JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :"

Transkripsi

1 GAMBARAN HISTOPATOLOGI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Histophatological Finding of The Vulnus Incisivum Healing in Mice (Mus musculus) using Anredera cordifolia Leaf Extract Kemala Amita 1, Ummu Balqis 2, Cut Dahlia Iskandar 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 2 Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala 3 Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala kemala06_amita@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan melihat gambaran histopatologi penyembuhan luka sayat pada mencit menggunakan ekstrak daun binahong. Hewan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan berat gram berumur 2-3 bulan dan berjenis kelamin jantan sebanyak 12 ekor. Mencit dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Kelompok pertama (K1) sebagai kontrol hanya diberikan akuades. Kelompok dua (K2) yaitu diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 5%. Kelompok tiga (K3) diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 10%. Kelompok empat (K4) yaitu diberikan perlakuan ekstrak daun binahong 15% selama 14 hari.pengambilan sampel jaringan kulit dilakukan setelah 14 hari, mencit di euthanasi dengan larutan eter. Bagian kulit yang dibuat luka sayat diinsisi, lalu difiksasi dengan larutan NBF 10% selama 2x24 jam. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil uji statistik menunjukkan jumlah proliferasi sel fibroblas pada K1; K2; K3; K4 masingmasing 8,11 ± 7,23; 12,89 ± 4,04; 6,89 ± 2,89; 6,78 ± 5,77 berbeda sangat nyata (P<0,01). Hasil uji skoring kerapatan kolagen pada K1; K2; K3; K4 masing-masing 1,86 ± 0,27; 1,77 ± 0,17; 2,03 ± 0,14; 2,12 ± 0,00 tidak berbeda nyata (P<0,05) pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan pemberian ekstrak daun binahong 15% lebih baik dibandingkan pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5%, dan 10% penyembuhan luka sayat pada mencit. Kata kunci : luka Sayat, Daun Binahong. ABSTRACT This research was aimed to determine histopathology finding of the Vulnus Incisivum healing in mice using Anredera cordifolia leaf extract. Animals used were mice (Mus musculus) weighing grams aged 2-3 months and 12 male. Mice were divided into 4 treatment groups with 3 repetitions. Group one (K1) as control is given aquadest. Group two (K2) is only given Anredera cordifolia leaf extract 5%. Group of three (K3) given Anredera cordifolia leaf extract 10%. Group of four (K4) that is given Anredera cordifolia leaf extract 15%. Skin tissue sampling was performed after 14 days, mice in euthanation with eter solution. The skin part of the Vulnus incisivum is cut, then fixed with 10% NBF solution for 2x24 hours. The data of the research were analyzed by using Variant Analysis (ANAVA) followed by Duncan test. Statistical test results on increasing the number of fibroblast cell proliferation in K1; K2; K3; K4 respectively 8.11 ± 7.23; ± 4.04; 6.89 ± 2.89; 6.78 ± 5.77 is very significant (P <0.01). Results of statistical test of collagen density scores on K1; K2; K3; K4 respectively 1.86 ± 0.27; 1.77 ± 0.17; 2.03 ± 0.14; 2.12 ± 0.00 was not significantly different (P <0.05). Based on the results of the research can be concluded giving 584

