BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Sekolah Kristen Lentera

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Sekolah Kristen Lentera"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah Kristen Lentera Sejarah Sekolah Kristen Ambarawa menjadi Sekolah Kristen Lentera Ambarawa Sekolah Kristen di Ambarawa dimulai pada masa sebelum perang dunia kedua dengan kehadiran sekolah H.C.S Met den Bijbel yang melanjutkan pelayanan Zendeling Baard untuk mengadakan pelayanan pemberantasan buta huruf di kalangan masyarakat Ambarawa. Akan tetapi, saat terjadinya perang dunia kedua sekolah HCS terpaksa ditutup. Melihat kondisi demikian, pada akhirnya beberapa orang yakni Sdr. Oie Ping Hoo, Sdr. Ang Liem Tjhiang dan beberapa rekannya terpanggil untuk melayani sekolah Kristen pada masa pendudukan Jepang. Mereka bersama dengan seorang yang berasal dari Belanda yakni Nn. Dorst pada tahun 1945 memulai merintis sekolah Kristen satu-satunya di Ambarawa pada saat itu. Namun, pada tahun 1950 sekolah Kristen di Ambarawa kembali ditutup sejalan dengan kepulangan Nn. Dorst ke Negeri Belanda (Koesomo 2011). 1 Agustus 1954 dicatat sebagai tanggal berdirinya lagi Sekolah Kristen Ambarawa di era kemerdekaan RI. Perjalanan panjang sekolah ini dimulai pada waktu masuknya Jepang dengan sekolah yang sangat 32

2 tergantung pada situasi perang pada masa itu ( Kegiatan belajar dan mengajar mulai berjalan lagi dan mengambil tempat di rumah Sdr. Siauw Oen Nio, dengan seorang pengajar Sdr. E. Goei Gwat Bing yang melayani 7 orang murid. Kemudian terjadi perpindahan lokasi lagi ke rumah sewaan milik Sdr. Kwee Kiem Gie, JL. Jend. Sudirman No. 117 Ambarawa. Setiap tahun jumlah murid terus bertambah sehingga lokasi sekolah tidak memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, melalui seorang Pendeta yakni Ds. Tan Ik Hay, dilakukan pembangunan gedung sekolah tahun Tahun 1957 Sekolah Kristen Ambarawa pindah ke Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo 20 Ambarawa dengan fasilitas 4 buah lokal, untuk 6 kelas SR (SD) dan satu kelas TK. Tahun 1961 atas kerjasama pengurus sekolah dengan Majelis GKI Salatiga, para Pendeta GKJ, Kepala SR (SD) Kristen Kupang dan Girimargo, maka dibukalah SMP Kristen menempati bekas Gedung Ketoprak (Koesomo 2011). Sekolah Kristen sejak awal kehadirannya adalah milik GKI Ambarawa dan dikelola sendiri oleh pihak GKI. Akan tetapi, sekitar tahun 1961 jemaat GKI Ambarawa mulai mengalami kesulitan dalam hal pengelolaan sekolah karena situasi yang dihadapi pada masa itu. Kondisi demikian pada akhirnya membuat Sekolah Kristen Ambarawa diampukan kepada Yayasan 33

3 PSAK Semarang (Wawancara tanggal 14 Juni 2013 dengan Ibu Ratna selaku Ketua Yayasan Lentera Edukasi). Sejak dikelola oleh Yayasan PSAK pada tahun 1961, Sekolah Kristen Ambarawa menjadi salah satu sekolah yang berkembang dan terkenal. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu yaitu sekitar tahun 1990an Sekolah Kristen yang dikelola oleh Yayasan PSAK mulai mengalami kemerosotan. Menurut Ketua Yayasan lentera Edukasi, hal tersebut disebabkan karena pengelolaan sekolah yang dirasa kurang maksimal dilakukan oleh Yayasan PSAK. Oleh karenanya, pihak GKI berkeinginan untuk dapat kembali mengelola Sekolah Kristen yang merupakan milik GKI. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh salah satu pengurus Yayasan PSAK yang mengatakan bahwa pergantian sekolah yang terjadi tidak disebabkan karena ketidakmampuan Yayasan PSAK dalam mengelola sekolah melainkan adanya permasalahan yang terjadi antara YPSAK dan pihak gereja (GKI) tentang status tanah yang selama ini dihibahkan untuk sekolah (Wawancara tanggal 6 April 2013). Meskipun terdapat berbagai pendapat tentang latar belakang terjadinya pergantian, hal tersebut tidak menimbulkan permasalahan yang serius antar kedua pihak tersebut. Keinginan GKI untuk dapat kembali memiliki Sekolah Kristen milik Gereja terus diupayakan dan 34

4 disampaikan kepada pihak Yayasan PSAK meskipun hasilnya tetap mengecewakan. Pada tahun 2000, Majelis Jemaat Yang diwakili Pdt. Budimoeljono Reksosoesilo, S.Th, Pnt. Legiman Haryo Koesemo, Pnt. Tang Lan Hoa dan beberapa anggota jemaat yang tahu tentang sejarah persekolahan yakni Ibu Boenjamin, Sdr. Swandiyanto, Ibu Laila melakukan pembicaraan dengan pihak PSAK di Rumah Makan De Konning Semarang (Koesomo 2011). Dalam pertemuan tersebut, pihak PSAK bersedia mengembalikan persekolahan termasuk para pengajarnya kepada GKI Ambarawa dengan syarat GKI Ambarawa menyerahkan uang sebesar Rp yang akan dipergunakan untuk mendanai peningkatan mutu personalia SMEA Masehi Ambarawa. Namun, hal tersebut tidak dapat dipenuhi oleh GKI Ambarawa pada saat itu karena GKI Ambarawa merupakan sebuah gereja kecil yang memiliki keterbatasan dalam hal dana. Hingga pada akhir tahun 2006, dengan bantuan dari Bpk. Gunawan Tirtaatmaja dari Semarang yang menyediakan dana pinjaman sebesar yang diperlukan oleh GKI kepada Majelis Jemaat GKI Ambarawa, akhirnya pihak GKI dapat membayar kompensasi tersebut dan kembali mengelola Sekolah Kristen. Dalam proses penyelesaian keuangan hingga pengembalian sekolah, pihak-pihak yang dilibatkan yaitu pihak Yayasan PSAK dan pihak GKI Ambarawa 35

5 yang diwakili oleh panitia kecil yang terdiri dari Pemimpin Jemaat GKI yaitu Pdt. Budimoeljono Reksosusilo, S.Th dan Majelis. Baik Pendeta maupun Majelis yang mewakili pihak GKI inilah yang pada akhirnya juga menjadi bagian dari pengurus Yayasan Lentera Edukasi sejak resmi didirikan Sekolah Kristen Lentera tanggal 1 Juli Sekolah Kristen Lentera berdiri dengan memiliki empat jenjang pendidikan yaitu Kelompok Bermain, TK, SD dan SMP. Tujuan utama didirikan Sekolah Kristen Lentera yaitu untuk menghadirkan sebuah sekolah yang ideal. Sebuah sekolah dimana anak-anak yang dibentuk di dalamnya tidak hanya dikembangkan secara kogntif tetapi juga secara karakter dan spiritual. Oleh karena itu, Sekolah Kristen Lentera dikelola oleh Yayasan Lentera Edukasi dengan filosofi: 1. Berpusat pada Allah Tritunggal 2. Membentuk karakter seperti Kristus 3. Menolong pertumbuhan kecerdasan individual, sesuai anugerah Tuhan Yesus Kristus Selain itu, Sekolah Kristen Lentera juga memiliki Motto yaitu Menjadi diri dalam anugerah-nya dan Slogan yaitu Anak-anak Lentera menjadi baik, lebih baik dan terbaik. 36

