BUKU AJAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI Untuk Mahasiswa Teknik Elektro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU AJAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI Untuk Mahasiswa Teknik Elektro"

Transkripsi

1 BUKU AJAR TEKNIK TEGANGAN TINGGI Untuk Mahasiswa Teknik Elektro Supriono Tenaga Akademik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Mataram

2 Kata Pengantar Bismillahirahmanirrahim Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang telah membimbing kami untuk memperbaiki buku ajar Teknik Tegangan Tinggi bagi mahasiswa jurusan Teknik Elektro di Fakultas Teknik Unram. Buku ini disusun untuk memberikan gambaran tentang bahan isolasi, teknik pengukuran dan pengujian peralatan tegangan tinggi. Agar tujuan dari buku ini dapat tercapai maka sangat disarankan kepada para mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah Teknik Tegangan Tinggi agar dapat mengikuti kunjungan ke Gardu Induk dan Gudang PT PLN Wilayah NTB. Diharapkan dari kunjungan tersebut dapat menutupi ketiadaan Laboratorium Tegangan Tinggi di Fakultas Teknik Unram. Kami berharap walaupun data data pengukuran dan pengujian yang ada dibuku ini berasal dari data data yang kami dapat ketika mengadakan pengukuran dan pengujian semasa kami masih kuliah semoga data data tersebut masih valid. Kami juga menyadari walaupun buku ini telah diterapkan semenjak tahun 2003 tetapi masih banyak kekurangan ataupun kesalahan karena rendahnya ilmu yang kami miliki. Menyadari semua kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kami maka sangat diharapkan kritik dan saran serta masukkan dari semua pihak untuk perbaikan buku ajar ini. Disisi lain buku ini boleh dicopy, diperbanyak, didistribusikan kepada orang lain dan mengambil keuntungan dari buku ini tampa ada pelanggaran hak cipta karena buku ini bersifat Open Source atau lebih dikenal dengan nama Copy Left. Semoga Allah yang Maha Kuasa memberikan kekuatan kepada kami untuk dapat berkarya dan bermamfaat bagi orang lain. Kiranya buku ini dapat menjadi salah satu bagian dari untaian mutiara ilmu yang sedang dirajut dan menjadi amalan zariah. Amin Ya Rabbalalamin. Mataram, Desember 2014 Supriono saran kritik dan masukkan dapat ditujukan ke : suprionomuda@yahoo.com.

3 BAB I PENGENALAN TEKNIK TEGANGAN TINGGI 1.1 Permasalahan tegangan tinggi 1. Menimbulkan Korona 2. Menuntut Isolasi Peralatan ditransmisi dan Gardu induk agar mampu memikul tegangan tinggi tsb Transmissi Tegangan Tinggi 3. Menimbulkan Tegangan Lebih (Surja Hubung) pada saat switching 4. Menara transmisi harus semakin tinggi 1. Menimbulkan Rugi Rugi Daya (watt) Korona pada saluran Transmisi 2. Menimbulkan Gangguan Saluran Komunikasi 1

4 Isolasi pada Saluran Transmisi dan Gardu Induk Tegangan lebih (Surja Hubung) Pemakaian Bahan Isolasi semakin Banyak Penambahan Peralatan u/ mengkompensasi Biaya Investasi semakin Tinggi Biaya Investasi semakin Tinggi Konstruksi Menara harus Lebih Kokoh Menara Transmisi Semakin Tinggi Kemungkinan disambar petir makin tinggi Peralatan harus dilengkapi dengan pelindung 2

5 InvestasiInvestasi total Total Biaya Investasi Pengurangan Rugi Rugi Gambar 1.1 Konstraint Pemilihan Tegangan dan Investasi 1.2 STUDI TEKNIK TEGANGAN TINGGI 1. Bagaimana mengurangi efek korona 2. Bagaimana agar dana untuk bahan isolasi menjadi rendah 3. Bagaimana mengurangi tegangan lebih surja hubung 4. Bagaimana metode perlindungan terhadap tegangan lebih yang handal dan murah 5. Bagaimana mendayagunakan dan mengamankan investasi yang besar untuk pemakaian tegangan tinggi. 3

6 1. Mengurangi Efek Korona Fenomena Korona Faktor2 yang mempengaruhinya Mengendalikan faktor2 yang mempengaruhi korona 2. Agar dana untuk bahan isolasi menjadi rendah 1. Proses Produksi disederhanakan Mengurangi Harga Isolator atau Memperoleh Harga Isolator yang Harganya Murah 2. Mencari Bahan Isolasi yang Ekonomis 3. Mengurangi Pemakaian Isolasi Bahan Isolasi yang Ekonomis Mencari Bahan Isolasi Baru Menuntut Penelitian sifat Mekanik & Elektrik Pengetahuan ttg sifat2 Elektrik & Mekanik bahan bahan Isolasi Lab. Tegangan Tinggi & Lab. Mekanik 4

7 Mengurangi Pemakaian Isolasi dilakukan dengan Mengurangi beban Elektrik (Kuat Medan = E) diperoleh dengan Menata distribusi medan Listrik pada Bahan Isolasi membutuhkan Basic yang kuat tentang Teori Medan 3. Mengurangi Tegangan Lebih Switching (Surja Hubung). a. Fenomena Terjadinya Tegangan Lebih. b. Faktor-Faktor yang menimbulkan terjadinya surja hubung. c. Design Sistem, agar tegangan surja hubung sekecil mungkin. 4. Metode Perlindungan yang Aman dan Ekonomis, Menuntut : a. Jenis jenis alat pelindung. b. Cara kerja dan Karakteristik alat Pelindung. c. Sifat dari peralatan/sistem yang dilindungi. 5

8 5. Mendayagunakan dan Mengamankan investasi yang besar. Menjamin Penjualan Energi yang Kontinu agar Modal Cepat Kembali. Sistem Harus Handal Komponen Sistem Harus Handal Sistem dilengkapi dengan alat proteksi yang baik Perlu dilakukan : a. Pengujian mutu sebelum peralatan dipasang. b. Pengujian rutin terhadap setiap Peralatan 1.3 Korona Korona adalah gejala khusus tegangan tinggi yang ditandai dengan tampaknya cahaya unggu (violet) muda pada kawat bersamaan terdengarnya suara mendesis (hissing) dan berbau ozone (O 3) yang mudah dapat diketahui karena baunya yang khas. Korona makin nyata kelihatan pada bagian yang kasar, runcing dan kotor. Cahaya bertambah besar dan terang bila tegangan terus dinaikkan, akhirnya akan mengakibatkan terjadinya bunga api. Dalam keadaan udara lembab, korona menghasilkan asam nitrogen (nitrous acid) yang menyebabkan kawat berkarat. Semua ganguan akibat adanya gejala korona pada umumnya dapat diatasi dengan membuat perencanaan (design penghantar berkas) yang sesuai, yaitu meliputi penempatan yang sesuai dari jumlah, ukuran dan jarak dari suatu penghantar. Kawat barkas terdiri dari dua kawat atau lebih pada saluran satu fasa yang masing-masing dipisahkan pada jarak tertentu. Kawat berkas mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat tunggal padat karena dapat mengurangi gejala korona, mempunyai kapasitansi yang lebih besar dan reaktansi yang lebih kecil. Pada umumnya kawat berkas digunakan pada Extra High Voltage dan Ultra 6

9 High Voltage atau pada tegangan transmisi yang lebih rendah bila dibutuhkan kapasitas saluran yang lebihtinggi. Korona pada mulanya adalah karena adanya ionisasi dalam udara, yaitu adanya kehilangan elektron dari molekul udara oleh karena lepasnya elektron dan ion,maka apabila disekitarnya terdapat medan listrik maka elektron-elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya, sehingga terjadilah tabrakan dengan molekul lain dan akibatnya timbul ion-ion dan elektron-elektron baru. Pelepasan korona yang bercahaya dan dapat terdengar pada penghantar tengangan tinggi dan terjadi dibawah tegangan gagal, gejala ini penting dalam bidang teknik tegangan tinggi, terutama di medan tak seragam yang tak dapat dihindari. Korona merugikan karena menimbulkan rugi daya dan merusak penghantar yang disebab oleh pemboman ion pada permukaan penghantar dan mengakibatkan aksi senyawa kimia yang terbentuk oleh pelepasannya. Besarnya kehilangan daya yang diakibatkan oleh korona : Dengan: f = frekuensi ( hz ) r = Jari jari kawat ( cm ) D = Jarak antar kawat ( cm ) V = Tegangan kawat ke netral, kv rms Vd = Tegangan kritis ( critical voltage ) Tegangan kritis disruptif dengan mempertimbangkan pengaruh faktor konduktor, keseragaman permukaan konduktor dan lingkungan sebagaimana diteliti oleh peek s adalah sebagai berikut: Dengan : Vd = tegangan kritis disruptif fasa ke netral (kv rms) gm= gradien tegangan permukaan maksimum (kv rms/cm) mo= faktor keseragaman konduktor = 1 untuk konduktor silinder solid dengan permukaan mulus 7

10 = 0.92 < mo < 0.94 untuk permukaan konduktor kasar = 0.82 konduktor pilin (stranded) δ = faktor kepadatan udara r = jari jari konduktor D = jarak antar fasa Adapun faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya korona adalah 1. Kondisi Atmosfer 2. Diameter Konduktor 3. Kondisi Permukaan Konduktor 4. Jarak Konduktor antar fasa 5. Tegangan 1.4 SF6 (SULFUR HEKSA FLOURIDA) Gas SF6 adalah suatu bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi seperti switch atau circuit breaker, memiliki berat molekul 146 dan tersusun atas 22% berat belerang dan 78% berat Fluor. Molekul SF6 terbentuk sedemikian hingga atom belerang berada pada pusat Oktahedron yang beraturan dengan masing masing sebuah atom fluor pada setiap ujung Oktahedron. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, serta merupakan senyawa kimia yang sangat tidak aktif. Gambar 1.3 Struktur atom gas SF6 Keunggulan keunggulan dari gas SF6 sebagai bahan isolasi dibandingkan dengan gas gas lain adalah: 1. Pengurangan sejumlah pemutus dalam hubungan seri per phasa pada rating tegangan yang digunakan. 2. Karena waktu durasi yang pendek dari busur api, maka bunga api kontak yang terjadi dibatasi meskipun untuk arus hubung singkat yang sangat tinggi. 3. Hasil busur api yang kebanyakan terdiri dari serbuk dengan sifat isolasi yang baik dapat 8

11 dipindahkan saat perbaikan. 4. Gas blast tidak di discharge (pelepasan muatan) ke atmosfir sehingga saat bekerja akan lebih tenang jika dibandingkan dengan Air Blast Breaker. 5. Memiliki sifat kimia yang lamban, stabil, tidak mudah terbakar dan tidak beracun. 6. Pemutus dari gas SF6 mempunyai dimensi yang lebih jika dibandingkan dengan Air Blast Breaker. CB 20 KV Gambar 1.3. Circuit Breaker 20 KV dengan bahan isolasi gas SF6 Kelemahan kelemahan dari gas SF6 1. Relatif lebih mahal dari segi pembiayaan. 2. Walaupun dalam jumlah yang kecil, apabila terjadi kerusakan maka membutuhkan waktu yang lama untuk perbaikan 3. Gas SF6 harus dipompa ke dalam tabung penyimpan apabila ada penelitian dan maintenance. 4. Karena titik lelehnya sangat rendah yaitu 100 Celcius dan tekanan 1,520 kn/m2, maka perlu dipakai alat pengukur suhu untuk pengontrolan Selama pemadaman busur dalam gas SF6 terbentuk hasil sampingan yang negatif dan beracun, untuk ini maka diperlukan gas penyerap 9

12 yang sesuai (misal Al2O3). I.5 MINYAK TRAFO Sebagai cairan isolasi minyak trafo harus mempunyai tegangan tembus minimal 120 kv /cm, disamping itu karena minyak tersebut sebagai pendingin maka nilai viskositas untuk minyak trafo maksimal 18,50 milipoises. Minyak Transformator dapat digolongkan dalam 4 kelompok berdasarkan tingkat keasaman dan tegangan tembusnya, yaitu : 1. Minyak trafo kadar asam rendah ( <1 mgkoh/gr) dan tegangan tembus tinggi (>80 kv/cm). 2. Minyak trafo kadar asam rendah ( <1 mgkoh/gr) dan tegangan tembus rendah(<80 kv/cm). 3. Minyak trafo kadar asam tinggi ( >1 mgkoh/gr) dan tegangan tembus tinggi (>80 kv/cm). 4. Minyak trafo kadar asam tinggi ( >1 mgkoh/gr) dan tegangan tembus rendah(<80 kv/cm). Ketahanan isolasi minyak dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim, yaitu berupa suhu dan kelembaban udara disekitarnya. Oksigen yang terdapat di udara dan suhu minyak yang tinggi dapat menyebabkan oksidasi pada permukaan minyak yang cenderung meningkatkan keasaman minyak. Bila dalam minyak terdapat kelembaban, maka akan terbentuk jalur jalur yang membuka jalan terhadap terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak hanya menurunkan ketahanan isolasi minyak, tetapi kelembaban juga diserap oleh bahan isolasi lain seperti isolasi belitan, sehingga dapat merusak isolasi gulungan kawat tembaga transformator. Syarat syarat minyak trafo : 1. Kekuatan isolasi tinggi 2. Penyalur panas yang baik 3. Berat jenis yang kecil sehingga partikel partikel dalam minyak dapat mengendap dengan cepat 4. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi. 5. Kemampuan pendinginan yang baik. 6. Titik nyala yang tinggi. 7. Tidak mudah menguap yang dapat membahayakan Beberapa alasan pengunaan Isolasi Liquid (Cair): 1. Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas 2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui 10