2 15% binahong leaf extract better than giving aquadest, binahong leaf extract 5%, and 10% of wound healing in mice. Keywords : Vulnus Incisivum, Anredera cordifolia. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman herbal di Indonesia telah banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satunya ialah tanaman binahong (Rimporok dkk., 2015). Akar, umbi, batang, bunga, dan daun binahong mengandung senyawa aktif flavonoid, saponin (Rimporok dkk., 2015) dan asam askorbat (Ariani dkk., 2013). Flavonoid berkhasiat sebagai antibakteri (Aini, 2014), kandungan flavonoid yang tinggi pada binahong berperan pada fase proliferasi sel selama proses penyembuhan luka (Ardiana dkk., 2015). Pada fase proliferasi akan terlihat peningkatan jumlah sel dan faktor-faktor penyembuhan luka, salah satunya yaitu terjadi proliferasi fibroblas. Proliferasi dari fibroblas menentukan hasil akhir dari penyembuhan luka. Fibroblas akan menghasilkan kolagen yang akan menautkan luka, dan fibroblas juga akan mempengaruhi proses re-epitelisasi yang akan menutup luka (Sumbayak, 2015). Saponin yang dapat memacu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan (Igbinosa dkk., 2009). Kandungan asam askorbat pada binahong penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Ariani dkk., 2013). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen sel, jaringan, yang menyebabkan secara spesifik terdapat substansi jaringan rusak atau hilang (Umar dkk., 2012). Hilang atau rusaknya integritas jaringan akan memicu reaksi tubuh pada proses penyembuhan (Pradipta, 2010). Menurut Robbins (2008) yang disitasi oleh Umar dkk. (2012), Penyembuhan luka pada kulit menggambarkan prinsip-prinsip perbaikan untuk sebagian jaringan tubuh pada luka superfisial. Epitel akan dibangun kembali dengan terjadi sedikit pembentukan luka parut. Proses penyembuhan luka (wound healing) merupakan proses yang kompleks dan terjadi secara fisiologis didalam tubuh. Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase, yaitu inflamasi, proliferasi dan maturasi. Penyembuhan luka sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali jaringan tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam mempercepat penyembuhan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan yaitu dengan cara irigasi luka menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dan penggunaan obat-obatan sintetik dan alami (Rahayu dkk., 2013). Menurut Hartono (2011), ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) berefek dalam mempercepat durasi penyembuhan luka sayat pada mencit swiss webster jantan dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 20%. Tetapi belum ada yang meneliti gambaran histopatologi luka sayat mencit. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun binahong untuk gambaran histopatologis luka sayat pada mencit. MATERIAL DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di UPT Hewan Coba Kedokteran Hewan, Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari April Hewan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) dengan berat gram berumur 2-3 bulan 585

3 dan berjenis kelamin jantan sebanyak 12 ekor. Mencit dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Kelompok satu (K1) sebagai kontrol yaitu kelompok yang diberi luka sayat dan dirawat, dibersihkan lukanya menggunakan akuades. Kelompok dua (K2) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan ekstrak sebesar 5%. Kelompok tiga (K3) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan sebesar 10%. Kelompok empat (K4) yaitu kelompok yang diberi luka sayat, diberikan ekstrak daun binahong dengan kandungan sebesar 15%. Mencit diadaptasikan selama 7 hari dan hari ke 8 dilakukan perlakuan luka sayat. Dilakukan perawatan luka sayat selama 14 hari sampel kulit fiksasi dengan NBF 10%. Sampel yang telah difiksasi dengan NBF 10% ditrimming kemudian dimasukkan ke dalam tissue basket serta diberi label. Dehidrasi, clearing, Infiltrasi di dalam parafin I, II, III kemudian Embedding dalam parafin blok lalu cutting menggunakan mikrotom, diletakkan pada object glass dan didiamkan selama 24 jam. Pewarnaan HE diawali dengan proses deparafinisasi menggunakan xylol. Dilanjutkan dengan rehidrasi menggunakan larutan alkohol konsentrasi menurun selama 5 menit, lalu bilas dengan akuades selama 10 menit. Selanjutnya jaringan diwarnai dengan pewarnaan hemaktosilin selama 5 menit dan dibilas kembali dengan air mengalir selama 10 menit, lalu jaringan diwarnai dengan pewarnaan eosin selama 2 menit dan diikuti dengan alkohol bertingkat, clearing dengan xylol, dan akhiri dengan kaca penutup (proses mounting) menggunakan bahan perekat Entellan. Pengamatan berahi dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan data yang didapatkan diolah dengan ANAVA jika mununjukkan perbedaan antar kelompok dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyembuhan luka sayat tediri dari beberapa fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi, fibroblas berperan penting untuk menghasilkan protein untuk penyembuhan luka salah satunya adalah kolagen. Fase inflamasi ditandai dengan adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan kulit. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan menguat beberapa bulan. Tujuan fase maturasi ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan kuat dan bermutu. Adapun yang diamati pada penelitian ini yaitu proliferasi sel fibroblas dan kepadatan kolagen dimana keduanya masuk kedalam fase proliferasi yang dimulai hari ke Sel fibroblas Uji ANAVA pola satu arah untuk melihat gambaran histopatologi sel fibroblas pada penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hasil uji statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan nilai (P<0,01) menunjukkan adanya pengaruh sangat nyata dari masingmasing kelompok perlakuan. Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata (±SD) jumlah sel-sel fibroblas pada penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah sel fibroblas K1 8,11 ± 7,23 a K2 12,89 ± 4,04 b K3 6,89 ± 2,89 a K4 6,78 ± 5,77 a 586