6 4.1.2 Visi dan Misi Sekolah Kristen Lentera Visi : Terwujudnya kecerdasan hidup sesuai anugerah- Nya. Terwujudnya, yakni panggilan dan ketaatan untuk mewujudkan anugerah Tuhan bagi sesama; Kecerdasan Hidup, yaitu kemampuan yang dianugerahkan Allah bagi setiap orang untuk semaksimal mungkin dikembangkan; Anugerah-Nya, ialah ukuran dan orientasi dalam menilai semua proses terwujudnya kecerdasan hidup. Misi : Sekolah Kristen Lentera mempunyai komitmen untuk mewujudkan visi dengan: 1. Berfokus pada Allah Tritunggal sebagai komitmen iman dalam mewujudkan anugerah-nya; 2. Menolong pendidik mengembangkan diri sesuai anugerah Allah; 3. Membantu pendidik menerapkan anugerah Allah pada siswa; 4. Mengembangkan sistem edukasi yang berorientasi pada anugerah Allah; 5. Menjadikan edukasi, yang mengutamakan nilainilai kristiani, sebagai pintu menghadapi realita global; 37

7 6. Menyiapkan generasi yang mampu menghadapi realita global; 7. Menggunakan pendekatan Multiple Intelligences untuk menerjemahkan kurikulum pendidikan nasional; 8. Mengajak masyarakat untuk membangun diri sebagaimana anugerah Allah telah berikan Struktur Organisasi Sekolah Kristen Lentera Robbin dan Fattah (dalam Amtu 2011) mengemukakan bahwa suatu struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi. Berikut ini merupakan gambaran struktur organisasi dari Sekolah Kristen Lentera di Ambarawa : Gambar 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Lentera Edukasi (Sumber : 38

8 Dalam menjalankan proses pendidikan di Sekolah Kristen Lentera, setiap pihak dalam struktur organisasi memiliki tugas yang diatur dalam SOP dan pedoman kerja. Dengan demikian pihak yang dimaksud akan menjalankan tugasnya berdasarkan job description yang ada untuk kemajuan sekolah. Untuk pengelolaan pada masing-masing jenjang pendidikan, setiap Kepala Sekolah diberikan kepercayaan penuh oleh pihak Yayasan Lentera Edukasi dalam memimpin sekolah dan melakukan berbagai upaya untuk perkembangan sekolah dengan bantuan guru dan karyawan lainnya. Untuk tingkat pendidikan SMP sendiri, saat ini Sekolah Kristen Lentera didukung dengan tenaga pengajar sebanyak 12 orang serta beberapa karyawan lainnya yaitu satu pegawai TU, satu Bendahara, satu Pembantu Umum dan satu petugas keamanan. 4.2 Analisis Strategi Bersaing Sekolah Kristen Lentera Strategi bersaing merupakan upaya sekolah untuk menghadapi persaingan dengan cara memberikan berbagai hal yang terbaik guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Strategi bersaing yang dijalankan oleh sekolah dapat terdiri dari keunggulan biaya, diferensiasi dan fokus. Dengan menjalankan strategi bersaing, maka sekolah akan mampu untuk 39

9 bertahan dan bahkan berkembang dari waktu ke waktu meskipun diperhadapkan dengan persaingan. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera juga menjalankan strategi bersaing untuk menghadapi persaingan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Untuk mengetahuinya secara rinci maka akan dijelaskan dalam ketiga pendekatan (keunggulan biaya, diferensiasi, fokus) dari strategi bersaing berikut ini, berdasarkan data-data yang diperoleh pada saat penelitian Keunggulan Biaya Keunggulan biaya merupakan strategi sekolah dalam memberikan biaya yang murah kepada masyarakat bila dibandingkan dengan sekolah lainnya. Dalam hal ini setiap sekolah berupaya untuk menetapkan biaya yang tepat agar masyarakat dapat tertarik dan memilih sekolah tersebut. Untuk menentukan biaya yang murah dan tepat, sekolah juga perlu mempertimbangkan kondisi sekolah itu sendiri dan besarnya biaya pada sekolah lainnya. Dengan demikian, biaya yang telah ditentukan oleh sekolah akan memberikan keuntungan bagi kedua pihak yakni sekolah dan masyarakat. 40

10 Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera telah berupaya untuk menetapkan biaya yang tepat dengan berbagai pertimbangan sehingga mendapatkan biaya pendidikan yang sesuai dengan kondisi SMP Kisten Lentera, meskipun tidak sepenuhnya tergolong murah. Berikut ini merupakan rincian biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera dan juga beberapa sekolah swasta lainnya, yang ditunjukkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Kewajiban Biaya Pendidikan di SMP Kristen Lentera dan SMP Swasta lainnya di Ambarawa Jenis SMP Kristen Lentera SMP Pangudi Luhur SMP Taman Dewasa Uang SPP Rp Rp /bln Rp Rp /bln Rp Rp /bln Uang Kegiatan Rp /thn Rp /bln Uang Tes Rp /tes Rp /tes Tabungan Wajib Rp /bln Rp /bln Uang Komite Rp 4.000/bln Uang Komputer _ Rp /bln _ Sumber : Kepala SMP Kristen Lentera, Kepala SMP Taman Dewasa, Administrasi SMP Pangudi Luhur Biaya pendidikan SMP Kristen Lentera seperti terlihat dalam tabel 4.1 merupakan biaya yang berlaku hingga tahun pelajaran 2012/2013. Biaya pendidikan khususnya untuk uang kegiatan dan uang SPP dapat mengalami perubahan bergantung pada kondisi dan kebutuhan sekolah setiap tahunnya serta adanya kesepakatan bersama dari semua pihak. Biaya pendidikan tersebut bila dibandingkan dengan sekolah 41

11 swasta lainnya maka terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan. Pada SPP, SMP Taman Dewasa menawarkan biaya pendidikan yang lebih murah dari SMP Kristen Lentera sedangkan SMP Pangudi Luhur menawarkan biaya pendidikan yang kisarannya sama dengan SMP Kristen Lentera. Untuk uang kegiatan, SMP Kristen Lentera tidak menetapkan pembayaran secara bulanan seperti sekolah lainnya melainkan dibayarkan sekali untuk kegiatan selama setahun. Bila dilakukan perhitungan tentang biaya tersebut dan dibandingkan dengan sekolah lainnya, maka akan mendapatkan hasil bahwa biaya pada SMP Kristen Lentera lebih murah dibandingkan sekolah lainnya. Selain itu, biaya pendidikan lainnya pada SMP Kristen Lentera juga lebih murah dibandingkan sekolah swasta lain seperti uang tes dan tabungan wajib. Sedangkan beberapa biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera yang tidak terdapat di sekolah swasta lainnya disebabkan karena disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap sekolah. Perbedaan lainnya berkaitan dengan biaya pendidikan yaitu besarnya SPP yang berlaku di sekolah swasta lain pada umumnya sama untuk semua siswa ataupun sama untuk setiap tingkatan kelas. Sedangkan pada SMP Kristen Lentera setiap siswa dari berbagai tingkatan kelas memiliki SPP yang berbeda-beda. 42

12 Berikut ini penjelasan Kepala SMP Kristen Lentera tentang SPP, saat wawancara tanggal 13 Juni 2013 : SPP-nya berjenjang tetapi tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jadi ada yang Rp , Rp dan Rp Tergantung kemampuan orang tua. Penjelasan Kepala SMP Kristen Lentera tersebut menunjukkan bahwa adanya kebijakan pihak Sekolah Kristen Lentera dalam hal menetapkan biaya pendidikan yang berbeda atau berjenjang karena sekolah mempertimbangkan latar belakang dan kemampuan dari orang tua siswa. Pihak sekolah tidak ingin memberatkan orang tua siswa dengan biaya pendidikan tersebut sehingga pada akhirnya pihak sekolah tidak menetapkan biaya tertentu yang kemudian diberlakukan merata untuk semua siswa. Untuk menentukan berbagai biaya pendidikan pada SMP Kisten Lentera seperti yang terdapat dalam tabel 4.1, pihak sekolah tidak melakukannya sendiri melainkan melibatkan juga pihak Yayasan, Komite Sekolah serta orang tua siswa khususnya pada saat penentuan besarnya SPP. Penentuan besarnya jumlah SPP dilakukan melalui proses wawancara hingga pada akhirnya mencapai kesepakatan bersama antara orang tua dan pihak sekolah sedangkan biaya lainnya ditentukan oleh pihak sekolah. 43