13 proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. 3. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan muatan (discharge). Pengujian Kualitas Minyak Transformator 1. Pengujian kekuatan dielektrik minyak Transformator. Kekuatan dielektrik merupakan karakteristik penting dalam material isolasi. Jika kekuatan dielektrik rendah minyak transformator dikatakan memiliki mutu yang jelek. 2. Pengujian Viskositas Minyak Transformator. Viskositas minyak adalah suatu hal yang sangat penting karena minyak transformator yang baik akan memiliki viskositas yang rendah 3..Titik Nyala (flash point). Temperatur ini adalah temperatur campuran antara uap dari minyak dan udara yang akan meledak (terbakar) bila didekati dengan bunga api kecil. 4. Pemurnian Minyak Transformator. Minyak transformator dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti kelembaban, serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat pengangkutan dan penyimpanan b a Gambar I.4 a. alat Penguji minyak trafo b. Tempat untuk minyak trafo yg akan diuji, sebagai ukuran pembanding dipergunakan pensil 11

14 Beberapa metode pemurnian minyak trafo : a). Mendidihkan (boiling) Minyak dipanaskan hingga titik didih air dalam alat yang disebut Boiler. Air yang ada dalam minyak akan menguap karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada titik didih air. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana namun memiliki kekurangan. Pertama hanya air yang dipindahkan dari minyak, sedangkan serat, arang dan pengotor lainnya tetap tinggal. Kedua minyak dapat menua dengan cepat karena suhu tinggi dan adanya udara. Kekurangan yang kedua dapat diatasi dengan sebuah boiler minyak hampa udara (vacum oil boiler). Alat ini dipakai dengan minyak yang dipanaskan dalam bejana udara sempit (air tight vessel) dimana udara dipindahkan bersama dengan air yang menguap dari minyak. Air mendidih pada suhu rendah dalam ruang hampa oleh sebab itu menguap lebih cepat ketika minyak dididihkan dalam alat ini pada suhu yang relatif rendah. Alat ini tidak menghilangkan kotoran pada kendala pertama, sehingga pengotor tetap tinggal. b). Alat Sentrifugal (Centrifuge reclaiming) Air, serat, karbon dan lumpur yang lebih berat dari minyak dapat dipindahkan minyak setelah mengendap. Untuk masalah ini memerlukan waktu lama, sehingga untuk mempercepatnya minyak dipanaskan hingga (45 55) 0C dan diputar dengan cepat dalam alat sentrifugal. Pengotor akan tertekan ke sisi bejana oleh gaya sentrifugal, sedangkan minyak yang bersih akan tetap berada ditengah bejana. Alat ini mempunyai efesiensi yang tinggi. c). Penyaringan (Filtering) Metode ini minyak disaring melalui kertas penyaring sehingga pengotor tidak dapat melalui pori pori penyaring yang kecil, sementara embun atau uap telah diserap oleh kertas yang mempunyai hygroscopicity yang tinggi. Jadi filter press ini sangat efesien memindahkan pengotor padat dan uap dari minyak yang merupakan kelebihan dari pada alat sentrifugal d). Regenerasi (Regeneration) Produk produk penuaan tidak dapat dipindahkan dari minyak dengan cara sebelumnya. Penyaringan hanya baik untuk memindahkan bagian endapan yang masih tersisa dalam minyak. Semua sifat sifat minyak yang tercemar dapat dipindahkan dengan pemurnian menyeluruh yang khusus yang disebut regenerasi. 12

15 Gambar 1.5 Alat pemurni minyak trafo 13

16 BAB II. MEKANISME KEGAGALAN STREAMER DAN TOWNSEND PADA BAHAN ISOLASI 2.1 Pendahuluan Isolasi berfungsi untuk memisahkan bagian bagian yang mempunyai beda tegangan agar supaya diantara bagian bagian tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash-over) atau percikan (spark-over). Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem menjadi terganggu. Dari beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan dengan adanya partial discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat, material isolasi cair dan juga material isolasi gas. Mekanisme kegagalan pada material isolasi padat meliputi kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer, termal dan kegagalan erosi. Pada material isolasi gas kegagalan terutama disebabkan oleh mekanisme Townsend dan mekanisme streamer. Sedangkan kegagalan pada material isolasi cair disebabkan oleh adanya kavitasi, adanya butiran pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair. Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada perinsipnya tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan gagal. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi mekanisme kegagalan yaitu : Partikel Ketidak murnian memegang peranan penting dalam kegagalan isolasi. Partikel debu atau serat selulosa 14

17 dari sekeliling dielektrik padat selalu tertinggal dalam cairan. Apabila diberikan suatu medan listrik maka partikal ini akan terpolarisasi. Jika partikel ini memiliki permitivitas ε 2 yang lebih besar dari permitivitas carian ε1, suatu gaya akan terjadi pada partikel yang mengarahkannya ke daerah yang memiliki tekanan elektris maksimum diantara elektroda-elektroda. Untuk partikel berbentuk bola (sphere) dengan jari jari r maka besar gaya F adalah jika partikel tersebut lembab atau basah maka gaya ini makin kuat karena permitivitas air tinggi. Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi hingga partikel partikel tersebut bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Hal ini menyebabkan terbentuknya jembatan hubung singkat antara elektroda. Arus yang mengalir sepanjang jembatan ini menghasilkan pemanasan lokal dan menyebabkan kegagalan. Air Air yang dimaksud adalah berbeda dengan partikel yang lembab. Air sendiri akan ada dalam minyak yang sedang beroperasi/dipakai. Namun demikian pada kondisi operasi normal, peralatan cenderung untuk mambatasi kelembaban hingga nilainya kurang dari 10 %. Medan listrik akan menyebabkan tetesan air yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis, tetesan itu menjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total. Gelembung Pada gelembung dapat terbentuk kantung kantung gas yang terdapat dalam lubang atau retakan permukaan elektroda, yang dengan penguraian molekul molekul cairan menghasilkan gas atau dengan penguatan cairan lokal melalui emisi elektron dari ujung tajam katoda. Gaya elektrostatis sepanjang gelembung segera terbentuk dan ketika kekuatan kegagalan gas lebih rendah dari cairan, medan yang ada dalam gelembung melebihi kekuatan uap yang menghasilakn lebih banyak uap dan gelembung sehingga membentuk jembatan pada seluruh celah yang menyebabkan terjadinya pelepasan secara sempurna. 15

18 2. 2 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas Karakteristik Akibat Kegagalan Gas Tabel 1. Karakteristik Akibat Kegagalan Gas Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh elektron. Ada dua jenis proses dasar yaitu : Proses primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran elektron Proses sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran elektron Saat ini dikenal dua mekanisme kegagalan gas yaitu : Mekanisme Townsend Mekanisme Streamer Mekanism Townsend Pada proses primer, elektron yang dibebaskan bergerak cepat sehingga timbul energi yang cukup kuat untuk menimbulkan banjiran elektron. Jumlah elektron Ne pada lintasan sejauh dx akan bertambah dengan dne, sehingga elektron bebas tambahan yang terjadi dalam lapisan dx adalah dne = Ne.dx. Ternyata jumlah elektron bebas dne yang bertambah akibat proses ionisasi sama besarnya dengan jumlah ion positif dn+ baru yang dihasilkan, sehingga dne = dn+ = Ne.(t).dt; dimana : : koefisien ionisasi Townsend dn+: junlah ion positif baru yang dihasilkan Ne : jumlah total elektron Vd : kecepatan luncur elektron Pada medan uniform, konstan, Ne = N0, x = 0 sehingga Ne = N0 x 16

19 Jumlah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0 x Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah : karena maka arus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang bertahan sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh perubahan arus dengan cepat dimana karena d >> 1 maka 0 d secara teoritis menjadi tak terhingga, tetapi dalam praktek hal ini dibatasi oleh impedansi rangkaian yang menunjukkan mulainya percikan. Mekanisme Streamer Ciri utama kegagalan streamer adalah postulasi sejumlah besar foto ionisasi molekul gas dalam ruang di depan streamer dan pembesaran medan listrik setempat oleh muatan ruang ion pada ujung streamer. Muatan ruang ini menimbulkan distorsi medan dalam sela. Ion positif dapat dianggap stasioner dibandingkan elektron-elektron yang begerak cepat dan banjiran elektron terjadi dalam sela dalam awan elektron yang membelakangi muatan ruang ion positif. Medan Er yang dihasilkan oleh muatan ruang ini pada jari jari R adalah : Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah x dx sehingga : 17

20 R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R= (2Dt). dengan t = x/v sehingga dimana : N e 0 R V D 2. 3 : kerapatan ion per cm2, : muatan elektron ( C ), : permitivitas ruang bebas, : jari jari (cm), : kecepatan banjiran, dan : koefisien diffusi. Mekanisme Kegagalan Bahan Isolasi Padat Mekanisme kegagalan bahan isolasi padat terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsi waktu penerapan tegangannya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 2. 1.Grafik Kegagalan Bahan Isolasi Padat Uraian masing masing jenis kegagalan pada bahan isolasi padat adalah : 18

21 Kegagalan asasi (intrinsik) adalah kegagalan yang disebabkan oleh jenis dan suhu bahan ( dengan menghilangkan pengaruh luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang dikenakan pada bahan dinaikkan sehingga medan listriknya mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu 10-8 detik Kegagalan elektromekanik adalah kegagalan yang disebabkan oleh adanya perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit zat isolasi padat sehingga timbul Medan listrik pada bahan tersebut. Medan listrik yang terjadi menimbulkan tekanan mekanik yang menyebabkan timbulnya tarik menarik antara kedua elektroda tersebut. Pada tegangan 106 volt/cm menimbulkan tekanan mekanik 2 s.d 6 kg/cm2. Tekanan atau tarikan mekanis ini berupa gaya yang bekerja pada zat padat berhubungan dengan Modulus Young Dengan rumus Stark dan Garton Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada,maka zat isolasi akan gagal bila tegangan V dinaikkan lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya adalah. Dimana : F :gaya yang bekerja pada zat padat, L :pertambahan panjang zat padat L :panjang zat padat, A :pertambahan zat yang dikenai gaya, d0 :tebal zat padat sebelum dikenai tegangan V, 19

22 d :tebal setelah dikenai tegangan V dan 0 r :permitivitas Kegagalan termal, adalah kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. Gambar kegagalan ini ditunjukkan seperti : Gambar 2. 2 Mekanisme Kegagalan thermal Dalam hukum konversi energi : U0 = U1+U2, dimana : U0 :panas yang dibangkitkan U1 :panas yang disalurkan keluar U2 :panas yang menaikkan suhu bahan Cv : panas spesifik ; k : konduktivitas termal; : konduktivitas listrik 20

23 E: tekanan listrik. Pada arus bolak balik terdapat hubungan langsung antara konduktivitas dengan dengan frekuensi dan permitivitas yaitu : = 1 0 r dan r = r' + j r" dimana 0 : konstanta dielektrik dan r :permitivitas relatif. Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik lebih besar dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC lebih kecil daripda kuat gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk medan bolak balik juga menurun dengan naiknya frekuensi tegangan. Kegagalan Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi padat tidak sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi padat tersebut. Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih kecil dari kekuatan zat padat. Mekanisme Kegagalan Erosi dapat juga dijelaskan dengan Partial Discharge. Gambar kegagalan isolasi dan rangkaian ekivalennya ditunjukkan oleh gambar dibawah ini: Gambar 2. 3 Mekanisme Kegagalan Erosi Untuk t <<< d yang mecerminkan keadaan sebenarnya, bila rongga terisi gas, maka tegangan pada C1 adalah V1= r. t/dt Va dimana : C1 : Kapasitansi rongga yang tebalnya t C2 :Kapasitansi rongga yang tebalnya d V1 :Tegangan pada rongga 21

24 Va :Tegangan terminal r :Permitivitas relatif zat isolasi padat Gambar 2.4 Bentuk Gelombang rongga isolasi Ekivalen padat Jika tegangan AC yang dikenakan tidak menghasilkan kegagalan, maka bentuk gelombang yang terjadi pada rongga adalah V1, tetapi jika V1 cukup besar, maka bisa terjadi kegagalan pada tegangan V1'. Pada saat terjadi lucutan dengan tegangan V1' maka pada rongga tersebut terjadi busur api. Busur api yang terjadi diiringi oleh jatuhnya tegangan sampai V1" dan mengalirnya arus. Busur api kemudian padam. Tegangan pada rongga naik lagi sampai terjadi kegagalan berikutnya pada tegangan V1'. Hal ini juga terjadi pada setengah gelombang (negatif) berikutnya. Rongga akan melucut pada waktu tegangan rongga mencapai -V1'. Pada waktu gas dala rongga gagal, permukaan zat isolasi padat merupakan katoda - anodadengan bentuk yang ditunjukkan seperti berikut: Gambar 2.5 Bentuk Gas dalam rongga 22

25 Benturan elektron pada anoda mengakibatkan terlepasnya ikatan kimiawi pada isolasi padat tersebut. Demikian pula pemboman katoda oleh ion ion positif akan mengakibatkan kenaikan suhu yang menyebabkan ketidakstabilan termal, sehingga dinding zat padat lama-kelamaan menjadi rusak, rongga menjadi semakin besar dan isolasi menjadi tipis. Hubungan antara tegangan lucutan dan umur dinyatakan dengan dimana : Vi : tegangan dimana mulai terjadi lucutan, Va : tegangan yang diterapkan n : nilai antara 3 dan 10 dan A adalah konstanta. Lokasi dan Pengukuran Partial Discharge Partial discharge yang merupakan peristiwa pelepasan/loncatan bunga api listrik pada suatu bagian dari bahan isolasi padat kemungkinan terjadinya meliputi pada : o Rongga terhubung langsung pada elektroda o Rongga dalam isolasi o Rongga yang dipisahkan oleh elektroda o Permukaan elektroda o Titik elektroda yang berbentuk kanal o Rongga isolasi yang berbentuk kanal 23

26 BAB III KONFIGURASI GEOMETRI ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN MEDAN Dua elektroda yang memiliki beda tegangan sebesar U dan dipisahkan oleh jarak sebesar s, maka kuat medan E diantara kedua elektroda tersebut: U. dx= = 1 E E s s Kuat medan diantara kedua elektroda tersebut disamping disamping dipengaruhi jarak juga bentuk permukaan elektroda mempengaruhi medan. Bentuk permukaan elektroda sering disebut dengan nama faktor bentuk (utilization factor η). Jika tegangan yang diterapkan pada elektroda U, kuat medan maksimum : E max = U s. dengan : U = tegangan yang ditrapkan s = jarak elektroda η = utilization factor (faktor bentuk). Faktor bentuk sangat dipengaruhi oleh Geometrical Characteristic yang dirumus dengan p= s+r R = r r q= R r = ln p p 1 dengan s = jarak elektroda r dan R = jari-jari elektroda 24