4 Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Hasil uji Duncan terlihat pada tabel 1. Menunjukkan jumlah sel-sel fibroblas pada pemberian ekstrak daun binahong 5% berbeda dengan sel fibroblas pada pemberian aquades, ekstrak daun binahong 10%, dan ekstrak daun binahong 15%. Penyembuhan luka sayat tediri dari beberapa fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Pada fase proliferasi, fibroblas berperan penting untuk menghasilkan protein untuk penyembuhan luka salah satunya adalah kolagen. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil gambaran histopatologi A B C D Gambar 3. Gambaran proliferasi sel fibroblas pada hari ke 14 setelah pemberian akuades (A), ekstrak daun binahong 5% (B), ekstrak daun binahong 10% (C), ekstrak daun binahong 15% (D). Sel fibroblas ( ) dan kolagen ( ) (perbesaran 400x) Pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong 5% jumlah sel fibroblas lebih banyak dan rapat dibandingkan dengan akuades, ekstrak binahong 10%, dan Ekstrak binahong 15%. Pada kelompok perlakuan yang diberikan akuades, sel-sel fibroblas banyak dan agak rapat sedangkan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun binahong 10% dan ekstrak daun binahong 15% sel-sel fibroblas sedikit dan penyebarannya jarang. Pada fase ini akan terjadi proliferasi sel fibroblas. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur 587