13 Dalam menentukan biaya yang tepat, pihak SMP Kristen Lentera juga mempertimbangankan pada besarnya biaya pendidikan sekolah swasta lain di sekitar Ambarawa, selain melihat kepada kemampuan orang tua siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar biaya yang ditetapkan tidak terlalu mahal dan pihak sekolah sendiri tidak memberatkan siswa dengan biaya pendidikan tersebut. Berkaitan dengan biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera, hasil penelitian melalui wawancara dan juga penyebaran kuesioner mengungkapkan adanya berbagai pendapat dan penilaian yang dikemukakan oleh orang tua, guru, Kepala Sekolah dan pihak Yayasan Lentera Edukasi tentang mahal tidaknya biaya pendidikan yang ditetapkan oleh SMP Kristen Lentera. Pendapat yang pertama dikemukakan Kepala SMP Kristen Lentera saat wawancara 13 Juni 2013 : Kalau dibandingkan dengan sekolah negeri jelas tidak lebih murah karena kita juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik. Tentu juga tidak bisa kalau murah untuk suatu hal yang memadai, yang layak bagi pelayanan pendidikan. Kalau dibandingkan dengan negeri pasti lebih mahal. Kalau dibandingkan dengan swasta yang lain, memang ada swasta yang lain yang lebih rendah tapi ada juga swasta yang imbang dengan kita. Pendapat yang dikemukakan oleh Kepala SMP Kristen Lentera tersebut menunjukkan bahwa biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera tidak tergolong murah namun juga tidak mahal. Dengan kata lain 44

14 biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera berada pada posisi menengah. Hal ini didasari pada kenyataan yang dilihat oleh Kepala Sekolah dimana sekolah swasta yang lain memiliki SPP yang hampir sama dengan SMP Kristen Lentera dan tidak banyak sekolah yang menawarkan biaya yang murah karena adanya tuntutan kebutuhan dari setiap sekolah. Biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera dapat juga dikatakan relatif. Bagi sebagian orang dapat dikatakan murah namun juga sebaliknya, tergantung dari penilaian dan kemampuan setiap orang. Hal ini seperti pendapat dan penilaian yang dikemukakan oleh Ketua Yayasan Lentera Edukasi, orang tua dan guru. Meskipun adanya berbagai pendapat dan penilaian terhadap biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera, namun menurut pandangan orang tua dan Kepala SMP Kristen Lentera biaya pendidikan tersebut untuk saat ini sudah tepat karena mempertimbangkan pada kemampuan orang tua siswa. Selain itu, biaya tersebut juga cukup membantu dalam memenuhi kebutuhan sekolah khususnya dana. Meskipun pada kenyataannya tidak semua kebutuhan sekolah dapat tercukupi oleh iuran dari orang tua siswa misalnya saja dalam upaya memenuhi fasilitas olah raga. Untuk itu, agar dapat memenuhi semua kebutuhan sekolah dan memperlancar proses pendidikan kedepannya, pihak SMP Kristen Lentera 45

15 akan terus meninjau dan mengevaluasi biaya pendidikan tersebut serta melakukan perubahan jika dimungkinkan Diferensiasi Diferensiasi merupakan strategi sekolah untuk dapat menjadi berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya. Dalam mencapai hal tersebut, sekolah berupaya memberikan program, pelayanan dan juga ciri khas sekolah yang berbeda dan unik sehingga dapat menarik minat masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa yang membedakan SMP Kristen Lentera dengan sekolah swasta lainnya di Ambarawa yaitu terletak pada ciri khas sekolah. Sebagai satusatunya sekolah swasta Kristen untuk jenjang SMP di Kecamatan Ambarawa, SMP Kristen Lentera berupaya untuk mewujudkan ciri khasnya dengan menekankan pengenalan akan Tuhan Yesus kepada para siswa. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Ketua Yayasan Lentera Edukasi pada saat wawancara tanggal 14 Juni 2013: Kami konsen dengan pengenalan Tuhan Yesus kepada anak. Itu yang mungkin di sekolah lain tidak. Karena kami satu-satunya sekolah Kristen di Kecamatan Ambarawa untuk SMP dan kami terbeban untuk memperkenalkan Tuhan Yesus kepada mereka. Itu yang menjadi ciri khas Sekolah Kristen Lentera. 46

16 Pengenalan akan Tuhan dilakukan karena sesuai dengan tugas dan fungsi dari Sekolah Kristen. Selain itu juga untuk mewujudkan Visi dari Sekolah Kristen Lentera yaitu Terwujudnya kecerdasan hidup sesuai anugerah-nya. Meskipun sekolah sangat menekankan ciri khasnya sebagai sekolah Kristen, tetapi pihak sekolah tidak membatasi siswanya hanya kepada yang beragama Kristen saja melainkan juga menerima siswa yang beragama lain seperti Islam. Hal ini menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera bersikap terbuka terhadap perbedaan meskipun sekolah berciri khas Agama. Untuk dapat lebih menekankan ciri khasnya sebagai sekolah yang didirikan atas dasar Kristen, Kepala SMP Kristen Lentera mengemukakan bahwa sekolah perlu diwarnai dengan kegiatan-kegiatan Kristen. Berkaitan dengan hal tersebut, SMP Kristen Lentera mengadakan berbagai kegiatan kerohanian yang dilakukan untuk menunjukkan ciri khasnya sehingga sesuai dengan Visi & Misi Sekolah. Kegiatan tersebut yaitu ibadah untuk guru dan karyawan yang dilakukan setiap hari pada pukul pagi. Bentuk ibadah tersebut bervariasi setiap harinya seperti khotbah, share dalam kelompok kecil, kesaksian dan doa bersama. Sedangkan untuk siswa diadakan ibadah rutin setiap bulan dan juga renungan pagi di setiap kelas untuk mengawali kegiatan belajar pada hari tersebut. Selanjutnya ibadah thanks giving day sebagai 47

17 bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan atas segala hal, yang diikuti oleh seluruh keluarga besar Sekolah Kristen Lentera. Selain menekankan pada ciri khas sebagai sekolah Kristen, SMP Kristen Lentera juga memiliki beberapa diferensiasi lainnya bila dibandingkan dengan sekolah lain di sekitar Ambarawa. Diferensiasi tersebut meliputi kegiatan pembelajaran, hubungan sosial dengan masyarakat, pelayanan bagi semua pihak yakni siswa, guru, maupun orang tua siswa. Berbagai hal tersebut akan ditampilkan dalam tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Diferensiasi SMP Kristen Lentera NO PROGRAM 1 Multiple Intelligences - Multiple Intelligences (MI) diterapkan sejak berdirinya Sekolah Kristen Lentera pada tanggal 1 Juli Tujuan menerapkan multiple intelligences (MI) agar dapat membantu siswa-siswi dalam menemukan dan mengembangkan bakat atau kepintarannya. - Pendekatan multiple intelligences (MI) telah berhasil menjadikan siswa-siswi SMP Kristen Lentera berprestasi dalam berbagai bidang (lihat lampiran 3) 2 Parent Seminar - Seminar bagi orang tua siswa dengan tema-tema tertentu seperti Kerjasama Sekolah-Orangtua dan Sikap dan Kebiasaan Belajar Menghadapi Tantangan Abad Pihak sekolah berkomitmen untuk terus membangun relasi yang dekat dengan para orang tua/wali murid dan memberikan informasi serta materi yang bermanfaat bagi para orang tua. - Kegiatan ini diselenggarakan dengan bantuan dari Direktur Eksekutif Sekolah Kristen Lentera dan kejasama dengan pihak lainnya seperti sekolah IPEKA Jakarta. Dalam kerjasama tersebut IPEKA mendatangkan AAS (Adobe A School) dari Jakarta. 48