27 2.R 2r 2r s q=1 s 2.r (b) (a) q=p (c) (d) 2r q=~ 2r s 2r s q=1 Gambar 3.1 Macam macam susunan elektroda dengan geometrical characteristic 25

28 Gambar 3.2 Hubungan antara Geometrical Characteristic terhadap factor bentuk Informasi lengkap faktor bentuk (utilization factor) pada High Voltage Insulation Technology, Herman K. Hal. 159 Tabel 3.1 memperlihatkan pengaruh faktor bentuk elektroda terhadap tegangan tembus (breakdown voltage). Pada semua pengujian jarak elektroda untuk semua jenis elektroda adalah 1,5cm. Pada tabel tersebut terlihat bahwa tegangan tembus yang terendah adalah pada elektroda jarum dengan bola dengan tegangan tembus 19KV. Sementara tegangan tembus elektroda bola-bola adalah yang paling tinggi yaitu mencapai 50,3KV. Pada elektroda jarum dengan bola, dengan mengmbil analogi gambar 3.1 (c), maka jarum merupakan elektroda bola dengan r yang sangat kecil sementara pelat merupakan elektroda bola dengan r yang sangat besar. Dari analogi tersebut menghasilkan harga p yang besar sehingga harga faktor bentuk yang sangat kecil. Hal ini berakibat tegangan tembus (U d) menjadi rendah. Pada elektroda bola-bola dapat diambil analogi gambar 3.1 (b), sehingga menghasilkan harga faktor bentuk η yang besar. Karena tegangan tembus berbanding lurus dengan faktor bentuk maka tegangan tembusnya 26

29 menjadi besar. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pada peralatan tegangan tinggi agar dihindari bentuk runcing atau sudut dengan maksud agar tegangan tembus dapat lebih besar. Tabel 3.1. Pengujian Tegangan Tembus Beberapa Bentuk Elektoda dengan Jarak 1,5 cm. Elektroda UBD (KV) Bola Bola 50,3 Plat Plat 40,6 Jarum Jarum 21,3 Jarum Plat 21,3 Jarum Bola 19 Tabel 3.2 memperlihatkan bahwa tegangan tembus selain ditentukan oleh bentuk elektroda juga ditentukan oleh jarak kedua elektroda tersebut. Dari semua bentuk elektroda, bahwa semakin jauh jarak kedua elektroda tersebut maka tegangan dadal U BD makin bertambah besar. Sehingga untuk menaikkan tegangan tembus bahan isolasi padat, cair dan gas maka jarak kedua elektroda harus diperbesar. Memperbesar jarak kedua elektroda berarti menambah ketebalan bahan isolasi jika isolator yang dipergunakan adalah bahan padat atau menambah volume bahan isolasi jika yang dipergunakan adalah isolator bahan cair (liquid). Tegang gagal selain bentuk elektroda dan jarak elektroda juga ditentukan oleh suhu bahan isolator. Pengaruh suhu terhadap tegangan gagal bahan isolasi tidak seperti hubungan dengan bentuk geometri dan jarak tetapi memiliki hubungan yang unik. Pengaruh suhu terhadap tegalan dadal untuk bahan isolasi gas ditentukan dengan faktor koreksi σ, Pengaruh suhu pada bahan isolasi gas akan dibahas pada bab yang akan datang. 27

30 Tabel 3.2. Pengujian Tegangan Tembus sebagai Fungsi Jarak Elektroda Elektroda UBD (KV) 0,5 cm 1,0 cm 1,5 cm 18, , ,6 40,6 Jarum Plat 12, ,3 Jarum Jarum 12, , ,5 19 Bola Bola Plat Plat Jarum Bola 28

31 29

32 30

33 31

34 BAB IV TEKNIK PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK BALIK 4.1 Trafo penguji Untuk membangkitkan tegangan tinggi AC dipergunkan trafo penguji. Karakteristik dari trafo penguji v1 a= berbeda dengan trafo daya. Pada trafo daya berlaku hubungan : v2 dengan a = perbandingan belitan primer dan sekunder. v1 = tegangan primer v2 = tegangan sekunder Dengan perkataan lain, tegangan tinggi disisi sekunder dapat ditentukan dengan mengetahui tegangan disisi primer. Pada trafo penguji cara diatas tidak dapat dilakukan karena hubungan antara tegangan primer dan tegangan sekunder adalah : v1 v 2= a 1 k dengan k adalah suatu konstanta yang besarnya ditentukan oleh parameter C trafo penguji. Oleh karena itu untuk mengetahui tegangan disisi sekunder harus dilakukan pengukuran secara langsung. Beberapa metode pengukuran tegangan tinggi bolak balik : a. Pengukuran tegangan puncak dengan sela bola standart. b. Pengukuran tegangan puncak dengan metode Fortesque. c. Pengukuran tegangan dengan pembagi tegangan kapasitif. d. Pengukuran tegangan dengan trafo tegangan (VT). 32

35 4.2 Pengukuran dengan Sela Bola Standart. Tegangan tembus (breakdown) sela bola standart untuk berbagai jarak sela pada keadaan suhu udara 20 oc dan tekanan 760 mmhg sudah ada tabelya. Jika sela bola tembus pada suhu (t) dan tekanan udara (p), maka tegangan yang dikenakan pada sela bola dapat ditentukan dangan cara sebagai berikut : 1. Tentukan jarak sela bola, misalnya (s) 2. Cari tegangan tembus sela bola dari table standart untuk jarak sela (s), misalnya. V s 0, 386. P 3. Hitung factor koreksi : σ =273 t Jika harga factor koreksi diluar dari (0,95 1,05) maka dipakai harga factor koreksi = 0,970 (menurut IEC) 4. Tegangan yang dikenakan pada sela bola adalah V =. V s Faktor faktor yang mempengaruhi pengukuran dengan sela bola : temperature, tekanan udara, kelembaban, keadaan fisik sela bola, jarak benda disekitar sela bola. Keuntungan pengukuran dengan mempergunakan sela bola adalah harganya murah. Kerugiannya adalah tidak dapat dipergunakan untuk mengukur tegangan yang jaraknya lebih besar dari diameter bola. Untuk menghindari efek kapasitansi maka sebaiknya susunan elektroda bola disusun secara vertical. R VR AC S TP s Gambar 4. 1 Rangkaian pengukuran tegangan tinggi dengan sela bola 33

36 Contoh 1. v V a= = Trafo penguji memeliki perbandingan belitan v kv. Trafo penguji dirangkai seperti gambar 1, Jika sela bola breakdown pada saat tegangan disisi primer v 1 = 105V. Tentukanlah konstanta k dari trafo penguji jika diketahui temparatur t = 27,5 C tekanan barometer p = 755 o mmhg dan diketahui dari table standart tegangan tembus sela bola 51,557kV. Jawab. Faktor koreksi : σ= 0, =0, , 5 Tegangan pada sisi sekunder trafo penguji : v 2 =σ. V s v2 = 0,9698.(51,557 kv) = 50 kv. Kontanta trafo penguji : 105 V v1 a v 2= 1 k kv = 220V 100 kv 1 k k = 0,045 Pengukuran Tegangan Puncak dengan Metode Fortesque. Rangkaian untuk pengukuran tegangan tinggi dengan metode Fortesque ditunjukkan pada gambar 2. Metode ini sering digunakan untuk pengukuran tegangan terhadap tanah. Jika yang diukur adalah tegangan AC yang berbentuk sinusoidal, maka arus yang mengalir pada kapasitor akan terdahulu 90 0 dari tegangan. 34

37 (a) (b) Gambar 4.2 (a) Metode Pengukuran Fortesque. (b) Grafik tegangan dan arus Jika arus yang mengalir melalui alat ukur ma sebesar I, maka : V m= I 2 fc 1, misalkan K = 2 fc maka : Vm = I.K Contoh 2. Pengukuran tegangan tinggi dilakukan menggunakan metode Fortesque (Gambar 4. 2) dengan kapasitor 100 pf. Jika alat ukur arus ma yang digunakan menunjukkan harga 0,816 ma, Tentukanlah tegangan yang dibangkitkan pada sisi sekunder trafo uji. Jawab. K= 1 = Tegangan pada sisi sekunder : V2 =0, ( 1.108) = 81,6 kv. Faktor faktor yag mempengaruhi ketelitian pengukuran tegangan dengan metode Fortesque : Bentuk tegangan. Ketelitian alat ukur ma. Toleransi kapasitor dan dioda. Keuntungan mengunakan metode Fortesque adalah pengukuran lebih teliti dan pengukuran dapat dilakukan secara kontinu. 35

38 4.4 Pengukuran Tegangan dengan Pembagi Tegangan Kapasitif CH VR AC TP VH S CL VL V Osc Gambar 4.3 Pengukuran dengan pembagi tegangan kapasitif Pada prinsipnya pengukuran ini didasarkan pada drop tegangan pada kapasitor tegangan rendah (CL). Besarnya tegangan yang pada sisi sekunder trafo penguji : V H= C H C L.V L CH misalkan K = C H C L CH V H =K. V L 4.5 Pengukuran Tegangan Impuls Bentuk tegangan Impuls seperti pada gambar 4, dengan mengikuti JIS (Japan International Standard) ditetapakan bahwa permukaan gelombang (Tf) sebesar 1 s dan ekor gelombang (Tt) sebesar 40 s. Penulisan untuk gelombang impuls disingkat dengan (Tf x Tt) sehingga untuk standart JIS penulisan menjadi (1 x 40) s. Pengukuran tegangan impuls dengan menggunakan metode tegangan percikan 50 % (50 % spark over voltage, SOV) dari sebuah sela bola standart. Untuk menetapkan 50 % SOV ini tiap perbandingan pelepasan diukur dengan menerapkan dua tegangan masing masing lima kali atau lebih. Mula mula tegangan puncak yang besarnya hampir sama dengan tegangan percik minimum diterapkan pada sela bola tersebut. Apabila percikan terjadi maka tegangan diturunkan, tegangan ini diterapkan lagi pada sela bola jika masih ada percikan tegangan diturunkan lagi, bila tidak tegangannya dinaikkan. Prosedur ini diulangi sampai empat puluh kali. Misalnya hasilnya adalah : 36

39 Gambar 4.4 Bentuk gelombang Impuls 32 kv kv kv kv kv Gambar 5. Hasil pengujian tegangan impuls pada sela bola i ni = Jumlah O yang terjadi pada tingkat I; A = i.ni = 29; N = ni = 20 Besarnya 50 % SOV : A 1 V s =V min V i V i 1 N 2 ni i.ni i = tingkat tegangan dimana O terjadi dengan Vmin = tegangan yang terjadi pada X yang terendah. 37

40 Vi = tegangan pada tingkat i tertinggi. Dari contoh gambar 5 didapat : V s = =29, 95 kv

41 SUPPLEMEN Tabel. Tegangan Tembus sela bola 39

42 Kesalahan hasil pengukuran tegangan DC yang jarak selanya lebih kecil dari 0,4D diperkirakan ± 5 persen. Kesalahan hasil pengukuran tegangan AC dan impuls untuk jarak sela di atas 0,5D diperkirakan ± 3 persen. Tabel tidak valid untuk mengukur tegangan impuls dibawah 10 kv dan jarak sela lebih kecil dari 0,05D. Untuk jarak sela lebih besar dari 0,5D dipandang cukup akurat. 40

43 BAB V TEKNIK PENGUJIAN PERALATAN TEGANGAN TINGGI 5.1 Kabel Daya Kabel adalah materi penghantar yang dilapisi bahan isolasi dan bahan pelindung sedemikian rupa sehingga penghantar tersebut tahan terhadap pengaruh luar seperti air, udara, kelembaban serta pengaruh mekanis. Kabel daya biasanya dibedakan atas 2 bagian, yaitu : - Kabel tampa logam pelindung - Kabel dengan lapisan pelindung. Bahan isolasi yang sering dipergunakan untuk isolasi kabel daya adalah : 1. Pita isolasi, terbuat dari kertas atau kain yang dicelupkan pada vernis. 2. Karet sintetis. 3. PVC (Polyvinyl Chloride) Isolasi lapisan kertas mengandung lapisan lapisan pita kertas mengelilingi konduktor. Ruang antar lapisan kertas diisi cairan isolasi yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas. Isolasi katun digunakan untuk membungkus konduktor. Isolasi jenis ini biasanya dipergunakan untuk trafo dan switch. Isolasi karet biasanya dibuat dari karet alam atau karet sintetis. Komposisi karet antara 20% 90% dengan campuran bahan lain untuk memperoleh keuntungan yang tidak dimiliki oleh karet. Sistem pelindung isolasi terbuat dari bahan logam nonmagnetic, sementara lapisan bawahnya terbuat dari semikonduktor non logam. Ada juga sistem pelindung terbuat dari bahan isolasi yang berfungsi untuk memperoleh distribusi tegangan yang merata diseluruh bahan dielektrik. Lapisan ini juga melindungi kabel dari benda benda lain yang dapat menginduksi tegangan kabel dan untuk 41

44 membatasi radio interferensi. Jika lapisan logam pelindung ditanahkan maka akan berfungsi mengurangi bahaya kejutan listrik pada keadaan tak sengaja. Kegagalan yang sering terjadi pada kabel daya yang sedang dipakai pada operasi sehari hari disebabkan karena isolasinya membusuk atau karena terjadi breakdown pada bagian bagiannya. Melemahnya isolasi ini disebabkan karena panas, kelembaban, kerusakan mekanis, korosi kimiawi, korona, dan lain lain. Apabila korelasi antara karakteristik listrik dan umur isolasi dapat diketahui maka proses pelemahan kabel dapat diketahui. Gambar 5.1 Kabel bawah tanah jenis XLPE dengan tiga inti Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui proses pelemahan yang terjadi agar kegagalan dalam operasi dapat dihindari. Bahan isolasi yang baik adalah yang rugi rugi dielektriknya kecil, mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi, bebas dari penyerapan gas dan cairan, tahan terhadap pelemahan akibat panas dan kimiawi. Peristiwa kimiawi yang dialami bahan dielektri anatara lain : - oksidasi - Hidrolisa - Reaksi kimia - Breakdown akibat internal discharge. Pengujian yang dilakukan terhadap kabel daya adalah : Pengukuran tahanan isolasi. Pengujian ketahanan tegangan tinggi AC frekuensi kerja. Pengujian ketahanan tegangan tinggi impuls. 42