5 protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan. Aktivitas flavonoid dalam meningkatan jumlah fibroblas didukung oleh penelitian Sumartiningsih (2009), yang menyimpulkan bahwa terjadinya peningkatan jumlah fibroblas disebabkan oleh senyawa flavonoid (Napanggala dkk., 2014). Proliferasi fibroblas dalam proses penyembuhan luka secara alami distimulasi oleh interleukin-ib (IL-Ib), platelet derived growth factor (PDGF), dan fibroblast growth factor (FGF) (Sumbayak, 2015). Saponin dapat meningkatkan proliferasi monosit sehingga dapat meningkatkan jumlah makrofag. Makrofag akan mensekresikan growth factor seperti FGF,PDGF, TGF-β, dan EGF yang dapat menarik lebih banyak fibroblas ke daerah luka dan mensintesis kolagen serta meningkatkan proliferasipe,buluh darah kapiler (Adriana dkk., 2015). Kanzaki dkk. (1998) yang disitasi oleh Febram dkk. (2010), mengungkapkan bahwa migrasi fibroblast pada area perlukaan distimulasi oleh transforming growth factor (TGF ), yaitu faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh jaringan granulasi yang terbentuk selama proses inflamasi. Proses penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh peranan migrasi dan proliferasi fibroblas pada area perlukaan. Proliferasi fibroblas pada tahap penyembuhan luka mengindikasikan adanya proses penyembuhan yang berlangsung cepat. Proses utama pertrumbuhan fibroblas akan terjadi di hari ke-7 sampai ke-14 pasca perlukaan dan setelah itu akan akan terus terjadi penyempurnaan sampai struktur kulit akan kembali normal. Kepadatan Kolagen Berdasarkan uji ANAVA pola satu arah untuk melihat gambaran histopatologi kerapatan kolagen pada penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hasil uji statistik menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan nilai (P<0,05) menunjukkan tidak adanya pengaruh dari masing-masing kelompok perlakuan. Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata kepadatan kolagen pada penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). Kelompok Rata-rata kepadatan kolagen perlakuan K1 1,86 ± 0,27 a K2 1,77 ± 0,17 a K3 2,03 ± 0,14 a K4 2,12 ± 0,00 a Keterangan: Huruf superscript yang sama pada pada kolom yang sama menunjukkan tidak perbedaan yang nyata (P>0,05). Rata-rata skoring luka sayat setelah ekstrak daun binahong 5% (K2) paling rendah yaitu 1,77 ± 0,17 a : kelompok perlakuan aquades(k1) memiliki rata-rata lebih rendah yaitu 1,86 ± 0,27 a daripada kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun binahong 10% dan 15%. Berdasarkan tabel hasil uji ANAVA terlihat pada Tabel 2 masing-masing kelompok perlakuan tidak memilliki pengaruh yang nyata karena proliferasi sel fibroblas akan menurun ketika kolagen dihasilkan sudah cukup untuk pertumbuhan. Jika kolagen yang dihasilkan masih kurang dari yang dibutuhkan, proliferasi fibroblas akan tetap terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh growth factor yang mempengaruhi proliferasi sel fibroblas (Aini, 2014) berdasarkan hasil yang didapatkan maka luka sayat setelah pemberian ekstrak daun binahong 15% memiliki kolagen yang paling rapat dan rata-rata skoring paling tinggi daripada luka sayat setelah pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5%, dan ekstrak daun binahong 10% menyebabkan fibroblas menurun karena pertentukan serabut kolagen telah sempurna. 588

6 Dibawah ini merupakan gambaran histopatologi dari kepadatan kolagen setelah 14 hari pemberian ekstrak daun binahong: A B C D Gambar 4. Gambaran kepadatan kolagen pada ke-14 setelah pemberian akudes (A), ekstrak daun binahong 5% (B), ekstrak daun binahong 10% (C), dan ekstrak daun binahong 15% (D). ( ) pembentukan epitel pada tepi luka. Pengamatan histopatologi luka sayat pada hari ke-14 setelah pemberian daun binahong 15% kepadatan serabut kolagen pada daerah luka lebih padat daripada luka sayat setelah pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5% dan ekstrak daun binahong 10%. Pada awal penyembuhan, fibroblas mempunyai kemampuan kontraktil dan disebut miofibroblas, yang akan mengakibatkan tepi luka akan tertarik dan kemudian mendekat, sehingga kedua tepi luka akan melekat. Dengan berlangsungnya penyembuhan, maka fibroblas bertambah. Sel ini menghasilkan kolagen, sehingga jaringan granulasi yang kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, akhirnya akan menghasilkan fibrosis padat (Napanggala dkk., 2014). Menurut Masir dkk. (2012) yang disitasi oleh Balqis dkk. (2014) fibroblas berperan terhadap sintesis, deposisi, dan remodeling dari matriks ekstraseluler. Setelah bermigrasi ke lokasi luka, fibroblas akan mulai mensintesis matriks ekstraseluler. Fibroblas yang berproliferasi menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen. Pada fase proliferasi, 3 sampai 5 hari muncul jenis jaringan khusus yang mencirikan terjadinya penyembuhan, yang disebut jaringan granulasi. Istilah jaringan granulasi berasal gambaran histologisnya ditandai dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di dalam matriks ekstraselular yang longgar. Jaringan granulasi kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, yang akhirnya menghasilkan fibrosis padat, yang dapat melakukan remodeling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu (Ariani dkk., 2013). 589