18 NO PROGRAM 3 Moving Class - Program Moving Class mulai diterapkan di SMP Kristen Lentera sejak tahun pelajaran 2012/2013 dan belum dilakukan oleh sekolah lainnya di kecamatan Ambarawa. - Pertimbangan sekolah menerapkan moving class yaitu untuk mengatasi masalah keterbatasan ruang kelas. - Sekolah menyesuaikan antara ruang kelas yang ada dengan setiap mata pelajaran dan menyediakan fasilitas pendukung program moving class (lihat lampiran 4). 4 Hari Budaya - Program Hari Budaya Sekolah Kristen Lentera dilaksanakan pada bulan Oktober dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda dan bulan Bahasa. - Kegiatan ini berupa Pawai Budaya yang diikuti oleh siswa dan guru dari semua jenjang pendidikan di Sekolah Kristen Lentera yang juga mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia. 5 Sekolah Lima Hari - Sekolah lima hari hanya diterapkan di SMP Kristen Lentera untuk Kecamatan Ambarawa. Sekolah dimulai pukul dan berakhir pukul Sekolah mempertimbangkan kondisi siswa dan memberikan kesempatan untuk siswa memiliki waktu yang cukup di akhir pekan sehingga ketika kembali bersekolah di hari Senin lebih siap dan bersemangat. 6 Wasana Warsa Sekolah Kristen Lentera - Wasana Warsa adalah kegiatan untuk menutup tahun ajaran yang telah selesai untuk semua jenjang pendidikan yang ada di Sekolah Kristen Lentera. - Kegiatan diisi dengan ibadah, penampilan berbagai bakat dan talenta dari siswa Sekolah Kristen Lentera, serta pemberian penghargaan dan piagam kepada 3 siswa peraih nilai tertinggi di setiap grade. 7 Field Trip - Field Trip merupakan program SMP Kristen Lentera dan Sekolah Pelita Harapan International Lippo Village yang telah dilakukan sejak tahun Siswa-siswa dari SKL dan SPH berkesempatan untuk belajar bahasa (Jawa dan Inggris), mengenal permainan daerah dan juga merasakan kehidupan masyarakat di desa seperti menanam padi, memancing dan berbelanja di pasar tradisional. 49

19 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera memiliki berbagai program yang sejauh ini tidak ditemukan pada sekolah lainnya di Kecamatan Ambarawa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data tentang program-program dari sekolah lainnya di Ambarawa yang diperoleh berdasarkan wawancara dengan beberapa pihak pada sekolah lainnya di Ambarawa. Dalam wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa SMP swasta lainnya menjalankan program yakni sekolah selama enam hari seperti sekolah pada umumnya dan kegiatan sosial seperti program bakti sosial, penyerahan hewan kurban pada saat hari raya serta kunjungan ke Panti Asuhan. Sedangkan kegiatan untuk orang tua sendiri dilakukan pada awal tahun pelajaran untuk mensosialisasikan progam sekolah dalam tahun ajaran yang baru dan juga pada kahir tahun pelajaran pada saat pembagian laporan pendidikan. Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut tentang program dari sekolah swasta lainnya, maka dapat dikatakan bahwa program yang dimiliki oleh SMP Kristen Lentera seperti terlihat dalam tabel 4.2, benarbenar tidak ditemukan pada SMP swasta lainnya di Ambarawa. Pertimbangan SMP Kristen Lentera untuk melaksanakan berbagai program yang berbeda dengan sekolah lainnya karena sekolah ingin mengembangkan 50

20 siswa sesuai dengan minat juga bakatnya dan hal tersebut akan semakin baik ketika dilakukan sejak dini. Pertimbangan lainnya yaitu karena berbagai program tersebut sesuai dengan perkembangan di masa sekarang dan merupakan kebutuhan dari siswa, guru dan orang tua siswa. Berbagai program tersebut dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan bersama dari pihak sekolah dengan persetujuan pihak Yayasan. Beragam ide berkaitan dengan program tersebut dapat berasal dari guru, kepala sekolah maupun pihak yayasan. Berkaitan dengan berbagai program sekolah, Ketua Yayasan Lentera Edukasi mengemukakan bahwa pihak Sekolah Kristen Lentera telah berencana untuk menjalankan beberapa program kedepannya. Akan tetapi, belum dapat dipastikan kapan program tersebut direalisasikan karena pihak sekolah sendiri masih terkendala dengan ketersediaan tenaga pengajar yang sesuai kebutuhan. Berikut ini pernyataan Beliau, saat wawancara tanggal 14 Juni 2013 : sebenarnya sekolah memiliki banyak harapan kedepan. Kami ingin ada klub Matematika, klub Kuark. Kami ingin ada bentukan kelompokkelompok yang memang anak ini dia tertarik dengan alam, tertarik dengan matematika. Tidak hanya sekedar menyanyi dan menari. Kami juga ingin ada Bahasa Mandarin. Tapi kendalanya ya belum ada pengajarnya di Ambarawa. 51

21 Rencana untuk mengadakan program baru juga diungkapkan oleh Kepala SMP Kristen Lentera. Beliau mengatakan bahwa pihak sekolah juga berencana untuk menambahkan beberapa kegiatan kedepannya seperti sablon dan pembuatan asesoris pada pelajaran Mulok sehingga semakin banyak pilihan yang diberikan kepada siswa. Berbagai pendapat yang dikemukakan tentang rencana progam kedepannya menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera selalu memberikan hal-hal yang baru kepada siswa dan mengupayakan yang terbaik untuk proses pendidikan di Sekolah Kristen Lentera. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat menjadi unik dan berbeda dengan sekolah lainnya, dengan tetap mengacu pada visi dan misi sekolah Fokus Fokus merupakan strategi sekolah dalam menentukan kelompok tertentu yang akan menjadi target atau sasarannya. Dalam strategi ini, pihak sekolah akan memberikan program-program ataupun menawarkan biaya tertentu yang sesuai dengan kelompok masyarakat yang telah ditentukannya. Hal ini dilakukan pihak sekolah agar dapat menarik minat kelompok tertentu dalam memilih sekolah. Berkaitan dengan strategi fokus, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melaksanakan proses 52

22 pendidikan ataupun dalam menghadapi persaingan di dunia pendidikan, SMP Kristen Lentera tidak berfokus pada kelompok masyarakat tertentu untuk menarik minat mereka terhadap sekolah. Berikut pendapat Kepala SMP Kristen Lentera pada saat wawancara tanggal 13 Juni 2013 berkaitan dengan strategi fokus: Kami tidak memiliki target untuk masyarakat tertentu. Kami terbuka dalam menerima siswa dan untuk siapa saja yang berminat. Di sekolahan kami bahkan siswanya tidak hanya dari Ambarawa tetapi ada yang dari Bawen, Banyu Biru, Tuntang. Pendapat Kepala Sekolah tersebut dengan kata lain menunjukkan bahwa keberadaan SMP Kristen Lentera di Kecamatan Ambarawa terbuka untuk menerima siswa dari berbagai latar belakang tanpa adanya batasan. SMP Kristen Lentera juga memiliki program-program yang sasarannya ditujukan kepada masyarakat luas dan semua pihak yang ada di lingkungan Sekolah Kristen Lentera. Meskipun SMP Kristen Lentera terbuka untuk semua lapisan masyarakat tanpa adanya batasan untuk kelompok tertentu, akan tetapi hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang memilih SMP Kristen Lentera berasal dari kalangan menengah ke bawah. Untuk hal tersebut, SMP Kristen Lentera berupaya untuk peduli dan memperhatikan siswa-siswi yang berasal dari kalangan bawah atau kurang mampu 53