45 5.1.1 Pengukuran tahanan isolasi. Faktor faktor yang mempengaruhi pengukuran tahanan isolasi antara lain : arus absorbsi, suhu dan tegangan yang diterapkan. Berhubung dengan adanya arus absorbsi maka pengukuran tahanan perlu memperhatikan lamanya tegangan yang diterapkan dan sebelum pengukuran dimulai, bahan yang diuji sudah dibebaskan dari muatan yang melekat (waktu pelepasan biasanya 5 10 menit). Selanjutnya untuk menilai suatu kondisi suatu bahan isolasi kabel dipakai indek polarisasi ( p). α p= R10 menit I 1 menit = R1 menit I 10 menit Jika p = 1; maka dalam bahan isolasi terdapat kebocoran, ini berarti kabel tersebut tidak baik. Untuk isolasi murni dan kering di Jepang berlaku syarat syarat sbb : p > 1,5 untuk isoalsi kelas A p > 2,5 untuk isoalsi kelas B. Contoh. Pengujian tahanan isolasi Kabel dilakukan seperti pada gambar 6, yaitu tegangan DC 50kV dan suhu 30,3 0C isolasi kabel kelas B (kabel XLPE 20 kv dengan 3 core). Tentukanlah apakah kabel daya lulus uji atau tidak. Screen Isolasi VR AC TP S ma Gambar 5.2 Rangkaian pengujian tahanan isolasi kabel 43

46 Hasil pengujian sbb : Fase Arus (ma) 1 Menit 10 Menit R 0,051 0,042 S 0,053 0,027 T 0,051 0,025 Fase R α p = 0, 051 =1, 21 0,042 Fase S α p = 0, 053 =1,9 0,027 Fase T α p = 0,051 =2, 04 0,025 Fase R, S dan T ternyata memiliki indeks polarisasi kurang dari 2,5, sehingga kabel daya tersebut tidak lulus uji. konduktor Isolasi XLPE Screen Selubung Dalam ammour Selubung Luar Gambar 5.3 Penampang kabel XLPE 44

47 5.2 Pengujian Isolator. Pengujian yang dilakukan pada isolator : e. Pengujian Flashover AC Kering. f. Pengujian Flashover AC Basah. g. Pengujian Flashover tegangan Impuls. h. Pengujian Frekuensi tinggi. Flashover adalah peristiwa gagalnya udara disepanjang permukaan isolator melaksanakan fungsinya sebagai isolasi atau dengan kata lain mengalirnya arus pada permukaan bahan isolator. Tegangan Flashover pengujian sangat dipengaruhi oleh bentuk elektoda dan benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian elektroda dan benda yang disekelilingnya harus diatur sedemikian rupa sehingga kedaan yang sebenarnya dapat ditirukan. Gambar 5.8 Jenis jenis isolator yang telah mengalami flashover 45

48 Tegangan pengujian dapat dinaikkan secara bebas sampai 75 % dari tegangan flashover yang diharapkan, sesudah itu tegangan dinaikkan sampai flashover terjadi dengan kecepatan 1 kv/detik. Tegangan flashover didefinisikan sebagai harga rata rata dari lima harga lompatan kering (flashover) yang diukur dengan batas 15 detik sampai 5 menit. Faktor koreksi harus dipergunakan dalam perhitungan tegangan flashover kering. Pengujian Flashover AC basah dimaksudkan untuk menirukan keadaan udara pada waktu hujan. Cara pengujian flashover basah sama seperti flashover kering. Pengujian flashover impuls dilakukan sebanyak tiga kali dengan mempergunakan impuls positif dan impuls negatif. Polaritas yang dipakai ialah polaritas yang memberikan tegangan flashover yang lebih rendah. Selang waktu pengujian pertama dengan berikutnya 15 detik sampai 5 menit. Pada pengujian ini Faktor koreksi udara harus diperhitungan. Tabel 3. Tegangan standart Flashover untuk macam macam isolator. Isolator Gantung Isoaltor Pin Type mm mm kv kv kv kv kv Flashover 50% AC 50Hz kering kv (kv) Flashover 50% AC 50Hz Basah. 50 (kv) Flashover 50% Impuls (kv) Tegangan Tembus (kv) ** ** ** ** ** ** Tegangan Ketahanan 50 Hz (kv) * 75 NB. *) Tegangan diterapkan selama 2 menit. 46

49 **) Pengujian lapisan dilakukan sbb: Untuk setiap lapisan, tegangan sebesar 90% dari tegangan lompatan minimum. Untuk setiap lapisan diterapkan selama 2 menit. Untuk dua lapisan, tegangan sebesar 90% dari tegangan flashover kering diterapkan selama 2 menit. 180 mm = 7 ; 250 mm = 10 Contoh. Pengujian flashover dilakukan pada isolator gantung 7, 10 dan isolator Pin 10 KV. Rangkaian pengujian disusun seperti pada gambar 5.9, dengan faktor koreksi pada saat pengujian = 1,02. Tentukanlah apakah isolator isolator tersebut lulus uji, dengan hasil pengujian sbb : Tegangan Flashover (kv) Isolator Gantung Gantung Pin 10 kv Jawab. VR AC TP S Gambar 5.9 Rangkaian pengujian Flashover isolator 47

50 Untuk isolator gantung 10 tegangan Flashover rata rata = VFL p = 90 kv. Untuk isolator gantung 7 tegangan Flashover rata rata = VFL p = 45 kv. Untuk isolator Pin 10 kv tegangan Flashover rata rata = VFL p = 103,6 kv. Dengan memperhitungkan faktor koreksi udara isolator gantung 10 = 88,24 kv isolator gantung 7 = 44,12 kv isolator Pin 10 kv = 101,57 kv Isolator Keterangan VFL s (kv) VFL p (kv) Gantung ,24 Lulus uji Gantung ,12 Tidak lulus Pin 10 kv ,57 Lulus uji Dalam keadaan isolator dibebani dengan tegangan, maka akan timbul medan listrik diantara elektroda penghubung dengan tanah (menara), dan antara elektroda penghubung dengan kawat penghantar yang digantung pada isolator tersebut. Medan listrik yang terjadi dapat dianalogikan dengan kapasitansi. Isolator rantai yang mengunakan tegangan AC distribusi tegangan pada setiap isolator : a. Kapasitansi antara sambungan isolator disimbolkan C. b. Kapasitansi antara tanah (menara) dengan isolator disimbolkan Ce. c. Kapasitansi antara isolator dengan line disimbolkan Ch. Sebagai pengganti dari rangkaian isolator rantai dapat digambarkan : 48

51 C Ce Ch C Ch Ce Ce C C Ch Gambar 5.10 Rangkaian equivalent isolator rantai dengan tegangan AC Jika isolator rantai dipasang pada tegangan searah (DC) maka pengaruh kapasitansi Ce dan Ch diabaikan sehingga distribusi tegangan pada isolator tersebut merata. Dengan demikian distribusi tegangan pada setiap elemen akan sama. Sehingga : U1 = U2 = U3 = Un atau Un = U/n Dengan U = tegangan total pada isolator rantai. Un = tegangan pada setiap elemen. Vn n = jumlah elemen isolator rantai. V2 Vn-1 V1 Gambar Distribusi tegangan isolator rantai pada tegangan DC Untuk perencanaan distribusi tegangan AC pada isolator rantai cara yang paling praktis adalah sbb : kita ambil sela bola antara elektroda, jarak sela bola tersebut dijaga tetap dan tegangan tembusnya dijadikan referensi untuk mengukur distribusi tegangan pada isolator rantai tersebut. Distribusi tegangan pada isolator tersebut : Tap 1. Tap 3 V1 = V3 = V BD.100 V 1 a V BD.100 V 1 V 2 V 3 a V BD V =. 100 V 1 2 Tap 2. V 2 a 49

52 Vn = Tap n V BD.100 V 1 V 2... V n 1 V n a Dengan VBD = tegangan tembus dari sela bola. Vn a = tegangan yang diterapkan pada masing masing rantai. V1-a VBD V1 V2-a V4-a V3-a V2 V3 Vn-a V4 Vn Gambar Distribusi tegangan pada isolator rantai Contoh. Pengujian distribusi tegangan pada isolator rantai sebanyak 10 rentengan ditunjukkan pada gambar 15. Tegangan tembus sela bola 7 kv. Posisi terminal A tetap pada tap 10 sedangkan terminal B bergerak dan akhirnya bertemu dengan terminal A ditap 10, pengujian dilakukan sebanyak 2 kali. R 1 B 2 VR AC S TP B A Gambar 5.15, Pengujian Distribusi Tegangan Isolator rantai 50

53 Tegangan Flashover (kv) Tap ,4 6,6 7 Rata-rata Jawab. Distribusi tegangan pada masingmasing isolator : V BD Tap 1 V 1 = V 1 a =7, Tap 2 V 2= ,6 = 1, 85 Tap 3 V 3= Tap 4 V4= ,6 1, 85 = 0, ,6 1, 85 0, 55 = 2,

54 Tap 5 V5 = ,6 1,85 0, 55 2,72 = 2, Tap 6 V 6= , 21 = 3,4 38 Tap 7 V 7= , 42 = 6,58 28 Tap 8 V 8= Tap 9 V 9= Tap 10 V 10= = 6, , 81 = 18, = 50 7 Lightning Arrester Alat Pelindung arrester berfungsi melindungi peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih dan mengalirkannya ketanah. Persyaratan yang dituntut oleh peralatan ini ialah harus memiliki protective ratio yang tinggi yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang diperbolehkan pada waktu pelepasan dan tegangan system 50 Hz maksimum yang dapat ditahan sesudah pelepasan (discharge) terjadi. Tabel 5.4 contoh dari tegangan surja pada saat arrester bekerja. Sebelum Lightning arrester dipasang maka ia harus terlebih dahulu diuji, apakah sudah memenuhi spesifikasinya. Pengujian yang dilakukan antara lain : 2 Pengujian tegangan frekuensi kerja. 3 Pengujian tegangan impuls tiruan standart (petir). 52

55 (a) (b) Gambar (a) Ketika dipasang arrester hampir sama dengan CO (b) Arrester, agar dapat dibedakan dengan CO Penggunaan arrester dapat mengurangi bahan penggunaan bahan isolasi sampai 80 % BIL (Basic Insulation Impulse Level). Tegangan gagal sela disebut juga tegangan percik pada frekuensi system 50 Hz harus mempunyai harga yang tinggi untuk mengurangi seminimum mungkin pelepasan yang disebabkan oleh adanya hubung singkat ketanah dan surja hubung. Tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisi (residual) atau jatuh tegangan I.R adalah tegangan antara terminal terminal arrester bila ia sedang melalukan arus surja. Contoh. 12 KV Pengujian Lightning Arrester jenis ZnO untuk distribusi 20 kv dilakukan seperti pada gambar 15. Tegangan dinaikkan secara bertahap dengan kecepatan 1 kv/det sampai terjadi percikan pada arrester. Faktor koreksi pada saat pengujian 1,05. hasil pengujian sbb : 53

56 Tegangan percik (kv) Jenis ZnO 12 kv Rata rata ,6 Hasil pengujian menunjukkan 58,6 kv sedangkan table 4 menunjukkan 50 kv, jadi arrester ini masih dapat dikatakan dalam keadaan baik sehingga dinyatakan lulus uji. Tabel 5.4. Tegangan kerja arrester Tegangan dasar Arrester (kv) I.R pada 5000 A (kv) Tegangan Sela (kv) Bushing. Bushing merupakan konduktor yang diselimuti oleh isolator padat, biasanya konduktor yang diselimuti oleh porselin. Sehingga bentuk bushing sebahagian besar sama dengan isolator tetapi memiliki penghantar pada bagian tengahnya. Fungsi bushing sendiri adalah untuk menghantarkan arus tampa harus terjadi flashover pada bagian peralatan tersebut, misalnya pada transformator. Pengujian yang dilakukan pada bushing adalah penguian kekuatan dielektrik sesuai dengan ketentuan table 5.5 dan pengujian lompatan api 50 %. 54

57 Tabel 5.5. Pengujian kekuatan dielektrik bushing. Tegangan Pengujian AC Pasangan Luar (kv) Kelas Isolasi (kv) Kering 1 mnt Basah 10 mnt Penguian Impuls (1x40) kv Pasangan dalam (kv) Kering 1mnt Pasangan luar Pasangan dalam Circuit Breaker Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan yang mampu menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal atau dalam kondisi abnormal/ gangguan seperti kondisi short circuit. Berdasarkan bahan isolasi (Pemadaman Busur api) yang dipergunakan, maka CB dibedakan menjad; Gas SF6, Minyak, udara Hembus (Air Blast), dan Hampa Udara (Vacuum). Gas SF6, media pemadam busur api yang timbul pada waktu memutus arus listrik, mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini bertambah seiring dengan pertambahan tekanan. CB dengan minyak, digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kv sampai tegangan ekstra tinggi 425 kv dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 ka sampai 50 ka, dibedakan menjadi : CB menggunakan banyak minyak (bulk oil) CB menggunakan sedikit minyak (small oil) 55

58 CB Pemadam busur api dengan udara hembus/air blast menggunakan udara sebagai media pemadam busur api dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai PMT Udara Hembus (Air Blast). CB Pemadam busur api dengan Hampa Udara (Vacuum). Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah (24kV). Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kv dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kv. Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan dielektrik yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil. Gambar Bagin bagian Bushing dan bushing yang terpasang pada peralatan 56