7 Setelah luka, paparan kolagen fibriler ke darah akan menyebabkan agregasi dan aktivasi trombosit dan melepaskan faktor-faktor kemotaksis yang memulai proses penyembuhan luka. Fragmen-fragmen kolagen melepaskan kolagenase leukositik untuk menarik fibroblas ke daerah luka. Selanjutnya kolagen menjadi pondasi untuk matrik ekstraseluler yang baru, sehingga mempercepat pembentukan jaringan granulasi, dan kandungan saponin pada daun binahong mencegah terjadinya infeksi pada luka (Ariani dkk., 2013).Menurut Prasetyo dkk. (2010) yang disitasi oleh Balqis dkk. (2014) semakin banyaknya jaringan ikat pada luka, maka semakin besar daya kontraksi luka sehingga sisi luka akan tertarik dan menyebabkan luka menjadi mengecil. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan ekstrak daun binahong 15% selama 14 hari mempercepat penyembuhan luka sayat mencit lebih baik daripada pemberian akuades, ekstrak daun binahong 5% dan 10%. Gambaran histopatologi yang diamati yaitu peningkatan proliferasi jumlah sel fibroblas dan kepadatan kolagen terhadap penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus). DAFTAR PUSTAKA Aini, Syifa Qurottu Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi Pada Luka Bakar Tikus Spague Dawley. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Ardiana, T., A.R..P Kusuma, dan M. D. Firdausy Efektifitas pemberian gel binahong (Anredera cordifolia) 5% terhadap jumlah sel fibroblast pada soket paca pencabutan gigi marmut (Cabia cobaya). ODONTO Dental Journal Vol 2 (1) Ariani,suci., Lily Loho., Meilany F durry Khasiat Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi dan Reepitelisasi Penyembuhan Luka Terbuka Pada Kelinci. Jurnal e-biomedik volume 1(2): Febram, B.I., Wientarsih, dan B. Pontjo Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) dalam Proses Persembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus albinus). Majalah Obat Tradisional. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 15 (3):121. Igbinosa, O.O., Igbinosa E.O, and O.A. Aiyegoro Antimicrobial Activity and phytochemical Screening of Stean Bark Extracts from Jatropha curcaas (Linn). African journal of pharmacy and pharmacology.vol 3 (2). pp Kiernan, J.A Histological and Histocemical methods: theory and Practice. 2nd ed. Pergamon Press, Oxford Miladiyah, Isnatin dan Bayu Rizky Prabowo Ethanolic extract of Anredera cordifolia(ten.) Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs.jurnal Volume 31 No 1. Universitas Islam Indonesia. Jakarta Pradipta, I Gusti Ngurah Dwi Oka Pengaruh Pemberian Propolis Secara Topikal Terhadap Migrasi Sel Poliformononuklear Pada Luka Sayat Tikus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jawa Timur Rahayu, Fitri., Wiwit Ade FW., Wiwik Rahayu Pengaruh Pemberian Topikal Gel Lidah Buaya (Aloe cinensis Baker) Terhadap Reepitelisasi Epidermis pada Luka Sayat Kulit Mencit (Mus musculus). Universitas Riau. Pekanbaru Rimporok, Silvana., Billy J. Kepel., Krista V. Siagian Uji Efektifitas Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus 590

8 mutans Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4(4):15-21 Fakultas Kedokteran UNSRAT. Sumbayak, E.M Fibroblas: Struktur dan Peranannya dalam Penyembuhan Luka. FK Universitas Kristen Krida. Jakarta Titis, Muhammad., Enny Fachriyah., dan Dewi Kusrini Isolasi, Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa Alkaloid Daun Binahong (Anredera cordifolia(tenore) Steenis). Universitas Diponegoro. Semarang Umar, Ani., Dwi Krihariyani dan Diah Titik Mutiarawati Pengaruh Pemberia Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Kesembuhan Luka Infeksi Staphylococcus aureus pada Mencit.Jurnal Analisis Kesehatan Vol 1 no 2 Voigt, R Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta 591

