteks dalam setiap situasi juga harus diperhatikan untuk menentukan tepat atau tidaknya terjemahan itu dan menentukan dalam tipe apa kesalahan terjemahan itu. Untuk mendukung benar atau tidaknya makna atau terjemahan yang ada, penulis juga menggunakan kamus yang berlisensi seperti Oxford Dictionary atau Cambridge Dictionary Analisis kemudian dilakukan dengan menggunakan teknik dasar dari metode simak yaitu teknik sadap untuk menyadap setiap dialog yang terjadi dalam kartun tersebut. Adapun teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Penulis menggunakan teknik lanjutan ini karena penulis harus

30 30 mengklarifikasi rekaman video tersebut dengan transkrip percakapannya. Selanjutnya, penulis menggunakan metode padan translasional. Metode padan translasional digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan dalam bahasa tertentu berdasarkan satuan kebahasaan dalam bahasa lain (Baryadi: 2015). Penulis menggunakan metode ini untuk menetukan apakah terjemahan yang digunakan dalam dubbing kartun tersebut benar atau salah. Selanjutnya, penyajian hasil analisis data disajikan dengan kaidah deskriptif yaitu pemaparan data melalui kata-kata, bukan dengan lambang atau simbol tertentu Sistematika Penyajian Bab I adalah pendahuluan, yang meliputi: latar belakang pemilihan subjek penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II akan mendeskripsikan tipe kesalahan yang ada terdapat pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants serta perbaikan terjemahannya Bab III akan menjelaskan pengaruh kesalahan yang terdapat pada sulih suara dalam kartun Spongebob Squarepants Bab IV akan merangkum keseluruhan kesimpulan tentang macammacam kesalahan, pengaruh penyebab kesalahan, dan bagaimana cara untuk membuat terjemahan yang lebih baik, serta memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena

menyukai tokoh animasi kartun Spongebob karena BAB IV TINJAUAN PERSEPSI VISUAL ANAK-ANAK DAN PESAN MORAL PADA FILM ANIMASI KARTUN SPONGEBOB SQUAREPANTS 1.1. Deskripsi Penemuan Pada Penelitian Deskriptif Berdasarkan pengamatan melalui metode analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

2015 EFEKTIVITAS DRAMA CD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan bahasa Jepang di Indonesia cukup pesat dari tahun ke tahun, hal ini bisa dilihat dari survei yang dilakukan oleh The Japan Foundation yang berpusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB II SIARAN FILM SPONGEBOB SQUAREPANTS DAN KARAKTER SISWA

BAB II SIARAN FILM SPONGEBOB SQUAREPANTS DAN KARAKTER SISWA 21 BAB II SIARAN FILM SPONGEBOB SQUAREPANTS DAN KARAKTER SISWA A. Tayangan Televisi 1. Pengertian Televisi Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA SURYA UNIVERSITY TAHUN AJARAN 2013/2014 TERHADAP TAYANGAN FILM ANIMASI SPONGEBOB SQUAREPANTS Makalah Bahasa Indonesia Oleh: NAMA : KAHLIL GIBRAN ARDA YASSIN NIM : 004138322374193

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan pleh akal budi

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan pleh akal budi BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 :588) gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pertelevisian merupakan dunia yang sangat cepat berkembang. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang ditayangkan selama dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan secara cepat dan ringkas, situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Pembelajaran Kanji Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji berarti mempelajari bentuk, arti dan cara baca dari sebuah kanji. Kanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita

BAB I PENDAHULUAN. seperti fabel yang menceritakan tentang binatang, hikayat yang merupakan cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita merupakan rangkaian peristiwa yang disampaikan baik berasal dari kejadian nyata ataupun kejadian tidak nyata. Terdapat berbagai macam jenis cerita seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situs goblog.blog.stisitelkom.ac.id pada awal penemuannya, film animasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Animasi atau lebih akrab disebut film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Dalam situs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek yang paling penting dan memegang peranan besar dalam kehidupan manusia. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Hal demikian tercantum dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Perkembangan keberadaannya jauh melampaui media-media massa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Perkembangan keberadaannya jauh melampaui media-media massa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Perkembangan keberadaannya jauh melampaui media-media massa lain, seperti media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