59 Gambar CB Vacum 20 KV, Jenis Pasangan Dalam Pengukuran / Pengujian Media Pemutus Gas SF6 Sebagaimana diketahui Gas SF6 pada CB berfungsi sebagai media pemadam busur api listrik saat terjadi pemutusan arus listrik (arus beban atau arus gangguan). Selain itu, gas ini berfungsi sebagai isolasi antara bagian bagian yang bertegangan (kontak tetap dengan kontak bergerak pada ruang pemutus) pada CB, serta sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan. Saat ini gas SF6 banyak digunakan pada CB atau GIS (Gas Insulating Switchyard) mulai dari tegangan 20 kv sampai dengan 500 kv karena gas SF6 mempunyai sifat / karakteristik yang lebih baik dari jenis bahan isolasi lainnya. Pengujian/pengukuran gas SF6 pada CB meliputi : 1. Pengukuran Tekanan Gas SF6. 2. Pengukuran karapatan (density) gas SF6. 3. Dekomposisi produk (impurity) gas SF6. Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada CB atau GIS konvensional dilakukan untuk mengetahui apakah tekanan/kerapatan gas SF6 masih berada pada batas tekanan ratingnya (rated pressure), 57

60 1. HV terminal 2. Fixed arcing contact 3. Nozzle 4. Moving main contact 5. Upper porcelain insulator 6. Insulating rod 7. Opening valve group 8. Closing valve group 9. Auxiliary contacts 10. Compressor 11. Gas filling valve 12. Plug-in electric connector 13. Density switch 14. Spring toggle device 15. Double effect piston 16. Filter 17. Lower porcelain insulator 18. Moving arcing contact 19. Fixed main contact 20. Molecular sieves 21. Coils A. High pressure volume B. Low pressure volume Gambar CB dengan Bahan Isoalsi Gas SF6 58

61 Gambar Alat ukur yang tidak terpasang permanen pada CB Alat ukur yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan gas tersebut baik yang terpasang permanen maupun yang tidak, ada dua macam yaitu: Pertama adalah alat ukur yang hanya dapat mengukur tekanan gas saja ( standard pressure ) dan alat ini digunakan pada PMT dan GIS < 150 kv. Kedua adalah alat yang dapat mengukur tekanan dan kerapatan gas ( densimeter ) alat ini terpasang pada PMT / GIS 500 kv. Hasil pembacaan kedua alat ini juga berbeda, yang pertama berupa angka dan yang kedua berupa indikasi warna dan yang kedua berupa indikasi warna. Gambar Alat ukur yang terpasang permanen pada CB 59

62 S Gas SF6 selain berfungsi sebagai isolasi juga berfungsi sebagai pemadam busur api listrik saat terjadi pemutusan arus. Pada setiap pemadaman busur api listrik gas SF6 akan mengalami proses kimia yang dapat mengakibatkan perubahan sifat gas SF6 tersebut. Untuk mengetahui perubahan sifat gas ( terutama pada GIS) perlu dilakukan pengukuran/pengujian Kemurnian (Impurity test) dan Dekomposisi product (Decomposition product test). Pengujian kemurnian gas SF6 dilaksanakan untuk mengetahui perubahan kandungan gas SF6 setelah mengalami penguraian karena telah bekerja sekian kali/lama memadamkan busur api listrik. Alat yang digunakan untuk menguji kemurnian gas SF6 tersebut adalah Impurity test. Pengujian dekomposisi produk dilaksanakan apabila diperlukan setelah melihat terlebih dahulu hasil pengujian kemurnian gas SF6 dan juga dari hasil evaluasi jumlah gangguan dan besar arus gangguan yang terjadi dalam periode tertentu. Minyak (Oil) Untuk mengetahui apakah minyak CB masih layak operasi sesuai dengan standard pengusahaan maka perlu adanya acuan yang sesuai. Karakteristik dan fungsi bahan isolasi minyak pada CB adalah berbeda dengan karakteristik minyak isolasi pada transformator. Selain berfungsi sebagai isolasi terhadap tegangan tinggi (menengah) bahan isoalsi minyak pada CB juga berfungsi sebagai pemadam busur api listrik (arching) pada saat pemutusan arus beban atau bila terjadi arus gangguan. Ada beberapa CB yang menggunakan minyak volume banyak (bulk oil) dan ada yang menggunakan relatip sedikit minyak (low oil contents). Kelayakan operasi CB dengan bahan isoalsi minyak tergantung pada banyak faktor, terutama yang menyangkut kualitas minyak itu sendiri. Faktor yang sering dijadikan acuan antara lain : a) Kandungan gas terlarut dalam minyak (terutama gas Hydrogen dan Acethylene) b) Jumlah kandungan partikel c) Tegangan tembus minyak Khusus PMT jenis sedikit minyak ( low oil contents ) perlu dilakukan analisa komersial tentang untung dan ruginya. Karena biaya penggantian minyak baru dibandingkan dengan biaya untuk uji kandungan gas terlarut dalam minyak perlu menjadi bahan pertimbangan. Sehingga untuk operasional PMT low oil contents jarang dilakukan pengujian karakteristik minyak dan cenderung diganti dengan minyak sejenis yang baru. 60

63 Vacuum Pengukuran/pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk mengetahui apakah ke vacuum an ruang kontak utama (breaking chamber) PMT tetap hampa sehingga masih berfungsi sebagai media pemadam busur api listrik. PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kv. Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kv dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kv. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan dihubungkan secara serie. Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil. 61

64 Materi Tambahan Lightning Arrester Fungsi utama dari Lightning Arrester adalah melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk yang dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi. Pada kurva gambar 23, ditunjukkan bagaimana arrester melakukan pemotongan tegangan lebih terhadap beragam jenis surja: Gambar Kurva level tegangan yang mungkin timbul pada peralatan gardu induk, bila diinstall LA ataupun tanpa diinstall Lightning Arrester (1.p.u.= 2.Us/ 3 ) Melalui kurva tersebut terlihat bahwa durasi overvoltage berbeda satu sama lain, yaitu: 1. Lightning Overvoltage fast front overvoltage (Durasi Microseconds) 2. Switching Overvoltages slow front overvoltage (Durasi Milliseconds) 3. Temporary Overvoltages TOV (Durasi seconds), missal akibat gangguan sistem Sekalipun Arrester jenis ber-gap dengan resistor non linear SiC (Silicon Carbide) masih terpasang pada sebagian kecil Gardu Induk, namun mayoritas Arrester yang kini terpasang adalah jenis tanpa gap, dimana Varistor Metal Oksida (ZnO) digunakan sebagai komponen resistor non linear. Keunggulan dari Arrester Metal-Oksida adalah karakteristik tegangan-arus non-linear (V-I) yang ekstrim. 62

65 Gambar Perbandingan Karakteristik V-I antara Arrester jenis Metal Oksida dan jenis Silicon Carbida Contoh kasus, arrester yang terpasang pada sebuah sistem 420 kv, dimana arrester memiliki residual voltage (10kA) sebesar 823 kv. Kurva V-I diperlihatkan pada gambar

66 Gambar Kurva Karakteristik V-I dari Arrester Jenis Metal Oksida Tegangan power frequency merupakan besaran tegangan fasa ke tanah yang dioperasikan secara kontinu terhadap arrester. Pada kurva di atas, nilainya adalah: Di saat yang bersamaan mengalir besaran arus bocor (leakage current) yang sebagian besar mengandung komponen kapasitif, dengan sebagian kecil komponen resistif. Pada kurva V-I di atas Gambar 25. (Gambar 5.25) Continuous Operating Voltage, disimbolkan Uc (bila merujuk pada standar IEC), sama artinya dengan MCOV (Maximum Continuous Operating Voltage) bila mengacu ANSI/ IEEE, merupakan nilai tegangan power-frequency dimana arrester dapat terus beroperasi tanpa batasan tertentu. Seluruh bagian arrester, yang telah diujikan pada type test, mampu bekerja dengan baik level tegangan kontinu ini. Parameter ini sering salah diartikan dengan Rated Voltage. Rated Voltage. Nilai rated mencerminkan kemampuan arrester dalam menghadapi Temporary Overvoltage. Rated voltage ini hanya boleh dialami oleh arrester selama durasi tertentu, yaitu 10 detik. (beberapa pabrikan memberikan durasi hingga 100 detik). Umumnya relasi antara Ur dan Uc, 64

67 ditunjukkan oleh nilai: Ur = 1,25 x Uc. Lightning Impulse protective Levels. Merupakan parameter yang paling penting pada Lightning Arrester. Nilai ini menunjukkan besar tegangan diantara kedua ujung arrester ketika nominal discharge current mengalir melalui arrester. Lightning current impulse bervariasi dari 1,5 ka hingga 20 ka (IEC ). Utk Arrester HV (Us>= 123 kv), umumnya hanya terdapat kelas 10kA dan 20 ka. Gambar 5.26 Pada contoh kurva V-I Gambar 8, dipilih arrester dengan kelas 10kA. Pernyataan lightning impulse protective level = 823 kv berarti tegangan pada saat arrester dialiri arus impulse 8/20 µs dengan peak 10 ka maka besar tegangan di antara kedua terminal arrester adalah sebesar 823 kv. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar Gambar Contoh Residual Voltage pada Arrester pada nominal discharge current Setiap peralatan di gardu induk memiliki Standard Lightning Impulse With-stand Voltage (juga dikenal sebagai nilai BIL) sesuai desain. Pada sistem 420 kv nilai ini sebesar 1425 kv, sementara pada banyak GITET miliki PLN, untuk sistem 500kV memiliki nilai BIL bervariasi antara kv. Menurut IEC , tegangan tertinggi yang diperbolehkan pada peralatan beroperasi dengan non-selfrestoring (contoh Transformator), merupakan nilai Standard Lightning Impulse withstand Voltage dibagi dengan safety factor 1,15. Sehingga untuk sistem 420 kv, tegangan tertinggi yang diperbolehkan pada peralatan ketika mengahadapi surja adalah sebesar 1239 kv. Tidak jarang nilai 65

68 batas aman ini terlampaui. Pemilihan nilai Nominal Discharge Current Nilai nominal discharge current pada Metal Oksida yang mengacu pada arrester MO, menurut IEC dipesifisikasikan ke dalam 5 nilai yang berbeda, masing-masing merujuk pada range nilai rated voltage yang berbeda: Pembagian kelas nilai arus discharge ini lebih ditujukan pada kebutuhan pengujian lebih lanjut dari arrester. Untuk arrester tegangan tinggi, HV, hanya terdapat 2 kelas yakni 10kA dan 20 ka. Walau dalam table di atas, kelas 5 ka juga dimungkinkan untuk arrester terpadang pada tegangan rated 170 kv, namun hal ini tidak umum. IEC menyatakan bahwa nilai 5kA hanya dipergunakan sampai dengan Us=72,5 kv. Pemilihan Line Discharge Class Line Discharge Class merepresentasikan kondisi karakteristik actual dari arrester. Parameter ini merepresentasikan kemampuan arrester dalam melakukan absorpsi energi(berdasarkan IEC ). Definisi line discharge class berawal dari asumsi bahwa ada sebuah saluran transmisi yang panjang, mengalami overvoltage selama proses operasi switching dan akan terjadi discharge pada arrester yang berada di Gardu Induk melalui proses gelombang berjalan. Dengan mengasumsikan bahwa diagram sirkuit ekivalen merupakan jaringan iterative terdiri dari element π yang banyak, terdiri dari induktansi dan kapasitansi, arus akan mengalir yang besarnya tergantung pada nilai tegangan dan surge impedance dari line. Durasi yang diperlukan gelombang berjalan sepanjang saluran transmisi merupakan pembagian dari panjang saluran dibagi dengan kecepatan rambat gelombang elektromagnetik. Proses ini disimulasikan dalam laboratorium berupa pengujian line discharge. Dalam hal ini, digunakan impuls generator distributed constant impulse generator. Standar IEC membagi line discharge class 66

69 menjadi 5 kelompok. Arrester di Saluran Transmisi Lightning Arrester di Gardu Induk 67

70 BAB VI TRANSFORMATOR Pengujian Transformator distribusi dan transformator Gardu Induk harus dibedakan. Pengujian transformator gardu induk tidak sesederhana pada transformator distribusi. Masing masing transformator akan dibahas secara terpisah. Yang pertaa kali akan dibahas adalah pengujian pada transformator distribusi. 6.1 Pengujian Transformator Distribusi Adapun jenis jenis pengujian yang perlu dilakukan pada transformator disbusi adalah : o Pengujian ketahanan tegangan tinggi AC frekuensi kerja. o Pengujian tegangan tinggi impuls. o Pengujian tan. o Pengujian tahanan isolasi. o Pengujian minyak trafo. Tegangan ketahanan diterapkan antara belitan yang hendak diuji dengan belitan lain atau dengan tanah untuk waktu tertentu. Penguian ini dilakukan setelah pengujian suhu. Untuk pengujian ditempat pemasangan (at site) berlaku harga harga yang lebih rendah (pada table 6.1) Tabel 6.1. Pengujian dilokasi pemasangan. Tegangan kerja Tegangan Pengujian ketahanan AC Maksimum (volt) 10 menit (volt) V ,5 V; minimum 500 V > V ,25 V; minimum 11 kv V ,1 V; minimum 63 kv 68

71 Tabel 6.2. Tegangan pengujian di pabrik. Tegangan Nominal (kelas Isolasi ) kv Tegangan pengujian AC 1 menit kv Kurang dari 0,

72 Pengujian tegangan impuls dapat dipergunakan impuls 1,5 x 40 s. Pengujian tan dilakukan dengan bantuan jembatan Schering serta memperhitungkan factor koreksi. Jika harga tan > 1% maka isolasi dikatakan tidak baik. Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan membandingkan tahanan isolasi pada t = 10 menit dengan t = 1 menit atau dengan kata lain dengan melihat indek polarisasi ( p). Jika harga p = 1 maka isolasi tidak baik. Sebagai bahan perbandingan dapat dihitung tahanan isolasi trafo dengan rumus : R V M S 1000 dengan V = tegangan nominal trafo dalam volt. S = Kapasitas trafo dalam kva Teknik perhitungan resistansi biasanya dipergunakan sebagai referensi jika pengukuran menggunakan Megger. Contoh. Pengukuran tahanan isolasi trafo dilakukan pada T = 28,8 0C; P = 760 mmhg dengan mengunakan tegangan uji 5 kv. Rangkaian pengujian seperti pada gambar 6.2. hasil pengujian : Fase 1 menit (ma) 10 menit (ma) R 0,04 0,015 S 0,043 0,016 T 0,038 0,011 R S T VR AC TP S ma r s t Gambar 6.2 Rangkaian percobaan pengukuran indek polarisasi trafo 70