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut adalah melakukan ekstraksi atau pencabutaan gigi, dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan bagian terluar (pelindung) dari tubuh, dan luka kulit merupakan peristiwa yang sering dialami setiap orang dan sering kali dianggap ringan, padahal

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI DAN REEPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA KULIT KELINCI

PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI DAN REEPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA KULIT KELINCI KHASIAT DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PEMBENTUKAN JARINGAN GRANULASI DAN REEPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA KULIT KELINCI 1 Suci Ariani 2 Lily Loho 2 Meilany F. Durry

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kerusakan fisik sebagai akibat dari terbukanya atau hancurnya kulit yang menyebabkan ketidakseimbangan fungsi dan anatomi kulit normal (Nagori and

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA Fredrica, 2016. Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan dan biasanya berhubungan dengan hilangnya fungsi. 1 Saat barier rusak akibat ulkus, luka

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG ( Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Niken Tania Wijaya, 2014. Pembimbing I: Rita Tjokropranoto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Limabelas persen dari berat badan manusia merupakan kulit (Wasitaatmadja, 2011). Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Regenerasi jaringan periodontal merupakan tujuan utama terapi periodontal (Uraz dkk., 2013). Salah satu tindakan terapi periodontal ialah bedah periodontal sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut. Ulkus adalah istilah yang digunakan untuk menyebut luka pada jaringan kutaneus atau mukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan suatu reaksi inflamasi karena adanya proses yang terhambat, atau proses penyembuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI 120100185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 i LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan rancangan post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva merupakan bagian mukosa oral yang menutupi prosesus alveolaris dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan gingiva

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Dimpuulina Erna M, 2011 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng Dra., M.kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al., 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka merupakan suatu keadaan hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka didefinisikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster ABSTRAK EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster Kamajaya Mulyana, 2014; Pembimbing : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes Luka pada kulit sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar, khususnya pada negara dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Kemaladewi Yulianti, 1210194 ; Pembimbing I : Fenny, dr.,sp.pk,m.kes Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan yang di akibatkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERASAN DAUN PEPAYA TERHADAP AKTIVITAS FIBROBLAS PASCA PENCABUTAN GIGI PADA TIKUS WISTAR JANTAN

EFEKTIVITAS PERASAN DAUN PEPAYA TERHADAP AKTIVITAS FIBROBLAS PASCA PENCABUTAN GIGI PADA TIKUS WISTAR JANTAN EFEKTIVITAS PERASAN DAUN PEPAYA TERHADAP AKTIVITAS FIBROBLAS PASCA PENCABUTAN GIGI PADA TIKUS WISTAR JANTAN Ryan Stefanus Sorongan 1), D.H.C Pangemanan 1), Krista V. Siagian 1) 1) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA IRIS PADA MENCIT (Mus musculus) PUTIH JANTAN

AKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA IRIS PADA MENCIT (Mus musculus) PUTIH JANTAN 44 AKTIVITAS EKSTRAK RIMPANG BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA IRIS PADA MENCIT (Mus musculus) PUTIH JANTAN ACTIVITY OF BINAHONG RHIZOMES EXTRACT (Anredera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar khususnya luka bakar di atas derajat 1, sampai saat ini masih menjadi masalah besar bagi dunia kesehatan. Biaya perawatan yang mahal, angka kematian dan

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi seluruh permukaan bagian tubuh. Fungsi utama kulit sebagai pelindung dari mikroorganisme,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN MEI TRIANASARI 2443012164 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER ABSTRAK PENGARUH TUMBUKAN DAUN SIRIH (Piper betle) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER Dandy Pasandha, 2016 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencabutan gigi merupakan tindakan yang cukup sering dilakukan di bidang kedokteran gigi. Indikasi pencabutan gigi bervariasi seperti pernyakit periodontal,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai organ tubuh paling luar, kulit yang berhubungan dengan dunia luar, sangat rentan mengalami luka. Luka adalah rusaknya komponen jaringan, ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan di bidang kedokteran juga semakin berkembang. Selain pengembangan obat-obatan kimia, kini penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya digunakan

Lebih terperinci

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN : EFEKTIFITAS SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) PADA FASE EPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT KULIT MENCIT (Mus musculus) DENGAN PEWARNAAN MASSON TRICHROME The Effectivity Excretion of Jatropha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan mencapai 15% dari total berat badan dewasa. Kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutaneus.