23 khususnya dalam hal biaya pendidikan dengan cara memberikan beasiswa atau potongan SPP bagi siswa tersebut. Bukti nyata adanya pelaksanaan program sekolah berupa potongan SPP bagi siswa dikemukakan secara langsung oleh salah satu orang tua siswa pada saat wawancara tanggal 14 Juni 2013 : Biaya SPP anak saya Rp dan mendapatkan potongan dari sekolah Rp jadinya setiap bulan anak saya hanya perlu membayar Rp Sedangkan untuk beasiswa, Sekolah Kristen Lentera memiliki salah satu program beasiswa yang dinamakan program Saudara Asuh sebagai hasil kerjasama dengan Sekolah IPEKA Jakarta. Dalam program ini sejumlah peserta didik Sekolah Kristen Lentera dari jenjang TK, SD dan SMP mendapatkan beasiswa dari Saudara Asuh mereka di IPEKA. Setiap bulannya para siswa IPEKA menyisihkan sebagian uang saku untuk mendukung saudara-saudara asuh mereka di berbagai sekolah Kristen di daerah-daerah, salah satunya adalah SKL. Tindakan yang dilakukan oleh SMP Kristen Lentera menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera peduli dan mampu mengatasi masalah biaya pendidikan yang dihadapi oleh siswa yang kurang mampu, meskipun SMP Kristen Lentera tidak memiliki fokus terhadap kelompok tertentu. 54

24 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi bersaing SMP Kristen Lentera yang mencakup tiga pendekatan yaitu keunggulan biaya, diferensiasi dan fokus, maka di dapat strategi bersaing yang digunakan oleh SMP Kristen Lentera. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui lebih jelas apa yang melatarbelakangi SMP Kristen Lentera sehingga menjalankan strategi bersaing tersebut maka akan dilakukan pembahasan dari setiap pendekatan strategi bersaing tersebut Keunggulan biaya Biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera terdiri dari SPP, uang kegiatan, uang tes, tabungan dan uang komite. Apabila dibandingkan dengan biaya pada sekolah swasta lainnya di Ambarawa, maka terlihat perbedaan dimana biaya yang ditetapkan oleh pada SMP Kristen Lentera khususnya dalam hal SPP akan sama besarnya dengan sekolah lainnya bahkan juga lebih mahal. Sedangkan untuk biaya lainnya SMP Kristen Lentera menetapkan biaya yang lebih murah dibandingkan sekolah lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa SMP Kristen Lentera tidak menetapkan biaya pendidikan yang murah secara menyeluruh karena ada biaya yang tergolong mahal namun ada juga yang murah. 55

25 Kenyataan tersebut menjadikan SMP Kristen Lentera sebagai sekolah yang tidak tergolong murah dan juga menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera tidak menjalankan strategi keunggulan biaya. Sehingga pendapat yang dikemukakan oleh Hunger & Whellen (2003) bahwa sebuah lembaga akan menjadi produsen berbiaya rendah atau menawarkan biaya paling rendah yang bersaing dengan sekolah lainnya tidak terbukti dilakukan oleh SMP Kristen Lentera. Dengan kata lain, dapat dikatakan juga bahwa berbagai pendapat yang mengemukakan bahwa SMP Kristen Lentera sebagai sekolah yang tidak murah merupakan hal yang benar. Meskipun demikian, ada juga pendapat lainnya yang mengatakan bahwa biaya pendidikan pada SMP Kristen Lentera relatif, dalam artian tidak murah dan juga tidak mahal. Hal ini dikemukakan oleh sebagian guru dan orang tua siswa. Bagi orang tua siswa ataupun guru yang berasal dari kalangan menengah mungkin akan mengatakan biaya tersebut murah, namun bagi yang berasal dari kalangan bawah atau kurang mampu akan mengatakan biaya pendidikan tersebut tidak murah (mahal). Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki penilaian yang berbedabeda terhadap biaya pendidikan tersebut tergantung dari latar belakang kemampuan ekonomi dan juga sudut pandang mereka. 56

26 Adanya berbagai pendapat yang berbeda tentang biaya pendidikan pada Lentera tidak menjadi suatu permasalahan terlebih lagi jika pendapat tersebut menyebutkan bahwa SMP Kristen Lentera tidak tergolong sekolah yang murah. Dikatakan demikian karena pihak Sekolah Kristen Lentera sendiri menyediakan berbagai program dan fasilitas untuk menunjang aktivitas di sekolah yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh siswa. Sedangkan bila dibandingkan dengan sekolah lain yang biaya pendidikannya lebih murah, maka akan terlihat perbedaan dimana fasilitas yang disediakan sekolah lainnya tidak sama dengan yang tersedia pada SMP Kristen Lentera atau dengan kata lain masih memiliki kekurangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sekolah yang memberikan biaya murah belum tentu mampu memberikan fasilitas yang memadai. Kebijakan SMP Kristen Lentera dengan tidak menjalankan strategi tersebut tentunya didasari atas berbagai pertimbangan, salah satunya yaitu kondisi sekolah yang menghadapi masalah kekurangan dana sehingga menyebabkan defisit setiap bulannya. Defisit dapat dialami sekolah hingga saat ini karena seperti telah diketahui bahwa SMP Kristen Lentera merupakan sekolah yang baru berdiri tahun 2007 setelah terjadinya pergantian. Hal tersebut tentunya mempengaruhi kondisi sekolah dan membuat sehingga 57

27 SMP Kristen Lentera membutuhkan banyak dana agar dapat memperbaiki, menata dan mengelola sekolah agar lebih baik lagi kedepannya. Meskipun SMP Kristen Lentera tidak menjalankan strategi keunggulan biaya dan disebut juga sebagai sekolah yang tidak murah, pihak sekolah terus berupaya untuk menetapkan biaya pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kondisi siswa serta kebutuhan sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat Lubis (2004) bahwa setiap sekolah perlu menetapkan harga yang paling tepat. Akan tetapi, sedikit perbedaannya yaitu Lubis menyebutkan juga bahwa biaya tersebut harus memberikan keuntungan, sedangkan biaya yang ditentukan oleh SMP Kristen Lentera tidak sepenuhnya memberikan keuntungan bagi pihak sekolah baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Biaya tersebut hanya membantu sekolah dalam mengatasi kebutuhan dana saat ini. Tindakan sekolah lainnya yang dirasa tepat dalam menentukan biaya pendidikan namun tidak sejalan dengan strategi keunggulan biaya yaitu SPP yang berjenjang. Dikatakan tidak sesuai karena dalam menentukannya pihak sekolah mempertimbangkan faktor lain yaitu kemampuan orang tua siswa atau kondisi ekonomi keluarga siswa yang sebagian besar berasal dari keluarga menengah ke bawah. Sedangkan Wijaya (2008) menyebutkan bahwa dalam 58

28 melaksanakan strategi bersaing, sekolah hanya berfokus pada harga dan tidak memperhatikan berbagai faktor lainnya karena hal utama bagi sekolah adalah menawarkan jasa dan harga yang sangat bersaing. Oleh karena itu, meskipun sekolah memiliki tujuan yang baik dan tidak hanya mengutamakan kepentingan sekolah sendiri, akan tetapi hal tersebut tetap menunjukkan ketidaksesuaian dengan strategi keunggulan biaya Diferensiasi SMP Kristen Lentera memiliki diferensiasi dalam hal ciri khasnya sebagai sekolah Kristen dan berbagai program yang dilaksanakan untuk siswa, guru, orang tua siswa maupun masyarakat. Untuk ciri khas sebagai sekolah Kristen, upaya sekolah dalam menekankan pengenalan akan Tuhan Yesus merupakan langkah yang tepat dan sesuai dengan tujuan sekolah Kristen dalam dunia pendidikan (Wirowidjojo, 2011) yaitu membantu berkembangnya seseorang atas dasar pandangan Kristen agar mencapai kedewasaan yang religious dan bertanggungjawab. Ketika setiap pihak yang menjadi bagian dari SMP Kristen Lentera dibentuk setiap hari melalui berbagi kegiatan rohani maka mereka dibantu untuk memiliki kehidupan dan karakter yang baik. Hal ini juga sangat penting karena dapat mempererat 59