73 Jawab. Fase 1 menit (ma) 10 menit (ma) R 0,04 0,015 2,67 S 0,043 0,016 2,69 T 0,038 0,011 3,45 p Kesimpulan : Tahanan isolasi trafo masih baik. Pada umumnya trafo daya menggunakan minyak trafo yang berfungsi sebagai bahan isolasi dan juga sebagai pendingin. Minyak trafo harus selalu diuji untuk mengetahui apakah kekuatan dielektrik masih layak atau tidak. Rangkaian pengujian minyak trafo diperlihatkan pada gambar 6.3. Kekuatan dielektrik minyak trafo dipengaruhi oleh ketakmurnian (pencemar) yang terkandung pada minyak trafo tersebut. Ketakmurnian dapat berupa padat, cair dan gas. TP VR S AC Gambar 6.3 ma Rangkaian pengujian minyak isolasi trafo Contoh. Pengujian minyak isolasi trafo mengikuti standart JIS C2320 yaitu dengan elektroda pengujian berbentuk bola dengan diameter 12,5 mm dan jarak sela 2,5 mm. Menurut standart JIS C2320 minyak trafo lulus uji jika memiliki kekuatan dilektrik lebih besar dari 60 kv/cm. Rangkaian pengujian dirangkai seperti pada gambar 6.3 dan diperoleh : Percobaan UBD (kv) NB. Waktu pengujian 1 dan 2 (tiap pengujian) berselang 5 menit. 71

74 Jawab. Tegangan tembus rata rata : =18,67 kv 6 18, 67 kv kv Kekuatan Dielektrik (KD) = 0, 25 cm = 74, 67 cm Kesimpulan : Minyak isolasi trafo tersebut masih layak. 20 mm 2,5 mm 12,5 mm JIS C2320 Gambar 6.4 2,5 mm VDE 0370 Elektroda pengujian tegangan tembus minyak trafo NB. Tegangan tembus minyak trafo: JIS C2320 = 60 kv/cm VDE 0370 = 100 kv/cm Pengukuran tangen delta Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah metoda diagnostik secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi bebas dari defect, maka isolasi tersebut akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara dua elektroda pada sebuah kapasitor. Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus fasa bergeser 90 o dan arus yang melewati isolasi merupakan kapasitif. Jika ada kontaminasi pada isolasi contohnya moisture, maka nilai tahanan dari isolasi berkurang dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut. Isolasi tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser 90 o tapi akan bergeser kurang dari 90o. Besarnya selisih pergeseran dari 90 o merepresentasikan tingkat kontaminasi pada isolasi. Gambar 6.5 merupakan gambar rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor arus kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Dengan mengukur nilai IR / IC dapat diperkirakan 72

75 kualitas dari isolasi. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan mendekati nol. Menigkatnya sudut mengindikasikan meningkatnya arus resistif yang melewati isolasi yang berarti kontaminasi. Semakin besar sudut semakin buruk kondisi isolasi Ir R Ic C Gambar 6.5. Rangkaian ekivalen isolasi dan diagram phasor arus pengujian tangen delta Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground dan isolasi antara dua belitan. Primer Ground Sekunder Ground Tertier Ground Primer Sekunder Sekunder Tertier Primer Tertier Gambar 6.6. Rangkaian Ekivalen Transformator 73

76 Tabel 6.3 Evaluasi dan rekomendasi pengujian tangen delta No Hasil Uji (%) Keterangan Rekomendasi 1 < 0,5 Baik - 2 0,5 0,7 Pemburukan - 3 0,5 1 Periksa ulang Periksa ulang, bandingkan dengan uji lainnya 4 >1 Buruk Periksa kadar air pada minyak isolasi dan kertas isolasi Kondisi isolasi trafo dapat perkirakan dengan melihat hasil pengujian tangen deltanya. Dimana untuk interpretasi hasil pengujian merujuk ke standar ANSI C Pengujian Transformator Gardu Induk Sampai saat ini kita hanya mendiskusikan pengujian pada transformator distribusi, sedangkan pada transformator digardu induk diperlukan lagi beberapa pengujian tambahan, Selain itu beberapa metoda atau hasil dari pengujian pada trafo distribusi tidak mencukupi atau belum dapat diterima pada pada pengujian trafo gardu induk. Tidak saja minyak isolasi yang diuji tetapi juga peralatan pendukung pada trafo tersebut perlu diuji. Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik) pada Transformator Gardu Induk Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas. Proses hydrolisis tersebut akan menurunkan kualitas kertas isolasi. Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam minyak dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC Adapun jenis pengujiannya berupa : Pengujian kadar air. Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun seiring banyaknya air yang mengotori minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut / terkandung di minyak. Metoda yang dipakai adalah metoda Karl Fischer. Metoda ini menggunakan satu buah elektroda dan satu buah generator. Generator 74

77 berfungsi menghasilkan senyawa Iodin yang berfungsi sebagai titer/penetral kadar air sedangkan Elektroda berfungsi sebagai media untuk mengetahui ada tidaknya kadar air di dalam minyak. Perhitungan berapa besar kadar air di dalam minyak dilihat dari berapa banyak Iodin yang di bentuk pada reaksi tersebut. f 2,24e 0,04 ts Adapun satuan dari hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1 kg minyak. Pengujian ini mengacu pada standar IEC Banyaknya kadar air didalam minyak akan dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Karena sistem isolasi didalam trafo terdiri dari dua buah isolasi, yaitu minyak dan kertas dimana difusi air antara kedua isolasi tersebut dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Untuk mendapatkan nilai referensi sehingga nantinya hasil pengujian dapat dibandingkan terhadap batasan pada standar IEC perlu dilakukan koreksi hasil pengujian kadar air terhadap suhu 20 oc yaitu dengan mengalikan dengan faktor koreksi. Dengan f= faktor koreksi ts = Suhu minyak pada waktu diambil (sampling) Contoh : Kadar air hasil pengukuran= 10 mg/kg Suhu sampling (ts) = 40 oc Correction factor = 0,45 Kadar air terkoreksi = 10x0,45 = 4,5 mg/kg Kadar air yang diperbolehkan pada trafo diperlihatkan oleh tabel IEC Dissolved Gas Analysis (DGA). Pada dasarnya DGA adalah proses untuk menghitung kadar/nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar/nilai gas-gas itulah dapat diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4 (Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene). Hasil pengujian DGA dibandingkan dengan nilai batasan standar untuk mengetahui apakah trafo berada pada kondisi normal atau ada indikasi kondisi 2, 3 atau 4. Nilai batasan standar ditunjukkan pada tabel Apabila nilai salah satu gas ada yang memasuki kondisi 2, maka lakukan pengujian ulang untuk 75

78 mengetahui peningkatan pembentukan gas. Tabel Konsentrasi gas terlarut Gambar Gas gas yang terkandung pada minyak trafo dari hasil uji DGA 76

79 Pengujian Furan. Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Proses penurunan isolasi kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses depolimerisasi isolasi kertas yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang akan terputus/terpotong potong dan akhirnya akan menurunkan kekuatan tensile dari isolasi kertas itu sendiri. Proses depolimerisasi akan selalu diiringi oleh terbentuknya gugus furan. Nilai furan yang terbentuk akan sebanding dengan tingkat DP (degree of polimerization). Berdasarkan informasi besarnya kandungan gugus furan dapat diketahui estimasi atau perkiraan kondisi DP yang dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi tersebut (Estimated percentage of remaining life %Eprl). perhitungan estimasi DP & %Eprl DP Log 2 Fal 10 ppb * 0,88 4,51 0,0035 Log10 DP 2,903 0,00602 % Eprl 100 Bila nilai 2-Fal yang diketahui dari hasil pengujian furan diolah berdasarkan perhitungan diatas, maka akan didapat estimasi DP & %Eprl. Berdasarkan kadar 2Furfural yang didapat dari hasil pengujian dapat diperkirakan seberapa besar tingkat penurunan kualitas yang dialami isolasi kertas didalam transformator dan berapa lama sisa umur isolasi kertas tersebut. Tabel Hubungan antara nilai 2Furfural dengan perkiraan DP dan Estimasi perkiraan sisa umur isolasi kertas No Hasil Uji (ppm) Keterangan Rekomendasi 1 < 473 Ageing normal Percepatan Ageing Periksa kondisi minyak, suhu operasi dan desain Ageing berlebih Zona bahaya Periksa kondisi minyak, suhu operasi dan desain Beresiko tinggi mengalami kegagalan Investigasi sumber pemburukan 5 > 4919 Usia isolasi telah habis juga trafo Keluarkan dari sistem 77

80 Pengujian kadar asam. Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti. Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan alkohol dengan komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) di titrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa banyak KOH yang dilarutkan. Pengujian ini mengacu pada standar IEC Pengujian Corrosive Sulfur. Salah satu yang dapat menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo adalah corrosive sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi trafo. Corrosive sulfur adalah senyawa sulfur yang bersifat tidak stabil terhadap suhu yang berada di minyak isolasi yang dapat menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga dan perak. Senyawa sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi saat bersentuhan dengan Tembaga (Cu) maka akan bereaksi dengan tembanga (Cu) dari belitan trafo tersebut. Tidak memerlukan panas dalam reaksi tersebut, namun dengan adanya peningkatan suhu maka reaksi akan lebih cepat. Reaksi ini akan menghasilkan Copper Sulfide yang akan terbentuk dipermukaan tembaga dan meresap kedalam lapisan isolasi kertas yang membungkus belitan trafo. Karena sifat dari copper sulfide adalah konduktor maka semakin banyak senyawa tersebut terbentuk maka akan semakin banyak juga penurunan kekuatan isolasi dari kertas tersebut. Metoda pengujian corrosive sulfur mengacu kepada standar ASTM D 1275 / 1275 b. Tingkatan korosif suatu minyak ditunjukan dengan perubahan warna pada media uji berupa tembaga (Cu). Pengujian Perlengkapan Trafo Pada trafo gardu induk selain pengujian minyak juga dilakukan pengujian perlengkapan yaitu: Rele Jansen dan Rele Bucholz dan pengujian belitan trafo. Kedua rele tersebut tidak mensensor arus atau tidak bekerja jika jaringan mengalami gangguan. Rele rele tersebut bekerja jika terjadi ketidak normalan pada internal trafo. Rele Bucholz. Rele bucholz menggunakan kombinasi limit switch dan pelampung dalam mendeteksi ketidaknormalan di transformator. Oleh karena itu perlu dipastikan limit switch dan pelampung tersebut masih berfungsi dengan baik. Indikasi alarm yang diinformasikan dari rele ke ruang kontrol 78

81 disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga malkerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari. Pengujian rele Jansen. Sama halnya dengan rele bucholz, indikasi alarm dari rele jansen yang diinformasikan ke ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele jansen ditujukan untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga malkerja rele yang berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari. Pengujian belitan Trafo. Pengujian belitan trafo gardu induk sama seperti pengujian belitan pada pada trafo distribusi. 79

82 SUPPLEMEN 80

83 81

84 82

85 BAB VII APPLIKASI ISOLASI DAN PERMASALAHANNYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 7. 1 Pendahuluan Fungsi utama dari bahan bahan isolasi adalah untuk mengisolasi/mengamankan bagian bagian yang bertegangan dari konduktor sehingga tidak berbahaya/aman bagi manusia disekitarnya (operator) selain itu juga aman terhadap konduktor yang lainnya. Pada applikasinya bahan bahan isolasi dituntut untuk memiliki kemampuan tambahan seperti memiliki gaya mekanikal yang tinggi, ketahanan terhadap panas dan ketahanan terhadap pengaruh kimiawi. Gaya gaya mekanikal yang sering dituntut pada isolator adalah gaya tensile (overhead isolator), gaya lekuk sehingga karakteristik mekanikal seperti modulus elastisitas, kekerasan harus diperhatikan. Sifat sifat thermal (ketahanan terhadap panas) pada bahan bahan isolasi seperti ketahanan terhadap temperatur tinggi, konduktifitas thermal yang tinggi, koefisien muai yang rendah, tidak dapat terbakar, ketahanan terhadap busur api merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Karakteristik lain yang dituntut dari bahan isolasi adalah tidak sensitif terhadap pengaruh kimiawi seperti ozon dan pengaruh lingkungan sekitarnya. Keseluruhan prasyarat yang dituntut diatas adalah dengan tidak mengabaikan persyaratan kelistrikan dari bahan bahan isolasi seperti tegangan breakdown, resistansi yang tinggi, konstanta dielektrik dan faktor disipasi. 7.2 Bahan bahan isolasi an organik alamiah Gas gas alam yang sangat penting untuk diketahui pada penerapan sistem tenaga listrik adalah udara, nitrogen, hidrogen. Udara dan nitrogen pada medan yang homogen memiliki tegangan breakdown sampai mencapai 30 kv/cm, Gambar 7.1 memperlihatkan tegangan breakdown dari bermacam macam gas pada keadaan medan homogen. 83

86 Gambar 7. 1 Tegangan breakdown pada medan homogen dari bermacam macam gas 1. SF6, 2. Udara (N2) 3. He 4. Neon Untuk menaikkan tegangan breakdown pada gas dapat diperoleh dengan menaikkan tekanan pada gas tersebut. Hal ini menimbulkan permasalahan pada isolasi udara karena tekanan yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya oksidasi yang merugikan konduktor dan pelapis konduktor (metal clad) sehingga pada pemamfaatan isolasi gas dengan tekanan tinggi dipergunakan nitrogen (N2) kering. Hidrogen memiliki sifat konduktifitas thermal yang baik, sehingga hydrogen selalu dipergunakan sebagai bahan bahan pendingin pada turbo generator (generator generator besar) dengan cara hydrogen dihembuskan kedalam konduktor generator.1 Tabel 1 meringkaskan sifat sifat dari gas alam yang dipergunakan dalam sistem tenaga listrik Bahan bahan Isolasi an organik sintesis. 1. SF6 (Sulphur Heksa Fluorida) Dari bermacam macam gas buatan (sintesis), SF 6 adalah yang paling unggul untuk saat ini yaitu memiliki high voltage strength 2,5 kali dari udara dan memiliki sifat pemadaman busur yang baik, tak dapat terbakar, tidak beracun, tidak berbau busuk dan merupakan gas yang sangat lamban bereaksi (inert gas). Sifat pemadaman busur yang baik dari SF6 sehingga gas ini dimamfatkan pada circuit 1 Pada turbo generator konduktor yang dipergunakan adalah konduktor berongga 84