REPRESENTASI PESAN VERBAL KRITIK SOSIAL DALAM FILM KARTUN THE SPONGEBOB SQUAREPANTS MOVIE

REPRESENTASI PESAN VERBAL KRITIK SOSIAL DALAM FILM KARTUN THE SPONGEBOB SQUAREPANTS MOVIE REPRESENTASI PESAN VERBAL KRITIK SOSIAL DALAM FILM KARTUN THE SPONGEBOB SQUAREPANTS MOVIE (Analisis Semiotik Roland Barthes Mengenai Pesan Verbal Kritik Sosial dalam Film Kartun The Spongebob Squarepants

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi dimulai sekitar tahun 1800-an, dan pada masa itu pula peralatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi dimulai sekitar tahun 1800-an, dan pada masa itu pula peralatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Animasi dimulai sekitar tahun 1800-an, dan pada masa itu pula peralatan pendukungnya (teknologi) diciptakan untuk kepentingan animasi. Animasi merupakan permulaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara

BAB I PENDAHULUAN. dasar, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa (language skills) meliputi empat keterampilan dasar, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum dalam pendidikan di Indonesia terus berkembang dari waktu ke waktu. Tentunya perkembangan ini terjadi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan, bahkan perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan berbahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang

Lebih terperinci

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu bentuk perwujutan peradaban dan kebudayaan manusia. Dalam kamus linguistik, bahasa adalah satuan lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu media bagi pembelajar bahasa Jepang di Indonesia selain musik, drama, anime dan lain-lain, untuk mempelajari dan memperdalam bahasa Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan bahasa dapat di lihat dari banyaknya kaidah dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan bahasa dapat di lihat dari banyaknya kaidah dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari bahasa lebih mendalam lagi, hal itupun disebabkan adanya kesadaran pentingnya bahasa bagi kehidupan manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk memudahkan makhluk hidup berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penyampaiannya, komunikasi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat berkomunikasi antara sesama manusia lainnya. Salah satu media yang digunakan dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memaknai wacana atau suatu gagasan kita tidak hanya terpaku pada tuturan yang disampaikan, namun juga konteks yang mengikuti dan bagaimana pengaruhnya. Terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu masalah dapat dipecahkan secara lebih efisien dan efektif apabila pemecahannya menggunakan sebuah metode dan metodologi yang tepat Pengertian metodologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku atau literatur 1 asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akhir-akhir ini meningkat jumlahnya, salah satu buku atau literatur asing yang banyak diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar orang menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi dengan Negara lain di seluruh dunia. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tahap-tahap yang akan dilaksanakan dalam suatu penelitian. Dalam bab ini membahas tentang jenis penelitian, data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kegiatan belajar mengajar sangat memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa berperan penting sebagai subjek dan merupakan objek dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Jenis interaksi antarmanusia sangat beragam. Salah satu contoh interaksi terjadi pada acara temu wicara di televisi dalam bentuk komunikasi. Komunikasi dalam acara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Larson (1984: 3), dalam bukunya Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence mendefinisikan terjemahan sebagai suatu perubahan bentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi. Jepang selalu melahirkan karya-karya unik yang dapat diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah

BAB I PENDAHULUAN. Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah sesuatu yang bersifat lucu dan menghibur sehingga dapat menghilangkan stres dan membuat suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjemahan dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian pesan dalam sumber bahasa tertentu yang ditransformasikan ke dalam bahasa lain agar dapat dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi serta menyapaikan gagasan dan respon terhadap apa yang ia alami agar dapat bersosialisasi. Bloomfield (Sumarsono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) 1. Dengan demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia telah dikodratkan oleh penciptanya untuk hidup berkomunikasi, salah satu bentuk komunikasi adalah dengan bahasa. Bahasa merupakan ungkapan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan

Lebih terperinci