29 hubungan antar siswa maupun guru dan meningkatkan rasa kebersamaan, kesatuan juga kerjasama dalam berbagai hal untuk kemajuan sekolah. Dengan demikian, maka SMP Kristen Lentera dapat menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera tidak hanya dikenal sebagai satu-satunya sekolah Kristen di Kecamatan Ambarawa, tetapi juga benar-benar mampu mewujudkan tujuan sekolah Kristen. Sebagai Sekolah Kristen yang menekankan pengenalan akan Tuhan Yesus, SMP Kristen Lentera terbuka untuk umum dan memberikan kesempatan bagi siswa yang beragama lain dan dari berbagai kalangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sairin (2011) yang mengatakan bahwa sekolah Kristen harus terbuka bagi semua peserta didik tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi. Hal ini merupakan langkah yang tepat agar dapat menunjukkan bahwa sebagai Sekolah Kristen tidak berarti bahwa sekolah tersebut harus eksklusif dan hanya untuk kalangan tertentu. Dengan ciri khasnya, sekolah justru harus tetap terbuka untuk umum dan tidak membeda-bedakan karena itu merupakan wujud nyata pelayanan dan kesaksian kepada masyarakat luas. Selain itu juga karena sekolah dan pendidikan merupakan hak dari setiap orang. Siapapun dapat merasakan hal tersebut ketika mampu untuk 60

30 memenuhi ketentuan dan aturan yang berlaku di sekolah dan ketika nantinya mampu untuk memenuhi kewajibannya. Hal ini sesuai dengan empat fungsi dari Sekolah Kristen (Sairin, 2011) yaitu fungsi kesaksian dan pelayanan, fungsi pendidikan dan pengajaran, fungsi pembinaan, serta fungsi pelayanan masyarakat. Diferensiasi lainnya dari SMP Kristen Lentera yaitu berbagai program yang dijalankan oleh Yayasan Lentera Edukasi maupun oleh SMP Kristen Lentera. Berbagai program tersebut menunjukkan bahwa pihak sekolah tidak hanya memberikan program yang pada umumnya ditemukan di sekolah lain, melainkan sekolah mencoba memberikan program-program yang baru dan berbeda. Upaya tersebut dilakukan dengan cara sekolah mengumpulkan informasi dari siswa, guru maupun pihak lainnya di lingkungan Sekolah Kristen Lentera serta melihat perkembangan yang ada saat ini. Hal yang dilakukan SMP Kristen Lentera dapat dikatakan merupakan langkah yang tepat karena sekolah berupaya untuk memenuhi kebutuhan semua pihak yang berada di lingkungan SMP Kristen Lentera dan selalu mencoba memberikan pelayanan yang terbaik untuk kemajuan dan perkembangan sekolah. Tindakan sekolah ini sesuai dengan yang dikemukakan dalam salah satu sumber (staff.uny.ac.id) bahwa untuk dapat bersaing maka sebuah lembaga pendidikan perlu untuk memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat. 61

31 Ketika sekolah mampu untuk terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat maka sekolah akan mampu mempertahankan dan meningkatkan minat masyarakat akan sekolah. Jika dikaitkan dengan pendapat David (2008) yang mengatakan bahwa setiap sekolah harus selalu mencari cara melakukan diferensiasi untuk memungkinkan terus unggul dan mendapatkan kesetiaan dari pelanggan, maka dapat dikatakan bahwa upaya SMP Kristen Lentera dalam memberikan berbagai program merupakan salah satu cara sekolah untuk dapat tetap bertahan dan terus berkembang sebagai sekolah yang baru berdiri selama enam tahun. Semakin banyak pilihan yang dimiliki tentunya akan memperkuat struktur sekolah secara maksimal (Purwanto, 2011) dan pada akhirnya menimbulkan kesetiaan dari masyarakat yang telah menentukan pilihannya pada SMP Kristen Lentera Fokus Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Kristen Lentera tidak memiliki fokus pada kelompok masyarakat tertentu untuk menarik minat mereka terhadap sekolah. Dengan kata lain SMP Kristen Lentera terbuka kepada masyarakat dari berbagai kalangan dan wilayah. Langkah yang diambil oleh pihak sekolah ini berbeda dengan pendapat Porter 62

32 (1992) bahwa dalam menjalankan strategi fokus setiap sekolah akan terlebih dahulu memilih atau menentukan kelompok tertentu dan melayani kelompok tersebut dengan berbagai fasilitas dan program yang telah disediakan. Oleh karena itu maka dapat dikatakan bahwa SMP Kristen Lentera merupakan sekolah yang tidak menjalankan strategi fokus. Kebijakan sekolah untuk tidak memilih strategi fokus mungkin disebabkan karena keberadaan sekolah yang baru berdiri selama enam tahun dan masih berada dalam tahap memperkenalkan keberadaan sekolah kepada masyarakat luas. Oleh karena itu sekolah tidak dapat menjalankan strategis fokus untuk saat ini dan lebih memilih target yang luas. Ketika keberadaan SMP Kristen Lentera nantinya telah dikenal secara luas oleh masyarakat, maka pihak sekolah dimungkinkan untuk memilih fokus mereka. Keputusan sekolah untuk tidak memilih strategi fokus merupakan suatu langkah yang tepat bagi pihak sekolah. Hal ini mungkin disebabkan karena pihak sekolah sendiri tidak ingin adanya batasan dan perlakuan yang berbeda terhadap kelompok tertentu. Pihak SMP Kristen Lentera ingin memberikan kesempatan kepada semua masyarakat untuk menikmati pendidikan seperti beberapa Misi dari sekolah yaitu mengembangkan sistem edukasi dan mengajak masyarakat untuk membangun diri. Oleh 63

33 karena itu, SMP Kristen Lentera berupaya dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan pelayanan yang baik kepada semua pihak yang ada di lingkungan Sekolah Kristen Lentera melalui program dan fasilitas yang tersedia meskipun SMP Kristen Lentera memiliki target yang luas. Salah satu contohnya dapat dilihat melalui kepedulian SMP Kristen Lentera kepada siswa-siswi yang memiliki masalah keuangan atau yang kurang mampu. Kepedulian yang dilakukan oleh pihak sekolah ini menunjukkan bahwa sekolah konsisten dalam memperhatikan semua pihak yang menjadi bagian dari sekolah. Hal tersebut tidak hanya ditunjukkan ketika sekolah ingin mendapatkan banyak peminat tetapi juga dalam berbagai situasi. Hal ini pada akhirnya menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki target atau sasaran yang luas juga mampu untuk memberikan pelayanan yang baik kepada semua lapisan masyarakat, sama seperti sekolah yang memiliki fokus kepada kelompok tertentu. Dengan demikian maka pernyataan Hunger & Wheelen (2013) yang mengemukakan bahwa dengan strategi fokus suatu lembaga dapat melayani kelompok tertentu yang menjadi pilihannya dengan lebih baik dibandingkan yang lainnya tidak selamanya benar. Upaya tersebut sama-sama dilakukan oleh sekolah yang memilih strategis fokus dan tidak dengan 64

34 tujuan untuk tetap mempertahankan kelompok masyarakat yang menjadi pilihan mereka. Jadi upaya kepedulian sekolah ini tidak hanya dilakukan oleh sekolah yang memiliki fokus kepada kelompok tertentu untuk tetap mempertahankan strateginya seperti salah satu ciri-ciri strategi fokus (Widhyaestoeti 2012), akan tetapi juga dilakukan oleh sekolah yang memiliki sasaran luas. Selain itu, salah satu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa yang memilih SMP Kristen Lentera berasal dari kalangan menengah ke bawah meskipun pihak sekolah telah memberikan kesempatan kepada masyarakat luas. Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi juga oleh lokasi sekolah yang berada di Kecamatan Ambarawa, dimana sebagian besar masyarakat di sana berasal dari kelompok masyarakat menengah ke bawah. Dengan demikian, peminat pada Sekolah Kristen Lentera juga berasal dari kelompok masyarakat tersebut. 65