87 breaker. Efek sampingan dari penggunaan SF6 adalah terbentuknya gas yang beracun dan belum dapat dinetralisir sebagai akibat dari temperatur tinggi karena busur (arc), dan juga dalam keadaan basah dapat membentuk gas asam hidroflurida. Asam hidrofluorida ini dapat mengakibatkan elektrolisis pada bahan bahan isolasi seperti glass dan porselin yang sangat sensitif terhadap asam hidrofluorida. Gambar 2 memperlihatkan pengaruh tekanan dan suhu terhadap wujud SF6. SF6 banyak dimanfaatkan pada sistem isolasi indoor gardu induk dalam metal clad dimana indoor gardu induk sangat cocok untuk daerah yang memiliki efek polusi yang tinggi dan daerah berpenduduk padat, karena lahan yang dibutuhkan untuk gardu ini (dengan isolasi SF6) tidak luas dibandingkan dengan outdoor gardu induk. Tabel 1. Sifat dari bermacam macam gas pada 20 0C, 1013 mbar No. Gas Density Ionization Voltage 3 (g/dm ) Breakdown at s = 1 cm V KV/cm Specific Heat c Thermal Conductivity Titik didih J/kg K 0 C 3 10 W/K m 1 Udara 1, ,6 2 N2 1,17 15, ,5 195,8 3 O2 1,33 12, ,0 183,0 4 CO2 1,84 13, ,0 78,5 5 H2 0,08 15, ,8 6 He 0,17 24, ,0 7 Ne 0,84 21,6 2, ,3 246,0 9 Ar 1,66 15,8 6, ,5 185,9 10 Kr 3,48 14,0 8 9,4 152,9 11 Xe 5,50 12,1 5,5 170,1 12 SF6 6,15 15, ,8 63,8 85

88 2. Glass Glass dibuat dari peleburan bermacam macam senyawa oksida dengan proporsi campuran yang berbeda beda tergantung dari penerapan glass tersebut: SiO2 : Silikon dioksida dalam bentuk pasir kwarsa, dan merupakan komponen utama. B2O3 : Boron trioksida memperbaiki sifat kelistrikan dan daya tahan terhadap perubahan temperatur dan mengurangi koefisien muai. Al2O3 : Alumina memperbaiki daya tahan terhadap cuaca, mengurangi koeffisien muai. PbO : Plumbum trioksida menambah electrical resistant Penyerapan air oleh glass adalah nol sekalipun demikian ion ion sodium positif pada permukaan glass sangat mudah terlepas. Perhatian khusus dalam hal ini pada applikasi tegangan searah yang menyebabkan elektrolisis pada glass. Perpindahan ion ion positip pada glass dapat menghasilkan lapisan alkali sehingga mengubah sifat sifat fisik glass. Gambar 7. 2 Kurva tekanan dan suhu terhadap wujud SF6. 1. Liquid 2. Cair Fibre glass memiliki gaya tensile yang sangat besar dan memenuhi persyaratan untuk gaya mekanikal sehingga fibre glass banyak digunakan pada pengikatan dan pembalutan mesin mesin listrik, dan inti transformator. 86

89 3. Bahan bahan isolasi keramik. Bahan bahan isolasi keramik merupakan produk dari bahan bahan an organik kasar (mentah) terutama senyawa senyawa silicate dan oksida. Porcelim adalah alumunium silicate dengan bahan bahan kasar (mentah) : kaolin, felspar dan kwarsa. Tingginya kandungan kwarsa menghasilkan bahan porcelin kwarsa yang sifat sifatnya diperlihatkan pada tabel 2. Porcelin dan steatite memiliki sifat mengkilat dan tahan terhadap korosi, sangat lamban bereaksi terhadap seluruh senyawa dan unsur alkali dan senyawa yang mengandung asam kecuali asam hidroklorida dan tahan terhadap kontaminasi. Sangat cocok untuk diterapkan pada peralatan peralatan outdoor gardu induk walupun demikian porselin termasuk bahan isolasi yang rapuh dan mudah retak dengan tiba tiba karena pengaruh gaya mekanikal. Steatite memiliki sifat mekanikal yang tinggi dan faktor dissipasi yang rendah dan karena itu steatite sangat cocok untuk penerapan tegangan tinggi dengan frekuensi tinggi. Tabel 2. Sifat sifat dari bahan isolasi an organik Property satuan Glass Glass fibre (E glass) Breakdown Volume resistivity Dielectric constant Disipation factor tan (1 Mhz) Tracking index Density E Modulus Bending strength Tensile Strength Compressive Strength Thermal Conductivity Linear Thermal Expansion Specific Heat c Arc withstand index KV/mm.cm , G/cm3 KN/mm2 N/mm2 N/mm2 N/mm2 KA 3c 2,2 2, KA 3c 2, Quartz Porcelin KER Clay Porcelin KER KA 3c 2,3 2, KA 3c 2,5 2, Steatite KER KA 3c 2,6 2, W/k.m 0,7 1,1 1,1 1,5 2,5 1,5 2, /K J/kg.K , , , ,6 87

90 7. 4 Bahan bahan isolasi organik alamiah. o Minyak mineral Minyak mineral diperoleh dari destilasi bertingkat dari minyak mentah (crude oil) terutama senyawa hidrokarbon jenuh yaitu jenis alkana, cyclohexana dan senyawa aromatik (benzena). Kandungan air dan gas pada isolasi minyak memperburuk sifat sifat kelistrikan karena itu pembebasan kandungan air dan gas diperlukan sebelum dipergunakan pada perlengkapan tegangan tinggi. Minyak isolasi berkurang kemampuannya karena peresapan dari uap air, pelarutan dari gas, ketakmurnian terutama oksida. Pada efek karena panas dan oksigen, terbentuk oksida yang terlarut dalam minyak dan yang tidak larut berbentuk sebagai endapan. Gambar 3 memperlihatkan perburukan terhadap isolasi minyak sampai sepuluh kali dibandingkan terhadap minyak isolasi baru. Selain dipergunakan sebagai bahan isolasi minyak juga memikul tugas sebagai bahan pendingin (pada trafo). Minyak juga dipergunakan sebagai bahan impregnating pada kapasitor. Kertas yang diresapkam minyak (oil impregnated paper) merupakan dielektrik yang banyak digunakan pada trafo instrumen (CT dan VT) kapasitor dan kabel kabel. 88

91 Tabel 3. Sifat sifat bahan isolasi liquid property Breakdown Volume Resistivity Dielectric Constant Dissipation factor tan (1 MHz) Density Thermal Conductivity Specific Heat c Thermal Stability limit Flash point Neutralization number (acidity) Saponification number Unit Mineral oil KV/mm cm 2, g/cm 0,89 W/K.m 0,14 J/kg.K C 90 0 C > 130 mg.koh/g < 0,3 mg.koh/g < 0,6 Chlorinated diphenyl , ,5 0,1 Silicon oil , ,97 0, > Kertas. Kertas untuk tujuan electro technical dibuat dari wood pulp umumnya dari kayu pohon cemara, dan kertas yang digunakan untuk kapsitor dapat memiliki ketebalan sampai 10 m. Kertas sellulosa yang dibuat untuk kertas trafo dengan ketebalan 0,05 mm sampai 0,08 mm dan kertas yang digunakan untuk isolasi pada kabel daya memiliki ketebalan 0,08 mm sampai 0,2 mm. Faktor disispasi dan kontanta dielektrik kertas dipengaruhi oleh temperatur sebagaimana diperlihatkan pada gambar 7.4. Gambar 7. 4 Pengaruh suhu pada kertas 1. Faktor disipasi (tan ) 2. Konstanta dielektrik 89

92 Kertas sangat hygrokospis dan selama penyimpanan pada kondisi atmosfir menyerap air 5 sampai 10 %. Perburukan dari kertas dipengaruhi oleh air dan panas maka pengeringan yang baik adalah sangat penting (moser 1979). Kertas banyak digunakan sebagai pendukung dan barrier isolation (hardboard yaitu dari pengkompressian epoxy resin), sebagai peresap minyak (oil impregnating) pada trafo, trafo instrument (CT dan VT), bushing kapasitor dan kabel dengan isolasi kertas (oil filled cables). Sistem pengisolasian dengan kertas minyak (oil paper insulation) harus dibuat dengan sangat hati hati guna menghindari gas gas perusak, yang dapat menghasilkan partial discharge. Gas gas perusak juga dapat mengakibatkan kekuatan breakdown pada minyak berkurang (gas gas perusak terlarut dalam minyak) dan juga uap air (embun) harus diperhtikan karena dapat mengakibatkan perburukan pada kertas tidak hanya dielectric strength dari minyak tetapi juga perburukan kestabilan dari kertas (Y. Narayama Rao). Oilpaper dielectric memainkan peranan yang sangat penting dalam sistem isolasi kabel daya. Kertas pengisolasian dengan ketebalan 0,1 0,15 mm dikeringkan dan diresapi oleh minyak. Minyak yang dipergunakan adalah minyak mineral dengan kekentalan rendah (low viscosities) digunakan sebagai oil filled cables dengan bahan aditif resin (VDEW cable handbook 1977). Faktor disipasi dari oil filed cables terletak pada (2 4)10 3, dari gambar 5 dapat dilihat bahwa daya yang disalurkan sebagai fungsi dari tegangan dengan tan sebagai parameter. Gambar 7. 5 Daya yang disalurkan pada oil filled cables terhadap diameter d sebagai fungsi tegangan saluran U. Dengan tan sebagai parameter. 90

93 7.5 Bahan bahan isolasi organik sintetis Senyawa senyawa organik buatan yang banyak dipakai dalam sistem tenaga listrik dari jenis poly ethylene yaitu LDPE dan XLPE dan dari jenis poly tetra floure ethylene, epoxy resin, minyak silicon, polyvinylchlorida (PVC). Senyawa senyawa dari polyethylene (LDPE, XLPE, HDPE) memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimiawi kecuali terhadap chlor, sulphur, asam nitrat. Selain itu juga oksigen dapat juga mengakibatkan permukaan menjadi rapuh (lapuk). Tabel 4 memberikan sifat sifat penting dari senyawa organik buatan lainnya, dimana bahan bahan isolasi tersebut tergolong jenis thermoplas. XLPE banyak digunakan sebagai isolasi kabel daya sampai tegangan 110 kv dan kabel daya ini mudah dipasang, berat yang ringan dan mudah dipasang pada posisi vertikal. Permasalahan utama dari kabel ini adalah sensitive terhadap partial discharge. Kejadian partial discharge ini mengakibatkan umur dari kabel menjadi berkurang. Epoxy resin (EP) memiliki gaya mekanikal yang baik tetapi memiliki sifat kelistrikan dan sifat dielektrik yang kurang baik sebagaiman dapat dilihat pada table 5. EP moulding tidak bereaksi terhadap alkohol, benzena, ether, asam lemah dan alkali tetapi terhadap asam asam kuat dan alkalis membuat menjadi tidak stabil. Pemakaian EP moulding banyak dipakai pada trafo instrumentasi dan sebagai support isolasi pada SF6. 91

94 Tabel 4. Sifat sifat senyawa organik buatan Property Unit Resin komponen Hardener 2 Filler Hardening temperature Breakdown Volume resistivity Dielectric constant Dissipation factor tan Tracking index Density E modulus Bending strength Tensile strength Thermal conductivity Linear Thermal expansion Thermal stability limit 2 % SiO2 FS EP moulding FS FS FS PUR EP solid resin PSA 0 EP solid resin PSA 60 EP Liquid resin HH PSA 0 EP Liquid resin HH PSA 65 C /90 60/90 kv/mm cm g/cm kn/mm2 N/mm2 N/mm2 KA 3a 1, KA 1 1, KA 3c 1,2 2, KA 3c 1, KA 3c 1,2 0,5 3 W/K.m 0,2 0,8 0,2 0,8 0, /K C PSA : phthalic acid anhydride; HH PSA Hexahydrophthalic acid anhydride According to DIN FS : unfilled moulding of solid EP FS : 60% filled moulding of solid EP FS 1021 : liquid EP 92

95 Tabel 5. Sifat sifat dari senyawa organik buatan Unit High Pressure PE (LDPE) Low Pressure PE (HDPE) Cross Linked PE (XLPE) Hard PVC Soft PVC PTFE kv/mm Volume resistivity.cm Dielectric constant 2,3 2,4 2,3 5,5 2,1 Dissipation factor tan Tracking index KA 3b KA 3c KA 3c KA3a KA 1 KA3c Density g/cm3 0,92 0,95 0,92 1,4 1,2 2,15 E modulus KN/m m2 0,15 0,7 0,1 3 0,05 0,5 Bending strength N/mm Tensile strength N/mm Thermal conductivity W/K.m 0,3 0,4 0,3 0,17 0,17 0,25 Linear Thermal expansion 10 6/K C Property Breakdown Thermal stability limit Permasalahan Bahan Isolasi. Untuk mengurangi losses (kehilangan I2.R) yang terjadi pada sistem transmisi maka biasanya tegangan transmisi dinaikkan. Kenaikan tegangan menimbulkan masalah pada sistem isolasi. Dimana isolasi berkaitan erat dengan biaya (cost) sehingga penghematan pemakaian bahan isolasi diperlukan untuk menekan biaya tanpa mengabaikan kehandalan dan faktor keamanan. Bentuk elektroda mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam penentuan breakdown strength dari bahan isolasi baik padat, cair (liquid) dan gas dari pada faktor lainnya. Ketidak homogenan medan karena elektroda yang dipergunakan terutama pada daerah tepi dari elektroda tersebut merupakan masalah yang timbul pada pemakaian bahan isolasi. Pemakaian bahan isolasi dilapangan sangat jarang 93