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER ABSTRAK PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Ainy Natalia, 2007; Pembimbing I: Sri Utami Sugeng Dra., M.Kes. Pembimbing II: Kartika

Lebih terperinci

AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON

AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON Majalah Obat Tradisional, 15(3), 121 137, 2010 AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON (Musa paradisiaca var sapientum) DALAM PROSES PERSEMBUHAN LUKA PADA MENCIT (Mus musculus albinus)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Hasil pengujian skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak yang dioleskan pada hewan coba mengandung tannin, saponin, dan flavonoid (Tabel 1). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan salah satu aspek yang dapat menurunkan nilai estetika

BAB I PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan salah satu aspek yang dapat menurunkan nilai estetika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu aspek yang dapat menurunkan nilai estetika dari penampilan individu, yang disebabkan karena pasien luka bakar sering sekali harus menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka didefinisikan sebagai terganggunya kontinuitas jaringan secara seluler maupun anatomis. Luka dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan (Arif Mansjoer, 2000). Luka merupakan hal yang sering dialami oleh seseorang. Luka bisa terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlebihan (Rohmawati, 2008). Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai indra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit pada Mamalia merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam fisiologis tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, menjaga

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr.

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr. ABSTRAK PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER Andrea Hertanto, 2008. Pembimbing I: Sri Utami Sugeng, Dra., M. Kes. Pembimbing II: Hartini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan atau desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang memungkinkan

Lebih terperinci

Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil

Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil Efek Anti Inflamasi Ekstrak Daun Binahong [Anredera cordifolia (Ten.) Steenis] Topikal terhadap Jumlah PMN Neutrofil pada Tikus Jantan Sprague Dawley Gita Susanti Prodi Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. jika dihitung tanpa lemak, maka beratnya berkisar 16% dari berat badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh paling luas yang melapisi seluruh bagian tubuh, dan membungkus daging dan organ-organ yang berada di dalamnya. Ratarata luas kulit pada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingiva adalah mukosa mulut jaringan periodontal yang mengelilingi aspek koronal prosesus alveolaris (Wolf dan Hassell, 2006). Berbagai tindakan dalam praktik

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH AIR PERASAN DAUN SENDOK (Plantago major,linn ) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA MENCIT GALUR Swiss Webster BETINA

ABSTRAK. PENGARUH AIR PERASAN DAUN SENDOK (Plantago major,linn ) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA MENCIT GALUR Swiss Webster BETINA ABSTRAK PENGARUH AIR PERASAN DAUN SENDOK (Plantago major,linn ) DALAM MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA MENCIT GALUR Swiss Webster BETINA Vellyana Lie, 2009; Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra, dr.,

Lebih terperinci

Rohma, et al, Pengaruh Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)...

Rohma, et al, Pengaruh Gel Ekstrak Etanol Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)... Pengaruh Gel Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap Penyembuhan Luka Tikus Diabetes yang Diinduksi Aloksan (The Effect of Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) Gel on Wound Healing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan pengadaan

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER Doni Surya; 2016 Pembimbing I Pembimbing II : Fen Tih, dr., M.Kes : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes Luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu pelayanan kesehatan yang sering dijumpai pada klinik dokter gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi merupakan prosedur umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,

Lebih terperinci

Effect of Jatropha s (Jatropha curcas L.) Sap Topically in The Level of Cuts Recovery on White Rats Sprague dawley Strain.