STRATEGIBERSAING SEKOLAH KRISTEN LENTERA AMBARAWA

STRATEGIBERSAING SEKOLAH KRISTEN LENTERA AMBARAWA STRATEGIBERSAING SEKOLAH KRISTEN LENTERA AMBARAWA Jubelina Alumni Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Supramono Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA

BAB 2 TELAAH PUSTAKA BAB 2 TELAAH PUSTAKA Sumber informasi mengenai strategi bersaing telah banyak tersedia, meski begitu sebagian besar dari sumber tersebut tidak terkait langsung dengan penerapan di dunia pendidikan. Oleh

Lebih terperinci

penerimaan siswa baru (PSB) di sekolah negeri tidak dibatasi oleh Dinas Pendidikan setempat, sehingga merugikan sekolah swasta

penerimaan siswa baru (PSB) di sekolah negeri tidak dibatasi oleh Dinas Pendidikan setempat, sehingga merugikan sekolah swasta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan, tantangan dan persaingan antar lembaga pendidikan. Tingkat persaingan yang terjadi terbilang

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA Banyak informasi mengenai strategi bersaing yang tersedia. Namun sebagian besar sumber yang ada tidak terkait langsung dengan penerapan di dunia pendidikan. Oleh sebab itu telaah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Sekolah Kristen 1 Salatiga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Sekolah Kristen 1 Salatiga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah Kristen 1 Salatiga SMA Kristen 1 Salatiga, berdiri pada tanggal 1 Juni 1951 oleh Perkumpulan Perguruan Kristen Jawa Tengah Utara (PPKJTU) kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Panti Asuhan Yayasan Panti Asuhan Kristen Tanah Putih didirikan pada tanggal 15 Agustus 1930 oleh keluarga Oei,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016

KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016 KERANGKA ACUAN KONGRES XVI MAJELIS PENDIDIKAN KRISTEN DI INDONESIA JAKARTA, 2 4 NOVEMBER 2016 MAKNA KONGRES Kongres MPK adalah kegiatan lima tahunan yang dilakukan oleh MPK bersama anggota-anggota dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan semua kajian dalam bab-bab yang telah dipaparkan di atas, pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi ini terutama bagi gereja

Lebih terperinci

VISI TK ISLAM PLUS ASSALAMAH UNGARAN. Membangun Generasi yang Cerdas,Terampil,Tangguh,Cinta Tanah Air dan Berakhlaqul Karimah

VISI TK ISLAM PLUS ASSALAMAH UNGARAN. Membangun Generasi yang Cerdas,Terampil,Tangguh,Cinta Tanah Air dan Berakhlaqul Karimah VISI TK ISLAM PLUS ASSALAMAH UNGARAN Membangun Generasi yang Cerdas,Terampil,Tangguh,Cinta Tanah Air dan Berakhlaqul Karimah Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Sekolah Athalia merupakan sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibu Charlotte K. Priatna pada tahun 1995. Yang dimana pertama kalinya didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Lembaga SIT Darul Abidin berada di bawah naungan Yayasan Darul Abidin Depok. Di atas lahan 2.500 m2, bangunan pertama didirikan pada tahun 1997 dan pada

Lebih terperinci

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH

K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH K2 KEMAMPUAN KUESIONER KARUNIA-KARUNIA ROH Wagner-Modified Houts Questionnaire (WMHQ-Ed7) by C. Peter Wagner Charles E. Fuller Institute of Evangelism and Church Growth English offline version: http://bit.ly/spiritualgiftspdf

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN KATA PENGANTAR Saya adalah mahasiswa Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan suatu penelitian untuk tugas akhir saya (skripsi) mengenai kecerdasan dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) Persekutuan

Lebih terperinci

Selamat Datang di KB-TK Quantum Indonesia! Salam hangat, Berikut ini kami sampaikan gambaran berbagai program yang dimiliki KB-TK Quantum Indonesia.

Selamat Datang di KB-TK Quantum Indonesia! Salam hangat, Berikut ini kami sampaikan gambaran berbagai program yang dimiliki KB-TK Quantum Indonesia. Informasi dan Mekanisme Pendaftaran Peserta Didik Baru KB-TK Quantum Indonesia Selamat Datang di KB-TK Quantum Indonesia! Salam hangat, Berikut ini kami sampaikan gambaran berbagai program yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Dikatakan penting

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

Kampanye Calon Ketua OSIS SMP Tarakanita 2 Jakarta Periode

Kampanye Calon Ketua OSIS SMP Tarakanita 2 Jakarta Periode Kampanye Calon Ketua OSIS SMP Tarakanita 2 Jakarta Periode 2016-2017 [Tim Kehumasan, SMP TARAKANITA 2 JAKARTA] - Berita Umum Layaknya sebuah proses demokrasi di negeri ini, demikian pun yang terjadi di

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1 Profil Pangarsa Pangarsa merupakan paguyuban pendengar radio di Salatiga dan sekitarnya. Pangarsa didirikan pada tanggal 12 Mei 2007, dan dicetuskan oleh 6 orang. Mereka

Lebih terperinci

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th.

Dasar Kebersatuan Umat Kristen. Efesus 2: Pdt. Andi Halim, S.Th. Dasar Kebersatuan Umat Kristen Efesus 2:11-22 Pdt. Andi Halim, S.Th. Bicara soal kebersatuan, bukan hanya umat Kristen yang bisa bersatu. Bangsa Indonesia pun bersatu. Ada semboyan Bhineka Tunggal Ika,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir dari skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran yang didasarkan pada temuan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis-komersial, salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari Pendidikan Anak Usia dini (PAUD), Pendidikan Dasar (SD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan seseorang atau sekelompok orang bisa juga badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa

Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa Bergabunglah dengan Saudara yang Lain Bila Berdoa III Berdoalah dengan Seorang Teman II Berdoalah dengan Keluarga Saudara III Berdoalah dengan Kelompok Doa II Berdoalah dengan Jemaat Pelajaran ini akan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka pengambilan data untuk skripsi, peneliti meminta kesediaan

KATA PENGANTAR. Dalam rangka pengambilan data untuk skripsi, peneliti meminta kesediaan Lampiran I KATA PENGANTAR Dalam rangka pengambilan data untuk skripsi, peneliti meminta kesediaan dari Saudara agar berkenan meluangkan waktunya untuk mengisi data pribadi dan kuesioner kecerdasan emosional

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Jenjang : SMP Alokasi waktu : 90 Menit Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen Jumlah Soal : 50 Soal Kelas / Semester : IX NO STANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016 I. VISI MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN II. MISI 1. Menjaga karya dan kemampuan 2. Menjaga iman 3. Menjaga kesehatan 4. Menjaga kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 18165 / Kep tertanggal 23 Juli didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan jemaat Gereja saat ini, sangatlah diperlukan adanya satu tempat ibadah yang dapat menunjang segala aktifitas dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI TIM SYALLOM DAN YAYASAN GLORIA GRAHA. Yayasan Gloria di Yogyakarta didirikan pada tahun Berdirinya

BAB II DESKRIPSI TIM SYALLOM DAN YAYASAN GLORIA GRAHA. Yayasan Gloria di Yogyakarta didirikan pada tahun Berdirinya 21 BAB II DESKRIPSI TIM SYALLOM DAN YAYASAN GLORIA GRAHA II. 1. Sejarah Yayasan Gloria Graha Yayasan Gloria di Yogyakarta didirikan pada tahun 1982. Berdirinya Yayasan dimulai dengan dibentuknya persekutuan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja

Bab 1. Pendahuluan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perubahan jaman dan masuknya era globalisasi, semua perkembangan di berbagai bidang pun mulai beradaptasi dan berkembang. Perkembangan itu mulai mengacu

Lebih terperinci

12 FEBRUARI 2017 SKEMA PERJALANAN ROHANI JEMAAT KELUARGA ALLAH

12 FEBRUARI 2017 SKEMA PERJALANAN ROHANI JEMAAT KELUARGA ALLAH 12 FEBRUARI 2017 SKEMA PERJALANAN ROHANI JEMAAT KELUARGA ALLAH DISELAMATKA N Ø Melalui Ibadah Raya Ø Melalui Seminar/KK R Ø Melalui Kelompok Sel Ø Melalui Aksi Sosial Ø Melalui Penginjilan Pribadi DIGABUNGKA