96 sekali dipasang pada peralatan yang memiliki medan yang homogen. Ketebalan bahan isolasi dapat menurunkan gaya dielectric. Pada umumnya gaya dielectric pada bahan isolasi termasuk minyak dapat dinyatakan sebagai : V = A.tn Dengan V = gaya dielectric. A = konstanta tergantung pada bahan. t = tebal isolasi n = 0,5. 1,0 Harga n untuk bahan padat dipengaruhi oleh faktor kekeringan struktur bahan, pengolahan bahan, dan bentuk medan (seragam atau tidak) yang tergantung pada bentuk elektroda yang dipergunakan. Kehadiran udara ataupun impuritas lainnya yang tidak diinginkan pada bahan isolasi dapat mengurangi tegangan breakdown dari bahan isolasi tersebut, misalnya kehadiran udara atau endapan pada minyak trafo. Hal ini dikarenakan kehadiran udara, air ataupun impuritas lainnya mempunyai breakdown strength lebih rendah dari bahan isolasi yang dipergunakan (minyak trafo). Pemakaian SF6 sebagai isolasi menimbulkan masalah terhadap lingkungan karena limbah dari SF6 (SF6 yang terurai akibat busur) bersifat racun dan belum dapat dinetralisir. Pengaruh pengaruh pencemaran lingkungan terutama pada industri semen, kimia (kosmetik dan pupuk) dan peleburan baja yang berdekatan merupakan suatu daerah yang tergolong polusi berat. Pada daerah ini membutuhkan perhatian khusus pada perawatan gardu induk terutama jika gardu induk tersebut merupakan outdoor installation. 7.7 Kesimpulan 1. Gas SF6 untuk saat ini sangat cocok digunakan pada sistem isolasi peralatan tegangan tinggi karena memiliki tegangan breakdown paling tinggi, tidak dapat terbakar, tidak beracun, dan juga lamban dalam bereaksi. 2. Bahan isolasi yang cocok pada sistem tegangan tinggi dengan frekuensi tinggi misal pada peleburan baja adalah steatite yang memiliki disipasi faktor rendah dan juga memiliki sifat mekanikal yang baik. 3. Perburukan minyak trafo selain ditentukan oleh penuaan (ageing) juga ditentukan oleh adanya impuritas seperti uap air (embun), udara dll. Perburukan sifat minyak trafo dapat dikurangi dengan menjaga kemurnian minyak trafo dari partilkel impuritas. 94

97 Daftar Pustaka 1. Arismunandar Artono, Teknik Tegangan Tinggi, Pradya Paramita, Jakarta, Dieter K, Hermann Karner, High Voltage Insulation Technology, Friedr Vieweg & Sohn, Braunschweig, MS Naidu & V Kama raju High Voltage Engineering., Tata McGraw Hill 4 Nawawi Zainuddin, Latifah Nyayu, Nagao Masayuki, Pengaruh Tahanan Permukaan Terhadap Karakteristik Tembus Material Isolasi LDPE., Seminar Nasional dan Workshop Teknik Tegangan Tinngi II, Nopember Silalahi M. Sabar, Haryono Harry, Simanjuntak M Yohannes, Pengujian Tegangan Tembus Isolasi Udara Bertekanan, Seminar Nasional dan Workshop Teknik Tegangan Tinngi II, Nopember

98 Tabel 3.8 kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya

99

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG Zainal Abidin Teknik Elektro Politeknik Bengkalis Jl. Bathin Alam, Sei-Alam, Bengkalis Riau zainal@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti

BAB II ISOLASI CAIR. Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti BAB II ISOLASI CAIR II.1. Umum Bahan isolasi cair digunakan pada peralatan-peralatan listrik seperti transformator, kapasitor, dan pemutus daya (circuit breaker). Selain sebagai isolasi juga berfungsi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK ARUS DAN TEGANGAN TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan

Lebih terperinci

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA

DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA DAMPAK GEJALA MEDAN TINGGI PADA TRANSFORMATOR AKIBAT EFEK KORONA Di Susun Oleh : Kelompok 2 1. AdityaEka 14.03.0.020 2. AnggaPrayoga. S 14.03.0.048 3. HasbiSagala 14.03.0.011 4. MuhammadIqbal 14.03.0.040

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dielektrik Dielektrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau bahkan hampir tidak ada.bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair dan gas. Pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak

ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR. Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak Jurnal Teknik Elektro ol. 1 No.2 93 ANALISIS PENGARUH KEADAAN SUHU TERHADAP TEGANGAN TEMBUS AC DAN DC PADA MINYAK TRANSFORMATOR Sugeng Nur Singgih, Hamzah Berahim Abstrak Tegangan tembus (breakdown) merupakan

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif

Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif Hasil Pengujian Tegangan Tembus : Tegangan Tembus (kv/2,5 mm) Jenis Minyak RBD FAME FAME + aditif ASTM D3487 Minyak Zaitun 60 60 54 Minyak kanola 27 36 30 Minyak Jagung 28 34 29 >30 Minyak Kedelai 30 48

Lebih terperinci

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :

LUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing : Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang

I. PENDAHULUAN. Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Isolasi adalah suatu bahan yang berfungsi untuk mengisolasi konduktor yang mempunyai beda potensial dalam suatu rangkaian listrik. Bahan ini mempunyai sifat

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan

Lebih terperinci

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU.

PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU. PENGUJIAN ISOLASI MINYAK TROFO TEGANGAN TINGGI TERHADAP PERUBAHAN SUHU Slamet Hani 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, e-mail : shani.akprind.@yahoo.com ABSTRACT Transformer

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tekanan Mekanis Benda memiliki suatu massa atau berat. Berat sebuah benda berasal dari dua hal yaitu internal dan eksternal. Berat yang berasal dari bahan tersebut

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA

BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA BAB II KARAKTERISTIK PEMUTUS TENAGA 2.1 Fungsi Pemutus Tenaga Pemutus tenaga (PMT) adalah saklar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus atau daya listrik sesuai dengan ratingnya.

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik

Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik Modul 1 Tegangan Tinggi Arus Bolak Balik 1. Jelaskan cara pembangkitan tegangan tinggi bolak balik! Pembangkitan tegangan tinggi bolak-balik dengan menggunakan trafo uji satu tingkat atau trafo uji kaskade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai

BAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tegangan tinggi merupakan suatu bagian dari Sistem Tenaga Listrik yang memiliki peranan penting. Dalam proses penyaluran daya, tegangan yang dibangkitkan oleh sebuah

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI MODUL PRAKTIKUM TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL 1 PENGANTAR TEKNIK TEGANGAN DAN ARUS TINGGI Tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena partial discharge tersebut. Namun baru sedikit penelitian tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Partial Discharge (PD) pada bahan isolasi yang diakibatkan penerapan tegangan gelombang AC sinusoidal pada listrik bertegangan tinggi sekarang ini telah banyak

Lebih terperinci

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI II.1 Umum Gardu trafo distribusiberlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam kehidupan. Energi listrik dibangkitkan melalui pembangkit dan disalurkan ke konsumen-konsumen

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA

PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PENGARUH UKURAN BUTIRAN AIR HUJAN TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA Join Wan Chanlyn S, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAHAN ISOLASI. (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN ISOLASI. (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN ISOLASI (Continued) Ramadoni Syahputra 1. Bahan Isolasi Kertas dan Papan Kertas dan papan dibuat dari berbagai macam bahan, meliputi kayu, katun, kaca, serat organik, keramik dan mika. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Isolasi Sistem isolasi merupakan paduan dari beberapa bahan isolasi yang digunakan pada suatu peralatan listrik. Dengan demikian, dapat didefenisikan bahwa sistem isolasi adalah

Lebih terperinci

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA Seminar dan Sidang Tugas Akhir Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS UJI TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRANSFORMATOR TERDESTILASI PADA TRANSFORMATOR DAYA MENGGUNAKAN TEGANGAN IMPULS DI PT. BAMBANG DJAJA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dituntut untuk memberikan suplai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Instalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum

Instalasi Listrik MODUL III. 3.1 Umum MODUL III Instalasi Listrik 3.1 Umum Instalasi listrik system distribusi terdapat dimana mana, baik pada system pembangkitan maupun pada system penyaluran (transmisi/distribusi) dalam bentuk instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isolasi memiliki peranan penting pada sistem tenaga listrik. Isolasi melindungi sistem tenaga listrik dari gangguan seperti lompatan listrik atau percikan, isolasi

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara

BAB I LATAR BELAKANG. berlangsung secara aman dan efisien sepanjang waktu. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menyalurkan listrik secara BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Pendahuluan Kebutuhan akan energi listrik yang handal dan kontinyu semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan beban. Penyaluran energi listrik diharapkan dapat berlangsung secara

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia

Lebih terperinci

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride )

BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) BAB II GAS INSULATED SWITCHGEAR ( GIS ) 2.1 SEJARAH GIS GIS yang sekarang telah menggunakan Gas SF6 ( Sulfur Hexafluoride ) sebagai media isolasi, menjadikannya sebagai sebuah teknologi yang maju dan telah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KORONA DAN TEGANGAN TEMBUS ISOLASI MINYAK PADA KONFIGURASI ELEKTRODA JARUM-PLAT

KARAKTERISTIK KORONA DAN TEGANGAN TEMBUS ISOLASI MINYAK PADA KONFIGURASI ELEKTRODA JARUM-PLAT KARAKTERISTIK KORONA DAN TEGANGAN TEMBUS ISOLASI MINYAK PADA KONFIGURASI ELEKTRODA JARUM-PLAT I Made Indra Wijaya - 2205100105 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sangat bergantung pada kebutuhan energi. Energi tersebut diperoleh dari berbagai sumber, kemudian didistribusikan dalam bentuk listrik. Listrik

Lebih terperinci

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara

ISOLATOR 2.1 ISOLATOR PIRING. Jenis isolator dilihat dari konstruksi dan bahannya dibagi seperti diagram pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara ISOLATOR Pada sistem penyaluran daya listrik dari pembangkit listrik ke konsumen, perlu digunakan tegangan tinggi untuk mengurangi rugi-rugi daya di sepanjang saluran. Pada saluran transmisi dan distribusi,

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya - 2 Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya Missa Lamsani Hal 1 SAP Semikonduktor tipe P dan tipe N, pembawa mayoritas dan pembawa minoritas pada kedua jenis bahan tersebut. Sambungan P-N, daerah deplesi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA

PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA PERHITUNGAN BESAR RUGI-RUGI DAYA KORONA PADA SISTEM SALURAN TRANSMISI 275 KV GI MAMBONG MALAYSIA GI BENGKAYANG INDONESIA Luthfi Mulya Dirgantara 1 ), Danial 2 ), Usman A. Gani 3 ) Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat

Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Udara Jarum - Plat Luqman Kumara - 2205100129 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Isolator 2.1.1 Umum Penggunaan isolator banyak dijumpai pada transmisi hantaran udara. Pada jaringan distribusi hantaran udara, gardu induk, dan panel pembagi daya. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV 34 BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV 4.1 DATA SAMPLE Peluahan sebagian (partial discharge) dan medan listrik lokal dapat menyebabkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA

BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya kegagalan alat-alat listrik yang bertegangan tinggi ketika dipakai disebabkan oleh kegagalan isolasi dalam menjalankan fungsinya sebagai isolator tegangan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN

STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN STUDI DISTRIBUSI TEGANGAN DAN ARUS BOCOR PADA ISOLATOR RANTAI DENGAN PEMBASAHAN Riza Aryanto. 1, Moch. Dhofir, Drs., Ir., MT. 2, Hadi Suyono, S.T., M.T., Ph.D. 3 ¹Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi untuk memindahkan dan mengubah tenaga listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada prinsipnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak sawit (palm oil) dapat digunakan sebagai isolasi cair pengganti minyak trafo, dengan melakukan pengujian

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik.

ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. ISOLASI TEGANGAN TINGGI Bahan Listrik Bahan listrik merupakan elemen yang paling di dalam penyaluran dan penggunaan enaga listrik. Bahan listrik terdiri dari konduktor, semikonduktor dan isolator. Bagi

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR

SELAMAT DATANG SEMINAR. Laporan TUGAS AKHIR SELAMAT DATANG DI SEMINAR Laporan TUGAS AKHIR UJI TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA TEKANAN DAN TEMPERATUR YANG BERVARIASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA BOLA ARIF WIBOWO L2F 303426 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material 3 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Dasar Mekanisme Perpindahan Energi Panas Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan energi secara konduksi, konveksi,

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM

PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM SINGUDA ENSIKOM VOL. NO. /Maret PENGARUH KENAIKAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN TEMBUS UDARA PADA ELEKTRODA BOLA TERPOLUSI ASAM Christian Daniel Simanjuntak, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK

PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN ABSTRAK PEMELIHARAAN PENTANAHAN PADA PENTANAHAN Soehardi, Sabari D3 Teknik Elektro Politeknik Harapan Bersama Jl Dewi Sartika No 71 Tegal Telp/Fax (0283) 352000 ABSTRAK Dilapangan dijumpai juga kasus Pentanahan

Lebih terperinci

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan

Lebih terperinci

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga

1 BAB I PENDAHULUAN. mungkin memiliki keseimbangan antara sistem pembangkitan dan beban, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik tenaga listrik sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Namun, masih ada daerah yang masih sulit dijangkau

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI Agung Aprianto. 1, Ir. Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan menaikkan tegangan maka

BAB I PENDAHULUAN. konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan menaikkan tegangan maka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan tegangan tinggi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi rugi energi dalam sistem transmisi dan distribusi daya listrik dari suatu pembangkit ke konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 2 Kv Erhaneli*,Musnadi** *Dosen Jurusan Teknik Elektro **Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas

Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas SEMINAR NASIONAL ELECTRICAL, INFORMATICS, AND IT S EDUCATIONS 29 Analisis Kegagalan isolasi Minyak Trafo jenis energol baru dan lama dengan minyak pelumas Syafriyudin, ST,MT Jurusan teknik Elektro Institut

Lebih terperinci

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN Disusun oleh : SWITO GAIUS AGUSTINUS SILALAHI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting dalam menunjang kehidupan sehari hari. Kebutuhan akan energi listrik tersebut selalu meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui

Lebih terperinci