Effect of Jatropha s (Jatropha curcas L.) Sap Topically in The Level of Cuts Recovery on White Rats Sprague dawley Strain. Effect of Jatropha s (Jatropha curcas L.) Sap Topically in The Level of Cuts Recovery on White Rats Sprague dawley Strain. Napanggala A, Susianti, Apriliana E Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON

AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON Majalah Obat Tradisional, 15(3), 121 137, 2010 AKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK BATANG POHON PISANG AMBON (Musa paradisiaca var sapientum) DALAM PROSES PERSEMBUHAN LUKA PADA MENCIT (Mus musculus albinus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN ABSTRAK PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN Rahman Abdi Nugraha, 2015. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono,

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pada ilmu kedokteran bidang forensik dan patologi anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA

ABSTRAK. AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA ABSTRAK AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) TERHADAP LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN DEWASA Derrick, 1110205 Pembimbing: Dr. dr. Iwan Budiman, MS, MM, M.Kes, AIF

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Lendir bekicot, luka insisi, waktu penyembuhan luka. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: Lendir bekicot, luka insisi, waktu penyembuhan luka. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) DALAM MEMPERCEPAT WAKTU PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER JANTAN Maesa R. Kusnandar, 2015; Pembimbing : Hartini Tiono,

Lebih terperinci

Kata kunci : air perasan buah blustru, air perasan buah nanas, penyembuhan luka

Kata kunci : air perasan buah blustru, air perasan buah nanas, penyembuhan luka ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN BUAH BLUSTRU (Luffa cylindrica (L.) Roem) DAN BUAH NANAS Ananas comosus (L.) Merr.) PADA PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT SWISS WEBSTER Jessica Widjaja, 2016 Pembimbing

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KHITOSAN DARI LIMBAH KRUSTASEA UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT (Mus musculus albinus) ANDRE MAHESA DJAMALUDIN

PEMANFAATAN KHITOSAN DARI LIMBAH KRUSTASEA UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT (Mus musculus albinus) ANDRE MAHESA DJAMALUDIN PEMANFAATAN KHITOSAN DARI LIMBAH KRUSTASEA UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT (Mus musculus albinus) ANDRE MAHESA DJAMALUDIN PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan resiko timbulnya luka pada tubuh. Luka atau vulnus adalah putusnya kontinuitas kulit jaringan dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : salep, ekstrak, bonggol pisang Ambon, penyembuhan luka, tikus putih jantan.

ABSTRAK. Kata Kunci : salep, ekstrak, bonggol pisang Ambon, penyembuhan luka, tikus putih jantan. FORMULASI dan PENGUJIAN SALEP EKSTRAK BONGGOL PISANG AMBON (Musa paradisiaca var. sapientum (L.)) TERHADAP LUKA TERBUKA PADA KULIT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Grace Riani Pongsipulung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan

Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan LAMPIRAN 69 70 Lampiran 1 Diagram alir pembuatan sediaan (preparat) histopatologi organ usus halus mencit percobaan Organ usus halus Dicuci dengan NaCl fisiologis 0.9% Difiksasi 24 jam Larutan Bovin Didehidrasi

Lebih terperinci

HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)

HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn) HISTOPATHOLOGY OF MICE (Musmusculus) SKIN ON REMODELING PHASE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbandingan efek Ekstrak Etanol Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) dan povidone iodine 10% terhadap penyembuhan luka pada mencit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design. 21 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode post test only controlled group design. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL

ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL ABSTRAK EFEK SALEP EKSTRAK METANOL dan SALEP SERBUK DAUN SOSOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk)) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT Adi Kurnia Suprapto, 2012. Pembimbing I : Fen Tih, dr.,m.kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka pencabutan gigi di Indonesia relatif masih tinggi. Rasio penambalan dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diagnosis (Melrose dkk., 2007 sit. Avon dan Klieb, 2012). Biopsi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biopsi adalah pengambilan jaringan dari tubuh makhluk hidup untuk mendapatkan spesimen histopatologi dalam upaya membantu menegakkan diagnosis (Melrose dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU (Luffa cylindrica (L.) Roem) DAN AIR PERASAN DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L) DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA INSISI MENCIT Swiss Webster Velicia

Lebih terperinci