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mendirikan jenjang SMP. Keinginan itu bukan hanya datang dari para 42 BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian Desakan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan dan utuh mulai dari jenjang KB, TK, dan SD, membuat LPF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek yang sangat penting bagi manusia untuk dapat berinteraksi antar satu dengan yang lain. Dengan bahasa, orang dapat melakukan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

Lampiran-lampiran 57

Lampiran-lampiran 57 Lampiran-lampiran 57 Lampiran 1 : Surat Tanda Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur tahun 1971 (Sumber : Arsip Pribadi Canisius Petrus Sugeng Santosa) 58 Lampiran 2 : Daftar Nilai Tamat Belajar SMP Pangudi Luhur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak tersruktur. Secara terstruktur, pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

(Aplikasi Pelayanan Proyek Program Sabda)

(Aplikasi Pelayanan Proyek Program Sabda) APPPS LIVE EDISI 1 [AGUSTUS 2015] (Aplikasi Pelayanan Proyek Program Sabda) 1. REPORTASE 2. KOMUNITAS 3. PELAYANAN/PROYEK/PROGRAM 4. ARTIKEL EDITORIAL Sahabat Apps4God yang terkasih, Puji Tuhan, bertepatan

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL Lampiran I INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DI SLB ABC SWADAYA KENDAL 1. Pedoman Observasi Penulis dalam melaksanakan observasi atau pengamatan di SLB ABC SWADAYA Kendal, mengamati baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan, yang hadir bersama dengan pluralitas agama, adalah konteks kehidupan gerejagereja di Indonesia secara umum, dan gereja-gereja di Jakarta,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL

PEDOMAN WAWANCARA. Annisa Restu Purwanti, 2015 MANAJEMEN PEMBINAAN PESERTA DIDIK FULL DAY SCHOOL PEDOMAN WAWANCARA A. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah 1. Perencanaan pembinaan peserta didik full day school a. Bagaimana tahap awal merencanakan pembinaan b. Adakah analisis/ perkiraan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang

BAB I PENDAHULUAN. 8 Tgl 11 Agustus 1949 dengan jumlah jemaat sebanyak 83 jemaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) merupakan organisasi agama (Religious Organization) yang resmi terbentuk dengan badan hukum 214 LN. No 8 Tgl 11 Agustus 1949

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Kehidupan selalu dipenuhi dengan harapan, tantangan dan usaha untuk selalu menjadi seseorang yang lebih baik di setiap waktu. Namun untuk mampu menjalani

Lebih terperinci

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10

MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 MENGORGANISASI, MENGGABUNGKAN, MEMBUBARKAN JEMAAT DAN PERKUMPULAN MENGORGANISASI JEMAAT PELAJARAN 10 Satu jemaat diorganisasi oleh seorang pendeta yang diurapi atas rekomendasi komite eksekutif konferens.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pemerintah menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pemerintah menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

Ordinary Love. Timothy Athanasios

Ordinary Love. Timothy Athanasios Ordinary Love Timothy Athanasios Bab I Gereja dan Pelayanan Konsep menciptakan berhala, hanya rasa ingin tahu yang bisa memahami. (Gregory Nyssa) Jika Kerajaan Allah hendak direalisasikan dalam rupa dua

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM HIMPPAR

BAB IV GAMBARAN UMUM HIMPPAR BAB IV GAMBARAN UMUM HIMPPAR 4.1 Sejarah dan Latar Belakang HIMPPAR Kedatangan mahasiswa asal Papua ke Kota Salatiga pertama kali pada tahun 1968. Mahasiswa pertama yang datang dari Papua adalah Alm. Bapak

Lebih terperinci

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA SUB BIDANG PEMBINAAN WARGA GEREJA SINODE GEREJA KRISTUS YESUS KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Tuhan Yesus atas pimpinan-nya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia pada suatu organisasi merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia, meningkatkan pula kinerja

Lebih terperinci

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB PENDAHULUAN Pelajaran ini adalah tentang dasar Alkitab dari kelompok sel. Anda akan mendengar banyak ayat-ayat Firman Tuhan selama kita mempelajari pelajaran

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora)

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora) PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Yogyakarta berisi tentang latar belakang sejarah berdirinya SMA Bopkri 1

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Yogyakarta berisi tentang latar belakang sejarah berdirinya SMA Bopkri 1 BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah SMA BOPKRI 1 Yogyakarta Buku panduan bagi siswa baru tahun 2006/2007 tentang SMA Bopkri 1 Yogyakarta berisi tentang latar belakang sejarah berdirinya SMA Bopkri

Lebih terperinci

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA _ Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) Oleh : Ruth Dwi Rimina br Ginting 712007058

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci

PANITIA PENERIMAAN SISWA/I BARU MA PERGURUAN ISLAM AR RISALAH TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

PANITIA PENERIMAAN SISWA/I BARU MA PERGURUAN ISLAM AR RISALAH TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 s NO. TEST : RUANG : PANITIA PENERIMAAN SISWA/I BARU MA PERGURUAN ISLAM AR RISALAH TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 PERSYARATAN PENDAFTARAN Formulir Pendaftaran yang telah diisi lengkap Foto copy raport Mulia

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SEKOLAH ISLAMIC VILLAGE

BAB II DESKRIPSI SEKOLAH ISLAMIC VILLAGE 1 BAB II DESKRIPSI SEKOLAH ISLAMIC VILLAGE 2.1. Sejarah Singkat Sekolah Yayasan Islamic Village didirikan oleh H. Junan Helmy Nasution pada tanggal 17 Agustus 1972, gagasan awalnya adalah membangun perkampungan

Lebih terperinci

Para Pekerja Saling Memerlukan

Para Pekerja Saling Memerlukan Para Pekerja Saling Memerlukan Kim masih terus mengajar kelasnya yang terdiri dari anak laki-laki. Dia telah memperkembangkan karunianya untuk mengajar dengan jalan memakai karunia itu. Pada suatu hari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA

BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA BAB III LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR MUSIK GEREJA A. Persiapan Tugas Akhir Musik Gereja Pada bab ini penulis akan memaparkan proses berlangsungnya Tugas Akhir Musik Gereja (TAMG). Membuat sebuah ibadah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat menjangkau seluruh jemaatnya agar dapat merasakan kehadiran Allah ditengahtengah kehidupannya. Dengan itu maka,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berjamaah di SMP Assalaam Bandung secara umum adalah sebuah upaya untuk 148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, tujuan program pembiasaan disiplin melalui

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang memiliki ragam budaya, suku, bahasa dan agama. Selama kurang lebih 350 tahun Indonesia mengalami masa penjajahan

Lebih terperinci

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Saya Dapat Menjadi Pekerja Saya Dapat Menjadi Pekerja Sekarang Kim lebih banyak mengerti mengenai gereja dan berbagai pelayanan yang Tuhan berikan kepada anggotaanggotanya. Ketika ia memandang jemaat, ia melihat bahwa tidak setiap

Lebih terperinci

BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN. A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang. 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang

BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN. A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang. 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang BAB III KONDISI OBJEK PENELITIAN A. Selintas Tentang SMA Muhammadiyah 1 Palembang 1. Sejarah Singkat SMA Muhammadiyah 1 Palembang Berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Palembang pada Bulan Juli tahun 1956, Pendiri

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA Sejarah Terjadinya Pergantian Sekolah 1. Bagaimana sejarah terjadinya pergantian pengelolaan dari Sekolah Kristen Ambarawa ke Sekolah Kristen Lentera? 2. Siapa sajakah yang

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan penelitian ada baiknya untuk memahami dahulu tempat penelitian yang akan dilakukan, kemudian menentukan subjek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi yang merupakan pencerminan dari perilaku dan sikap orang-orang yang terdapat dalam organisasi

Lebih terperinci